Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN MANAJEMEN PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI

INTRA OPERASI PADA TINDAKAN ANESTESI SAB

DI RSUD LANTO DG PASEWANG

OLEH :

SYAMSINAR

2014301148

PROGRAM STUDI ILMU KPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang

akan ditangani dan diakhiri dengan penutupan serta penjahitan luka melalui tahap

perioperatif (Sjamsuhidajat, 2010). Jenis anestesi digolongkan menjadi anestesi

umum, anestesi lokal dan anestesi regional. Anestesi regional adalah anestesi pada

sebagian tubuh, keadaan bebas nyeri tanpa kehilangan kesadaran. Namun

sekarang ini anestesi regional semakin berkembang dan meluas pemakaiannya di

bandingkan anestesi umum. Karena anestesi umum bekerja hanya menekan aksis

hipotalamus pituitary adrenal, sementara anestesi regional bekerja menekan

transmisi impuls nyeri dan menekan saraf otonom eferen ke adrenal (Sarwono,

2008).

Pembedahan merupakan pengalaman unik perubahan terencana pada tubuh

dan terdiri dari tiga fase yaitu praoperatif, intra operatif, dan pasca operatif. Tiga

fase ini secara bersamaan disebut fase perioperative. Fase intra operatif dimulai

saat klien dipindahkan ke meja operasi dan berakhir ketika klien masuk ke unit

perawatan pasca operatif (PACU), yang juga disebut ruang pasca anastesi atau

ruang pemulihan. Aktivitas keperawatan yang termasuk kedalam fase ini antara

lain berbagai prosedur khusus yang dirancang untuk menciptakan dan


mempertahankan lingkungan terapeutik yang aman untuk klien dan tenaga

kesehatan (Kozier, 2011).

World Heath Organisation (WHO) telah mengenalkan patient safety

surgery saves live untuk meningkatkan keselamatan pasien pada tindakan

pembedahan/anestesi serta menurunkan komplikasi dan kematian karena tindakan

pembedahan/anestesi level nasional diadopsi oleh 25 negara di dunia. Anastesi

spinal atau Sub Arachnoid Blok (SAB) merupakan salah satu teknik anestesi

regional dengan cara penyuntikan obat anestesi lokal ke dalam ruang 2

subarachnoid di regio lumbal antara vertebra Lumbalis 2-3, Lumbalis 3-4,

Lumbalis 4-5 menggunakan teknik (midline/median atau paramedian) dengan

jarum spinal yang sangat kecil dengan tujuan untuk mendapatkan ketinggian blok

atau analgesi setinggi dermatom tertentu dan relaksasi otot rangka. Blokade

sensorik dan motorik secara memuaskan tercapai dalam 12-18 menit (Mangku,

2010).

Hasil penelitian dunia di 56 negara tahun 2004 diperkirakan jumlah

pembedahan dan anestesi sekitar 234 juta pertahun, hampir dua kali lipat melebihi

angka kelahiran per tahun. Studi pada negara-negara industri, angka kejadian

komplikasi tindakan pembedahan dan anestesi diperkirakan 3-16% dengan

kematian 0,4-0,8%. Tingginya angka komplikasi dan kematian seharusnya

menjadi perhatian kesehatan global, dengan asumsi angka komplikasi 3% dan

angka kematian 0,5%, hampir tujuh juta pasien mengalami komplikasi mayor

termasuk satu juta orang meninggal dunia selama atau setelah tindakan

pembedahan dan anestesi setiap tahun (WHO, 2012).


Menurut Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

menunjukkan terjadi kecenderungan peningkatan operasi sectio caesarea di

Indonesia dari tahun 1991 sampai tahun 2007 yaitu 1,3-6,8 %. Hasil Riskesda

tahun 2013 menunjukkan kelahiran dengan metode operasi sectio caesarea sebesar

9,8% dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2013,

dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi

Tenggara (3,3%) (Sihombing, 2017). Angka kejadian sectio caesarea dengan

menggunakan anestesi spinal di Indonesia pada tahun 2004 yaitu 53,2%, tahun

2005 sebesar 51,5% dan pada tahun 2006 sebesar 53,6%. Menurut survey nasional

pada tahun 2009 terdapat 921.000 persalinan dengan sectio caesarea dari

4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan (Rahayu, 2014).

Data yang didapatkan oleh peneliti di RSUD Lanto DG Pasewang, kabupaten

jeneponto, provinsi Sulawesi selatan, diperoleh informasi bahwa jumlah operasi

selama 6 bulan terakhir dengan pelayanan tindakan anestesi berjumlah 1.089

kasus dimana untuk anestesi regional anestesi spinal berjumlah 708 kasus.

Hal ini di pengaruhi oleh berbagai keuntungan untuk memakai Anastesi

spinal atau Sub Arachnoid Blok (SAB) yang ada di antaranya relative murah,

pengaruh sistemik minimal, menghasilkan analgesi adekuat dan kemampuan

mencegah respon stress. Salah satu teknik anestesi regional yang pada umumnya

dianggap sebagai salah satu teknik yang paling dapat di andalkan adalah anestesi

spinal. Anestesi spinal biasanya di gunakan pada tindakan yang melibatkan

tungkai bawah, panggul, dan perineum. Anestesi ini juga digunakan pada keadaan

khusus seperti bedah endoskopi urologi, bedah rectum, perbaikan fraktur tulang
panggul, bedah obstetric, dan bedah anak. Anestesi spinal pada bayi dan anak

kecil dilakukan setelah bayi ditidurkan. Anestesi spinal adalah pilihan utama

untuk kebanyakan pasien sectio caesarea.

Adapun komplikasi pada intra operasi pada anastesi spinal yaitu salah

satunya komplikasi anestesi spinal yang paling sering terjadi adalah hipotensi

(penurunan tekanan darah), bradikardi (penurunan denyut nadi), sesak napas (high

spinal), blokade total spinal (medula-servikal), nausea dan vomitus (mual dan

muntah) (Sarwono, 2008). Menurut Penelitian Rahayu (2014) mengatakan bahwa

RS Woodward Palu (2009) sebanyak 121 pasien yang menjalani sectio caesarea

menggunakan anestesi spinal, sekitar 85% mengalami hipotensi terutama pada 1

sampai 20 menit sesudah penyuntikan. Akibat dari hipotensi menyebabkan pasien

merasa tidak nyaman yaitu mual, pusing dan sakit kepala.

Hipotensi biasanya terjadi pada 15 sampai 20 menit pertama sesudah

penyuntikan subarachnoid. Insiden terjadinya hipotensi spinal cukup signifikan.

Pada beberapa penelitian menyebutkan insidennya mencapai 8-33%. Nausea dan

muntah karena hipotensi, hipoksia, tonus parasimpatis berlebihan,pemakaian obat

narkotik, reflek karena traksi pada traktus gastrointestinal serta komplikasi

delayed, pusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri kepala dengan ciri

khas terasa lebih berat pada perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak. Mulai

terasa pada 24-48 jam pasca pungsi lumbal,dengan kekerapan yang bervariasi.

Pada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkat.

Efek samping kardiovaskuler, terutama hipotensi dan bradikardi adalah

perubahan fisiologis yang paling penting dan sering pada anestesi spinal.
Pemahaman tentang mekanisme homeostasis yang bertujuan untuk mengontrol

tekanan darah dan denyut jantung penting untuk merawat perubahan

kardiovaskuler terkait dengan anestesi spinal. Perubahan frekuensi denyut nadi

merupakan salah satu tanda vital pada anestesi spinal. Frekuensi denyut nadi yang

tidak stabil dapat menyebabkan bradikardi apabila terdapat penurunan frekuensi

denyut nadi yang berlebihan (Liguori, 2007).

Blokade Total Spinal/Spinal Tinggi Total Spinal blokade medula spinalis

sampai ke cervical oleh suatu obat lokal anestesi, Jarang terjadi jika dosis yang

disarankan untuk obat lokal anestesi digunakan, Faktor pencetus pasien mengejan,

dosis obat lokal anestesi yang digunakan, posisi pasien terutama bila mengunakan

obat hiperbarik, Sesak nafas dan sukar bernafas merupakan gejala utama dari blok

spinal tinggi, Sering disertai dengan mual, muntah, precordial discomfort dan

gelisah, Apabila blok semakin tinggi, penderita menjadi apnea, kesadaran

menurun disertai hipotensi yang berat dan jika tidak ditolong akan terjadi henti

jantung.

Survey awal yang dilakukan di ruang operasi saat menggunakan anestesi

spinal yang mengalami komplikasi intra operasi pada tanggal 10 November

sampai dengan 17 November 2020 didapatkan diruang operasi 7 pasien yang

menjalani sectio caesarea mengalami hipotensi 2 orang, mengalami penurunan

denyut nadi 2 orang, mengalami sesak napas 1 orang, mengalami (mual/ muntah)

2 orang, beberapa manajemen penatalaksaan yang dilakukan oleh perawat anastesi

untuk menjaga keselamatan pasien pada intra operasi.


Dari fenomena diatas peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Gambaran

Manajemen Penatalaksanaan Komplikasi Intra Operasi pada Tindakan Anestesi

SAB di RSUD LANTO DG PASEWANG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Gambaran Manajemen

Penatalaksanaan Komplikasi Intra Operasi pada Tindakan Anestesi SAB di RSUD

LANTO DG PASEWANG ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui “Gambaran Manajemen Penatalaksanaan Komplikasi Intra

Operasi pada Tindakan Anestesi SAB di RSUD LANTO DG PASEWANG”.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden pada Tindakan Anestesi SAB di

RSUD LANTO DG PASEWANG

b. Mengetahui manajemen penatalaksanaan komplikasi spinal anestesi

hipotensi (penurunan tekanan darah) pada Tindakan Anestesi SAB di

RSUD LANTO DG PASEWANG.

c. Mengetahui manajemen penatalaksanaan komplikasi spinal anestesi

bradikardi (penurunan denyut nadi) pada Tindakan Anestesi SAB di

RSUD LANTO DG PASEWANG.


d. Mengetahui manajemen penatalaksanaan komplikasi spinal anestesi sesak

napas (high spinal) pada Tindakan Anestesi SAB di RSUD LANTO DG

PASEWANG.

e. Mengetahui manajemen penatalaksanaan komplikasi spinal anestesi

nausea/vomitus (mual/ muntah) pada Tindakan Anestesi SAB di RSUD

LANTO DG PASEWANG.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Lanto DG Pasewang Perawat

Sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan

profesionalisme di bidang keperawatan terkhusus keperawatan anestesi dan

memberikan masukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan..

2. Bagi Perawat

Menjadi acuan bagi perawat anestesi dalam menjalankan peran sebagai

pendidik, peneliti, advokasi dalam memberikan intervensi asuhan

keperawatan perioperatif atau anestesi (Sign In, Time Out dan Sign Out) yang

merupakan tanggung jawab dan wewenangnya.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kontribusi pengembangan ilmu, pengetahuan dan skill

tentang gambaran manajemen penatalaksanaan komplikasi intra operasi pada

tindakan anestesi dan menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan

terkhusus keperawatan anestesi SAB di RSUD Lanto DG Pasewang.


4. Bagi Peneliti Lainya

Sebagai referensi untuk meningkatkan dan mengembangkan

pengetahuan mahasiswa terutama tentang gambaran manajemen

penatalaksanaan komplikasi intra operasi pada tindakan anestesi SAB di

RSUD Lanto DG Pasewang

Anda mungkin juga menyukai