Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESARIA (PRESBO)

Disusun Oleh :
VINA AFRILIANA
2011040121

PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
A. PENGERTIAN
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, A, 2011 ).
Post operasi sectio caesaria adalah keadaan dimana telah dilakukan operasi
atau pembedahan untuk melahirkan janin (Mansjoer, A, 2011).
Letak sungsang merupakan letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang
terendah atau presentasi bokong (Sulaiman S, 2014).
Jadi post partum sectio caesaria atas indikasi letak sungsang adalah masa
setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu dimana kelahiran janinnya
dilakukan dengan membuka dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan atau
insisi atas indikasi Letak sungsang yang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala berada di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah
kavum uteri.
Ada beberapa jenis dan klasifikasi Letak sungsang :
1. Letak Bokong
Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas
2. Letak sungsang sempurna
Letak bokong dimana kedua kaki ada di samping bokong ( letak bokong kaki
sempurna ( lipat kejang ).
3. Letak sungsang tidak sempurna
Adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau
lutut.

B. ETIOLOGI
Penyebab letak sungsang dapat berasal dari :
1. Sudut ibu
Keadaan rahim : rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus duplek, mioma
bersama kehamilan, keadaan placenta : placenta letak rendah, placenta previa,
keadaan janin lahir : Kesempitan panggul, deformitas tulang panggul, terdapat
tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala.
2. Sudut janin
Pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang : Tali
pusat pendek atau lilitan tali pusat, Hidrosefalus atau anensephalus, Kehamilan
kembar, Hidronion atau oligohidronion, Prematuritas. Dalam keadaan normal,
bokong mencari tempat yang lebih luas sehingga terdapat kedudukan letak kepala.
Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar dan keras, serta paling berat
melalui hukum gaya berat, kepala janin akan menuju ke arah pintu atas pinggul.
Dengan gerakan kaki janin, ketegangan ligamentum rotundum dan kontraksi braxon
hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu atas panggul.

C. TANDA DAN GEJALA KEHAMILAN DENGAN PRESBO


a. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering
merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
b. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
c. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada
pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
d. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Sarwono (2011) letak janin dalam uterus bergantung pada proses
adaptasi janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin
bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam
presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir
janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relative berkurang. Karena bokong
dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar dari pada kepala, maka bokong dipaksa
untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam
ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.
E. PATHWAYS

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis : Menentukam kadar Albumin dan Glukosa
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Oxom dan William (2010) penanganan presentasi bokong yaitu dengan
persalinan pervaginam dan persalinan per abdominal (section caesaria).
1. Persalinan pervaginam
a. Spontan yaitu persalinan yang terjadi sepenuhnya merupakan hal yang terjadi
secara spontan dengan tenaga ibu dan kontraksi uterus tanpa dilakukan tarikan
atau manipulasi sedikitpun selain memegang janin yang dilahirkan. Jenis
persalinan ini disebut dengan persalinan dengan cara bracht.
b. Ekstraksi parsial yaitu persalinan yang terjadi secara spontan sampai umbilicus,
tetapi selanjutnya dilakukan ektraksi. Jadi janin lahir dengan kekuatana ibu, his,
dan tenaga penolong misalnya dengan cara klasik, muller, mouritceau.
c. Persalinan total yaitu persalinan yang terjadi dengan cara seluruh tubuh janin di
ekstraksi oleh tenaga penolong persalinan atau dokter kandungan.
2. Persalinan per abdominal : section caesaria
Insidensinya sekitar 10%. Menurut Wiknjosatro (2005) ada beberapa kriteria yang
dapat dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus dilahirkan per abdominam,
misalnya :
a. Primigravida tua
b. Nilai sosial janin tinggi
c. Riwayat persalinan yang buruk
d. Janin besar, lebih dari 3,5 - 4 kg
e. Dicurigai adanya kesempitan panggul
f. Prematuritas

H. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Kehamilan dengan Presbo, yaitu:
a. Pada Ibu
1) Terjadi pelepasan plasenta
2) Perlukaan vagina dan serviks
3) Endometritis
b. Pada Anak
1) Prolaps tali pusat
2) Trauma pada bayi
3) Asfiksia karena prolaps/kompresi tali pusat, pelepasan plasenta, kepala macet.
4) Perlukaan/trauma pada organ abdomen.
5) Patah tulang leher.

2. Komplikasi dari tindakan SC


a. Pada ibu
Komplikasi-komplikasi yang biasa timbul ialah sebagai berikut:
1) Infeksi puerperal.
Kompikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas, atau bersifat berat apabila peritonitis, sepsis
dan sebagainya.Infeksi postoperative terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala-gejala infeksi intrapartum atau ada faktor-faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu.( partus lama khususnya setelah
ketuban pecah dini, tindakan vaginal sebelumnya).
2) Perdarahan. Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang arteri uterine ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
3) Kemungkinan rupture tinggi spotan pada kehamilan berikutnya.
4) Luka kandung kemih, emboli paru, dan keluhan kandung kemih bila
peritonialisasi terlalu tinggi.
b. Pada anak.
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan seksio cesaria
banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan seksio
cesaria.Menurut statistic di negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal
yang baik, kematian perinatal pasca seksio cesaria berkisar antara 4% sampai 7%.
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma pembedahan, efek-efek anastesia,
efek-efek hormonal, distensi kandung kemih/abdomen.
Kriteria evaluasi : klien mengungkapkan hilangnya atau berkurangnya nyeri, tampak
rileks, mampu tidur. istirahat dengan tepat (klien dapat meminimalkan/mengontrol
nyeri)
- Pain Level
- Comfort Level
- TTV dalam batas normal
Intervensi :
a. Kaji PQRST nyeri yang dirasakan klien.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu
menentukan intervensi yang tepat.
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam
Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah
satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.
c. Ajarkan klien untuk melakukan teknik relaksasi.
Rasional: Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan
distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat
mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.
d. Beri posisi yang nyaman.
Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area
luka/nyeri.
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri
tidat dapat dipersepsikan.
2. Ansietas berhubungan dengan konsistensi ancaman pada konsep diri,
kebutuhan tidak terpenuhi.
Kriteria evaluasi : mengungkapkan bahwa ansietas sudah menurun,
mengungkapkan kesadaran dari perasaan ansietas, tampak rileks dan tidur tenang.
- Anxiety Level
Intervensi :
1)      Dorong keberadaan/partisipasi dari pasangan
2)      Tentukan tingkat ansietas klien dan sumber masalah
3)      Bantu klien/pasangan dan mengidentifikasi mekanisme koping yang lazim dan
perkembangan strategi koping
4)      Berikan informasi yang akurat tentang keadaan klien/bayi
5)      Mulai kontak antara klien/pasangan dengan bayi segera mungkin.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan Hb, prosedur


invasive, pecah ketuban lama.
Kriteria evaluasi : mendokumentasikan tekhnik-tekhnik untuk menurunkan resiko atau
meningkatkan penyembuhan, menunjukan lunak bebas dari purulen dengan tanda awal
penyembuhan, uterus lunak/tidak adanya nyeri tekan, lokhea normal, bebas dari infeksi, tidak
demam dan urine jernih kuning pucat.
Intervensi :
1)      Tinjauan ulang Hb/Ht prenatal
2)      Kaji luka insisi, bersihkan luka dan ganti balutan
3)      Kaji status nutrisi, beri diet TKTP, vit C dan zat besi
4)      Kaji lokasi dan kontraksi uterus
5)      Kaji suhu, nadi, jumlah sel darah putih
6)      Perhatikan jumlah dan bau khas lokhea
7)      Catatan frekuensi/jumlah karakteristik urin
8)      Berikan perawatan perineal, kateter dan infus
9)      Berikan aktifitas khusus untuk proses infeksi
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
Bowl Elimination
Kriteria evaluasi : dibuktikan adanya bising usus aktif dan keluarnya flatus.
Intervensi :
1)      Auskultasi terhadap adanya bising usus
2)      Palpasi abdomen, perhatikan distensi/ketidaknyamanan
3)      Anjurkan cairan oral adekuat (minimal6-8 gelas/hari)
4)      Tingkatkan ambulasi dini
5)      Identifikasi aktifitas-aktifitas klien utnk merangsang kerja usus
6)      Berikan analgesic 30 menit sebelum ambulasi

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat kesalahan


interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber.
Kriteria evaluasi : mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis kebutuhan-
kebutuhan individu, melakukan aktifitas yang perlu dengan benar dan penjelasan alasan
untuk tindakan.
Intervensi :
a. Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar.
b. Berikan rencana penyuluhan tekhnis.
c. Kaji keadaan fisik klien.
d. Perhatikan status psikologis dan respon terhadap kelahiran dan peran menjadi ibu.
e. Berikan informasi yang berhubungan dengan perubahan fisiologis dan psikologis klien.
f. Tinjau ulang kebutuhan perawatan diri dan perawatan bayi.
g. Demonstrasikan tekhnik-tekhnik perawatan diri, bayi, payudara, dll.
h. Kuatkan informasi yang berhubungan dengan pemeriksaan pascaoperasi lanjutan.

6. Hambatan Mobilitas Fisik b.d Nyeri, Program Pembatasan Gerak, Fisik Tidak Bugar.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan,diharapkan gangguan aktivitas teratasi dg kriteria
hasil: Tingkat mobilitas
a. Klien meningkat dalam aktivitas fisik.
b. Mengerti tujuan dari meningkatkan mobilitasi
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer.2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Salemba Medika. Jakarta

Carpenito L. J. 2001.Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC

Doenges, M E.2000.Rencana Askep Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokmentasian


Perawatan Pasien. Jakarta:EGC

Prawirohardjo, Sarwono.2002.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


Neonatal.Jakarta.JNPKKR_POGI
http://infokomaccess.blogspot.com/2011/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-mola.html diakses
pada tanggal 14 oktober 2014, jam 15.25 wib.

Winkjosastro, Hanifa. 2005.Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai