T DENGAN
DIAGNOSA MEDIS CHOLELITHIASIS DI INSTALASI BEDAH
SENTRAL RSUD PURWOREJO, JAWA TENGAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik KGD dalam konteks Anestesi II
Disusun Oleh :
D – IV KEPERAWATAN
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Mengetahui,
A. Latar Belakang
Anestesi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari
tata laksana untuk me “matikan” rasa, baik rasa nyeri, takut dan rasa tidak
nyaman yang lain sehingga pasien merasa nyaman, dan ilmu ini
mempelajari tata laksana untuk menjaga/ mempertahankan hidup dan
kehidupan pasien selama mengalami “kematian” yang diakibatkan obat
bius (Mangku & Senapathi, 2010).
Pelayanan anestesi merupakan bagian integral dari pelayanan
perioperatif yang memiliki pengaruh besar dalam menetukan keberhasilan
tindakan pembedahan yang adekuat dan aman bagi pasien. Anestesi yang
ideal akan bekerja secara cepat dan baik serta mengembalikan kesadaran
dengan cepat segera sesudah pemberian anestesi dihentikan (Majid dkk,
2011).
Pasien yang akan menjalani anestesi dan pembedahan
(elektif/emergency) harus dipersiapkan dengan baik. Pada prinsipnya
dalam penatalaksanaan anestesi pada suatu operasi terdapat beberapa tahap
harus dilaksanakan yaitu pra anestesi yang terdiri dari persiapan mental
dan fisik pasien, perencanaan anestesi, menentukan prognosis dan
persiapan pada hari operasi. Tahap penatalaksanaan anestesi yang terdiri
dari premedikasi, masa anestesi, dan pemeliharaan, serta tahap pemulihan
dan perawatan post anestesi.
B. Rumusan Masalah
Pada bagian ini, penulis mengambil kasus pada pasien Ny. T
dengan diagnosa medis cholelithiasis yang akan di lakukan tindakan
cholecystectomy di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Purworejo.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan asuhan keperawatan anestesi ini adalah
untuk mendapatkan pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan anestesi mulai dari pre operasi, intra operasi dan post
operasi pada klien dengan cholelithiasis dengan general anestesi.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran mengenai pengkajian asuhan keperawatan
perianestesia pada pasien cholelithiasis dengan general anestesi.
b. Memberikan gambaran mengenai diagnosa keperawatan yang
timbul pada asuhan keperawatan perianestesia pada pasien
cholelithiasis dengan general anestesi.
c. Memberikan gambaran mengenai perencanaan keperawatan pada
asuhan keperawatan perianestesia pada pasien cholelithiasis
dengan general anestesi.
d. Memberikan gambaran mengenai implementasi keperawatan pada
asuhan keperawatan perianestesia pada pasien cholelithiasis
dengan general anestesi.
e. Memberikan gambaran mengenai evaluasi keperawatan pada
asuhan keperawatan perianestesia pada pasien cholelithiasis
dengan general anestesi.
D. Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan perianestesi dilakukan
pada tanggal 26 Mei 2018, tempat pelaksanaan asuhan keperawatan
perianestesi dilakukan di instalasi bedah sentral (IBS) RSUD Purworejo.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Indikasi
1. Infant dan anak usia muda
2. Dewasa yang memilih anestesi umum
3. Pembedahannya luas / eskstensif
4. Penderita sakit mental
5. Pembedahan lama
6. Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan
7. Riwayat penderita toksik / alergi obat anestesi lokal
8. Penderita dengan pengobatan antikoagulantia dan bedah anak biasanya
dikombinasikan dengan anestesi umum ringan
C. Kontra Indikasi
Kontra indikasi anestesi umum tergantung efek farmakologi pada
organ yang mengalami kelainan dan harus hindarkan pemakaian obat
pada:
1. Hepar yaitu obat hepatotoksik, dosis dikurangi atau obat yang toksis
terhadap hepar atau dosis obat diturunkan
2. Jantung yaitu obat-obat yang mendepresi miokardium atau menurunkan
aliran darah koroner
3. Ginjal yaitu obat yang di ekskresi di ginjal
4. Paru-paru yaitu obat yang merangsang sekresi paru
5. Endokrin yaitu hindari obat yang meningkatkan kadar gula darah/
hindarkan pemakaian obat yang merangsang susunan saraf simpatis
pada diabetes karena bisa menyebabkan peningkatan gula darah.
D. Teknik
General anestesi menurut Mangku & Senapathi (2010) membagi
anestesi menjadi 3 komponen yang disebut trias anestesi dengan teknik
general anestesi antara lain:
1. General Anestesi Intravena
Merupakan salah satu teknik general anestesi yang dilakukan
dengan jalan menyuntikkan obat anestesi parenteral langsung ke dalam
pembuluh darah vena. Obat induksi bolus disuntikkan dengan
kecepatan antara 30-60 detik. Selama induksi anestesi hemodinamik
harus selalu diawasi dan diberikan oksigen.
2. General Anestesi Inhalasi
Merupakan teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan
memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas atau
cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung
ke udara inspirasi.Menurut Mangku & Senapathi (2010) ada beberapa
teknik general anestesi inhalasi antara lain:
a. Inhalasi sungkup muka
Secara inhalasi dengan nafas spontan, komponen trias anestesi
yang dipenuhi adalah hipnotik, analgetik dan relaksasi otot ringan.
Dilakukan pada operasi kecil dan sedang di daerah permukaan
tubuh, berlangsung singkat dan posisi terlentang.
b. Inhalasi Sungkup Laryngeal Mask Airway (LMA)
Secara inhalasi dengan nafas spontan, komponen trias anestesi
yang dipenuhi adalah hipnotik, analgetik dan relaksasi otot ringan.
Dilakukan pada operasi kecil dan sedang didaerah permukaan tubuh,
berlangsung singkat dan posisi terlentang.
c. Inhalasi Pipa Endotracheal (PET) nafas spontan
Secara inhalasi dengan nafas spontan, komponen trias anestesi
yang dipenuhi adalah hipnotik, analgetik dan relaksasi otot ringan.
Dilakukan pada operasi di daerah kepala-leher dengan posisi
terlentang, berlangsung singkat dan tidak memerlukan relaksasi otot
yang maksimal.
d. Inhalasi Pipa Endotracheal (PET) nafas kendali
Inhalasi ini menggunakan obat pelumpuh otot non depolarisasi,
selanjutnya dilakukan nafas kendali. Komponen anestesi yang
dipenuhi adalah hipnotik, analgetik dan relaksasi otot. Teknik ini
digunakan pada operasi yang berlangsung lama >1jam (kraniotomi,
torakotomi,laparatomi, operasi dengan posisi lateral dan pronasi).
3. Anestesi Imbang
Merupakan teknik anestesi dengan menggabungkan kombinasi
obat-obatan baik obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi
atau kombinasi teknik general anestesi dengan anestesi regional untuk
mencapai trias anestesi secara optimal dan berimbang.
B. Etiologi
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti, adapun
faktor predisposisi terpenting, yaitu: gangguan metabolisme yang
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan
infeksi kandung empedu,
Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor
terpenting dalam pembentukan batu empedu karena hati penderita batu
empedu kolesterol mengekresi empedu yang sangat jenuh dengan
kolesterol. Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung
empedu (dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk
membentuk batu empedu.
Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan super
saturasi progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-
insur tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingter
oddi, atau keduanya dapat menyebabkan statis. Faktor hormonal (hormon
kolesistokinin dan sekretin) dapat dikaitkan dengan keterlambatan
pengosongan kandung empedu.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam
pembentukan batu. Mukus meningkatkan viskositas empedu dan unsur sel
atau bakteri dapat berperan sebagai pusat presipitasi/pengendapan. Infeksi
lebih timbul akibat dari terbentuknya batu, dibanding panyebab
terbentuknya batu.
C. Manifestasi Klinis
Gejala kolelitiasis dapat terjadi akut atau kronis dan terjadinya
gangguan pada epigastrium jika makan makanan berlemak, seperti: rasa
penuh diperut, distensi abdomen, dan nyeri samar pada kuadran kanan
atas.
a. Rasa nyeri hebat dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat batu, maka kandung empedu
mengalami distensi kemudian akan terjadi infeksi sehingga akan teraba
massa pada kuadran I yang menimbulkan nyeri hebat sampai menjalar
ke punggung dan bahu kanan. Nyeri akan dirasakan persisten (hilang
timbul) terutama jika habis makan makanan berlemak yang disertai
rasa mual dan ingin mual muntah pada pagi hari karena metabolisme
di kandung empedu akan meningkat.
b. Ikterik dan BAK berwarna kuning
Ekskresi cairan empedu ke duodenum (saluran cerna) juga
mengakibatkan peningkatan bilirubin serum yang diserap oleh darah
dan masuk ke sirkulasi sistem sehingga terjadi filtrasi oleh ginjal yang
menyebabkan bilirubin dieksresikan oleh ginjal sehingga urin
berwarna kuning bahkan kecoklatan.
c. Defisiensi Vitamin.
Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorpsi vitamin A, D, E,
dan K yang larut lemak.Defisiensi vitamin K dapat mengganggu
pembekuan darah yang normal.
D. Komplikasi
- Asimtomatik
- Obstruksi duktus sistikus
- Kolik bilier
- Kolesistitis akut
- Perikolesistitis
- Peradangan pankreas (pankreatitis)
- Perforasi
- Kolesistitis kronis
- Hidrop kandung empedu
- Empiema kandung empedu
- Fistel kolesistoenterik
- Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali
dan batu empedu muncul lagi)
- Ileus batu empedu (gallstone ileus)
E. Penatalaksanaan
- Open Kolesistektomi
Operasi ini merupakan standar untuk penanganan pasien dengan
batu empedu simtomatik.
- Kolesistektomi Laparoskopik
Kelebihan tindakan ini meliputi nyeri pasca operasi lebih minimal,
pemulihan lebih cepat, hasil kosmetik lebih baik, menyingkatkan
perawatan di rumah sakit dan biaya yang lebih murah.
- Extracorporeal Shock-wave-lithotripsy (ESWL)
Batu empedu dapat dipecahkan dengan gelombang kejutan yang
dihasilkan di luar badan oleh alat elektrohidrolik, elektromagnetik atau
elektrik-Pieza. Biasanya USG digunakan untuk mengarahkan
gelombang ke arah batu yang terletak di kandung empedu. Gelombang
akan melewati jaringan lunak dengan sedikit absorbsi sedangkan batu
akan menyerap enersi dan terpecahkan. Biasanya tehnik ini disertai
pemberian asam empedu oral CDCA atau UDCA.
b. Analisa Data
Data hasil pengkajian dikumpulkan dan dianalisa sehingga dapat
menilai klasifikasi ASA pasien. Data yang telah di analisa digunakan
untuk menentukan diagnosa keperawatan, tujuan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi pre anestesi.
2. Intra Anestesi
a. Pengkajian Intra Anestesi dilakukan sejak pasien dilakukan
pembedahan. Pengkajian Intra anestesi meliputi :
- Persiapan pasien, alat anestesi dan obat-obat anestesi.
- Pelaksanaan anestesi
- Monitoring respon dan hemodinamik pasien yang kontinu setiap 5
menit sampai 10 menit.
b. Analisa Data
Data yang telah di analisa digunakan untuk menentukan diagnosa
keperawatan, tujuan, perencanaan, implementasi dan evaluasi intra
anestesi.
3. Post Anestesi
a. Pengkajian Post Anestesi dilakukan sejak pasien selesai dilakukan
tindakan pembedahan dan pasien akan dipindahkan ke ruang
pemulihan. Pengkajian Post anestesi meliputi :
- Keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital.
- Status respirasi dan bersihan jalan napas.
- Penilaian pasien dengan skala Aldrete (untuk anestesi general pasien
dewasa), Stewart (untuk anestesi general pasien anak) dan skala
Bromage (untuk anestesi regional)
- Instruksi post operasi.
b. Analisa Data
Data yang telah di analisa digunakan untuk menentukan diagnosa
keperawatan, tujuan, perencanaan, implementasi dan evaluasi intra
anestesi.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 57 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Indonesia
Alamat : Samping, Kemiri, Purworejo
No RM : 4929xx
Diagosa pre operasi : Cholelithiasis
Tindakan operasi : Cholecystectomy
Tanggal operasi : 26 Mei 2018
Dokter bedah : dr. Syamsul Burhan, Sp.B
Dokter anestesi : dr. Bambang H, Sp.An
2. Anamnesa
a. Keluhan utama : Pasien mengatakan perutnya terasa sakit, pasien
mengeluh haus.
b. Riwayat penyakit sekarang : Pasien dengan diagnosa cholelithiasis.
c. Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak memiliki riwayat asma,
hipertensi maupun DM. Pasien menyatakan belum pernah dirawat di
rumah sakit, pasien menyatakan belum pernah operasi sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga : pasien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi, asma dan DM.
3. Pemerikasaan Fisik
a. Kesadaran umum dan tanda vital
1) Pre-Anestesi
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
BB : 55 kg TB : 155 cm
IMT : 22,9 kg/m2 N : 70 x/mnt
TD : 121/60 mmHg
RR : 20 x/mnt
2) Intra-Anestesi
Pasien terintubasi dengan ETT no. 7
TD : 114/66 mmHg
RR : 18 x/mnt
N : 60 x/mnt
3) Post-Anestesi
Pasien sadar penuh
TD : 130/71 mmHg
RR : 20 x/mnt
N : 62 x/mnt
b. B1 : Breathing
1) Pre-Anestesi
Respirasi Rate : 20 x/menit
Nafas spontan, bunyi nafas vesikuler, nafas kuat dan dalam, tidak
ada wheezing dan ronkhi
Pengembangan kedua dada saat inspirasi simetris
SpO2 : 100%
2) Intra-Anestesi
Respirasi Rate: 18 x/menit,
Pengembangan kedua dada saat inspirasi simetris
Volume tidal 450 ml
SpO2 : 99%
3) Post-Anestesi
Respirasi Rate : 20x/menit
SpO2 : 99%
c. B2 : Bleeding (Kardiovaskuler / Sirkulasi)
1)Pre-Anestesi
Frekuensi Nadi : 70 x/menit, denyutan teraba kuat
S1 S2 reguler
CRT < 3 detik
Tidak terdapat edema
Konjungtiva tidak anemis
Hb : 12,6 mg/dL
2)Intra-Anestesi
Frekuensi Nadi : 60 x/menit denyutan teraba kuat
CRT < 3 detik
Daerah perifer tidak sianosis
Konjungtiva tidak anemis
Perdarahan intra anestesi : 100 cc
3)Post-Anestesi
Frekuensi Nadi : 62 x/menit, denyutan teraba kuat
CRT < 3 detik
Daerah perifer tidak sianosis
Konjungtiva tidak anemis
d. B 3 : Brain (Persyarafan/Neurologik)
1) Pre-Anestesi
GCS : E4V5M6
Kesadaran compos mentis
2) Intra-Anestesi
Tingkat kesadaran koma
3) Post-Anestesi
GCS : E3V4M6
Pasien compos mentis tersedasi
Ekstermitas masih lemah saat digerakkan
e. B 4 : Bladder (Perkemihan - Eliminasi)
1) Pre-Anestesi
Pasien terpasang urine catheter no. 16, jumlah urin dari bangsal
pukul 12.00 yaitu 100 cc.
2) Intra-Anestesi
Produksi urine selama operasi 150cc
3) Post-Anestesi
Produksi urine post operasi 50 cc
f. B 5 : Bowel (Pencernaan - Eliminasi Alvi/Gastrointestinal)
1) Pre-Anestesi
Pasien menyatakan tidak ada gangguan pencernaan
Bising usus : 8x/menit
Terdapat nyeri tekan pada abdomen kanan atas
2) Intra-Anestesi
Pasien dalam efek obat anestesi
3) Post-Anestesi
Pasien masih dalam efek obat anestesi
Bising usus : 8x/menit
Tidak mengalami mual dan muntah
g. B 6 : Bone (Tulang-Otot-Integumen)
Warna kulit tampak kuning
Suhu : 36,5 oC
Pasien tampak lemah, masih dalam efek sedasi
4. Psikologis
Pasien kooperatif, pasien dapat menjawab semua pertanyaan assesment
yang diajukan.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium: tanggl 26 Mei 2018
Darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12.6 11,7 - 15,5 g/dl
Hematokrit 37 35 - 47 %
Leukosit 9.6 3,6 -11,00 ribu/ul
Trombosit 266 150 - 400 ribu/ul
Eritrosit 4.2 3,80 - 5,20 juta/ul
Eosinofil L 1,80 2-4%
Basofil 0,20 0–1%
Netrofil 63,50 50 – 70 %
Limfosit 26,60 22 – 40 %
Monosit 7,90 2–8%
C. Maintenance
Maintenance menggunakan:
Balance cairan:
Maintance (M)
4 x 10 = 40
2 x 10 = 20
1 x 35 = 35
Jumlah = 95 cc
Pengganti Puasa (PP) = 8 jam x 95 = 760 cc
Stress operasi (SO) = 8 x 55 = 440 cc (operasi besar)
Kebutuhan Cairan :
Jam 1 : M + 1/2PP + SO = 95 + ½ . 760 + 440 = 915 cc
Jam 2 : M + 1/4PP + SO = 95 + ¼ . 760 + 440 = 725 cc
Memberikan premedikasi
Fentanyl 50 mcg, Miloz 2,5 mg
12.15 121/60 70 100% 2 2 2 20
Injeksi Notrixum 20 mg, Fresofol
100 mg
Monitor TTV
12.20 114/66 60 100% 2 2 2 18
Mulai insisi kulit
12.25 120/64 58 99% 2 2 2 18
12.30 118/64 59 99% 2 2 2 18
12.35 112/66 61 99% 2 2 2 18
12.40 110/62 60 99% 2 2 2 18
12.45 115/65 64 99% 2 2 2 18
12.50 110/62 62 9% 2 2 2 18
12.55 115/67 63 99% 2 2 2 18
13.00 104/60 61 99% 2 2 2 18
13.05 102/60 58 99% 2 2 2 18
13.10 110/68 59 99% 2 2 2 18
13.15 114/66 60 99% 2 2 2 18
13.20 111/62 60 100% 2 2 2 18
2 Mengganti cairan dengan
13.25 116/67 58 99% 2 2 18
Tutofusin 500 cc
13.30 110/72 60 100% 2 2 2 18
13.35 112/69 64 99% 2 2 2 18
13.40 109/62 62 100% 2 2 2 18
13.45 110/62 63 99% 2 2 2 18
13.50 118/60 59 99% 2 2 2 20
13.55 120/62 58 99% 4 0 0 20 Memberikan injeksi Torasic 30 mg
14.00 125/68 61 99% 4 0 0 20 Operasi selesai
14.05 128/70 61 98% 4 0 0 20 Ekstubasi ETT
14.10 130/71 62 99% 4 0 0 20 Pindah ke ruang RR
E. Pengakhiran Anestesi
1. Operasi selesai jam 14.00 WIB, napas spontan
2. Monitor tanda vital sebelum pasien di bawa ke ruang pemulihan TD:
130/71 mmHg; N : 62 x/mnt; SpO2 : 99 %; RR: 20 x/mnt.
3. Pasien dipindahkan ke recovery room dan dilakukan monitor selama 15
menit lalu dipindahkan ke bangsal.
F. Pemantauan di Recovery Room
Pasien di RR dilakukan pemantauan tanda vital dan pengawasan post operasi apakah
ada tanda-tanda perdarahan, perubahan hemodinamik akibat operasi dan anestesi,
keluhan pasien post operasi dan pengawasan terhadap alat kesehatan yang terpasang
pada pasien (infus, kateter, drain).
Jam
TD N SpO2 O2 RR Tindakan
JAM
Pasien tiba di RR dilakukan monitor
14.10 130/71 62 99% - 20
tanda vital
14.15 130/71 64 99% - 20
14.20 133/70 64 99% - 20 Pasien dipindah ke bangsal
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI
A. Analisa Data
RR: 18 x/menit
Pasca Anestesi
3 DS: - Bersihan jalan Mukus banyak,
DO: nafas tidak sekresi tertahan
Tampak banyak sekret pada mulut efektif efek dari general
pasien anestesi
Pasien tampak gelisah
Pasien stridor (ngorok)
RR: 18 x/menit
4 DS: - Resiko Efek anestesi
DO: kecelakaan umum
Pasien masih dalam efek sedasi cidera
Pasien bergerak tak terkontrol
Pasien belum sadar penuh
5 DS : Pasien mengeluh nyeri di bekas Nyeri akut Agen cidera fisik
operasi (tindakan operasi)
DO :
- Pasien gelisah dan merintih
- Pasien tampak memegangi bagian
perut yang sakit
B. Diagnosa
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan teknik 1. Dapat menurunkan
dengan agen cidera fisik keperawatan selama 1x24 jam komunikasi terapeutik kecemasan
(tindakan operasi) diharapkan nyeri berkurang 2. Ajarkan teknik relaksasi 2. Mengurangi nyeri
atau hilang dengan kriteria dengan cara non
hasil : farmakologi
- Pasien menyatakan nyeri 3. Kolaborasi dengan 3. Analgetik untuk
berkurang atau hilang dokter pemberian menurunkan rasa nyeri
- Ekspresi wajah tenang analgetik
D. Implementasi dan Evaluasi
P:
- Monitor kebutuhan cairan
- Monitor tanda – tanda vital
- Pemberian terapi cairan di
bangsal 16 tpm
A. Kesimpulan
Penatalaksanaan asuhan keperawatan perianestesi pada Ny. T dengan
diagnosa medis cholelithiasis di Instalasi Bedah Sentral RSUD Purworejo
didapatkan 5 diagnosa keperawatan anestesi yaitu :
Keat, Sally, Simon Townend Bate, Alexander Bown dan Sarah Lanham. 2013.
Anaesthesia On The Move. Indeks. Jakarta
Mangku, G. dan Senapathi, I.G.A. 2010. Buku Ajar Ilmu Anastesi dan Reanimasi.
Jakarta : Indeks Jakarta.
Sjamsuhidajat R, de Jong W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.