Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KEJIWAAN,CEMAS DAN KEHILANGAN

DISUSUN OLEH : IDA NURUL FAOZIAH/2020270002


DYANA IKKE DAMAYANTI/2020270012
EKA PRIHATI /2020270027
FIRMANSYAH AJI HERMAWAN/2020270020
INDAH WAHYU NINGRUM/2020270019
KHOLISOTUL HUSNA/2020270028
DINA FEBRIANA/2020270002

UNIVERSITAS SAINS ALQURAN WONOSOBO DI JAWA TENGAH,


FAKULTAS ILMU KESEHATAN S1 KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN PADA


KLIEN KEHILANGAN DAN BERDUKAA.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan system terbuka serta
saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya.
Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, keadaan ini disebut dengan sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila
gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. Sebagai makhluk social,
untuk mencapai kepuasana dalam kehidupan, mereka harus membina hubungan interpersonal
positif .
Setiap individu mempunyai  kebutuhan emosi dasar, termasuk kebutuhan akan cinta,
kepercayaan, otonomi, identitas, harga diri, penghargaan dan rasa aman. Bila individu
kehilangan kebutuhan tersebut atau tidak terpenuhi, akibatnya dapat berupa perasaan atau
prilaku yang tidak diharapkan. Kelompok menilai masalah psikososial kehilangan ini merupakan
hal penting yang harus dipelajari dalam keperawatan jiwa.

1.2  Tujuan
Tujuan Umum : Meningkatkan pengetahuan tentang masalah psikososial kehilangan.
Tujuan Khusus : Memberikan pemahaman tentang masalah psikososial kehilangan.

1.3  Manfaat Penulisan
Agar mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan lebih memahami masalah
psikososial kehilangan.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian
Kehilangan
Merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi
tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka
Respons emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan
sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.

2.2 Tipe Kehilangan


Kehilangan dibagi dalam 2 tipe :
a.       Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang
yang sangat berarti / di cintai.
b.      Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang
yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi
menurun.

2.3 Faktor Penyebab Kehilangan


Tergantung dari :
1. Arti dari kehilangan
Misalnya Kehilangan orang yang dicintai atau dihormati.
2. Sosial budaya
Misalnya kehilangan karena perpisahan dengan lingkungan yang dikenal.
3. Kepercayaan / spiritual
Misalnya kehilangan rasa kepercayaan kepada orang lain.
4. Status social ekonomi
Misalnya kehilangan harta dikarnekan bangkrut atau yang lainnya.
5. Kondisi fisik dan psikologi individu
Misalnya kehilangan kesejahteraan fisik, psikologik dan social.

2.4 Tahap Reaksi Berduka


(Potter, 1989 dan Tarwoto, 2003)
1.      Pengingkaran (Denail)
Tahap kejutan dan penolakan : merupakan awal diagnosa penyakit.
Respons individu : seperti “itu tidak mungkin!” atau “saya tidak percaya”.
Fokus pada pengingkaran disebabkan tidak dapat memperhatikan fakta yang dijelaskan.
Perasaan tidak percaya dan syok.
Tanda :
·         menangis
·         gelisah
·         lemah
·         letih
·         pucat

2.      Marah (Anger)
Perasaan marah yang tidak terkendali. Perasaan ini dapat diproyeksikan pada benda
atau orang.
Respons individu : “saya…?, tidak, mengapa saya?”  dan muncul perasaan sedih, rasa
bersalah dan marah.
Tanda :
·         Muka merah
·         Suara keras
·         Tangan mengepal
·         Nadi cepat
·         Gelisah dan prilaku agresif. Merupakan mekanisme pertahanan yang ditujukan
pada kesehtan dan kehidupan.
3.      Tawar menawar (bargaining)
Individu mampu mengungkapkan marah akan kehilangan, ia akan merefleksikan rasa
bersalah, takut dan rasa berdosa
Respons individu/keluarga: “ya, benar”., “tapi…, kalau terjadi sesuatu pada saya, biarlah
setelah saya tobat”
Kesempatan menyelesaikan urusan dunia at, pembagian harta).
Semua permohonan hendaknya dipenuhi karena merupakan hal yang harus dibereskan
sebelum mati.

4.      Depresi
Proses menghadapi kematian sehingga klien dan keluarga mengalami perasaan
kehilangan yang mendalam disertai depresi dan putus asa
Individu menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara, putus asa.
Prilaku : menolak makan dan susah tidur
Respons Klien : “ya, benar saya…”.

5.      Menerima (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang terpusat pada
objek kehilangan mulai berkurang.
Individu menyadari dan menerima proses kematian sehingga minat dan aktivitas jangka
panjang menurun.

2.5 Proses Kehilangan


a.       Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi
makna positif – melakukan kompensasi dengan kegiatan positif – perbaikan (beradaptasi dan
merasa nyaman).
b.      Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi
makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi – diekpresikan ke dalam diri –
muncul gejala sakit fisik.
c.       Stressor internal atau eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi
makna – merasa tidak berdaya – marah dan berlaku agresi – diekspresikan ke luar diri individu –
kompensasi dengan perilaku konstruktif – perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman).
d.      Stressor internal dan eksternal – gangguan dan kehilangan – individu memberi
makna - merasa tidak brdaya – marah dan berlaku agresi diekspresikan ke luar diri individu –
kompensasi dengan perilaku destruktif – merasa bersalah – ketidakberdayaan.

ASUHAN KEPERAWATAN
I.     PENGKAJIAN
Data yang dapat dikumpulkan adalah:
a. Perasaan sedih, menangis.
b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN:


Diagnosa Keperawatan :
Berduka
Suatu keadaan dimana individu atau keluarga mengalami respons manusia alami yang
melibatkan reaksi psikososial dan fisiologik pada kehilangan actual atau dirasakan (orang, objek,
fungsi, status, hubungan)

Diagnosa keperawatan :
Berduka, antisipasi
Keadaan dimana seorang individu/kelompok mengalami reaksi-reaksi dalam berespons
terhadap kehilangan bermakna yang diperkirakan.

Diagnosa keperawatan :
Berduka Disfungsional
Keadaan dimana seorang individu atau kelompok mengalami berduka yang
berkepanjangan dan terlibat dalam aktivitas yang menyimpang.

III. INTERVENSI
Tujuan Umum;
 Klien mampu melakukan hubungan interpersonal tanpa hambatan.

Tujuan khusus;
Klien mampu;
a. Mengungkapkan perasaan berduka
b. Menjelaskan makna dari kehilangan
c. Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan damai.
d. Membina hubungan baru yang bermakna.
e. Mendapatkan dukungan keluarga dalam mengatasi kehilangan.

IV. TINDAKAN KEPERAWATAN :


1.1 Lakukan pendekatan dengan prinsip hubungan perawat – klien yang terapiutik
• Empati dan perhatian
• Jujur dan tepati janji
• Terima klien apa adanya
1.2 Beri dorongan klien mengungkapkan perasaan berdukanya
1.3 Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien, jangan menghukum /
menghakimi.

2.1 Tingkatkan kesadaran klien terhadap kenyataan kehilangan.


2.2 Diskusikan dengan klien respon marah, sedih, perasaan bersalah merupakan hal
yang wajar bila seseorang mengalami kehilangan.
2.3 Beri dukungan secara non verbal seperti; memegang tangan , menepuk bahu.
2.4 Amati perilaku verbal dan non verbal selama klien bicara.

3.1 Sediakan waktu untuk kontak dengan klien secara teratur


3.2 Ajarkan pada klien tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang
berhubungan dengan setiap tahapan.
3.3 Dorong klien untuk berbagi rasa dengan sumber-sumber yang tersedia untuk saling
berbagi.

4.1 Bantu klien dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya.


4.2 Bantu mengidentifikasi aktifitas yang disukai dan dorong klien untuk
melaksanakannya
4.3 Libatkan klien dalam aktivitas motorik
4.4 Beri umpan balik positip atas keterlibatan klien dalam aktivitas.

5.1  Diskusikan dengan keluarga tentang proses berduka yang dialami klien dan ajarkan
pada keluarga tahapan berduka serta cara untuk mengatasinya.
5.2 Anjurkan keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien, mendengarkan
ungkapan klien berkaitan dengan pengalaman kehilangan.

BAB III
A.CEMAS.
PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi Kecemasan adalahperasaan takut yang tidak jelas dan tidak di dukung oleh situasi.
Gangguan kecemasan adalah sekelompokkondisi yang member gambaran penting
tentangansietas yang berlebihanyang disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis individu
yang mengalami gangguan ansietas.(Videback, 2008: 307). Kecemasan adalah suatu perasaan
tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai respon
(penyebab tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu
sebagai sinyal yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang memperkuat
individu mengambil tindakan menghadapi ancaman. Kejadian dalam hidup seperti menghadapi
tuntutan, persaingan, serta bencana dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan
psikologis. Salah satu contoh dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas.
(AH. Yusuf,2015:89) 2. Penyebab Menurut (Savitri Ramaiah, 2003: 11) ada beberapa faktor ynag
menunjukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu:
a. Lingkungan atau sekitar tempat tinngal mempengaruhi cara berpikir individu tentang diri
sendiri maupun orang lain. Hal ini di sebabkan karena adanya pengalaman yang tidak
menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun rekan kerja. Sehingga individu
tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya. b. Emosi yang ditekan, kecemasan bisa
terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam
hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa
marahataufrustasidalamjangkawaktuyangsangatlama

c. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya
kecemasan. Memnurut (Zakiah Daradjat dan Kholi Lur Romchman, 2010: 167) mengemukakan
beberapa penyebab dari kecemasan yaitu:
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya. Kecemasan
ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didaam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan
dengan keyakinan atau hati nurani.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan ini
disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang
disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi kesehatan kepribadian penderitanya.
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998: 177)Beberapa teori penyebab kecemasan pada individu
antara lain:
a. Teori psikoanalatik terjadi karna adanya konflik yang terjadi antara emosinal elemen
kepribadian , yaitu id dan super ego. Id mewakili insting, super ego mewakili hati nurani,
sedangkan ego berperan menengahi konflik yang terjadi antara dua elemen yang bertentangan.
Timbulnya kecemasn merupakan upaya peningkatan ego dan bahaya.
b. Teori interpersonal Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap adanaya penolakan dan
tidaka adanya penerimaan interpersonal.
c. Teori perilaku (Bevarior) Kecemasan merupakan prodk frustasi yaiti segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan.
d. Teori prespektif keluarga Kajian keluaraga menunjukkan pola interaksi yang terjadi dalam
keluarga. Kecemasan enunjukkan adanya pola interaksi yang maladaptive dalam system
keluarga.
e. Teori perspektif biologis Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khususnya yang mengatur kecamasan (Stuart dan Sundeen, 1998: 177).

3. Jenis-jenis kecemasan Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan


didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsanagan dari luar. Membagi
kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu:
a. Kecemasan rasional merupakan suatu ketakuatan akiabat adanya objek yang memang
mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakuatan ini dianggap sebagai suatu
unsure poko normal dari mekanisme pertahanan dasar kiat.
b. Kecemasan irrasional yang bebrati bahawa mereka mengalami emeosi ini dibawah kedalam
keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan fundamentalmmerupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya, untuk apa
hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini di sebut sebagi
kecemasan eksistensial yang mempunyai peran funda mental bagi kehidupan manusia
(Mustamir Pedak, 2009:30).

4. Rentang respon Rentang respon individu terhadap cemas berflutuasi antara respon adaptif
dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisispasi dimana individu siap
siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling
maladaptive adalah panic dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas
yang dihadapi sehingga mengalami gangguan fisisk, perilaku maupun kognitif. Respons adaptif
Antisipasi- Ringan- Sedang- Berat- Panik
5. Proses terjadinya masalah
a.FaktorpredisposisiStrepredisposisi
adalahsemua

ketegangandalamkehidupanyangdapat

menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa:


1) Peristiwa trumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang di
alami individu baik krisis perkembangan atau situasiona.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik, id dan super
ego atau antar
3) Konsep diri tergangggu akan menimbulkanketidakmampuanindividu berpikir secara realitas
sehinga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untukmengambil keputusan yang
berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkankecemasan karenamerupakan ancaman terhadap
integritas fisik yang dapatmempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu
dalam berespon terhadap konflikyang di alami karena polamekanisme koping individubbanyak
di pelajaridalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu dalam
berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya (Eko prabowo, 2014: 123-124). b.
Faktor prespitasi Faktor prespitasi adalah semua ketgangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan

timbulnyakecemasan.Stressorprespitasikecemasandi kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:


1) Ancaman terhadap integritas kulitketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi:
 Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisisologis sistem imun, regulasi suhu tubuh,
perubhan biologis normal

 Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polusi lingkunag,
kecelakaan, kekuranagan nutrisi, tidakadekuatnya tempat tinggal 2) Anacaman terhadap harga
diri meliputi sumber internal dan eksternal

 Sumber internal kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah tempat kerja,


penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisisk juga dapat
mengancam harga diri. 6

 Sumber eksternalorang yang dicinta berperan, perubahan status pekerjaan tekanan kelompok
social (Eko prabowo, 2014: 124). 6. Tanda dan gejala Tanda dan gejala kecemasan yang di
tunjukkan atau di temukan oleh seseorang bervariasi tergantung dari beratnya atatu tingkatan
yang dirasakan oleh individu tersebut (Hawari, 2004). Keluhan yang sering dikemukakan oleh
seseorang saat mengalami kecemasan secara umum (Hawari, 2004), antara lain adaalh sebagai
berikut:
a. Cemas, kawatir, firasat buruk, takut akan pikirannyasendiri, mudah tersinggung,
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takutsendiriaan, takut pada keramaian, dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan kosentrasi daya ingat
f. Gejala somatikrasa sakit pada oto dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dngin dan lembab, dan lain
sebagainya (Eko prabowo, 2014: 124-125).
7. Akibat Dapat berasal dari sumber internal dan eksternal dapat diklasifikasikan dalam dua
jenis
a. Ancaman terhadap integitas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan terjadi
atau menurunkan kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup seharihari. Pada ancaman ini
stressor yang berasal dari sumber eksternal adalah faktorfaktor-faktor yang dapat
menyebabakan gangguan fisik (misal: infeksi virus dan polusi udara). Sedangkan yang enjadi
sumber internalanya adalah kegagalan mekanisme fisisologi tubuh (misalnya: sitem jantung ,
sistem imun pengaturan suhu dan perubahan fisologis selama kehamilan)
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan indetitas, harga diri dan
fungsi social yang teringretisasi seseorang. Ancaman yang berasal dari sumber internal berupa
gangguan hubungan interpersonal di rumah tempat kerja atau menerima pesan baru (Eko
prabowo,2014:125).

8. Mekanisme koping Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping yaitu sebagai berikut.
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada
tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang
untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemnuhan kebutuhan. Menarik diri untuk
memindahkan darisumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan
kebutuhan personal.
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi
berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi, dan bersifat meladaptif.
(AH.yusuf,2015:87-88)
9. Penatalaksanaan Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahan
dan terapi memrlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada
uraian berikut.
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengancara:
1. Makan makan yang bergizi dan seimbang
2. Tidur yang cukup
3. Cukup olahraga
4. Tidak merokok
5. Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikolofarmaka Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memaki obat obtan yang berhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghanatr saraf). Disusunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang serig
di pakai adalah obat anticemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, klobazam, bromazepam,
lorazepam,buspironeHCL,meprobramatedan,alprazolam.

c. Terapi somatic. Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhankeluhan somatic
(fisik) itu dapat diberikan obat-oabatn yang ditujukan pada organ pada tubuh yang
bersangkutan.

d. Psikoterapi Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antar lain:


1. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang
bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberika keyakinan serta percaya diri.
2. Psikoterapi reedukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi diri bila diulang bahwa
ketdak mampuan mengatasi kecemasan.
3.Psikoterapirekontruktif,untukdimaksudkanmemperbaikikembali

(rekontruksi) kepribadian yang teah menglami goncangan akibat stresor.


4. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk
berfikir secara rasonal, konsentrasi dan daya ingkat.
5. Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan
yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stresor psikososial
sehingga mengalami kecemasan.
6. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak
lagi menjadi faktor penyebab dan faktor krluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubunganya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan
stresorpsikososial.

10.PohonmasalahEffectKerusakainteraksisosialGangguansuasanaCororoblemperasaancemas
Kopingindividuinefektif
Causa

11. Diagnose keperawatan


a. Keruskan interaksi sosial berhubungan dengan cemas
b. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu inefektif
12. Rencana asuhan keperawatan Tujuan Tujuan umum : cemas berkurang atau hilang Tujuan
khusus :
a. TUK 1 Pasien dapat menjalin hubungan saling percaya Intervensi :
1) Jadilah pendengar yang hangat dan responsi
2) Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon
3) Beri dukungan pada pasien untuk berekspresikan perasaanya
4) Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat menimbulkan perasaan negatif
5) Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar dan berkembang.
b. TUK 2 Pasien dapat mengenali ansietasnya
10.Intervensi :
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya
2) Hubungkan perilaku dan perasaanya
3) Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien
4) Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang mengancam ke hal yang
berkaitan dengan konflik
5) Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan perasaanya.
c. TUK 3 Pasien dapat memperluas kesadaranya terhadap perkembangan ansietas Intervensi :
1) Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera menimbulkan ansietas
2) Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor yang dirasakan
mengancam dan menimbulkan konflik
3) Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang relevan
d. TUK 4 Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif Intervensi :
1) Gali cara pasien mengurangi ansietas dimasa lalu
2) Tunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping yang digunakan
3) Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang dimilikinya
4) Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan, menggunakan
sumber dan menggunakan ansietas sedang
5) Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang
6) Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya 11

7) Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan sosial dalam membantu
pasien menggunakan koping adaptif yang baru
e. TUK 5 Pasien dapat menggunakan tekhnik relaksasi Intervensi :
1) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri
2) Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat ansietas.

12.STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) dengan MASALAH KECEMASAN


Pertemuan pertama
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
2) Pasien sering mondar-mandir,
3) menanyakan hal-hal yang tidak pentig,
4) Pasien merasa curiga
b. Diagnosa Keperawatan Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan ansietas sedang.
c. Tujuan Khusus TUK2 : Klien mampu mengenal ansietasnya TUK4 : klien dapat menggunakan
mekanisne koping yang adaptif TUK5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
d. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan keperawatan :
a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
g) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
2) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidakkooperatifan dalam meminum
obat Tindakan keperawatan :
a) Tanyakan pada pasien tentang
13

a. Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien


b. Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan

b) Diskusikan dengan keluarga tentang :


a. Cara merawat pasien dirumah
b. Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
c. Lingkungan yang tepat untuk pasien
d. Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
e. Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan Tindakan Keperawatan
a. Orientasi
1. Salam Terapiutik “Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat S, saya perawat yang dinas pada pagi
ini mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang dipanggil siapa pak?”
2. Evaluasi “Apa yang bapak rasakan saait ini? “ “Bagaimana keadaan bapak saat ini?”
3. Kontrak
a) Topik : Membahas tentang perihal yang membuat klien cemas
b) Tempat : Ruang tengah di depan televisi
c) Waktu : pukul 09.00-09.20 (20 menit)
b. Kerja “bapak mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak, sudah beberapa
hari mengalami gelisah, dan sulit tidur. Coba bapak ceritakan lebih lanjut tentang perasaan
bapak, kenapa bapak meraskan hal tersebut, apa yang bapak pikirkan? Oh, jadi bapak takut
kalau penyakit bapak tak kunjung sembuh? Bagaimana kalau kita coba megatasi kecemasan
bapak dengan relaksasi dengan cara tarik napas dalam. Ini merupakan salah satu cara untuk
mengurangi kecemasan yang bapak rasakan.”

14

“Bagaimana kalau kita latihan sekarang. Saya akan lakukan, dan bapak memperhatikan saya,
lalu mengkuti yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya pak? Pertama-tama bapak tarik napas
dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan napas. Dalam hitungan ketiga setelah itu baoak
hempaskan udara melalui mulut dengan meniup udara secara perlahan-lahan. Sekarang coba
bapak praktikan.”
c. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif “Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya
sudah berkurang pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
b) Evaluasi Objektif “Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relakasasi
yang seperti saya contohkan tadi ya?”
c) Kontrak “Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi pukul 9 pagi
seperti saat ini di serambi depan?
d) Rencana Tindakan Lanjutan “Selanjutnya bapak harus mengingat-ingat apa yang sudah saya
ajarkan ya?”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) Pertemuan ke 2


1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
2) Pasien sering mondar-mandir,
3) menanyakan hal-hal yang tidak pentig,
4) Pasien merasa curiga
b. Diagnosa Keperawatan Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan
lingkungan berhubungan dengan ansietas sedang.
c. Tujuan Khusus 15

TUK2 : Klien mampu mengenal ansietasnya TUK4 : klien dapat menggunakan mekanisne koping
yang adaptif TUK5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
d. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan keperawatan :
a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
g) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
2) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidakkooperatifan dalam meminum
obat Tindakan keperawatan :
c) Tanyakan pada pasien tentang
a. Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
b. Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan d) Diskusikan dengan keluarga tentang :
a. Cara merawat pasien dirumah
b. Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur c. Lingkungan yang tepat untuk pasien
d. Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
e.Kondisipasienyangmemerlukankonsultasisegera.

2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan Tindakan Keperawatan


a. Orientasi
1.SalamTerapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat S, saya perawat yang dinas pada pagi ini mulai pukul
07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang dipanggil siapa pak?”
2. Evaluasi “Apa yang bapak rasakan saait ini? “ “Bagaimana keadaan bapak saat ini?”
3. Kontrak
a) Topik : Membahas tentang perihal yang membuat klien cemas
b) Tempat : Di Serambi Depan c) Waktu : pukul 09.00-09.20 (20 menit)
b. Kerja “Bapak kemarin mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak, sudah
beberapa hari mengalami gelisah dan sulit tidur. Apkah bapak masih merasa gelisah saat ini?
Baiklah kalau bapak masih merasa gelisah. Kemarin kita sudah mempelajari teknik napas dalam,
apakah bapak sudah melakukanya lagi? Kalau begitu kali ini kita akan mempelajari teknik
relaksasi otot. Ikuti instruksi saya ya pak. 1) Kepalkan dengan kencang sesaat telapak tangan
anda seolah-olah hendak meninju untuk mengencangkan otot bisep dan lengan bawah, dan
rileks. 2) Kerutkan semua otot-otot diwajah anda, mulai dari dahi, mata, hidung,mulut, sampai
leher dan bahu sekitar 4 hitungan dan rasakan ketegangan itu lalu tarik nafas panjang dan
perlahan-lahan hepaskan nafas anda dan sambil kedurkan mulai dari dahi, mata, hidung, mulut.
Leher, hidung. 3) Luruskan kaki anda lalu tegangkan rasakan tegang mulai dari jari kaki, lutut,
betis, paha, pantat, rasakan ketegangan beberapa saat, lalu kembali tarik napas dalam sambil
menghempaskan nafas secara perlahan. c. Terminasi 1) Evaluasi Subyektif “Nah, sekarang
bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya sudah berkurang pak? Apakah sudah
merasa lebih baik sekarang?” 2) Evaluasi Objektif 17

“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relakasasi yang seperti saya
contohkan tadi ya?” 3) Kontrak “Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok
pagi lagi pukul 9 pagi seperti saat ini di ruang dwpan televisi? 4) Rencana Tindak Lanjut
Anjurkan klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) Pertemuan ke 3 1. Proses


Keperawatan a. Kondisi Pasien 1) Pasien melamun, 2) Pasien sering mondar-mandir, 3)
menanyakan hal-hal yang tidak pentig, 4) Pasien merasa curiga b. Diagnosa Keperawatan Resiko
halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
ansietas sedang. c. Tujuan Khusus TUK2 : Klien mampu mengenal ansietasnya TUK4 : klien
dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif TUK5 : Klien dapat menggunakan teknik
relaksasi d. Tindakan Keperawatan 1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan
keperawatan : a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal b) Perkenalkan diri
dengan sopan c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai d) Jelaskan
tujuan pertemuan e) Jujur dan menepati janji 18

f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan g) Berikan perhatian kepada pasien dan
perhatikan kebutuhan dasar 2) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab
ketidakkooperatifan dalam meminum obat Tindakan keperawatan : a) Tanyakan pada pasien
tentang 1) Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien 2) Orang terdekat pasien
dirumah/diruang perawatan b) Diskusikan dengan keluarga tentang : 1) Cara merawat pasien
dirumah 2) Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur 3) Lingkungan yang tepat untuk
pasien 4) Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat) 5)
Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera. 2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan
Tindakan Keperawatan a. Orientasi 1. Salam Terapiutik “Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat S,
saya perawat yang dinas pada pagi ini mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih
senang dipanggil siapa pak?” 2. Evaluasi “Apa yang bapak rasakan saait ini? “ “Bagaimana
keadaan bapak saat ini?” 3. Kontrak a. Topik : Membahas tentang perihal yang membuat klien
cemas b. Tempat : Di Ruang di depan televisi c. Waktu : pukul 09.00-09.20 (20 menit) b. Kerja
“Bapak kemarin mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak, sudah beberapa
hari mengalami gelisah, dan sulit tidur. Apakah bapak masih 19

merasa gelisah hari ini? Baiklah kalau masih merasa gelisah. Kemarin kita sudah mempelajari
teknik napas dalam dan relaksasi otot, apakah bapak sudah melakukanya lagi? Kali ini kita akan
memelajari teknik hipnotis 5 jari. Pejamkan mata bapak, tarik napas lalu buang perlahan .
lakukan selama 3 kali. Tautkan ibu jari bapak kepada jari tulunjuk, bayangkan ketika tubuh
bapak begitu sehat. Tautkan ibu jari bapak pada jari tengah, bayangkan ketika bapak
mendapatkan hadiah atau barang yang anda sukai. Tautkan ibu jari pada kepada jari manis,
bayangkan ketika bapak berada ditempat yang paling nyaman, tempat yang sangat bahagia.
Tautkan ibu jari bapak kepada jari kelingking, bayangkanketika bapak mendapatkansuatu
penghargaan. Tarik napas, buang perlahan, lakukan selama 3kali lalu buka mata kembali.” c.
Terminal 1) Evaluasi Subyektif “Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan
cemasnya sudah berkurang pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?” 2) Evaluasi
Objektif “Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relakasasi yang seperti
saya contohkan tadi ya?” 3) Kontrak “Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita
besok pagi lagi pukul 9 pagi seperti saat ini di ruang dwpan televisi?
4) Rencana Tindak Lanjut Anjurkan klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada
menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respons emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain.
Faktor penyebab kehilangan dapat tergantung dari arti dari kehilanganitu sendiri, sosial budaya,
kepercayaan / spiritual, status social ekonomi dan kondisi fisik dan psikologi individu.
Tahap Reaksi Berduka
Pengingkaran (Denail) ---- Marah (Anger) ---- Tawar menawar (bargaining) ---- Depresi
---- Menerima (acceptance)

3.2  Saran

Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa dapat dengan sunguh-sungguh untuk memahami
materi masalah psikososial kehilangan ini.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Maslim. Rusdi; Diagnosis Gangguan Jiwa> Rujukan Ringkasan dari PPDGJ –III.Jakarta 1997.
2.      Marmis.Wf: catatan ilmu kedokteran jiwa, Airlangga University Press, Surabaya 1994

Anda mungkin juga menyukai