Anda di halaman 1dari 25

By : Siti Khoiriyah

Asuhan Keperawatan BPH


APAKAH KAMU TAHU???

Di dunia, hampir 30 juta pria menderita BPH. Pada usia


40 tahun sekitar 40%, usia 60-70 tahun meningkat
menjadi 50% dan usia lebih dari 70 tahun mencapai 90%
(Sampekalo et al., 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) 2013,
memperkirakan terdapat sekitar 70 juta kasus
degeneratif. Salah satunya adalah BPH, dengan insidensi
di negara maju sebanyak 19%, sedangkan dinegara
berkembang sebanyak 5,35% kasus, yang ditemukan
pada pria dengan usia lebih dari 65 tahun dan dilakukan
pembedahan setiap tahunnya.
MARI MENYIMAK. . .

ANATOMI DEFINISI ETIOLOGI


FISIOLOGI

MANIFESTASI PATHWAY KOMPLIKASI


KLINIS

PEMERIKSAAN ASUHAN
PENATALAKSANAAN
PENUNJANG KEPERAWATAN

DARI BPH
ANATOMI FISIOLOGI
DEFINISI

(Mutaqin, 2014) (Smeltzer, 2015)

BPH adalah pembesaran Benigna Prostat


progresif dari kelenjar Hyperplasia (BPH) adalah
prostat, bersifat jinak pembesaran atau
disebabkan oleh hipertrofi kelenjar prostat.
hiperplasi beberapa atau Kelenjar prostat
semua komponen prostat membesar meluas ke atas
yang mengakibatkan menuju kandung kemih
penyumbatan uretra pars dan menghambat aliran
prostatika. keluar urine. BPH sering
terjadi pada pria berusia
lebih dari 50 tahun.
Menurut Haryono, (2013) Penyebab pastinya terjadinya BPH sampai sekarang belum
di ketahui. Namun ada beberapa faktor yang kemungkinan menjadi penyebab antara
lain :
a. Dihydrostestoteron
Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen
menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar
prostat mengalami hiperplasia.
b. Ketidakseimbangan produksi hormon testosterone
dan esterogen
Pada proses penuaan yang di alami pria terjadi
peningkatan hormon estrogen dan penurunan
testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.
c. Intraksi stroma epitel
Peningkatan epidermal growth factor atau fibroblast
growth faktor dan penurunan transforming growth
faktor tersebut menyebabkan hiperplasi stroma dan
epitel.
d. Berkurangnya sel yang mati
Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan
lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar.
Menurut Nurarif & Kusuma, (2015), Gejala klinis yang
ditimbulkan oleh BPH dibagi menjadi dua kategori yaitu :

Gejala Obstruktif Gejala Iritasi

1. Hesistensi 1. Urgency
2. Intermitency 2. Frekuensi
3. Terminal 3. Disuria
dribling
4. Pancaran lemah
5. Rasa tidak puas
setelah
berakhirnya
buang air kecil
Menurut Haryono, (2013) komplikasi dari BPH yaitu:

1. Atreosclerosis : penyempitan dan penebalan arteri karena penumpukan


plak pada dinding arteri sehingga terjadi peradangan.
2. Infark jantung : kerusakan otot jantung akibat kurangnya pasokan aliran
darah yang kaya oksigen.
3. Impoten atau disfungsi ereksi : kondisi ketika alat kelamin pria tidak
mampu ereksi.
4. Hemoragik post operasi atau perdarahan.
5. Fistula : terbentuknya saluran kecil di usus besar dan kulit sekitar anus
dan dubur di karenakan oleh infeksi kelenjar anus.
6. Struktur pasca operasi dan inkontinensia urin.
7. Infeksi.
8. Sindrom TURP (Tansurethral Resection Of The Prostate) : pasien gelisah
dan kesadaran menurun
Menurut Purnomo (2011) Pemeriksaan Penunjang
dapat dilakukan, antara lain:

 Analisis urin
Laboratorium

 Pemeriksaan kultur urin


 Pemeriksaan faal ginjal
 Pemeriksaan prostat spesific antigen (PSA)

 Foto polos abdomen


Radiologi

 Pemeriksaan pielografi intravena (IVP)


 Pemeriksaan USG transektal
Menurut Andra Saferi W & Yessie Mariza P (2013), pemeriksaan
ada beberapa, yaitu:

1. Pemeriksaan colok dubur (Recta Toucher)


Pada pemeriksaan colok dubur dinilai:
a. Tonus sfingter ani dan reflek bulbo-kavernosus (BCR)
b. Mencari kemungkinan adanya asa didalam lumen rectum
c. Menilai keadaan prostate
2. Laboratorium
a. Urinalisa untuk melihat adanya infeksi, hematuria
b. Ureum, kreatinin, elektrolit untuk melihat gambar fungsi ginjal
Penatalaksanaan
1. Terapi simptomatis
Pemberian obat golongan reseptor alfa-adrenergik inhibitor mampu
merelaksasikan otot polos prostat dan saluran kemih akan lebih terbuka. Obat
golongan 5-alfa-reduktase inhibitor mampu menurunkan kadar dehidrosteron
intraprostat, sehingga dengan turunya kadar testosteron dalam plasma maka
prostat akan mengecil.

2. TURP (Tansurethral Resection Of The Prostate)


Tindakan ini merupakan tindakan pembedahan, yaitu pemotongan secara elektric
prostat melalui meatus uretralis jaringan prostat yang membesar dan
menghalangi jalannya urine akan di buang melalui elektrokaureter dan di
keluarkan melalui irigasi di lator. Tindakan ini memiliki banyak keuntungan,
yaitu meminimalisirkan tindakan pembedahan terbuka, sehingga masa
penyembuhan lebih cepat dan tingkat resiko infeksi bisa di tekan.

3. Pembedahan terbuka (prostatectomi)


Tindakan ini dilakukan jika prostat terlalu besar di ikuti oleh penyakit penyerta
lainnya, misalnya tumor vesika urinaria, vesikolithiasis, dan adanya adenoma
yang besar.
Konsep Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN FOKUS

 P : Provacate, bagian tubuh mana yang mengalami cidera termasuk


menghubungkan antara nyeri yang di derita dengan faktor psikologinya,
karena bisa terjadi nyeri hebat, faktor ini disebabkan dari faktor psikologis
bukan dari lukanya.

 Q : Quality, kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang di


ungkapkan oleh klien, seperti di tusuk, terbakar, di gencet, dan lain-lain

 R : Region, untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita


untuk menunjukan semua bagian/daerah yang di rasakan tidak nyaman.

 S : Servere, tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif yang


dirasakan oeh penderita, karena akan di minta bagaimana kualitas nyeri,
kualitas nyeri harus bisa di gambarkan menggunakan skala yang sifatnya
kuantitas.

 T : Time, tenaga kesehatan mengkaji tenaga awitan, durasi dan rangkaian


nyeri, beberapa lama menderita, seberapa sering untuk kambuh.

 Tanda-tanda vital, meliputi : tekanan darah, respiratori, suhu tubuh dan


nadi
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Akut (NANDA 469 /00132)

2. Resiko Infeksi (NANDA 405/ 00004)

3. Kerusakan Integritas Jaringan (NANDA 431/00044)

4. Resiko Perdarahan (NANDA 408/00206)


NOC Kontrol Nyeri (1605)

Tidak Kadang- Secara


Jarang Sering
pernah kadang konsisten
menunjukan menunjukan
menunjukan menunjukan menunjukan

Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5

Indikator
Mengenali nyeri 1
160502 2 3 4 5
kapan terjadi
Menggambarkan
160501 1 2 3 4 5
faktor penyebab
Menggunakan
160504 tindakan 1 2 3 5
4
pengurangan (nyeri)
tanpa analgesik
Melaporkan
160511 nyeri yang 1 2 3 4 5
terkontrol
 
NIC (Nursing Intervation Classification) : Managemen nyeri (

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif yang meliputi lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau bertanya nyeri
dan faktor pencetus.

2. Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan


terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif.

3. Pastikan perawatan analgesik bagi pasien di lakukan dengan pemantauan


yang ketat.

4. Bantu keluarga dalam mencari dan menyendiakan dukungan.

5. Ajarkan relaksasi tehnik nafas dalam.

6. Pilih dan implementasikan tindakan yang beragam untuk memfasilitasi


penurunan nyeri sesuai kebutuhan (nonfarmakologi, farmakologi,
interpersonal).

7. Kaloborasi dengan pasien, keluuarga dan tim kesehatan lainnya.

8. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri


NOC Kontrol Resiko (1902)

Kadang- Secara
Tidak pernah Jarang kadang Sering konsisten
menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan menunjukan
Skala outcome 1 2 3 4 5

Indikator
Mencari
190219 informasi tentang 1 2 3 4 5
resiko kesehatan
19022 Mengidentifikasi 1 2 3 4 5
faktor resiko
Memonitor
190202 1 2 3 4 5
faktor resiko
di lingkungan

19020 Menghindari 2 3 4 5
1
paparan ancaman
kesehatan
Menggunakan
19021 fasilitas
kesehatan sesuai 1 2 3 4 5
kebutuhan
Mengenali
19021 perubahan status 1 2 3 4 5
kesehatan
Memonitor
19021 perubahan
status kesehatan 1 2 3 4 5
NIC (Nursing Intervation Classification) Perlindungan infeksi (6550)

1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi iskemik dan lokal

2. Monitor keentanaan terhadap infeksi

3. Berikan perawatan kulit yang tepat untuk (area yang mengalami) edema

4. Anjurkan istirahat

5. Anjurkan asupan cairan, dengan tepat

6. Ajarkanrkan pasien dan keluarga mengenai perbedaan infeksi virus dan


bakteri

7. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara menghindari infeksi.


NOC kulit & membran mukosa
(1101)
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
terganggu terganggu terganggu terganggu terganggu

Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5

Indikator:
110101 Suhu kulit 1 2 3 4 5

110102 Sensasi 1 4 5
2 3
110103 Elastisitas 1 2 3 4 5
Integritas 1
110113 2 3 4 5
kulit

Berat Cukup Sedang Ringan Tidak


berat ada

110115 Lesi pada kulit 1 2 3 4 5


110121 Eritema 5
1 2 3 4
NIC (Nursing Interfention Classification) : Perawatan Luka (3660)

1. Monitor karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran, dan bau

2. Pertahankan teknik balutan steril ketika melakukan perawatan luka, dengan


tepat

3. Periksa luka setiap kali perubahan balutan

4. Anjurkan pasien dan keluarga pada prosedur perawatan luka

5. Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengenal tanda dan gejala infeksi

6. Dokumentasikan lokasi luka, ukuran, dan tampilan


NOC keparahan kehilangan darah (0413)

Berat Cukup Sedang Ringan


berat

Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5


Indikator
041301 Kehilangan darah 1 2 3 4 5
yang terlihat

041308 Perdarahan pasca 1 2 3 4 5


pembedahan
041309 Penurunan tekanan 1 2 3 4 5
darah sistol
Penurunan tekanan
041310 1 2 3 4 5
darah diastol
041312 Kehilangan panas tubuh 1 2 3 4 5

041313 Kulit dan membran 5


1 2 3 4
mukosa pucat
041316 Kemerahan 1 2 3 4 5
  1 2 3 4 5
041316 Penurunan Hb
2 3 4 5
041317 Penurunan hematokrit 1
NIC (Nursing Interfention Classification) : Pencegahan Perdarahan (4010)

1. Monitor dengan ketat resiko terjadinya perdarahan pada pasien

2. Catat nilai hemoglobin dan hematokrit sebelum dan setelah pasien kehilangan
darah sesuai indikasi

3. Monitor tanda dan gejala perdarahan menetap (contoh: cek semua sekresi darah
yang terlihat jelas maupun yang tersembunyi)

4. Berikan obat-obatan (misal : antasida) jika di perlukan

5. Hindari pengangkatan benda berat

6. Monitor TTV

7. Pertahankan agar pasien tetap tirah baring


NOC (Nursing Outcome Classification) : Eliminasi Urin (0503)

  Sangat terganggu Banyak terganggu Cukup terganggu Sedikit terganggu Tidak terganggu

Indikator: 1 2 3 4 5

Pola eliminasi 1 2 3 4 5

Bau urin 1 2 3 4 5

Jumlah urin 1 2 3 4 5

Warna urine 1 2 3 4 5

Intake cairan 1 2 3 4 5

  Berat Cukup berat Sedang Ringan Tidak ada

Darah terlihat di urin 1 2 3 4 5

Nyeri saat kencing 1 2 3 4 5

Rasa terbakar saat berkemih 1 2 3 4 5


NIC (Nursing Interfention Classification) : Perawatan Retensi Urin
(0620)

1. Lakukan pengkajian komprehensif system perkemihan focus


terhadap inkontinensia (misalnya, urin output, pola berkemih, fungsi
kognitif, masalah salauran perkemihan sebelumnya).
2. Stimulasi reflex kandung kemih dengan membasahi abdomen dengan
air dingin, memberikan sentuhan pada paha bagian dalam atau air
yang mengalir.
3. Anjurkan pasien/keluarga untuk mencatat urin output, sesuai
kebutuhan.
4. Monitor intake dan output.
5. Monitor derajat distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi.
6. Gunakan kateter untuk residu urin, sesuai kebutuhan.
7. Bantu toileting pada interval yang regular, sesuai kebutuhan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai