Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAH KOTA PADANG

RSUD dr. RASIDIN


Jalan Air Paku Sei. Sapih, Kec. Kuranji, Telepon (0751) 499158, Faksimile
(0751) 495330,
PADANG KOTA TERCINTA

website : rsud.padang.go.id, email : rsuddr.rasidin2017@gmail.com, kode pos


25159

KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD DR. RASIDIN


NOMOR : 445/ /SK/RSUD/I/2023

TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN TIPK/PICT DIREKTUR RSUD dr. RASIDIN

Menimbang : a. Bahwa HIV/AIDS merupakan masalah nasional


dengan angka penularan yang meningkat dari
tahun ke tahun;
b. Bahwa dalam rangka pengendalian HIV/AIDS yang
berkualitas secara berkesinambungan, perlu
disusun dokumen pelayanan HIV/AIDS dalam
bentuk Panduan TIPK/PICT pada RSUD dr.
Rasidin;
c. Bahwa untuk maksud pada poin a dan b tersebut
di atas perlu menetapkan Keputusan Direktur
RSUD dr. Rasidin tentang Panduan TIPK/PICT
pada RSUD dr. Rasidin

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;
2. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1955
tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 65 Tahun 2005 tentang Standar Pelayanan
Minimal;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan
Promosi Kesehatan Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor Hk.01.07/Menkes/90/2019 Tentang
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana HIV

1
MEMUTUSKAN

Menetapkan

KESATU : Memberlakukan Panduan TIPK/PICT di RSUD dr. RASIDIN


KEDUA : Surat Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan dan akan diubah bila dalam Surat Keputusan
ini terdapat kekeliruan

Ditetapkan di : Padang
Pada Tanggal : Januari 2023

DIREKTUR

HERLIN SRIDIANI

2
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN DIREKTUR
RSUD dr. RASIDIN PADANG
NOMOR :445/ /SK/RSUD/I/2023
TANGGAL : 03 Januari 2023

PEMBERLAKUAN PANDUAN TES ATAU INISIATIF PEMBERI


PELAYANAN KESEHATAN DAN KONSELING (TIPK) ATAU
PROVIDER INITIATED TESTING AND CONSELLING (PICT) DI
RSUD DR. RASIDIN

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. RASIDIN


Jalan Air Paku Sei. Sapih, Kec. Kuranji, Telepon (0751) 499158,
Fax. (0751) 495330,
website : rsud.padang.go.id, email :
rsuddr.rasidin2017@gmail.com, kode pos 25159

3
KATA PENGANTAR

Peningkatan epidemi HIV telah terjadi di Indonesia sejak 10 tahun


terakhir ini. Penularan terutama terjadi akibat penggunaan jarum suntik
bersama pada pengguna narkotika suntik dan hubungan seks. Hasil
permodelan epidemic di Indonesia memproyeksikan jumlah ODHA usia 15-
49 tahun dari 277,700 pada tahun 2008 akan meningkat menjadi 501,400
pada tahun 2014. Hasil tersebut dengan asumsi bahwa tidak ada
perubahan yang signifikan dari upaya pengendalian HIV dan AIDS pada
kurun waktu tersebut.
Pengobatan dengan ARV di Indonesia yang didukung oleh dana
pemerintah sejak tahun 2005 telah berhasil menurunkan kematian ODHA
dari 46% pada tahun 2006 menjadi 17% pada tahun 2008. Jelas bahwa
upaya percepatan perluasan cakupan pengobatan ARV dengan pendekatan
kesehatan masyarakat telah memberikan dampak pada peningkatkan
kualitas hidup ODHA, tetapi sebagian ODHA masih belum terjangkau oleh
pengobatan tersebut. Tantangan yang dihadapi antara lain adalah masih
rendahnya cakupan orang yang mengetahui status HIV-nya sehingga
menghambat upaya untuk meningkatkan akses terhadap layanan yang
memfasilitasi ODHA untuk mengetahui status infeksinya hasrus terus
ditingkatkan.
Panduan ini disusun untuk menjadi pedoman pelayanan
penanggulangan HIV AIDS di RSUD dr. Rasidin.
Terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan panduan
ini, semoga Allah swt menghitungkan sebagai amal kebaikan.

Penulis

Tim Pokja HIV RSUD dr. Rasidin

4
BAB I
DEFINISI

Pelayanan TIPK (Tes atas inisiatif pemberi pelayanan kesehatan dan


konseling) atau PITC (Provider-initiated HIV testing and counseling) adalah
suatu pelayanan tes HIV dan konseling yang diprakarsai oleh petugas
kesehatan kepada pengunjung sarana layanan kesehatan sebagai bagian
dari standar pelayanan medis. Tujuan utamanya adalah untuk membuat
keputusan klinis dan atau menentukan pelayanan medis khusus yang tidak
mungkin dilaksanakan tanpa mengetahui status HIV seseorang seperti
misalnya ART.

5
BAB II
RUANG LINGKUP

Pelayanan TIPK/PITC ini meliputi informasi pra-test HIV, persetujuan


pasien, konseling pasca-tes HIV, rujukan ke layanan lain yang dibutuhkan
dan frekuensi tes HIV. Ruangan yang terkait dalam pelayanan PICT ini
meliputi: Instalasi Rawat Jalan, IGD, ICU, NICU, Instalasi Rawat Inap dan
Instalasi Laboratorium.

6
BAB III
TATA LAKSANA

A. Informasi Pra Test HIV dan Persetujuan Pasien


Sesuai dengan kondisi setempat, informasi pratest dapat diberikan
secara individual, pasangan atau kelompok. Persetujuan untuk menjalani
tes HIV (Informed Consent) harus selalu diberikan secara individual, pribadi
dengan kesaksian petugas kesehatan.
Undang-undang Praktik Kedokteran No. 29 Tahun 2004, secara jelas
memuatnya dalam pasal 45 mengenai persetujuan tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi. Dalam pasal 45 Undang-undang praktik kedokteran
No. 29 Tahun 2004 tersebut dijelaskan bahwa persetujuan tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi diberikan setelah pasien mendapatkan
penjelasan secara lengkap.
1 Informasi minimal sebelum tes HIV
a. Informasi minimal yang perlu disampaikan oleh petugas kesehatan
ketika menawarkan tes-HIV kepada pasien adalah sebagai berikut:
1) Alasan menawarkan tes-HIV dan konseling
2) Keuntungan dari aspek klinis dan pencegahan dari tes HIV dan
potensi resiko yang akan dihadapi, seperti misalnya diskriminasi,
pengucilan, atau tindak kekerasan.
3) Layanan yang tersedia bagi pasien baik yang hasil tes HIV negatif
ataupun positif, termasuk ketersediaan terapi antiretroviral.
4) Informasi bahwa hasil tes akan diperlakukan secara konfidensial
dan tidak akan diungkapkan kepada orang lain selain petugas
kesehatan yang terkait langsung pada perawatan pasien tanpa
seijin pasien.
5) Informasikan bahwa pasien mempunyai hak untuk menolak
menjalani tes-HIV. Tes akan dilakukan kecuali pasien
menggunakan hak tolaknya tersebut.
6) Informasikan bahwa penolakan untuk menjalani tes-HIV tidak
akan mempengaruhi akses pasien terhadap layanan yang tidak
tergantung pada hasil tes HIV
7) Dalam hal hasil tes HIV positif, maka sangat dianjurkan untuk
mengungkapkannya kepada orang lain yang berisiko untuk
tertular HIV dari pasien tersebut.

7
8) Kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada petugas
kesehatan
Pada umumnya dengan komunikasi verbal sudah cukup memadai
untuk memberikan informasi dan mendapatkan informed-consent
untuk melaksanakan tes-HIV. Ada beberapa kelompok masyarakat
yang lebih rentan terhadap dampak buruk seperti diskriminasi,
pengucilan, tindak kekerasan, atau penahanan. Dalam hal
tersebut maka perlu diberi informasi lebih dari yang minimal
diatas, untuk meyakinkan informed-consent nya.
2 Perhatian khusus bagi perempuan hamil
Informasi pra test bagi perempuan yang kemungkinan akan hamil
atau dalam kondisi hamil meliputi :
a. Resiko penularan HIV kepada bayi yang dikandungnya kelak
b. Cara yang dapat dilakukan guna mengurangi resiko penularan
HIV dari ibu ke anaknya, termasuk terapi antiretroviral proflaksis
dan konseling tentang makanan bayi.
c. Keuntungan melakukan diagnosis HIV secra dini bagi bayi yang
dilahirkan
3 Perhatian khusus bagi bayi, anak dan remaja
Perlu ada pertimbangan khusus bagi anak dan remaja di bawah umur
secara hukum (pada umurnya <18 tahun). Sebagai individu di bawah
umur yang belum punya hak untuk membuat/memberikan informed-
consent, mereka punya hak untuk terlibat dalam semua keputusan
yang menyangkut kehidupannya dan mengemukakan pandangannya
sesuai tingkat perkembangan umumnya. Dalam hal ini diperlukan
informed-consent dari orang tua atau wali.
4 Pasien dengan penyakit berat
Pasien yang mengalami kondisi kritis atau tidak sadarkan diri, tentu
tidak mampu untuk memberikan persetujuan secara pribadi.
Dalam keadaan yang demikian, maka dipertimbangkan betul manfaat
tes HIV dan kepentingan pasien, apabila tes HIV betul-betul
dibutuhkan atas kepentingan pasien maka persetujuan dapat
dimintakan kepada keluarga.
5 Penolakan untuk menjalani tes HIV
Penolakan untuk menjalani tes-HIV tidak boleh mengurangi kualitas
layanan lain yang tidak terkait dengan status HIV nya. Pasien yang
menolak menjalani tes perlu ditawari untuk melayani sesi konseling di
klinik KTS (VCT) di masa yang akan datang jika memungkinkan.

8
Penolakan tersebut harus dicatat di lembar catatan medisnya atau di
form edukasi terintegrasi agar diskusi dan tes HIV diprakarsai
kembali pada kunjungan yang akan datang.
B. Konseling Pasca-Tes HIV
Konseling pasca tes merupakan bagian integrasi dari proses tes-HIV.
Semua pasien yang menjalani tes HIV harus mendapatkan konseling pasca-
tes pada saat hasil tes disampaikan, tanpa memandang hasil tes HIV-nya.
Konseling pasca tes harus diberikan secara individual oleh petugas yang
sama memprakarsai tes HIV semula. Konseling tidak layak untuk diberikan
secara kelompok.
Perlu diingat bahwa tidaklah dapat diterima apabila seorang petugas
memprakarsai untuk tes HIV dan kemudian harus menunda memberikan
hasilnya kepada pasien karena tidak sempat, meskipun pasien mungkin
siap untuk menerima hasil, atau menolak untuk menerima hasil tes,
petugas kesehatan harus selalu berusaha dengan berbagai alasan yang
tepat dengan cara simpatik untuk meyakinkan pasien menerima dan
memahami arti hasil tes HIV dan menjaga konfidensialitas.
Setelah dapat ditegakkan diagnosis dan terapi, tujuan lain dari
konseling ini adalah perubahan prilaku klien khususnya terkait prilaku
berisiko yang dapat memperburuk kondisi penyakitnya atau penularan
HIV/AIDS dan penyakit infeksi lainnya kepada orang lain, sementara
perubahan prilaku sehubungan dengan resiko penularan kepada orang lain
dapat dilaksanakan melalui rujukan kepada konselor terlatih.
a. Konseling hasil tes HIV negatif
Konseling bagi yang hasilnya negatif, minimal harus meliputi hal sebagai
berikut:
1) Penjelasan tentang hasil tesnya, termasuk penjelasan tentang periode
jendela, yaitu belum terdeteksinya antibody HIV dan anjuran untuk
menjalani tes kembali ketika terjadi pajanan HIV
2) Informasi dasar tentang cara mencegah terjadinya penularan
3) Pemberian kondom laki-laki atau perempuan baik petugas kesehatan
maupun pasien selanjutnya membahas dan menilai perlunya rujukan
untuk mendapatkan konseling pasca-tes lebih mendalam atau
dukungan pencegahan lainnya.
b. Konseling tes HIV positif
1) Bagi pasien dengan hasil tes HIV positif, maka petugas kesehatan
menyampaikan hal sebagai berikut:

9
2) Memberikan informasi hasil tes HIV kepada pasien secara sederhana
dan jelas, dan beri kesempatan kepada pasien sejenak untuk
mencerna informasi tersebut.
3) Meyakinkan bahwa pasien mengerti akan arti hasil tes HIV
4) Memberi kesempatan pasien untuk bertanya
5) Membantu pasien untuk mengatasi emosi yang timbul karena hasil
tes positif
6) Membahas masalah yang perlu perhatian segera dan bantu pasien
menemukan jejaring social yang mungkin dapat memberikan
dukungan dengan segera dan dapat diterima.
7) Menjelaskan layanan perawatan lanjutan yang tersedia di sarana
kesehatan dan masyarakat, khususnya ketersediaan layanan
pengobatan, PMTCT dan layanan perawatan serta dukungan.
8) Memberikan informasi tentang cara mencegah penularan HIV,
termasuk pemberian kondom laki-kai ataupun perempuan dan cara
menggunakannya.
9) Memberikan informasi cara pencegahan lain yang terkait dengan cara
menjaga kesehatan seperti informasi tentang gizi, terapi profilaksis,
dan mencegah malaria dengan kealmbu di daerah endemis malaria.
10) Membahas kemungkinan untuk mengungkapkan hasil tes HIV, waktu
dan cara mengungkapkannya serta mereka yang perlu mengetahui.
11) Mendorong dan menawarkan rujukan untuk tes HIV dan konseling
bagi pasangan dan anaknya.
12) Melakukan penilaian kemungkinan mendapatkan tindak kekerasan
atau kemungkinan bunuh diri dan membahas langkah-langkah untuk
mencegahnya, terutama pasien perempuan yang didiagnosis HIV
positif.
13) Merencanakan waktu khusus untuk kunjungan tindak lanjut
mendatangkan atau rujukan untuk pengobatan, perawatan,
konseling, dukungan dan layanan lain yang diperlukan oleh pasien
(misalnya, skrining dan pengobatan TB, terapi profilaksis untuk IO,
pengobatan IMS, KB, perawatan hamil, terapi rumatan pengguna
opiod, akses pada layanan jarum suntik streil-LJSS).

10
c. Konseling Pasca-tes bagi ibu hamil
Konseling bagi perempuan hamil dengan HIV-positif juga harus meliputi
masalah berikut :
1) Rencana persalinan
2) Pengguna antiretroviral bagi kesehatannya sendiri ketika ada indikasi
dan untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak.
3) Dukungan gizi yang memadai, termasuk pemenuhan kebutuhan zat
besi dan asam folat
4) Pilihan tentang makanan bayi dan dukungan untuk melaksanakan
pilihannya
5) Tes HIV bagi bayinya kelak dan tindak lanjut yang mungkin
diperlukan
6) Tes HIV bagi pasangan.

C. Rujukan ke Layanan lain yang dibutuhkan


Hasil tes-HIV harus dikomunikasikan dengan penjelasan tentang
layanan pencegahan, pengobatan, perawatan dan dukungan kepada pasien.
Program bagi penyakit kronis dan PDP HIV berbasis masyarakat merupakan
sumber penting dan perlu untuk membangun dan menjaga mekanisme
kerjasama dengan sumber daya tersebut. Sebagai upaya minimal maka
rujukan haruslah meliputi pemberian informasi tentang pihak yang dapat
dihubungi dan alamatnya, waktu dan cara menghubunginya.
Rujukan akan berjalan efektif bila petugas kesehatan membuat janji
terlebih dahulu dengan tujuan dan membuat jadwal yang dikomunikasikan
dengan pasien serta dicatat pada catatan medis pasien. Petugas dalam
jejaring rujukan sebaiknya saling berkomunikasi secra rutin termasuk bila
ada perubahan petugas sehingga rujukan dapat berjalan secara lancer dan
berkesinambungan.

D. Frekuensi Tes HIV


Anjuran untuk melakukan tes HIV ulang sangat tergantung pada
prilaku beresiko yang masih terus berlangsung pada pasien. Tes-HIV ulang
setiap 6-12 bulan mungkin akan bermanfaat bagi individu beresiko tinggi
untuk mendapat pajanan HIV. Perempuan dengan HIV negatif sebaiknya di
tes ulang sedini mungkin pada setiap kehamilan baru. Tes HIV ulangan
pada usia kehamilan lanjut sangat dianjurkan pada semua perempuan
hamil dengan HIV negative di daerah dengan tingkat epidemic meluas.

11
BAB IV
DOKUMENTASI

1. SPO Pemberian Edukasi


2. SPO Layanan Tes HIV
3. SPO Konseling Pasca Testing
4. SPO Informed Consent Verbal
5. SPO Rujukan Eksternal
6. SPO Rujukan Komunitas

12
DAFTAR PUSTAKA

Tes dan Konseling HIV Terintegrasi di Sarana Kesehatan /PICT


Pedoman Penerapan Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2010

13

Anda mungkin juga menyukai