Anda di halaman 1dari 7

ANGKA KEJADIAN MENGGIGIL (SHIVERING) SETELAH OPERASI

MENGGUNAKAN ANASTESI SPINAL DI RSU HAJI SURABAYA

Pembimbing:

dr. Arief Basuki, Sp. An

Penyusun :

Intan Nur Hijrinah 20190420022

Merylin Putri 20190420125

Metha Pramesti 20190420126

Miftakhul Jannah 20190420127

Milka Ivenna 20190420128

Mohammad Helmi Fuad 20190420129

Mohammad Nur Huda 20190420130

BAGIAN/SMF ILMU ANASTESI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH

RSU HAJI SURABAYA

2019
LEMBAR PENGESAHAN PENELITIAN

HUBUNGAN LEMON SCORE DAN KESULITAN MEMEGANG MASKER


PADA PASIEN YANG DIBIUS GENERAL ANESTESI

Referat dengan judul “ANGKA KEJADIAN MENGGIGIL (SHIVERING)


SETELAH OPERASI MENGGUNAKAN ANASTESI SPINAL DI RSU
HAJI SURABAYA” telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas
dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan klinik Dokter Muda di
bagian Ilmu Anestesi di RSU Haji Surabaya.

Surabaya, 23 Juli 2019

Pembimbing

dr. Arief Basuki, Sp. An


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
berkah, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penelitian bersama yang berjudul " ANGKA KEJADIAN MENGGIGIL
(SHIVERING) SETELAH OPERASI MENGGUNAKAN ANASTESI
SPINAL DI RSU HAJI SURABAYA ".

Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi


salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan klinik
Dokter Muda di bagian Ilmu Anestesi di RSU Haji Surabaya.
Terselesaikannya penelitian ini tentunya tidak lepas dari bantuan,
bimbingan, saran, serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan
segala kerendahan hati, perkenankan kami mengucapkan terima kasih
yang tulus dan tak terhingga kepada yang terhormat :
1. dr. Arief Basuki, Sp.An yang telah membantu dan memperlancar
segala kebutuhan dalam penyusunan penelitian ini.
2. Seluruh perawat dan staf yang telah membantu segala
kebutuhan dalam penyusunan penelitian ini.
Pada kesempatan ini pula, penulis menyadari bahwa penelitian ini
masih belum sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang dapat membangun dan memberikan manfaat yang sebesar -
besarnya bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Demikian penlitian ini dibuat dengan harapan bisa bermanfaat


dalam pengembangan Ilmu Kedokteran di masa yang akan datang.

Surabaya, 23 Juli 2019


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Menggigil (shivering) merupakan keadaan yang ditandai
dengan adanya peningkatan aktifitas muskular yang sering terjadi
setelah tindakan anastesi, khususnya anastesi spinal pada pasien
yang menjalani operasi.Proses ini merupakan suatu respon
normal termoregulasi yang terjadi terhadap hipotermia, akan tetapi
proses ini juga dapat diakibatkan oleh karena rangsangan nyeri dan
juga obat anastesi tertentu.Kombinasi dari tindakan anestesi dan
tindakan operasi dapat menyebabkan gangguan fungsi dari
pengaturan suhu tubuh yang akan menyebabkan penurunan suhu
inti tubuh (core temperatur) sehingga menyebabkan hipotermi.
Tindakan operasi menggunakan 2 macam anestesi, yaitu
general anestesi dan spinal anestesi.Jumlah tindakan anestesi
diseluruh dunia setiap tahunnya dapat mencapai 240 juta tindakan,
10% tindakan tersebutdilakukan pada pasien dengan risiko tinggi
dengan angka mortalitas mencapai 80%. Jumlah pasien dengan risiko
moderat mencapai 40%, dan jumlah komplikasi minor mencapai 40%
dimana komplikasi minor ini akan meningkatkan biaya dari suatu
pembedahan. Sebagian besar komplikasi ini berhubungan dengan
tindakan resusitasi yang tidak adekuat dan adanya hipoperfusi jaringan
(Redjeki, 2013)
Spinal anestesi merupakan suatu metode anestesi dengan
cara menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid di
daerah lumbal. Spinal anestesi berfungsi menekan transmisi impuls
nyeri dan menekan saraf otonom eferen ke adrenal. Anastesi spinal
mempunyai beberapa efek samping diantaranya yaitu hipotensi,
hipotermia dan brakikardi yang merupakan proses fisiologis yang
banyak terjadi. Angka kejadian hipotensi danbradikardia dilaporkan
(secara retrospektif)sebesar 33% terjadi pada pasien obstetrik,serta
13% pada pasien non obstetrik (Ismandiya, Tinni & Ruli, 2015).
Sedangkan menurut penelitian oleh Syam dkk (2013) didapatkan
sekitar 70% pasien pasca pembedahan akan mengalami keadaan
hipotermia.

Menggigil pasca anastesi dapat diobati dengan berbagai


cara, diantaranya meminimalkan kehilangan panas selama operasi
diantaranya dengan berbagai intervensi mekanik seperti alat
pemanas cairan infus, suhu lingkungan yang ditingkatkan, lampu
penghangat dan selimut penghangat dan penggunaan obat-
obatan.Penggunaan obat-obatan merupakan cara yang sering
digunakan untuk mengatasi kejadian menggigil pasca anastesi.
1.1 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kejadian menggigil (shivering) pada pasien
dengan tindakan operasi yang menggunakan anestesi spinal di
RSU Haji Surabaya ?
1.2 Penelitian
Mendeskripsikan gambaran kejadian menggigil (shivering) pada
pasien dengan tindakan operasi yang menggunakan anestesi spinal
di RSU Haji Surabaya.
1.3 Manfaat Penelitian
Untuk mengetahui hubungan kejadian menggigil (shivering) pada
pasien dengan tindakan operasi yang menggunakan anastesi spinal.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anestesi
2.1.1 Definisi

Tujuan dari anestesi umum adalah analgesia,


menghilangkan kecemasan, amnesia, hilangnya kesadaran,
penekanan terhadap respon kardiovaskular, motorik serta hormonal
terhadap stimulasi pembedahan.

2.1.2 Anastesi spinal


Anestesi spinal adalah injeksi obat anestesi lokal ke dalam
ruang intratekal yang menghasilkan analgesia. Pemberian obat lokal
anestesi ke dalam ruang intratekal atau ruang subaraknoid di regio
lumbal antara vertebra L2-3, L3-4, L4-5, untuk menghasilkan onset
anestesi yang cepat dengan derajat kesuksesan yang tinggi.
Walaupun teknik ini sederhana, dengan adanya pengetahuan
anatomi, efek fisiologi dari anestesi spinal dan faktor-faktor yang
mempengaruhi distribusi anestesi lokal di ruang intratekal serta
komplikasi anestesi spinal akan mengoptimalkan keberhasilan
terjadinya blok anestesi spinal.
Kontra indikasi absolut anastesi spinal meliputi pasien
menolak, infeksi di daerah penusukan,koagulopati, hipovolemi berat,
peningkatan tekanan intrakranial, stenosis aorta berat dan stenosis
mitral berat. Sedangkan kontraindikasi relatif meliputi pasien tidak
kooperatif, sepsis, kelainan neuropati seperti penyakit demielinisasi
sistem syaraf pusat, lesi pada katup jantung serta kelainan bentuk
anatomi spinal yang berat. Ada juga menyebutkan kontraindikasi
kontroversi yang meliputi operasi tulang belakang pada tempat
penusukan, ketidakmampuan komunikasi dengan pasien serta
komplikasi operasi yang meliputi operasi lama dan kehilangan darah
yang banyak.
Anestesi spinal dihasilkan oleh injeksi larutan anestesi lokal
ke dalam ruang subarakhnoid lumbal. Larutan anestesi lokal
dimasukkan ke dalam cairan serebrospinal lumbal, bekerja pada
lapisan superfisial dari korda spinalis, tetapi tempat kerja yang
utama adalah serabut preganglionik karena mereka meninggalkan
korda spinal pada rami anterior. Karena serabut sistem saraf
simpatis preganglionik terblokade dengan konsentrasi anestesi lokal
yang tidak memadai untuk mempengaruhi serabut sensoris dan
motoris, tingkat denervasi sistem saraf simpatis selama anestesi
spinal meluas kira-kira sekitar dua segmen spinal sefalad dari
tingkat anestesi sensoris. Untuk alasan yang sama, tingkat anestesi
motorik rata-rata dua segmen dibawah anestesi sensorik.
Spinal anestesi mempunyai beberapa keuntungan antara
lain, perubahan metabolik dan respon endokrin akibat stress dapat
dihambat, komplikasi terhadap jantung, otak, paru dapat minimal,
relaksasi otot dapat maksimal pada daerah yang terblok sementara
pasien dalam keadaan sadar. Selain keuntungan ada juga kerugian
yaitu berupa komplikasi yang meliputi hipotensi, mual dan muntah,
PDPH, nyeri pinggang dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai