NYERI HIPERTENSI
Oleh:
SRI ASTUTI
2011040156
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
NYERI
A. DEFINISI
akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam
atau dalam, terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri
memiliki komponen kognitif dan emosional, yang digambarkan dalam suatu bentuk
B. ETIOLOGI
Nyeri tidak hanya dihasilkan oleh satu stimulus. Nyeri biasanya dihubungkan
dengan beberapa proses patologis spesifik. Kelainan yang mengakibatkan rasa nyeri
atau neoplasma. Nyeri dapat juga muncul karena distorsi mekanis ujung-ujung saraf
misalnya karena meningkatnya tekanan di dinding organ. Nyeri dapat dipengaruhi oleh
sebelumnya, dll. Sebagian rasa nyeri hebat disebabkan oleh karena trauma, iskemia,
atau inflamasi disertai kerusakan jaringan yang menyebabkan terlepasnya zat kimia
tertentu yang berperan dalam merangsang ujung-ujung saraf perifer (LeMone, 2016).
C. TANDA GEJALA
Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah,
proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dan diaphoresis.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi nyeri dapat berdasarkan waktu, yaitu: nyeri akut dan kronis dan dapat
Nyeri akut terjadi karena adanya kerusakan jaringan yang akut dan tidak
berlangsung lama. Sedangkan nyeri kronik, tetap berlanjut walaupun lesi sudah
sembuh. Ada yang memakai batas waktu 3 bulan sebagai nyeri kronik.
kimia, mekanik dan suhu yang menyebabkan aktifasi maupun sensitisasi pada
nosiseptor perifer (saraf yang bertanggung jawab terhadap rangsang nyeri). Nyeri
nosiseptif biasanya memberikan respon terhadap analgesik opioid atau non opioid.
Nyeri neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan
neural pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang meliputi jalur saraf
aferen sentral dan perifer, biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan
E. PATOFISIOLOGY
Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas tinggi
maupun rendah seperti perennggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang
histamin yang akan merangasng nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan tidak
berbahaya dapat menyebabkan nyeri. Selain itu lesi juga mengaktifkan faktor
pembekuan darah sehingga bradikinin dan serotonin akan terstimulasi dan merangsang
nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh darah maka akan terjadi iskemia yang akan
nosiseptor.
tekanan jaringan meningkat dan juga terjadi Perangsangan nosisepto. Bila nosiseptor
terangsang maka mereka melepaskan substansi peptida P (SP) dan kalsitonin gen
terkait peptida (CGRP), yang akan merangsang proses inflamasi dan juga
F. PATHWAY
Etiologi
Panas atau Iskemia jaringan Trauma sel, Kejang otot Perubahan dalam
dingin yang infeksi jaringan
berlebihan misalnya oedem
Blok pada arteri Kerusakan sel
Kerusakan coronary
Pemekaan pada
jaringan
Pelepasan mediator reseptor nyeri
nyeri (Histamin, bradikinin
Merangsang bradikinin,
thermo sensitive prostaglandin,
reseptor serotonin, ion
kalium,dll)
Merangsang nosiseptor
Dihantarkan
serabut tipe A
Serabut tipe c
Medulla spinalis
Otak
(korteks somasensorik)
Persepsi nyeri
Nyeri
G. PENATALAKSANAAN
1. Medis
a. Pemberian Analgesik
1) Agen Nonopioid
2) Agen Opioid
Ketika opioid diberikan nyeri tidak dihilangkan, tapi mengurangi rasa tidak
nyaman.
3) Analgesik Adjuvant
2. Keperawatan
presipitasi.
pasien.
f. Kaji bersama pasien mengenai factor – factor yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri.
g. Gunakan terapi non farmakologis untuk mengurangi nyeri, contohnya relaksasi
otot progresif.
dirasakan dari angka 0-10. “0” menggambarkan tidak ada nyeri sedangkan “10”
dirasakan. Metode ini menggambarkan nyeri dari berbagai aspek antara lain
Herdman Heather T & Shigemi Kamitsuru (2018). Daignosis Keperawatan Definisi dan
LeMone, Burke, & Bauldoff, (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa. Jakarta:
EGC
PPNI. 2016. Simple Guide Nyeri. TIM Pokja SDKI DPP PPNI. Jakarta: Interna Publishing