Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

“GASTRITIS”

OLEH:

NASRIL

BT201077

IC

CI LAHAN CI INSTITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA

WATAMPONE

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa
lambung,peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa
lambung sampai terlepasnya epitel, pelepasan epitel merangsang timbulnya
proses inflamasi pada lambung (Sunarmi, 2018)
Gastritis merupakan suatu peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis dan difus (local).Dua jenis gastritis yang
sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atropik kronis
(Hardi.K & Huda.A.N, 2015).
B. Etiologi
Menurut Suparyanto (2012), gastritis dapat disebabkan oleh pola makan,
Alkohol, kopi dan rokok. Penyebab pola makan yang tidak baik dan tidak
teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat,
penyebab dari konsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak dapat merusak
mukosa lambung.
Konsumsi kafein secara berlebihan dapat menyebabkan stimulasi sistem
saraf pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi
hormon gastrin pada lambung dan pepsin, sedangkan efek rokok dapat
mengganggu faktor defensif lambung (menurunkan sekresi bikarbonat dan
aliran darah di mukosa), memperburuk peradangan, dan berkaitan erat dengan
komplikasi tambahan karena infeksi Helicobacter pylori (Sunarmi, 2018).
C. Patofisiologi
Menurut Dermawan &Rahayuningsih (2010) patofisiologi gastritis adalah
mukosa barier lambung pada umumnya melindungi lambung dari pencernaan
terhadap lambung itu sendiri, prostaglandin memberikan perlindungan ini
ketika mukosa barrier rusak maka timbul peradangan pada mukosa lambung
(gastritis). Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan mukosa yang dibentuk
dan diperburuk oleh histamine dan stimulasi saraf cholinergic.
Kemudian HCL dapat berdifusi balik ke dalam mucus dan menyebabkan
luka pada pembuluh yang kecil, dan mengakibatkan terjadinya bengkak,
perdarahan, dan erosi pada lambung.Alkohol, aspirin refluks isi duodenal
diketahui sebagai penghambat difusi barier.
Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk, sumber-sumber faktor
intrinsiknya hilang.Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan
penumpukan vitamin B12 dalam batas menipis secara merata yang
mengakibatkan anemia yang berat.Degenerasi mungkin ditemukan pada sel
utama dan pariental sekresi asam lambung menurun secara berangsur, baik
dalam jumlah maupun konsentrasi asamnya sampai tinggal mucus dan
air.Resiko terjadinya kanker gastrik yang berkembang dikatakan meningkat
setelah 10 tahun gastritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi setelah satu
episode gastritis akut atau dengan luka yang disebabkan oleh gastritis.Gastritis
kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi
iritasimukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang
tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel
pariental dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka
produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding
lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh
dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser
D. Manifestasi klinik
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak
nyaman pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat
menggangu aktivitas sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea,
muntah, perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat
menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera makan,
bersendawa, dan kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil
(kedinginan), cegukan (hiccups). Gastritis dapat menyebabkan pendarahan
pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang
sama juga terjadi luka kronis pada lambung (R. Sari et al., 2016).
Menurut Rahmi Kurnia (2011), salah satu manifestasi klinis yang terjadi
pada pasien gastritis adalah nyeri. Nyeri yang dirasakan adalah nyeri ulu hati
atau nyeri epigastrium. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.
Secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi pada pasien
yangmengalami nyeri dapat tercermin dari perilaku pasien misalnya suara
(menangis, merintih, menghembuskan nafas), ekspresi wajah (meringis,
menggigit bibir), pergerakan tubuh (gelisah, otot tegang, mondar-mandir, dll),
interaksi sosial (menghindari percakapan, disorientasi waktu) (Utami &
Kartika, 2018).
E. Komplikasi
1) Gastritis Akut
a) Dapat terjadi ulserasi superfisial dan dapat menimbulkan hemoragi.
b) Rasa tidak nyaman pada abdomen dengan sakit kepala, kelesuan,mual,
dan anoreksia,disertai muntah dan cegukan.
c) Beberapa pasien menunjukkan asimptomatik.
d) Dapat terjadi kolik dan diare jika makanan yang mengiritasi
tidakdimuntahkan, tetapi malah mencapai usus.
e) Pasien biasanya pulih kembali sekitar sehari, meskipun nafsumungkin
akan hilang selama 2 sampai 3 hari. (Smeltzer, 2001)
2) Gastritis Kronis
Pasien dengan Gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecualiuntuk
gejala defisiensi vitamin B12. Pada gastritis tipe B pasien mengeluh
anoreksia (nafsu makan menurun) nyeri ulu hati setelah makan, kembung,
rasa asam di mulut, atau mual dan muntah. (Smeltzerdan Bare, 2001)
F. Test diagnostik
Pemeriksaan dignostik menurut Dermawan( 2010) dan
Doenges( 2000 )sebagai berikut :
1) Radiology: sinar x gastrointestinal bagian atas
2) Endoskopy : gastroscopy ditemukan muksa yang hiperemik
3) Laboratorium: mengetahui kadar asam hidroklorida
4) EGD(Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk perdarahan
gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus
jaringan atau cidera
5) Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erositidak
pernah melewati mukosa muskularis.
6) Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah,mengkaji
aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asamhidroklorik dan
pembentukan asam noktura
7) l penyebab ulkus duodenal.
8) Feses: tes feses akan positif H. Pylory Kreatinin : biasanya tidakmeningkat
bila perfusi ginjal di pertahankan.
9) Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat
menganggumetabolisme dan eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan
jumlahbesar diberikan.
10) Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadapsimpanan
cairan tubuh.
11) Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat
ataumuntah atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat
terjadisetelah trasfusi darah.
12) Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah
didugagastritis
G. Penatalaksanaan medik
1) Antikoagulan : Bila ada perdarahan pada lambung.
2) Antasida : Pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan
intravena untuk mempertahankan keseimbagan cairan sampai gejala-gejala
mereda, untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan
istirahat.
3) Histonin : Ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
4) Sulcralfate: Diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritasi.
5) Pembedahan : Untuk mengangkat gangrene dan perforasi.
6) Gastrojejunuskopi/ reseksi lambung : Mengatasi
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Menurut (Priscilla LeMone, karen M. burke, 2016). Data pengkajian yang
dikumpulkan dari pasien gastritis akut atau kronis meliputi :
1. Riwayat kesehatan : gejala saat ini dan durasinya, faktor pereda dan yang
memperburuk, riwayat menelan toksin, makana terkontasminasi, alkohol,
aspirin, atau agens NSAID, atau medikasi lain.
2. Pemeriksaan fisik : tanda-tanda vital, denyut nadi, penampilan umum,
pengkajian abdomen seperti penampilan, bising usus, dan nyeri tekan
abdomen.
3. Aktivitas / Istirahat 
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
4. Sirkulasi
Gejala :
- hipotensi (termasuk postural)
- takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
- kelemahan / nadi perifer lemah
- pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)
- warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
- kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat (menunjukkan status
syok, nyeri akut, respons psikologik)
5. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan
tak  berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
6. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka
peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola
defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi Bunyi usus : sering hiperaktif selama
perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah
warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau
busuk (steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan
antasida). Haluaran urine : menurun, pekat.
7. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal). Masalah
menelan : cegukan. Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual / muntah
Tanda : muntah (warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah). Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa,
turgor kulit  buruk (perdarahan kronis).
8. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma
(tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
9. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan /
distres samarsamar setelah makan banyak dan hilang dengan makan
(gastritis akut).Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke
punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus
gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi
kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan
makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal
atau gastritis). Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan
obat-obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor
psikologis. Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
B. Diagnosis keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)
dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif,
gelisah, dan nafsu makan berubah.
2. Nausea berhubungan dengan iritasi lambung dibuktikan dengan mengeluh
mual, merasa ingin muntah, dan pucat.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi/ minat
dibuktikan dengan tidak mampu mandi secara mandiri dan minat
melakukan perawatan diri kurang.
C. Intervensi
Intervensi Keperawatan Adalah Segala Treatment Yang Dikerjakan Oleh
Perawat Yang Didasarkan Pada Penegtahuan Dan Penilaian Klinis Untuk
Mencpai Luaran (Outcome) Yang Diharapkan (PPNI,2018)

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi)

MANAJEMEN NYERI

Observasi:

a. Identifikasi lokasi dan kualitas durasi, frekuensi, kualitas, integritas nyeri


b. Identifikasi skala nyeri
Teraupetik:
c. Fasilitasi istirahat ditempat tidur
Edukasi:
d. Ajarkan Teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:
e. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Nausea berhubungan dengan iritasi lambung
MANAJEMEN MUAL
Obsevasi:
a. Monitor mual (mis, frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
Teraupetik:
b. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
Edukasi:
c. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
Kolaborasi
d. Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
TERAPI RELAKSASI
Observasi:
a. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
Teraupetik:
b. Berikan informasi tertulis tengtang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
Edukasi:
c. Anjurkan mengambil posisi nyaman
d. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi minat
DUKUNGAN PERAWATAN DIRI
Observasi:
a. Identifikasi kebiasaan aktifitas perawatan diri sesuai usia
Teraupetik:
b. Dampingi dalam melakukan perawatan diri
c. Jadwalkan rutinitas perawatan diri

Edukasi:
d. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai dengan
kemampuan
D. Implementasi
Implementasi Adalah Tindakan Pemberian Keperawatan Yang
Dilaksanakan Untuk Membantu Mencapai Tujuan Pada Rencana Tindakan
Keperawatan Yang Telah Disusun. Setiap Tindakan Keperawatan Yang
Dilaksanakan Dicatat Dalam Catatan Keperawatan Yaitu Cara Pendekatan
Pada Klien Efektif, Teknik Komunikasi Terapeutik Serta Penjelasan Untuk
Setiap Tindakan Diberikn Kepada Pasien.
E. Evaluasi
Evaluasi Adalah Tingkatan Intelektual Untuk Melengkapi Proses
Keperawatan Yang Menandakan Seberapa Jauh Diagnosa Keperawatan,
Rencana Tindakan Dan Pelaksanaannya.
PENYIMPANGAN KDM GASTRITIS

Stres fisik, makan tidak teratur, 0bat-0batan (NISAD)

aspirin, sulfanomida. Dll

Menganggu pembentukan mukosa lambung

Menurunnya barrier lambung terhadap asam dan pepsin menyebabkan difusi Kembali
asam lambung dan pepsin

Inflamasi

Erosi mukosa lambung

Nyeri epigastrium Peristaltik lambung

Refluks isi deudedum ke lambung

Nyeri Akut Dorongan ekspulsi isi lambung ke mulut

Muntah

Nausea

perubahan status Kesehatan

Kurangnya informasi

Ansietas

Adanya hambatan
Khrdan ketidakmampuan
melakukan aktivitas

Defisit Perawatan Diri


DAFTAR PUSTAKA

Hardi. K & Huda A.N. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan giagnosa
medis. Yogyakarta: Medication.

Tim Pokja SDKI DPP, PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat: Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP, PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat: Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI DPP, PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Dewan Pengurus Pusat : Jakarta Pusat.

Arici, C. (2018). Helicobacter Pylori.https://www.saglikbilgi.net/helikobakter- pilori-


mide-mikrobu.

Anda mungkin juga menyukai