Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS KRONIK

DI RUANG ASOKA RS MARGONO SOEKARJO

DISUSUN OLEH
SRI ASTUTI
2011040156

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS KRONIK

A. DEFINISI
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat
bersifat akut, kronis dan difus (local). Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis
superficial akut dan gastritis atropik kronis (Hardi. K & Huda. A.N, 2015).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini
dapat menyebabkan pembengkakan lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superpisial
yang menjadi penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel
dapat merangsang timbulnya inflamasi pada lambung (Sukarmin, 2013).
Gastritis adalah segala radang mukosa lambung, Gastritis merupakan keadaan
peradangan atau pendarahan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difusi
atau local. Gastritis kronik adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang
bersifat menahun, yang disebabkan oleh ulkus atau bakteri helicobacter pylori. Gastritis
kronis cenderung terjadi pada usia muda yang menyebabkan penipisan dan degenerasi
dinding lambung. (Suratum, 2010)
Gastritis kronis adalag suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat menahun,
Grastritis kronis diklasifikasikan dengan tiga perbedaan yaitu :
1. Gastritis superficial, dengan manisfestasi kemerahan, edema, serta pendarahan dan
erosi mukosa
2. Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi diseluruh lapisan mukosa pada
perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kangker lambung, serta anemia
pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel paerietal dan sel
chief.
3. Gartristik hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul-nodul pada mukosa
lambung yang bersifat ireguler, tipis, dan hemoragik.

B. ETIOLOGI
Penyebab gastritis kronik menurut Mutaqqin dan Sari, 2013.
1. Obat-obatan seperti Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS (Indometasin, Ibuprofen dan
Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen kemoterapi (Mitomisin, 5-fluoro-2-
deoxyuridine), Salisilat dan Digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol seperti whisky, vodka, dan gin 8
3. Infeksi bakteri seperti H.pylori (paling sering), H.heilmani, Streptococci, Staphyloccoci,
Proteus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis dan secondary syphilis
4. Infeksi virus oleh Sitomegalovirus
5. Infeksi jamur seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis.
6. Stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal napas,
gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat dan refluks ususlambung
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman dengan
kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen penyebab iritasi mukosa lambung
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu dari usus kecil ke mukosa
lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan
mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan
respons peradangan pada mukosa lambung.

C. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala yang biasa muncul pada penderita gastritis kronik menurut (Rika, 2016)
antaralain :

1. Nyeri menetap pada epigastrium

2. Anoreksia

3. Perasaan penuh di dalam perut

4. Mual dan muntah

5. Hematemesis melena (perdarahan pada saluran cerna)

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010) patofisiologi gastritis adalah mukosa barier
lambung pada umumnya melindungi lambung dari pencernaan terhadap lambung itu sendiri,
prostaglandin memberikan perlindungan ini ketika mukosa barrier rusak maka timbul
peradangan pada mukosa lambung (gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan
mukosa yang dibentuk dan diperburuk oleh histamine dan stimulasi saraf cholinergic.
Kemudian HCL dapat berdifusi balik ke dalam mucus dan menyebabkan luka pada pembuluh
yang kecil, dan mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung.

Alkohol, aspirin refluks isi duodenal diketahui sebagai penghambat difusi barier.
Perlahan-lahan patologi yang terjadi pada gastritis termasuk kengesti vaskuler, edema,
peradangan sel supervisial. Manifestasi patologi awal dari gastritis adalah penebalan.
Kemerahan pada membran mukosa dengan adanya tonjolan. Sejalan dengan perkembangan
penyakit dinding dan saluran lambung menipis dan mengecil, atropi gastrik progresif karena
perlukaan mukosa kronik menyebabkan fungsi sel utama pariental memburuk. Ketika fungsi
sel sekresi asam memburuk, sumber-sumber faktor intrinsiknya hilang.

Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan penumpukan vitamin B12 dalam batas
menipis secara merata yang mengakibatkan anemia yang berat. Degenerasi mungkin
ditemukan pada sel utama dan pariental sekresi asam lambung menurun secara berangsur,
baik dalam jumlah maupun konsentrasi asamnya sampai tinggal mucus dan air. Resiko
terjadinya kanker gastrik yang berkembang dikatakan meningkat setelah 10 tahun gastritis
kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu episode gastritis akut atau dengan luka yang
disebabkan oleh gastritis.

Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi
mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna
akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief. Karena
sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan
menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa
sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
E. PHATWAY
Obat-obatan, stress, alkohol, bakteri(Helicapbter pylory), pola makan, autoimun

Mengganggu lapisan mukosa

Mengurangi prostaglandin

Merusak pertahanan mukosa lambung

Iritasi lambung

GASTRITIS

HCO2 - + NaCl HCl + NaCO2 Mukus yang di hasilkan hamostatis


Melindungi mukosa lambuang
Asam lambung naik
Penyembuhan
Pelindung muskus gagal
Mual dan muntah
Erosi mukosa lambung

Erosi lap.pembulu darah Pendaraha


MK : MK : n

Kekurangan Ketidakseimbang Atrofi kelenjar epitel


Volume Cairan an Nutrisi MK :
Nyeri
Hilangnya sel parietal &
sel chief

Gastristis
kronis
Funsi intristik
MK F.
: Intoleransi PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Aktifitas
Pemeriksaan penunjang menurut Dermawan (2010) sebagai berikut :

1. Radiology : Sinar X gastrointestinal bagian atas


2. Endoscopy : Gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemik.
3. Laboratorium : Mengetahui kadar asam hidroklorida.
4. Esofaga Gastriduo Denoskopi (EGD) : Tes diagnostik kunci untuk perdarahan gastriris,
dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau cidera.
5. Pemeriksaan Histopatologi : Tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis.
6. Analisa gaster : Dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas
sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklork dan pembentukan asam
noktura. penyebab ulkus duodenal.
7. Feses : Tes feses akan positif
8. Pylory Kreatinin : Biasanya tidak meningkat bila perfusi ginjal di pertahankan.
9. Amonia : Dapat meningkat apabila disfungsi hati berat mengganggu metabolism dan ekresi
urea atau transfuse darah lengkap dan jumlah besar diberikan.
10. Natrium : Dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan cairan tubuh.
Kalium : Dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau muntah atau
diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah trasfusi darah.
11. Amilase serum : Meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis.

G. PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan pada gastritis menurut (Dermawan, 2010) meliputi :
1) Antikoagulan : Bila ada perdarahan pada lambung.
2) Antasida : Pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena untuk
mempertahankan keseimbagan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk gastritis
yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
3) Histonin : Ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam lambung
dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
4) Sulcralfate : Diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang menyebabkan
iritasi.
5) Pembedahan : Untuk mengangkat gangrene dan perforasi.
6) Gastrojejunuskopi/ reseksi lambung : Mengatasi obstruksi pilorus.

b. penatalksanaan keperawatan gastristis menurut (Dermawan, 2010) meliputi :


1) Tirah baring.
2) Mengurangi stress.
3) Diet, biasanya pada penderita gastristis kronik di sarankan untuk diet makanan yang
bebrbumbu dan banyak menggandung minyak.

H. FOKUS PENGKAJIAN
Fokus pengkajian pada penyakit gastritis kronik meliputi :

a. Pola Pemeliharaan Kesehatan Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan


kesehatan. Persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan, kemampuan
menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
b. Pola Nurtisi –Metabolik Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit,
nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah, makanan kesukaan.
c. Pola Eliminasi Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan Kulit. Kebiasaan
defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi (oliguri, disuri dll), penggunaan
kateter, frekuensi defekasi dan miksi, Karakteristik urin dan feses, pola input cairan,
infeksi saluran kemih dll.
d. Pola Latihan-Aktivitas Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi. Pentingnya latihan/gerak dalam keadaan sehat dan sakit, gerak tubuh dan
kesehatan berhubungan satu sama lain, Range Of Motion (ROM), riwayat penyakit
jantung, frekuensi, irama dan kedalaman nafas, bunyi nafas riwayat penyakit paru.
e. Pola Kognitif Perseptual Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau dan
kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif didalamnya mengandung
kemampuan daya ingat klien terhadap persitiwa yang telah lama terjadi dan atau baru
terjadi dan kemampuan orientasi klien terhadap waktu, tempat, dan nama (orang, atau
benda yang lain).Tingkat pendidikan, persepsi nyeri dan penanganan nyeri, kemampuan
untuk mengikuti, menilai nyeri skala 0-10, pemakaian alat bantu dengar, melihat,
kehilangan bagian tubuh atau fungsinya, tingkat kesadaran, orientasi pasien, adakah
gangguan penglihatan, pendengaran, persepsi sensori (nyeri), penciuman dan lain-lain.
f. Pola Istirahat-Tidur Menggambarkan Pola Tidur, istirahat dan persepasi tentang energi.
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia atau mimpi
buruk, penggunaan obat, mengeluh letih.
g. Pola Konsep Diri-persepsi Diri Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi
terhadap kemampuan. Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri,
peran, identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana keseluruhan
bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya. Disamping sebagai system
terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam
pandangan secara holistik adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri,
dampak sakit terhadap diri, kontak mata, isyarat non verbal, ekspresi wajah, merasa tak
berdaya, gugup atau relaks.
h. Pola Peran dan Hubungan Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien. Pekerjaan, tempat
tinggal, tidak punya rumah, tingkah laku yang passive/agresif terhadap orang lain,
masalah keuangan dll.
i. Pola Reproduksi/Seksual Menggambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau
dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid,
pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hubungan seksual, pemeriksaan genital.
j. Pola mekanisme koping Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan
penggunaan systempendukung. Penggunaan obat untuk menangani stress, interaksi
dengan orang terdekat, menangis, kontak mata, metode koping yang biasa digunakan,
efek penyakit terhadap tingkat stress.
k. Pola Keyakinan Dan Spiritual Menggambarkan dan Menjelaskan pola nilai, keyakinan
termasuk spiritual Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan konsekuensinya Agama, kegiatan keagamaan dan budaya berbagi
denga orang lain, bukti melaksanakan nilai dan kepercayaan, mencari bantuan spiritual
dan pantangan dalam agama selama sakit.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
2. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya
intake makanan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

J. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Nyeri b.d inflamasi Setelah dilakukan tindakan - Pantau keluhan nyeri,
mukosa lambung. keperawatan selama 3 x 24 jam, perhatikan lokasi,
diharapkan nyeri klien intensitas nyeri, dan
berkurang, dengan kriteria hasil : skala nyeri serta anjurkan
1. Klien mengungkapkan pasien untuk melaporkan
nyeri yang dirasakan nyeri segera saat mulai.
berkurang atau hilang. - Pantau tanda-tanda vital.
2. Klien tidak menyeringai - Anjurkan istirahat selama
kesakitan. fase akut. d. Anjurkan
3. TTV dalam batasan teknik distraksi dan
normal. d. Intensitas nyeri relaksasi.
berkurang (skala nyeri - Kolaborasi dengan tim
berkurang 1-10). medis dalam pemberin
4. Menunjukkan rileks, tindakan.
istirahat tidur, peningkatan - Berikan obat sesuai
aktivitas dengan cepat.

2 Kekurangan volume Setelah dilakukan intervensi - Penuhi kebutuhan


cairan kurang dari selama 3 x24 jam diharapkan individual, Anjurkan
kebutuhan tubuh b.d intake cairan klien adekuat, klien untuk minum
intake yang tidak dengan kriteria hasil : (dewasa: 40-60
adekuat dan output 1. Mukosa bibir lembab. cc/kg/jam).
cair yang berlebih 2. Turgor kulit baik. - Kaji turgor kulit.
(mual dan muntah). 3. Pengisian kapiler baik. - Awasi tanda-tanda vital,
4. Input dan output seimbang. pengisian kapiler dan
membran mukosa.
- Catat input dan output
cairan.
- Berikan cairan tambahan
IV sesuai indikasi.
- Intake cairan yang
adekuat akan mengurangi
resiko dehidrasi pasien.
- Indikator dehidrasi atau
hypovolemia,
keadekuatan penggantian
cairan.
- Menunjukkan status
dehidrasi atau
kemungkinan kebutuhan
untuk peningkatan
penggantian cairan.
- Mengganti cairan untuk
masukan kalori yang
berdampak pada
keseimbangan elektrolit
- Mengganti kehilangan
cairan dan memperbaiki
keseimbangan cairan
dalam 25
- Kolaborasi pemberian
cimetidine dan ranitidine.
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi - Anjurkan pasien untuk
nutrisi kurang dari selama 3x24 diharapkan makan dengan porsi yang
kebutuhan tubuh kebutuhan nutrisi pasien sedikit tapi sering.
berhubungan dengan terpenuhi, dengan kriteria hasil : - Berikan makanan yang
b.d kurangnya intake 1. Keadaan umum cukup. lunak.
makanan. 2. Turgor kulit baik. - Lakukan oral hygiene
3. BB meningkat. - Timbang BB dengan
4. Klien tidak mual dan muntah. teratur.
- Auskultasi bising usus.
- Tentukan makanan yang
tidak membentuk gas.
4 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan - Observasi sejauh mana
b.d kelemahan fisik fisik. Setelah dilakukan klien dapat melakukan
intervensi selama 3x24 jam aktivitas.
diharapkan klien dapat - Berikan lingkungan yang
beraktivitas, dengan kriteria hasil tenang.
: - Berikan bantuan dalam
1. Klien dapat beraktivitas aktivitas.
tanpa bantuan. - Jelaskan pentingnya
2. Skala aktivitas 0-1. beraktivitas bagi klien.
- Tingkatkan tirah baring
atau duduk dan berikan
obat sesuai dengan
indikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, D., & Rahayuningsih, T. (2010). Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan).

Yokyakarta: Gosyon Publishing.

Hardi, K., & Huda Amin, N. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis Dan Nanda Nic-Noc (2nd ed.). Yogyakarta: Mediaction.

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. (2011). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.

Sukarmin. 2013. Keperawatan pada Sistem Pencernaan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai