Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

(PELVIC INFLAMATORY DESEASES)

Disusun Oleh:

Yohana Sari K. Tuati


462018009
STASE MATERNITAS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2021
1. Pengertian

Penyakit Radang Panggul adalah (PRP) adalah suatu kelompok gangguan mengenai
traktus genetalia pada wanit, yang diakibatkan oleh penyebaran organisme dari serviks atau
vagina, endometrium (endometritis), tuba falopi (salpingitis) (Surjana,2006). Radang
panggul atau Pelvic Inflamatori Disease (PID) merupakan infeksi traktus genital atas yang
merupakan salah satu infeksi menular seksual (Nugraha,2013).

Pelvic Inflamatori Disease (PID) adalah perjalanan klinik yang dihasilkan dari infeksi
dari endoseviks atas sehingga organ reproduksi dapat berkembang dan mengakibatkan
ovaritis, salpingritis, endometritis dan parametritis (Winata,2021).

Jadi Penyakit radang panggul (PRP) atau Pelvic Inflamatori Disease (PID) merupakan
salah satu penyakit yang terjadi pada alat reproduksi wanita akibat dari adanya inflamasi
yaitu mulai dari serviks atau vagina, endometrium, dan tubafalopi. PID ini merupakan
penyakit infeksi menular seksual.

2. Etiologi
Kebanyakan penyebab dari Penyakit Radang Panggul ini adalah infeksi serviks yang terjadi
akibat penyakit menular yang seebagian besar disebabkan oleh Chlamydia trachomatis,
Nisseria gonorhoeae, dan beberapa agen yaitu Bacterial vaginosis, Trichomonas, Escherichia
coli, Bacteroides sp, Anaerobiccocci, Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealiticum
(Surjana,2006)
3. Patofisiologi (Pathway)

Penyakit Radang panggul atau Pelvic Inflamatori Disease (PID) terjadi dalam dua tahap
yaitu, tahap pertama adalah tahap akuisisi infeksi pada vagina dan serviks. Infeksi ini
biasanya ditularkan secara seksual dan tahap yang ke dua adalah infeksi yang secara
langsung mikroorganisme dari vagina naik ke saluran genital bagian atas. Mekanisme
naiknya mikroorganisme ke saluran genital atas masih belum jelas. Naiknya
mikrroorganisme ini bias saja terjadi saat pembukaan serviks . Hubungan seksual juga dapat
menjadi salah satu factor yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu adanya kontraksi pada
uterus ritmis saat orgasme atau bias juga bakteri oleh sperma yang masuk ke dalam Rahim
dan saluran tuba.Pada saluran bagian atas mikroba dan inang akan mempengaruhi tingkat
peradangan yang terjadi. Infeksi yang terjadi pada tuba fallopi awalanya mempengaruhi
mukosa tetapi peradangan bias cepat menjadi transmural. Peradangan yang terjadi dapat
menyebar ke struktur parametrium yang tidak terinfeksi termasuk usus. Infeksi dapat
menyebar mlalui sekresi purulent dari tuba fallopi atau melalui penyebaran limfatik di luar
panggul agar menghasilkan perinotis akut dan perihepatitis akut (Suzanne, 2017)
Chlamydia trachomatis dan
Nisseria gonorhoeae,

Bakteri naik ke saluran genetalia

Hipertermia

Menginfeks genetalia

Infeksi radang panggul Suhu tubuh meningkat Demam


Inflamasi pada vagina dan serviks

Abses ovarium dan panggul Abses pecah dan masuk ke rongga panggul
Menginfesi tuba falopi

Tuba falopi bengkak Penyebaran infeksi


Menyebar ke
Nyeri perut bagian
dan terisi cairan ke dalam darah
struktur sekitarnya bawah

Jaringan perut dan Syok Mual dan muntah Resiko Infeksi

perlengketan fibrosaa
abnormal
Kelemahan Napsu makan menurun

Nyeri berkemih dan saat


Defisit Nutrisi
melakukan hubungan Intoleransi aktivitas

Nyeri Akut
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang terjadi pada radang panggul adalah nyeri perut bagian bawah, suhu >
38oC, keluarnya cairan pada vagina, terjadinya pendarahan yang tidak teratur, merasa sakit
pada kepala, lesu, merasa nyeri saat berhubungan seksual juga saat buang air kecil
(Nugraha,2013).

5. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi yaitu (Winata,2021):

 Abses pada panggul


 Peritonitis
 Radang panggul yang semakin parah
6. Pemeriksaan Penunjang (Winata,2021).

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu (Surjana,2006):

1. Biopsi endometrium yang dapat menunjukkan adanya inflamasi


2. Laparoskopi yaitu untuk melihat organ dalam panggul
3. Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat adanya kenaikan sel darah putih yang
menandakan infeksi

7. Penatalaksanaan medis
1. Pemberian obat metramidazol intravena 400 mg setiap 12 jam
2. Pemberian sefotetan (cefotetan) 2 g intravena setiap 12 jam
3. Pemberian obat doksisiklin 100 mg setiap 14 jam selama 14 hari secara oral
8. Pengkajian
1. Pemeriksaan subjektif pada pasien infeksi radang panggul
a. Data demografi (Nama, umur, agama, jenis kelamin, status, pendidikan, pekerjaan,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no registrasi, diagnose
medis)
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat Penyakit dahulu (Abortus seeptikus, endometriosis, abortus, kuret,
melakukan hubungan seksual masa remaja, ganti-ganti pasangan dll)
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Riwayat menstruasi
f. Riwayat ginekologi (Kaji keluhan yang dirasakan, lamanya, upaya yang dilakukan,
operasi yang dialami dan terkait apakah ibu pernah mengalami keputihan)
2. Pemeriksaan objektif
a. Keadaan umum ( Tingkat kesadaran, TTV, dll)
b. Keadaan fisik (Kepala, mata, leher, dada, Payudara, abdomen, anogenital, genitalia,
intergumen, ekstermitas, neulologis.
9. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul (Buku SDKI)
1. Hipertermia b.d Proses penyakit (Infeksi) D.0130
2. Nyeri akut b.d Agen pencidera fisiologis (Inflamasi) D.0077
3. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan dalam menelan makanan D.0019
4. Intoleransi sktivitas b.d Kelemahan D.0056
5. Resiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme pathogen D.0142
10. Intervensi Keperawatan (Buku SDKI)

NO Dx. KEPERAWATAN TUJUAN INTERVVENSI


1. Hipertermia b.d Proses Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia(I.
penyakit (Infeksi) keperawatan selama 1x24 jam, 15506)
masalah Hipertermia dapat O: Monitor suhu tubuh
teratasi dengan kriteria hasil
Termoregulasi N: Berikan cairan oral
(LTermoregulasi)
1. Pucat menurun (5) E: Anjurkan tirah baring
2. Suhu tubuh membaik (5)
C: Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit IV

2. Nyeri akut b.d Agen cidera Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri dan Terapi
fisiologis ditandai dengan keperawatan selama 1x24 jam, Relaksasi (I.08238 dan
portus masalah nyeri akut dapat teratasi I.09326)
dengan kriteria hasil: O:
Kontrol Nyeri (L08063) - Identifikasi lokasi, durasi,
1. Melaporkan nyeri frekuensi kualitas dan
terkonttrol meningkat (5) intensitas nyeri
2. Kemampuan - Identifikasi skala nyeri
menggunakan teknik non - Monitor respons terhadap
farmakologi meningkat terapi relaksaasi
(5) N:
3. Dukungan orang terdekat - Berikan teknik
meningkat (5) nonfarmakologi untuk
4. Keluhan nyeri menurun megurangi rasa nyeri
(1) - Ciptakan lingkungan yag
Penggunaan analgesic Menurun tenang
(5) - Gunakan relaksasi sebagai
penunjang dengan tindakan
medis lainnya jika perlu

E:
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi
- Anjurkan pengambilan
posisi yang nyaman
- Anjurkan rileks
C: Kolaborasi dalam
pemberian tndakan medis
yang membantu

3. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi (I. 03119))
ketidakmampuan dalam keperawatan selama 1x24 jam, O:
menelan makanan masalah Gangguan rasa nyaman - Idrntifikasi status nutrisi
dapat teratasi dengan kriteria - Identifikasi makasnan
hasil: yang disukai
Nafsu makan (L.03024) - Monitor asupan
1. Keingina makan makanan
meningkat (5) N:
2. Nafsu makan meningkat - Sajikan makanan secara
(5) menarik dan suhu yang
3. Asupan cairan sesuai
meningkat (5) - Berikan makanan yang
4. Asupan nutrisi tinggi kalori dan tinggi
meningkat (5) protein
5. Stimulus untuk makan E: Anjurkan posisi duduk jika
meningkat (5) mampu
C:
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
( pereda nyeri) jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
jika perlu
InItoleransi sktivitas b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I. 05178)
Kelemahan keperawatan selama 1x24 jam, O: Monitor kelelahan fisik dan
4. masalahi Intoleransi aktivitas emosional
dapat membaik dengan kriteria N: Sediakan lingkungan yang
hasil: nyaman dan rendah stimulus
Toleransi Aktivitas (L.05047) E:
1. Kekuatan tubuh bagian - Anjurkan tirah baring
bawah meningkat (5) - Anjurkan koping stress
2. Kemudahan dalam untuk menggurangi
melakukan aktivitas keelahan
sehari-hari meningkat (5) C: -
3. Keluhan lelah menurun

1
5. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi (I.14539)
peningkatan paparan keperawatan selama 1x24 jam, O: Monitor tanda dan gejala
organisme pathogen masalah Resiko Infeksi dapat infeksi
membaik dengan kriteria hasil: N:
Kontrol Risiko (L. 14128) - Cuci tangan sesudah dan
1. Kemampuan sebelum lakukan kontak
mengidentifikasi factor dengan pasien
resiko meningkat (5) - Pertahankan teknik
2. Kemampuan aseptic pada pasien
menghindari factor beresiko tinggi
resiko meningkat (5) E: Jelaskan tanda dan gejala
3. Pemantauan perubahan infeksi
status kesehatan C: C:-
meningkat (5)
Daftar pustaka

Winata.I.G.S, Taufiq. M. 2021. Pelfik Inflamatory Disease (PID0 managemen in Corona virus
Disease 2019 (COVID-19) Pandemi Era. Indonesia Journal Of Obtetrics &
Gynecology Scince, Vol 4 No. 1

Suzanne MS. 2017. Pelvic Inflamatory Disease. New Yeork:Madscape

Surjana. E, Dkk. 2006. Gambaran Kadar Interleukin-6 Serum dan Sekret Serviks Pada Wanita
Infertilitas yang Dicurigai Menderita Penyakit Radang Panggul Subklinik. Vol 30
No 1

Nugraha. A.P, Dkk. 2013. Perbandingan Metode Probabilistik Naïve Bayesian Classifier dan
Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization dalam Kasus Klasifikasi
Penyakit Kandungan. Jurnal ITSMART,Vol 2 No 2

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1, Cetakan
lll

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1, Cetakan
lll

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1, Cetakan lll
Lampiran Hasil cek plagiasi :

Anda mungkin juga menyukai