Anda di halaman 1dari 40

INTRAOPERATIF DAN PASCAOPERASI

PERSIAPAN PRAOPERASI SESAAT SEBELUM PEMBEDAHAN

 Persiapan praoperasi final dimulai 1 atau 2 jam


sebelum operasi bagi pasien dirumah sakit atau
pasien yang masuk pada hari yang sama
 Pastikan klien memahami prosedur bedah yang
akan dilakukan.
 Keterlambatan memulai operasi harus
dikomunikasikan ke pasien dan keluarga.
Medikasi Praoperasi

 Cairan intravena diberikan untuk mencegah


dehidrasi.
 Medikasi diberikan secara intravena untuk
menghilangkan kecemasan, mengurangi efek
samping obat anastesi, dan memberikan efek
amnesia
 Pemberian medikasi disesuaikan dengan kondisi
klien tujuan sedasi, efek samping obat yang tidak
diinginkan.
Memindahkan klien ke ruang operasi

 Tehnik memindahkan pasien dilakukan


dengan adekuat
 Selimuti pasien dan pasang pengaman
tempat tidur
 Pastikan rekam medis klien dibawa ke ruang
operasi
 Pemindahan pasien dilakukan selancar
mungkin agar klien tidak merasa mual dan
pusing
PERIODE INTRAOPERASI
 Tindakan selama fase intraoperasi fokus pada
kondisi emosional, faktor fisik (keamanan,
posisi tubuh, menjaga asepsis, dan
mengontrol kondisi ruang bedah.
Anggota tim pembedahan

Tim pembedahan adalah sekelompok tenaga kesehatan


profesional yang terlatih dan mengatur keselamatan klien

 Dokter mengetahui prosedur bedah dan mengambil


keputusan.
 Perawat utama yang mendapingi dokter
 Dokter anastesi: memberikan anastesi, meredakan nyeri,
mempertahankan jalan nafas,memastikan pertukaran gas yang
adekuat, memonitor sirkulasi dan respirasi dan memberitahu
dokter jika terjadi komplikasi
 Perawat lain yang bertugas adalah RN dan scrub (instrumen)
menghitung semua perlengkapan yang telah digunakan seperti
jarum, instrumen, dan spon.
Menurut WHO 2009, ada 3 fase
operasi yaitu:
1. Fase ’’Sign in’’
Fase ini adalah sebelum induksi anastesi
koordinator memeriksa indentitas klien prosedur
dan sisi operasi sudah benar, sisi operasi telah
ditandai, persetujuan telah di tanda tangan.
Oksimeter dan pulse pada pasien berfungsi
2. Fase time out
Fase semua anggota tim operasi memperkenalkan diri dan
peran masing-masing. Sebelum dilakukan sayatan pertama
tim mengkonfirmasi dengan suara yang keras mereka
lakukan operasi yang benar dan pasien yang benar.
3. Fase ‘’Sign out’’
Fase ini tim bedah akan meninjau operasi yang telah
dilakukan. Dilakukan pengecekan kelengkapan spons,
penghitungan istrumen, pemberian label pada spesimen,
kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani.
Anastesi
 Suatu kondisi parsial atau tolal dari hilangnya
sensasi dengan atau tanpa hilangnya kesadaran
dan merupakan kondisi sengaja di ciptakan
 Anastesi menyebabkan relaksasi otot,
menghambat transmisi impuls saraf nyeri dan
menekan refleks.
 Efek obat dapat dimonitor; respirasi, saturasi
oksigen, denyut jantung, produksi urin dan tekanan
darah.
Klien cemas dengan anastesi????

Apa tugas perawat??


Jenis anastesi
Anastesi Umum (bius total)
Merupakan anastesi general yang meniadakan
secara sentral disertai hilangnya kesadaran
yang dapat pulih kembali.

Jenis anastesi ini biasa diberikan pada operasi


besar : oprasi jantung terbuka, operasi otak,
transplantasi organ
Anastesi uu dapat di berikan melalui 2
cara:
 Inhalasi
 Intravena
Tahapan anastesi umum
1. Sedasi : bagi klien yang belum pernah diberikan
sedasi oral, sedasi intravena diberikan selama masih
di area praoperasi. Bila klien dipindahkan di ruang
operasi, klien diminta untuk menghirup oksigen
melalui masker wajah.

2. Induksi: proses menghilangkan kesadaran dan


menghambat neuromuskular yang dapat
menyebabkan paralisis selama induksi dilakukan
intubasi
3. Maintenance
Setelah intubasi dilakukan klien diposisikan,
diselimuti dan dipersipakan. Pada tahapan medikasi
diberikan untuk mempertahankan klien tetap
terbius (opoid, hipnotik, nitrikoksida dan anastetik).
4. Kedaruratan
Bila operasi selesai obat anastesi dihentikan
dan dibalikkan sehingga klien dapat
terbangun dari anastesi
Anastesi umum cukup aman untuk sebagian
pasien namun pada kelompok tertentu misalnya
pada anak dan lansia atau dengan pasien yang
kondisinya sangat buruk harus berhati-hati
karena dapat menyebabkan komplikasi yang
berbahaya
Efek samping anastesi umum

Mual muntah
Mulit kering
Sakit tenggorokan
Suara serak
Rasa kantuk
Menggigil
Sulit buang air kecil
Anastesi Regional

 Obat anastesi lokal yang digunakan untuk


memblok saraf pusat, periferial, intravena,
regional, retrobulbar atau transbronkial.
Anastesi ini memblok konduksi impuls pada
saraf tanpa mendepolarisasi membran sel
Tipe anastesi regional

ANASTESI SPINAL
 Memberikan keuntungan untuk klien yang menjalani
prosedur bedah pada setengah tubuh bagian bawah
 Relatif aman, relaksasi otot tubuh yang sangat baik, tidak
berfek pada kesadaran
 Anastesi spinal dapat digunakan pada hampir semua jenis
pembedahan yang dilakukan dibawah level diafragma
seperti histerektomi dan apendiktomi
ANASTESI EPIDURAL
 Blok epidural dengan pemberian obat
anastetik ke ruang epidural. Pada umumnya
dimasukkan dengan jarum pada sela antara
thoraks, lumbal, sakral, atau kaudal.
Efek samping anastesi regional:
 Sakit kepala
 Resksi alergi
 Nyeri punggung
 Sulit buang air kecil
 Penurunan tekanan darah
Anastesi Lokal
 Anastesi lokal dilakukan dengan memblokir
sensasi atau rasa sakit pada area tubuh
yang akan dioperasi.
 Jenis operasi ini tidak mempengaruhi
kesadaran.
 Anastesi ini dapat diberikan dengan cara
semprot, suntik, dan topikal (ke kulit atau
selaput lendir yang akan dioperasi
ANASTESI TOPIKAL
Obat anastesi topikal dapat dioleskan langsung pada
bagian yang ingin dilakukan desensitisasi. Obat tersebut
berupa larutan, salep, gel, krim atau bubuk. Anastesi ini
dapat memblok ujung safar periferal pada membran
mukus vagina, rektum, nasofaring dan mulut.

ANASTESI INFILTRASI LOKAL


Anastesi infiltrasi lokal mencakup injeksi obat seperti
lidokain ke kulit dan jaringan subkutan. Anatesi lokal
hanya memblok saraf tepi disekililing area insisi.
Efek samping Anastesi Lokal

Rasa nyeri
Sakit kepala
Pusing
Kelelahan
Mati rasa pada area yang disuntik
Penglihatan kabur
Pengkajian keperawatan intraoperasi

 Identifkasi klien: gelang identitas klien


dibandingkan dengan rekam medis, tempat operasi
yang diberi tanda juga dibandingkan dengan
rencana operasi
 Posisi klien: faktor penting yang dipertimbangkan
untuk memposisikan pasien dimeja operasi
a. tempat operasi
b. umur dan ukuran dari klien
c. tipe anastesi yang dipakai
d. nyeri yang disebabkan arthritis
Mencegah kesalahan tempat operasi

Time out (dilakukan sebelum insisi):


 Perkenalan anggota tim
 Pembacaan nama pasien, tindakan medis,
area insisi, posisi pasien sudah benar
 Apakah antibiotik profilaksis
 Lamanya operasi, apakah sudah antisipasi
perdarahan
Posisi saat operasi
a. Dorsal recumbent (supine): bedah dada,
kardiak, payudara, dan abdomen
b. Trendelenburg: abdomen bawah dan pelvis
c. Litotomi: perineum, vagina, dan rektal
d. Lateral: ginjal dan pinggul
e. Prone: punggung
Mempertahankan asepsis
 Semua tim anggota kesehatan menggunakan
tehnik steril untk meminimalisasi infeksi
pascaoperasi
 Anggota tim bedah yang berada didaerah
steril adalah org yang aktif melakukan dan
membantu prosedur bedah ( dokter,
asistennya dan scrub)
Memonitor kegawatdaruratan
 Hipertermi malignan dapat terjadi dalam 30
menit setelah induksi anastesi atau beberapa
jam setelah operasi.
 Henti jantung dan pernafasan: status kode
biru diumumkan saat klien berada diruang
operasi.
 Perdarahan tidak terkontrol
 Reaksi alergi
 Kebakaran pada saat operasi
Dokumentasi perawatan intraoperasi

 Perawat harus mendokumentasikan setiap


kejadian dan tindakan diruang operasi.
 Informasi yang diberikan terkait dengan
penampungan , saluran atau alat lain yang
masih terpasang.
 Penutupan dan balutan luka yang dipakai
Memindahkan atau transportasi klien

 Untuk tahap penyelesaikan operasi, anggota


tim dari tim operasi membersihkan darah,
kulit, dan debris dari kulit klien serta
memakaikan baju dan selimut yang bersih
pada klien.
Perawatan pascaoperasi
Ada 3 fase:
a. Periode awal: klien dimonitor ketat oleh
perawat pascaanastesi.
b. Waktu dari pemindahan dari postanastesi
care unit (PACU) hari 1-2 setelah operasi.
c. Fase pascaoperasi, waktu penyembuhan
berlangsung.
Perawatan pasca anastesi

 Tujuan perawatan adalah membatu


kembalinya fungsi fisiologis klien setelah
prosedur anastesi dengan perawatan yang
aman, ilmiah, dan disesuaikan dengan
kebutuhan klien dan keluarganya pada fase
anastesi
Diagnosis keperawatan

DIAGNOSIS INTRA
 Resiko cedera
 Risiko aspirasi
 Risiko syok
DIAGNOSIS POST OP
 Nyeri
 Hipotermia
 Hipertermia
 Gangguan proses berpikir
 Harga diri rendah
 Neusea
Perawatan setelah operasi

 Komplikasi yang paling sering terjadi : efek


dari anastesi spinal yang berpengaruh pada
pernapasan, kardiovaskuler, sistem
perkemihan, dan keseimbangan cairan dan
elektrolit.
Pemeriksaan klien pascaoperasi

 Memeriksa status pernafasan


 Memeriksa sirkulasi
 Memeriksa status neurologis
Pengawasan pascaoperasi
 Memonitor luka
 Memonitor akses intravena
 Memonitor selang drainase
 Memonitor kenyamanan/level nyeri
 Memonitor mual dan muntah
Komplikasi bedah

 Komplikasi luka: kemerahan sepanjang dari


insisi, edema yang tetap ada, peningkatan
nyeri, dan peningkatan drainase.
 Demam pascaoperasi:
Demam persisten setelah operasi bisa terjadi
karena infeksius atau noninfeksius
Jika demam 5-8 hari , harus dicari penyebabnya (5
Ws) :
1. Wind (paru-paru),
2. Water (saluran kemih),
3. Wound (luka),
4. walking (bekuan darah ditungkai bawah), dan
5. Waste (usus)
Instruksi pulang dan perawatan dirumah

 Berikan informasi secara tertulis; obat,


perawatan luka, jadwal kontrol.
 Resep obat di diberikan jika medikasi
dilanjutkan dirumah

Anda mungkin juga menyukai