Hubungan Antara Usia Dengan Kejadian Post Anesthetic Shivering (PAS) Pada Pasien Pasca
Anestesi Umum
Muh Anan Wais Lahay1*, Yuli Widyastuti2, Sri Mintarsih3
1,2,3 Prodi DIV Anestesiologi, ITS PKU Muhammadiyah Surakarta *Email: ananwais0@students.itspku.ac.id
Kata Kunci Abstrak
Anestesi umum Salah satu komplikasi dari anestesi umum adalah menggigil/shivering. Post Anesthetic Menggigil pasca anestesi atau Post Anesthetic Shivering (PAS) didefinisikan Shivering (PAS), sebagai suatu fasikulasi otot rangka pada daerah wajah, rahang, kepala, badan Usia atau ekstremitas yang bertujuan untuk menghasilkan panas tubuh setelah tindakan anestesi. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kejadian Post Anesthetic shivering karena berkaitan dengan anatomi dan fisiologi serta kemampuan termoregulasi yang berbeda pada setiap kelompok usia. Post Anesthetic Shivering (PAS) dapat menyebabkan pasien mengalami berbagai efek samping. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Desain penelitian cross-sectional, metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, Sampel berjumlah 40 responden. Penilaian penelitian menggunakan lembar observasi kemudian analisa data menggunakan uji bivariat spearman rho. Sehingga didapatkan hasil bahwa kelompok usia paling banyak mengalami Post Anesthetic Shivering (PAS) pada penelitian ini adalah masa remaja akhir 17-25 tahun (22,5%), kemudian Post Anesthetic Shivering (PAS) paling banyak dialami dengan derajat 4 (25%). Berdasarkan uji statistik spearman rho didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kejadian Post Anesthetic Shivering (PAS) pada pasien pasca anestesi umum. dengan nilai signifikansi (p) 0.001, (0.001<0.05). Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kejadian Post Anesthetic Shivering (PAS) pada pasien pasca anestesi umum. Relationship Between Age And Incidence Of Post Anesthetic Shivering (PAS) In Post-General Anesthesia Patients
Key Words: Abstract
Age, One of the complications of general anesthesia is shivering. Post Anesthetic General Shivering (PAS) is defined as a fasciculation of skeletal muscles in the face, jaw, anesthesia head, body, or extremities that aims to generate body heat after anesthesia. Age is Post Anesthetic one of the factors that can influence the incidence of Post Anesthetic shivering Shivering (PAS) because it is related to anatomy and physiology as well as different thermoregulation abilities in each age group. Post Anesthetic Shivering (PAS) can cause patients to experience a variety of side effects. This research uses a type of quantitative research with a correlational approach. The research design used cross-sectional, sampling methods carried out using purposive sampling. The sample amounted to 40 respondents. Research assessment using observation sheets then data analysis using a bivariate Spearman rank test. The age group in this study was late adolescence 17-25 years (22,5%), then Post Anesthetic Shivering (PAS) was most experienced with 4 degrees (25%). Based on the Spearman rank statistical test, it was found that there was a relationship between age and the incidence of Post Anesthetic Shivering (PAS) in patients after general anesthesia. With a significance value (p) of 0.001, it can be interpreted that the value (p) is less than 0.05 (0.001<0.05). Based on the results of this study, there is a relationship between age and the incidence of Post Anesthetic Shivering (PAS) in patients after general anesthesia. 1. PENDAHULUAN didapatkan hasil dari kejadian shivering paling Menurut (Millizia et al., 2020). Anestesi banyak pada kategori lanjut usia dengan presentase adalah hilangnya seluruh modalitas dari sensasi sebanyak 31,36% (Tantarto et al., 2016).. Namun yang meliputi sensasi sakit/nyeri, rabaan, suhu, dan pada penelitian yang dilakukan di Instalasi Bedah posisi. Anestesi terbagi menjadi 3 yaitu anestesi Sentral PPK BLUD RSUD Cut Meutia Aceh Utara umum, anestesi regional, dan anestesi lokal. adalah sebaliknya yaitu didapati kejadian mengigil Anestesi regional terbagi lagi menjadi 3 yaitu paling banyak pada kategori dewasa dengan hasil 15 anestesi spinal, anestesi epidural, dan anestesi blok dari 31 responden yang mengalami shivering atau saraf regional. 48,4% (Millizia et al., 2020). Komplikasi yang berkaitan dengan operasi Tingginya angka kejadian post anesthetic dan perawatan anestesi tidak dapat dihindari dan shivering disebabkan karena tindakan anestesi dapat sudah dapat diterima secara luas. Post Anesthetic mengakibatkan gangguan pada respon termoregulasi Shivering (PAS) adalah salah satu komplikasi tubuh, dimana terjadinya peningkatan resistensi potensial anestesi yang dapat meningkatkan respon tubuh terhadap panas dan penurunan resistensi morbiditas pasien. Post Anesthetic Shivering (PAS) respon terhadap dingin (Tantarto et al., 2016). dapat menyebabkan pasien mengalami berbagai Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh efek samping. ketidaknyamanan pasien karena (Susilowati et al., 2017), bahwa faktor risiko anestesi sensasi dingin dan peningkatan rasa nyeri yang pada pasien yang mengalami menggigil meliputi lama disebabkan oleh kontraksi otot pada daerah operasi, operasi, kondisi fisik ASA, usia, jenis kelamin, status merupakan konsekuensi klinis pertama dari PAS. gizi, dan indeks massa tubuh yang rendah. Hal Terjadinya PAS juga menimbulkan risiko lainnya tersebut juga dikuatkan oleh (Yulianto, 2022). pada yaitu peningkatan proses metabolisme (dapat penelitiannya menunjukkan hasil adanya hubungan mencapai 400%) dan memperberat nyeri pasca antara usia terhadap kejadian post anesthetic operasi. shivering pada pasien pasca spinal anestesi. Kejadian shivering disebabkan oleh Menurut penelitian literature review yang beberapa faktor diantaranya yaitu faktor usia, jenis dikemukakan oleh (Nafidah & Khofiyah, 2022) juga kelamin, dosis obat anestesi yang digunakan selama memperkuat dan didapatkan hasil bahwa adanya bedah, lama durasi operasi, jenis operasi, dan suhu faktor-faktor resiko yang memengaruhi kejadian tubuh pasien (Millizia et al., 2020). Faktor lain yang shivering pada pasien pasca spinal anestesi yang dapat menimbulkan terjadinya shivering yaitu suhu saling berhubungan satu sama lainnya yaitu faktor lingkungan, status ASA, usia, jenis kelamin, durasi usia, jenis kelamin, lama operasi, indeks massa tubuh operasi, status gizi dan indeks massa tubuh (IMT). (Mashitoh et al., 2018). 2. METODE PENELITIAN Usia merupakan salah satu faktor yang Jenis penelitian yang digunakan dalam dapat mempengaruhi kejadian shivering karena penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan berkaitan dengan anatomi dan fisiologi serta pendekatan korelasional. Penelitian ini kemampuan termoregulasi yang berbeda pada setiap menggunakan rancangan penelitian cross kelompok usia. Pada kelompok usia anak dan lansia sectional. Sampel yang diambil dalam penelitian ini memiliki resiko yang lebih tinggi untuk shivering berjumlah 40 sampel. Teknik sampling yang dibandingkan pada kelompok usia dewasa yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive memiliki resiko shivering lebih rendah (Syauqi et sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan al., 2019). Hal ini disebabkan karena respon eksklusi yang telah ditentukan. Pada penelitian termoregulasi tubuh terhadap panas dan dingin yang ini instrumen yang digunakan dalam penelitian mulai tidak optimal pada usia lansia, ambang batas adalah lembar observasi yang berupa daftar isian vasokontriksi tubuh terhadap perubahan suhu akan untuk mencatat kejadian shivering, derajat ikut turun diusia tua sebesar 1℃ apabila dilakukan anestesi (Tantarto et al., 2016). Sehingga semakin shivering dan data usia pasien. tinggi usia maka akan semakin tinggi resiko Analisis data yang digunakan untuk terjadinya hipotermi hingga shivering yang melihat hubungan dua variabel dalam penelitian diakibatkan penurunan respon terhadap ini yaitu analisis bivariat spearman rho. termoregulasi tubuh (Mubarokah and Titik et al., Penelitian ini mengobservasi data primer dan 2017). sekunder yang diperoleh dari pasien. Penelitian yang pernah dilakukan di ruang pemulihan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Derajat shivering a. Hasil Derajat Shivering F % 1) Analisis Univariat Karakteristik Responden Derajat 0 (Tidak shivering) 16 40% Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian Kriteria usia F % Derajat 1 3 7,5% Remaja akhir 17-25 tahun 9 22,5% Derajat 2 5 12,5% Dewasa awal 26-35 tahun 8 20% Dewasa akhir 36-45 tahun 7 17,5% Derajat 3 6 15% Lansia awal 46-55 tahun 7 17,5% Lansia akhir 56-65 tahun 4 10% Derajat 4 10 25% Manula > 65 tahun 5 12,5% Jumlah 40 100% Jumlah 40 100% Jenis Kelamin Laki-Laki 26 65% (Sumber : hasil pengolahan data primer, 2023) Perempuan 14 35% Berdasarkan hasil dari distribusi diatas, dapat Jumlah 40 100% dilihat bahwa dalam penelitian ini derajat shivering Lama Operasi terbanyak pada variabel kejadian Post Anesthetic shivering berada pada derajat shivering ( 4 ) Cepat <60 menit 6 15% berjumlah 10 responden dengan persentase 25% dari Sedang 60-120 menit 23 57,5% total responden. Lama >120 menit 11 27,5% Jumlah 40 100% Tabel 3. Kejadian post anesthetic shivering Jenis Operasi Orthopedi 7 17,5% Kejadian Post Anesthetic F % Umum 13 32,5% Shivering Obstetri-Ginekologi 3 7,5% Terjadi Shivering 24 60% Onkologi 9 22,5% Tidak terjadi shivering 16 40% THT 8 20% Jumlah 40 100% Jumlah 40 100% (Sumber : hasil pengolahan data primer, 2023) Status ASA Berdasarkan hasil dari di atas, dapat dilihat ASA I 23 57,5% bahwa dalam penelitian ini kejadian shivering lebih ASA II 17 42,5% sering terjadi dengan jumlah frekuensi 24 kejadian Jumlah 40 100% dengan persentase 60%. IMT Underweight 9 22,5% 2) Hasil Analisis Uji Statistik Spearman rho Normal 20 50% Tabel 4. Uji spearman rho Overweight 6 15% Obese 5 12,5% Correlation P Variabel n Jumlah 40 100% Coefficient Value (Sumber : hasil pengolahan data sekunder, 2023) Usia Berdasarkan hasil dari tabel distribusi Post tersebut, dapat dilihat bahwa dalam penelitian ini anesthetic 40 0.524 0.001 sebagian besar responden termasuk dalam kriteria shivering usia (Masa remaja akhir 17-25 tahun) dengan frekuensi 9 responden (22,5%), untuk jenis kelamin Berdasarkan tabel diatas menunjukkan terbanyak adalah laki-laki dengan frekuensi 26 hasil uji spearman rho diperoleh nilai signifikansi responden (65%), kemudian untuk lama operasi sebesar P value < 0.05 (P = 0.001<0.05) yang terbanyak adalah lama operasi sedang 60-120 menit menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan frekuensi 23 (57,5%), jenis operasi antara variabel usia terhadap kejadian post terbanyak adalah operasi umum dengan frekuensi 13 anesthetic shivering pada pasien pasca anestesi operasi (32,5%), status fisik ASA terbanyak adalah umum. Tingkat keeratan antar dua variabel dapat ASA I dengan frekuensi 23 (57,5%), dan jenis IMT dilihat pada nilai Correlation Coefficient yaitu terbanyak adalah normal (50%). 0,524 yang artinya tingkat keeratan korelasi antara usia dengan kejadian post anesthetic shivering (SusilowatI et al., 2017) bahwa responden dewasa memiliki korelasi yang kuat. akhir lebih beresiko mengalami kejadian shivering Angka korelasi yang diperoleh memiliki karena sudah mulai terjadinya penurunan nilai positif yang menunjukkan hubungan antara metabolisme sehingga kemampuan untuk kedua variabel memiliki hubungan searah, mempertahankan suhu tubuh berkurang. Pada anak, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin bayi, dan dewasa akhir kejadian shivering tinggi usia maka semakin tinggi pula potensi dipengaruhi oleh jaringan lemak tubuh yang memiliki terjadinya post anesthetic shivering pada pasien salah satu fungsi untuk mempertahankan panas suhu pasca anestesi umum. tubuh, jaringan lemak adalah jaringan khusus yang memiliki banyak pengaruh pada parasimpatis dan b. Pembahasan vaskularisasi 1) Karakteristik usia responden 3) Kejadian Post anesthetic shivering Berdasarkan data responden tersebut Pada hasil uji distribusi frekuensi penelitian didapatkan hasil bahwa remaja akhir dengan ini didapatkan lebih banyak subjek yang mengalami kelompok usia (17-25 tahun) lebih banyak kejadian post anesthetic shivering dengan jumlah menjalani pembedahan dengan general anestesi frekuensi 24 kejadian dengan persentase 60% dari berjumlah 9 responden dengan persentase 22,5% total 40 responden. Hasil ini menguatkan teori yang dari total responden dan 6 dari 9 responden disampaikan oleh (Millizia et al., 2020) bahwasanya tersebut mengalami shivering. Kelompok usia Post Anesthetic Shivering (PAS) terjadi pada 5 yang paling banyak mengalami Kejadian Post sampai 65% pasien yang menjalani anestesi umum, Anesthetic Shivering adalah masa remaja akhir sehingga masih terdapat kemungkinan besar potensi 17-25 tahun (22,5%) terjadinya post anesthetic shivering pada pasien Penelitian ini hampir sama dengan dengan anestesi umum. Hal ini juga disampaikan oleh penelitian yang dilakukan oleh (Millizia et al., (Hidayah et al., 2021) melalui penelitiannya di RSUD 2020) di mana usia yang paling banyak mengalami Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Bahwa pada post anesthetic shivering pada penelitian tersebut pasien yang diberikan anestesi, saraf simpatis diblok adalah usia 12-25 tahun 35,5%, dan 26-45 tahun sehingga terjadi vasodilatasi yang mengakibatkan 48,4% di mana dijelaskan bahwa kejadian post penurunan suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu anesthetic shivering banyak terjadi cenderung pada tubuh, terjadi perpindahan panas atau redistribusi kelompok usia remaja akhir dan dewasa awal. panas dari sentral ke perifer. Sehingga pada anestesi 2) Derajat Post anesthetic shivering umum, blok terjadi pada seluruh tubuh yang mengakibatkan vasodilatasi terjadi pada seluruh Pada hasil uji distribusi frekuensi penelitian tubuh dan potensi terjadi post anesthetic shivering ini didapatkan hasil pada derajat 0 (tidak shivering) lebih besar. berjumlah 16 responden 40%, pada derajat 1 berjumlah 3 responden 7,5%, pada derajat 2 4) Hubungan usia dengan kejadian post berjumlah 5 responden 12,5%, pada derajat 3 anesthetic shivering berjumlah 6 responden dan kejadian post anesthetic shivering paling banyak terjadi pada derajat 4 Hasil uji hubungan usia dengan kejadian post berjumlah 10 responden yaitu 6 responden pada anesthetic shivering pada pasien pasca anestesi umum kelompok usia remaja akhir (17-25 tahun) dan 4 menggunakan analisis bivariat uji spearman rank responden pada kelompok dewasa awal (26-35 didapatkan nilai signifikansi p value sebesar 0,001. tahun) dengan total persentase (25%). Sebagaimana Dapat disimpulkan bahwa nilai signifikan <0,05. yang dipaparkan dalam penelitian (Syauqi et al., Maka dinyatakan H1 diterima yaitu ada hubungan 2019) di mana hasil tersebut didapatkan karena antara usia dengan kejadian post anesthetic shivering respon termoregulasi pada usia remaja akhir dan pada pasien pasca anestesi umum di RSUD Batang. dewasa awal lebih baik daripada lansia sehingga Tingkat keeratan antar dua variabel dapat kejadian post anesthetic shivering lebih sering dilihat pada nilai Correlation Coefficient yaitu 0,524 terjadi pada kelompok usia remaja akhir dan dewasa yang artinya tingkat keeratan korelasi antara usia awal dengan derajat shivering yang tinggi atau dengan kejadian post anesthetic shivering memiliki shivering terjadi pada seluruh tubuh. korelasi yang kuat. Sesuai data yang diperoleh berdasarkan uji distribusi bahwa 60% dari total Berdasarkan penjabaran diatas dapat responden mengalami post anesthetic shivering dan mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh kejadian post anesthetic shivering banyak terjadi pada derajat 4 berjumlah 10 responden yaitu 6 responden rentan usia 17-25 tahun (remaja akhir) kemudian 21- pada usia remaja akhir (17-25 tahun) dan 4 45 tahun (dewasa awal) dan untuk usia 41-65 (dewasa responden pada dewasa awal (26-35 tahun) dengan akhir) namun pada usia dewasa akhir memiliki resiko total persentase (25%). Hal ini juga dikuatkan oleh yang lebih rentan untuk mengalami kejadian teori penelitian yang dilakukan (Hidayah et al., shivering karena respon termogulasi yang sudah 2021). Bahwa proporsi insiden shivering pasca menurun, penurunan metabolisme sehingga operasi berdasarkan usia paling banyak terdapat kemampuan untuk mempertahankan suhu sudah pada kelompok usia 21-30 tahun dengan persentase mulai berkurang, status fisik, asupan gizi dan pola 60% (6 dari 10 pasien kelompok usia 21-30 tahun). hidup juga akan sangat memengaruhi metabolisme, Data tersebut menjelaskan bahwa shivering dapat kesehatan dan ketahanan tubuh. terjadi karena faktor usia pada kelompok usia Dalam penelitian (Sri Rahmawati, 2020) tertentu, namun kejadian tersebut masih sulit untuk disebutkan kejadian shivering pada usia dewasa atau diidentifikasi secara spesifik karena metabolisme dewasa akhir juga erat kaitannya dengan IMT karena dan kondisi fisik responden pada setiap kelompok berkaitan dengan jaringan lemak semakin tipis usia sangat variatif bahkan dapat dipengaruhi oleh jaringan lemak maka akan semakin besar resiko faktor klinis lainnya. mengalami shivering. Berdasarkan beberapa Arah hubungan kedua variabel adalah penjabaran di atas tersebut dapat diketahui bahwa positif di mana semakin tinggi usia maka semakin adanya hubungan usia dengan kejadian shivering. tinggi resiko terjadinya post anesthetic shivering, 4. KESIMPULAN namun perbedaan pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kejadian shivering banyak terjadi pada Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data usia remaja akhir dan dewasa awal. Hal ini sesuai serta pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai dengan yang disampaikan oleh (Millizia et al., 2020) berikut : pada hasil penelitiannya didapatkan responden 1) Kelompok usia terbanyak yang menjalani berusia 26-45 tahun yang paling banyak mengalami operasi dengan general anestesi adalah remaja post anesthetic shivering yaitu sebanyak 15 dari 31 akhir (17-25 tahun) 22,5%. Dan kelompok usia responden (48,4%). Hal ini dikarenakan respon terbanyak yang mengalami kejadian post termoregulasi pada usia dewasa lebih baik daripada anesthetic shivering adalah remaja akhir (17-25 lansia sehingga kejadian post anesthetic shivering tahun) dengan derajat shivering 4 (shivering lebih sering terjadi pada kelompok usia dewasa. pada seluruh tubuh). Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan usia 2) Derajat shivering paling banyak terjadi adalah dengan kejadian post anesthetic shivering. Hasil ini derajat 4 dengan persentase 25%. sesuai dengan penelitian (Oktriani et al., 2020) yang 3) Terdapat hubungan antara usia dengan kejadian mengatakan bahwa angka kejadian post anesthetic post anesthetic shivering pada pasien pasca shivering yang tinggi pada usia dewasa, yang dapat anestesi umum di RSUD Batang. Kedua variabel terjadi karena respon termoregulasi pada usia ini memiliki kekuatan hubungan yang kuat dan dewasa lebih baik daripada lansia. Post anesthetic arah hubungan yang positif di mana semakin shivering jarang terjadi pada lansia karena kontrol tinggi usia maka semakin tinggi pula potensi termoregulasi normal pada lansia tidak baik. kejadian post anesthetic shivering. Ambang menggigil selama anestesi umum menurun 5. SARAN sekitar 1⁰C pada lansia. Intensitas menggigil yang berkurang secara signifikan pada pasien lanjut usia Monitoring dan evaluasi resiko potensi sehingga menggigil tidak menyebabkan komplikasi terjadinya post anesthetic shivering harus lebih yang serius pada pasien lansia. kompleks dan menyeluruh agar faktor pencetus lain Dalam sebuah penelitian yang dilakukan yang dapat mempengaruhi kejadian post anesthetic oleh (Oktriani et al., 2020) menjelaskan bahwa shivering dapat dieliminasi sehingga didapatkan lanjut usia adalah seseorang yang mengalami analisis yang lebih spesifik dan akurat. Terutama pertambahan umur disertai dengan penurunan fungsi dalam input data pada lembar observasi, perlu fisik yang ditandai dengan penurunan massa otot dicantumkan daftar isian untuk faktor pengganggu serta kekuatannya, penurunan laju denyut jantung yang memungkinkan dapat mempengaruhi hasil maksimal, peningkatan lemak tubuh dan penurunan penelitian, sehingga peneliti dapat menilai secara fungsi otak, lalu berdasarkan hasil temuan penelitian jelas kriteria responden yang diinginkan, agar analisis yang telah dikemukakan diatas dapat diketahui dan pendalaman penelitian dapat dikontrol oleh bahwa kejadian shivering ini banyak terjadi pada peneliti. 6. REFERENSI Menggigil Pascaoperasi di Ruang Pemulihan COT RSHS. Anesthesia & Critical Hidayah, E. S., Khalidi, M. R., & Nugroho, H. Care, 34, 161–166. (2021). Perbandingan Insiden Shivering Pasca Yulianto, & Vita Purnamasari. (2022). Hubungan Operasi dengan Anestesi Umum dan Anestesi Lama Operasi Dengan Kejadian Shivering Spinal di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Pada Pasien Post Operative Dengan Spinal Samarinda. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 3(4), Anestesi di IBS Rumah Sakit PKU 525–530. Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas https://doi.org/10.25026/jsk.v3i4.447 ‘Aisyiyah Yogyakarta. Mashitoh, D., Mendri, N. K., & Majid, A. (2018). Lama Operasi Dan Kejadian Shivering Pada Pasien Pasca Spinal Anestesi. Journal of Applied Nursing (Jurnal Keperawatan Terapan), 4(1), 14–20. Millizia, A., Fitriany, J., & Siregar, D. A. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Post Anesthetic Shivering Pada Pasien Anestesi Spinal Di Instalasi Bedah Sentral PPK BLUD RSUD Cut Meutia Aceh Utara. Lentera ( Jurnal : Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial Dan Budaya), 4(4). http://www.journal.umuslim.ac.id/index.php/l tr2/article/view/133 Mubarokah and Titik, Putri, Endarwati and Sari, & Candra Dewi. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hipotermi Pasca General Anestesi Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kota Yogyakarta. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Nafidah, & Khofiyah. (2022). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Shivering Pada Pasien Pasca Spinal Anestesi: Literature Review. Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Oktriani, S., Kusmaedi, N., Daniel Ray, H. R., & Setiawan, A. (2020). Perbedaan Jenis Kelamin, Usia, dan Body Mass Index (BMI) Hubungannya dengan Kebugaran Jasmani Lanjut Usia. Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan, 5(1), 28–40. Sri Rahmawati. (2020). Hubungan Kadar Trombosit Dengan Kejadian Shivering Pada Pasien Post Spinal Anestesi Di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. http://poltekkesjogja.ac.id SusilowatI, Sri Hendarsih, & Jenita Doli Tine Donsu. (2017). The Correlation Of Body Mass Index With Shivering Of Spinal Anesthesic Patients In RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Syauqi, D., Purwandar, H., & Priyono, D. (2019). Hubungan Lama Operasi Dengan Terjadinya Shivering Pada Pasien Operasi Dengan Anestesi Spinal Di Kamar Operasi RSUD Nganjuk. JURNAL SABHANGA, 1(1), 55–63. Tantarto, T., Fuadi, I., & Setiawan. (2016). Angka Kejadian dan Karakteristik
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis