DISUSUN OLEH
DELA AYU ADE LINA
P27220020148
A. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai
oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosi jaringan. Penyakit ini
bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Manurung,
2016).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh
organ tubuh lainya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut. (Nurarif&
Kusuma, 2016.)
Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang sebagian besar kuman
Tuberkulosis menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang organ tubuh
lainnya. Kuman tersebut berbentuk batang yang mempunyai sifat khusus yaitu
tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu, disebut juga sebagai Basil
Tahan Asam (BTA) dan cepat mati jika terpapar sinar matahari langsung namun
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab (Muttaqin,
2019).
Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya mengenai
paruparu yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini
ditularkan oleh droplet nucleus, droplet yang ditularkan melalui udara dihasilkan
ketika orang terinfeksi batuk, bersin, berbicara atau bernyanyi (Priscilla, 2018)
B. Etiologi
Penularan bakteri Mycobacterium Tuberculosis terjadi ketika pasien TB
paru mengalami batuk atau bersin sehingga bakteri Mycobacterium Tuberculosis
juga tersebar ke udara dalam bentuk percikan dahak atau droplet yang dikeluarkan
penderita TB paru. Jika penderita TB paru sekali mengeluarkan batuk maka akan
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan percikan dahak tersebut telah
mengandung bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pasien suspek TB paru yang
mengalami gejala batuk lebih dari 48 kali/malam akan menginfeksi 48% dari
orang yang kontak dengan pasien suspek TB paru, sedangkan pasien suspek TB
paru yang mengalami batuk kurang dari 12 kali/malam maka akan dapat
menginfeksi 28% dari orang yang kontak dengan pasien yang suspek TB paru
(Kemenkes RI, 2016).
Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman berbentuk batang yang
berukuran dengan panjang 1-4 mm dan dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar
komponen M. tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman
mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan dengan zat kimia dan factor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yaitu menyukai daerah yang banyak
oksigen. Oleh karena itu, M. tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-
paru 10 yang dimana terdapat kandungan oksigen yang tinggi. Daerah tersebut
menjadi daerah yang kondusif untuk penyakit Tuberkulosis (Somantri, 2018).
Kuman ini tahan pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman pada saat itu
berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit dari
tidurnya dan menjadikan tuberculosis aktif kembali. Tuberculosis paru merupakan
penyakit infeksi pada saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk
kedalam jaringan paru melalui saluran nafas (droplet infection) sampai alveoli,
maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyerang kelenjar getah
bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke), keduanya ini
dinamakan tuberculosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberculosis paru primer, peradangan terjadi sebelum
tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberculosis
yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut
tuberculosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena
terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik
terhadap basil tersebut (Abdul, 2018).
C. Klasifikasi
Portdesentri kuman Mycobaktrium Tuberculosis adalah saluran
pernapasan,saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi
terjadi melalui udara (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung
kuman-kuman hasil tuberculosis yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai
permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu
sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di rongga
hidung dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveoli
biasanya di bagian bawah lobus atas atau di bagian atas lobus (lobus bawah) basil
tuberkulosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit polimorfonukler
tampak pada tempat tersebut dan mafagosit bakteri tatapi tidak membunuh
orgnisme tersebut. (Wijaya dan Yessie, 2019.)
Makrofag yang mengalami infitrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit.
Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi
memberikan gambaran yang relative padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi
disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibrolas menimbulkan respon
berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang
akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. (Wijaya dan
Yessie, 2019)
Lesi primer paru-paru disebut fokus Ghon dan gabungan tengnya kelenjar
limfe ragional dan lesi primer dinamankan Kompleks Ghon. Kompleks Ghon
yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan
menjalani pemeriksa kardiogram rutin. Respon lain yang terjadi pada daerah
nekrosis pada pencairan dimana bahan cair lepas ke dalam bronkus dan
menimbulkan kevitas. (Wijaya dan Yessie, 2019)
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain
dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas kecil
dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut
fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup
oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan
perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang
ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. (Wijaya dan Yessie,
2019)
Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalu saluran limfe atau pembuluh darah
(limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan mencapai aliran
darah dalam jumlah yang lebih kecil yng kadang-kadang dapat menimbulkan lesi
pada bagian organ lain. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut
yang biasanya menyebabkan tuberkulosis miller. Ini terjadi bila focus nekrotik
merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam system
vaskuler dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ-organ tubuh. (Wijaya
dan Yessie, 2019 )
D. Patofisiologi
2. Komplikasi lanjut
a. Obstruksi jalan nafas
b. Kor pulmonal
c. Amiloidosis
d. Karsinoma paru
e. Sindrom gagal nafas (Ardiansyah, 2020)
H. Pemeriksaan penunjang
1. Darah : ditemukan peningkatan leukosit dan laju endap darah (LED).
2. Sputum : BTA pada BTA (+) ditemukan sekurang-kurangnya 3 batang kuman
pada satu sediaan dengan kata lain 5.000 kuman dalam 1 ml sputum. Test
tuberculin : Mantoux tes (PPD). Rontgen : Foto PA (Kunoli, 2017).
I. Penatalaksaan medis
Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan
cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk Tuberculosis
digolongkan atas dua kelompok yaitu :
1. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang
masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan
obat-obat ini.
2. Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin (Kemenkes RI, 2016)
BAB II
1. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas
1. Identitas pasien seperti : nama,umur,agama,jenis
kelamin,status,pendidikan,alamat,tanggal masuk,tanggal
pengkajian,no register,diagnose medis.
2. Identitas penanggung jawab seperti :nama,umur,hubungan
dengan pasien,pekerjaan,alamat
b. Status kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
- Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat
pengkajian)
- Alasan masuk rumah sakit (sejak kapan timbul gejalanya)
- upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
2) Status kesehatan masa lalu
- Penyakit yang pernah dialami (riwayat penyakit yang
permah di derita pasien,tanyakan juga pada usia berapa)
- Riwayat pernah dirawat
- Alergi (tanyakan apakah keluarga/klien ada alergi
obat/antibiotik)
3) Riwayat kesehatan keluarga (Menanyakan penyakit yang
pernah diderita keluarga)
4) Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-
spiritual
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Menggambarkan persepsi,pemeliharaan dan penanganan
kesehatan,persepsi terhadap asrti kesehatan dan
penatalaksanaan kesehatan,kemampuan menyusun
tujuan,pengetahuan tentang praktik kesehatan.
c. Pola Nutrisi-Metabolik
Pada pola ini yang perlu dikaji adalah bagaimana pola makan biasa
dan masukan cairan pasien,bagaimana tipe makanan dan
cairan,apakah ada peningkatan atau sebaliknya,bagaimana nafsu
makannya.
d. Pola Eliminasi
1) BAB :misalnya sebelum sakit berapa kali,setelah sakit
BAB berapakali
2) BAK :misalnya sebelum sakit BAK berapa kali,setelah
sakit BAK berapa kali
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa SLKI SIKI
Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan Batuk Efektif (I.01006)
nafas tidak intervensi
Observasi
efektif keperawatan
berhubungan selama 3x24 jam
Identifikasi kemampuan
dengan maka bersihan
batuk
akumulasi jalan nafas
Monitor adanya retensi
sekret kental (L.01001)
sputum
atau sekret membaik dengan
Monitor tanda dan gejala
darah (D.0001) kriteria hasil :
infeksi saluran napas
Monitor input dan output
- Batuk
cairan ( mis. jumlah dan
efektif
karakteristik)
meningkat
- Produksi Terapeutik
sputum
Atur posisi semi-Fowler
menurun
atau Fowler
- Dipsnea
Pasang perlak dan
menurun
bengkok di pangkuan
pasien
Buang sekret pada
tempat sputum
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
Anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian
keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8
detik
Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam hingga
3 kali
Anjurkan batuk dengan
kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang
ke-3
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
Terapeutik
Edukasi
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
E. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawataN dilakukan
dan diselesaikan
1. Tindakan keperawatan mandiri.
Tindakan yang dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan keperawatan
mendiri dilakukan oleh perawat
2. Tindakan keperawatan kolaboratif.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawat bekerja dengan
anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan
bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien.
F. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik atau terencana
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkeseimbangan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan
tenaga kesehatan lainnya. Isinya meliputi apakah tindakan yang
direncanakan berhasil atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. (2016). Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
TIM Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
TIM Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.
TIM Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.