Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

TUBERCULOSIS (TB PARU)

Dosen Pembimbing :
Ceria Nurhayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh :
Alfiary Yusuf Maulana
NIM. 1821002

PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya milik Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia serta hidayah-nya
saya dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul “KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH 1 TUBERCULOSIS (TB. PARU)” dengan DosenPemimbing ibu
Ceria Nurhayati,S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Laporan pendahuluan ini saya susun untuk memenuhi salah satu tugas praktek klinik
online di Stikes Hang Tuah Surabaya. maka pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini jauh dari kata sempurna. oleh karena
itu, saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan laporan pendahuluan ini. Semoga laporan pendahuluan ini dapat berguna bagi
saya, pihak-pihak yang telah membantu dan kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya
sebagai referensi keilmuannya. Aamiin.

Surabaya, 27 Desember 2020


LEMBARAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1
TUBERCULOSIS (TB.PARU)

TelahMendapatkanPersetujuan Dari DosenAkademik

Hari : Senin
Tanggal : 28 Desember 2020

DisusunOleh
ALFIARY YUSUF MAULANA
1821002

PEMBIMBING INSTITUSI
Ceria Nurhayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERCULOSIS
1. Definisi
Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis.Sebagian bersar kuman tuberculosis
menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes,
2010).
Tuberkulosis (TB) paru- paru adalah infeksi pada paru- paru dan kadang
pada struktur- struktur disekitarnya, yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis(Saputra, 2010)
Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang
parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Soemantri,
2008)
Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru
dan organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta
ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC (Chandra,2012).

2. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet
Koch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa
minggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600C dalam
15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan,
sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor
terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.(FKUI,2007)
Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar
matahari dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu
tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang
menderita mastitis tuberkulosis usus.
Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal
dari penderita TBC terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila
menghirup bercak ini. Perjalanan TBC setelah terinfeksi melalui udara. Bakteri
juga dapat masuk ke sistem pencernaan manusia melalui benda/bahan makanan
yang terkontaminasi oleh bakteri. Sehingga dapat menimbulkan asam lambung
meningkat dan dapat menjadikan infeksi lambung. (Wim de Jong, 2005)

3. Manifestasi Klinis
Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu–
minggu sampai berbulan – bulan)
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
i. Demam persisten
j. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan
berat badan

4. Patofisiologi
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju
alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan
Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru
(lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian
tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas).
Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan
reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan
bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan)
basil dan jaringan normal. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10
minggu setelah terpapar bakteri.Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan
sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa
jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil
hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma
selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari
massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan
bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang
berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa).Hal ini akan menjadi klasifikasi dan
akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.

Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awaljika respons sistem imun


tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah
dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif
kembali menjadi aktif, Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga
menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi
selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.Paru-paru yang
terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia,
membentuk tuberkel, dan seterusnya.Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau berkembang
biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang
dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan
jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas akan memberikan
respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul yang
dikelilingi oleh tuberkel.

5. Komplikasi
a. Hepatitis karena efek terapi obat-obatan
b. TB miliaris
c. Dermatitis
d. Gangguan GI
e. Hiperurisemia
f. Neuritis optika
6. PemeriksaanPenunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit
2) Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
3) Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara
berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinik sakit berani bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
4) Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine dan
cairan serebrospinal, biopsi kulit): Positif untuk Mycobacterium
tuberculosis.
5) Biopsi jarum pada jaringan paru: Positif untuk granuloma TB; adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
6) Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas.
7) Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan rasio
udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen
sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru
dan penyakit pleural (Tuberkulosis paru kronis luas).
b. Pemeriksaan Radiologis
1) Foto thorak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
7. Penatalaksanaan
Tuberkulosis paru terutama diobati dengan agens kemoterapi selama periode 6-12
bulan. 5 medikasi garis depan digunakan: isoniasid (INH), rifampin (RIF),
Streptomisin (SM), etambutol (EMB), dan Pirasinamid (PZA).

Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang baru


didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, terutama INH, RIF, PZA selama
4 bulan, dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan 2 bulan (totalnya 6
bulan).
Sekret susah keluar

8. Pathway

Udara tercemar
mycrobacterium Dihirup individu rentan Kurang informasi
tuberculose

Masuk paru Kurang pengetahuan


Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
reaksi inflamasi /peradangan Hipertermi
Mengalami Resiko
perkejuan
a infeksi penyebaran
pada orang lain
produksi sekret
penumpukan eksudat dalam elveoli berlebih
klasifikasi

Mengganggu bersin
tuberkelperfusi

meluas

Penyebaran
hematogen limfogen

Difusi O2

As. Lambung naik

mual, anoreksia

Ketidakseimbangan Resti penyebaran


nutrisi kurang dari infeksi pada diri
kebutuhan tubuh sendiri
A. KONSEPDASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a) Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah keluarga.
b) Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
c) Riwayat penyakit sekarang:
d) Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat- tempat
kelenjar seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
e) Riwayat penyakit dahulu
f)Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
1) Riwayat keluarga.
Biasanyakeluarga adayangmempunyai penyakityangsama.
2) Aspek psikososial.
Merasa dikucilkandantidak dapatberkomunikasidenganbebas, menarik diri.
3) Biasanyapadakeluargayangkurangmampu.
Masalah berhubungan dengankondisi ekonomi, untuk sembuh
perluwaktuyang lamadanbiayayang banyak.Tidakbersemangat dan putus
harapan.
4) Lingkungan
Lingkungankurang sehat(polusi,limbah),pemukimanyang padat,
ventilasirumahyang kurangsehinggapertukaranudara kurang, daerahdi dalam
rumahlembab, tidak cukup sinarmatahari,jumlah anggota
keluargayangbanyak.
g) Pola fungsi kesehatan.
1) Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Kurang menerapkanPHBSyang baik,rumahkumuh,jumlahanggota
keluargabanyak,lingkungandalamrumahlembab,jendelajarang dibuka
sehinggasinarmataharitidak dapat masuk,ventilasi minim menybabkan
pertukaranudara kurang,sejak kecilanggita keluarga tidakdibiasakan
imunisasi.
2) Pola nutrisi-metabolik.
Anoreksia,mual,tidakenakdiperut,BB turun,turgorkulitjelek,kulit keringdan
kehilangan lemak subkutan, sulit dan sakitmenelan.
3) Pola eliminasi
Perubahankarakteristikfesesdanurine,nyeritekanpada kuadrankanan atas dan
hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
4) Pola aktifitas – latihan
PolaaktivitaspadapasienTB Parumengalamipenurunankarenasesak nafas,
mudah lelah, tachicardia, jika melakukan aktifitas berat timbul sesak nafas
(nafas pendek).
5) Pola tidur dan istirahat
sulittidur,frekwensitidurberkurangdaribiasanya,seringberkeringat padamalam
hari.
6) Pola kognitif – perceptual
Kadang terdapatnyeritekanpadanodullimfa,nyeritulang umum,
sedangkandalamhaldaya pancaindera (perciuman,perabaan,rasa, penglihatan
dan pendengaran)jarangditemukanadanyagangguan.
7) Pola persepsi diri
Pasientidakpercayadiri,pasif,kadangpemarah,selainituKetakutan dan
kecemasanakanmunculpadapenderitaTB parudikarenakankurangnya
pengetahuantentang pernyakitnyayang akhirnyamembuatkondisi penderita
menjadiperasaantak berbedanya dantakada harapan
8) Pola peran– hubungan
Penderita dengan TB paru akan mengalami gangguan dalam hal
hubungandanperanyang dikarenakanadanyaisolasiuntukmenghindari
penularanterhadapanggotakeluarga yanglain.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan
stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya
aktifitas ibadah klien.
h)  Pemeriksaan fisik
i) Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1) Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan
3) Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
  inspeksi :  adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan
napas yang tertinggal, suara napas melemah.
  Palpasi   : Fremitus suara meningkat.
  Perkusi      : Suara ketok redup.
  Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan
yang nyaring.
4) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan

5) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
6) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
7) Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan
sehari – hari yang kurang meyenangkan.
8) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
9) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental
atau sekret darah
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-
kapiler
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
d. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
3. RENCANAKEPERAWATAN
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan defisiensi
pengetahuan teratasi.
Kriteria hasil :
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis, dan programpengobatan
2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secarabenar
3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskanperawat
Intervensi ( NIC ) :
1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit
yangspesifik
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi fisiologi, dengan cara yangtepat
3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit
4) Gambarkan prosespenyakit
5) Identifikasi kemungkinanpenyebab
6) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisinya

b. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan masalah
hipertermi teratasi
Kriteria hasil :
1) Suhu360-370C
2) Tidak ada keluhandemam
3) Turgor kulit kembali > 2 detik
4) Tanda-tanda vital dalam rentang normal
Intervensi:
1) Monitor tanda-tanda vita terutamasuhu
2) Monitor intake dan output setiap 8jam
3) Berikan kompreshangat
4) Anjurkan banyak minum
5) Anjurkan memakai pakaian tipis
6) Kolaborasi pemberian cairan intravena dan antipiretik

c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan


untuk mengeluarkan sekresi pada jalannapas.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, bersihan jalan napas
kembali normal.
Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan
mudah, tidak ada pursedlips).
2) Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama dan
frekuensi napas dalam rentang normal, tidak ada suara napasabnormal).
3) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat
jalannapas.
Intervensi (NIC) :

1) Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila
perlu

2) Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan

3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu

4) Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction

5) Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan


d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi
pulmonal, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curahjantung.
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan gangguan
pertukaran gas teratasi
Kriteria hasil:
1) Menunjukkan perbaikan ventilasi danO2
2) Bebas dari gejala dan distress pernapasan
Intervensi:
1) Kaji tipe pernapasanpasien
2) Evaluasi tingkat kesadaran, adanya sianosis, dan perubahan warna kulit
3) Tingkatkan istirahat dan batasi aktivitas
4) Kolaborasi medis dalam pemberian oksigen
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
Kriteria hasil
1) Adanya peningkatan berat badan
2) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3) Tidak ada tanda malnutrisi
4) Tidak ada penurunan berat badan yang berarti
Intervensi
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3) Anjurkan untuk meningkatkan intake zat besi
4) Anjurkan pasien untuk meningkatan protein dan vitamin C
5) Berikan substansi gula
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo dkk.2007.Buku AjarIlmu PenyakitDalam JilidIIEdisiIV.Jakarta: FKUI.


Depkes RI., 2010. Pedoman Nasional penanggulangan Tuberculosis. Jakarta :
Gerdunas TB. Edisi 2 hal 4-6
Chandra B, 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Soemantri A, 2008. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Kencan Prenada Media Group

Anda mungkin juga menyukai