Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan endoskopi adalah pemeriksaan penunjang yang memakai

alat endoskop untuk mendiagnosis kelainan-kelainan organ di dalam tubuh

antara lain, saluran kemih, rongga mulut, rongga abdomen dan lainnya.

Endoskop yaitu suatu alat yang digunakan untuk memeriksa organ di dalam

tubuh manusia visual dengan cara melihat melalui alat tersebut (rigid/fiber-

scope) atau langsung pada layar monitor (skop Evis) sehingga kelainan yang

ada pada organ tersebut dapat dilihat dengan jelas (Gunawan et al., 2019).

Menurut American Society for Gastrointestinal Endoscopy dalam Rex,

(2021) total tindakan endoskopi di Amerika Serikat sebanyak 22.162.642 yang

terdiri dari tindakan kolonoskopi 13.837.748, tindakan endoskopi bagian atas

sebanyak 7.459.419, tindakan sigmoidoskopi fleksibel sebanyak 379.883, USG

endoskopi atas 290.655, ERSP sebanyak 177.508 dan USG endoskopi bawah

sebanyak 17.428 kasus. Sedangkan di Indonesia sendiri berdasarkan data Pusat

Endoskopi Saluran Cerna (PESC) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

(2019), terdapat peningkatan sebanyak 26,2% untuk pelayanan endoskopi, baik

yang menerima pelayanan untuk diagnosis seperti menentukan dan

menenegakkan diagnosis pada pemeriksaan, melaksanakan biopsi dan


2

menentukan sumber perdarahan, bahkan terapeutik di bagian Gastroenterologi

(Gian, 2020).

Data di Ruang Endoskopi RSUD Kabupaten Tangerang periode Juni-

Agustus 2023, didapatkan sebanyak …. pasien yang dilakukan tindakan

endoskopi, terdiri dari gastroskopi….pasien (…%), kolonoskopi….pasien (….

%) dan Bronkoskopi….pasien (….%). Dengan kata lain tindakan endoskopi

banyak dilakukan di RSUD Kabupaten Tangerang. Berdasarkan catatan rekam

medik selama 3 bulan terakhir (Juni-Agustus 2023) adanya peningkatan jumlah

pasien yang membatalkan untuk melakukan endokopi. Dimana bulan Juni 2023

sebanyak….pasien, Juli 2023 sebanyak…..pasien dan bulan Agustus

2023….pasien. Hal ini disebabkan pasien merasa takut dan cemas dengan

tindakan yang akan dilakukan dan saat penjadwalan endoskopi, kondisi fisik

tidak memungkinkan dikarenakan adanya peningkatan tekanan darah dan

denyut nadi (Rekam Medik RSUD Kabupaten Tangerang, 2023).

Sebelum pemeriksaan endoskopi dilakukan, pasien harus melakukan

persiapan terlebih dahulu yang merupakan prosedur dari endoskopi dengan

cara berpuasa selama 6 hingga 8 jam sebelum pemeriksaan, selanjutnya pasien

dijelaskan bagaimana atau cara tindakan serta efek samping berupa keadaan

tidak enak yang mungkin dialami yaitu mual, muntah, nyeri perut, tebal

ditenggorokan akibat pemberian anestesi lokal. Pada saat pemeriksaan monitor

keadaan pasien, tekanan darah, denyut nadi dan saturasi oksigen, bila perlu

diberikan obat sedasi atau anestesi baik pemberian IV line sampai dengan

intubasi, diberikan xylocain spray untuk anestesi lokal pada tenggorokan,


3

pasien diposisikan miring ke kiri. Dokter akan memasukkan alat endoskop dan

meneropong saluran pencernaan mulai dari kerongkongan, lambung hingga

duodenum, dengan lama pemeriksaan sekitar 5 hingga 10 menit (Wunata &

Rofiqi, 2019).

Persiapan dan penjelasan sebelum tindakan endoskopi merupakan hak

pasien dan keluarga sebelum suatu tindakan intervensi dilakukan. Semua

tindakan medis intervensi dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan

merupakan suatu kondisi jiwa yang menunjukkan adanya kekhawatiran tentang

apa yang mungkin terjadi. Kecemasan pre tindakan endoskopi dipicu oleh rasa

takut akan rasa sakit dan ketidaknyamanan, informasi yang tidak memadai dan

tidak tahu apa yang diharapkan selama tindaka (Ningrum & Widyastuti, 2022).

Menurut Redho et al. (2022) dampak dari kecemasan yang dialami

pasien pre endoskopi akan mempengaruh terhadap peningkatan denyut nadi,

pernapasan, tekanan darah, tidak mampu menerima informasi sehingga bisa

menyebabkan tindakan endoskopi akan tertunda. Penatalaksanaan kecemasan

pada pasien pre tindakan endoskopi dapat dilakukan dengan tindakan non

farmakologis karena dinilai lebih sederhana dan aman, memiliki sedikit efek

samping, dan relatif lebih murah daripada tindakan farmakologis. Salah satu

tindakan non farmakologis yang terbukti dapat mengatasi kecemasan pasien

pre tindakan endoskopi yaitu back massage.

Back massage merupakan pijat yang dapat melancarkan sirkulasi darah,

memberi tekanan, dan meningkatkan relaksasi fisik dan mental. Back massage

dengan menggunakan teknik slow stroke back massage (SSBM) adalah pijat
4

yang dilakukan secara lembut dan lambat pada area punggung. Teknik slow

stroke back massage (SSBM) membuat pasien merasa lebih nyaman, tenang,

dan senang sehingga kecemasan yang muncul pre tindakan endoskopi

perlahan-lahan berkurang (Ningrum & Widyastuti, 2022).

Anggraeni et al., (2020) dalam penelitiannya tentang pengaruh slow-

stroke back massage terhadap kecemasan pada pasien pre tindakan endoskopi

di Instalasi Kamar Bedah dan Anastesi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

didapatkan hasil adanya pengaruh yang signifikan antara slow-stroke back

massage terhadap kecemasan pada kelompok intervensi (p = 0,000). Ada

perbedaan tingkat kecemasan yang signifikan antara pasien laki-laki (p =

0,001) dan perempuan (p = 0,002) pre tindakan endoskopi.

Studi pendahuluan dengan metode wawancara singkat yang dilakukan

peneliti pada tanggal 19-22 September 2023 di Ruang Endoskopi RSUD

Kabupaten Tangerang terhadap 10 pasien pre tindakan endoskopi. Didapatkan

hasil 9 pasien (90%) mengatakan merasa takut dan cemas dengan tindakan

yang akan dilakukan kepada dirinya meskipun sudah dijelaskan sebelum tanda

tangan lembar persetujuan (informed consent) tindakan endoskopi. Sedangkan

1 pasien (10%) mengatakan tindakan endoskopi yang akan dilakukan ini

merupakan kedua kalinya sehingga pasien sudah ada gambaran dengan

tindakan yang akan dilakukan, meskipun begitu pasien mengatakan masih ada

rasa takut meskipun tidak setakut sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti

tentang, “efektifitas slow stroke back massage (SSBM) terhadap penurunan


5

tingkat kecemasan pada pasien pre tindakan endoskopi di RSUD Kabupaten

Tangerang tahun 2023.”

B. Rumusan Masalah

Pemijatan/massage termasuk terapi komplementer yang paling penting

dalam menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyaman. Slow-Stroke Back

Massage (SSBM) merupakan terapi manipulasi dengan melakukan pemijatan

yang lembut pada bagian punggung dengan tujuan untuk memberikan efek

relaksasi pada vaskularisasi, otot-otot dan sistem saraf. SSBM terbukti efektif

dalam menurunkan tekanan darah, melancarkan sirkulasi darah, menurunkan

respon nyeri, meningkatkan kenyamanan, menjaga kualitas tidur dan

menanggulangi kecemasan (Anggraeni et al., 2020). Berdasarkan hasil

wawancara dan adanya peningkatan pasien yang batal dilakukan tindakan

endoskopi karena merasa takut, cemas dan adanya peningkatan tekanan darah

maupun denyut nadi. Untuk itu peneliti perlu membuktikan efektifitas slow

stroke back massage (SSBM) terhadap penurunan tingkat kecemasan pada

pasien pre tindakan endoskopi.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik pasien pre tindakan endoskopi (umur,

jenis kelamin dan pendidikan) di RSUD Kabupaten Tangerang?

2. Bagaimana gambaran tingkat kecemasan sebelum slow stroke back massage

(SSBM) pada pasien pre tindakan endoskopi di RSUD Kabupaten

Tangerang?
6

3. Bagaimana gambaran tingkat kecemasan sesudah slow stroke back massage

(SSBM) pada pasien pre tindakan endoskopi di RSUD Kabupaten

Tangerang?

4. Bagaimana efektifitas slow stroke back massage (SSBM) terhadap

penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre tindakan endoskopi di RSUD

Kabupaten Tangerang?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektifitas slow stroke back massage (SSBM)

terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre tindakan endoskopi

di RSUD Kabupaten Tangerang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi gambaran karakteristik pasien pre tindakan endoskopi

(umur, jenis kelamin dan pendidikan) di RSUD Kabupaten Tangerang.

b. Mengidentifikasi gambaran tingkat kecemasan sebelum slow stroke back

massage (SSBM) pada pasien pre tindakan endoskopi di RSUD

Kabupaten Tangerang.

c. Mengidentifikasi gambaran tingkat kecemasan sesudah slow stroke back

massage (SSBM) pada pasien pre tindakan endoskopi di RSUD

Kabupaten Tangerang.
7

d. Menganalisa efektifitas slow stroke back massage (SSBM) terhadap

penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre tindakan endoskopi di

RSUD Kabupaten Tangerang.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi akademisi untuk

pengembangan ilmu di institusi pendidikan dengan intervensi slow stroke

back massage (SSBM) khususnya di bidang keperawatan medikal bedah

dalam memberikan asuhan keperawatan untuk menurunkan tingkat

kecemasan pada pasien pre tindakan endoskopi.

2. Bagi Peneliti

Penelitian ini digunakan sebagai media pembelajaran untuk

mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang keperawatan yang didapat di

perkuliahan, serta sebagai media pembelajaran bagi peneliti dalam

melakukan penelitian secara sistematis dan ilmiah tentang pasien pre

tindakan endoskopi.

3. Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi para

praktisi di rumah sakit khususnya perawat dalam meningkatkan mutu


8

pelayanan keperawatan melalui intervensi slow stroke back massage

(SSBM) agar pasien pre tindakan endoskopi tidak cemas .


DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, C. G., Nurwanti, E., & Nabil, M. I. (2020). Pengaruh Slow-Stroke


Back Massage terhadap Kecemasan pada Pasien Pre Tindakan Endoskopi
di Instalasi Kamar Bedah dan Anastesi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Skripsi Thesis, Universitas Alma Ata Yogyakarta, 1(1), 1–6.
Gian, D. P. (2020). Hubungan Kecemasan dengan Mekanisme Koping pada
Pasien Pre Endoskopi diRuangan Instalasi Diagnostik Terpadu RSUOP
DR. M.Djamil Padang. E-Skripsi Universitas Andalas, 1(1), 5–24.
http://scholar.unand.ac.id/55357/
Gunawan, D. F., Waleleng, B. J., & Polii, E. B. I. (2019). Profil pasien endoskopi
gastrointestinal di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode Januari 2018 -
Agustus 2019. Jurnal E-CliniC (ECl), 7(2), 157–163.
https://doi.org/10.35790/ecl.v7i2.26834
Ningrum, W., & Widyastuti, W. (2022). The Implementation of Slow Stroke Back
Massage (SSBM) with Jasmine Oil to Reduce Anxiety for Nulliparous
Mothers in Active Phase of Stage 1. Jurnal URECOL, 1(1), 1721–1726.
Redho, A., Hasrianto, N., & Susismolia. (2022). Hubungan Tingkat Pengetahuan
dengan Kecemasan Pasien Tindakan Endoskopi. Al-Asalmiya Nursing
Jurnal Ilmu Keperawatan, 11(1), 82–89.
Rekam Medik RSUD Kabupaten Tangerang. (2023). Laporan Rekam Medik
RSUD Kabupaten Tangnerang.
Rex, D. K. (2021). U.S. GI Endoscopy Volumes: Biggest Change is Increases in
Upper Endoscopic Ultrasound. ASGE Journal, 1(1), 34–42.
https://doi.org/https://doi.org/10.1053/j.gastro.2021.10.017
Wunata, S. G., & Rofiqi, E. (2019). Pengaruh Konseling Pre-Prosedur
Esofagogastroduodenoskopi (EGD) terhadap Penurunan Kecemasan di
Unit Endoskopi. Journal of Controlled Release, 11(2), 430–439.

Anda mungkin juga menyukai