Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

KDK ANESTESIOLOGI
“Peran dan Fungsi Penata Anestesi Pre, Intra, Pasca Pada
Regional Anestesi Sectio Caesarea”

Kelompok 4
Di Susun Oleh :
SODRI SUSENO 220106295
FEGY INDAHLIANI ANIA 220106279
ANGGIT KAROMAH 220106267
NORITHA MANURUNG 220106289
HERAWATI 220106282

PROGRAM STUDI D4 KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN 2022/2023
A. Definisi Sectio Caesarea
Persalinan dengan operasi caesar atau sectio caesarea adalah persalinan dengan bayi
dikeluarkan melalui pembedahan diperut (Aprina, 2016).
Menurut Mochtar (2012) Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut dan vagina.
Ada beberapa istilah dalam Sectio Caesarea (SC) yaitu:
1. Sectio Caesarea Primer ( Elektif)
SC primer bila sejak mula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan dengan
cara SC.
2. Sectio Caesarea Sekunder
SC sekunder adalah keadaan ibu bersalin dilakukan partus percobaan terlebih dahulu,
jika tidak ada kemajuan (gagal) maka dilakukan SC.
3. Sectio Caesarea Ulang
Ibu pada kehamilan lalu menjalani operasi SC dan pada kehamilan selanjutnya juga
dilakukan SC.
4. Sectio Caesarea Histerektomy
Suatu operasi yang meliputi kelahiran janin dengan SC yang secara langsung diikuti
histerektomi karena suatu indikasi.
5. Operasi Porro
Merupakan suatu operasi dengan kondisi janin yang telah meninggal dalam rahim
tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri dan langsung dilakukan histerektomi.
Misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat.

Operasi Caesar dilakukan dengan tujuan agar keselamatan ibu dan bayi dapat
tertangani dengan baik. WHO menetapkan indikator persalinan sectio caesarea di sebuah
negara yakni 5-15 % per 1000 kelahiran di dunia. Data Riskesdas (Survey Kesehatan
Dasar, 2013) menunjukan bahwa kejadian persalinan dengan tindakan sectio caesarea di
Indonesia mencapai 9,8 % dari jumlah persalinan dan melebihi dari rata-rata persalinan
sectio caesarea di Indonesia.
Sectio caesarea tentunya tidak terlepas dari tindakan anestesi. Menurut Morgan
(2013), menyebutkan bahwa anestesi pada umumnya dibagi atas anestesi general dan
anestesi regional.
B. Tindakan Anestesi
Anestesi berarti “hilangnya rasa atau sensasi”. Istilah yang digunakan para ahli
saraf dengan maksud untuk menyatakan bahwa terjadi kehilangan rasa secara patologis
pada bagian tubuh tertentu, atau bagian tubuh yang dikehendaki (Boulton, 2012).
Anestesi adalah Keadaan reversibel yang mencakup efek hipnosis, amnesia,
analgesia, akinesia, dan blok otonom serta sensorik pada pasien, sehingga meniadakan
respons suara atau rangsangan bedah. Tindakan Anestesi pada operasi sectio caesarea ada
dua pada umumnya yaitu;
1. Anestesi General
Anestesi General merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan anestesi general terdapat
beberapa teknik yang dapat dilakukan adalah dengan teknik intravena anestesi dan
inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan teknik intubasi yaitu
pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya inhalasi dan intravena
(Latief, 2007). Anestesi general bekerja menekan aksi hipotalamus pituitari adrenal.
2. Anestesi Regional
Anestesi regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat sebagai analgesik.
Anestesi regional hanya menghilangkan nyeri tetapi pasien tetap dalam keadaan
sadar. Oleh sebab itu, teknik ini tidak memenuhi trias anestesi karena hanya
menghilangkan persepsi nyeri saja (Pramono, 2017). Anestesi Regional berfungsi
untuk menekan transmisi impuls nyeri dan menekan saraf otonom eferen ke adrenal.
Umumnya pada tindakan seksio sesarea dilakukan teknik anestesi regional. Anestesi
regional yang dilakukan pada pasien obstetri adalah dengan teknik blok subarakhnoid.
Anestesi spinal (blok subarakhnoid) merupakan pilihan utama dalam tindakan seksio
sesarea. Alasan pemilihan anestesi spinal karena rendahnya efek samping terhadap
neonatus akan obat depresan, pengurangan risiko terjadinya aspirasi pulmonal pada
maternal, kesadaran ibu akan lahirnya bayi, dan yang paling penting adalah pemberian
opioid secara spinal dalam rangka penyembuhan nyeri pasca operasi.
Meskipun anestesi spinal merupakan teknik anestesi terbaik bagi seksio sesarea,
tetapi anestesi spinal juga memiliki kekurangan. Menurut Majid (2011), teknik anestesi
spinal memiliki kekurangan seperti terjadinya hipotensi, bradikardi, apnoe, pernafasan
tidak adekuat, nausea/ mual dan muntah, pusing kepala pasca pungsi lumbal, blok spinal
tinggi atau spinal total.
Sehingga dibutuhkan peran perawat anestesi untuk dapat meminimalisir kejadian
yang akan terjadi sebelum dan sesudah dilakukannya pembedahan atau tindakan operasi
cesar pada pasien.
C. Peran dan Fungsi Tugas Penata Anestesi
Perawat/penata anestesi berperan pada hampir seluruh pembiusan umum. Perawat
anestesi dapat melakukan tindakan pre, intra dan post anestesi untuk meningkatkan
keamanan dan kenyamanan pada pasien yang akan melakukan pembedahan operasi
khususnya oprasi section cesarea.
1. Pada tahap pre anestesi
Perawatan Pre Anestesi dimulai saat pasien berada di ruang perawatan, atau dapat
juga dimulai pada saat pasien diserah terimakan di ruang operasi dan berakhir saat
pasien dipindahkan ke meja operasi.
Tujuan :
- Menciptakan hubungan yang baik dengan pasien, memberikan penyuluhan
tentang tindakan anestesi.
- Mengkaji, merencanakan dan memenuhi kebutuhan pasien.
- Mengetahui akibat tindakan anastesi yang akan dilakukan.
- Mengantisipasi dan menannggulangi kesulitan yang mungkin timbul

Dalam menerima pasien yang akan menjalani tindakan anestesi, Perawat anestesi
wajib memeriksa kembali data dan persiapan anestesi, diantaranya :

- Memeriksa Identitas pasien dan keadaan umum pasien, Kelengkapan status/


rekam medic, Surat persetujuan operasi dari pasien / keluarga, Data
laboratorium, rontgent, EKG dan lain- lain, Gigi palsu, Lensa kontak, perhiasan,
cat kuku, lipstick dan lain- lain.
- Mengganti baju pasien
- Membantu pasien untuk mengosongkan kandung kemih.
- Mencatat timbang terima pasien.

2. Pada tahap Intra Anestesi


Perawatan intra anestesi di mulai sejak pasien berada di atas meja operasi sampai
dengan pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar.
Tujuan :
Mengupayakann fungsi vital pasien selama anestesi berada dalam kondisi optimal
agar pembedahan dapat berjalan lancar dengan baik
Sebelum dilakukan tindakan anestesi, perawat Anastesi wajib :
- Memeriksa kembali nama pasien, data, diagnose dan rencana operasi.
- Mengenalkan pasien kepada dokter specialis anestesiologi, dokter ahli bedah,
dokter asisten dan perawat instrument.
- Memberikan dukunagan moril, menjelaskan tindakan induksi yang akan
dilakukan dan menjelaskan fasilitas yang ada di sekitar meja operasi.
- Memasang alat – alat pemantau (antara lain tensimeter, EKG dan alat lainnya
sesuai dengan kebutuhan).
- Mengatur posisi pasien bersama perawat bedah sesuai dengan posisi yang
dibutuhkan untuk tindakan pembedahan.
- Mendokumentasikan semua tindakan yang telah dilakukan.

Selama tindakan anestesi perawat anestesi wajib :

- Mencatat semua tidakan anestesi.


- Berespon dan mendokumentasikan semua perubahan fungsi vital tubuh pasien
selama anestesi dalam pembedahan. Pemaaantauan meliputi system pernafasan,
sirkulasi, suhu, keseimbangan cairan, perdarahan dan prooduksi urine dan lain-
lain.
- Berespon dan melaporkan pada dokter spesialis anestesiologi bila terdapat tanda-
tanda kegawatan fungsi vital tubuh pasien agar dapat dilakukan tindakan segera.
- Melaporkan kepada dokter yang melakukan pembedahan tentang perubahan
fungsi vital tubuh pasien dan tindakan yang diberikan selama anestesi.
- Mengatur dosis obat anestesi atas pelilmpahan wewenang dokter.
- Menanggulangi keadaan gawat darurat.

Pengakhiran anestasi :

- Memantau tanda- tanda vital secara labih insetif.


- Menjaga jalan nafas supaya tetap bebas.
- Menyiapkan alat- alat dan obat- obat untuk pengakhiran anestesi.
- Melakukan pengakhiran anestasi dan ekstubasi sesuai dengan kewenangan yang
diberikan.
3. Pada Tahap Pasca anestesi
Perawatann pasca anestesi dalam pembedahan dimulai sejak pasien dipindahkan ke
ruang pulih sampai diserah terimakan kembali kepadaa perawat di ruang rawat inap.
Jika kondisi pasien tetap kritis pasien dipindahkan ke ICU.
Tujuan :
- Mengawasi kemajuan pasien sewaktu masa pulih.
- Mencegah dan segera mengatasi komplikasi yang terjadi.
- Menilai kesadaran dan fungsi vital tubuh pasien untuk mnentukan pemindahan/
pemulangan pasien.

Selama Tindakan pasca anestesi perawat anestesi wajib :

- Mempertahankan jalan napas pasien


- Memantau tingkat kesadaran pasien.
- Memantau dan mencatat perkembangan pasien post operasi.
- Memantau pasien terhadap efek obat anestesi.
- Memindahkan pasien ke ruang pulih sadar.
- Merapikan dan membersihkan alat anestesi.
- Mengembalikan alat anestesia ke tempat semula.
Perawat anestesi dalam pelayanan anestesiologi dan reanimasi mempunyai peran dan
fungsi sebagai berikut :

1. Pengelola asuhan keperawatan anestesi.


2. Mitra kerja dalam pelaksanaan tindakan anestesi.
3. Pengelola asuhan keperawatan pada keadaan gawat darurat.
4. Pengelola asuhan keperawatan pasien di intensif Care.
5. Sebagai pendidik.

Kompetensi minimal seorang Perawat Anestesi adalah sebagai berikut :

1. Dapat melakukan asuhann keperawatan pada pasien yang akan menjalani prosedur
anestasi (Pra, intra dan pasca).
2. Dapat melakukan asuhan keperawatan selama tindakan/ prosedur anestesi sedang
berlangsung.
3. Dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dalam keadaan gawat darurat.
4. Dapat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien yang membutuhkan perawatan
intesif.
5. Dapat melakukan kerja sama antar anggota tim, baik sebagai mitra kerja ataupun
pelaksana tindakan dalam pelayanan anestesiologi dan reanimasi sesuai dengan
peran, fungsi, etika dan kebijaksanaan atau bahas kewenanganya.
D. Saran
E. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai