Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat ekspansif yang bersifat
jinak (Benigna) ataupun ganas ( Maligna) membentuk massa dalam ruang
tengkorak kepala (Intra cranial) atau di sum-sum tulang belakang (Medulla
Spinalis).Diagnosa tumor otak di tegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi.
Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnose tumor otak
apalagi membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang
di temukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa Tumor
dan cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intracranial serta efek dari masa tumor
ke jaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari
jaringan otak.

Salah satu penatalaksanaan tumor Cerebri adalah di lakukan Craniotomy,


Menurut Brown CV, Weng J (2017), Craniotomy adalah operasi untuk
membuka tengkorak (tempurung kepala) dengan maksud untuk mengetahui dan
memperbaiki kerusakan otak. Setiap operasi memiliki ancaman potensial
maupun actual yang akan membangkitkan respon stress fisiologis serta
psikologis dan merupakan pengalaman yang sulit bagi semua pasien (Baradero,
Dayrit & Siswadi,2013).

Operasi dapat menyebabkan kecemasan pada pasien. Hal ini akan


berdampak buruk jika tidak segera di atasi, sebab dapat meningkatkan tekanan
darah dan pernafasan serta mempengaruhi terhadap pelaksanaan atau penundaan
operasi (Muttaqin & Sari, 2014). Kecemasan atau ansietas adalah keadaan mood
yang berorientasi dan berkenaan akan persiapan untuk menghadapi
kemungkinan peristiwa buruk yang akan terjadi di masa depan (Craske, 2016).
National Comorbidity Study (NSC) mengungkapkan 1 dari 4 orang memenuhi
kriteria untuk sedikitnya satu gangguan kecemasan, sedangkan pencetus
terjadinya kecemasan antara lain adalah penyakit kronis, trauma fisik, dan
pembedahan. (Lubis & Afif, 2014). 2 Preoperasi merupakan masa sebelum
dilakukannya tindakan pembedahan yang dimulai sejak ditentukannya persiapan
pembedahan dan berakhir sampai pasien berada di meja bedah (Hidayat, 2016).
Selanjutnya menurut Wiedemann (2015) menyatakan bahwa operasi merupakan
masa kritis dan menghasilkan kecemasan. Tindakan operasi sering menyebabkan
kecemasan pada pasien. Sebelum dilakukan preoperasi pasien akan diberikan
premedikasi yaitu tindakan awal anestesia dengan memberikan obat-obat
pendahuluan. Premedikasi diberikan 1-2 jam sebelum induksi anestesia. Tujuan
5 dari premedikasi adalah menimbulkan rasa nyaman bagi pasien yang meliputi
bebas dari rasa takut, tegang dan khawatir (bebas nyeri dan mualmuntah),
mengurangi sekresi kelenjar dan menekan reflex vagus,
memudahkan/memperlancar induksi, mengurangi dosis obat anestesia, dan
mengurangi rasa sakit dan kegelisahan pasca bedah. Pada pasien Craniotomy
anastesi yang digunakan yaitu berupa anastesi umum atau General Anesthesia
digunakan untuk pasien Craniotomy karena efektif untuk memantau kepatenan
nafas dan vital sign pasien dengan menggunakan monitor sehinggga dapat
meminimalkan resiko komplikasi dari operasi itu sendiri. Di Indonesia
prevalensi kecemasan diperkirakan berkisar 9%-21% populasi umum.
Sedangkan angka populasi yang lebih besar diantara pasien-pasien dalam dunia
medis bervariasi antara 17%-27% tergantung kriteria diagnostik yang (Yustin
2014). Kecemasan pada pasien operasi banyak terjadi, didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yustin (2014) bahwa sekitar 80% pasien pre
operasi mengalami kecemasan dan 60% mengalami kecemasan sedang dan
berat. Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardiani (2014)
tentang tingkat kecemasan pre operasi, bahwa dari 40 orang responden dengan
tingkat kecemasan berat sebanyak 7 orang (17,5%), 16 orang (40%) tingkat
kecemasan sedang, 15 orang (37,5%) tingkat kecemasan ringan, dan 2 orang
(5%) tidak mengalami kecemasan. Penelitian lain adalah yang dilakukan oleh
Nataliza (2014) ditemukan 20 (64,5%) pasien mengalami kecemasan ringan dan
11 (35,5%) mengalami kecemasan berat.Kecemasan merupakan gejala normal
pada manusia dan disebut patologis bila gejalanya menetap dalam jangka waktu
tertentu dan mengganggu ketentraman individu. Kecemasaan praoperatif
kemungkinan merupakan suatu respon antisipasi terhadap suatu 1 3 pengalaman
yang dapat dianggap pasien sebagai suatu ancaman terhadap perannya dalam
hidup, integritas tubuh, atau bahkan kehidupannya itu sendiri. Kecemasan akan
meningkatkan neurotransmitter seperti norepinefrin, serotonin, dan gama
aminobuyric acid (GABA) sehingga peningkatannya akan mengakibatkan
terjadinya gangguan: a) fisiologis, antara lain perubahan denyut jantung, suhu
tubuh, pernafasan, mual, muntah, diare, sakit kepala, kehilangan nafsu makan,
berat badan menurun ekstrim, kelelahan yang luar biasa; b) gejala gangguan
tingkah laku, antara lain aktivitas psikomotorik 3 bertambah atau berkurang,
sikap menolak, berbicara kasar, sukar tidur, gerakan yang aneh-aneh; c) gejala
gangguan mental, antara lain kurang konsentrasi, pikiran meloncat -loncat,
kehilangan kemampuan persepsi, kehilangan ingatan, phobia, ilusi dan
halusinasi (Hawari, 2014). Kecemasan sangat mengganggu homeostasis dan
fungsi individu, karena itu perlu segera dihilangkan dengan berbagai macam
cara penyesuaian (Maramis, 2017).Dampak kecemasan terhadap pre
operasidiantaranya akan menyebabkan menurunnya status hemodinamik
(peningkatan tekanan darah, denyut nadi dan sesak nafas) hal ini menyebabkan
pasien beresiko tinggi jika menjalani operasi, resiko terberat adalah kematian
(Pratita dkk, 2014). Pengukuran Intensitas Kecemasan Menggunakan Kuesioner
ZSAS (Zung Self Anxiety Rating Scale)adalah instrumen yang digunakan untuk
melakukan pengukuran tingkat kecemasan dan depresi. Instrumen ZSAS
dikembangkan oleh Zung M.D (1992) dalam Campos, Gimares, Remein (2010)
dan dimodifikasi oleh Tobing (2012). Instrumen ini terdiri dari 20 item total
pertanyaan yang meliputi pengukuran kecemasan. ZSAS mempunyai nilai
minimal 0 dan maksimal 80 dengan rentang ansietas dan depresi rendah 20- 44,
sedang 45-59 dan tinggi 60-80 (Amanda, 2015). Menurut Satyanegara
(2018).Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
maupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala
(intracranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Salah satu
penanganan terbaik adlaah pengangkatan dengan tekhnik pembedahan
Craniotomy. Namun di balik keefektifan craniotomy terdapat dampak negatif
dari Craniotomy yaitu pada kualitas hidup pasien baik fisik dan juga psikologis,
4 Perawat diharapkan dapat memberi asuhan keperawatan pada pasien pre
operasi Tumor Cerebri secara efektif terutama dalam mempersiapkan pasien.
Persiapan pasien dapat dilakukan secara mandiri dan tidak menimbulkan efek
samping yaitu memberikan preoperative teaching.Salah satu teknik yang dapat
di lakukan pada preoperative education adalah menggunakan media kartu
sebagai media untuk memberikan edukasi.Tujuan yang di harapkan dari
preoperative teaching adalah meningkatkan pengetahuan pasien sehingga dapat
menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi. Data yang penulis
dapatkan dari RSUD KRMT Wongsonegoro dari bulan Januari 2018 sampai
April 2019 ini tercatat 54 kasus yang dilakukan tindakan Craniotomy (Rekam
Medis RSWN, 2019). Berdasarkan penelitian data tersebut penulis tertarik untuk
mengembangkan preoperative teaching dengan menggunakan media kartu yaitu
dengan Penggunaan Anaesthesia Education Card. Sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan study kasus pada keperawatan perioperatif yang berjudul
“Penggunaan Anesthesia Education Card Untuk Menurunkan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Craniotomy Instalasi Bedah Sentral di
RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang”. B. Rumusan Masalah Tumor
Otak merupakan salah satu tumor dengan angka penderita yang masih sedikit
yakni hanya 6 per 100.000 dari pasien tumor /kanker per tahun . Salah satu
tindakan untuk untuk mengatasi Tumor otak yaitu dengan melalui tindakan
operasi yang disebut Craniotomy. Berdasarkan penanganan peneliti selama
praktek, didapatkan kondisi pasien dengan kecemasan saat pre operasi dan rata-
rata seluruh pasien mengalami kecemasan, dilihat dari nilai yang didapatkan
melalui kuesioner ZSAS. 2 dari 3 pasien mengalami kecemasan sebelum
dilakukan operasi Craniotomy. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah
kecemasan tersebut diantaranya melalui meningkatkan tingkat pengetahuan
pasien dengan pre operatif teaching. Sehingga penulis berminat untuk
mengangkat tentang “Penggunaan Anesthesia Education Card Untuk
Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Craniotomy Instalasi
Bedah Sentral di RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang”. C. Tujuan 5 1.
Tujuan umum : Memberikan gambaran asuhan keperawatan perioperatif dengan
Tumor otak yang dilakukan tindakan Craniotomy dengan Preoperatif teaching
dengan media Anaesthesia Education Card Terhadap Tingkat Kecemasann Pada
Pasien Pre Operasi Craniotomy di Instalasi Bedah Sentral RSUD KRMT
Wongsonegoro. 2. Tujuan Khusus : a. Identifikasi data-data terkait masalah
tingkat kecemasan pada pasien pre operasi Craniotomy. b. Analisa masalah
terkait tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan Preoperatif teaching
dengan media Anaesthesia Education Card pada pasien pre operasi Craniotomy.
c. Perencanaan keperawatan dalam mengatasi tingkat kecemasan pasien pre
operasi Craniotomy. d. Intervensi Keperawatan pemberian preoperative teaching
dengan menggunakan Anaesthesia Education Card dalam mengatasi tingkat
kecemasan pasien pre operasi Craniotomy. e. Evaluasi keperawatan pemberian
preoperative teaching dengan menggunakan Anaesthesia Education Card dalam
mengatasi tingkat kecemasan pasien pre operasi Craniotomy. f. Mengkaji tingkat
kecemasan sebelum dan sesudah diberikan intervensi preoperative teaching
dengan menggunakan Anaesthesia Education Card pada pasien pre operasi
Craniotomy. D. Manfaat Penelitian 6 Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaatn teoritis dan praktis dalam keperawatan yaitu : a. Bagi
Klien Hasil penelitian dapat digunakan secara mandiri untuk menurunkan
tingkat kecemasan. b. Bagi Peningkatan Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengajaran dan pengembangan
ilmu keperawatan perioperatif. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
informasi tentang penanganan tingkat kecemasan pasien pre operasi dan dapat
dijadikan masukan berupa strategi preoperative teaching menggunakan media
Kartu berupa Anaesthesia Education Card. c. Bagi Peningkatan Kesehatan
Masyarakat Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan konstribusi dalam
menurunkan tingkat kecemasan dengan penignkatan pengetahuan pasien tentang
pembedahan melalui preoperative teaching dan dapat dijadikan dasar / acuan
untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai