Anda di halaman 1dari 31

Tugas : Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif

Dosen : Ns. Faisal Rizal S.Kep,.M.Kes dan Ns. Dedi Sadarmei Nazara, S.Kep

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TB PARU

DI SUSUN OLEH KELOMPOK 5

Nama : 1. T. Jeksen Elath


2. Nonsiata Refwutu
3. Yuliana Y. Welikin
4. Rosmiati
5. Rino A. Nanariain
6. Nurul Fitra
7. Priskilia S. Miru
Kelas/semester : A / V (Lima)

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU ( LP )

A. Definisi
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan
tetapi kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah
penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis)
(Werdhani, 2011).
TB paru merupakan contoh lain infeksi saluran napas bawah. Penyakit ini disebabkan
oleh mikroorganisme mycobacterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi
percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi di
bronkiolus atau alveolus.
TB paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
dengan gejala yang sangat bervariasi.
Tuberkulosis Paru  adalah penyakit menular paru-paru yang disebabkan oleh
basil Mycobacterium tuberculosis, yang merusak jaringan paru-paru dengan manifestasi
berupa gejala batuk lebih dari 3 minggu yang tidak sembuh dengan pengobatan biasa,
demam, keringatan malam hari, batuk darah, dan penurunan berat badan.

B. Etiologi
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium tuberculosis. Sejenis kuman yang berbentuk
batang denagn ukuran panjang 1-4 /mm dan tebal 0,3-0,6 /mm.
Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih
tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang menyukai daerah
yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah yang tinggi kandunagn
oksiginnya yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang menjadi prediksi pada penyakit
Tuberkulosis.
Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah kuman (bakteri) yang hanya dapat
dilihat dengan miroskop, yaitu mycobacterium tuberculosis. Microbakteri adalah bakteri
aerob, berbentuk batu yang membentuk spora.
C. Patofisiologi
Patofisiologi Tuberkulosis paru (TB paru) melibatkan inhalasi Mycobacterium
tuberculosis, suatu basil tahan asam (acid-fast bacilli). Setelah inhalasi, ada beberapa
kemungkinan perkembangan penyakit yang akan terjadi, yaitu pembersihan langsung dari
bakteri tuberkulosis, infeksi laten, atau infeksi aktif.
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi
melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel
yang berasal dari orang yang terinfeksi. Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh
respon imunitas dengan melakukan reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas,
basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit
yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di
saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada
dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit
polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak
membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau
berkembangbiak di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar
getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit.
Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan
gambaran yang relatif padat dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa.
Bagian ini disebut dengan lesi primer.
Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi
menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu
kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan
gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks
Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan
cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan
dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan trakheobronkial. Proses ini dapat
terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring,
telinga tengah, atau usus.
Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar
bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka akan terjadi efusi pleura
tuberkulosa. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus.
Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit
dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos melalui
kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang
dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai
penyebaran limfo hematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi
apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat
Tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di luar sistem pernafasan. Pada sistem
pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural, dan gagal nafas, sedang
diluar sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus, Meningitis serosa, dan
Tuberkulosis milier (Kowalak, 2011).
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri
dipinda hkan melalui jalan napas ke alveoli tempat mereka berkumpul dan memperbanyak
diri. Basil juga dipindahkan melalui system limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya
seperti, ginjal, tulang dan korteks serebri serta area paru lainnya.
System imun tubuh berespon dengan melakukan inflamasi. Fagosit (neutrofil dan
makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit spesifik tuberculosis melisis (menghancurkan)
basil dan jaringan normal. Reaksi dari ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alveoli, menyebabkan bronkopneumoni. Infeksi awal biasanya terjadi 2 – 10 minggu setelah
pemajanan.
Massa jaringan baru, yang disebut granuloma yang merupakan gumpalan basil yang
masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding
protektif. Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa
fibrosa ini, disebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik,
membentuk massa jaringan keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi, membentuk
skarkolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena
gangguan atau respon inadekuat dari respon system imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi
dengan infeksi ulang dan aktifasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel ghon memecah,
melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronchi, bakteri kemudian menjadi tersebar di udara
mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh,
membentuk jaringan parut. Paru yang infeksi menjadi lebuh membengkak, mengakibatkan
terjadinya bronchopneumonia lebih lanjut. Pembentukan tuberkel dan selanjutnya. Kecuali
proses tersebut penyebarannya mengarah ke bawah ke hilung paru-paru dan kemudian
meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi
lama ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktifitas
yangdiperbaharui. Hanya sekitr 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit
aktif.

D. Manifestasi Klinik
 Batuk lebih dari 4 minggu dengan atau tanpa sputum.
 malaise
 Sesak napas dan nyeri dada.
 Demam ting kat rendah
 Berkeringat pada malam hari walau tanpa kegiatan berat.
 Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.

E. Komplikasi
Penyakit yang parah dapat menyebabkan:
 sepsis yang hebat,
 gagal napas dan
 kematian.

F. Diagnostik Test
Diagnostik TBC ditegakkan dengan :
a. Pemeriksaan laboratorium : BTA (+)
b. Kultur sputum (+) (sputum pagi hari selama 3 hari berturut-turut)
c. Rontgen dada : biasanya menimbulkan lesi pada lobus atau paru
d. Tes kulit tuberkulin (+) (tes mantoux)
e. Darah lengkap (LED meningkat, limfosit meningkat)
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gambaran klinis klasik, Mantoux test
atau tuberculin skin test (TST), pemeriksaan foto rontgen dada, sputum BTA, kultur dahak,
ataupun interferon-gamma release assay (IGRA) spesifik antigen.

G. Penatalaksanaan
Obat anti TB (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang bersifat bakterisid dengan
atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian OAT, antara lain:
1. Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat mungkin melalui
kegiatan bakterisid.
2. Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan dengan kegiatan
sterilisasi.
3. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui perbaikan daya tahan
imunologis.
Maka pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu:
a. Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk memusnahkan populasi kuman
yang membelah dengan cepat.
b. Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada pengobatan jangka pendek atau
kegiatan bakteriostatik pada pengobatan konvensional.
OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH), rifampisin (R), pirazinamid
(Z), dan streptomisin (S) yang bersifat bakterisid dan etambutol (E) yang bersifat
bakterios.
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Θ Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek karena kerja,
kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari,
menggigil atau berkeringat, mimpi buruk.
Θ Tanda : Takhikardia, takhipnu/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan
sesak (tahap lanjut).
2. Integritas Ego
Θ Gejala : Adanya /factor stress lama, masalah keuangan, rumah, perasaan
tdk berdaya/ tdk ada harapan.
Θ Tanda : Menyangkal, ansietas, ketakutan dan mudah terangsang.
3. Makanan/cairan
Θ Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat
badan.
Θ Tanda : Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang
lemak subkutan.
4. Nyeri/kenyamanan
Θ Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Θ Tanda : Berhati-hati pada area sakit, perilaku distraksi, gelisah.
5. Pernapasan
Θ Gejala : Batuk produktif atau tidak, nafas pendek, riwayat TBC/terpajan
pada individu terinfeksi.
Θ Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, pengembangan pernapasan
tidak simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus,
karakteristik sputum (hijau,/purulen, mukoid kuning atau bercak
darah), deviasi tracheal, tdk perhatian, mudah terangsang yang
nyata, perubahan mental (tahap lanjut.

6. Keamanan
Θ Gejala : Adanya kondisi penekanan imun.
Θ Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.
7. Interaksi social
Θ Gejala : Perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular, perubahan
pola biasa dalam tanggung jawab/perubahan kapasitas fisikuntuk
melaksanakan peran.
8. Penyuluhan/pembelajaran
Θ Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status kesehatan
buruk, gagal untuk membaik, tidak berpartisipasi dalam terapi.

B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kultur sputum
2. Tes kulit.
3. Elisa/Western Blot
4. Foto thorak
5. Histologi atau kultur jaringan
6. Biopsi jarum pada jaringan paru
7. Elektrosit
8. GDA
9. Pemeriksaan fungsi paru.

C. Diagnosa Keperawatan
1). Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan :
- Sekret kental/darah
- Kelemahan, upaya batuk buruk
- Edema tracheal/faringeal
Ditandai dengan :
- Frekuensi pernapasan, irama, kedalam tidak normal
- Bunyi nafas tidak normal dan dispnea.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
- Mempertahankan jalan nafas klien
- Mengeluarkan secret tanpa bantuan
- Menunjukkan prilaku untuk me mperbaiki/mempertahankan bersihan
jalan nafas
- Berpartisipasi dalam program pengobatan
- Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan tindakan tepat.
Intervensi :
1. Kaji tingkat frekuensi atau jumlah napas klien
Rasional : Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan Atelektasis
dan kelainan bunyi nafas lainnya.
2. Observasi pergerakan dada dan pengeluaran batuk efektif
Rasional : Kesimetrisan dada klien menunjukkan bahwa klien mengalami
gangguan jalan napas atau tidak dan pengeluaran sulit bila secret sangat tebal.
Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan paru atau
luka bronchial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
3. Berikan klien posisi semi atau Fowler tinggi. Bantu klien untuk
batuk dan latihan nafas dalam.
Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan
upaya pernafasan.
4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
Rasional : Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas perdarahan klien dari
batuk darahnya
5. Jelaskan pada klien dan keluarga agar mematuhi anjuran dari dokter dan
perawat: seperti menghindari makanan yang menyebabkan batuk
Rasional : Dengan informasi yang jelas klien diharapkan dapat bekerja sama
dalam pemberian terapi.

2). Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :


- Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis
- Kerusakan membran alveolar-kapiler
- Secret kental, tebal dan adanya edema bronchial.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
- Melaporkan tidak adanya/penurunan dispnea
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan
- Bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi :
1. Kaji adanya gangguan bunyi /pola nafas dan kelemahan
Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil
bronchopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis, effusi pleura dan
fibrosis luas.
2. Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan Bantu aktivitas
perawatan diri sesuai keperluan.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode
penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala.
3. Berikan tambahan oksigen yang sesuai.
Rasional : Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi
sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya penurunan alveolar
paru.

3). Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan


produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia

Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat

Kriteria hasil :

 Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori

 Menu makanan yang disajikan habis

 Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema

Rencana tindakan

1. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.

Rasional : Dengan membantu klien memahami kondisi dapat


menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan
teraupetik.

2. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.


Rasional : Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.

3. Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).

Rasional : Peningkatan tekanan intra abdomen dapat


menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan kapasitas.

4. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam


sebelum dan sesudah makan.

Rasional : cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan


dan masukan.

5. Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu


klien merasa paling suka untuk memakannya.

Rasional : Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah


protein dan kalori adekuat.

6. Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen


berikut
a. Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang).
b. Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging).
c. Thiamine (kacang-kacang, buncis, oranges).
d. Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang
segar).
Rasional : Masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi
penurunan metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan
jarinagn hepar.

7. Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien


yang cukup.

Rasional : Kemungkinan diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi


parenteral,total, atau makanan per sonde.
4).Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan
dengan :
- Kurang terpajan pada/salah interpretasi informasi
- Keterbatasan kognitif
- Tidak akurat/tidak lengkap informasi yang ada.
Ditandai dengan :
- Permintaan informasi
- Menunjukkan kesalahan konsep tentang status kesehatan
- Kurang atau tidak akurat mengikuti instruksi/perilaku
- Menunjukkan atau memperlihatkan perasaan terancam.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
- Menyatakan pemahaman prosespenyakit/prognosis dan kebutuhan
pengobatan
- Melakukan prilaku/perubahan pola hidup untuk memperbaiki kesehatan
umum dan menurunkan resiko pengaktifan ulang TB
- Mengidentifikasi gejala yang membutuhkan evaluasi/intevensi
- Menggambarkan rencana untuk menerima perawatan kesehatan adequate.
Intevensi :
1. Kaji kemampuan klien untuk belajar
Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik serta
ditingkatkan pada tahapan individu.
2. Identifikasi gejala yang harus dilaporkan keperawat
Rasional : Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit
atau efek obat yang memerlukan evaluasi lanjut.
3. Tekankan pentingnya mempertahankan nutrisi dan cairan adekuat
Rasional :Memenuhi kebutuhan metabolic membantu meminimalkan
kelemahan dan meningkatkan penyembuhan. Cairan dapat
mengeluarkan/mengencerkan secret.
4. Dorong untuk tidak merokok
Rasional : Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB, tetapi
meningkatkan disfungsi pernapasan/bronchitis.
D. PATHWAY

Tuberkulosis Paru

Microbacterium

Infeksi Tuberkulosis pada paru-paru

Infeksi pasca primer Bakteri Dorman


(Reaktivasi)

Bkteri Muncul Beberapa


Tahun Kemudian

Reaksi Infeksi/Inflamasi, aktivitas


Dan Merusak Parenkim Paru

Produksi Sekret Kerusakan Membran Perubahan Cairan Reaksi


Pecahnya Pembuluh Darah Alveolar-Kapiler Merusak Intrapleura Sistematis
Pleura, Atelaktasis

Batuk Produktif Sesak, Sianosis


Batuk Darah Sesak Nafas Penggunaan Otot Bantu Anoreksia
Ekspansi Toraks Nafas Mual BB
Menurun

Bersihan Jalan Gangguan


Pemenuhan Nutrisi Kurang
Nafas TIdak
Tidur Dan Dari Kebutuhan
Efektiv Kurang
Istirahat Tubuh
Pengetahuan
E. ANALISA DATA

Nama Klien : Tn. J Dx.Medik : TBC


Umur : 41 thn Ruangan : Perawatan
Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal : 22-11-2020

No Data Penyebab Diagnosa keperawatan


1 DS : M. Tuberculosis Bersihan jalan napas tidak
- Klien efektif
mengatakan sesak pada Inhalasi Droplet
saat bernapas
- Klien Bakteri mencapai Alveolus
mengatakan pada saat
batuk banyak Terjadi reaksi antigen-
mengeluarkan antibody

dahak/sputum.
Muncul reaksi radang
DO :
- Klien
Terjadinya pengeluaran
tampak sesak
secret/mucus
- Klien
tampak batuk Akumulasi secret di jalan
- P : 28 x/m napas

Bersihan jalan napas


tidak efektif
2 DS: Respon batuk-batuk Nutrisi kurang dari
- Klien mengatakan tidak kebutuhan tubuh
ada nafsu makan Penggunaan otot-otot
- Klien mengatakan porsi abdomen

makannya tidak
Terjadi peningkatan
dihabiskan
metabolisme tubuh
DO:
- Klien tampak lemah Terjadinya pemecahan
- BB : 65 Kg cadangan makanan

- TB : 170 Cm
Kebutuhan nutrisi sel
- IMT : 19,11
meningkat

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

3 DS: Respon batuk-batuk Gangguan pemenuhan tidur


- Klien mengatakan susah dan istrahat
tidur akibat batuk Penggunaan oto-otot
- Klien mengatakan abdomen

tidurnya kurang lebih 3-4


Ketenangan tidur terganggu
jam pada malam hari
DO:
Sering terbangun
- Klien tampak menguap
- Klien tampak gelisah
Gangguan pemenuhan
tidur dan istrahat

4 DS : Penyakit Tuberculosis Kurang pengetahuan


- Klien mengatakan
bagaimana sumber stress meningkat
penyakitnya bisa
muncul ketidaklengkapan informasi,
DO : proses penyakit dan
pengobatan
- Klien bertanya
tentang penyakitnya
Kurang pengetahuan
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Tn. J Dx.Medik : TBC


Umur : 41 thn Ruangan : Perawatan
Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal : 22-11-2020

Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
No
hasil

1 Bersihan jalan Klien mengatakan 1. Kaji tingkat frekuensi 1. Frekuensi napas


napas tak efektif bersihan jalan atau jumlah napas klien. klien menentukan
berhubungan napas efektif klien mengalami
dnegan sekresi dengan kriteria: sesak atau tidak
yang kental/sekresi 1. Klien tidak sesak 2. Observasi pergerakan 2.Kesimetrisan dada
darah. lagi dada klien klien menunjukkan
DS : 2. Klien tidak batuk bahwa klien
 Klien dan mengeluarkan mengalami
mengatakan lendir gangguan jalan
sesak pada saat 3. Pernapasan klien napas atau tidak
bernapas 18-20 kali/menit. 3. Intruksikan pada klien 3. . Pernapasan
 Klien untuk menggunakan diafragma
mengatakan pernapasan diagfragma. menurunkan frek.
pada saat napas dan
batuk banyak meningkatkan
mengeluarkan ventilasi alveolar.
darah 4. Kolaborasi dengan tim 4. .Mengevaluasi
DO : kesehatan lain : perbaikan kondisi
 Klien tampak Dengan dokter, radiologi klien atas
sesak dan fisioterapi. perdarahan klien

 Klien tampak Pemberian obat dari batuk


batuk transamin 3 x 1 amp., darahnya
 TTV: codein 3 x 1 tab, posisi
TD : 120/80 mmHg tredelenbeg (head down)
N : 70 x/mnt 5. Ajarkan klien tentang 5. Batuk yang keras
P : 28x/mnt metode yang tepat menyebabkan
S : 36,8 °C pengontrolan batuk agar perdarahan
tidak keras-keras. pembuluh adrah
pada pulmonal.
6. Ajarkan klien tindakan 6.Sekresi kental sulit
untuk menurunkan untuk diencerkan
viskositas sekresi : dan dapat
mempertahankan hidrasi menyebabkan
yang adekuat; sumbatan mukus
meningkatkan masukan
cairan 1000 sampai 1500
cc/hari bila tidak
kontraindikasi.
7. Dorong atau berikan 7.Hiegene mulut yang
perawatan mulut yang baik meningkatkan
baik setelah batuk. rasa kesejahteraan
dan mencegah bau
mulut.
8. Jelaskan pada klien dan 8.Dengan informasi
keluarga mematuhi yang jelas klien
anjuran dari dokter dan diharapkan dapat
perawat : seperti bekerja sama dalam
menghindari makanan pemberian terapi.
yang menyebabkan batuk,
serta bau-bauan.
2. Pemenuhan nutrisi Klien mengatakan 1. Kaji tingkat pemasukan 1. Pemasukan nutrisi
kurang     dari terjadi peningkatan nutrisi klien dalam sehari klien dalam sehari
kebutuhan tubuh nafsu makan, berat dapat menetukan
yang sehubungan badan yang stabil status gizi klien.
dengan anoreksia, dan bebas tanda 2. Observasi pola makan 2. Pola makan klien
keletihan atau malnutrisi klien dapat menetukan
dispnea. Dengan kriteria: status dan
DS: 1. Porsi makan pemasukan nutrisi
 Klien klien sudah klien
mengatakan banyak 3. Anjurkan klien untuk 3. Dengan makan
kurang nafsu 2. Pada saat makan makan sedikit tapi sering sedikit tapi sering
makan klien sudah dan menghindari merupakan salah
 Klien menghabiskan makanan yang dapat satu cara untuk
 Klien makanannya. merangsang batuk. meningkatkan
mengatakan suplai nutrisi
pada kepada klien
mengatakan 4. Kolaborasikandengan 4. Memberikan
porsi makannya tim ahli gizi untuk bantuan dalam
tidak di memberikan klien perencanaan diet
habiskan. makanan gizi seimbang. dengan nutrisi
DO: adekuat untuk

 Klien tampak kebutuhan

lemah metabolik dan diet.

5. Catat status nutrisi 5. Berguna dalam


klien, turgor kulit, berat mendefenisikan

badan, integritas mukosa derajat / wasnya

oral, riwayat mual / masalah dan

muntah atau diare. pilihan indervensi


yang tepat.

6. Pastikan pola diet biasa


klien yang disukai atau 6. Membantu dalam
tidak mengidentifukasi
kebutuhan /
7. Ajarkan pada klien dan kekuatan khusus.
keluarga untuk kaji 7. Pertimbangan
masukan dan keinginan individu
pengeluaran serta berat dapat memperbaiki
badan secara periodik masakan
dietBerguna dalam
mengukur
keepektifan nutrisi
dan dukungan
cairan

3 Gangguan Klien mengatakan 1. kaji kebiasaan tidur 1. Untuk mengetahui


pemenuhan tidur Kebutuhan tidurnya penderita sebelum sakit sejauh mana
dan istirahat sudah terpenuhi dan saat sakit gangguan tidur
sehubungan dengan dengan kriteria: penderita
sesak napas dan 1. Klien tidur dari 2. Observasi efek obat – 2. Gangguan psikis
Batuk . jam 22.00-05.00 obatan yang dapat di dapat terjadi bila
Ds: 2. Klien tidak derita klien dapat
 Klien terbangun lagi menggunakan
mengatakan pada malam hari. kartifosteroid
susah tidur akibat 3. Klien tidak temasuk
batuk gelisah lagi perubahan mood
 Klien pada saat dan uisomnia
mengatakan lama tidur 3. Mengawasi aktivitas 3. Untuk mengetahui
tidurnya kurang kebiasaan penderita apa penyebab
lebih 3-4 jam gangguan tidur
pada malam hari. penderita
DO: 4. Anjurkan klien untuk  4. Memudahkan
 Klien tampak relaksasi pada waktu klien untuk bisa
menguap akan tidur. tidur.

 Klien tampak 5. Ciptakan suasana dan 5. Lingkungan dan


gelisah lingkungan yang siasana yang
nyaman nyaman akan
mempermudah
penderita untuk
tidur.
6. Britahukan pada 6. Ketenangan dan
keluarga klien agar tidak lingkungan yang
berisik didalam kamar tenang dapat
pada saat jam tidur. membuat klien
istirahat dengan
baik tanpa ada
gangguan.
4 kurang Dalam 1x24 jam 1. kaji tingkat 1. Mengetahui tingkat
pengetahuan perawatan klien pemahaman klien pemahaman klien
mengenai kondisi, memahami untuk memilih
rencana mengenai kondisi intervensi
pengobatan pengobatan dengan 2. berikan informasi selanjutnya.
berhubungan kriteria : dan Jelaskan tentang 2. memberikan dasar
dengan kurang mengutamakan Tuberculosis (TB), gejala, untuk pemahaman
pengetahuan pemahaman Proses penularan,komplikasi tentang penyakit
atau daya ingat di mengenai kondisi dan penanganan tuberculosis.
tandai dengan :
DS :
- Klien
mengatakan
tidak tahu
bagaimana
penyakitnya
bisa timbul
Do :
- Klien bertanya
tentang
penyakitnya
G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DAN EVALUASI

Nama Klien : Tn. J Dx.Medik : TBC


Umur : 41 thn Ruangan : Kerawatan
Jenis Kelamin : Laki-Laki Tanggal : 22-11-2020

Hari/Tanggal No.Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi

1 08.30
1.Mengkaji Frekuensi/jumlah napas Klien. Pukul: 13.30
Hasil: S: Klien mengatakan
Jumlah napas klien 28 x/ menit masih sesak
08.32 Klien mengatakan pada
2. Mengobservasi pergerakan dada klien saat batuk masih
Hasil: mengeluarkan dahak.
Klien mengalami retraksi dada akibat O: klien tampak sesak
batuk dan sesaknya Klien tampak batuk
08.35 A: Masalah belum
3.Mengajarkan tekhnik relaksasi teratasi
Hasil: P: Lanjutkan intervensi
Klien telah di ajarkan tekhnik napas 1, 3, 4 dan 6
dalam - Mengkaji
08.37 frekuensi/jumlah
4. Mengajarkan klien tentang metode napas klien.
yang tepat pengontrolan batuk agar - Mengajarkan tekhnik
tidak keras-keras. relaksasi
Hasil: - Menganjurkan klien
Klien batuk-batuk tapi tidak keras- tentang metode yang

keras dan tidak memaksakan dirinya tepat pengontrolan


batuk agar tidak keras.
untuk batuk.
- Menjelaskan pada
08.38
5. Mendorong atau memberikan klien dan keluarga
perawatan mulut yang baik setelah mematuhi anjuran dari

batuk dokter dan perawat


seperti menghindari
Hasil :
makanan yang
Mulut klien sudah bersih dan tidak
menyebabkan batuk.
berbau
08.39
6. Menjelaskan pada klien dan keluarga
mematuhi anjuran dari dokter dan
perawat seperti menghindari makanan
yang menyebabkan batuk.
Hasil :
Makanan yang dikonsumsi setiap
harinya makanan yang di bagikan dan
makanan yang di anjurkan oleh dokter.

2 09.03
1. Mengkaji tingkat pemasukan nutrisi Pukul 13.35
klien dalam sehari S: klien mengatakan tidak
Hasil: ada nafsu makan
Pemasukan nutrisi klien sehari tidak O: klien tampak lemah
mencukupi kebutuhan tubuh A: Masalah belum
09.04 teratasi
2. Mengobservasi pola makan klien P: Lanjutkan intervensi;
Hasil: 1, 2 dan 3
Klien tidak memiliki nafsu makan 1. mengkaji tingkat
09.06 pemasukan nutrisi
3. Menganjurkan klien untuk makan klien dalam sehari
sedikit tapi sering dan menghindari 2. mengobservasi pola
makanan yang merangsang batuk makan klien
Hasil: 3. menganjurkan klien
Klien mengerti dan mau mengikuti untuk makan sedikit
anjuran yang di berikan tapi sering untuk
menghindari makanan
yang merangsang
batuk.

3 09.30
1. Mengkaji kebiasaan tidur klien pada Pukul: 13.40
saat sakit S: Klien mengatakan
Hasil: susah tidur akibat
Klien pada saat sakit susah untuk tidur batuk
dan istrahat O: klien tampak
09.32 menguap
2. menciptakan suasana lingkungan yang Klien tampak gelisah
nyaman dan tenang A: Masalah belum
Hasil: teratasi
Kamar klien tenang dan nyaman P: Lanjutkan intervensi
09.35 1, 2, dan 3
3. memberitahukan pada keluarga klien - Mengkaji kebiasaan
untuk tidak berisik di dalam kamar pada tidur klien pada saat
saat jam tidur sakit
Hasil: - Menciptakan
Keluarga klien tidak berkunjung lagi pada suasana lingkungan
saat jam tidur yang nyaman dan
tenang.
- Memberitahukan
pada keluarga klien
untuk tidak berisik
di dalam kamar pada
saat jam tidur

4 09.45
1. Mengkaji tingkat pemahaman klien Pukul 13.45
Hasil: S: klien mengatakan
klien mengatakan tidak tahu bagaimana mengerti tentang
penyakitnya bisa muncul Penyakit, proses
09.50 penularan dan tindakan
2. Memberikan informasi tentang pengobatan
penyakit yang diberikan
Hasil: O: klien tidak bertanya
klien mengatakan mengerti setelah diberi lagi tentang
informasi Penyakitnya
09.52 A: Masalah kurang
3. Memberikan informasi tentang tujuan pengetahuan teratasi
dari tindakan-tindakan pengobatan P : Pertahankan
yang diberikan intervensi
Hasil:
klien mengerti

H. CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/Tanggal No.Dx Implementasi Evaluasi


1 10.30
Mengkaji Frekuensi/jumlah napas Klien. Pukul: 13.30
Hasil: S: Klien mengatakan
Jumlah napas klien 28 x/ menit masih sesak
10.32 Klien mengatakan pada
2. Mengajarkan tekhnik relaksasi saat batuk masih
Hasil: mengeluarkan dahak.
Klien telah di ajarkan tekhnik napas O: klien tampak sesak
dalam Klien tampak batuk
10.34 A: Masalah belum teratasi
3. Mengajarkan klien tentang metode P: Lanjutkan intervensi
yang tepat pengontrolan batuk agar 1, 2, 3 & 4
tidak keras-keras.
Hasil:
Klien batuk-batuk tapi tidak keras-
keras dan tidak memaksakan dirinya
untuk batuk.
10.35
4. Menjelaskan pada klien dan
keluarga mematuhi anjuran dari
dokter dan perawat seperti
menghindari makanan yang
menyebabkan batuk.
Hasil :
Makanan yang dikonsumsi setiap
harinya makanan yang di bagikan
dan makanan yang di anjurkan oleh
dokter.

2 10.03
1. Mengkaji tingkat pemasukan nutrisi Pukul: 13.30
klien dalam sehari S: klien mengatakan tidak
Hasil: ada nafsu makan
Pemasukan nutrisi klien sehari tidak O: klien tampak lemah
mencukupi kebutuhan tubuh A: Masalah belum teratasi
13.04 P: Lanjutkan intervensi; 1,
2. Mengobservasi pola makan klien 2 dan 3
Hasil:
Klien tidak memiliki nafsu makan
13.06
3. Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering dan menghindari
makanan yang merangsang batuk
Hasil:
Klien mengerti dan mau mengikuti
anjuran yang di berikan

3 10.30
1. Mengkaji kebiasaan tidur klien pada Pukul: 13.30
saat sakit S: Klien mengatakan susah
Hasil: tidur akibat batuk
Klien pada saat sakit susah untuk tidur O: Klien tampak gelisah
dan istrahat A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1
- Mengkaji kebiasaan
tidur klien pada saat
sakit

1 09.30
Mengkaji Frekuensi/jumlah napas Klien. Pukul: 13.30
Hasil: S: Klien mengatakan
Jumlah napas klien 22 x/ menit masih batuk
09.32 O: klien tampak batuk
2. A: Masalah belum teratasi
yang tepat pengontrolan batuk agar P: Lanjutkan intervensi
tidak keras-keras. 1, 2, & 3
Hasil:
Klien masih batuk tapi sudah
berkurang
09.35
3. Menjelaskan pada klien dan
keluarga mematuhi anjuran dari
dokter dan perawat seperti
menghindari makanan yang
menyebabkan batuk.
Hasil :
Makanan yang dikonsumsi setiap
harinya makanan yang di bagikan
dan makanan yang di anjurkan oleh
dokter.

2 09.03
1. Mengkaji tingkat pemasukan nutrisi Pukul: 13.30
klien dalam sehari S: klien mengatan sudah
Hasil: ada nafsu makan
Pemasukan nutrisi klien sehari sudah O: klien tampak rileks
mencukupi kebutuhan tubuh A: Masalah teratasi
09.04 P: pertahankan
2. Mengobservasi pola makan klien intervensi
Hasil:
Klien sudah ada nafsu makan
09.06
3. Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering dan menghindari
makanan yang merangsang batuk
Hasil:
Klien mengerti dan mau mengikuti
anjuran yang di berikan

3 09.30
1. Mengkaji kebiasaan tidur klien pada Pukul: 13.30
saat sakit S: Klien mengatakan
Hasil: sudah bisa tidur dan
Klien sudah bisa tidur dan istrahat istrahat
dengan baik O: Klien tampak santai
A: Masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Australia Department of Health. Chronic respiratory conditions - including asthma and


chronic obstructive pulmonary disease (COPD). November 2015 [Cited 2017 15 March];
available from http://www.health.gov.au/internet/main/publishing.nsf/Content/chronic-
respiratory#s2

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Laporan


Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. LITBANG DEPKES RI. Jakarta. 2013.

Halbert RJ, Natoli JL, Gano A, et al. Global Burden of COPD: Systematic Review and
Meta-analysis. Eur Resoir J. 2006 Sep. 28(3):523-32.

Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. 2014, Dirjen P3L
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Kowalak. (2011). Penatalaksanaan TB Paru. Journal of Chemical Information and


Modeling, 53(9), 1689–1699. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1362/4/BAB II.pdf

WHO. Chronic obstructive pulmonary disease (COPD). November 2016 [Cited 2017 15
March]; available from: http://www.who.int/respiratory/copd/

Patofisiologi Tuberkulosis Paru - Alomedika

Pathway TB Paru - Pathway Patofisiologi

Anda mungkin juga menyukai