DINAS KESEHATAN
UNIT PELAKSANA TEKNIS RUMAH SAKIT PARU
MANGUHARJO MADIUN
Jalan Yos Sudarso No. 108-112 - Telp. (0351) 462427 dan
464916 - Fax. 464916 Madiun 63122
i
dan Testing HIV/AIDS Secara Sukarela (Voluntary
Counseling and Testing),
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit;
12. Keputusan Gubemur Jawa Timur Nomor 26 Tahun
2002 Tentang Tugas Pokok Fungsi Unit Pelaksana
Teknis Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur;
13. Peraturan Gubemur Jawa Timur Nomor 32 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanan
Teknis Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur.
MEMUTUSKAN
DITETAPKAN DI : MADIUN
PADA TANGGAL : 2019
ii
LAMPIRAN: PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
PARU MANGUHARJO MADIUN
NOMOR : 102.6/ /PER/2019
TANGGAL :
TENTANG : PEDOMAN PELAYANAN HIV/AIDS RUMAH
SAKIT PARU MANGUHARJO MADIUN
KATA PENGANTAR
iii
Dengan meningkatnya kasus HIV/AIDS di Indonesia akhir-akhir ini yang
menimbulkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas karena
HIV/AIDS, maka diperiukan suatu penanganan terhadap kasus HIV/AIDS di
setiap rumah sakit. Tim HIV/AIDS selaku pelaksana pelayanan kasus
HIV/AIDS di rumah sakit, perlu diatur dalam suatu standar pelayanan Tim
HIV/AIDS yang akan menjadi acuan bagi para pelaksana pelayanan HIV/AIDS
di rumah sakit.
Dalam standar pelayanan HIV/AIDS ini akan diatur mengenai standar
ketenagaan, standar fasilitas dan standar tatalaksana pelayanan Tim
HIV/AIDS.
Standar pelayanan HIV/AIDS ini disusun dalam suatu buku Pedoman
Pelayanan HIV/AIDS yang ditetapkan dan diberlakukan di rumah sakit.
Penyempurnaan terhadap isi buku pedoman ini akan senantiasa dilakukan
secara berkala, dalam menyesuaikan dengan perkembangan ilmu kedokteran
dan meningkatnya jumlah pasien yang dilayani.
Madiun, 2019
Ketua Tim HIV/AIDS
DAFTAR ISI
iv
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN 3
D. BATASAN OPERASIONAL 3
E. LANDASAN HUKUM 5
BAB II STANDAR KETENAGAAN 7
A. KUALIFIKASI SDM 7
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN 7
BAB III STANDAR FASILITAS 8
A. DENAH RUANGAN 8
B. PRASARANA 9
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN 9
A. TATALAKSANA ALUR PELAYANAN KLINIK KTS 9
B. TATALAKSANA ALUR KONSELING DAN TES HIV INISIASI
PETUGAS KESEHATAN 10
C. TATALAKSANA PEMERIKSAAN RAPID TEST HIV Dl
LABORATORIUM 11
D. TATALAKSANA PENCATATAN DATA HIV/AIDS 12
E. TATALAKSANA PELAPORAN DATAHIVAIDS DENGAN SIHA 15
F. TATALAKSANA PENCATATAN DAN PELAPORAN REAGEN
RAPID TEST HIV 16
G. TATALAKSANA PROFILAKSIS PASCAPAJANAN 16
H. TATALAKSANA RUJUKAN PASIEN HIV KE LAYANAN PDP 18
I. PEMENUHAN STANDAR 19
J. CAPAIAN KINERJA 21
BAB V DOKUMENTASI 22
A. FORMULIR TES DAN KONSELING 22
B. FORMULIR RUJUKAN 24
C. FORMULIR PENOLAKAN 25
BAB VI PENUTUP 27
v
1
BAB l
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penularan HIV di Indonesia meningkat tajam. Estimasi kasus
HIV/AIDS pada tahun 2002 di lndonesia sekitar 90,00 sampai 130.000,
sedangkan estimasi ulang pada tahun 2006 ternyata meningkat hampir
dua kali lipat, yaitu dengan diperkirakan 193.000 sekitar (antara
160.000 sampai 210.000).
Dengan meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada
kelompok pengguna napza suntik (penasun/IDU = Injecting Drug User),
penjaja seks (Sex Worker) dan pasangan, serta waria di beberapa
provinsi di Indonesia pada saat ini, maka kemungkinan terjadinya resiko
penyebaran infeksi HIV ke masyarakat umum tidak dapat diabaikan.
Kebanyakan dari mereka yang beresiko tertular HIV tidak mengetahui
akan status HIV mereka, apakah sudah terinfeksi atau belum.
Melihat tingginya prevalensi di atas maka masalah HIV/AIDS saat
ini bukan hanya masalah kesehatan dari penyakit menular semata,
tetapi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang sangat luas.
Oleh karena itu penanganan tidak hanya dari segi medis tetapi juga dari
psikososial dengan berdasarkan pendekatan kesehatan masyarakat
melalui upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Salah satu upaya tersebut adalah deteksi dini untuk mengetahui
status seseorang sudah terinfeksi HIV atau belum melalui konseling dan
testing HIV/AIDS sukarela, bukan dipaksa atau diwajibkan. Mengetahui
status HIV lebih dini memungkinkan pemanfaatan layanan-layanan
terkait dengan pencegahan, perawatan, dukungan, dan pengobatan
sehingga konseling dan testing HIV/AIDS secara sukarela merupakan
pintu masuk semua layanan tersebut di atas.
Perubahan perilaku seseorang dari beresiko menjadi kurang
beresiko terhadap kemungkinan tertular HIV memerlukan bantuan
perubahan emosional dan pengetahuan dalam suatu proses yang
mendorong nurani dan logika. Proses mendorong ini sangat unik dan
2
B. TUJUAN PEDOMAN
1. Tujuan Umum
a. Menurunkan angka kesakitan HIV/AIDS melalui peningkatkan
mutu pelayanan KTIP dan perlindungan bagi petugas Layanan dan
pasien.
b. Memperluas pelaksanaan jejaring HIV/AIDS agar terarah dan
terstandar sehingga pelaksanaan akan menjadi efektif, efisien,
bermutu dalam rangka mencapai target akses bagi semua
(universal target).
2. Tujuan Khusus:
a. Sebagai pedoman penatalaksanaan pelayanan konseling dan tes
HIV/AIDS
b. Menjaga mutu layanan melalui penyediaan sumber daya dan
manajemen yang sesuai
c. Memberi perlindungan dan konfidensialitas bagi pasien dalam
pelayanan konseling dan tes HIV
d. Acuan dalam pengembangan sistem layanan berkesinambungan
e. Acuan dalam aspek pelayanan KTS dan KTIP yang bermutu
f. Acuan dalam monitoring dan evaluasi pelayanan KTS dan KTIP
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu gejala
berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh
masuknya virus HIV ke dalam tubuh seseorang.
3
perencanaan dukungan.
14. Konseling prates adalah diskusi antara klien dan konselor, bertujuan
menyiapkan klien untuk tesing HIV/AIDS. Isi diskusi adalah
klarifikasi pengetahuan klien tentang HIV/AIDS, rnenyampaikan
prosedur tes dan pengelolaan diri setelah menerima hasil tes,
menyiapkan klien menghadapi hari depan, membantu klien
memutuskan akan tes atau tidak, mempersiapkan informed consent,
dan konseling seks yang aman.
15. Orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah orang yang
tubuhnya telah terinfeksi virus HIV/AIDS.
16. Periode Jendela adalah suatu periode atau masa sejak orang
terinfeksi HIV sampai badan orang tersebut membentuk antibodi
melawan HIV yang cukup untuk dapat dideteksi dengan
pemeriksaan rutin tes HIV.
17. Persetujuan Iayanan adalah persetujuan yang dibuat secara sukarela
oleh seseorang untuk mendapatkan Iayanan.
18. Informed Consent (Persetujuan Tindakan Medis) adaiah persetujuan
yang diberikan oleh orang dewasa yang secara kognisi dapat
mengambil keputusan dengan sadar untuk melaksanakan prosedur
(tes HIV, operasi, tindakan medik lainnya) bagi dirinya atau atas
spesimen yang berasal dari dirinya. Jugatermasuk persetujuan
memberikan informasi tentang dirinya untuk suatu keperluan
penelitian.
19. Sistem Rujukan adalah pengaturan dari institusi pemberi layanan
yang memungkinkan petugasnya mengirimkan klien, sampel darah
atau informasi, memberi petunjuk kepada institusi lain atas dasar
kebutuhan klien untuk mendapatkan layanan yang lebih memadai.
Pengiriman ini senantiasa dilakukan dengan surat pengantar,
bergantung pada jenis layanan yang dibutuhkan. Pengaturannya
didasarkan atas peraturan yang berlaku, atau persetujuan para
pemberi layanan, dan disertai umpan balik dari proses atau hasil
layanan.
20. Tuberkulosa (TB) adalah penyakit infeksi oleh bakteri tuberkulosa.
5
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3495);
2. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3886);
3. Undang-undang Nomor Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437)
4. Keputusan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Nomor
9/KEP/1994 tentang Strategi Nasional Penanggulangan AIDS di
Indonesia;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1277/Menkes/SK/Xl/ 2001
tentang Susunan Organisasi dan Tatakerja Depkes Rl
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1285/Menkes/SK/X/ 2002
tenteng Pedoman Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyakit Menular
Seksual;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1507/Menkes/SK/X/ 2005
tentang Pedoman Konseling Dan Testing HIV/AIDS Secara Sukarela
(Voluntary Counseling and Testing).
6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pola pengaturan ketenagaan Tim HIV/AIDS terdiri dari 9 (sembilan)
orang :
1 orang Ketua Tim HIV/AIDS
1 orang Dokter Umum
1 orang Konselor
1 orang Analis Medis
1 orang Petugas Pencatatan dan Pelaporan
1 orang Apoteker
1 orang Perawat
BAB III
7
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANGAN
1. Pelayanan KTS
2. Standar dan Fasilitas
Klinik KTS di Rumah Sakit Paru Manguharjo Madiun bernama Klinik
KTS berlokasi di lantai 1 yang terletak di samping ruang perawat,
rawat inap dan di belakang taman.
a. Sarana
1) Papan nama / petunjuk
Papan petunjuk lokasi dipasang secara jelas sehingga
memudahkan akses klien ke Klinik KTS, demikian juga di depan
ruang Klinik KTS dipasang papan bertuliskan Klinik KTS
2) Ruang tunggu
Klinik KTS memiliki ruang tunggu di luar ruang Klinik KTS.
3) Ruang Klinik KTS
Ruang konseling Klinik KTS memiliki suasana yang nyaman,
terjaga kerahasiaannya. Dengan maksud untuk menghindari
klien keluar dari ruang konseling bertemu dengan klien /
pengunjung yang lain.
Di dalam Klinik KTS tersedia;
a) Materi KIE: Poster, leaflet, brosur yang berisi bahan
pengetahuan tentang HIV/AIDS, IMS, TB, penyalahgunaan
Napza, perilaku sehat, pencegahan penularan, dan seks yang
aman.
b) Informasi prosedur konseling dan testing.
c) Tempat sampah,
d) Komputer untuk mencatat data.
e) Meja dan kursi bagi klien maupun konselor.
f) Buku catatan perjanjian klien dan catatan harian, formulir
tes dan konseling HIV, buku rujukan, formulir rujukan,
kalender, dan alat tulis.
g) Lemari arsip atau lemari dokumen.
8
B. PRASARANA
1. Aliran listrik
Aliran listrik dengan penerangan yang cukup baik untuk membaca
dan menulis, serta adanya alat pendingin ruangan.
2. Sambungan telepon
Tersedianya sambungan telepon, terutama untuk berkomunikasi
dengan layanan lain yang terkait.
BAB IV
9
d. Baca Hasil
e. Catat hasil pada formulir dan lembar pemeriksaan laboraturium
f. Bila REAKTIF lanjutkan ke Pemeriksaan Reagen 3
4. Langkah-langkah pemeriksaan dengan Reagen 3 (A3):
a. Biarkan reagen pada suhu kamar.
b. Buka kemasan lalu beri identitas sampel pada membrane.
c. Gunakan disposable dropper yang tersedia pada kit.
d. Untuk Sampel berupa serum/plasma
Teteskan 1 tetes serum / plasma (± 30 µ) ke lubang sampel
(S).
Lalu teteskan 1 tetes buffer,
e. Untuk Sampel berupa whole blood
Teteskan 2 tetes darah (± 60 ul) ke lubang sampel (S).
Lalu teteskan 2 tetes buffer,
f. Jalankan timer, tunggu dan biarkan menyerap.
g. Baca Hasil dalam waktu 15 - 20 menit (jangan melebihi 20 menit)
h. Catat hasil pada formulir dan lembar hasil pemeriksaan
laboraturium.
i. Interprestasikan hasil tes.
12. Interpretasi hasil pemeriksan Rapid Test dengan 3 metode
a. Hasil positif, bila:
Bila hasil A1 reaktif, A2 reaktif dan A3 reaktif
b. Hasil negatif, bila:
Bila hasil A1 nonreaktif
Bila hasil A1 reaktif tapi pada pengulangan hasil A1 dan A2
nonreaktif
Bila salah satu reaktif tapi tidak beresiko
Bila hasil pemeriksaan kedua ( min. setelah 14 hari ) masih
“tetap” inkonlusif.
c. Hasil inkonklusif, bila:
Bila dua hasil tes reaktif sedangkan yang satu nonreaktif
Bila hanya satu tes reaktif tapi berisiko.
13
I. PEMENUHAN STANDAR
Setiap orang dengan risiko terinfeksi HIV mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar. Pemerintah wajib memberikan pelayanan
kesehatan sesuai standar kepada setiap orang dengan risiko terinfeksi virus
yang melemahkan daya tahan tubuh manusia (Human Immunodeficiency
Virus = HIV) di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada orang dengan risiko
terinfeksi HIV sesuai standar meliputi:
1) Edukasi perilaku berisiko
2) Skrinning
a) Ibu hamil, yaitu setiap perempuan yang sedang hamil.
b) Pasien TBC, yaitu pasien yang terbukti terinfeksi TBC dan
sedang mendapat pelayanan terkait TBC
c) Pasien Infeksi Menular Seksual (IMS), yaitu pasien yang
terbukti terinfeksi IMS selain HIV dan sedang mendapat
pelayanan terkait IMS
20
J. CAPAIAN KINERJA
1) Definisi Operasional
Capaian kinerja dalam memberikan pelayanan sesuai standar bagi
orang dengan risiko terinfeksi HIV dinilai dari persentase orang dengan
risiko terinfeksi HIV yang mendapatkan pelayanan HIV sesuai standar
di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun.
2) Rumus Perhitungan Kinerja
Catatan :
Nominator: Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV (penderita TBC,
IMS, penjaja seks, LSL, transgender, Penasun, WBP dan ibu
hamil) yang mendapatkan pelayanan (pemeriksaan rapid
test R1) sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun.
Denominator: Jumlah orang dengan risiko terinfeksi HIV di kab/kota
dalam kurun waktu satu tahun yang sama yang ditetapkan
kepala daerah.
22
BAB V
DOKUMENTASI
B. FORM RUJUKAN
FORMULIR RUJUKAN
(............................................)
C. FORMULIR PENOLAKAN
25
PENOLAKANTINDAKAN KEDOKTERAN RM 06 K
PEMBERIAN INFORMASI
Dokter Pelaksana Tindakan
Pemberi Informasi
Penerima Informasi/Pemberi
penolakan *
JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDAI (V)
1 Diagnosis (WD & DD)
2 Dasar Diagnosis
3 Tindakan Kedokteran
4 Indikasi Tindakan
5 Tata Cara
6 Tujuan
7 Risiko
8 Komplikasi
9 Prognosis
1 Alternatif & Risiko
0
1 Hal lain yang akan dilakukan
1 untuk menyelamatkan pasien
seperti: transfusi dan
perluasan tindakan
Lain-lain
Dengan ini menyatakan bahwa Dokter tandatangan
saya telah menerangkan hal-hal di
atas secara benar dan jelas dan
memberikan kesempatan untuk
bertanya dan/atau berdiskusi
Saksi Dokter
Yang menyatakan)*,
BAB VI
PENUTUP