Anda di halaman 1dari 34

TUGAS KELOMPOK 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TB

DISUSUN OLEH :
Dina Oktavina
Maria Ulfa
Poniyem
Nelly Herawati

POLTEKKES KEMENKES JAMBI


T.A 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia. Dalam 20 tahun


World Health Organitation (WHO) dengan negara-negara yang tergabung di dalamnya
mengupayakan untuk mengurangi TB Paru. Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi
menular yang di sebabkan oleh infeksi menular oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis.
Sumber penularan yaitu pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang
dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau pengobatannya tidak tuntas
dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2015). Menurut
WHO tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan berbagai
upaya pengendalian yang dilakukan, insiden dan kematian akibat tuberkulosis telah
menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan
menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014.

India, Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak
yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO, 2015). Pada
tahun 2015 di Indonesia terdapat peningkatan kasus tuberkulosis dibandingkan dengan tahun
2014. Pada tahun 2015 terjadi 330.910 kasus tuberkulosis lebih banyak dibandingkan tahun
2014 yang hanya 324.539 2 kasus. Jumlah kasus tertinggi terdapat di provinsi dengan
jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa tengah (Kemenkes RI,
2016).

Data terakhir dinas kesehatan Jawa Tengah menyebutkan, di Jawa Tengah pada tahun
2015 kasus TB BTA positif sebesar 115,17 per 100.000 penduduk , penemuan kasus BTA
positif pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2014 yaitu 55,99 per
100.000 penduduk. Kota dengan CNR tuberkulosis BTA positif di Sukoharjo sebesar 66,6
per 100.000 penduduk (Dinkes Jateng, 2016). Peningkatan tuberkulosis paru di tanggulangi
dengan beberapa strategi dari Kementrian Kesehatan, salah satunya yaitu meningkatkan
perluasan pelayanan DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). DOTS adalah
salah satu strategi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai TB paru melalui
penyuluhan sesuai dengan budaya setempat, mengenai TB paru pada masyarakat miskin,
memberdayakan masyarakat dan pasien TB paru, serta menyediakan akses dan standar
pelayanan yang diperlukan bagi seluruh pasien TB paru. Studi sebelumnya mengungkapkan
bahwa pelayanan kesehatan khususnya pelayanan untuk penyakit tuberculosis tidak efektif
dan terbatas. Petugas kesehatan baik dari pemerintah atau swasta kurang dilatih dalam
diagnosis danpengobatan tuberculosis serta kurangnya keterampilan 3 komunikasi yang
dibutuhkan untuk memotivasi pasien guna meningkatkan kepatuhan dalam upaya
penyembuhan tuberculosis (Mushtaqdkk, 2011).

Berdasarkan data badan pusat statistik Provinsi Jambi tahun 2017. Jumlah kasus TB
Paru di provinsi jambi sebanyak 5.377 kasus. Hal ini berkaitan dengan data jumlah kasus TB
di Puskesmas Rimbo Bujang Tahun 2018 berdasarkan data Evaluasi Kinerja Puskesmas
Tahun 2018 yaitu sebanyak 378 kasus TB yang diberikan pengobatan. Oleh karena itu
penulis tertarik melakukan penulisan terkait masalah Asuhan Keperawatan Pada Penderita
TB di Wilayah Kerja Puskesmas Rimbo Bujang IX tahun 2021.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tenaga Kesehatan mampu memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien TB sesuai


dengan standar pelayanan minimal keperawatan di UPTD Puskesmas Rimbo Bujang IX
Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada kasus TB paru

b. Mampu melakukan diagnosa keperawatan pada kasus TB paru

c. Mampu melakukan intervensi keperawtan pada kasus TB Paru

d. Mampu Melakukan Implementasi Keperawtan pada kasus TB Paru

e. Mampu Melakukan Evaluasi Keperawatan pada Kasus TB Paru

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana asuhan keperawawatan pada kasus TB Paru di Puskesmas?

2. Bagiamana Penatalaksanaan Pengobatan pada kasus TB Paru di Puskesmas?


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru. Nama Tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan keras yang
terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri dalam paru. Tb paru ini
bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Tb paru dapat menular melalui udara, waktu seseorang dengan Tb aktif pada paru batuk,
bersin atau bicara.

Pengertian Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan karena
kuman TB yaitu Myobacterium Tuberculosis. Mayoritas kuman TB menyerang paru, akan tetapi
kuman TB juga dapat menyerang organ Tubuh yang lainnya. Tuberkulosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Werdhani, 2011).

Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
infeksi kompleks Mycobacterium Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak (droplet) dari penderita
TBC kepada individu lain yang rentan (Ginanjar, 2008). Bakteri Mycobacterium Tuberculosis ini
adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut
dengan BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-
4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada
kondisi lingkungan (Ginanjar, 2010).

B. Etiologi

Sumber penularan penyakit Tuberkulosis adalah penderita Tuberkulosis BTA positif pada
waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan
dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa
jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman
Tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman Tuberkulosis tersebut dapat
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil
pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak
terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi Tuberkulosis
ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

C. Patofisiologi

Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran


pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara,
yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang
yang terinfeksi.

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas dengan melakukan
reaksi inflamasi bakteri dipindahkan melalui jalan nafas, basil tuberkel yang mencapai permukaan
alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil, gumpalan yang
lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkhus dan tidak menyebabkan
penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak
membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala Pneumonia akut.

Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembangbiak di
dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getah bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini membutuhkan waktu 10 –
20 hari.

Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju, isi
nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini disebut dengan lesi primer. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast,
menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan
parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Respon lain yang dapat terjadi pada daerah
nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkhus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalam percabangan
trakheobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain di paru-paru, atau basil dapat terbawa
sampai ke laring, telinga tengah, atau usus. Lesi primer menjadi rongga-rongga serta jaringan
nekrotik yang sesudah mencair keluar bersama batuk. Bila lesi ini sampai menembus pleura maka
akan terjadi efusi pleura tuberkulosa.

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan
parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkhus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan
parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak
dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan, dan lesi
mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
melalui kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang
dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran
limfo hematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena
akut yang biasanya menyebabkan Tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak
pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-
organ tubuh. Komplikasi yang dapat timbul akibat Tuberkulosis terjadi pada sistem pernafasan dan di
luar sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan pneumothoraks, efusi pleural,
dan gagal nafas, sedang diluar sistem pernafasan menimbulkan Tuberkulosis usus, Meningitis serosa,
dan Tuberkulosis milier (Kowalak, 2011).

D. Klasifikasi tuberkulosis
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi
penyakit Tuberkulosis paru :

1. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :

1. Tuberkulosis Paru BTA (+)


Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurang-kurangnya 2 pemeriksaan
dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto
rontgen dada menunjukan gambaran tuberculosis aktif.
2. Tuberkulosis Paru BTA (-)
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen dada menunjukan
gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen (+) dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
rontgan dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas.

1) Tuberculosis Ekstra Paru

TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :

a) TBC ekstra-paru ringan


Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali
tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

b) TBC ekstra-paru berat


Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex,
TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.

E. Tipe Penderita
Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, ada beberapa tipe penderita yaitu:

1. Kasus Baru

Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).

1. Kambuh (Relaps)
Adalah penderita Tuberculosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan Tuberculosis
dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA (+).

2. Pindahan (Transfer In)


Adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian
pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat
rujukan/pindah (Form TB.09).

3. Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop out)


Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih,
kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA (+).

F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering terjadi pada Tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik tetapi
progresif. Penyakit Tuberkulosis paru biasanya tidak tampak adanya tanda dan gejala yang khas.
Biasanya keluhan yang muncul adalah :
1. Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.

2. Batuk, terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/ mengeluarkan
produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk purulent (menghasilkan
sputum)

3. Sesak nafas, terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru

4. Nyeri dada. Nyeri dada ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

5. Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan
keringat di waktu di malam hari

G. Komplikasi Tuberkulosis

Dibawah ini merupakan Komplikasi dari TB paru adalah sebagai berikut:

1. Pleuritis tuberkulosa

2. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)

3. Tuberkulosa milier

4. Meningitis tuberkulosa

H. Pemeriksaan penunjang Tuberkulosis


Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah :

1. Pemeriksaan Diagnostik

2. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan di ketemukannya kuman BTA diagnosis
tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu
datang, dahak pagi dan dahak sewaktu kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif
maka dikatakan mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan
perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA negatif.

3. Ziehl-Neelsen (Pewarnaan terhadap sputum) Positif jika diketemukan bakteri taham asam

4. Skin test (PPD, Mantoux)


Hasil tes mantaoux dibagi menjadi :

a. indurasi 0-5 mm (diameternya ) maka mantoux negative atau hasil negative

b. indurasi 6-9 mm ( diameternya) maka hasil meragukan

c. indurasi 10- 15 mm yang artinya hasil mantoux positif


d. indurasi lebih dari 16 mm hasil mantoux positif kuat

e. reaksi timbul 48- 72 jam setelah injeksi antigen intrakutan


berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan
antara antibody dan antigen tuberculin

5. Rontgen dada
Menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas, timbunan kalsium dari lesi
primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang menunjukkan perkembangan Tuberkulosis
meliputi adanya kavitas dan area fibrosa.

Pemeriksaan histology / kultur jaringan Positif bila terdapat Mikobakterium Tuberkulosis.

6. Biopsi jaringan paru


Menampakkan adanya sel-sel yang besar yang mengindikasikan terjadinya nekrosis.

7. Pemeriksaan elektrolit
Mungkin abnormal tergantung lokasi dan beratnya infeksi.

8. Analisa gas darah (AGD)


Mungkin abnormal tergantung lokasi, berat, dan adanya sisa kerusakan jaringan paru.

9. Pemeriksaan fungsi paru


Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio residu udara pada
kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen sebagai akibat infiltrasi parenkim /
fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis)

I. Penatalaksanaan penderita Tuberkulosis paru

1. Pengobatan TBC Paru


Pengobatan tetap dibagi dalam dua tahap yakni:

a. Tahap intensif (initial), dengan memberikan 4–5 macam obat anti TB per hari dengan
tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek bakteri sidal),
menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut, mencegah
timbulnya resistensi obat

b. Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan 2 macam obat per
hari atau secara intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri yang tersisa (efek
sterilisasi), mencegah kekambuhan pemberian dosis diatur berdasarkan berat badan
yakni kurang dari 33 kg, 33 – 50 kg dan lebih dari 50 kg. Kemajuan pengobatan dapat terlihat
dari perbaikan klinis (hilangnya keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-
lain), berkurangnya kelainan radiologis paru dan konversi sputum menjadi negatif. Kontrol
terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang
memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. BTA
dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan. Kontrol terhadap
pemeriksaan radiologis dada, kurang begitu berperan dalam evaluasi pengobatan. Bila
fasilitas memungkinkan foto dapat dibuat pada akhir pengobatan sebagai dokumentasi untuk
perbandingan bila nantsi timbul kasus kambuh.

2. Perawatan bagi penderita tuberkulosis


Perawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :

a. Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat yaitu
keluarga.

b. Mengetahui adanya gejala efek samping obat dan merujuk bila diperlukan

c. Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderita

d. Istirahat teratur minimal 8 jam per hari

e. Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima dan
enam

f. Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik

3. Pencegahan penularan TBC


Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

a. Menutup mulut bila batuk

b. Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang
diberi lisol

c. Makan makanan bergizi

d. Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita

e. Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik

f. Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI, 2010)

4. Dampak Tuberkulosis Paru


Penyakit Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit yang
sangat mempengaruhi kehidupan individu. Dampak Tuberkulosis paru antara lain:

a. Terhadap individu

1) Biologis
Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus, sesak napas, nyeri
dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat pada malam hari dan
kadang-kadang panas yang tinggi

2) Psikologis
Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karena batuk yang terus
menerus sehingga keadaan sehari-hari yang kurang menyenangkan.

3) Sosial
Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan penyakitnya sehingga
klien selalu mengisolasi dirinya.

4) Spiritual
Adanya distress spiritual yaitu menyalahkan Tuhan karena penyakitnya yang tidak
sembuh-sembuh juga menganggap penyakitnya yang manakutkan.

5) Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik.

b. Terhadap keluarga

Terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena kurang


pengetahuan dari keluarga terhadap penyakit TB Paru serta kurang pengetahuan
penatalaksanaan pengobatan dan upaya pencegahan penularan penyakit.

Produktifitas menurun.Terutama bila mengenai kepala keluarga yang berperan


sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga, maka akan menghambat biaya hidup sehari-hari
terutama untuk biaya pengobatan.

1) Psikologis.
Peran keluarga akan berubah dan diganti oleh keluarga yang lain

2) Sosial.
Keluarga merasa malu dan mengisolasi diri karena sebagian besar masyarakat belum
tahu pasti tentang penyakit TB Paru .

c. Terhadap masyarakat

Apabila penemuan kasus baru TB Paru tidak secara dini serta pengobatan
Penderita TB Paru positif tidak teratur atau droup out pengobatan maka resiko
penularan pada masyarakat luas akan terjadi oleh karena cara penularan penyakit TB Paru.

Lima langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua
orang yang batuk dalam 3 minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat yang
disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama 6 bulan oleh Pengawas
Minum Obat (PMO) dan ada sistem pencatatan / pelaporan.

J. Konsep Asuhan Keperawatann

1. Pengkajian (Kholifah dan Widagno, 2016)

a. Data pengenalan keluarga


Data yang dikumpulkan berupa nama kepala keluarga, alamat lengkap, komposisi keluarga,
tipe keluarga, latar belakang , budaya, identitas, agama, status, kelas sosial dan rekreasi
keluarga.

b. Data perkembangan sejarah keluarga


Data yang perlu dikaji antara lain lahan perkembangan keluarga saat ini,diisi berdasarkan data
umur anak pertama dan tahap perkembangan yang belum terpenuhi.

c. Data lingkungan
Data yang perlu dikaji adalah karakteristik rumah, karakteristik tetangga, dan
komunitas. Data komunitas terdiri atas tipe penduduk, tipe hunian rumah, sanitasi, jalan dan
pengangkutan sampah. Karakteristik demografi tetangga dan komunitas antara lain kelas
sosial, etnis, pekerjaan dan bahasa sehari-hari. Selanjutnya, data yang perlu dikaji adalah
mobilitas geografi keluarga yang meliputi berapa lama keluarga tinggal ditempat itu. Adakah
riwayat pindah rumah. Ditanya juga perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Penggunaan pelayanan dikomunitas, keikutsertaan keluarga di komunitas.

Data berikutnya adalah sistem pendukung keluarga. Data yang perlu dikaji antara lain
komunikasi antar anggota keluarga. Bagaimana anggota keluarga menjadi pendengar, jelas
dalam menyampaikan pendapat, dan perasaan selama berkomunikasi. Data selanjutnya yang
dikaji adalah struktur kekuatan keluarga yang meliputi siapa yang membuat keputusan dalam
keluarga, seberapa penting keputusan yang diambil. Kemudian data yang diambil adalah
struktur peran nilai-nilai keluarga.

d. Data fungsi keluarga


Ada lima fungsi keluarga yaitu :
1. Fungsi afektif digunakan untuk pengkajian pada kebutuhan keluarga dan responnya
2. Fungsi sosialisasi digunakan untuk mengetahui bagaimana keluarga
menerapkan disiplin, penghargaan, dan hukuman.
3. Fungsi perawatan kesehatan digunakan untuk mengkaji keyakinan dan nilai
perilaku keluarga untuk kesehatan nya.
4. Fungsi ekonomi
5. Fungsi reproduksi

Tugas kesehatan keluarga meliputi:


1. Kemampuan keluarga mengenal masalah yang tepat.
2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat.
3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga sakit.
4. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat.
5. Kemampuan keluarga memodifikasi fasilitas pelayanan kesehatan.
e. Data koping keluarga
Data yang perlu dikaji adalah stressor keluarga

2. Diagnosa

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


dalam melakukan perawatan kesehatan pada tuberkulosis paru

b. Risiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan tuberkulosis paru.

c. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga


yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan TBC.

3. Skoring Prioritas Masalah

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


dalam melakukan perawatan kesehatan pada tuberkulosis paru

1) sifat masalah : ancaman kesehatan skorsing: 3/3 x 1 = 1


Pembenaran : Keluarga tidak tahu mengenai tentang perawatan Tuberkulosis paru

2) kemungkinan masalah diubah : hanya sebagian skorsing : 1/2 x 2 = 1


Pembenaran : pemahaman keluarga kurang tentang masalah tuberculosis paru

3) Potensi masalah untuk dicegah : cukup skorsing : 2/3 x 1 = 2/3


Pembenaran : dengan pemberian informasi tentang perawatan tuberculosis pasru yang
cukup jelas, kemungkinan masalah yang akan muncul dapat dicegah. menonjolnya
masalah ; masalah berat, harus segera ditangani skorsing : 2/2 x 1 = 1
Pembenaran : masalah bersihan jalan nafas tidak efektif adalah masalah aktual yang
harus ditangani agar tidak menimbulkan komplikasi, Jumlah skoring : 3 2/3

b. Risiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan TBC.

1) sifat masalah : ancaman kesehatan

skorsing : 2/3x1 = 2/3


Pembenaran : Keluarga tidak tahu penyakit mudah menular.
2) kemungkinan masalah diubah : hanya sebagian

skorsing : 1/2x2 = 1
Pembenaran : Kondisi klien pada usia produktif mempengaruhi penyerapan informasi

3) Potensi masalah untuk dicegah : cukup

skorsing : 2/2x1 = 1
Pembenaran : keluarga kooperatif

4) menonjolnya masalah : masalah berat, harus segera ditangani

skorsing : 2/2x1=1
Pembenaran : Bila tidak segera ditangani memungkinan penyembuhan lama dan terjadi
penularan kepada anggota keluarga

Skorsing : 3 2/3

c. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga


yang sakit berhuubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan TBC.

1) sifat masalah : ancaman kesehatan

skorsing : 2/3x1 = 2/3

2) Pembenaran : TBC adalah penyakit menularan, sehingga memungkinkan penularan


pada anggota lain dalam rumah

3) Kemungkinan masalah diubah : hanya sebagian

skorsing : 1/2x2 = 1

4) Pembenaran : Klien tidak tahu kalau penyakitnya butuh pengobatan rutin

5) Potensi masalah untuk dicegah : cukup

skorsing : 3/3x1 = 1

6) Pembenaran : Kooperatif dalam penyuluhan dan pembinaan

7) menonjolnya masalah : masalah tidak dirasakan

skorsing : 0/2x1 = 0

8) Pembenaran : Bila tidak segera ditangani memungkinkan penyembuhan lama dan


terjadi penularan pada anggota keluarga

Skorsing : 2 2/3
Berdasarkan rumusan prioritas diatas, maka dapat diketahui
prioritas permasalahan pada penderita TBC adalah sebagai berikut :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


dalam melakukan perawatan kesehatan pada tuberkulosis paru

b. Risiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan TBC.

c. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota keluarga


yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan TBC.

4. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

a. Diagnosa Keperawatan 1

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


dalam melakukan perawatan kesehatan pada tuberkulosis paru
Tujuan :

Setelah dilakukan penyuluhan 3 x 24 jam, bersihan jalan nafas menjadi efektif. Dengan
kriteria hasil :

1) Keluarga dapat menjelaskan pengertian Tb paru

2) Keluarga dapat menyebutkan tanda dan gejala Tb paru

3) Keluarga dapat menjelaskan perawatan keluaga yang menderita Tb paru

Rencana tindakan :

1) Kaji pengetahuan keluarga tentang Tb paru

2) Jelaskan pada keluarga tentang pengertian, tanda/gejala, tindakan yang dilakukan


bila salah satu anggota keluarga menderita Tb paru

3) Bimbing keluarga untuk mengulang kembali apa yang dijelaskan oleh perawat

4) Beri pujian atas jawaban yang disampaikan oleh keluarga.

b. Diagnosa Keperawatan II

Risiko penularan pada anggota keluarga yang lain berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penularan TBC.
Tujuan:

Setelah dilakukan penyuluhan 3 x 24 jam, keluarga mampu mengenal dan mencegah


penularan penyakit TBC pada anggota keluarganya. Dengan kriteria hasil :

1) Klien dan keluarga dapat menjelaskan akibat TBC pada pasien sendiri dan
keluarganya.

2) Klien dan keluarga dapat menyebutkan sumber yang dapat menularkan TBC.

3) Klien dan keluarga dapat menyebutkan upaya untuk mencegah terjadinya


penularan.
Rencana tindakan :

1) Kaji pengetahuan keluarga

2) Kaji kemampuan keluaga yang telah dilakukan untuk menghindar penularan

3) Diskusikan dengan keluarga tentang akibat penyakit TBC terhadap diri dan
keluarganya

4) Diskusikan alternativeyang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya


penularan

5) Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan keluarga

6) Berikan pujian terhadap kemampuan ide/sikap yang positif yang diungkapkan


keluarga.

c. Diagnosa Keperawatan III

Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam merawat anggota


keluarga yang sakit berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan
TBC.
Tujuan :

Setelah dilakukan penyuluhan 3 x 24 jam keluarga mampu mengambil keputusan untuk


berobat secara teratur. Dengan kriteria hasil :

1) Keluarga dapat menyebutkan tanda-tanda dan gejala penyakit TBC

2) Keluarga dapat mengidentifikasi cara pengobatandan perawatan.

3) keluarga memutuskan tindakan yang harus dilakukan bila obat habis

Rencana keperawatan :

1) kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit TBC, penyebab, gejala, dan cara
penanganannya

2) berikan penyuluhan pada keluarga mengenal cara mengidentifikasi serangan/


serangan kambuhan

3) anjurkan berobat kembali kepuskesmas/ rumah sakit saat penyakit kambuh

4) Jelaskan bahwa pengobatan TBC merupakan program pemerintah dan gratis


melalui pusksmas tetapi bila ada dari astek tidak apa-apa

5) Berikan kesempatan keluarga menentukan sikap dan rencana selanjutnya dalam


pengobatan

6) Berikan pujian terhadap kemampuan ide/sikap yang positif yang diungkapkan


keluarga.

5. Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga


Mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Adanya kesulitan, kebingungan, serta
ketidakmampuan yang dihadapi keluarga harus menjadikan perhatian. Oleh karena itu,
diharapkan perawat dapat memberikan kekuatan dan membantu mengembangkan potensi potensi
yang ada, sehingga keluarga mempunyai kepercayaan diri dan mandiri dalam menyelesaikan
masalah.

Guna membangkitkan minat keluarga dalam berperilaku hidup sehat, maka perawat harus
memahami teknik-teknik motivasi. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal dibawah
ini:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan


kesehatan dengan cara memeberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan
harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara
mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak mendiskusikan konsekuensi setiap
tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan
cara mendemostrasikan cara perawatan, menggunakan alat-alat fasilitas yang ada
dirumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat dan
menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan
perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara


mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan membantu
keluarga cara mengenalkan fasilitas keluarga yang ada di lingkungan keluarga dan
membantu keluarga cara menggunakan fasilitas tersebut.
Faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat keluarga untuk bekerja sama
melakukan tindakan kesehatan antara lain:

a. Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau mendapatkan informasi,


tetapi keliru.

b. Keluarga mendapatkan informasi tidak lengkap, sehingga mereka melihat


masalah hanya sebagian.

c. Keliru, tidak dapat mengaitkan antara informasi yang diterima dengan situasi yang
dihadapi.

d. Keluarga tidak mau menghadapi situasi

e. Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau sosial

f. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku

g. Keluarga gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran atau tujuan upaya keperawatan.

6. Tahap Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian dilakukan untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang sesuai.
Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga.
Oleh karena itu, kunjungan dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan
kesediaan keluarga. Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang
diberikan, baik kepada individu maupun keluarga adalah sebagai berikut :

a. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana keluarga
mengatasi masalah tersebut

b. Tentukan bagaiman rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai.

c. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat berhubungan dengan
sumber- sumber proses atau hasil. Bergantung kepada evaluasi yang diperlukan

d. Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber data yang
diinginkan

e. Bandingkan keadaan yang nyata dengan kriteria dan standar untuk evaluasi

f. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau pelaksanaan
yang kurang memuaskan.
g. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu ditentukan alasan
kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan tidak tepat atau kemungkinan ada faktor
linfkungan yang tidak dapat diatasi.

7. Macam-macam evaluasi
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu evaluasi kualitatif dan evaluasi kuantitatif.

a. Evaluasi kuantitatif
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah pelayanan atau kegiatan
yang telah dikerjakan. Evaluasi kuantitatif sering digunakan dalam kesehatan karena lebih
mudah dikerjakan bila dibandingkan dengan evaluasi kualitatif.

b. Evaluasi kualitatif
Evakuasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat difokuskan pada salah satu
dari tiga dimensi yang saling terkait.

struktur atau sumber evaluasi struktur atau sumber terkait dengan tenaga
manusia atau bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan. Upaya
keperawatan yang terkait antara lain:

1) kecakapan atau kualifikasi perawat

2) minat atau dorongan

3) waktu atau tenaga yang diperlukan

4) macam dan banyaknya peralatan yang digunakan

5) dana yang tersedia

K. Pemenuhan Oksigenasi pada Penderita Tuberkulosis Paru dengan Teknik Batuk efektif

1. Pemenuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan oksigen yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel (Potter &Perry, 2009). Tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh
akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ
yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu mentoleransi kekurangan
oksigen hanya 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, dapat
terjadi kerusakan sel otak secara permanen.

Pada pasien dengan Tuberkulosis paru terdapat bakteri Myobacterium Tuberkulosis


didalam saluran nafas. Bakteri ini merupakan bakteri dengan sifat aerob yang sangat suka dengan
tempat dimana terdapat oksigen yang banyak. Bakteri yang
besar tertahan di brokus sehingga menyebabkan peradangan di bronkus dan membentuk
sekret. Pada penderita tuberkulosis yang tidak bisa mengeluarkan sekret maka sekret akan
tertumpuk di saluran pernafasan menyebabkan terhambatnya aliran oksigenasi. Hal ini
menyebabkan pemenuhan oksigenasi pada pasien dengan Tuberkulosis terganggu
sehingga sekret harus dikeluarkan.

2. Batuk Efektif
Pada penderita tuberkulosis batuk adalah gejala yang paling dini dan merupakan gangguan
yang paling sering dikeluhkan. Biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat
rokok. Proses yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita
tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari (Yulianti, 2015). Hal ini yang membuat
penderita tuberkulosis sangat tidak nyaman. Untuk mengeluarkan sekret dengan baik caranya
dengan cara batuk yang benar yaitu batuk efektif. Batuk efektif yaitu merupakan latihan batuk
untuk mengeluarkan sekret. Batuk efektif adalah merupakan suatu metode batuk dengan benar,
dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal (Apriyadi, 2013).
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal.
Batuk efektif merupakan batuk yang dilakukan dengan sengaja. Namun, dibandingkan
dengan batuk biasa yang bersifat refleks tubuh terhadap masuknya benda asing dalam
saluran pernapasan, batuk efektif dilakukan melalui gerakan yang terencana atau
dilatihkan terlebih dahulu. Dengan batuk efektif maka berbagai penghalang yang
menghambat atau menutup saluran pernapasan dapat dihilangkan. Batuk merupakan
gerakan refleks yang bersifat reaktif terhadap masuknya benda asing dalam saluran
pernapasan. Gerakan ini terjadi atau dilakukan tubuh sebagai mekanisme alamiah
terutama untuk melindungi paru-paru. Gerakan ini pula yang kemudian dimanfaatkan
kalangan medis untuk menghilangkan lendir yang menyumbat saluran pernapasan akibat
sejumlah penyakit (Dianasari, 2014).

a. Tujuan Batuk Efektif

Batuk efektif dan napas dalam merupakan tekhnik batuk efektif yang menekankan
inspirasi maksimal yang dimulai dari ekpirasi, yang bertujuan untuk :

1) Merangsang terbukanya sistem kolateral

2) Meningkatkan distribusi ventilasi

3) Meningkatkan volume paru

4) Memfasilitasi pembersihan saluran napas

b. Manfaat Batuk efektif

Manfaat batuk efekif adalah untuk melonggarkan dan melegakan saluran pernapasan
maupun mengatasi sesak napas akibat adanya lendir yang memenuhi saluran
pernapasan. Lendir, baik dalam bentuk dahak (sputum) maupun sekret dalam hidung,
timbul akibat adanya infeksi pada saluran pernapasan maupun karena sejumlah
penyakit yang di derita seseorang.

Bahkan bagi penderita tuberkulosa (TB), batuk efektif merupakan salah satu metode
yang dilakukan tenaga medis untuk mendiagnosis penyebab penyakit. Tidak sedikit
penderita yang justru mengalami kondisi yang semakin memburuk meski pengobatan
telah dilakukan. Bahkan sejumlah penelitian menemukan, tak kurang satu orang dari
4 atau 5 penderita TB mengalami kematian, terutama akibat terlambat memberikan
pengobatan maupun kesalahan dalam melakukan diagnosis sehingga pengobatan
menjadi tidak efektif.

c. Persiapan melakukan batuk efektif

1) Bengkok/ tempat sputum

2) Tisu

3) Stestoskop

4) Hanscoon
5) Masker

6) Air putih hangat dalam gelas (Ghofar, 2014)

d. Latihan batuk efektif

Pada penderita Tuberkulosis masalah utama adalah adanya penumpukan sekret di


jalan nafas, sehingga penderita merasakan banyak lendir kental di tenggorokan.
Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi penderita Tuberkulosis paru untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut. Penderita tuberkulosis paru dapat dilatih
melakukan teknik batuk efektif dengan cara :

1) Penderita tuberkulosis diposisikan duduk tegak (jika dapat duduk). Penderita


tuberkulosis diposisikan dengan nyaman. Menyiapkan pot tempat sputum yang
telah diisi pasir atau cairan desinfektan

2) Melatih penderita tuberkulosis melakukan napas perut (menarik napas dalam


melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)

3) Meminta penderita tuberkulosis merasakan mengembangnya abdomen

4) Meminta penderita tuberkulosis menahan napas hingga 3 hitungan

5) Meminta penderita tuberkulosis menghembuskan napas perlahan dalam 3


hitungan (lewat mulut, bibir seperti meniup)

6) Meminta penderita tuberkulosis merasakan mengempisnya abdomen dan


kontraksi dari otot

7) Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan penderita tuberkulosis bila


duduk atau di dekat mulut bila tidur miring)

8) Meminta penderita tuberkulosis untuk melakukan napas dalam 2 kali, pada


inspirasi yang ketiga tahan napas dan batukkan dengan kuat

9) Menampung lendir ditempat pot yang telah disediakan tadi (Ambarwati &
Nasution, 2015)

e. Evaluasi setelah melakukan teknik batuk efektif

1) Berikan air kumur untuk membersihkan mulut dengan tissu

2) Lakukan auskultasi dada dengan mendengarkan suara nafas

3) Kaji respon klien dengan mengukur tanda-tanda vital


4) Cek respon pasien setelah melakukan teknik batuk efektif

5) Kaji frekuensi sekret klien


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitias Pasien:

Nama : An. G

Umur : 11 Bulan 23 Hari

Jenis Kelamin : Laki- laki

Alamat : RT 27 Pakuan Baru, Kota Jambi

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien masuk ke RS dengan keluhan batuk selama 1 minggu disertai pilek selama 3 hari
terakhir, mencret lebih kurang 3xfeses encer, ada sedikit ampas dan batuk berdahak
yang sulit dikeluarkan . ibu pasien juga mengatakan anak mengeluh sesak nafas dan
demam hilang timbul, pasien juga tidak mau makan dan rewel. Gelisah saat tidur karena
sulit bernafas disertai batuk, tidur siang 1 jam, malam 8 jam sering terbangun dan
menangis. Dan sejak sakit anak sering menolak makan, anak diberi ASI dan Susu
formula saja, jika diberi makan hanya menghabiskan ½ porsi dari makanan yang
dihidangkan.

c. Riwayat Penyakit Terdahulu

Anak sering mengalami batuk pilek sejak usia 6 bulan , tetapi tidak pernah dirawat dan
sejak usia 4 bulan sudah diberikan makanan tambahan bubur cair.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Orang tua anak riwayat penyakit TB dan sudah selesai mendapatkan pengobatan TB
sesuai standar sejak 1 tahun yang lalu.

e. Riwayat Alergi

Tidak Ada

f. Riwayat Sosial

Anak sering di ajak kedua kakaknya bermain dirunah, dan saat sakit anak tidak aktif
bermain.
g. Hasil Pemeriksaan Fisik

1. Kepala : lingkar kepala 44cm, bentuk kedua mata simetris, kedua pupil isokor,
reflek terhadap cahaya (+), edema pada palpebra (-/-), hidung terlihat
simetris, mukoa bibir lembab, gigi belum lengkap, tidak ada sariawan
dimulut, terlihat secret jernih dan encer dilubang hidung, Polip(-),

2. Leher : Tidak Ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada kaku kuduk

3. Dada : Bunyi Jantung Normal, ictus cordis tidak teraba, dada simetris, anak
terlihat sesak, retraksi dinding dada (-) taktil fremitus merasa diseluruh lapang dada,
stridor (-)

4. Abdomen : Simetris, tidak ada pembengkakan , bising usus 12x/menit, perkusi


tympani

5. Ekstremitas : Tidak ada kelainan

6. Kulit : Turgor kulit kurang elastis, CRT < 2detik

h. Hasil Pemeriksaan Penunjang

Uji Tubercullin/Tes Montoux Positif>10 mm, RO Thorax tidak khas

Adanya pembesaran kelenjar hilus tanpa infiltrate

i. Diagnosa Medis

TB paru dengan BTA (+)

j. Penatalaksanaan

Therapy Yang diberikan:

- IVFD RL 12 tts/i

- RHZ 75 Mg

- Isoniazid 50 mg

- Pirazinamid 150mg/24 jam

- B.Com ½ Tab/Hari
2. Diganosa Keperawatan

a. Bersihkan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret berlebih ditandai dengan
pasien batuk lebih kurang 1 minggu, dahak encer, sulit mengeluarkan dahak, hasil
pemeriksaan BTA +

b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat ditandai
dengan sejak sakit anak sering menolak makan, anak diberi ASI dan Susu formula
saja, jika diberi makan hanya menghabiskan ½ porsi dari makanan yang
dihidangkan.

c. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan proses penyakit ditandai anak gelisah
dan rewel saat tidur sering menangis dan terjaga dimalam hari karena sesak dan
batuk

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Bersihan nafas tidak Setelah dilakukan 1. Menejemen Jalan Nafas
efektif tindakan Definisi: mengidentfikasi dan
keperawatan mengelola kepatenan jalan nafas
diharapkan masalah
Definisi: Tindakan :
pada jalan nafas
ketidakmampuan dapat teratasi dengan a) Observasi :
membersihkan sekret kriteria hasil: • Monitor pola nafas
atau obstruksi jalan (frekuensi, kedalaman, usaha
1) Jalan nafas paten
nafas untuk napas )
mempertahankan jalan 2) Sekret berkurang
• Monitor bunyi nafas
nafas tetap paten. 3) Frekuensi nafas tambahan (mis, gurgling,
dalam batas mengi,wheezing, ronkhi
normal kering )
Penyebab :
4) Anak dapat batuk • Monitor sputum ( jumlah,
Fisiologis
efektif dan warna, aroma )
1. Sekresi yang mengeluarkan
tertahan b) Teraupeutik:
dahak secara
2. Proses Infeksi spontan • Pertahankan kapatenan jalan
napas dengan head-tilt dan
• chin- lift ( jaw-thrust jika
curiga trauma Servikal )
Gejala Tanda Major
• Posisikan semi-fowler atau
Subjektif: fowler
Ibu Pasien mengatakan • Berikan minum hangat
anak batuk selama 1
• Lakukan fisiotrapi dada, jika
minggu disertai pilek
perlu
lebih kurang 3 hari
,nafas sesak, dahak • Lakukan penghisapan lendir
encer, kurang dari 15 detik
• Berikan oksigen , jika perlu
c) Edukasi:
Objektif: • Anjurkan asupan cairan 2000
1. Batuk tidak efektif ml/hari,jika tidak
2. Dahak encer d) Kontraindikasi
3. Uji Tubercullin/Tes • Ajarkan teknik batuk efektif
Montoux Positif>10 e) Kolaborasi:
mm, RO Thorax • Kolaborasi pemberian
tidak khas bronkodilator,
• ekspetoran,mukolitik, jika
perlu
2. Latihan Batuk Efektif
Definisi : melatih pasien yang tidak
memiliki kemampuan batuk efektif
secara efetif untuk membersihkan
laring, trakea dan brounklolus dari
sekret atau benda asing di jalan
nafas.
Tindakan :
a) Observasi
• Monitor adanya retensi
sputum
• Monitor tanda dan gejala
infeksi saluran nafas
• Monitor input dan output
cairan (mis. Jumlah dan
karakteristik)
b) Terapeutik
• Atur posisi semi fowler atau
fowler
• Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
• Buang sekret pada tempat
sputum
c) Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
• Anjurkan keluarga untuk
memberikan therapy dengan
menggunakan uap air hangat
di dalam ruangan untuk
memberikan rasa nyaman
kepada bayi
d) Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspektoran,
jika perlu
• Pemantauan Respirasi
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan 1. Promosi Berat Badan
Definisi : tindakan Definisi:
keperawatan nutrisi
Asupan nutrisi tidak Memfasilitasi peningkatan berat
dapat terpenuhi
cukup untuk memenuhi badan
dengan kreteria
Penyebab: hasil: Tindakan
1. Ketidakmampuan 1. Anoreksia (-) a) Observasi :
menelan makanan 2. Anak mampu 1) Identifikasi kemungkinan
menghabiskan penyebab BB kurang
Gejala Tanda Mayor porsi makanan 2) Monitor adanya mual dan
yang dihidangkan muntah
Subjektif
3. Turgor Kulit 3) Monitor jumlah kalori yang
Ibu Pasien mengatakan Elastis dikonsumsinya sehari-hari
anak tidak mau makan
selama sakit, anak 4. BB meningkat 4) Monitor berat badan
hanya diberi ASI dan 5) Monitor albumin,limfosit,
susu formula dan elektrolit serum
b) Terapeutik :
Objektif: 1) Berikan perawatan mulut
Turgor Kulit Kurang sebelum pemberian
elastis makan,jika perlu
CRT < 2 detik 2) Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien ( mis.
Anak hanya
Makanan dengan tekstur
menghabiskan ½ porsi
halus,makanan yang
makanan
dibelender,makanan yang cair
diberikan melalaui NGT atau
gastrostomy, total parenteral
nutrition sesuai indikasi)
3) Hidangkan makanan secara
menarik
c) Edukasi :
1) jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau untuk anak
2) jelaskan peningkatan asupan
kalori yang dibutuhkan
kepada keluarga
3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Dukungan Tidur
Definisi : tindakan keprawatan Definisi:
diharapkan kualitas
Gangguan kualitas Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga
tidur pasien kembali
kuantitas waktu tidur yang teratur
normal dengan
akibat Tindakan
faktor eksternal Kriteria hasil sebagai a) Observasi :
berikut: 1) Identifikasi pola aktivitas dan
Penyebab: 1) Gelisah (-) tidur
1) Proses Penyakit 2) Anak Tidak 2) Identifikasi faktor
Rewel dan pengganggu tidur ( fisik dan /
2) Suhu tubuh yang
menangis atau
meningkat pada
malam hari 3) Keluhan tidur b) psikologi
tidak puas tidur 1) Identifikasi makanan dan
menurun/hilang minuman yang mengganggu
Gejala Tanda Major
4) Keluhan pola 2) tidur, minum banyak air
Subjektif: tidur berubah sbelum tidur )
Ibu pasien mengatakan menurun/hilang
c) Terapeutik:
anak rewel, gelisah dan 5) Keluhan istirahat
sering menangis 1) Modifikasi lingkungan ( mis.
tidak cukup
dimalam hari Pencahayaaan,kebisingan,
menurun/hilang
suhu,matras, dan tempat
6) Kemampuan tidur)
Objektif: beraktivitas
2) Tetapkan jadwal tidur rutin
Anak tampak gelisah meningkat
3) Lakukan perosedur untuk
Palpebra (-/-) meningkatan kenyamanan
Anak menangis (mkis. pijat, pengaturan
Tidur siang 1 jam posisi, terapi akupresur )
Tidur malam 8 jam d) Edukasi :
1) Jelaskan kepada keluarga
tidur cukup selama sakit
2) Anjurkan keluarga untuk
menepati kebiasaan waktu
tidur pada anak
4. Implementasi Keperawatan

N0 Tanggal Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi Keperawatan Paraf


Perawat
1. 06 Des Bersihkan jalan nafas tidak
2016 efektif b/d penumpukan
sekret berlebih ditandai
dengan pasien batuk lebih
kurang 1 minggu, dahak
encer, sulit mengeluarkan
dahak, hasil pemeriksaan
BTA +

2. 06 Des Defisit Nutrisi berhubungan


2016 dengan intake makanan
yang tidak adekuat ditandai
dengan sejak sakit anak
sering menolak makan, anak
diberi ASI dan Susu
formula saja, jika diberi
makan hanya menghabiskan
½ porsi dari makanan yang
dihidangkan.

3. 06 Des Gangguan Pola Tidur


2016 berhubungan dengan proses
penyakit ditandai anak
gelisah dan rewel saat tidur
sering menangis dan terjaga
dimalam hari karena sesak
dan batuk

5. Evaluasi Keperawatan

No Tanggal dan Waktu Diagnosa Keperawatan SOAP Paraf


Perawat
1. 06 Des 2016 Bersihkan jalan nafas S:
Jam. 20.00 Wib tidak efektif b/d
penumpukan sekret O:
berlebih ditandai dengan
A:
pasien batuk lebih
kurang 1 minggu, dahak P:
encer, sulit
mengeluarkan dahak,
hasil pemeriksaan BTA
+

2. 06 Des 2016 Defisit Nutrisi S:


Jam 20.00 WIb berhubungan dengan
intake makanan yang O:
tidak adekuat ditandai
A:
dengan sejak sakit anak
sering menolak makan, P:
anak diberi ASI dan
Susu formula saja, jika
diberi makan hanya
menghabiskan ½ porsi
dari makanan yang
dihidangkan.
3. 06 Des 2016 Gangguan Pola Tidur S:

Jam 20.00 Wib berhubungan dengan O:


proses penyakit ditandai
A:
anak gelisah dan rewel
P:
saat tidur sering
menangis dan terjaga
dimalam hari karena
sesak dan batuk

Anda mungkin juga menyukai