KASUS MINGGU KE 2
Oleh :
YUNI HARTATI
NIM. 190106161
A. Definisi
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakan seperti
perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial
ataupun total dari organ tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi
peristaltik.
Nyeri abdomen parietal atau somatik dihasilkan dari iskemia, inflamasi atau
penegangan dari peritoneum parietal. Serabut saraf aferen yang bermielinisasi
mentransmisikan stimulus nyeri ke akar ganglion dorsal pada sisi dan dermatomal
yang sama dari asal nyeri. Karena alasan inilah nyeri parietal berlawanan dengan
nyeri visera, sering dapat dilokalisasi terhadap daerah asal stimulus nyeri. Nyeri ini
dipersepsikan berupa tajam, seperti tertusuk pisau dan bertahan; batuk dan pergerakan
dapat memicu nyeri tersebut. Kondisi ini mengakibatkan dalam pemeriksaan fisik
dapatdicari tanda berupa rasa lembut, guarding, nyeri pantul dan kaku pada abdomen
yang dipalpasi. Tampilan klinis dari appendicitis dapat berupa nyeri visera dan
somatik. Nyeri pada apendisitis awal sering berupa nyeri periumbilikus (visera) tapi
terlokalisasi di regio kuadran kanan bawah ketika inflamasi menyebar ke peritoneum
(parietal).
3. Nyeri alih
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada jarak dari organ yang sakit. Nyeri
ini dihasilkan dari jalur-jalur neuron aferen sentral yang berasal dari lokasi yang
berbeda. Contohnya adalah pasien dengan pneumonia mungkin merasakan nyeri
abdomen karena distribusi neuron T9 terbagi oleh paru-paru dan abdomen. Contoh
lainnya yaitu nyeri epigastrium yang berhubungan dengan Infark miokard, nyeri di
bahu yang berhubungan dengan iritasi diafragma (contoh, rupture limpa), nyeri
infrascapular yang berhubungan dengan penyakit biliar dan nyeri testicular yang
berhubungan dengan obstruksi uretra.
Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier, kolik
renal dan kolik karena sumbatan usus halus (Gilroy, 2009).
1. Kolik bilier
Kolik bilier merupakan gejala tidak nyaman yang dirasakan pasien dan sering tidak
disertai tanda-tanda klinis lain. Nyeri ini merupakan gejala klinis dari penyakit batu
empedu (kolelitiasis/koledokolitiasis). Oleh karena nyeri ini merupakan gejala, maka
beberapa penyakit lain juga dapat memberikan gejala yang sama. Gambar 1.1
menunjukkan sumbatan empedu (Gilroy, 2009).
Nyeri kolik bilier tidak dirasakan secara akurat sebagai kolik. Istilah ini
mengimplikasikan nyeri paroksismal yang naik turun, dan umumnya konstan dan
meningkat progresif secara perlahan. Nyeri ini dirasakan sesaat setelah makan
(Gilroy, 2009). Nyeri visera berasal dari tabrakan batu empedu dalam duktus sistikus
dan atau ampula vater. Hasil dari tabrakan tadi menyebabkan distensi kandung
empedu dan atau traktus biliaris dan distensi ini mengaktivasi neuro sensori aferen.
Nyeri yang ditimbulkan tidak dapat terlokalisasi dengan baik dan umumnya terasa di
bagian tengah hingga dermatom T8/9(epigastrium tengah, kuadaran kanan atas).
Nyeri yang terlokalisasi umumnya menunjukkan komplikasi kolelitiasis atau
koledokolitiasis yaitu misalnya kolesistitis, kolangitis, pancreatitis. Beberapa lokasi
yang mungkin terjadi penyumbatan batu dapat dilihat pada gambar 1.2 (Gilroy,2009)
Anamnesis
Kolik bilier biasanya datang tiba-tiba dan mencapai intensitas maksimum dalam
waktu 60 menit di dua pertiga dari pasien. Rasa sakit biasanya berlanjut tanpa
fluktuasi dan menghilang secara bertahap selama 2-6 jam. Nyeri berlangsung lebih
lama dari 6 jam harus dicurigai sebagai kolesistitis akut (Gilroy, 2009).
Pemeriksaan fisik
Gambar 1.3 menunjukkan lokasi nyeri bilier pada regio abdomen (Platt,2008).
Penatalaksanaan
2. Kolik renal
Rasa sakit jenis kolik ini yang dikenal sebagai kolik ginjal biasanya dimulai pada
pertengahan belakang atas lateral dari sudut costovertebraldan kadang-kadang
subkosta. Kemudian menyebar ke inferior dan anterior menuju pangkal paha. Rasa
sakit yang dihasilkan oleh kolik ginjalterutama disebabkan oleh pelebaran,
peregangan, dan kejang yangdisebabkan oleh obstruksi saluran kemih akut. Ketika
obstruksi beratnamun kronis berkembang, seperti di beberapa jenis kanker, biasanya
tidak menimbulkan rasa sakit (Leslie, 2010)
Kolik adalah sebuah ironi karena sakit kolik ginjal cenderung tetapkonstan,
sedangkan kolik usus atau empedu biasanya agak berselang dansering hilang datang.
Pola rasa sakit tergantung ambang rasa sakit individu dan persepsi dan pada kecepatan
dan derajat perubahan dalam tekanan hidrostatis di dalam ureter proksimal dan pelvis
ginjal. Gerak peristaltik saluran kemih, migrasi batu, dan posisi miring atau memutar
batu dapatmenyebabkan eksaserbasi atau perpanjangan dari nyeri kolik ginjal.Tingkat
keparahan rasa sakit tergantung pada derajat dan lokasi obstruksi, bukan pada ukuran
batu. Seorang pasien sering dapat mengarah pada letak maksimum tersakit, yang
kemungkinan menjadi lokasi obstruksi saluran kemih (Leslie, 2010)
a) Fase akut
Serangan yang khas mulai di pagi hari atau di malam hari,membangunkan pasien
dari tidur. Ketika mulai siang hari, pasienyang sering menggambarkan serangan itu
sebagai perlahan dan diam-diam. Tingkat rasa sakit bisa meningkat sampai intensitas
maksimum hanya dalam 30 menit setelah onset awal atau lebih lambat. Pasien
merasakan nyeri maksimum mencapai 1-2 jam setelah dimulainya serangan kolik
ginjal.
b) Fase konstan
c) Fase mereda
Selama tahap akhir, nyeri berkurang cukup cepat, dan pasien akhirnya merasa
lega. Fase ini dapat terjadi secara spontan padasetiap saat setelah onset awal kolik.
Pasien bisa jatuh tertidur,terutama jika mereka telah diberikan obat analgesik yang
kuat
Ureter 1/3 proksimal dan pelvis ginjal: batu saluran kemih Nyeri dari atas
cenderung untuk memancarkan ke daerah panggul dan lumbar. Disebelah kanan, hal
ini bisa membingungkan dengan kolesistitis atau cholelithiasis, di sebelah kiri,
diagnosa diferensial meliputi pankreatitis akut, penyakit ulkus lambung, dan gastritis
(Leslie, 2010).
Ureter 1/3 medial: Midureteral menyebabkan rasa sakit yang memancarkan anterior
dan kaudal. Nyeri ini midureteral khususnya dapat dengan mudah meniru usus buntu
di kanan atau diverticulitis akut disebelah kiri (Leslie, 2010).
Distal ureter: batu ureter distal menyebabkan rasa sakit yang cenderung
memancarkan ke pangkal paha atau testis pada laki-laki atau labia majora pada
wanita karena rasa sakit yang dirujuk dari saraf ilioinguinal atau genitofemoral. Jika
batu yang bersarang di ureter intramural, gejala dapat muncul mirip dengan sistitis
atau uretritis. Initermasuk gejala nyeri suprapubik, frekuensi kencing, urgensi,
disuria,stranguria, nyeri di ujung penis, dan kadang-kadang usus berbagai
gejala,seperti diare dan tenesmus. Gejala ini bisa membingungkan dengan penyakit
radang panggul, kista ovarium pecah, atau torsi dan nyeri haid pada wanita (Leslie,
2010)
Mual dan muntah sering dikaitkan dengan kolik ginjal akut dan terjadi
disetidaknya 50% dari pasien. Mual disebabkan oleh jalur persarafan umum dari
pelvis ginjal, perut, dan usus melalui sumbu celiac dan saraf aferenvagal. Hal ini
sering diperparah oleh efek analgesik narkotika, yang sering menimbulkan mual dan
muntah melalui efek langsung pada motilitas GI dan melalui efek tidak langsung
pada zona memicu kemoreseptor dimedula oblongata. Nonsteroidal obat anti-
inflamasi (NSAID) sering dapat menyebabkan iritasi lambung dan GI (Leslie, 2010).
Blok saraf telah berhasil digunakan baik dalam diagnosis dan pengobatankolik
ginjal, walaupun mereka lebih membantu dalam kasus kronisdaripada kasus akut.
Blok saraf interkostal dapat digunakan untuk membedakan nyeri dari chondritis,
neuromas, dan radiculitis dari sakit ginjal yang sebenarnya. Hal ini dicapai dengan
menyuntikkan agenanestesi, seperti lidokain, sekitar proksimal saraf 11 atau 12
interkostaliske lokasi rasa sakit pada saat pasien mengalami sakit. Jika injeksi
menyebabkan hilangnya rasa sakit, maka etiologi saraf perifer muskulokeletal dapat
ditegakkan (Leslie, 2010).
Pemeriksaan mikroskopis urin adalah bagian penting dari evaluasi pasien yang
diduga kolik ginjal. Pemeriksaan makroskopik atau mikroskopis hematuria ada di
sekitar 85% kasus. Kurangnya hematuria mikroskopistidak menghilangkan kolik
ginjal sebagai diagnosis potensial. Perhatian perlu diberikan pada ada atau tidak
adanya leukosit, kristal, dan bakteri dan pH urin. Secara umum, jika jumlah leukosit
dalam urin lebih besar dari 10 sel per lapangan daya tinggi atau lebih besar dari
jumlah sel darahmerah, tersangka infeksi saluran kemih (ISK) dapat
ditegakkan.Menentukan pH urin juga membantu karena, (1) dengan pH lebih
rendahdari 6,0, batu asam urat harus dipertimbangkan, dan (2) dengan pH lebihdari
8,0, infeksi dengan organism splitting urea seperti Proteus, Pseudomonas, atau
Klebsiella mungkin ada. Kristal urin dari kalsiumoksalat, asam urat, atau sistin
kadang-kadang dapat ditemukan padaurinalisis. Jika ada, kristal ini adalah petunjuk
sangat baik untuk jenis dan sifat yang mendasari setiap batu (Leslie, 2010).
Obstruksi dari usus kecil menyebabkan dilatasi proksimal dari usus akibat
akumulasi sekresi GI dan udara yang tertelan. Dilatasi usus ini merangsang aktivitas
sel sekresi menghasilkan akumulasi cairan lebih. Hal ini menyebabkan gerak
peristaltik meningkat baik di atas dan di bawah obstruksi dengan tinja encer yang
sering dan flatus awal dalam perjalanannya (Nobie, 2009).
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan mempermudah
di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang
tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan dalam
mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan. Prasetyo (2010)
mengatakan tindakan perawat yang perlu dilakukan oleh perawat dalam melakukan
pengkajian pada pasien nyeri akut adalah:
Tujuan :
INTERVENSI RASIONAL
Kriteria hasil:
- Pernafasan 30-60x/menit
- Sianosis (-).
INTERVENSI RASIONAL
Kriteria hasil:
Intervensi:
- Pantau tanda vital dan observasi tingkat kesadaran dan gejala syok
- Pantau cairan parentral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin
- Pantau selang nasointestinal dan alat penghisap rendah dan intermitten. Ukur
haluaran drainase setiap 8 jam, observasi isi terhadap warna dan konsistensi
- Posisikan pasien pada miring kanan; kemudian miring kiri untuk memudahkan
pasasse ke dalam usus; jangan memplester selang ke hidung sampai selang pada
posisi yang benar
- Pantau selang terhadap masuknya cairan setiap jam
- Kateter uretral indwelling dapat dipasang; laporkan haluaran kurang dari 50
ml/jam
- Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam
- Pantau elektrolit, Hb dan Ht
- Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi
- Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.
Tujuan :
Carpenito, Lynda Juall (1995), Buku Saku Diagnosa Keperawatan dan Dokumentasi, edisi 4,
Alih Bahasa Yasman Asih. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku saku diagnosa keperawatan, edisi 8, alih Bahasa Monica
Ester, Jakarta :EGC
Daniell Jane Charett. 1995. Oncologi Nursing Care Plus, Elpaso Texas, USA Alih Bahasa
Imade Kariasa, Jakarta : EGC
Theodore R. Schrock, M. D.1992. Ilmu Bedah, Edisi 7, Alih Bahasa Drs. Med Adji Dharma,
dr. Petrus Lukmanto, Dr gunawan. Penerbit Kedokteran Jakarta : EGC
Thomas F Nelson, Jr M. D.1996. Ilmu Bedah, edisi 4, Alih Bahasa Dr. Irene Winata, dr.
Brahnu V Pendit. Penerbit Kedokteran, Jakarta : EGC
Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan dkk. Ed. 1.
Jakarta : EGC; 2001
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I. Jakarta
: Salemba Medika; 2001