Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN NORMAL

(EUTOSIA)

NAMA: KALEB MANGGASA’


NPM: 1830702056

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSIRAS BORNEO TARAKAN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN NORMAL
(EUTOSIA)

I. KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009). Persalinan normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian dari persalinan
normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan
(aterm 37-42 minggu), pada janin letak memanjang dan presentasi belakang
kepala, yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu
berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan
dan tanpa komplikasi.

B. Etiologi
Menurut Muchtar (2002) beberapa teori mengemukakan etiologi dari
persalinan adalah meliputi:
1. Teori penurunan hormon, pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan mulai
terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul kontraksi otot rahim bila kadar progesterone
menurun.
2. Teori placenta menjadi tua, dengan semakin tuanya plasenta akan
menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan
kekejangan pembuluh darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim
3. Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan
iskemia otot-otot rahim,sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter
4. Teori iritasi mekanik, di belakang serviks terletak ganglion servikal (fleksus
frankenhauser), bila ganglion ini di geser dan di tekan misalnya oleh kepala
janin,akan timbul kontraksi rahim.
5. Induksi partus, dengan jalan gagang laminaria,aniotomi,oksitosin drip dan
sexio caesarea.

C. klasifikasi
Berdasarkan Winkjosastro (2005) dan Roestam (2002);
1. Kala I : Pembukaan serviks.
2. Kala II : Kala pengeluaran janin.
3. Kala III : Kala pengeluaran plasenta.
4. Kala IV : Hingga 1 jam setelah plasenta lahir.

D. Patofisiologi
Untuk menentukan pecahnya ketuban ditentukan dengan kertas lakmus.
Pemeriksaan pH dalam ketuban adalah asam, dilihat apakah memang air ketuban
keluar dari kanatis serviks. Pengaruh terhadap ibu karena jalan janin terbuka dapat
terjadi infeksi intraportal. Ibu akan merasa lelah, suhu naik dan tampak gejala
infeksi intra uterin lebih dahulu sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan
meninggikan mortalita dan morbiditas perinatal. Setelah ½ jam ketuban pecah
tidak terjadi persalinan spontan (partus lama) maka persalinan diinduksi.

E. Manifestasi Klinis
Berdasarkan Manuaba (2007) bahwa tanda menjelang persalinan sebagai
berikut:
1. Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu 36 yang
disebut lightening
2. Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang.
3. Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian bawah dan menekan
kandung kemih.
4. Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria
5. Pemeriksaan tinggi fundus uteri semakin turun; serviks uteri mulai lunak,
sekalipun terdapat pembukaan
6. Braxton Hicks semakin frekuen ditandai dengan:
a. Sifatnya ringan, pendek, tidak menentu jumlahnya dalam 10 menit
b. Pengaruhnya terhadap effescement dan pembukaan serviks dapat mulai
muncul.
c. Kadang-kadang pada multigravida sudah terdapat pembukaan.
d. Dengan stripping selaput ketuban akan dapat memicu his semakin frekuen
dan persalinan dapat dimulai.

F. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang


Berdasarkan (Saifuddin, 2002) bahwa cara menentukan persalinan sudah pada
waktunya adalah :
1. Melakukan anamnesa dengan menanyakan hal-hal sebagai berikut:
a. Permulaan timbulnya kontraksi
b. Pengeluaran pervaginam seperti lendir, darah, dan atau cairan ketuban
c. Riwayat kehamilan, riwayat medik, riwayat sosial, masalah kesehatan ibu
dan kesehatan reproduksi yang pernah dialami
2. Pemeriksaan Umum meliputi tanda vital, BB, TB, oedema, kondisi puting
susu, kandung kemih
3. Pemeriksaan Abdomen meliputi bekas luka operasi, Tinggi Fundus Uteri
(TFU), kontraksi, penurunan kepala, letak janin, besar janin, denyut jantung
janin (DJJ)
4. Pemeriksaan vagina meliputi pembukaan dan penipisan servik, selaput
ketuban penurunan dan molase, anggota tubuh janin  yang sudah teraba
5. Pemeriksaan Penunjang berupa:
a. Urine            : warna, kejernihan, bau, protein, BJ, dan lain-lain
b. Darah           : Hb, BT/CT, dan lain-lain.

G. Penatalaksanaan
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
1. Kaji kondisi fisik klien
2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3. Menganjurkan klien istirahat
4. Mengobservasi perdarahan
5. Memeriksa tanda vital
6. Memeriksa kadar Hb
7. Berikan cairan pengganti intravena RL
8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih
premature.

H. Komplikasi
Berdasarkan (Hachermoore, 2001) bahwa komplikasi dari persalinan sebagai
berikut:
1. Infeksi.
2. Retensi plasenta.
3. Hematom pada vulva.
4. Ruptur uteri.
5. Emboli air ketuban.
6. Ruptur perineum.
III.KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat
kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses
membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan
rencana asuhan atau perawatan yang sesuai, meliputi :
1. Nama, umur, dan alamat
2. Gravida dan para
3. Hari pertama haid terakhir
4. Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
5. Riwayat alergi obat-obat tertentu
6. Riwayat kehamilan yang sekarang dan sebelumnya
7. Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung,
berkemih, dan lain-lain)
8. Riwayat medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri
epigastrum bagian atas)
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
bayinya serta kenyamanan fisik ibu bersalin, meliputi; pemeriksaan abdomen.
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
1. Menentukan tinggi fundus uterus
2. Memantau kontraksi usus
3. Memantau denyut jantung janin
4. Menentukan presentasi
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Berdasarkan (Prawirohardjo, 2006) bahwa pemeriksaan dalam diperlukan
untuk menilai:
1. Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit
2. Keadaan serta pembukaan serviks
3. Kapasitas panggul
4. Ada atau tidak adanya penghalang (tumor) pada jalan lahir
5. Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya bartholmitis,
urethritis, sistitis, dan sebagainya
6. Pecah tidaknya ketuban
7. Presentasi kepada janin
8. Turunnya kepala dalam ruang panggul
9. Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
10. Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus telah berlangsung.
Mendokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik kedalam patograf
meliputi: informasi tentang ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, jam dan
waktu, kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan yang diberikan, kondisi ibu dan
asuhan serta pengamatan klinik, mencatat dan mengkaji hasil anamnesis dan
pemeriksaan fisik (Waspodo, 2007)

B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
3) Resiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasif

C. Intervensi

Dx. PERECANAAN
NO
TUJUAN INTERVENSI
Kep.
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri:
agen pencedera keperawatan selama 1x24 jam. - monitor lokasi nyeri dan
fisik Diharapkan klien dapat memenuhi intensitas nyeri.
kriteria hasil : - monitor TTV klien.
- Nyeri berkurang - berikan posisi yang nyaman
- Skala nyeri 1 untuk klien.
- tidak tampak meringis - berikan teknik nonfarmakologis
- Klien tampak rileks dan untuk mengurangi rasa nyeri
beraktivitas sesuai kemampuan (RND)
- anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
- anjurkan menggunakan obat
analgetik secara tepat
- kolaborasi pemberian obat
analgetic
2 Deficit Setelah dilakukan asuhan Dukungan perawatan diri:
perawatan diri keperawatan selama 1x24 jam. - Monitor tingkat kemandirian
b.d kelemahan Diharapkan klien dapat memenuhi - Identifikasi kebutuhan alat bantu
kriteria hasil : kebersihan diri, berpakaian,
- Klien mampu melakukan berhias, dan makan
personal higene secara mandiri. - Siapkan keperluan pribadi
- Dampingi dalam melakukan
perawatan diri sampai mandiri
- Fasilitasi kemandirian, jika perlu
bantu melakukan perawatan diri.
- Jadwalkan rutinitas perawatan
diri
- Anjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan.
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan infeksi:
d.d efek keperawatan selama 1x24 jam. - monitor tanda dan gejala infeksi
prosedur Diharapkan klien dapat memenuhi lokal
invasif kriteria hasil : - berikan perawatan kulit pada area
- Tidak terjadi tanda – tanda edema
infeksi (kalor, rubor, dolor, - jelaskan tanda dan gejala infeksi
tumor). - ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi dan cairan
- kolaborasi pemberian obat
antibiotik sesuai indikasi.

D. Implementasi dan evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi


kep.
Nyeri akut - memonitor lokasi nyeri dan intensitas - Tanyakan kembali
berhubungan nyeri. nyeri(frekuensi, kualitas,
dengan agen - memonitor TTV klien. skala)
pencedera - berikan posisi yang nyaman untuk klien. - amati kondisi klien dalam
fisik - memberikan teknik nonfarmakologis kemampuan menuntaskan
untuk mengurangi rasa nyeri (RND) aktivitasnya.
- menganjurkan memonitor nyeri secara - amati dan tanyakan keluhan
mandiri. nyeri, Sikap protektif,gelisah,
- menganjurkan menggunakan obat dan kesulitan tidur.
analgetik secara tepat
- berkolaborasi pemberian obat analgetik
Defisit - memonitor tingkat kemandirian - Kemampuan mandi
perawatan - mengidentifikasi kebutuhan alat bantu - Kemampuan mengenakan
diri kebersihan diri, berpakaian, berhias, pakaian
berhubungan dan makan - Kemampuan makan
dengan - menyiapkan keperluan pribadi - Kemampuan BAB & BAK
kelemahan - mendampingi dalam melakukan - Verbalisasi perawatan diri
perawatan diri sampai mandiri sendiri.
- memfasilitasi kemandirian, jika perlu - Minat perawatan diri sendiri.
bantu melakukan perawatan diri.
- menjadwalkan rutinitas perawatan diri
- menganjurkan melakukan perawatan
diri secara konsisten sesuai
kemampuan.
Resiko - memonitor tanda dan gejala infeksi - menanyakan dan memonitor
infeksi lokal demam, kemerahan, nyeri,
ditandai - memberikan perawatan kulit pada area bengkak, dan kadar sel darah
dengan efek edema putih.
prosedur - menjelaskan tanda dan gejala infeksi
invasif - mengajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- menganjurkan meningkatkan asupan
nutrisi dan cairan
- berkolaborasi pemberian obat antibiotik
sesuai indikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes.(2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.Jakarta: USAID

FKUI.(2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Media Aesculapius. Jakarta

Gary dkk. Obstetri Williams,Edisi 21, Jakarta, EGC; 2006.

Mc Closky & Bulechek.(2000).Nursing Intervention Classification (NIC).United


States of America:Mosby.

Meidian, JM. (2000).Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of


America:Mosby.
Mitayani.(2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan EdisiIII. Jakarta: Yayasan Bima pustaka
Sarwana Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai