Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR MANDIBULA

DI RUANG SERUNI RS MARGONO SOEKARJO

DISUSUN OLEH
SRI ASTUTI
2011040156

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020/201
A. DEVINISI
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang dan jaringan lunak
disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
lengkap (Price & Wilson, 2006).
Fraktur adalah hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan keras tubuh (Grace
and Borley, 2007).
Mandibula adalah tulang rahang bawah, tulang yang tidak teratur dan
merupakan satu-satunya tulang kepala yang dapat bergerak (Watson, 2002).
Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai
tempat menempelnya gigi geligi.
Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya
kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila tidak ditangani
dengan benar. Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi
sebagai tempat menempelnya gigi geligi. Faktor etiologi utama terjadinya fraktur
mandibula bervariasi berdasarkan lokasi geografis, namun kecelakaan kendaraan
bermotor menjadi penyebab paling umum. Beberapa penyebab lain berupa kelainan
patologis seperti keganasan pada mandibula, kecelakaan saat kerja, dan kecelakaan
akibat olahraga.
Fraktur mandibula adalah rusaknya kontinuitas tulang mandibula yang dapat
disebabkan oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.
B. ETIOLOGI
a. Trauma langsung : benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.
b. Trauma tidak langsung : tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area
benturan.
c. Fraktur patologis : fraktur yang disebabkan trauma yang minimal atau tanpa trauma.
Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan tumor
tulang (Chairuddin, 2003).

C. TANDA DAN GEJALA


- Nyeri hebat di tempat fraktur
- Tidak mampu menggerakkan dagu bawah
- Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, kripitasi,
sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.

D. PATOFISIOLOGI
Penyebab fraktur diakibatkan oleh trauma minimal atau tanpa trauma berupa yang
disebabkan oleh suatu proses, yaitu :
- Osteoporosis Imperfekta (kelainan genetika langka pada remaja, tulang rapuh)
- Osteoporosis (penurunan kualitas dan kepadatan masa tulang)
- Penyakit metabolik (makanan, racun, infeksi, dan sebagainya)
Trauma, yaitu benturan pada tulang. Biasanya terjatuh dengan posisi dagu langsung
terbentur dengan benda yang lebih kuat/keras daripada tulang itu sendiri.
E. PATHWAY

Trauma langsung trauma tidak langsung kondisi patologis

FRAKTUR MANDIBULA
Diskontinuitas tulang pergeseran frakmen tulang Nyeri

Perub jaringan sekitar kerusakan frakmen tulang

Pergeseran frag tulanglaserasi kulit: spasme otot tekanan ssm tlg > tinggi dr kapiler
Kerusakan
integritas
jaringan putus vena/arteri tekanan kapiler reaksi stres klien
deformitas
perdarahan pelepasan histamin melepaskan katekolamin
gangguan fungsi
protein plasma hilang memobilisai asam lemak
syok hipovolemik

Defisit edema
perawatan diri
makan
bergab dg trombosit
Kekurangan
Volume Cairan
Dalam Tubuh penekanan pembuluh drh emboli

penurunan perfusi jar menyumbat pembuluh darah

Gangguan perfusi jaringan


F. FEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontagen
Penelitian radiologis yang paling informative digunakan dalam mendiagnosis fraktur
mandibula adalah radiograf panoramic.
- Panoramic menyediakan kemampuan untuk melihat seluruh mandibula dalam satu
radiograf.
- Panoramic membutuhkan pasien tegak, dan tidak memiliki kemampuan melihat secara
detai area TMJ, simfisis dan gigi/ daerah prosesus alveolar.
Plain film, termasuk pandangan lateral-obliq, oklusal, posteroanterior, dan periapikal dapat
membantu.

- Pandangan lateral-obliq membantu mendiagnosis ramus, angulus, fraktur pada corpus


posterior. Bagian kondilus. Bicuspid dan daerah simfisis seringkali tidak jelas.
- Tampilan oklusal mandibula menujukkan perbedaan di posisi tengah dan lateral fraktur
body.
- Tampilan Caldwell posteroanterior menunjukkan setiap perpindahan medial atau lateral
ramus, sudut, tubuh atau fraktur simfisis.
2. CT Scan
- CT Scan juga memungkinkan dokter untuk survey fraktur wajah daerah lain, termasuk
tulang frontal kompleks naso-ethmoid-orbital, orbit, dan seluruh system horizontal dan
vertical yang menopang kraniofasial.
- Rekonstruksi kerangka wajah sering membantu untuk konsep cedera
- CT Scan juga ideal untuk fraktur condilar, yang sulit untuk memvisualisasikan.
G. PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat kedaruratan
seperti jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk penanganan
syok (circulation), penanganan luka jaringan lunak dan imobilisasi sementara serta
evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak. Tahap kedua adalah penanganan fraktur
secara definitive yaitu reduksi/ reposisi fragmen fraktur (secara tertutup (close reduction)
dan secara terbuka (open reduction)), fiksasi fragmen fraktur dan imobilisasi, sehingga
fragmen tulang yang telah dikembalikan tidak bergerak sampai fase penyambungan dan
penyembuhan tulang selesai.
Ada dua cara penatalaksanaan fraktur mandibula yaitu close reduction dan open
reduction. Pada teknik tertutup (close reduction) yaitu reduksi/ reposisi fragmen fraktur
secara tertutup, reduksi fraktur dan imobilisasi mandibula dicapai dengan jalan
menempatkan peralatan fiksasi maksilomandibular. Untuk penatalaksanaan kebanyakan
fraktur mandibular dan secara spesifik diindikasikan untuk kasus diman gigi terdapat
pada semua segmen atau segmen edentulous di sebelah proksimal dengan pergeseran
yang hanya sedikit. Pada prosedur terbuka (Open reduction) yaitu reduksi/ reposisi
fragmen fraktur secara tebuka, bagian yang fraktur dibuka dengan pembedahan, dan
segmen direduksi dan difiksasi secara langsung dengan menggunakan kawat atau plat.
Teknik terbuka dan tertutup tidaklah selalu dilakukan tersendiri, tetapi kadang-kadang
dikombinasikan.
Pendekatan ketiga adalah modifikasi dari teknik terbuka , yaitu metode fiksasi
skeletal eksternal. Pada teknik skeletal eksternal pin ditelusupkan ke dalam kedua segmen
untuk mendapatkan tempat perlekatan alat penghubung (connecting appliance), yang bisa
dibuat dari logam atau akrilik, yang menjembatani bagian-bagian fraktur dan
menstabilkan segmen tanpa melakukan imobilisasi mandibula.

1. Terapi Medis
Pasien dengan fraktur non-displaced atau minimal displace fraktur condilar dapat
diobati dengan analgesic, diet lunak, dan observasi. Pasien dengan fraktur
coronoideus sebaiknya diperlakukan sama. Selain itu, pasien-pasien ini mungkin
memerlukan latihan mandibula untuk mencegah trismus. Jika fraktur mandibula
membatasi gerak, terapi medis merupakan kontraindikasi.

2. Terapi Bedah
Gunakan cara paling sederhana yang paling mungkin untuk mengurangi
komplikasi dan menangani fraktur mandibula. Karena reduksi secara terbuka (open
reduction) meningkatkan resiko morbiditas.
Close reduction adalah reduksi/ reposisi fragmen fraktur secara tertutup,
untuk penatalaksanaan kebanyakan fraktur mandibular dan secara spesifik
diindikasikan untuk kasus diman gigi terdapat pada semua segmen atau segmen
edentulous di sebelah proksimal dengan pergeseran yang hanya sedikit.

Indikasi reduksi secara tertutup (close reduction) digunakan pada kondisi-kondisi


sebagai berikut :
- Fracture non displace (fraktur menguntungkan tanpa adanya pergeseran tempat)
- Fraktur kommunitif yang sangat nyata
- Edentulous fraktur (menggunakan prosthesis mandibula)
- Fraktur pada anak dalam masa pertumbuhan gigi
Indikasi reduksi secara terbuka :

- Fraktur yang tidak menguntungkan (displaced unfavorable) pada angulus, body,


atau fraktur parasimfisis
- Terjadinya kegagalan pada metode tertutup
- Fraktur yang membutuhkan tindakan osteotomy (malunion)
- Fraktur yang membutuhkan bone graft
- Multiple fraktur
- Fraktur condilar bilateral
- Fraktur pada edentulous mandibula
Prosedur penanganan fraktur mandibula :

1. Fraktur yang tidak ter-displace dapat ditangani dengan jalan reduksi tertutup dan
fiksasi intermaxilla. Namun pada prakteknya, reduksi terbuka lebih disukai pada
kebanyakan fraktur.
2. Fraktur dikembalikan ke posisi yang sebenarnya dengan jalan reduksi tetutup dan
arch bar dipasang ke mandibula dan maksila
3. Kawat dapat dipasang pada gigi di kedua sisi fraktur untuk menyatukan fraktur
4. Fraktur yang hanya ditangani dengan jalan reduksi tertutup dipertahankan selama
4-6 minggu dalam posisi fiksasi intermaksila
5. Kepada pasien dapat tidak dilakukan fiksasi intermaksila apabila dilakukan
reduksi terbuka kemudian dipasangkan plat and screw
3. Tindak lanjut Post operasi
Berikan analgesik pada periode postoperasi. Serta berikan antibiotic spectrum luas
pada pasien fraktur terbuka dan re-evaluasi kebutuhan nutrisi. Pantau IMF selama 4-6
minggu. Kencangkan wire setiap 2minggu. Setelah wire di buka, evaluasi dengan foto
panoramic untuk memastikan fraktur telah menyatu.

H. FOKUS PENGKAJIAN

1. Pengkajian Fokus
a. Pengkajian primer :
1) Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan
reflek batuk
2) Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan/atau
tak teratur, suara napas terdengar ronchi/aspirasi
3) Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung
normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada
tahap lanjut
b. Pengkajian sekunder
1) Aktivitas/istirahat
- Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena
- Keterbatasan mobilitas
2) Sirkulasi
- Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
- Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)
- Tachikardi
- Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera
- Cavilary refil melambat
- Pucat pada bagian yang terkena
- Masa hematoma pada sisi cedera
3) Neurosensori
- Kesemutan
- Deformitas, krepitasi, pemendekan
- Kelemahan
4) Kenyamanan
- Nyeri tiba-tiba saat cidera
- Spasme/kram otot
5) Keamanan
- Laserasi kulit
- Perdarahan
- Perubahan warna
- Pembengkakan lokal

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL


1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
2. Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik
3. Kekurangan volume cairan dalam tubuh b.d hilangannya volume cairan secara aktif
4. Gangguan perfusi jaringan b.d rasa nyeri
5. Defisit perawatan diri makan b.d gangguan muskuloskeletal

J. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
. Keperawata
n
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1.Kaji ulang lokasi, intensitas 1. Mengetahui karakteristik
b.d Agen tindakan dan tipe nyeri nyeri
cidera fisik keperawatan 2.Pertahankan imobilisasi 2. Untuk mengurangi nyeri
(Nanda, selama 1x20 menit bagian yang sakit dengan
2013) nyeri berkurang tirah baring 3. Untuk menambahkan rasa
atau hilang 3.Berikan lingkungan yang nyaman
tenang dan berikan dorongan
KH: untuk melakukan aktivitas
Klien Mengatakan hiburan 4. Untuk mengurangi nyeri
nyerinya 4.Ganti posisi dengan bantuan
berkurang atau bila ditoleransi 5. Untuk mengurangi sensasi
hilang 5.Dorong menggunakan nyeri
Skala nyeri (0-1) tehnik manajemen stress,
contoh : relasksasi, latihan
nafas dalam, imajinasi 6. Untuk mengetahui keadaan
visualisasi, sentuhan umum klien
6.Observasi tanda-tanda vital 7. Untuk mengurangi nyeri

7.Kolaborasi : pemberian
analgetik
2 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji ulang integritas luka dan 1. Mengetahui adanya tanda2
Integritas tindakan observasi terhadap tanda infeksi
Jaringan b.d keperawatan infeksi atau drainae
Faktor selama 1 x60 2. Monitor suhu tubuh 2. Mengetahui adanya infeksi
mekanik menit integritas kalau suhu tubuh naik
(misal : kulit yang baik 3. Untuk mempertahankan
koyakan/robe tetap terjaga 3. Lakukan perawatan kulit, integritas kulit
kan) dengan sering pada patah
(Nanda, KH: tulang yang menonjol 4. Untuk mencegah dekubitus
2013) Klien mengatakan 4. Lakukan alih posisi dengan 5. Mencegah kerusakan
badannya bugar sering, integritas kulit
Luka tampak 5. Pertahankan seprei tempat
bersih tidur tetap kering dan bebas 6. Meningkatkan sirkulasi
kerutan perifer dan meningkatkan
6. Masage kulit ssekitar akhir kelemasan kulit dan otot
gips dengan alkohol terhadap tekanan yang
relatif konstan pada
imobilisasi.
7. Untuk mencegah infeksi

7. Kolaborasi pemberian
antibiotik.
3 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Pertahankan catatan intake 1. Menjaga keseimbangan
Volume tindakan dan output yang akurat volume cairan
Cairan keperawatan 2. Monitor status hidrasi 2. Mengetahui kualitas
Dalam selama 1 x 6 jam, (kelembaban membran pemasukan volume cairan
Tubuh b/d masalah mukosa, nadi adekuat, 3. Mendapatkan nutrisi yang
hilangannya kekurangan tekanan darah ortostatik) adekuat.
volume volume cairan 3. Dorong keluarga untuk 4. Mengoptimalkan
cairan secara dalam tubuh membantu pasien makan pemasukan volume cairan
aktif (Nanda, teratasi 4. Tawarkan
2013) minuman/makanan ringan
KH: (snack, jus buah, buah
1. Mempertahanka segar )
n urine output
sesuai dengan
usia dan BB, BJ
urine normal, HT
normal
1. Tek
anan darah, nadi,
suhu tubuh
dalam batas
normal
2. Tid
ak ada tanda
tanda dehidrasi,
Elastisitas turgor
kulit baik,
membran
mukosa lembab,
tidak ada rasa
haus yang
berlebihan
4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor vital sign 1. Mengetahui perubahan
perfusi tindakan 2. Monitor adanya daerah yg sirkulasi
jaringan b/d keperawatan hanya peka terhadap 2. Mengetahui daerah yang
rasa nyeri selama 1xshift panas/dingin/tajam/tumpul mengalami gangguan
(Nanda, status sirkulasi 3. Observasi kulit 3. Mengetahui adanya lesi /
2013) baik laserasi
4. Batasi gerakan pada rahang 4. Untuk menjaga sirkulasi
KH: 5. Kolaborasi pemberian darah di rahang
TTV dalam batas analgetik
normal
5 Defisit Setelah dilakukan 1. Monitor kemampuan pasien 1. Untuk mengetahui cara
perawatan tindakan untuk makan memberikan makanan
diri makan keperawatan 2. Ciptakan lingkungan yang 2. Menambahkan rasa nyaman
b.d gangguan selama 1x30 menit nyaman 3. Agar tidak terjadi aspirasi
muskuloskel ADL klien 3. Atur posisi pasien senyaman
etal terpenuhi mungkin sebelum memberi
(Nanda, makan 4. Memudahkan klien
2013) KH: 4. Berikan alat bantu untuk memakan makanan
Klien mengatakan makan, mis: sedotan, sendok. 5. Agar diet terpenuhi
bisa makan 5. Berikan makanan sesuai
Klien tampak bisa anjuran
makan
DAFTAR PUSTAKA

Ajmal S, Khan M. A, Malik S. A. (2007). Management protocol of mandibular ractures at

Pakistan Institute of Medical sciences, Islamabad, Pakistan. J. Ayub Med Coll

Abbottabad. Volume 19, issue 3.

Barrera J. E, Batuella T. G. (2010). Mandibular Angle Fractures: Treatment.

Nurarif Amih Huda, 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-NOC. Jakarta: EGC

Price S. A dan Wilson, Lorraine M. C, 2006, Patofisiologi Clinical Concepts of Desiase Process,
Edisi 6, Vol. 2, Alih bahasa Brahm U, EGC : Jakarta.

Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih Bahasa Purwanto dan

Basoeseno. Cetakan I. Jakarta: EGC.

Pedersen & Peterson Fonseca, 2005. Oral and Maxillofasial Surgery 3rd Ed. Missouri: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai