Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH TBC

Disusun oleh:

KELOMPOK 1

IDA NOVAWATY (202207005)


DESI KURNIA SARI (202207008)
VERA AGOESTINA (202207009)

PROGRAM STUDI S1 EKSTENSI KEPERAWATAN

STIKes MITRA KELUARGA BEKASI

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji mari kita panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, sehingga pada
kesempatan kali ini kelompok bisa menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “TBC”,
untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB IV. Tak lupa kelompok ingin mengucapkan terima
kasih kepada ibu Ns. Lisbet Pardede, M.Kep., S.Kep.MB selaku dosen pembimbing dalam
penyusunan makalah ini. Melalui makalah tentang “TBC” ini, kelompok mengharapkan
pengetahuan pembaca dapat meningkat tentang TBC.

Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menyadari masih jauh dari kata sempurna untuk
itu kelompok sangat terbuka bagi saran yang membangun guna menyempurnakan
penyususnan makalah selanjutnya. Demikian yang dapat kelompok sampaikan memohon
maaf atas segala kekurangan dan kelebihannya, dan atas perhatian serta dukungan yang
diberikan kami ucapkan terima kasih.

Bekasi, April 2023


DAFTAR ISI

COVER…..………………………………………………………………………..1
KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Tujuan Penulisan...........................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6

A. DEFINISI
B. KLASIFIKASI
C. ETIOLOGI
D. TANDA DAN GEJALA
E. PATOFISIOLOGI
F. PENATALAKSAAN (MEDID DAN NON MEDIS)
G. KOMPLIKASI
H. ASUHAN KEPERAWATAN (PENGKAJIAN-EVALUASI)
BAB 3 PENDIDIKAN KESEHATAN
BAB 4 TELAAH JURNAL
BAB 5 PENUTUP...............................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................11
CASE STUDI
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

TBC adalah penyakit yang sudah lama disebabkan oleh patogen bakteria dan
tidak pernah tertangani dengan baik. Upaya penyelesaian sudah dilakukan selama 77
tahun sejak Indonesia merdeka, vaksin dan obatnya sudah ditemukan sejak puluhan
tahun lalu, tapi tidak pernah bisa tertangani dengan baik. Kasus Tuberculosis (TBC)
di Indonesia diduga ada 824 ribu orang. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
meminta 90% dari jumlah itu dapat terdeteksi di tahun 2024.
Tuberkulosis atau TB masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dan
menjadi tantangan global. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai
beban TB terbesar, urutan ke 2 (dua) di dunia setelah India. Berbagai terobosan telah
dilakukan oleh Program Penanggulangan TB Nasional (P2-TB): intensifikasi,
akselerasi, ekstensifikasi maupun inovasi program untuk menghadapi dan
menyelesaikan masalah TB di Indonesia, dengan pembiayaan yang sampai dengan
saat ini masih signifikan di dukung oleh pendanaan dari luar negeri. Seiring dengan
meningkatnya perekonomian Indonesia, lembaga donor luar negeri telah
mengindikasikan akan mengurangi dukungannya, sehingga ke depan P2-TB Indonesia
akan sangat membutuhkan sumber pendanaan dalam negeri, khususnya dari
Pemerintah Daerah sesuai dengan semangat desentralisasi yang diamanatkan dalam
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Kementerian Kesehatan RI
telah menyusun Rencana Aksi Nasional Penanggulangan TB Tahun 2016–2019, yang
selanjutnya perlu diikuti dan dijabarkan menjadi Rencana Aksi Daerah
Penanggulangan TB bagi Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
Melihat dari data diatas maka kelompok menyimpulkan bahwa pentingnya
bagi kelompok untuk membahas mengenai TBC agar lebih memberikan pengetahuan
dan pemahaman bagi kelompok dalam TBC.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB IV tentang ”TBC”.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami definisi TBC
b. Mahasiswa mampu memahami klasifikasi TBC
c. Mahasiswa mampu memahami etiologi TBC
d. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala TBC
e. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi TBC
f. Mahasiswa mampu memahami penatalaksaan TBC
g. Mahasiswa mampu memahami komplikasi TBC
h. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan pasien dengan TBC
BAB II

STUDI PUSTAKA

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi TBC
TBC merupakan penyakit menular akibat infeksi bakteri Mycobacterium
Tuberculosis. TBC secara umum menyerang organ paru-paru, namun penyakit ini
bisa meneyerang organ tubuh lainnya, misalnya nodul limfa, pleura, serta area
osteoarticular. Menurut (Maziyya 2023) mendefinisikan TBC sebagaipenyakit
infeksi dari kuman Mycobaterium Tuberculosis yang memiliki sifat sistematis dan
bisa menyerang hampir semua anggota tubuh terutama paru – paru. Paru-paru
telah umum menjadi tempat infeksi pertama dari bakteri Mycobaterium
Tuberculosis.

2. Klasifikasi
Selain menyerang paru-paru, TBC juga dapat menyerang selain paru-
paru. Berikut adalah contoh gejala yang muncul akibat penyakit TBC di luar
paru, sesuai dengan organ yang terkena:
a. Pembengkakan kelenjar getah bening saat terkena TB kelenjar.
b. Urine berdarah pada TBC ginjal.
c. Nyeri punggung pada TBC tulang belakang.
d. Sakit kepala dan kejang saat terkena TBC di otak.
e. Sakit perut yang parah jika menderita TBC usus.

3. Etiologi
Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis . Bakteri ini menyebar saat seseorang menghirup tetesan air liur
( droplet ) saat penderita TBC batuk, berbicara, bersin, tertawa, atau bernyanyi.
Meski TB termasuk penyakit menular, namun penularan penyakit ini tidak
secepat pilek dan flu. 
4. Patofisologi
5. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh agen infeksi
bakteri Gram positif Mycobacterium tuberculosis yang bersifat aerob obligat yang
umumnya menyerang organ paru pada manusia. Mycobacterium tuberkulosis dapat
masuk ke dalam paru melalui sistem pernafasan, kemudian kuman TBC masuk ke
alveoli. Kemudian masuknya bakteri ke dalam alveoli, Fagosit menekan bakteri lalu
leuksit di gantikan oleh makrofag terjadi infiltrasi yang membentuk sel tuberkel
epiteloid. Limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan bakteri dan jaringan normal.
Reaksi tersebut menimbulkan penumpukan eksudat di dalam alveoli. Lalu sistem
imun dan sistem kekebalan tubuh akan merespon dengan cara melakukan reaksi
inflamasi dan pelepasan tuberkel dari dinding kavitas. Selanjutnya jaringan nekrotik
membentuk granulomas yang diubah menjadi fibrosa, yang akan merusak membrane
alveolar. Akibat dari proses ini dapat menyebabkan sesak nafas, Penyebaran dapat
dihentikan dengan respon imun tubuh, tetapi basil TBC menjadi kuman Dorman.
Menyebar ke organ lain seperti otak, ginjal, tulang secara limfogen dan hematogen.
Kuman menyebar ke jaringan sekitar, penyebaran secara Bronkogen baik di paru
bersangkutan maupun keparu-paru sebelahnya. Tertelannya dahak bersama ludah.
Setelah beberapa bulan atau tahun kuman berkembang dalam jaringan sehingga
terjadi daya tahan tubuh menurun atau lemah. Jika daya tahan tubuh menurun, jumlah
basil cukup, sumber infeksi dan virulensi kuman tinggi maka akan terjadi reinfeksi.
PATOFLOW

Alveolus

Leukosit memfagosit Respon radang Pelepasan tuberkel dari


Bacteria dinding kavitas

Demam
Leukosit di gantikan
oleh makrofag Trakeobronkial

Bersihan Jalan
Makrofag mengadakan Nafas Tidak Efektif Penumpukan secret
infiltrasi
Nyeri Batuk
Anoreksia
Terbentuk sel tubekel
epiteloid
Droplet

Defisit nutrisi
Nekrosis kaseosa
Resiko tinggi
penyebaran infeksi

Granulasi

Gangguan emosional
Jaringan parut
kolagenosa
Cemas

Kerusakan Gangguan pertukaran


membrane alveolar gas

Sesak nafas Gangguan pola tidur

Inadekuat oksigen
Intoleransi aktifitas
untuk beraktifitas
6. Tanda dan gejala
Pada TB laten, penderita umumnya tidak mengalami gejala. Umumnya, penderita
baru menyadari menderita TBC setelah menjalani pemeriksaan penyakit
lain. Sedangkan untuk penderita TBC aktif, gejala yang muncul dapat berupa:
a. Batuk yang berlangsung lama (3 minggu atau lebih).
b. Batuk biasanya disertai dahak atau batuk darah.
c. Nyeri dada saat bernapas atau batuk.
d. Berkeringat di malam hari.
e. Kehilangan nafsu makan.
f. Penurunan berat badan.
g. Demam dan menggigil.
h. Kelelahan

7. Komplikasi
a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, laringitis, TB usus.
b. Komplikasi lanjut : obstruksi jalan nafas, karsinoma paru, sindrom gagal nafas .

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Rontgen Thorak Pada hasil pemeriksaan thorak sering didapatkan
hasil adanya suatu lesi sebelum ditemukan gejala subjektif awal. Pemeriksaan
rontgen thorak ini sangat bermanfaat untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
b. Pemeriksaan CT-scan Pemeriksaan CT-scan dilakukan untuk menemukan
hubungan kasus TB inaktif / stabil yang ditunjukkan dengan adanya gambaran
garis – garis fibrotik ireguler. Pemeriksaan CT-scan sangat bermanfaat untuk
mendeteksi adanya pembentukan kavitas dan lebih dapat diandalkan dari pada
pemeriksaan rontgen thorak biasa.
c. Pemeriksaan Laboratorium Diagnosis terbaik dari TB diperoleh dengan
pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi bakteri untuk membedakan spesies
myobacterium yang satu 13 dengan yang lainya. Bahan untuk pemeriksaan isolasi
myobacterium TB adalah sputum pasien, urine, dan cairan kumbah lambung.
Selain itu, ada juga bahan – bahan yang dapat digunakan yaitu cairan
serebrospinal ( sum – sum tulang belakang), cairan pleura, feses. Pemeriksaan
darah yang dapat menunjang diagnosis TB paru, walaupun kurang sensintif adalah
pemeriksaan laju endap darah (LED). ( Loman, 2001)

9. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
1) Pencegahan Tuberculosis Paru
- Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat
dengan penderita TB paru BTA positif.
- Vaksinasi BCG c. Kemoprokfilaksis, yaitu dengan menggunakan INH 5
mg/kg BB selam 6- 12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi
populasi bakteri yang masih sedikit.
2) Pengobatan Tuberculosis Paru
- Penatalaksanaan terapi : asupan nutrisi adekuat / mencukupi
- Kemoterapi, mencakup pemberian Isoniazid (INH) sebagai bakterisidial
terhadap basil yang tumbuh aktif, Kombinasi antara NH, rifampisin, dan
piracinamid selama 6 bulan.
- Terapi kortikosteroid diberikan bersama dengan obat anti TB untuk
mengurangi peradangan.
3) Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan orang
yang terinfeksi basil TB serta mempertahankan asupan nutrisi yang memadai.

b. Nonfarmakoterapi
- Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga ,
kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan penyuluhan, peningkatan
gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, olah raga secara teratur dan rekreasi.
- Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
terhadap kesehatan individ, keluarga, kelompok masyarakat melalui kegiatan:
imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil, pemeriksaan kesehatan
secara berkala, melalui posyandu, puskesmas, pemberian vit A dan yodium.
- Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota
kelompok masyarakat melalui kegiatan: perawatan orang sakit dirumah,
perawatan ibu hamil, perawatan payudara, perawatan tali pusat bayi baru lahir.
- Rehabilitatif Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi
penderita-penderita yang dirawat dirumah maupun terhadap kelompok-
kelompok yang menderita penyakit yang sama.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan memiliki
peran mengumpulkan informasi, data pasien untuk selanjutnya diidentifikasi dan
dilakukan proses keperawatan. Dasar pengkajian pasien :
a. Keluhan utama : terdapat gejala seperti batuk berdahak, demam, sesak
nafas dan nyeri dada.
b. Aktivitas/istirahat : pada pasien tuberculosis biasanya mudah kelelahan
dan nafas pendek saat melakukan aktivitas. Jika malam hari mengalami
kesulitan tidur, mengigil atau berkeringat.
c. Integritas ego : Gejala yang terdapat pada pasien tuberculosis adalah
factor psikologis karena masalah keuangan, rumah, tidak mempunyai
harapan untuk sembuh dan stress. Ditandai dengan menyangkal,
ansietas.
d. Makanan/caairan : terjadi penurunan berat badan karena kehilangan
nafsu makan. Ditandai dengan turgor kulit kering.
e. Nyeri/kenyamanan : batuk yang terus menerus menyebabkan nyeri
dada. Ditandai perilaku menahan dada, gelisah.
f. Pernafasan : terdapat gejala nafas pendek, batuk berdahak maupun
tidak berdahak, terpapar oleh individu yang terinfeksi. Ditandai
dengan adanya peningkatan frekuensi nafas, bunyi nafas dan
karakteristik sputum.
g. Pemeriksaan penunjang : terdapat peningkatan pada leukosit dan LED.
Ditemukan sputum BTA (+). Rontgen foto PA.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan atau penilaian seorang perawat
terhadap masalah yang muncul akibat respon pasien. Berikut beberapa diagnosa
yang mungkin muncul dalam studi kasus :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas
b. Defisit nutrisi b.d tidak mampuan mengabsorsi nutrisi
c. Konstipasi b.d aktivitas fisik harian kurang dari yang
dianjurkan
3. Intervensi
Menurut (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) :
a. Bersihan jalan nafas b.d sekresi jalan nafas
Tujuan : setelah mengimplementasikan selama 3x8 jam diharapkan dapat
bersihan jalan nafas meningkat
Kriteria Hasil :
1) Mampu batuk efektif meningkat
2) Pola nafas meningkat
3) Produksi sputum menurun
Intervensi :
1) Observasi pola napas
2) Observasi sputum
3) Posisikan semi fowler
4) Ajarkan teknik batuk efektif
5) Kolaborasi pemberian bronkodilator
b. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorsi nutrisi
Tujuan : setelah mengimplementasikan selama 3x8 jam diharapkan
membaiknya status nutrisi.
Kriteria Hasil :
1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
2) Membaiknya nafsu makan
3) Frekuensi makan kembali normal
Intervensi :

1) Observasi asupan makanan


2) Sajikan makanan secara menarik dari suhu yang
sesuai
3) Ajarkan diet yang diprogramkan
4) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang diperlukan
c. Konstipasi b.d aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan
Tujuan : setelah mengimplementasikan selama 3x8 jam
diharapkam eliminasi fekal membaik.
Kriteria Hasil :
1) Keluhan defekasi lama dan sulit menurun
2) Frekuensi defekasi membaik
3) Teraba massa pada fekal menurun

Intervensi :

1) Periksa tanda dan gejala konstipasi


2) Anjurkan diet tinggi serat
3) Latih buang air besar secara teratur
BAB III
PENDIDIKAN KESEHATAN

A. https://youtu.be/odPHyH0gkjc
B. Pemberian Terapi Oksigen
Low flow oksigen
a. Nasal /canul oksigen aliran 1-6 liter/menit menghasilkan konsentrasi
24-44% direkomendasikan pada anak kurang dari 5 tahun.
b. Simple mask memberikan oksigen 5-10 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 40-60%
Video pemberian terapi oksigen https://youtu.be/5iPyAWYd8RM
BAB IV
TELAAH JURNAL

Nama penulis Tahun Judul Intervensi Hasil


1. Tri Dewi 2020 Potensi Tuberkulosis paru Dari 70 responden
Kristini kejadian merupakan penyakit anggota keluarga
2. Rana kasus baru menular yang disebabkan penderita TBC paru
Hamidah TBC paru Mycobacterium BTA positif ditemukan
pada anggota tuberculosis. Penularan 5 orang terduga TBC
keluarga terjadi ketika penderita TBC paru yang 100% tinggal
penderita paru BTA positif batuk atau satu rumah dengan
TBC paru bersin dan tanpa disengaja penderita, namun
BTA positif penderita menyebarkan diantara 5 orang terduga
kuman ke udara dalam TBC paru tersebut tidak
bentuk percikan dahak. didapatkan kasus baru
Seorang penderita TBC paru. Pengelolaan
tuberkulosis paru BTA penderita dengan baik
positif dapat menginfeksi akan menjaga setiap
10-15 orang di sekitarnya. anggota keluarga dari
penelitian ini bertujuan risiko tertular walaupun
untuk mengetahui distribusi sebenarnya risiko itu
terduga dan kasus baru TBC sangat memungkinkan
paru di sekitar tempat terjadi.
tinggal penderita TBC paru
BTA positif. Desain
penelitian menggunakan
metode penelitian
observasional analitik
menggunakan pendekatan
cross-sectional. Sampel
penelitian yaitu seluruh
penderita TBC paru BTA
positif di Wilayah Kerja
Puskesmas Tlogosari Wetan
total sampling dari seluruh
anggota keluarga penderita,
sebanyak 70 orang

Komponen Picot

 Populasi : Sampel penelitian yaitu seluruh penderita TBC paru BTA positif di
Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Wetan total sampling dari seluruh anggota
keluarga penderita, sebanyak 70 orang

 Intervensi : Penelitian dilakukan untuk melihat adakah Potensi kejadian kasus


baru TBC paru pada anggota keluarga penderita TBC paru BTA positif

 Comprasion : tidak ada pembanding

 Outcome : Dari 70 responden anggota keluarga penderita TBC paru BTA positif
ditemukan 5 orang terduga TBC paru yang 100% tinggal satu rumah dengan
penderita, namun diantara 5 orang terduga TBC paru tersebut tidak didapatkan kasus
baru TBC paru. Pengelolaan penderita dengan baik akan menjaga setiap anggota
keluarga dari risiko tertular walaupun sebenarnya risiko itu sangat memungkinkan
terjadi.
 Time : Mei 2020
BAB V

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pada asuhan keperawatan pada Tn. A diagnosa dengan TB Paru
di ruang rawat inap kemuning Mitra Keluarga Bekasi barat dapat disimpulkan
1. Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian tidak ada perbedaan antara teori dan kasus, dengan
kata lain data-data sesuai dengan penyakit pasien yaitu TBC paru dan nantinya
data tersebut akan menjadi dasar bagi penulis untuk menegakkan diagnosa.

2. Diagnosa
Berdasarkan data yang di dapat,ditemukan 1 diagnosa actual pada kasus Tn. A
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan proses infeksi.

3. Intervensi
Intervensi yang direncakan mengacu kepada diagnosa yang ditegakan dan
dibuat sesuai pada buku SDKI, SLKI, SIKI. Dimana terdapat intervensi
mandiri maupun kolabortif.

4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah di
rencanakan, difokuskan pada tindakan keperawatan yang bersifat mandiri dan
kolaborasi dengan keluarga untuk merawat pasien.

5. Evaluasi
Evaluasi di dapatkan dari respon pasien baik secara verbal maupun non verbal,
untuk mengevaluasi dan menilai keefektifan intervensi untuk perkembangan
Kesehatan pasien.
B. SARAN
Kelompok mengharapkan makalah ini dapat menjadi sumber bacaan bagi
mahasiswa S1 keperawatan stikes mitra, serta dapat menjadi sumber bacaan, serta
dapat menjadi koreksi dan pedoman bagi penulis tentang keperawatan TBC
selanjutnya.

C. CASE STUDY
1. Identitas pasien : Tn. A
Umur : 19 tahun
2. Resume :

Rabu, 15 Maret 2023

Tn. A datang ke poli umum dengan keluhan :

- batuk darah, berdarah sejak pagi ini, lemas, serta mual.


- Mengatakan sesak, dan sakit serta sulit saat bernafas

Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan data :

- Kesadaran : compos mentis, penampilan umum sakit sedang.


- Obs TTV :
TD : 128/85 mmhg,
N : 88x/mnt
Suhu : 37 ºC
Pernafasan : 22 x/mnt
BB : 66 Kg
TB : 170 cm
Saturasi : 98 %
- Pasien tampak lemas dan batuk aktif.
- Hasil pemeriksaan fisik dokter :
cor S1 S2 Reguler, pulmo vbs (vesicular breathing sound) Ka=Ki ,wh -/+.
Rh -/+
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium :
 Hemoglobin : 12,8
 LED : 31
 Hematokrit : 39
 Hitung Jenis :
Eosinofil : 1
Batang :1
 Nilai eritrosit
MCV : 76
MCH : 25
 Mikrobiologi sediaan langsung
Pewarnaan BTA 1 : Negatif
b. Thorax
Berdasarkan keluhan tersebut dilakukan pemeriksaan paru dengan hasil
Fibroinfiltrat lapangan atas dan periheler paru kiri. Sinus kostofrenikus :
lancip. Kesan : Sesuai TB paru kiri.
4. Farmakoterapi yang didapatkan :
 RL + 1 amp chrome/12 Jam
 Kalnex 3 X 500 mg
 Lansoperazole 1 X 30 mg IV
 Broadced 3 X 1 gr IV
 PRO TB4 1 X 3 Tab
 Vit C 1 X 1000 mg

Pasien diberikan terapi 02 nasal 3 lpm


Data focus

Nama Pasien / Umur: Tn. A

No. Ruang / Kamar : 403/ RRI Mawar

Diagnosa medis : TB Paru

Data subjektif Data objektif


- Pasien mengatakan batuk darah, - Pasien tampak lemas
berdahak sejak pagi ini - Pasien terlihat batuk aktif
- Pasien mengatakan lemas, serta - Auskultasi lapang paru wh -/+. Rh
mual. -/+
- Pasien mengatakan sesak - TD : 128/85 mmhg,
- Pasien mengatakan Sakit serta sulit N : 88x/mnt
saat bernafas Suhu : 37 ºC
Pernafasan : 22 x/mnt

ANALISA DATA

Nama Pasien / Umur: Tn. A

No. Ruang / Kamar : 403/ RRI Mawar

Diagnosa medis : TB Paru

NO Data Masalah Etiologi


1 Data Subjektif : Bersihan jalan nafas Proses infeksi
- Pasien mengatakan batuk tidak efektif
darah, berdahak sejak pagi ini
- Pasien mengatakan Sakit serta
sulit saat bernafas
Data objektif :
- Pasien terlihat batuk aktif
- Auskultasi lapang paru wh
-/+. Rh -/+
- TD : 128/85 mmhg,
N : 88x/mnt
Suhu : 37 ºC
Pernafasan : 22 x/mnt
Saturasi : 98 %
- Terpasang 02 nasal 3 lpm

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien / Umur: Tn. A

No. Ruang / Kamar : 403/ RRI Mawar

Diagnosa medis : TB Paru

Tanggal Tanggal Paraf dan


No. Diagnosa Keperawatan
Ditemukan Teratasi Nama jelas
1 Bersihan jalan nafas tidak 15 Maret 2023 17 Maret 2023 Vera
efektif berhubungan Desi K
dengan proses infeksi Ida Nova

RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien / Umur: Tn. A

No. Ruang / Kamar : 403/ RRI Mawar

Diagnosa medis : TB Paru


Diagnosa Keperawatan Paraf
Tujuan dan
Tanggal No. (PES) Rencana dan
Kriteria
Tindakan nama
Hasil
jelas
15.03.202 1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah Latihan batuk Vera
3 efektif berhubungan dilakukan efektif : Desi K
dengan proses infeksi, intervensi Observasi : Ida Nova
ditandai dengan keperawatan 1. Identifikasi
Data Subjektif : selama 3 hari kemampuan
- Pasien bersihan batuk
mengatakan batuk jalan nafas 2. Monitor
darah, berdahak meningkat adanya
sejak pagi ini dengan retensi
- Pasien luaran : sputum
mengatakan Sakit - Batuk Terapeutik :
serta sulit saat efektif 1. Atur posisi
bernafas meningkat fowler atau
Data objektif : - Frekuensi semi fowler
- Pasien terlihat nafas Manajemen
batuk aktif membaik jalan nafas
- Auskultasi lapang - Wheezing Observasi :

paru wh -/+. Rh menurun 1. Monito

-/+ - Ronkhi r pola nafas

- TD : 128/85 menurun 2. Berikan

mmhg, minum

N : 88x/mnt hangat

Suhu : 37 ºC 3. Berikan

Pernafasan : 22 oksigen

x/mnt Pemantauan

Saturasi : 98 % respirasi

- Terpasang 02 1. Monitor

nasal 3 lpm kemampuan


batuk
efektif
2. Auskultasi
bunyi nafas
3. Monitor
saturasi
oksigen.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien / Umur: Tn. A

No. Ruang / Kamar : 403/ RRI Mawar

Diagnosa medis : TB Paru

Hari,
No. Paraf dan
Tanggal Tindakan Keperawatan dan Hasil
DX. Nama jelas
Waktu
Rabu , 1 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk Desi Kurnia Sari
15.03.2023 Hasil : Pasien mengatakan sakit saat batuk, batuk
Jam 12.30 2. Memonitor adanya retensi sputum
Hasil : Terlihat saat batuk , pasien sulit untuk
mengeluarkan dahak
Jam 12.45 3. Mengatur posisi fowler atau semi fowler
Hasil : Pasien terlihat nyaman saat di berikan posisi semi
fowler
Jam 12.55 4. Memonitor pola nafas dan pernafasan
Hasil : Pola nafas teratur, pernafasan : 18x/mnt
5. Mengauskultasi bunyi nafas
Jam 12.55
Hasil : wheezing -/+, rochi -/+
6. Memonitor saturasi oksigen.
Jam 13.10
7. Hasil : saturasi 99 %
8. Memberikan minum hangat
Jam 13.20 Hasil : Pasien mengatakan nyaman tenggorokannya setelah
minun air hangat
9. Memberikan oksigen
Jam 13.30 Hasil : Pasien terpasang 02 nasal 3 lpm
10. Memonitor kemampuan batuk efektif
Jam 14.00 Hasil : Pasien belum mampu dan tidak tau mengenai batuk
efektif

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien / Umur: Tn. A

No. Ruang / Kamar : 403/ RRI Mawar

Diagnosa medis : TB Paru

No Hari/ Evaluasi Hasil Paraf &


. Tanggal/ Nama
Dx Jam jelas
.
1 Rabu S: Desi
15/03/2023 - Pasien mengatakan sakit saat batuk, kemampuan Kurnia
batuk tidak maksimal Sari
- Pasien mengatakan nyaman saat di berikan posisi
semi fowler
- Pasien mengatakan nyaman tenggorokannya setelah
minun air hangat
- Pasien mengatakan belum mampu dan tidak tau
mengenai batuk efektif
O:
- Pasien terpasang 02 nasal 3 lpm
- Saturasi 99 %
- Wheezing -/+, rochi -/+
- Pola nafas teratur, pernafasan : 18x/mnt
- Terlihat saat batuk , pasien sulit untuk mengeluarkan
dahak
A:
Bersihan jalan nafas tidak efektif
P:
Intervensi Latihan batuk efektif, Manajemen jalan nafas,
Pematauan respirasi dilanjutkan.
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Monitor adanya retensi sputum
3. Monitor pola nafas
4. Berikan oksigen
5. Monitor kemampuan batuk efektif
6. Auskultasi bunyi nafas
7. Ajarkan tekhnik batu efektif
8. Monitor saturasi oksigen

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Pasien / Umur: Tn. A


No. Ruang / Kamar : 403/ RRI Mawar

Diagnosa medis : TB Paru

Hari,
No. Paraf dan
Tanggal Tindakan Keperawatan dan Hasil
DX. Nama jelas
Waktu
Kamis , 1 1. Mengidentifikasi kemampuan batuk Vera agoestina
16.03.202 Hasil : Pasien mengatakan sakit saat batuk
3 berkurang , sudah mampu mengeluarkan
Jam 10.00 batuk
2. Memonitor adanya retensi sputum
Hasil : Terlihat saat batuk , pasien mampu
Jam 10.15 mengeluarkan dahak
3. Memonitor pola nafas dan pernafasan
Hasil : Pola nafas teratur, pernafasan :
Jam 10.15 17x/mnt
4. Mengauskultasi bunyi nafas
Jam 10.30 Hasil : wheezing -/+, rochi -/+
5. Memonitor saturasi oksigen.
Jam 10.35 Hasil : saturasi 99 %
6. Memberikan oksigen
Jam 10.45
Hasil : Pasien terpasang 02 nasal 2 lpm
7. Mengajarkan tekhnik batuk efektif
Jam 11.00
Hasil : Pasien mengatakan sudah mengerti
tekhnik batuk efektif.
8. Memonitor kemampuan batuk efektif
Hasil : Pasien mampu mengulang batuk
efektif

EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien / Umur: Tn. A

No. Ruang / Kamar : 403/ RRI Mawar

Diagnosa medis : TB Paru

Hari,
No. Paraf dan
Tanggal Tindakan Keperawatan dan Hasil
DX. Nama jelas
Waktu
Kamis , 1 S: Vera agoestina
16.03.2023 - Pasien mengatakan sakit saat batuk berkurang ,
Jam 10.00 sudah mampu mengeluarkan batuk
- Pasien mengatakan sudah mengerti tekhnik batuk
efektif.
Jam 10.15 0:
- Terlihat saat batuk , pasien mampu mengeluarkan
dahak
Jam 10.15 - Pola nafas teratur, pernafasan : 17x/mnt
- Wheezing -/+, rochi -/+
Jam 10.30
- Saturasi 99 %
- Pasien terpasang 02 nasal 2 lpm
Jam 10.35
- Pasien terlihat mampu mengulang batuk efektif

Jam 10.45 A:
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Jam 11.00 P:
Intervensi Latihan batuk efektif, Manajemen jalan nafas,
Pematauan respirasi dilanjutkan.
1. Identifikasi kemampuan batuk
2. Monitor adanya retensi sputum
3. Monitor pola nafas
4. Berikan oksigen
5. Monitor kemampuan batuk efektif
6. Auskultasi bunyi nafas
7. Monitor saturasi oksigen
DAFTAR PUSTAKA
(Maziyya 2023)Anggraeny, Nur Afni. 2021. Asuhan Keprawatan Pada TN. S Dengan
Tuberkulosis Paru Di Ruang Baitullah 2 Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.

Maziyya, A. A. 2023. Pola Penyakit Tuberkulosis (TBC) Di Provinsi Jawa Timur: Analisis
Spasial Dan Determinannya.

(Anggraeny 2021)

Anda mungkin juga menyukai