TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN TIPK/PICT DIREKTUR RSUD dr. RASIDIN
1
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Ditetapkan di : Padang
Pada Tanggal : Januari 2023
DIREKTUR
HERLIN SRIDIANI
2
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN DIREKTUR
RSUD dr. RASIDIN PADANG
NOMOR :445/ /SK/RSUD/I/2023
TANGGAL : 03 Januari 2023
3
KATA PENGANTAR
Penulis
4
BAB I
DEFINISI
5
BAB II
RUANG LINGKUP
6
BAB III
TATA LAKSANA
7
8) Kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada petugas
kesehatan
Pada umumnya dengan komunikasi verbal sudah cukup memadai
untuk memberikan informasi dan mendapatkan informed-consent
untuk melaksanakan tes-HIV. Ada beberapa kelompok masyarakat
yang lebih rentan terhadap dampak buruk seperti diskriminasi,
pengucilan, tindak kekerasan, atau penahanan. Dalam hal
tersebut maka perlu diberi informasi lebih dari yang minimal
diatas, untuk meyakinkan informed-consent nya.
2 Perhatian khusus bagi perempuan hamil
Informasi pra test bagi perempuan yang kemungkinan akan hamil
atau dalam kondisi hamil meliputi :
a. Resiko penularan HIV kepada bayi yang dikandungnya kelak
b. Cara yang dapat dilakukan guna mengurangi resiko penularan
HIV dari ibu ke anaknya, termasuk terapi antiretroviral proflaksis
dan konseling tentang makanan bayi.
c. Keuntungan melakukan diagnosis HIV secra dini bagi bayi yang
dilahirkan
3 Perhatian khusus bagi bayi, anak dan remaja
Perlu ada pertimbangan khusus bagi anak dan remaja di bawah umur
secara hukum (pada umurnya <18 tahun). Sebagai individu di bawah
umur yang belum punya hak untuk membuat/memberikan informed-
consent, mereka punya hak untuk terlibat dalam semua keputusan
yang menyangkut kehidupannya dan mengemukakan pandangannya
sesuai tingkat perkembangan umumnya. Dalam hal ini diperlukan
informed-consent dari orang tua atau wali.
4 Pasien dengan penyakit berat
Pasien yang mengalami kondisi kritis atau tidak sadarkan diri, tentu
tidak mampu untuk memberikan persetujuan secara pribadi.
Dalam keadaan yang demikian, maka dipertimbangkan betul manfaat
tes HIV dan kepentingan pasien, apabila tes HIV betul-betul
dibutuhkan atas kepentingan pasien maka persetujuan dapat
dimintakan kepada keluarga.
5 Penolakan untuk menjalani tes HIV
Penolakan untuk menjalani tes-HIV tidak boleh mengurangi kualitas
layanan lain yang tidak terkait dengan status HIV nya. Pasien yang
menolak menjalani tes perlu ditawari untuk melayani sesi konseling di
klinik KTS (VCT) di masa yang akan datang jika memungkinkan.
8
Penolakan tersebut harus dicatat di lembar catatan medisnya atau di
form edukasi terintegrasi agar diskusi dan tes HIV diprakarsai
kembali pada kunjungan yang akan datang.
B. Konseling Pasca-Tes HIV
Konseling pasca tes merupakan bagian integrasi dari proses tes-HIV.
Semua pasien yang menjalani tes HIV harus mendapatkan konseling pasca-
tes pada saat hasil tes disampaikan, tanpa memandang hasil tes HIV-nya.
Konseling pasca tes harus diberikan secara individual oleh petugas yang
sama memprakarsai tes HIV semula. Konseling tidak layak untuk diberikan
secara kelompok.
Perlu diingat bahwa tidaklah dapat diterima apabila seorang petugas
memprakarsai untuk tes HIV dan kemudian harus menunda memberikan
hasilnya kepada pasien karena tidak sempat, meskipun pasien mungkin
siap untuk menerima hasil, atau menolak untuk menerima hasil tes,
petugas kesehatan harus selalu berusaha dengan berbagai alasan yang
tepat dengan cara simpatik untuk meyakinkan pasien menerima dan
memahami arti hasil tes HIV dan menjaga konfidensialitas.
Setelah dapat ditegakkan diagnosis dan terapi, tujuan lain dari
konseling ini adalah perubahan prilaku klien khususnya terkait prilaku
berisiko yang dapat memperburuk kondisi penyakitnya atau penularan
HIV/AIDS dan penyakit infeksi lainnya kepada orang lain, sementara
perubahan prilaku sehubungan dengan resiko penularan kepada orang lain
dapat dilaksanakan melalui rujukan kepada konselor terlatih.
a. Konseling hasil tes HIV negatif
Konseling bagi yang hasilnya negatif, minimal harus meliputi hal sebagai
berikut:
1) Penjelasan tentang hasil tesnya, termasuk penjelasan tentang periode
jendela, yaitu belum terdeteksinya antibody HIV dan anjuran untuk
menjalani tes kembali ketika terjadi pajanan HIV
2) Informasi dasar tentang cara mencegah terjadinya penularan
3) Pemberian kondom laki-laki atau perempuan baik petugas kesehatan
maupun pasien selanjutnya membahas dan menilai perlunya rujukan
untuk mendapatkan konseling pasca-tes lebih mendalam atau
dukungan pencegahan lainnya.
b. Konseling tes HIV positif
1) Bagi pasien dengan hasil tes HIV positif, maka petugas kesehatan
menyampaikan hal sebagai berikut:
9
2) Memberikan informasi hasil tes HIV kepada pasien secara sederhana
dan jelas, dan beri kesempatan kepada pasien sejenak untuk
mencerna informasi tersebut.
3) Meyakinkan bahwa pasien mengerti akan arti hasil tes HIV
4) Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
5) Membantu pasien untuk mengatasi emosi yang timbul karena hasil
tes positif
6) Membahas masalah yang perlu perhatian segera dan bantu pasien
menemukan jejaring social yang mungkin dapat memberikan
dukungan dengan segera dan dapat diterima.
7) Menjelaskan layanan perawatan lanjutan yang tersedia di sarana
kesehatan dan masyarakat, khususnya ketersediaan layanan
pengobatan, PMTCT dan layanan perawatan serta dukungan.
8) Memberikan informasi tentang cara mencegah penularan HIV,
termasuk pemberian kondom laki-kai ataupun perempuan dan cara
menggunakannya.
9) Memberikan informasi cara pencegahan lain yang terkait dengan cara
menjaga kesehatan seperti informasi tentang gizi, terapi profilaksis,
dan mencegah malaria dengan kealmbu di daerah endemis malaria.
10) Membahas kemungkinan untuk mengungkapkan hasil tes HIV, waktu
dan cara mengungkapkannya serta mereka yang perlu mengetahui.
11) Mendorong dan menawarkan rujukan untuk tes HIV dan konseling
bagi pasangan dan anaknya.
12) Melakukan penilaian kemungkinan mendapatkan tindak kekerasan
atau kemungkinan bunuh diri dan membahas langkah-langkah untuk
mencegahnya, terutama pasien perempuan yang didiagnosis HIV
positif.
13) Merencanakan waktu khusus untuk kunjungan tindak lanjut
mendatangkan atau rujukan untuk pengobatan, perawatan,
konseling, dukungan dan layanan lain yang diperlukan oleh pasien
(misalnya, skrining dan pengobatan TB, terapi profilaksis untuk IO,
pengobatan IMS, KB, perawatan hamil, terapi rumatan pengguna
opiod, akses pada layanan jarum suntik streil-LJSS).
10
c. Konseling Pasca-tes bagi ibu hamil
Konseling bagi perempuan hamil dengan HIV-positif juga harus meliputi
masalah berikut :
1) Rencana persalinan
2) Pengguna antiretroviral bagi kesehatannya sendiri ketika ada indikasi
dan untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak.
3) Dukungan gizi yang memadai, termasuk pemenuhan kebutuhan zat
besi dan asam folat
4) Pilihan tentang makanan bayi dan dukungan untuk melaksanakan
pilihannya
5) Tes HIV bagi bayinya kelak dan tindak lanjut yang mungkin
diperlukan
6) Tes HIV bagi pasangan.
11
BAB IV
DOKUMENTASI
12
DAFTAR PUSTAKA
13