Anda di halaman 1dari 24

2022

SURVEILANS TUBERKULOSIS
SEMESTER PERTAMA

RUMAH SAKIT UMUM AN-NISAA’

Jl. SuparyonoTimur No.1 Talun Blitar, Telp.0342-692999, Fax. 0342-693999


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit menular merupakan salah
satu upaya pembangunan dibidang kesehatan yang berperanan penting dalam menurunkan
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit infeksi. Salah satu kegiatan pengendalian
penyakit menular terutama TB dapat berlangsung efektif, efisien dan tepat sasaran maka
diperlukan suatu kegiatan surveilans epidemiologi dimana hasil kegiatan surveilans sangat
menentukan tindakan pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan maupun
evaluasi kegiatan. Dengan adanya kegiatan surveilans TB ini juga dapat memantau
kemampuan program TB baik dalam hal mendeteksi kasus TB, menjamin selesainya
pengobatan TB dan kesembuhan pasien TB.
Penyakit Tuberkulosis sebagai salah satu penyakit menular, sampai saat ini upaya
penanggulangan dan pemberantasannya belum begitu menggembirakan. Menurut data survei
kesehatan penyakit Tuberkolosis merupakan penyebab kematian ketiga terbesar setelah
penyakit Kardiosvaskuler dan penyakit saluran pernapasan, sedangkan menurut laporan
WHO 2009, Indonesia merupakan penyumbang penderita TB terbesar No.3 di Dunia setelah
India dan China, serta diperkirakan setiap tahun terjadi kasus baru TB, dan kematian karena
TB atau secara kasar penderita baru TB Paru atau BTA Positif.

1.1 Tujuan
a. Mengetahui jumlah pasien terduga TB
b. Mengetahui jumlah hasil TCM
c. Mengetahui jumlah pasien yang melakukan pengobatan TB

1.2 Manfaat
a. Bagi masyarkat
Mengetahui dan melakukan pengobatan dan pencegahan penyakit tuberkulosis
b. Bagi rumah sakit
Meningkatkan kegiatan survailen tuberculosis di Rumah Sakit Umum An-
Nisaa’
BAB II
DEFINISI

2.1 Pengertian

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis dan disebut sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA) (Infodatin Kemenkes RI, 2018).
Sebagian besar bakteri TB menyerang paru (TB paru), namun dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya (TB ekstra paru). Penularan TB terutama terjadi secara aerogen atau lewat udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak/sputum). Sumber penularan TB yaitu penderita TB paru BTA positif yang
ketika batuk, bersin atau berbicara mengeluarkan droplet yang mengandung bakteri M. tuberculosis
(Kemenkes RI, 2017).
Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan tetapi
kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Werdhani, 2011).
Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak (droplet) dari
penderita TBC kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2008). Bakteri Mycobacterium
Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam
atau sering disebut dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang
panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri
ini tergantung pada kondisilingkungan (Ginanjar, 2010).

2.2 Etiologi

Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita Tuberkulosis BTA positif pada waktu
batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman
Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis tersebut dapat
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak
terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi Tuberkulosis
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut Tempat
masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan dan luka
terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu melalui
inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan reaksi
inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus
biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih
besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan
penyakit. Setelah berada dalam ruang.

2.3 Patofisiologi
Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui
udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal
dari orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan reaksi
inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus
biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang lebih
besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan
penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak
membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli
yang terserangakan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal,
atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak di dalam sel.
Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel
epiteloid, yang dikelilingioleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu 10 – 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, isi
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer. Daerah yang
mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan
fibroblast, menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk
jaringan parut yang akhirnya akanmembentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah
nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan
trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat
terbawa sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-rongga serta
jaringan nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus
pleura maka akan terjadi efusi pleura tuberkulosa.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut
fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut
yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak
dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan
lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam
waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang
dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran
limfo hematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena
akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-
organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat Tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan
di luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi
pleural, dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus,
Meningitis serosa, dan Tuberkulosis milier (Kowalak, 2011).

2.4 Klasifikasi
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan
paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai.
Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru
a. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurang-kurangnya 2 pemeriksaan
dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan
foto rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
2) Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada menunjukan
gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan
dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas.
b. Tuberculosis Ekstra Paru
TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
1) TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2) TBC ekstra-paru berat
Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, TBC
tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.
c. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita yaitu:
1) Kasus Baru
Adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
2) Kambuh (Relaps)
Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan Tuberculosis
dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA (+).
3) Pindahan (Transfer In)
Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian
pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat
rujukan/pindah (Form TB.09).
4) Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)
Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih,
kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).

2.5 Gejala Klinis Tuberkulosis


Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik
tetapi progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala yang
khas. Biasanya keluhan yang muncul adalah :
a. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.
b. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang / mengeluarkan produksi
radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent (menghasilkan sputum)
c. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru
d. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis.
e. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat
di waktu di malam hari

2.6 Cara Penularan


Penularan penyakit TBC melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa yang
dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak umumnya sumber infeksi
dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga
berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah). Bahkan
bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening
sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti : otak, ginjal, saluran cerna, tulang,
kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru.
Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru menyebabkan infeksi pada paru–
paru, dimana segeralah terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan
reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat bakteri TBC ini melalui mekanisme
alaminya yaitu membentuk jaringan parut. Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam/istirahat
(dormant) seoperti tuberkel pada pemeriksaan X-ray atau photo rontgen.
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap
dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memiliki sisitem kekebalan tubuh rendah atau
kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Sehingga
tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru. Ruang inilah yang
nantinya menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya memproduksi
sputum dan didapati mikroba tuberkulosa disebut mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif
terinfeksi TBC.
2.7 Pengobatan Tuberkulosis
Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akam mengalami proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari
6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila
penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan
tubuhnya dengan gizi yang cukup.
Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada
penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3
bulannya. Adapun obat-obatan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan Rifampisin sebagai
pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resisiten dengan kedua obat
tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan
streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal “Tripel Drug”.

2.8 Prinsip pengobatan TBC


a. Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat
untuk mencegah terjadinya resisitensi.
b. Diberikan dalam dosis yang tepat.
c. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Menelan Obat) sampai
selesai pengobatan.
d. Pengobatan diberiakan dalam jangka waktu yang cukup, terbagi dalam 2 tahap, yaitu tahap awal dan
tahap lanjutan. Sebagai pengobatan yang adekuat untuk mencegah kekambuhan.

2.9 Tahapan Pengobatan


a. Tahap awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Panduan pengobatan pada tahap ini dimaksudkan untuk secara
efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien. Pengobatan tahap awal pada semua
pasien baru harus diberikanselama 2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teratur dan
tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu
pertama.
b. Tahap lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa-sisa kumanyang masih ada dalam tubuh,
khususnya kuman resisten sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.

2.10 Obat Anti Tuberculosis (OAT)


a. Panduan OAT kategori 1, dosis harian dan kategori 2 disediakan dalam bentuk paket oral kombinasi
dosis tetap (OAT –KDT), tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 dan 4 jenis obat dalam satu
tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Panduan ini dikemas dalam 1 paket untuk 1
pasien untuk 1 masa pengobatan.
b. Paket kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R) , Pirazinamid
(Z) dan Etambutol (E) yang dikemas dalam bnetuk blister. Panduan OAT ini disediakan program
untuk pasien yang tidak bias menggunakan panduan OAT KDT.
Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :
c. Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat yaitu keluarga.
d. Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan
e. Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita
f. Istirahat teratur minimal 8 jam per hari
g. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima dan enam
h. Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :


a. Menutup mulut bila batuk
b. Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang diberi lisol
c. Makan makanan bergizi
d. Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita
e. Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik
f. Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2010)

2.11 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan menurut Somantri, 2012 bisa berupa metode preventif dan kuratif.
Cara-caranya sebagai berikut :
a. Penyuluhan
Penyuluhan yang dilakukan mengenai penyakit TB paru, penyebab, manifestasi klinis, dan
penatalaksanaan.
b. Pencegahan
Cara pencegahanya yaitu berhenti merokok dan minum alcohol, olah raga secara teratur, makan
makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup, selalu menjaga kebersihan mulut dan mempelajari
cara batuk yang baik
c. Pemberian obat-obatan
a) OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
Berat badan Tahap awal (setiap hari) Tahap Lanjutan(setiap hari)
RHZE (150/75/400/275) RH(150/75)
Selama 56 hari Selama 16 minggu
30-37 kg 2 tablet 4 KDT 2 tablet 2 KDT
38-54 kg 3 2 tablet 4 KDT 3 tablet 2 KDT
55-70 kg 4 2 tablet 4 KDT 4 tablet 2 KDT
>71kg 5 2 tablet 4 KDT 5 tablet 2 KDT
*Permenkes 67 tahun 2016 tentang penanggulangan tuberkulosis
b) Bronkodilator
c) Ekspektoran
d) OBH
e) Vitamin
d. Fisioterapi dan rehabilitasi
Tindakannya yaitu seperti pengaturan posisi postural drainase, claping, dan vibrasi, serta diakhiri
dengan metode batuk efektif.
e. Konsultasi secara teratur
Yang bertujuan untuk mengetahui dan melakukan pemeriksaan agar tau perkembangan kesehatan
yang dialami oleh pasien.

Alur penegakan diagnose TBC adalah sebagai berikut :


Terduga TBC

Pemeriksaan TCM

MTB pos Rif MTB negatif No


MTB pos Rif MTB pos Rif
intermediate ** result,error,invalid
resisten * sensitive **

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan uji Pemeriksaan Pemeriksaan ulang


molekuler paket standar kepekaan INH radiologis / TCM ***)
(LPA lini dua / uji kepekaan pasien dengan antibiotik
TCM, XDR dll) fenotipik riwayat spektrum luas
sebelumnya

Pemeriksaan ulang
TCM dan sesuaikan
pengobatan
berdasarkan hasil
TCM

Sensitif Resisten Resisten Sensitif Abnormal paru Gambaran paru


terhadap obat terhadap obat INH INH yang mengarah ke tapak noral/
gol. gol. TB / tidak ada perbaikan klinis
florokuinolon florokuinolon perbaikan klinis

Pengobatan Pengobatan Panduan TBC Lanjutkan Pengobatan Bukan TBC


TBC RO TBC RO monoresisten pengobatan TBC SO dengan
panduan jangka panduan INH OAT lini OAT lini satu
pendek individu individu

*) inisiasi pengobatan TBC-RO untuk kasus dengan **) inisiasi pengobatan dengan ***) pengulangan hanya 1 kali. Hasil
riwayat pengobatan TBC. Sementara ituhasil MTB pos OAT linia stu pengulangan yang menjadi acuan
Rif resisten dari criteria terduga TBC harus diulang dan
hasil pengulangan (yang memberikan hasil TB pos)
yang menjadi acuan

a. Pemeriksaan TCM digunakan untuk mendiagnosis TBC, baik TBC paru maupun TBC ekstra paru,
baik riwayat pengobatan TBC baru maupun yang mnemiliki riwayat pengobatan TBC sebelumnya dan
pada semua golongan umur termasuk pada ODHA.
b. Pemeriksaan TCM dilakukan pada specimen dahak (untuk terduga TBC paru) dan non dahak (untuk
terduga TBC ekstra paru, yaitu dari cairan serebro spinal, kelenjar limfe dan jaringan).
c. Seluruh terduga TBC harus dilakukan pemeriksaan TCM pada fasilitas pelayanan kesehatan yang saat
ini sudah mempunyai alat TCM.
d. Jumlah dahak yang dikumpulkan adalah 2 (dua) dahak yaitu sewaktu - sewaktu, sewaktu – pagi
maupun pagi – sewaktu. Dengan jarak 1 jam dari pengambilan dahak pertama ke pengambilan dahak
kedua. Setandar kualitas dahak yang digunakan adalah dahak dengan volume 3 – 5 ml dan
makropurulen. Hasil pemeriksaan TCM terdiri dari MTB pos Rif resisten, MTB pos Ref sensitive,
MTB pos Rif intermedinate, MTB negative dan hasil gagal (error, invalid, no result).
e. Fasilitas pelayanan kesehatan yang belum/tidak mempunyai TCM, harus merujuk terduga TBC atau
dahak dari terduga TBC ke fasilitas pelayanan kesehatan TCM. Merujuk dahak lebih
direkomendasikan disbanding merujuk terduga TBC terkait alasan pengendalian infeksi.
f. Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota mengatur jejaring rujukan dan menetapkan fasilitas
pelayanan kesehatan di sekitarnya.
g. Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota menyiapkan sumberdaya di fasilitas pelayanan kesehatan
yang akan mengoperasikan TCM.
h. Jika fsilitas pelayanan kesehatan mengalami kendala mengakses layanan TCM berupa kesulitan
tranfortasi, jarak dan kendala geografis maka penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan
pemeriksaan mikroskopis.
i. Pasien TBC yang terdiagnosa dengan pemeriksaan mikroskopis harus dilakukan pemeriksaan lanjutan
menggunakan TCM. Dinas kesehatan berperan mengatur jejaring rujukan specimen ke fasilitas
pelayanan kesehatan TCM terdekat. Jumlah dahak yang dikirimkan adalah sebanyak 2 dahak.
Pemeriksaan TCM ini bertujuan untuk mengetahui status resisten terhadap Rifampisin.

Komplikasi
Pada pasien TB dpat terjadi komplikasi, baik sebelum pengobatan, sedang pengobatan maupun sesudah
pengobatan. Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain :
a. Batuk darah.
b. Pneumotoraks.
c. Gagal nafas.
d. Gagal jantung.
Factor resiko tuberculosis
a. Agen.
Resistansi terhadap obat yang membuat bakteri M. tuberculosis semakinberbahaya untuk manusia
dan akan semakin sulit untuk dimusnahkan.
b. Host (Manusia).
a) Jenis kelamin
Prevalensi TB pada pria 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada wanita (Infodatin TB Kemenkes RI,
2018). Hal tersebut disebabkan karena kebisaan seperti merokok banyak terdapat pada kalangan
pria.
b) Usia
Menurut laporan WHO pada tahun 2017 Usia dewasa yaitu ≥ 15 tahun memiliki presentase sebesar
90% yang mengidap TB.
c) Perilaku
Kebiasaan merokok, lama kontak dengan penderita TB, kebiasaan membuang sampah, kebiasaan
bersin, dan kebiasaan membuka jendela rumah.
d) Malnutrisi
e) Imun tubuh
Orang dengan HIV dan diabetes melitus lebih rentan terkena infeksi bakteri M. tuberculosis karena
daya tahan tubuh menurun dalam kondisi tersebut (Kemenkes RI, 2011, 2017).
c. Lingkungan.
a) Kepadatan Hunian Rumah Tidur
b) Kualitas udara
c) Luas ventilasi
d) Pencahayaan alami
BAB III
RUANG LINGKUP

Untuk meningkatkan mutu pelayanan medis Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum An – Nisaa’ melalui
penerapan strategi DOTS secara optimal dengan mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien
melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan serta memenuhi etika kedokteran.
Ruang lingkup pelayanan TB DOTS di Rumah Sakit meliputi :
1. Internal
a. Pasien rawat jalan yaitu pasien dari unit gawat darurat dan rawat jalan yang memerlukan
pengobatan TB
b. Pasien rawat inap yaitu pasien dari rawat inap yang memerlukan pengobatan TB
c. Laboratorium yaitu pasien dari rawat jalan, IGD dan rawat inap yang memerlukan pemeriksaan
laboratorium
d. Pengambilan dahak jika pasien rawat inap maka pengambilan dahak dilakukan diruangan masing
– masing
e. Pengambilan dahak rawat jalan ada ruang dahak untuk pengambilan dahak
f. Pasien yang terduga terdiagnosa TB maka ditempatkan di ruang isolalsi untuk pasien rawat inap
2. Eksternal
a. RSU An - Nisaa’ sudah bekerjasama dengan RSUD Ngudi Waluyo dalam pemeriksaan TCM.
b. RSU An - Nisaa’ sudah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dalam pengadaan obat
Tuberkulosis.
c. RSU An - Nisaa’ melakukan pencatatan dan pelaporan pasien tuberculosis melalui aplikasi SITB

Perencanaan Rumah sakit dalam melaksanakan penaggulangan tuberkulosis melalui kegiatan:


a. Promosi kesehatan yang diarahkan untuk meningkatkan pengetahuan yang benar dan
komperhensif mengenai pengetahuan penularan, pengobatan, pola hidup bersih dan sehat
(PHSB) sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku sasaran yaitu pasien dan keluarga,
pengunjung serta staf rumah sakit
b. Surveilans tuberkulosis erupakan kegiatan memperoleh data epidemologi yang diperlukan dalam
sistem informasi program penanggulangan tuberculosis seperti pencatatan dan pelaporan
tuberkulosis sensitive obat, pencatatan dan pelaporan tuberkulosis resisten obat
c. Pengendalian faktor resiko tuberkulosis, ditujukan untuk mencegah, mengurangi penularan dan
kejadian penyakit tuberkulosis, yang pelaksanaannya sesuai dengan pedoman pengendalian
pencegahan infeksi tuberkulosis di rumah sakit
d. Penemuan dan penanganan kasus tuberkulosis
Penemuan kasus tuberkulosis dilakukan melalui pasien yang datang kerumah sakit setelah
pemeriksaan, penegakan diagnosis, penetapan klarifikasi dan tipe pasien tuberkulosis. Sedangkan
untuk penanganan kasus dilaksanakan sesuai tata laksana pada pedoan nasional pelayanan
kedokteran tuberkulosis dan standar lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
e. Pemberian kekebalan
Pemberian kekebalan dilakukan melalui pemberian imunisasi BCG terhadap bayi dalam upaya
penurunan resiko tingkat pemahaman tubekulosis sesuai dengan peraturan perundang-undangan
f. Pemberian obat pencegahan
Pemberian obat pencegahan selama 6 (enam) bulan yang ditujukan pada anak usia dibawah 5
(lima) tahun yang kontak erat dengan pasien tuberkulosis aktif, orang dengan HIV dan AIDS
(ODHA) yang tidak terdiagnosa tuberkulosis, populasi tertentu lainnya sesuai peraturan

Jumlah semua terduga TB di RSU An-Nisaa’ Talun Tahun 2022


Tri Bulan 1 Tri Bulan 2
Terduga TB 9 13
Dilakukan pemeriksaan TCM 7 11
Terdiagnosa klinis 0 3
Terkonfirmasi bakteriologis 1 0
Pengobatan 1 3
TB MDR 0 0

Gambar diagram terduga TB

Analisa Data
1. Data diatas merupakan jumlah suspek / terduga yang ditemukan di Rumah Sakit Umum An-Nisaa’
pada tahun 2022 tribulan 1 dan 2 sebanyak 22 suspeks/ terduga.
2. Tribulan kedua jumlah suspek / terduga meningakat sebanyak 4 suspek / terduga.
Rencana Tindak Lanjut
1. Semua suspek yang dating ke Rumah Sakit Umum An-Nisaa’ sebaiknya dilakukan penjaringan TB
dengan pemeriksaan TCM.
2. Perkuat jejaring internal dengan poliklinik penyakit dalam, anak, bedah, mata, orthopedic dan
syaraf.
Gambar pemeriksaan TCM

Analisa Data
1. Data diatas merupakan jumlah suspek yang melakukan pemeriksaan TCM di Rumah
Sakit Umum An-Nisaa’ pada tahun 2022 tribulan 1 dan 2 sebanyak 18 suspek.
2. Ada tribulan kedua pasien yang dilakukan pemeriksaan meningkat sebanyak 4 pasien
karena angka kunjungan meningkat.
3. Ada beberapa pasien yang tidak bisa mengeluarkan dahak.
Rencana Tindak Lanjut
1. Perkuat jejaring internal dengan laboratorium.
2. Ajarkan batuk efektif dan cara mengeluarkan dahak
3. Lakukan pemeriksaan TCM pada semua suspek TB, DM dan HIV
4. Perkuat pemakaian APD.

Gambar terdiagnosa klinis

Analisa Data
1. TB yang terdiagnosa klinis adalah pasien yang sudah tegak terdiagnosa TB dengan foto
rontgen positif tetai hasil tcm negatif.
2. Tri bulan kedua pasien terdiagnosa klinis meningkat sebanyak 3 pasien yang
tediagnosa secara klinis.
Rencana Tindak Lanjut
1. Perkuat jejaring internal dengan rawat jalan dan rawat inap terkait dalam penjaringan
TB terdiagnosa klinis.
2. Lakukan KIE pada pasien TB untuk melakukan pengobatan TB secara komperhensip.

Gambar terkonfirmasi bakteriologis

Analisa Data
1. Data diatas merupakan jumlah pasien TB yang melakukan pemeriksaan TCM dengan
hasil positif.
2. Pada tribulan 1 dan 2 ada 1 yang terkonfirmasi bakteriologis.
Rencana Tindak Lanjut
1. Perkuat jejaring internal dengan laboratorium.
2. Semua pasien suspek TB dianjurkan untuk TCM.
3. Perkuat pemakaian APD.
4. Lakukan rujukan IK pada keluarga dengan balita untuk pemberian PP-INH

Gambar pengobatan TB
Analisa Data
1. Paisen TB yang melakukan pengobatan pada tri bulan kedua meningkat sebanyak 2
pasien.

Gambar TB MDR

Analisa Data
Rumah Sakit Umum An-Nisaa’ melakukan pemantauan kasus TB MDR selama trimester
pertama tahun 2022 adalah nihil.
BAB IV
TATALAKSANA

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang di kelola dengan


menggunakan strategi TB DOTS. Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan
angka kematian dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien.
Pasien dilakukan :
1. Pemeriksaan
Dilakukan kerjasama antara dokter spesialis paru, perawat, farmasi dan pemeriksaan
penunjang antara lain : laboratorium dan radiologi. Pelayanan dilakukan sesuai dengan PPK
bagi daokter dan perawat sesuai standar asuhan keperawatan. Semua tindakan akan
didokumentasikan. Dilakukan monitor dan evaluasi. Pasien akan diberikan promosi
kesehatan tentang TB paru. Akan dilakukan pemeriksaan sputum dan foto thorax.
2. Diagnose
Semua pasien di terdiagnosa suspek TB akan dilakukan pemeriksaan sputum SPS (sewaktu
pertama, Pagi dan Sewaktu kedua) atau TCM. Diagnosis TB akan ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB ( BTA ) melalui pemeriksaan mikroskopik dahak dan foto thorak
3. Pengobatan
Pengobatan TB dilakukan rujuk ke puskesmas tempat tinggal pasien bertujuan untuk
menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai
penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. OAT diberikan dalam
bentuk kombinasi beberapa jenis obat dan dalam jumlah cukup dan dosis tepat. Ada
pengawas bahwa pasien menelan obat (PMO) untuk menjamin kepatuhan pasien menelan
obat.
Alur penegakan diagnose TBC adalah sebagai berikut :
Terduga TBC

Pemeriksaan TCM

MTB pos Rif MTB negatif No


MTB pos Rif MTB pos Rif
intermediate ** result,error,invalid
resisten * sensitive **

Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan uji Pemeriksaan Pemeriksaan ulang


molekuler paket standar kepekaan INH radiologis / TCM ***)
(LPA lini dua / uji kepekaan pasien dengan antibiotik
TCM, XDR dll) fenotipik riwayat spektrum luas
sebelumnya

Pemeriksaan ulang
TCM dan sesuaikan
pengobatan
berdasarkan hasil
TCM

Sensitif Resisten Resisten Sensitif Abnormal paru Gambaran paru


terhadap obat terhadap obat INH INH yang mengarah ke tapak noral/
gol. gol. TB / tidak ada perbaikan klinis
florokuinolon florokuinolon perbaikan klinis

Pengobatan Pengobatan Panduan TBC Lanjutkan Pengobatan Bukan TBC


TBC RO TBC RO monoresisten pengobatan TBC SO dengan
panduan jangka panduan INH OAT lini OAT lini satu
pendek individu individu

*) inisiasi pengobatan TBC-RO untuk kasus dengan **) inisiasi pengobatan dengan ***) pengulangan hanya 1 kali. Hasil
riwayat pengobatan TBC. Sementara ituhasil MTB pos OAT linia stu pengulangan yang menjadi acuan
Rif resisten dari criteria terduga TBC harus diulang dan
hasil pengulangan (yang memberikan hasil TB pos)
yang menjadi acuan
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Aplikasi SITB

2. Rekam medis pasien


3. Leaflet TB

4. Formulir skrining
5. Kartu pengobatan pasien

6. Kartu identitas
BAB V

PENUTUP

Demikian surveilans semester pertama tahun 2022 Rumah Sakit Umum An-Nisaa’ ini
kami buat, kami menyadari bahwa surveilans ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu
kami mohon masukan dan saran sebagai dasar perbaikan dari penyusunan surveilans selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai