Oleh :
Yuni Hartati
NIM 190106161
FAKULTAS KESEHATAN
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sectio caesarea adalah proses lahirnya janin, plasenta dan selaput ketuban melalui
irisan yangdibuat pada dinding perut dan rahim. Definisi ini tidak termasuk apabila
mengeluarkan bayi darirongga perut pada kasus kasus ruptur uteri maupun pada
kehamilan abdominal.
Sectio caesarea terjadi pada sekitar 5-25% dari seluruh persalinan. Pada
pelaksanaan di dalam bedah sectiosesaria pada ibu hamil, teknik anestesi yang sering
digunakan adalah Teknik Anestesi Regional(RA/Regional Anesthesia), Teknik ini
baik sekali bagi penderita-penderita yang mempunyaikelainan paru- paru, diabetes
mellitus, penyakit hati yang difus dan kegagalan fungsi ginjal,sehubungan dengan
gangguan metabolisme dan ekskresi dari obat-obatan
Jenis anestesi digolongkan menjadi anestesi umum, anestesi lokal dan anestesi
regional. Anestesi umum adalah membuat sebuah keadaan tidak sadaryang terkontrol
selama keadaan di mana pasien tidak merasakan apapun dan digambarkan sebagai
terbius. Anestesi lokal merupakan hilangnya rasa padadaerah tertentu yang diinginkan
(sebagian kecil daerah tubuh) sedangkan Anestesi regional spinal adalah hilangnya
rasa pada bagian yang lebih luasdari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal
atau saraf yangberhubungan dengannya (Zunilda, 2007).Spinal atau Sub Arachnoid
Blok (SAB) merupakan salah satu teknikanestesi regional dengan cara penyuntikan
obat anestesi lokal ke dalam ruang subarachnoid di regio lumbal antara vertebra
Lumbalis 2-3, Lumbalis 3-4,Lumbalis 4-5 menggunakan teknik (midline/median atau
paramedian) denganjarum spinal yang sangat kecil dengan tujuan untuk mendapatkan
ketinggian blok atau analgesi setinggi dermatom tertentu dan relaksasi otot
rangka.Blokade sensorik dan motorik secara memuaskan tercapai dalam 12-18 menit
dan hanya dengan sejumlah kecil obat yang diperlukan serta adanya pertimbangan
bahwa operasi yang akan dilakukan berada pada bagian abdominal bawah yang sesuai
dengan indikasi (Mangku, 2009; Soenarjo, 2010;Petros AJ, 1993).
Dalam kondisi ibu dan fetus normal, Teknik GA (General Anestesi) dan RA
(Regional Anestesi)yang dilakukan sesuai prosedur hampir sama pengaruhnya
terhadap bayi baru lahir. Namun demikian, karena risiko untuk ibu dan kaitannya
dengan Apgar skor yang lebih rendah dengan menggunakan teknik anestesi GA, maka
teknik anestesi RA untuk bedah sectio sesaria menjadi pilihan utama. Teknik anestesi
RA (Regional Anestesi) akan memberikan hasil yang lebih baik dimana neonatal bisa
terpapar lebih sedikit obat anestesi (terutama saat digunakan teknik anestesi spinal),
memungkinkan ibu hamil mengikuti dengan baik proses kelahiran bayi dan
memberikan terapi penanggulangan rasa sakit pascaoperasi yang lebih
baikPembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan
cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani
dan diakhiri dengan penutupan serta penjahitan lukamelalui tahap perioperatif.
Anestesi adalah hilangnya seluruh modalitas darisensasi yang meliputi sensasi
sakit/nyeri, rabaan, suhu, posisi selama praanestesi, intra anestesi dan pasca anestesi.
Secara umum fungsi anestesi adalah menghilangkan rasa nyeri, menidurkan, relaksasi
otot dan stabilitas otonom(Puruhito, 2007; Wim dan Sjamsuhidajat, 2005; Pramono,
2015; Mangku,2009; Soenarjo, 2010).
Tindakan Anestesi adalah suatu tindakan Medis, yang dikerjakan secara sengaja
pada pasien sehat ataupun disertai penyakit lain dengan derajat ringan sampai berat
bahkan mendekati kematian. Tindakan ini harus sudah memperoleh persetujuan dari
dokter Anestesi yang akan melakukan tindakan tersebut dengan mempertimbangkan
kondisi pasien, dan memperoleh persetujuan pasien atau keluarga, sehingga tercapai
tujuan yang diinginkan yaitu pembedahan, pengelolaan nyeri, dan life support yang
berlandaskan pada “patient safety”.
BAB 11
PEMBAHASAN
Sectio Caesarea adalah proses lahirnya janin, plasenta dan selaput ketuban
melalui irisan yang dibuat pada dinding perut dan rahim. Definisi ini tidak termasuk
apabila mengeluarkan bayi darirongga perut pada kasus-kasus ruptur uteri maupun
pada kehamilan abdominal.
Anestesi regional atau "blok saraf" adalah bentuk anestesi yang hanya sebagian
dari tubuh dibius (dibuat mati rasa). Hilangnya sensasi di daerah tubuh yang
dihasilkan oleh pengaruh obat anestesi untuk semua saraf yang dilewati persarafannya
(seperti ketika obat bius epidural diberikan ke daerah panggul selama persalinan). Jika
pasien akan dilakukan operasi pada ekstremitas atas (misalnya bahu, siku atau tangan),
pasien akan menerima tindakan anestesi dengan suntikan (blok saraf tepi ) di atas atau
di bawah tulang selangka (tulang leher), yang kemudian membius hanya lengan yang
dioperasi. Operasi pada ekstremitas bawah (misalnya pinggul, lutut, kaki) akan dapat
dilakukan dengan teknik anastesi epidural, spinal atau blok saraf tepi yang akan
membius bagian bawah tubuh pasien, atau seperti pada blok ekstremitas atas, yaitu
hanya memblokir persarafan pada daerah perifer.
tindakan anestesi, antara lain regional memerlukan evaluasi pra Anestesi yang
bertujuan untuk:
Evaluasi pra Anestesi adalah pemeriksaan ulang pasien sebelum dilakukan induksi
Anestesi regional dimulai, pemeriksaan ini meliputi:
d) jalur pemberian dapat diberikan melalui oral, IV, IM, rektal, intranasal.
Sebelum melakukan tindakan anestesi perlu dilakukan persiapan alat, mesin dan
obat anestesi. Persiapan meliputi:
a) Persiapan pasien untuk anestesi dilakukan sesuai dengan pedoman evaluasi pra
anestesi.
b) Persiapan alat, mesin dan obat sesuai pedoman
c) Pilihan teknik anestesi regional sesuai dengan hasil evaluasi pra anestesi,
dengan mempertimbangkan: terbaik untuk kondisi pasien, terbaik untuk tehnik
pembedahannya serta terbaik untuk keterampilan dokter anestesinya.
8. Prosedur Tindakan:
a) Pada saat pasien tiba di ruang pemulihan, dilakukan evaluasi fungsi vital
b) Dilakukan pemantauan secara periodik fungsi sensoris dan motoris
c) pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan apabila fungsi sensoris dan
motoris sudah pulih kembali normal.
d) untuk pasien bedah rawat jalan, pemulangan pasien harus memenuhi Pada
Score=10
e) Pemantauan pasca anestesia dicatat/didokumentasikan dalam rekam medik
pasien.
f) Komplikasi yang terjadi pasca anestesi regional harus segera di follow up
untuk dilakukan penanganan komplikasinya.
Maintenance:
pasca dilakukan operasi sectio caesarea (SC), pasien harus mendapatkan observasi
secara ketat. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
a) Pemilihan kontrasepsi
Diberikan obat:
- Ephedrine HCl 20 mg
- Oxytocin 10 IU
- Methylergometrine Maleate 0.2 mg
- Ketorolac Thrometamine 30 mg
- Tramadol HCl 200 m
2. Bedah panggul
5. Bedah urologi
1. Infeksi sistemik
3. Kelainan neurologis
4. Kelainan psikis
5. Bedah lama
6. Penyakit jantung
7. Hipovolemia ringan
Pada dasarnya persiapan untuk anestesia spinal seperti persiapan pada anastesia
umum. Daerahsekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan,
misalnya ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk sekali sehingga
tak teraba tonjolan proses usspinosus. Selain itu perlu diperhatikan hal-hal di bawah
ini:
1. Informed consent
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit tempat penyuntikan
untukmenyingkirkan adanya kontraindikasi seperti infeksi. Perhatikan juga adanya
scoliosisatau kifosis.
3. Pemeriksaan laboratorium
a) Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis
tengah
ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di atas meja op
erasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan posisi pasien.
Perubahan posisi berlebihan dalam 30 menit pertama akan menyebabkan
menyebarnya obat.
b) Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus.
Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang stabil.
Buat pasien membungkuk maximal agar processus spinosus mudah teraba.
Posisi lain adalah duduk.
c) Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista iliaka,
misal L2-L3,L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya berisiko
trauma terhadap medullaspinalis.
d) Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol. Beri anastesi lokal
pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml
e) Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G,
25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G
dianjurkan menggunakan penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa semprit
10cc. Tusukkan introduser sedalam kira-kira 2cm agak sedikit kearah sefal,
kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke lubang jarum
tersebut. Jika menggunakan jarum tajam(Quincke-Babcock) irisan jarum
(bevel) harus sejajar dengan serat duramater,
yaitu,pada posisi tidur miring bevel mengarah keatas atau kebawah, untuk men
ghindari kebocoran likuor yang dapat berakibat timbulnya nyeri kepala pasca
spinal. Setelah resensi menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan keluar
likuor, pasang semprit berisi obatdan obat dapat dimasukkan pelan-pelan
(0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum
tetap baik.
f) Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah hemoroid
(wasir)dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-ligamentum flavum dewasa ±
6 cm.
c) Bupivakaine (markaine) 0.5 % dalam air: berat jenis 1.005, sifat isobaric,
dosis 5-20mg
d) Bupivakaine (markaine) 0.5 % dalam dextrose 8.25 %: berat jenis 1.027, sifat
hiperbarik,dosis 5-15mg (1-3 ml)
Komplikasi analgesia spinal dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi delayed
e) Trauma saraf
f) Mual-muntah
g) Gangguan pendengaran
b) Nyeri punggung
d) Retensio urine
e) Meningitis
b) Hidrasi adekuat
c) Hindari mengejan
d) Bila cara diatas tidak berhasil berikan epidural blood patch yakni penyuntikan
darah pasien sendiri 5-10 ml ke dalam ruang epidural.
BAB III
KESIMPULAN
pemeriksaan pra anestesi memegang peranan penting pada setiap operasi yang
melibatkananestesi. Pemeriksaan yang teliti memungkinkan kita mengetahui kondisi
pasien danmemperkirakan masalah yang mungkin timbul sehingga dapat
mengantisipasinya.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien ini mengarah ke diagnosis CPD dan
akan dilakukansectio cesarea. Pasien masuk dalam ASA IIE. Anastesi menggunakan
premedikasi antiemesis(Ondansentron IV 3 mg) dan induksi anestesi spinal dengan
Bupivacaine 15 mg. Analgetik yangdiberikan selama operasi adalah Ketorolac
Tromethamine 30 mg IV dan Tramadol HCl 200 mgIV.
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/39644109/LAPORAN_KASUS_Anestesi_Spinal_pada_O
perasi_Sectio_Caesarea_atas_Indikasi_Gawat_Janin_dan_Cephalopelvic_Disporpotio
n_Oleh di akses pada tanggal tanggal 11 Desember 2020
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:4WAqb1VhfWYJ:eprints.pol
tekkesjogja.ac.id/3585/4/chapter.%25202.pdf+&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id di akses
pada tanggal tanggal 11 Desember 2020