Anda di halaman 1dari 23

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN

SHIVERING PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN


SPINAL ANESTESI DI RECOVERY ROOM RSUD
DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
ANNISA TIFANA
1811604045

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2022
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN
SHIVERING PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN
SPINAL ANESTESI DI RECOVERY ROOM RSUD
DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Terapan


Kesehatan Pada Program Studi Keperawatan Anestesiologi
Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
ANNISA TIFANA
1811604045

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN


SHIVERING PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN
SPINAL ANESTESI DI RECOVERY ROOM RSUD
DR. SOEDIRMAN KEBUMEN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
ANNISA TIFANA
1811604045

Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal :

4 September 2022

Pembimbing

Raden Sugeng Riyadi,S.ST.,M.Psi


HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN SHIVERING
POST OPERASI DENGAN SPINAL ANESTESI DI RECOVERY ROOM
RSUD DR. SOEDIRMAN
KEBUMEN¹
² ³
Annisa Tifana , Raden Sugeng Riyadi
Email: nnisa234@gmail.com1
Universitas Aisyiyah Yogyakarta

ABSTRAK
Latar belakang: Post Anesthetic Shivering (PAS) adalah salah satu komplikasi potensi anestesi
yang dapat meningkatkan morbiditas pasien suatu fasikulasi otot rangka yang berlangsung lebih dari
15 detik, Post Anesthetic Shivering (PAS) dapat menyebabkan pasien mengalami berbagai efek
samping salah satunya adalah ketidaknyamanan pasien karena sensasi dingin atau peningkatan rasa
nyeri yang disebabkan oleh kontraksi otot di daerah dilakukannya operasi, Kejadian shivering pasca
anestesi bisa terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah usia, jenis kelamin, indeks masa
tubuh.
Tujuan: Penelitian ini adalah Diketahuinya hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian shivering
pada pasien pasien post operasi dengan spinal anestesi.
Metode penelitian: Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penellitian
observasional analitik, peneliti melakukan observasi terhadap kejadian shivering dan indeks massa
tubuh dengan satu kali pengukuran dengan menggunakan lembar observasi. Sampel dalam
penelitian ini adalah sejumlah 49 responden dengan teknik Non probality sampling (Purposive
Sampling). Pengumpulan data menggunakan lembar observasi derajat shivering Alfonsi. Dalam
penelitain ini analisa data menggunakan uji spearman-rho.
Hasil penelitian: Didapatkan Karakteristik responden berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT),
sebagian besar responden adalah termasuk kategori Normal yaitu sebanyak 20 responden (40,8%).
Karakteristik responden berdasarkan Kejadian Shivering, sebagian besar responden adalah termasuk
kategori Shivering sedang yaitu sebanyak 16 responden (32,7%). Hasil uji didapatkan nilai dengan
significancy p value 0,022 lebih kecil dari 0,05 (p = 0,022 < 0,05.
Kesimpulan: Ada hubungan antara Indeks masa tubuh dengan kejadian Shivering pada pasien post
operasi dengan spinal anestesi di Recovery room Rsud Dr. Soedirman Kebumen.

Kata Kunci: Post Anesthetic Shivering, Indeks massa tubuh, Spinal Anestesi

Judul skripsi
² Mahasiswa Diploma IV Keperawatan Anestesiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Aisyiyah Yogyakarta
³ Dosen Diploma IV Keperawatan Anestesiologi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Aisyiyah Yogyakarta
CORRELATION BETWEEN BODY MASS INDEX AND POST OPERATION
SHIVERING WITH SPINAL ANESTHESIA IN RECOVERY ROOM OF
RSUD DR. SOEDIRMAN KEBUMEN¹
Annisa Tifana² ³
, Raden Sugeng Riyadi
Email: nnisa234@gmail.com1

ABSTRACT
Background: Post Anesthetic Shivering (PAS) is one of the potential complications of
anesthesia that can increase patient morbidity of a skeletal muscle fasciculation that lasts more
than 15 seconds. Post Anesthetic Shivering (PAS) can cause patients to experience various side
effects, one of which is patient discomfort due to cold sensation or increased pain caused by
muscle contractions in the area of operation. Post-anesthesia shivering can occur due to
several factors, including age, gender, and body mass index.
Objective: This study was to determine the relationship between body mass index and the
incidence of shivering in postoperative patients with spinal anesthesia.
Method: This research employed a quantitative method with an analytical observational
research design. The researcher observes the incidence of shivering and body mass index with
one measurement using an observation sheet. The sample in this study was 49 respondents with
a non-probability sampling technique (Purposive Sampling). The data were collected using
Alfonsi's shivering degree observation sheet. In this research, data analysis was conducted
through the spearman-rho test.
Results: The characteristics of respondents were obtained based on Body Mass Index (BMI).
Most of the respondents were included in the Normal category or 20 respondents (40.8%). The
characteristics of the respondents based on Shivering Incidence were16 respondents (32.7%) in
the moderate Shivering category. The test results obtained a value with a significance p value of
0.022 which is smaller than 0.05 (p = 0.022 <0.05).
Conclusion: There is a relationship between body mass index and the incidence of Shivering in
postoperative patients with spinal anesthesia in the Recovery room of Dr. Soedirman Kebumen
Hospital.

Keywords : Post Anesthetic Shivering, Body Mass Index, Spinal Anesthesia

1
Title
² Student of Diploma IV Anaesthesiology, Faculty of Health Sciences
Universitas Aisyiyah Yogyakarta
³ Lecturer of Diploma IV Anaesthesiology, Faculty of Health Sciences Universitas
Aisyiyah Yogyakarta
PENDAHULUAN fisiologis tubuh serta

Manusia adalah makhluk mempengaruhi organ tubuh

endotermik dimana suhu lainnya. Pembukaan bagian

tubuhnya relatif konstan tubuh ini umumnya dilakukan

terhadap perubahan suhu di dengan membuka sayatan. (Rizki

sekitarnya. Sistem termoregulasi et al., 2019). Anestesi regional

diatur fisiologis yang terintregasi adalah salah satu metode yang

dari respon sistem efferent dan digunakan untuk memberikan

sentral. Reseptor sensitif suhu efek analgesia pada pasien yang

terdapat pada kulit dan membran dilakukan operasi maupun

mukosa yang selanjutnya akan setelah operasi. Anestesi

berintregasi menuju spinal cord regional tidak hanya dilakukan

dan berakhir di hipotalamus pada kasus kasus yang berada di

anterior yang merupakan pusat dalam tingkat prehospital

control sistem termoregulasi maupun yang digunakan di Unit

(Nurullah, 2015). Gawat Darurat. Anestesi

Operasi atau pembedahan regional sering digunakan pada

adalah suatu penanganan medis pasien saat di ruang operasi

secara invasif yang dilakukan sebagai bagian dari prosedur

untuk mendiagnosa atau tindakan anestesi atau sebagai

mengobati penyakit, injuri dan control nyeri pasca operasi.

deformitas tubuh yang akan Salah satu teknik Anestesi

mencederai jaringan yang dapat regional yang sering digunakan

menimbulkan perubahan di rumah sakit adalah dengan


spinal anestesi, karena anestesi konsumsi oksigen dan terjadi

spinal dibilang lebih aman, retensi karbondioksida. Selain

simple serta onset anestesi lebih itu, shivering dapat

cepat (Kresnoadi et al., 2018) . menyebabkan hipoksia arterial,

Post Anesthetic Shivering meningkatnya curah jantung, dan

(PAS) adalah salah satu meningkatkan risiko terjadinya

komplikasi potensi anestesi yang iskemia miokard. shivering juga

dapat meningkatkan morbiditas dapat mengganggu ketepatan

pasien suatu fasikulasi otot alat-alat pemantauan seperti

rangka yang berlangsung lebih EKG, tekanan darah, dan

dari 15 detik, Post Anesthetic oksimetri nadi (Nugroho et al.,

Shivering (PAS) dapat 2016).

menyebabkan pasien mengalami Shivering akan

berbagai efek samping salah menyebabkan ketidaknyamanan

satunya adalah ketidaknyamanan pada pasien, hal ini akan

pasien karena sensasi dingin atau menimbulkan peningkatan laju

peningkatan rasa nyeri yang metabolisme menjadi lebih dari

disebabkan oleh kontraksi otot di 400% dan akan meningkatkan

daerah dilakukannya operasi intensitas nyeri pada daerah yang

(Dwi, 2019). luka karna akibat adanya tarikan

Shivering adalah salah luka operasi (Mashitoh et al.,

satu bentuk respons dalam 2018). Penyebab shivering

thermogenesis. Shivering dapat sampai sekarang belum

mengakibatkan meningkatnya diketahui secara pasti, namun


terdapat dua pendapat yang dapat relaksasi otot, dan blok sensoris

menerangkan.pertamamerupakan terhadap reseptor suhu perifer

mekanisme termoregulasi dari sehingga menghambat respon

tubuh terhadap penurunan suhu kompensasi terhadap suhu.

inti sebagai respons terhadap Dampak yang muncul dari

kondisi hipotermia pada saat kondisi Tersebut adalah

pembedahan.Kedua,berhubungan terjadinya reaksi shivering

dengan mekanisme neurologis (Syauqi, 2019).

akibat efek obat-obat anestesi Shivering pasca anastesi

terhadap susunan saraf pusat. dapat dicegah dan diatasi dengan

Kejadian shivering pasca berbagai cara, antara lain dengan

anestesi bisa terjadi karena cara meminimalkan kehilangan

beberapa faktor, diantaranya panas selama operasi dengan

adalah usia, jenis kelamin, berbagai intervensi mekanik

indeks masa tubuh, jenis kelamin seperti alat pemanas cairan infus,

(Mashitoh et al., 2018). suhu lingkungan yang

Efek samping ditingkatkan, lampu penghangat

penggunaan teknik anestesi dan selimut penghangat

spinal adalah terjadinya menjelaskan bahwa penggunaan

gangguan fungsi termoregulator obat-obatan, antara lain:

yaitu menurunnya ambang ondansetron, meperidin,

vasokontriksi yang disebabkan klonidin, dan ketamin telah

karena anestesi spinal dibuktikan secara klinis dapat

menghasilkan blok simpatis, menekan aktivitas otot dan


meminimalkan terjadinya jumlah pasien dengan tindakan

shivering (Nurullah, 2015). operasi mencapai angka

Pasien dengan indeks peningkatan yang sangat

massa tubuh yang rendah akan signifikan dari tahun ke tahun.

lebih mudah kehilangan panas Tercatat setiap tahun terdapat

dan merupakan faktor resiko 140 juta pasien di seluruh rumah

terjadi hipotermi yang dapat sakit di dunia yang menjalani

memicu kejadian shivering pembedahan. Pada tahun 2012 di

pasca operasi, hal ini disebabkan Indonesia, tindakan operasi

oleh persediaan sumber energi mencapai 1,2 juta jiwa

penghasil panas yaitu lemak (Kemenkes RI,2013 dalam

yang tipis, simpanan lemak Ningrum et al., 2017).

didalam tubuh sangat bermanfaat Sedangkan data yang diperoleh

sebagai cadangan energi, dari platform data Jawa Tengah

sedangkan pada indeks massa pada Februari 2018 jumlah

tubuh yang tinggi memiliki pasien yang mendapatkan

sistem proteksi panas yang tindakan operasi sebanyak 813

cukup dengan sumber energi jiwa.

penghasil panas yaitu lemak Berdasarkan hasil studi

yang tebal (Valchanov et al., lapangan dan wawancara dengan

2011). penata anestesi yang bertugas di

Berdasarkan data yang instalasi bedah sentral RSUD Dr.

diperoleh dari World Health Soedirman Kebumen, pada bulan

Organization (WHO) 2014 Oktober 2021 pasien dengan


general anestesi sebanyak 328 Kejadian shivering Pada Pasien

pasien, dengan spinal anestesi Post operasi dengan Spinal

162 pasien. Pasien yang Anestesi di Recovery room

mengalami shivering sebanyak RSUD Dr. Soedirman Kebumen.

52,5 % pasien yang menjalani RUMUSAN MASALAH

operasi dengan spinal anestesi. Berdasarkan latar

Shivering pasca spinal belakang yang telah diuraikan,

anestesi bisa menimbulkan maka permasalahan dalam

berbagai hal yang merugikan penelitian ini dapat dirumuskan

pasien antara lain: sebagai berikut: “Apakah indeks

mengakibatkan hipoksia arterial, massa tubuh berhubungan

meningkatnya curah jantung, dan dengan dengan kejadian

meningkatkan risiko terjadinya shivering pada pasien post

iskemia miokard, sehingga perlu operasi dengan spinal anestesi di

mengetahui faktor apa saja yg Recovery room RSUD Dr.

bisa mempengaruhi shivering , Soedirman Kebumen?”

salah satunya adalah indeks masa TUJUAN PENELITIAN

tubuh. Hal ini diperlukan 1. Tujuan Umum

sebagai upaya untuk mencegah Diketahuinya hubungan

dan mengatasi shivering pada indeks massa tubuh dengan

post operasi. Berdasarkan uraian kejadian shivering pada

Seriousness of problem diatas pasien pasien post operasi

penulis ingin meniliti Hubungan dengan spinal anestesi di

Indeks Massa Tubuh Dengan Recovery room RSUD Dr.


Soedirman Kebumen. METODE PENELITIAN

2. Tujuan Khusus Jenis penelitian yang

a. Diketahuinya indeks digunakan dalam penelitian ini

massa tubuh pada pasien adalah penelitian kuantitatif

pasien pasien post operasi dengan menggunakan metode

dengan spinal anestesi di penelitian observasional analitik

Recovery room RSUD melakukan pengamatan atau

Dr. Soedirman Kebumen. observasi kepada sampel

b. Diketahuinya kejadian penelitian. Kelompok sampel

shivering pada pasien yang diobservasi dalam

pasien pasien pasien post penelitian ini adalah Indeks

operasi dengan spinal massa tubuh pada pasien post

anestesi di Recovery operasi dengan spinal anestesi

room RSUD Dr. terhadap kejadian shivering.

Soedirman Kebumen Pendekatan yang digunakan

c. Diketahuinya keeratan pada penelitian ini adalah Cross

hubungan indeks massa sectional yaitu peneliti

tubuh dengan kejadian melakukan observasi atau

shivering pada pasien pengukuran variabel pada satu

psot operasi dengan saat tertentu. Peneliti melakukan

spinal anestesi di observasi terhadap kejadian

Recovery room RSUD shivering dan indeks massa

Dr. Soedirman Kebumen tubuh dengan satu kali

pengukuran denga menggunakan


lembar observasi. Sedangkan indeks massa tubuh

Populasi dalam penilitian ini diukur dengan mengkur berat

adalah semua pasien yang telah badan menggunakan timbangan

menjalani operasi dengan spinal dan meteran untuk mengukur

anestesi di RSUD dr. Soedirman tinggi badan atau menggunakan

Kebumen pada pada bulan Oktober lembar rekam medis pasien

2021 pasien dengan spinal anestesi untuk data sekunder.

162 pasien dan tanpa Operasi Obgyn HASIL PENELITIAN

menjadi 100 pasien. 1. Karakteristik subyek

Teknik sampling yang digunakan penelitian

dalam penelitian ini adalah Non Penelitian ini dilakukan

probality sampling (Purposive pada tanggal 9 Februari – 9

Sampling) yaitu pengambilan sampel Maret 2022 di instalasi bedah

yang berdasarkan atas suatu sentral RSUD Dr. Soedirman

pertimbangan tertentu seperti sifat- Kebumen. Karakteristik

sifat populasi. reponden yang diamati dalam

Instrumen atau alat yang penelitian ini berdasrkan umur

digunakan dalam pengumpulan data dan jenis kelamin.

pada penelitian ini adalah lembar Distribusi frekuensi

observasi skor shivering Alfonsi karakteristik tersebut dapat

menggunakan checklist dan dilihat pada tabel berikut :

observasi. Responden diamati apakah

selama post anestesi mengalami

shivering atau tidak mengalami


Karakteristrik Freku Prosenta Umur
ensi se Kurang Dari 20 1 2
Tahun
21-30 Tahun 13 26.5
31-40 Tahun 14 28.6
41-50 Tahun 13 26.5
51-60 Tahun 7 14.3
61-70 Tahun 1 2
Total 49 100
Jenis kelamin
Perempuan 35 71.4
Laki-laki 14 28.6
Total 49 100
Berdasarkan tabel diatas dapat

diketahui bahwa karakteristik responden

berdasarkan Umur responden, sebagian

besar responden adalah termasuk

kategori Umur 31-40 Tahun yaitu

sebanyak 14 responden (28,6%).

Berdasarkan tabel diatas dapat

diketahui bahwa karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin Responden,

sebagian besar responden adalah

termasuk kategori Perempuan yaitu

sebanyak 35 responden (71,4%).

2. Distribusi frekuensi indeks massa

tubuh dan kejadian shivering


Berdasarkan tabel dapat diketahui Kategori Frekuensi Percent
IMT
bahwa karakteristik responden Kurang 13 26.5
Normal 20 40.8
berdasarkan Indeks Massa Tubuh Lebih 16 32.7
Total 49 100.0
(IMT), sebagian besar adalah responden Kejadian
shivering
adalah termasuk kategori Normal yaitu Tidak 15 30.6
shivering
sebanyak 20 responden (40,8). Shivering 11 22.4
ringan
Berdasarkan tabel dapat diketahui Shivering 16 32.7
sedang
bahwa karakteristik responden Shivering 7 14.3
berat
berdasarkan Kejadian Shivering, Total 49 100

sebagian besar adalah responden adalah

termasuk kategori Shivering Sedang

yaitu sebanyak 16 responden (32,7%).

3. Distribusi frekuensi hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian

shivering

Kejadian Indeks Massa Tubuh p


Shivering
Pada Kurang Normal Lebih Total
Pasien
F % F % F % F %
Tidak 4 8.2 3 6.1 8 16.3 15 30.6

Ringan 1 2 9 18.4 1 2 11 22.4


0,022
Sedang 4 8.2 6 12.2 6 12.2 16 32.7

Berat 4 8.2 2 4.1 1 2 7 14.3

Total 13 26.5 20 40.8 16 32.7 49 100.0

Berdasarkan tabel diatas Massa Tubuh Dengan Kejadian

didapatkan bahwa analisa bivariat pada Shivering Pada Pasien Post Operasi”

tahap ini diteliti “Hubungan Indeks dengan menggunakan uji Spearman


Rank, dapat diketahui sebagai berikut: mobilisasi seperti fraktur tibia dan

fraktur intertrochanter, sehingga data


Hasil uji didapatkan nilai
berat badan dan tinggi badan diperoleh
dengan significancy p value 0,022
dari rekam medis.
lebih kecil dari 0,05 (p = 0,022 < 0,05
2. Kejadian Shivering
dengan demikian dapat dismpulkan
Karakteristik responden
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
berdasarkan kejadian shivering,
yang berarti bahwa Ada hubungan
sebagian besar adalah responden
antara Indeks masa tubuh dengan
termasuk kategori shivering sedang
kejadian Shivering pada pasien post
yaitu sebanyak 16 responden (32,7%),
operasi dengan spinal anestesi di
pasien yang tidak mengalami shivering
Recovery room RSUD Dr. Soedirman
sebanyak 15 responden (30,6%), yang
Kebumen.
mengalami shivering ringan sebanyak
PEMBAHASAN
11 responden (22.4%) dan yang
1. Indeks massa tubuh
mengalami shivering berat hanya 7
Berdasarkan indeks massa tubuh
responden (14.3%). Banyaknya faktor
bahwa responden yang berstatus berat
lain yang dapat menyebabkan shivering
badan normal atau memiliki indeks
selain indeks massa tubuh
massa tubuh 18,5-25,0 kg/m sebanyak
menghasilkan angka kejadian shivering
20 reponden (40,8%) dari total
pada hasil penelitian ini lebih tinggi
reponden. Beberapa responden yang
dibandingkan yang tidak mengalami
akan menjalani operasi tidak semua
shivering. Pada penelitian ini lebih
diukur berat badan dan tinggi badan di
banyak yang mengalami kejadian
ruang penerimaan IBS dikarenakan
shivering sedang daripada shivering
responden mengalami gangguan
berat karena disebabkan pada Indeks significancy p value 0,022 lebih kecil

Massa Tubuh responden lebih banyak dari 0,05 (p = 0,022 < 0,05) yang

yang masuk ke kategori normal artinya terdapat hubungan yang

sehingga memicu kejadian shivering signifikan diantara variabel tersebut.

dengan derajat sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan

Berdasarkan data yang diperoleh pasien dengan Indeks Massa Tubuh

sebagian besar yang menjalani operasi kurang sejumlah 13 (26.5%) responden

dengan teknik spinal anestesi yang tidak mangalami shivering

mengalami kejadian shivering sedang. sejumlah 4 (8.2%) responden, shivering

Responden yang mengalami ringan 1 (2%) responden, shivering

shivering selain dikarenakan indeks sedang sejumlah 4 (8.2%) responden,

massa tubuh yang rendah juga dapat shivering berat sejumlah 4 (8.2%)

disebabkan oleh faktor lain yang dapat responden. Untuk Indeks Massa Tubuh

menyebabkan shivering seperti, usia, normal sejumlah 20 (40.8%) responden

jenis kelamin. yang tidak mangalami shivering

3. Hubungan indeks massa tubuh sejumlah 3 (6.1%) responden, shivering

dengan kejadian shivering ringan 9 (18.4%) responden, shivering

Penelitian tentang hubungan sedang sejmulah 6 (12.2%) responden,

indeks massa tubuh dengan kejadian shivering berat sejumlah 2 (4.1%)

shivering pada pasien post operasi responden. Sedangkan Indeks Massa

dengan spinal anestesi ini Tubuh lebih sejumlah 16 (32.7%)

menggunakan uji spearman rank dan responden yang tidak mangalami

diperoleh nilai correlation coefficient shivering sejumlah 8 (16.3%)

antara 2 variabel dengan nilai responden, shivering ringan 1 (2%)


responden, shivering sedang sejmulah responden dengan berat badan normal

6 (12.2%) responden, shivering berat tetapi pasien tetap mengalami shivering

sejumlah 1 (2%) responden. pada tingkat sedang karena ada

Sebagian besar responden dengan beberapa faktor penyebab yang dimana

indeks massa tubuh kurang dan normal responden lebih banyak berjenis

mengalami kejadian shivering kelamin perempuan yang dimana

sebanyak 26 responden (53,06%) dari tingkat toleransi termoregulasi

total responden. Sedangkan untuk pada perempuan lebih rendah

indeks massa tubuh berat yang dibandingkan dengan laki-laki.

mengalami shivering sebanyak 7 Suhu kulit perempuan lebih

responden (14.2%). Rata rata pasien rendah 1-2⁰C dibandingkan dengan

mengalami shivering pada 15 menit pria (Sugundo, 2010).

pertama saat post operasi di ruang Hal tersebut dapat terjadi

Recovery room . dikarenakan efek spinal anestesi yaitu

Pada penelitian ini lebih banyak menurunkan ambang vasokonstriksi

yang mengalami kejadian shivering yang digabungkan dengan vasodilatasi

sedang daripada shivering berat karena pada tungkai bawah selama blok terjadi

disebabkan pada Indeks Massa Tubuh dan dapat meningkatkan rata‐rata

responden lebih banyak yang masuk ke sensasi dingin bila dibandingkan

kategori normal sehingga memicu dengan anestesi umum karena

kejadian shivering dengan derajat vasokonstriksi yang secara kuantitatif

sedang. Penelitian berbeda dengan terpenting pada ekstremitas bawah

penelitian sebelumnya karena dihambat oleh blokade obat spinal

penelitian ini memiliki lebih banyak anestesi.


Pasien dengan indeks massa dapat mencegah kejadian shivering.

tubuh yang rendah akan lebih mudah SIMPULAN DAN SARAN

kehilangan panas dan merupakan faktor A. Simpulan

resiko terjadi hipotermi yang dapat Berdasarkan hasil penelitian dan

memicu kejadian shivering pasca pembahasan hubungan indeks massa

operasi, hal ini disebabkan oleh tubuh dengan kejadian shivering pada

persediaan sumber energi penghasil pasien post operasi dengan spinal

panas yaitu lemak yang tipis, simpanan anestesi di recovery room RSUD Dr.

lemak didalam tubuh sangat Soedirman Kebumen dapat

bermanfaat sebagai cadangan energi, disimpulkan sebagai berikut :

sedangkan pada indeks massa tubuh 1. Karakteristik responden

yang tinggi memiliki sistem proteksi berdasarkan Indeks Massa

panas yang cukup dengan sumber Tubuh (IMT), sebagian besar

energi penghasil panas yaitu lemak responden adalah termasuk

yang tebal (Valchanov et al., 2011) kategori normal yaitu sebanyak

Terdapat hubungan Indeks masa 20 responden (40,8%).

tubuh dengan kejadian Shivering pada 2. Karakteristik responden

pasien post operasi dengan spinal berdasarkan kejadian shivering,

anestesi di Recovery room Rsud Dr. sebagian besar responden

Soedirman Kebumen, pengukuran adalah termasuk kategori

berat badan dan tinggi badan untuk shivering sedang yaitu sebanyak

mengukur indeks massa tubuh penting 16 responden (32,7%).

dilakukan, selain untuk menentukan 3. Ada hubungan indeks massa

dosis obat yang akan diberikan juga tubuh dengan kejadian


shivering pada pasien post massa tubuh dalam pemantauan

operasi dengan spinal anestesi kondisi pemulihan pasien di

di recovery room RSUD dr. Recovery room agar kejadian

Soedirman Kebumen dengan shivering dapat berkurang

nilai significancy p value 0,022 terutama pada pasien yang

lebih kecil dari 0,05 (p = 0,022 memiliki resiko tinggi

< 0,05). mengalami kejadian shivering.

B. SARAN 3. Bagi peneliti selanjutnya

1. Bagi rumah sakit dr. Soedirman Penelitian ini diharapkan

Kebumen dapat dijadikan sebagai data

Tenaga kesehatan di rumah tambahan untuk penelitian

sakit dr. Soedirman Kebumen selanjutnya dalam

diharapkan bisa lebih melaksanakan penelitian yang

memperhatikan kembali untuk berhubungan indeks masa tubuh

kelengkapan data berat badan dengan kejadian shivering pada

dan tinggi badan pada rekam pasien post operasi spinal

medis, memiliki selimut anestesi dan diharapkan bagi

penghangat bagi pasien yang penelitian dapat

mengalami shivering. mengembangkan penelitian

2. Bagi profesi penata anestesi dengan mempertimbangkan

Penata anestesi diharapkan faktor-faktor lain yan

dapat menigisi indeks massa mempengaruhi shivering.

tubuh pada lembar observasi DAFTAR PUSTAKA

dan mempertimbangkan indeks Apipudin, A., Marliany, H., &


Nandang, A. (2017). Jurnal
Ilmiah Kesehatan Dachlan, M. . (2010).
Keperawatan, Volume13, No. Petunjuk praktis anestesiologi
1February 2017. 5th (5th ed.). Bgian
Penatalaksanaan Persiapan Anestesiologi Dan Terapi
Pasien Preoperatif Di Rumah Intensif FK UI.
Sakit Umum Daerah Lopez, M. B. (2018).
Kabupaten Ciamis, 13(1), 2– Postanaesthetic shivering -
7. from pathophysiology to
Arisman, D. (2011). Buku Ajar prevention. Romanian Journal
Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes of Anaesthesia and Intensive
Melitus,. Dislipidemia. Care, 25(1), 73–81.
Jakarta:EGC. Mashitoh, D., Mendri, N. K., &
Asil, E., Surucuoglu, M. S., Majid, A. (2018). Lama
Cakiroglu, F. P., Ucar, A., Operasi Dan Kejadian
Ozcelik, A. O., Yilmaz, M. Shivering
V., & Akan, L. S. (2014). Millizia, A., Fitriany, J., & Siregar,
Factors that affect body mass D. A. (2020). Faktor-Faktor
index of adults. Pakistan Yang Berhubungan Dengan
Journal of Nutrition, Post Anesthetic Shivering
Butterworth, J. F. (2013). Morgan Pada Pasien Anestesi Spinal
Clinical Anesthesiology, 5th Di Instalasi Bedah Sentral
2013.pdf. Ppk Blud Rsud Cut Meutia
Dwi R Andika. (2019). Aceh Utara. Jurnal Ilmiah
Perbandingan Efek Sains, Teknologi, Ekonomi,
Pencegahan Menggigil Sosial Dan Budaya, 4(1), 1–6.
Tramadol 0 , 5 mg kgbb dan Mochtar, R. (2008). obstetri
Ketamin 0 , 25 mg / kgbb operatif, obstetri social,jilid 2
pada Anestesi Spinal. (2nd ed.). Jakarta:EGC.
Hayati, M., Sikumbang, K. M., & Apipudin, A., Marliany, H., &
Husairi, A. (2016). Gambaran Nandang, A. (2017). Jurnal
Angka Kejadian Komplikasi Ilmiah Kesehatan
Pasca Anestesi Spinal Pada Keperawatan, Volume13, No.
Pasien Seksio Sesaria. 1February 2017.
Berkala Penatalaksanaan Persiapan
Kedokteran,11(2),165–169. Pasien Preoperatif Di Rumah
Irianto, D. P. (2017). Pedoman Sakit Umum Daerah
Gizi lengkap Keluarga dan Kabupaten Ciamis, 13(1), 2–
Olahragawan. Yogyakarta: 7.
ANDI. Arisman, D. (2011). Buku Ajar
Kresnoadi, E., Smf, B., Fk, R., Ilmu Gizi Obesitas, Diabetes
Rsu, U., & Ntb, P. (2018). Melitus,. Dislipidemia.
Penggunaan Anestesi Jakarta:EGC.
Regional Pada Kasus Trauma Asil, E., Surucuoglu, M. S.,
Erwin Kresnoadi Bagian / Cakiroglu, F. P., Ucar, A.,
SMF Anestesiologi danada Ozcelik, A. O., Yilmaz, M.
Reanimasi FK Unram / RSU V., & Akan, L. S. (2014).
Provinsi NTB. 31–42. Factors that affect body mass
Latief, S. A., Suryadi, K. ., & index of adults. Pakistan
Journal of Nutrition, Yang Berhubungan Dengan
Post Anesthetic Shivering
Butterworth, J. F. (2013). Morgan Pada Pasien Anestesi Spinal
Clinical Anesthesiology, 5th Di Instalasi Bedah Sentral
2013.pdf. Ppk Blud Rsud Cut Meutia
Dwi R Andika. (2019). Aceh Utara. Jurnal Ilmiah
Perbandingan Efek Sains, Teknologi, Ekonomi,
Pencegahan Menggigil Sosial Dan Budaya, 4(1), 1–6.
Tramadol 0 , 5 mg kgbb dan Mochtar, R. (2008). obstetri
Ketamin 0 , 25 mg / kgbb operatif, obstetri social,jilid 2
pada Anestesi Spinal. (2nd ed.). Jakarta:EGC.
Hayati, M., Sikumbang, K. M., & Ningrum, T. P., Mediani, H. S., &
Husairi, A. (2016). Gambaran H.P, C. I. (2017). Faktor-
Angka Kejadian Komplikasi Faktor yang Berhubungan
Pasca Anestesi Spinal Pada dengan Kejadian Wound
Pasien Seksio Sesaria. Dehiscence pada Pasien Post
Berkala Laparatomi. Jurnal
Kedokteran,11(2),165–169. Keperawatan Padjadjaran,
Irianto, D. P. (2017). Pedoman 5(2).
Gizi lengkap Keluarga dan Nugroho, A. M., Harijanto, E., &
Olahragawan. Yogyakarta: Fahdika, A. (2016).
ANDI. Keefektifan Pencegahan Post
Kresnoadi, E., Smf, B., Fk, R., Anesthesia Shivering ( PAS )
Rsu, U., & Ntb, P. (2018). pada ras Melayu :
Penggunaan Anestesi Perbandingan Antara
Regional Pada Kasus Trauma Pemberian Ondansetron 4 mg
Erwin Kresnoadi Bagian / Intravena Dengan Meperidin
SMF Anestesiologi danada 0 . 35 mg / kgBB Intravena
Reanimasi FK Unram / RSU Comparison between
Provinsi NTB. 31–42. Intravenous Ondansetron 4
Latief, S. A., Suryadi, K. ., & mg and Intravenous
Dachlan, M. . (2010). Meperidine 0 . Anesthesia &
Petunjuk praktis anestesiologi Critical Care, 34(1), 40–46.
5th (5th ed.). Bgian Nurullah afifah, F. dkk. (2015).
Anestesiologi Dan Terapi Prosiding Pendidikan Dokter.
Intensif FK UI. Gambaran Kejadian
Lopez, M. B. (2018). Menggigil (Shivering ) Pada
Postanaesthetic shivering - Pasien Dengan Tindakan
from pathophysiology to Operasi Yang Menggunakan
prevention. Romanian Journal Anestesi Spinal Di RSUD
of Anaesthesia and Intensive Karawang Periode Juni 2014,
Care, 25(1), 73–81. 694–699.
Mashitoh, D., Mendri, N. K., & Pradana, A. (2014). Hubungan
Majid, A. (2018). Lama antara Indeks Masa Tubuh
Operasi Dan Kejadian (IMT) dengan Nilai Lemak
Shivering Viseral. Universitas
Millizia, A., Fitriany, J., & Siregar, Diponegoro.
D. A. (2020). Faktor-Faktor Ramadhani, Adnan, N. R., &
Nurhayati. (2013). Obesitas of Surgeons of England.
Uum berdasarkan indeks
massa tubuh dan obesitas
abdominal berdasarkan
lingkar pinggang terhadap
kejadian prediabetes. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 5, 34–41.
Rizki, F. A., Hartoyo, M., &
Sudiarto, S. (2019). Health
Education Using the Leaflet
Media Reduce Anxiety
Levels in Pre Operation
Patients. Jendela Nursing
Journal.
Sugiritama, W. (2015). Gmabaran
IMT (Indeks Massa Tubuh)
kategori berat badan lebih dan
obesitas pada masyarakat
banjar demulih, kecamatan
susut kabupaten bangli. Jurnal
Kesehatan, 151, 10–17.
Supariasa, I. D. N., Bakri, B., &
Fajar, I. (2016). Penilaian
Status Gizi (edisi 2).
Jakarta:EGC.
Syauqi, D. (2019). Hubungan
Lama Operasi Dengan
Terjadinya Shivering Pada
Pasien Operasi Dengan
Anestesi Spinal Di Kamar
Suryaningsih, C. (2019).
Hubungan Lama Operasi
Dengan Terjadinya Shivering
Pada Pasien Operasi Dengan
Anestesi Spinal Di Kamar
Operasi Rsud Nganjuk. Jurn.
Jurnal Sabhanga.
Valchanov, K., Webb, S. T., &
Sturgess, J. (2011).
Anaesthetic and perioperative
complications. Anaesthetic
and Perioperative
Complications, 1–257.
Zhou, H. C., He, K., & Zhao, H.
(2016). Efficiency and safety
of ondansetron in preventing
postanaesthesia shivering .
Annals of the Royal College

Anda mungkin juga menyukai