Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN RUPTUR UTERI

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

OLEH :
Pani Azhari

NIM :2114901110073

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHAP PROFESI
NERS TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

RUPTUR UTERI

A. Definisi
Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan
dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral.
Rupture uteri termasuk salah satu diagnosis banding apabila wanita dalam persalinan
lama mengeluh nyeri hebat pada perut bagian bawah, diikuti dengan syok dan perdarahan
pervaginam, dan terdapat robekan dapat mencapai kandung kemih dan organ vital
disekitarnya (Sarwono,2015).

B. Mekanisme fisiologis (etiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaan, pathway)

Etiologi

1. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus


2. induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
3. presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ) (Helen, 2015).

Tanda dan gejala:


Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
Dramatis
1. Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak
2. Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri
3. Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
4. Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas pendek
( sesak )
5. Temuan pada palpasi abdomen tidak sama dengan temuan terdahulu
6. Bagian presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
7. Janin dapat tereposisi atau terelokasi secara dramatis dalam abdomen ibu
8. Bagian janin lebih mudah dipalpasi
9. Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ
sama sekali atau DJJ masih didengar
10. Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin seperti
berada diluar uterus ).
Tenang

1. Kemungkinan terjadi muntah


2. Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
3. Nyeri berat pada suprapubis
4. Kontraksi uterus hipotonik
5. Perkembangan persalinan menurun
6. Perasaan ingin pingsan
7. Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
8. Perdarahan vagina ( kadang-kadang )
9. Tanda-tanda syok progresif
10. Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin tidak
dirasakan
11. DJJ mungkin akan hilan
Penatalaksanaan
Tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan umum penderita dengan
pemberian infus cairan dan tranfusi darah, kardiotinika, antibiotika, dsb.
bila keadaan umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah melakukan laparatomi dengan
tindakan jenis operasi
:
Pathway

C. Pemeriksaan Penunjang

No. Jenis Pemeriksaan Manfaat


1. Pemeriksaan Umum Takikardi dan hipotensi merupakan indikasi dari kehilangan
darah akut, biasanya perdarahan eksterna dan perdarahan
intra abdomen
2. Pemeriksaan Abdomen Sewaktu persalinan, kontur uterus yang abnormal atau
perubahan kontur uterus yang tiba-tiba dapat menunjukkan
adanya ekstrusi janin. Fundus uteri dapat terkontraksi dan
erat dengan bagian-bagian janin yang terpalpasi dekat
dinding abdomen diatas fundus yang berkontraksi.
Kontraksi uterus dapat berhenti dengan mendadak dan
bunyi jantung janin tiba-tiba menghilang. Sewaktu atau
segera melahirkan, abdomen sering sangat lunak, disertai
dengan nyeri lepas mengindikasikan adanya perdarahan
intraperitoneum
3. Pemeriksaan Pelvis Menjelang kelahiran, bagian presentasi mengalami regresi
dan tidak lagi terpalpasi melalui vagina bila janin telah
mengalami ekstrusi ke dalam rongga peritoneum.
Perdarahan pervaginam mungkin hebat
4. Laparoscopy Untuk menyikapi adanya endometriosis atau kelainan
bentuk panggul / pelvis
5. Pemeriksaan HB dan hematokrit untuk mengetahui batas darah HB dan
laboratorium nilai hematokrit untuk menjelaskan banyaknya kehilangan
darah. HB < 7 g/dl atau hematokrit < 20% dinyatakan
anemia berat
6. Urinalisis Hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung kemih.

D. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

DIANGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa 1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis Diagnosa 2. Resiko infeksi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
jam diharapakan infeksi tidak terjadi dengan kriteria
1x24 jam diharapakan nyeri akut dapat hasil:
- Tidak terjadi infeksi (lokea tidak berbau dan
terkontrol dengan kriteria hasil:
TV dalam batas normal)
- Mampu mengontrol nyeri Intervensi :
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang Mampu a. Catat perubahan tanda vital.
mengenali nyeri R : Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri indikasi terjadinya infeksi
berkurang
Intervensi : b. Catat adanya tanda lemas, kedinginan,
anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan
Manajemen Nyeri
nyeri panggul.
a. Kaji nyeri secara komprehensif termasuk R: Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, terjadinya bakterimia, shock yang tidak
kualitas dan factor presipitasi terdeteksi
R:mengetahui karakteristik nyeri
c. Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea.
b. Gunakan strategi komunikasi terapeutik R: Infeksi uterus menghambat involusi dan
R:memberikan efek terapeutik terhadap nyeri terjadi pengeluaran lokea yang berkepanjangan

c. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat d. Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain,
mempengaruhi respon pasien terhadap misalnya infeksi saluran nafas, mastitis dan
ketidaknyamanan saluran kencing.
R: Megatur lingkungan yang aman dan R: Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
nyaman meningkatkan efek terapeutik klien
e. Berikan perawatan perineal,dan pertahankan
d. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi agar pembalut jangan sampai terlalu basah.
R: Teknik relaksasi terbukti mengurangi R: pembalut yang terlalu basah menyebabkan
skala nyeri kulit iritasi dan dapat menjadi media untuk
pertumbuhan bakteri,peningkatan resiko infeksi.
e. Kolaborasi pemberian terapi analgetik
R: Efektif menurunkan nyeri skala berat
Diagnosa 3 . Resiko shock hipovolemik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapakan syok tidak terjadi dengan kriteria
hasil:
- Tidak ada penurunan tekanan darah
- Tidak ada penurunan tekanan nadi perifer
- Tidak ada penurunan tekanan arteri rata-rata
- Tidak ada penurunan tingkat kesadaran
- Tidak ada penurunan akral dingin, kulit
lembab/basah Intervensi :
Manajemen Hipovolemi
a. Monitor tanda-tanda vital tiap 4 jam.
R/ Perubahan tanda-tanda vital dapat merupakan indikator terjadinya dehidrasi secara dini.

b. Berikan cairan IV isotonic yang diresepkan (normal saline atau lactated ringer).
R: Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intravascular sehingga dapat meningkatkan
volume intravascular yang dapat meningkatkan perfusi jaringan.

c. Monitor intake cairan dan output


R/ Intake cairan yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran cairan yang berlebihan.

d. Kolaborasi dalam : - Pemberian cairan infus / transfusi.


e. R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular yang dapat meningkatkan perfusi
jaringan sehingga dapat mencegah terjadinya shock.

Daftar Pustaka
Farrer, Helen. 2015. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

NANDA-I 2018-2020, Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, Penerbit: EGC


Norwitz, Errol dan Schorge, John, 2017. At a Glance Obstetri & Ginekologi Edisi Kedua.
Penerbit Erlangga. Jakarta

Prawirohardjo, S. (2014) Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

RSUD Dr. Soetomo (2051), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR,
Surabaya

Banjarmasin,14 Februari 2022

Preseptor Akademik, Ners Muda

(Hj. Ruslinawati.,Ns.M.Kep) (PaniAzhari, S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai