PENDAHULUAN
1
Menjalankan fungsi manajemen agar berhasil secara optimal maka seorang
manejer keperawatan dituntut untuk dapat melakukan suatu proses yang
meliputi 4 fungsi utama dari manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan kontrol (Nursalam, 2011).
1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Menerapkan prinsip dan keterampilan kepemimpinan manajemen dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada klien serta mengelola
pelayanan keperawatan profesional tingkat dasar secara bertanggung jawab
dan menunjukkan sikap kepemimpinan.
2
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan mahasiswa
mampu :
a)
Mengoptimalkan fungsi perencanaan di Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi
tahun 2018.
b)
Mengoptimalkan metode pengorganisasian di Ruangan Neuro RSAM
Bukittinggi tahun2018.
c)
Mengoptimalkan fungsi pengawasan di Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi
tahun2018.
d)
Mengoptimalkan overan dibRuangan Neuro RSAM Bukittinggi tahun2018.
e)
Mengoptimalkan fungsi pendokumentasian dibRuangan Neuro RSAM
Bukittinggi tahun2018.
f)
Mengoptimalkan fungsi evaluasi dibRuangan Neuro RSAM Bukittinggi
tahun2018.
g)
Menganalisis lingkungan suatu Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi
tahun2018.
1.3 MANFAAT
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a.
Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b.
Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MPKP
Model Tim yang diaplikasikan di Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi
tahun2018.
c.
Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan
model MPKP di Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi tahun2018.
d.
Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
e.
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional di Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi
tahun2018.
3
1.3.2 Bagi Perawat Ruangan
a)
Melalui Praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-
masalah yang ada diRuangan Neuro RSAM Bukittinggi yang berkaitan
dengan pelaksanaan MPKP Metode Tim.
b)
Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
c)
Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, antara
perawat dengan tim kesehatan lain dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
d) Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
5
g) Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat
sosial, disiplin dan bidang study
h) Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari
lembaga dan lembaga dimana organisasi itu berfungs
i) Budaya organisasi mencerminkan nilai – nilai kepercayaan
j) Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
k) Manajemen keperawatan memotivasi
l) Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
m) Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian
2.1.3
Fungsi Manajemen Keperawatan
Fungsi manajemen keperawatan memerlukan peran orang yang terlibat
didalamnya untuk menyikapi posisi masing – masing sehingga diperlukan
fungsi – fungsi yang jelas mengenai manajemen ( Suarli dan Bahtiar,
2009). Fungsi manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai proses
manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan, pengawasan ( Marquis dan Huston, 2010 ). Fungsi
manajemen menurut G. R. Terry adalah planning, organizing, actuating
dan controlling. Sedangkan menurut S.P Siagian fungsi manajemen terdiri
dari planning, organizing, motivating dan controlling (Suarli dan Bahtiar,
2009).
6
untuk mencapai tujuan dari unit, bekerja dalam struktur organisasi
yang telah ditetapkan dan memahami serta menggunakan kekuasaan
dan otoritas yang sesuai.
c. Staffing
Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian diantaranya
adalah rekrutmen, wawancara, mengorientasikan staf, menjadwalkan
dan mensosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf.
d. Directing
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik,
pendelegasian, cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi.
e. Controlling
Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggung jawaban
keyangan, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta
pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.
2.2
SISTEM MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
Sistem model asuhan keperawatan profesional merupakan suatu kerangka
kerja yang mendefenisikan standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan dan system model asuhan keperawatan profesional. Dimana
keberhasilan suatu asuhan keperawatan pada klien sangat ditentukan
olehmetode pemberian asuhan keperawatan profesional.
7
2.2.1 Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional
a. Model fungsional
Model fungsional berdasarkan orientasi tugas dari filosofi Keperawatan,
dimana perawat melaksakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada. Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat
pengelolaan dalam Asuhan Kperawatan sebagai pilihan utama.
b. Model Kasus
Model Kasus berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi Keperawatan,
dimana perawat bertanggung jawab terhadap Asuhan observasi pada
pasien tertentu dan ratio Pasien : Perawat adalah 1:1.
8
isolasi, intensive care. Penanggung jawab pada Model Kasus adalah
Manajer Keperawatan.
c. Model Tim
Model Tim berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan. Enam –
tujuh perawat profesional dan perawat associate bekerja sebagai suatu
tim, disupervisi oleh tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan Asuhan Keperawatan
terhadap sekelompok pasien, perawat ruangan dibagi menjadi 2-3
tim/grup yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu
dalam satu grup kecil yang saling membantu. Penanggung jawab dalam
Model Tim ini adalah Ketua Tim.
9
d. Model Primer
Model primer berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi
Keperwatan. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek Asuhan
Keperawatan dari hasil pengkajian, kondisi pasien untuk mengkoordinir
Asuhan Keperwatan, dimana ratio Perawat: Pasien 1: 4 / 1:5
e. Model Modular
Model modular adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer.
Metode ini sama dengan model keperawatan tim karena baik perawat
profesional maupun non profesional bekerja bersama dalam memberikan
10
asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat profesional.
Disamping itu, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode keperawatan
primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas
sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang
bahkan sampai dengan waktu follow up care.
Peran perawat kepala ruang (nurse unit manager) diarahkan dalam hal
membuat jadwal dinas dengan mempetimbangkan kecocokan anggota
untuk bekerja sama dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta
motivator.
2.3
FUNGSI MANAJERIAL PADA METODA TIM
2.3.1 Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah petugas atau perawat yang diberikan
tanggungjawab dan wewenang dalam memimpin pelaksanaan pelayanan
keperawatan serta tata laksana personalia pada suatu ruangan atau bangsal
Rumah Sakit.
11
5. Mengikuti visite dokter, untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis, yang dilakukan. Program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien
6. Mengatur dan mengendalikan Asuhan Keperawatan
Membimbing pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai Asuhan
Keperawatan
Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk
7. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
8. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
9.
Menjaga terwujudnya visi dan misi Keperawatan dan rumah sakit.
b.
Pengorganisasian.
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian ketua tim Anggota tim secara jelas
4) Membuat rentang kendali Kepala Ruangan dan membawahi 2
ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 Perawat
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga Keperawatan membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll
6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada
ditempat kepada ketua tim
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
11)
Indentifikasi masalah dan cara penanganan.
12
c. Pengarahan
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
3)
Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan sikap
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan Askep Pasien
5)
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
d. Pengawasan
1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai Asuhan
Keperawatan yang diberikan kepada pasien
2) Melalui supervisi
Pengawasan langsung melalui infeksi, mengamati sendiri atau
melaui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki /
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga
Pengawasan tidak langsung atau mengecek daftar hadir, jadwal
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan) mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksana tugas
3) Evaluasi
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang sudah disusun bersama ketua tim
4) Audit Keperawatan
13
2.3.2 Ketua Tim
Ketua Tim merupakan perawat yang memiliki tanggung jawab dalam
perencanaan, kelancaran dan evaluasi dari askep untuk semua pasien yang
di lakukan oleh Tim di bawah tanggung jawabnya (Nursalam 2003).
14
Uraian tugas perawat pelaksana
a. Memelihara keberhasilan ruang rawat dan lingkungan
b. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku
c. Memelihara keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan
siap
d. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa
sesuai batas kewenangan
e. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya
f. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan
dan batas kemampuanya antara lain :
1) Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program
pengobatan
2) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya mengenai penyakitnya
g. Melatih / membantu pasien untuk melakukan latihan gerak
h. Melaksanakan evaluasi tindakan, keperawatan sesuai batas
kemampuannya
i. Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan
yang tepat berdasarkan hasil observasi sesuai batas kemampuannya
j. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas
kasus dan upaya meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan
k. Melaksanakan kasus dan upaya meningkatkan mutu Asuhan
keperawatan
15
a. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang
diberikan
b. Menetukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
pelayanan keperawatan
c. Menentukan jumlah masing – masing kategori perawat yang dibutuhkan
d. Menerima dan menyaring tenaga untuk mengisi posisi yang ada
e. Melakukan seleksi calon yang ada
f. Menetukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiftnya
g.
Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan
keperawatan ( sesuai uraian tugas ).
2.4.1
Analisa Kebutuhan Tenaga
Pada dasarnya semua metode ataupun formula yang telah dikembangkan
untuk meghitung tenaga perawat di Rumah Sakit berakar pada beban kerja
dari personal yang bersangkutan, telah banyak penelitian tentang itu
dinegara – negara maju, analisa kebutuhan tenaga harus dilakukan secara
cermat agar tidak berulang – ulang menghitungnya. Ada beberapa situasi
yang perlu dipertimbangkan :
a) Adakah perluasan Rumah Sakit sehingga berdampak pada penambahan
tempat tidur, hal ini akan berdampak pada rasio tenaga perawat.
b) Adanya perubahan jenis pelayanan dan fasilitas RS yang berdampak
pada peningkatan BOR, akhirnya perlu tenaga.
c) Adanya penurunan motivasi, penurunan prestasi kerja, datang
terlambat, pekerjaan terbengkalai, hal ini terjadi karena pimpinan
kurang perhatian, tidak ada rewart, kerja yang ketat dan beban kerja
yang banyak, serta tenaga kurang, maka perlu analisa penambahan
tenaga.
d) Adanya keluhan klien terhadap pelayanan perawatan yang diterima,
perlu analisa penyebabnya apa saja.
1. Faktor Pasien
16
a) Tingkat ketergantungan pasien
b) Rata – rata lama tindakan keperawatan
c) Jumlah rata – rata pasien dirawat / dan lama hari rawatan
d) Sosial budaya
e) Harapan pasien terhadap pelayanan keperawatan
2. Faktor keperawatan
a) Tingkat pendidikan, pengalaman kerja
b) Etika
c) Motivasi kerja
d) Beban kerja, uraian tugas, mekanisme kerja
3. Faktor lingkungan
a. Disain ruangan : baraks, boxes, kamar
b. Keadaan fisik ruangan : lokasi dan tata letak alat berdekatan atau
berjauhan
c.
Kelengkapan fasilitas penunjang dan bahan – bahannya apakah
terbatas atau tidak.
4. Faktor organisasi
a) Metode penugasan apa yang dipakai ?
b) Pengembangan kemampuan perawat bagaimana ?
c) Sistem pelayanan penunjang
d) Kemampuan Rumah Sakit
17
Caranya :
No Tipe RS TM/tt TPP/tt TNTP/tt TNm/tt
1 A&B 1 / ( 4 -7 ) (3-4)/2 1/3 1/1
2 C 1/9 1/1 1/5 3/4
3 D 1 / 15 1/2 1/6 2/3
Khusus Disesuiakan
Contoh perhitungan :
Misalkan RS tipe C dengan 100tt, maka dibutuhkan tenaga dokter sebanyak
11 ( 100/9 ) orang, tenaga perawat sebanyak 100 ( 1/1 x 100 ) orang, tenaga
non perawatan 20 ( 1/5 x 100 ) orang dan tenaga non medis 75 ( ¾ x
100 )orang
18
Keperawatan mandiri yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam
melakukan tindakan dan pengobatan, pasien dapat melakukan aktifitas
secara mandiri, perawat hanya menyediakan alat – alat seperti
perangkat mandi dll.
b. Partial care
Keperawatan sebagian yaitu klien memerlukan bantuan sebagian
dalam tindakan dan pengobatan, misalnya injeksi, pembersihan luka,
kateter, pasien pasca operasi dalam tahap penyembuhan, sedangkan
aktifitas mandi, makan, eliminasi, memakai baju dll dapat dilakukan
sendiri tanpa bantuan
c. Total care
Yaitu pasien memerlukan bantuan secara poenuh dalam perawatan diri
dan memerlukan observasi secara ketat, aktifitas seperti makan,
eliminasi dll dilakukan ditempat tidur dengan memakai tindakan atau
alat khusus misal kateterisasi, NGT, pasien membutuhkan perhatian
secara teratur tapi tidak terus menerus. Perhatian yang diperlukan
adalah terhadap pola kesadaran pasien dan kemampuan pasien untuk
mengikuti petunjuk.
d. Keperawatan intensif
Klien memerlukan observasi ketat dan tindakan yang terus menerus
misal pada pasien cardiogenic shock yang memakai respirator, monitor
jantung, monitor haemodinamik, adanya tanda – tanda shock, aspiksia,
coma dll.
1.
Perawatan langsung
Rata – rata waktu yang dibutuhkan adalah 4 – 5 jam per pasien per
hari, dengan rincian sbb :
Perawatan mandiri ½ x 4 jam = 2 jam
Perawatan partial ¾ x 4 jam = 3 jam
19
Perawatan total 1 - 1 ½ x 4 jam = 4 – 6 jam
Perawatan intensif 2 x 4 jam = 8 jam
2.
Perawatan tidak langsung
Adalah waktu yang dipakai untuk kegiatan seperti membuat rencana
keperawatan, konsultasi dengan tim kesehatan lain, menulis dan
membuat catatan kesehatan, rata – rata waktu yang dipakai menurut
gillies 1989 adalah 38 menit, sedang menurut wolf young dalam gillies
adalah 60 menit.
20
Pendidikan kesehatan = 15 org x ¼ jam = 3,75 jam
Total = 73,75 jam
21
e. Terpasang infus, drain, persiapan pengobatan atau memerlukan
prosedur
Contoh penghitungan
Diruangan Anggrek RSU PMI dirawat 20 pasien dengan kategori : 5
pasien perawatan minimal, 10 pasien perawatan parsial, dan 5 pasien
perawatan total. Maka perawat yang diperlukan adalah sbb :
Shift pagi
5 pat x 0,17 = 0,85
10 pat x 0,27 = 2,7
5 pat x 0,36 = 1,80
Total tenaga pagi = 5,35 org
Shift sore
5 pat x 0,14 = 0,70
10 pat x 0,15 = 1,5
22
5 pat x 0,30 = 1,5
Total tenaga pagi = 3,70 org
Shift malam
5 pat x 0,10 = 0,50
10 pat x 0,07 = 0,70
5 pat x 0,20 = 1,0
Total tenaga pagi = 2,20 org
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah 5,35 + 3,70 + 2,20 = 11,25
orang dibulatkan menjadi 12 orang.
Untuk mengukur jumlah kebutuhan ini harus dilakukan monitor
kategori jenis pasien selama 2 minggu, selama – lamanya biasanya 3 –
6 bulan.
2.5
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
2.5.1 Pengertian
Dokumentasi adalah bahan komunikasi tertulis untuk mendukung
informasi atau kejadian (Flosbach, 91). Jadi dokumentasi asuhan
keperawatan adalah dokumentasi tentang fakta-fakta terhadap penyakit
klien, gejala-gejala, diagnosis, penatalaksanaan serta evaluasinya.Catatan
tersebut harus dibuat lengkap, mudah dan cepat diakses secara sistematis
sehingga dapat memberikan suatu informasi yang akurat.
23
2.5.2 Tujuan Dokumentasi
Secara umum tujuan sistem dokumentasi (Doenges, 1995) adalah
a. Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien
b. Memastikan kemajuan hasil yang berfokus pada klien
c. Mernfasilitasi komunikasi antar disiplin mengenai konsistensi tujuan
dan kemajuan pengobatan
d. Teknik evaluasi
e. Syarat akreditasi
2.5.4
Hal-Hal Yang Penting Yang Diperhatikan Dalam Pendokumentasian
Asuhan Keperawata
Dalam penulisan dokumentasi keperawatan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:Isi, informasi yang ditulis harus lengkap, akurat, jelas,
mengandung fakta (obyektif) dan tidak menggunakan istilah atau
singkatan yang tidak umum. Benar, dimana informasi mengenai klien dan
tindakan yang diberikan haruslah faktual. Catatan harus berisi deskripsi,
informasi yang objektif dari apa-apa yang perawat lihat, dengar, rasa dan
cium (Begerson,1988).
2.6
TIMBANG TERIMA / OPERAN DINAS
Adalah suatu cara dalam menyampaikan atau menerima sesuatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan klien, bertujuan :
a) Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum
b) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya
24
c) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya
b. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada seluruh
penanggung jawab :
1. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan
2. Dari nurse station, perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan
belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan.
3. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan
kepada perawat berikutnya
4. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
a) Identitas klien dan diagnosa medik
b) Masalah keperawatan yang masih mungkin muncul
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
d) Intervensi kolaborasi
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk
konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara
rutin.
25
5. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
Tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang
jelas
6. Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
7. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan lebih lengkap
dan rinci
8. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat
9. Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru
10. Perawat bertanggungjawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-
sama secara langsung melihat keadaan klien.
2.7
CONFERENCE KEPERAWATAN
2.7.1
Defenisi
Konfren adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi, yang dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien. Pre konfren adalah diskusi tentang aspek
kinis sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Post
konfren adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien.
Yang terlibat dalam konfren adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim. Pre konfren dilakukan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan
post konfren dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan. Waktu
efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit. Topic yang dibicarakan harus
dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan, tindakan rencana
dan data- data yang perlu ditambahkan (Jean, et. Al, 1973).
2.7.2 Tujuan
Secara umum tujuan konfren adalah untuk menganalisa masalah-
masalah secara kitis dan menjabarkan alternative penyelesaian masalah,
mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi
26
masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan
kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara
yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKechie,
1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan
keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan
frrustasi bagi pemberi asuhan (T. M. Marelli, et. Al, 1997).
27
ketika merebaknya kasus AIDS di tahun 1980-an. Kewaspadaan universal
erat kaitannya dengan upaya yang diperlukan oleh tim kesehatan ketika
menangani hal yang berkaitan dengan darah dan beberapa cairan tubuh
yang terinfeksi, dimana demi keselamatan tim kesehatan perlu dilakukan
perlindungan dari mereka yang mempunyai HIV positif, Hepatitis B,
Hepatitis C atau penyakit menular lainnya sesuai dengan proses
penularannya (Yayasan Spritia, 2006).
28
peralatan. Ketiga prinsip tersebut dapat dijabarkan dalam lima kegiatan,
yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
Cuci tangan adalah proses membuang debu secara mekanis dari kulit
kedua belah tangan dengan memaki sabun dan air. Sedangkan dalm
kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme
penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta meminimalkan
kontaminasi silang. Cuci tangan tidak hanya mengurangi penyebaran
infeksi dari petugas kesehatan tetapi juga dari pengunjung rumah sakit
(Linda Tiejen, 2004).
29
1.
Untuk pengelolaan jarum suntik yang telah dipakai harus dibuang
langsung ke dalam tabung yang tertutup, anti bocor ebelum dibawa ke
tempat insenerator, tanpa menyentuh atu meanipulasi bagian tajamnya
seperti dibengkokkan, dipatahkan, atau ditutup kembali. Jika jarum
terpaksa ditutup kembali (recapping), gunakanlah cara penutupan
jarum dengan satu tangan untuk mencegah jari tertusuk. Sediakan
penempatan wadah tahan tusukan yang telah diberi tanda dengan jelas
dan ditempatkan sedekat mungkin, dimana benda tersebut ditemukan
(WHO, 2005).
2.
Pemakaian alat tajam yang telah digunakan untuk sekali pakai
langsung dibuang ke dalam kontainer khusus yang tidak mudah tembus
sebelum dibawa ke insenerator (Ramdhan, 2008)
30
terjadi secar parenteral melalui tusukan,luka, percikan darah atau
cairan tubuh pada mukosa mata, hidung atau mulut dan percikan pad
kulit yang tidak utuh, kejadian seperti ini harus dicegah dan
keselamatan petugas harus diutamakan.
31
limbah yang memerlukan konstrusi khusus, seperti insenerator atau
pilihan lain dari insenerator, sarana sterilisasi, peningkatan sistem
ventilasi, peralatan laboratorium, obat anti retroviral, dan termasuk
alat-alat untuk memantau serta mengawasi proses ulang yang harus
dilakukan, semua ini harus tersedia dengan cukup walau berada dalm
lingkungan dengan sumber daya yanterbatas (WHO, 2005).
32
anggota tim. Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran
klinik yang memungkinkan peserta didik mentransfer dan
mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam praktik keperawatan
secara langsung.
2.9.2
Tujuan Ronde Keperawatan
Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan terbagi menjadi 2 yaitu:
tujuan bagi perawat dan tujuan bagi pasien. Tujuan ronde keperawatan
bagi perawat menurut Armola et al. (2010) adalah:
a) Melihat kemampuan staf dalam managemen pasien
b) Mendukung pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan
c) Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format
studi kasus
d) Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar
meningkatkan penilaian keterampilan klinis
e) Membangun kerjasama dan rasa hormat, serta
f)
Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan
kebanggaan dalam profesi keperawatan.
Ronde keperawatan selain berguna bagi perawat juga berguna bagi pasien.
Hal ini dijelaskan oleh Clement (2011) mengenai tujuan pelaksanaan
ronde keperawatan bagi pasien, yaitu:
1. Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan hari
ke hari
2. Untuk mengamati pekerjaan staff
3.
Untuk membuat pengamatan khusus bagi pasien dan memberikan
laporan kepada dokter mengenai, missal: luka, drainasi, perdarahan,
dsb.
4. Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya
5. Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
6. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien
7. Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diberikan
kepada pasien
33
8.
Untuk memeriksakan kondisi pasien sehingga dapat dicegah, seperti
ulcus decubitus, foot drop, dsb
9. Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien
sehingga perawat memperoleh wawasan yang lebih baik
10.
Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan.
2.9.3 Manfaat Ronde Keperawatan
Banyak manfaat dengan dilakukannya ronde keperawatan oleh perawat,
diantaranya:
a. Ronde keperawatan dapat meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan pada
b.
perawat. Clement (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan
adalah membantu mengembangkan keterampilan keperawatan, selain
itu menurut Wolak et al. (2008) denga adanya ronede keperawatan
akan menguji pengetahuan perawat. Peningkatan ini bukan hanya
keterampilan dan pengetahuan keperawatan saja, tetapi juga
peningkatan secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan oleh Wolaket al.
(2008) peninkatan kemampuan perawat bukan hanya keterampilan
keperawatan tetapi juga memberikan kesempatan pada perawat untuk
tumbuh dan berkembang secara profisonal.
c. Melalui kegiatan ronde keperwatan, perawat dapat mengevaluasi
kegiatan yang telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement
(2011) melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan,rintangan yang
dihadapi oelh perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan
dapat dinilai. Hal ini juga ditegaskan oleh O’connor (2006) pasien
sebagai alat untuk menggambarkan parameter penilaian atau teknik
intervensi.
d. Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan
mahasiswa perawat. Ronde keperawatan merupakan studi percontohan
yang menyediakan sarana untuk menilai pelaksanaan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat (Wolak et al, 2008). Sedangkan bagi
mahasiswa perawat dengan ronde keperawatan akan mendapat
pengalaman secara nyata dilapangan (Clement, 2011).
34
e.
Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membantu
mengorientasikan perawat baru pada pasien. Banyak perawat yang
baru masuk tidak mengetahui mengenai pasien yang dirawat di
ruangan. Dengan ronde keperawatan hal ini bisa dicegah, ronde
keperwatan membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien
(Clement, 2011).
f. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian
Febriana (2009) ronde keperwatan meningkatkan kepuasan pasien lima
kali dibanding tidak lakukan ronde keperawatan. Chaboyer et al.
(2009) dengan tindakan ronde keperawatan menurunkan angka insiden
pada pasien yang dirawat.
35
d.
Teaching rounds menurut Close dan Castledine (2005) dilakukan
antara teacher nurse dengan perawat atau mahasiswa perawat, dimana
terjadi proses pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan oleh
perawat atau mahasiswa perawat. Dengan pembelajaran langsung.
Perawat atau mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang
didapat langsung pada pasien.
36
Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala
ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan
Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.
3. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
4. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah sebagai
berikut.
a. Struktur
Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
Persiapan dilakukan sebelumnya.
b. Proses
Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan.
c. Hasil
Klien merasa puas dengan hasil pelayanan
Masalah klien dapat teratasi.
Perawat dapat:
Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
keperawatan.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berorientasi pada masalah klien
37
Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
Meningkatkan kemampuan justifikasi.
Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
38
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan
yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa
disebutkan antara lain :
Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
Menjelaskan masalah keperawatan utama
Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
Menjelaskan tindakan selanjtunya
Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
2. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
Memberikan justifikasi
Memberikan reinforcement
Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional
Mengarahkan dan koreksi
Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
Selain perawat, pasien juga dilibatkan dalam kegiatan ronde
keperawatan ini untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan.
BAB III
ANALISA SITUASIONAL
39
survey awal dan pengumpulan data melalui kuesioner, observasi dan wawancara
terhadap 17 orang perawat pelaksana, 3 orang katim dan 1 orang kepala ruangan
mengenai data umum dan masalah yang berhubungan dengan manajemen
keperawatan.
40
c. Mendidik dan melatih tenaga kesehatan serta mengadakan penelitian di
bidang kesehatan.
d. Meningkatkan kemandirian rumah sakit dalam pengelolaaan pelayanan
kesehatan, administrasi dan manajemen.
3.2 Perencanaan
41
1.1. Perencanaan
1.1.1. Karakteristik Unit
a. Visi Ruang
Ruang AMBUN SURI Lantai III mempunyai visi ruangan yaitu:
Instalasi dengan pelayanan penyakit dalam yang komprehensif
b. Misi Ruang
Ruang AMBUN SURI Lantai III mempunyai misi ruangan yaitu:
1) Mewujudkan profesionalisme sumber daya manusia
2) Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai dengan standar
3) Mengembangkan jenis pelayanan dalam meningkatkan
pendapatan instalasi
4) Mengembangkan mutu pelayanan sesuai dengan indikator
42
12 kamar, 1 ruang karu, 1 ruang dokter, 1 ruang perawat, 1 ruang
pertemuan/rapat, 1 ruang apotek, 1 gudang, dan 1 pantry.
Tabel 3.1
Tabel jumlah kapasitas tempat tidur yang ada di ruang Lt III Ambun Suri
Bukittinggi Tahun 2018
Ruangan Jumlah Tempat Tidur
II.1 3
II.2 3
II.3 3
II.4 3
II.5 3
II.6 4
III.1 6
III.2 6
III.3 6
III.4 6
HCU 6
ISOLASI 1
RUANG TINDAKAN 1
Jumlah 51
Ruang Lt III Ambun Suri memiliki 12 ruang rawatan, dimana setiap ruang
terdapat 2 tempat tidur, sehingga jumlah tempat tidur adalah 51. Semua ruangan
dalam keadaan baik sehingga semua ruangan dapat digunakan.
43
dan hasil wawancara perawat yang ada diruang Lt III AMBUN SURI,
Diabetes Militus adalah penyakit terbanyak sejak Januari 2018.
TABEL 3.2
Tabel Tenaga Perawat di Ruangan LT III AMBUN SURI Lt III
44
16 Tessi Megawati, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
17 Tika Sepri Madona, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
18 Dian Tutupika, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
19 Rita Triwarni, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
20 Herlina, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
21 Rika Safitri, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
22 Gefri Lidya, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
23 Ns.Sri Novianita,S. Kep Perempuan S1 Keperawatan PP
24 Ns. Fitriya Wendri,S. Kep Perempuan S1 Keperawatan PP
25 Yovi Syafnovel, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
26 Andreas Laki-Laki Brankar Man
27 Mega Purnama Sari, Amd. Far Perempuan D3 Farmasi Apoteker
Tabel 3.3
Tabel Tenaga Perawat di Ruang AMBUN SURI Lt III RSAM Bukittinggi 2018
Umur
Ruang
21-30 31-40 41-50 >50
ASLan III 8 10 3 -
Pesentase 38,1% 47,6% 14,3% -
Tabel 3.4
Tabel tenaga keperawatan berdasarkan pelatihan
Ruang Pelatihan
BTCLS PPI Manajemen Pat PPGD BHD
Karu Safety
ASLan III 21 8 2 1 5 4
45
Persentase 100% 38,10% 9,52% 4,76% 23,81% 19,05%
b. Pembagian kerja
Hasil analisis situasi melalui wawancara, di ruang LT III AMBUN
SURI Lt.3, yang di sepakati oleh Ns. Yenita Roza,
S.Kep, dan 21 orang tenaga perawat. Jadwal pembagian shift terbagi
dalam 3 shift yaitu shift pagi dari pukul 7.30 WIB s/d 14.00, shif sore
dari pukul 13.30 s/d 21.00 WIB dan shif malam dari pukul 21.00 s/d
08.00 WIB.
2. Pengorganisasian
Berdasarkan batasan dan wewenang tanggung jawab semua karyawan
cukup jelas secara tertulis dan sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
Begitu juga berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada kepala
ruangan, metode yang digunakan untuk penugasan yang ada di ruangan ini
adalah metode modular. Tujuan dari metode tersebut adalah agar pasien
terkelola dengan baik dan terciptanya pelayanan yang prima. Sistem
timbang terima yang digunakan di Ruangan Neuro yaitu metode SBAR,
berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan metode ini sudah
berjalan cukup baik.
46
3. Pengarahan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan, kepala
ruangan mengarahkan semua anggota perawat untuk mengelola pasien
dengan cara metode modular yakni dengan membagi tanggung jawab
sesuai dengan uraian kerja masing-masing perawat yaitu membagi menjadi
tiga tim; tim HCU, tim PRIA dan tim WANITA. Kepala ruangan
mengatakan manajemen konflik di ruangan sudah ada dan terarah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan PPAK dan perawat
pelaksana di ruang AMBUN SURI Lt III yang telah dilakukan dari tanggal
26-29 Maret 2018 mengenai pelaksanaan post conference, PPAK
mengatakan pelaksanaan post konfren belum dilaksanakan secara optimal
dibuktikan dengan hasil wawancara dan observasi lapangan. Dari hasil
wawancara kepada PPAK ruangan di dapatkan hasil bahwa pada saat post
confrence PPAK melakukan evaluasi kembali dengan cara mengevaluasi
perawat pelaksana secara personal tanpa mengumpulkan perawat
pelaksana melalui forum diskusi. Dari hasil observasi sejak tanggal 26-29
Maret 2018 di dapatkan bahwa belum adanya pelaksanaan post confrence
secara formal yang dihadiri oleh karu, ppak dan perawat pelaksana.
Kemudian Karu, PPAK dan PP juga menyatakan pelaksanaan ronde
keperawatan belum dilaksanakan secara optimal dibuktikan dengan hasil
wawancara dan observasi lapangan.
4. Pengendalian
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada
tanggal 26 Maret 2018 kepala ruangan menyatakan bahwa pengendalian
kerja selalu dilakukan dan diawasi langsung oleh kepala ruangan, serta
melakukan diskusi bersama untuk memecahkan masalah diruangan, dan
melakukan survey kepuasan pasien dan keluarga terhadap dokter dan
perawat diruang rawat inap AMBUN SURI Lt III.
47
Data umum
1) Perawat
a. Karakteristik umur
Tabel 3.8
Distribusi Frekuensi umur perawat di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM
Bukittinggi Tahun 2018
Umur
Ruang
21-30 31-40 41-50 >50
ASLan III 8 10 3 -
Pesentase 38,1% 47,6% 14,3% -
Dari tabel diatas didapatkan perawat yang bekerja diruang Ambun Suri Lt. III
RSAM Bukittinggi sebagian besar berumur 31- 40 tahun dengan persentase
47,6%.
b. Karakteristik pendidikan
Tabel 3.9
Distribusi Frekuensi pendidikan perawat di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Pendidikan
Ruang
D3 Keperawatan S1 Keperawatan + Ners
ASLan III 20 6
Pesentase 76,9% 23,1%
Dari tabel diatas didapatkan perawat yang bekerja diruang Ambun Suri Lt. III
RSAM Bukittinggi sebagian besar berpendidikan D3 Keperawatan dengan
persentase 76,9%.
1. Kepala ruangan
Grafik 3.1
48
Distribusi pertanyaan wawancara mengenai ronde, pendokumentasian dan
pre-post konference dalam manajemen keperawatan di ruang Ambun Suri
Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
2. Katim
Grafik 3.2
Distribusi pertanyaan wawancara mengenai ronde, pre dan post conference
dalam manajemen keperawatan di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM
Bukittinggi Tahun 2018
49
Berdasarkan grafik diatas didapatkan hasil wawancara dari 3 orang katim
menyatakan ada melakukan ronde keperawatan, semua tim kesehatan hadir dalam
ronde keperawatan, dan pernah melakukan post conference, dan 2 dari 3 orang
katim menyatakan tidak ada melakukan ronde keperawatan setiap pergantian shift,
lalu menyatakan bahwa metode yang digunakan saat ini tidak cocok. Akan tetapi
dari hasil observasi didapatkan hasil bahwa pada saat ronde keperawatan dan pre
dan post conference semua tim kesehatan tidak hadir salah satunya dokter dan
gizi. Lalu tidak adanya dilakukan pre dan post conference.
3. Perawat pelaksana
a. Hasil kuesioner manajemen keperawatan
Tabel 3.12
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai pelaksanaan timbang terima (overan) setiap pergantian shift sesuai
dengan standar yang berlaku di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
50
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 10 11
Persentase 47,62% 52,38%
Tabel 3.13
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan telah optimal dalam
manajemen keperawatan di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 0 18 3
Pesentase 0% 0% 85,71% 14,29%
Tabel 3.14
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai semua tim kesehatan hadir dalam ronde keperawatan dalam manajemen
keperawatan di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 1 18 2
51
Pesentase 0% 4,76% 85,71% 9,52%
Tabel 3.15
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai ronde dilakukan setiap pergantian shift dalam manajemen keperawatan
di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 5 11 5
Pesentase 0% 23,81% 52,38% 23,81%
Tabel 3.16
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai ronde keperawatan, perawat
melibatkan keluarga dan klien dalam mengatasi masalah keperawatan di ruang
Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 8 8 5
Pesentase 0% 38,10% 38,09% 23,81%
Tabel 3.17
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai discharge planning secara lengkap dalam manajemen keperawatan di
ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Ruang Pernyataan
52
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 0 13 8
Pesentase 0% 0% 61,90% 38,10%
Diagram 3.15
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai waktu perawat diruangan dalam
melakukan semua proses keperawatan dan waktu untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang Ambun Suri
Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 1 4 10 6
Pesentase 4,76% 19,05% 47,62% 28,75%
Diagram 3.16
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai setiap selesai menjalankan
implementasi keperawatan, perawat mendokumentasikannya di ruang
Ambun Suri B Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 1 12 8
53
Pesentase 0% 4,76% 57,14% 38,10%
Diagram 3.17
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai perawat waktu untuk melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 2 14 5
Pesentase 9,52% 66,67% 23,81%
Diagram 3.18
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai pembuatan laporan pergantian
dinas perawat dan setelah selesai diparaf dalam manajemen keperawatan di ruang Ambun Suri Lt. III
RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 3 12 6
Pesentase 0% 14,29% 57,14% 28,57%
Diagram 3.19
54
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai pelaksanaan pre-post konference diruangan dalam
manajemen keperawatan di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 4 9 8
Pesentase 0% 19,05% 42,86% 38,10%
Diagram 3.20
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai pre dan post conference
dilakukan setiap pergantian shift di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM
Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 7 8 6
Pesentase 0% 33,33% 38,10% 28,57%
Diagram 3.21
55
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai pre dan post conference dihadiri
oleh seluruh perawat yang dinas di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM
Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 0 8 13
Pesentase 0% 0% 38,10% 61,90%
Tabel 3.22
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai pelaksanaan perencanaan
tindakan keperawatan oleh PPAK di setiap overan di ruang Ambun Suri Lt.
III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 2 13 6
Pesentase 0% 9,52% 61,90% 28,75%
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 3 12 6
Pesentase 0% 14,29% 57,14% 28,57%
56
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 12 orang perawat pelaksana
(57,14%) menyatakan sering dievaluasi oleh PPAK setiap melakukan tindakan
keperawatan.
18 18 18 18 18 18
c.
Hasil observasi manajemen keperawatan
Tabel 3.24
Hasil observasi mahasiswa STIKES Perintis Padang siklus manajemen didapatkan tabel hasil sebagai berikut :
57
Buku Pre Overan dinas Supervisi Post Ronde
laporan conference conference keperawatan
20 15 16 12 2 3
1 6 5 9 19 18
21 21 21 21 21 21
58
ANALISA SWOT
Kekuatan Kelemahan Kesempatan Ancaman
(Strenght ) ( Weekneess ) ( Opportunity ) ( Trechment )
berdasarkan hasil kuesioner 100% karu menyatakan 1.Adanya mahasiswa praktek Tingginya harapan pasien dan
karu menyatakan 100% tidak pernah manajemen yang akan membantu keluarga kepada perawat untuk
selalu melaksanakan timbang melaksanakan ronde melaksanakan role play tentang memberikan pelayanan yang
terima (operan) setiap keperawatan dengan ronde keperawatan maksimal terhadap kebutuhan
pergantian shift sesuai optimal pasien.
dengan standar yang berlaku Karu menyatakan tidak 2. Adanya mahasiwa praktek
100% perawat mengerti pernah semua tenaga manajemen yang akan membantu
dengan adanya ronde perawat hadir dalam ronde melaksanakan pre dan post
keperawatan keperawatan conference keperawatan
Sebagian besar perawat 100% karu menyatakan
(52,35%) selalu ronde tidak pernah
melaksanakan timbang dilakukan setiap
terima (overan) setiap pergantian shift
pergantian shift sesuai 100% karu menyatakan
dengan standar yang berlaku. tidak pernah melibatkan
Berdasarkan hasil kuesioner keluarga saat ronde
sebagian besar perawat 18 Perawat sudah melakukan
59
orang (85,71%) sering pre-post comperence
melaksanakan ronde disetiap pergantian shift.
keperawatan di ruangan namun masih ada perawat
Ambun Suri Lt. III dengan yang jarang melakukan
optimal. pre-post comperence yaitu
Berdasarkan hasil wawancara sebanyak 7 orang
diatas didapatkan hasil (33,33%) dari 21 orang
bahwa 18 orang perawat perawat yang di berikan
pelaksana (100%) telah kuesioner
melakukan ronde Sebagian besar perwat
keperawatan sudah melakukan
Berdasarkan hasil wawancara pendokumentasian asuhan
18 orang perawat pelaksana keperawatan. Namun
(100%) mengatakan jumlah masih ada sebagian kecil
tenaga medis memadai untuk perawat yang jarang
menangani pasien melakukan
Berdasarkan hasil observasi pendokumentasian yaitu
selama 4 hari didapatkan sebanyak 2 orang (9,52%)
hasil bahwa 20 perawat perawat dari 21 perawat
(95.23%) membaca laporan
60
keperawatan sebelum yang dibagikan kuesioner
melakukan asuhan Sebagian besar perawat
keperawatan mengatakan ssering
melakukan ronde
keperawatan. Namun
masih ada perwat yang
jarang melakukan ronde
keperawatan yaitu 5 orang
(23,81%) dari 21 perawat
yang di bagikan kuesioner
Seagian besar perawat
pelaksana mengatakan
saat diwawancarai
melakukan ronde setiap
minggu. Namun masih
ada sebagian perawat
mengatakan tidak ada
melakukan ronde yaitu 7
orang (38,89%) dari 18
61
orang perawat.
Sebagian perawat
pelaksana mengatakan
saat diwawancarai hadir
dalam ronde keperawatan.
Namun masih ada
sebagian perawat yang
mengatakan tidak hadir
yaitu sebanyak 8 orang
(44,44%) dari 18 orang
peraw2at yang di
wawancarai.
Sebagian perawat
pelaksana saat
diwawancarai mengatakan
ada melakukan post
conference. Namun masih
ada sebagian yang tidak
melakukan post
conference yaitu sebanyak
62
7 orang (38,89%) perawat
dari 18 perawat pelaksana
yang di wawancarai.
Berdasarkan hasil
observasi mahasiswa
selama 4 hari didapatkan
sebagian besar perawat
membaca buku laporan.
Namun masih ada
sebagian kecil perawat
yang tidak membaca buku
laporan yaitu 1 orang
(4,76%) dari 21 orang
perawat
Berdasarkan hasil
observasi mahasiswa
selama 4 hari didapatkan
sebagian besar perawat
sudah melakukan pre
conference. Namun masih
63
ada sebagian yang tidak
melakukan pre conference
yaitu sebanyak 6 orang
(28,57%) dari 21 orang
perawa.
Berdasarkan hasil
observasi mahasiswa
selama 4 hari didapatkan
sebagian besar perawat
sudah melakukan overan
saat dinas. Namun masih
ada perawat yang tidak
melakukan overan yaitu
sebanyak 5 orang
(23,81%) perawat.
Berdasarkan hasil
observasi mahasiswa
selama 4 hari didapatkan
sebagian besar perawat
tidak mengadakan post
64
conference sebelum dinas
berikutnya yaitu sebanyak
19 orang (90,48%)
perawat .
Berdasarkan hasil
observasi mahasiswa
selama 4 hari didapatkan
bahwa sebagian besar
perawat tidak
melaksanakan ronde
keperawatan yaitu
sebanyak 18 orang
(85,71%) perawat .
65
66
ANALISA DATA
67
Seagian besar perawat pelaksana mengatakan saat diwawancarai melakukan ronde
setiap minggu. Namun masih ada sebagian perawat mengatakan tidak ada
melakukan ronde yaitu 7 orang (38,89%) dari 18 orang perawat.
Sebagian perawat pelaksana mengatakan saat diwawancarai hadir dalam ronde
keperawatan. Namun masih ada sebagian perawat yang mengatakan tidak hadir
yaitu sebanyak 8 orang (44,44%) dari 18 orang peraw2at yang di wawancarai.
Sebagian perawat pelaksana saat diwawancarai mengatakan ada melakukan post
conference. Namun masih ada sebagian yang tidak melakukan post conference
yaitu sebanyak 7 orang (38,89%) perawat dari 18 perawat pelaksana yang di
wawancarai.
Berdasarkan hasil observasi mahasiswa selama 4 hari didapatkan sebagian besar
perawat membaca buku laporan. Namun masih ada sebagian kecil perawat yang
tidak membaca buku laporan yaitu 1 orang (4,76%) dari 21 orang perawat
Berdasarkan hasil observasi mahasiswa selama 4 hari didapatkan sebagian besar
perawat sudah melakukan pre conference. Namun masih ada sebagian yang tidak
melakukan pre conference yaitu sebanyak 6 orang (28,57%) dari 21 orang perawa.
Berdasarkan hasil observasi mahasiswa selama 4 hari didapatkan sebagian besar
perawat sudah melakukan overan saat dinas. Namun masih ada perawat yang
tidak melakukan overan yaitu sebanyak 5 orang (23,81%) perawat.
Berdasarkan hasil observasi mahasiswa selama 4 hari didapatkan sebagian besar
68
perawat tidak mengadakan post conference sebelum dinas berikutnya yaitu
sebanyak 19 orang (90,48%) perawat .
Berdasarkan hasil observasi mahasiswa selama 4 hari didapatkan bahwa sebagian
besar perawat tidak melaksanakan ronde keperawatan yaitu sebanyak 18 orang
(85,71%) perawat .
Dari hasil wawancara tentang ronde keperawatan : didapatkan hasil 100% karu,
Karu menyatakan tidak pernah melakukan ronde keperawatan
2. Dari hasil wawancara didapatkan data bahwa : pelaksanaan post confrence dan Belum optimalnya pelaksanaan post
ronde keperawatan jarang dilakukan hanya dengan menanyakan secara personal confrence diruangan Ambun Suri Lt. III
kepada perawat pelaksana sebagai evaluasi tindakan keperawatan. Bukittinggi.
Dari hasil observasi didapatkan data bahwa : selama mahasiswa melaksanakan
praktek dari tanggal 26 - 29 Maret 2018 belum terlihat adanya pelaksanaan post
confrence dan ronde keperawatan diRuangan Neuro RSAM Bukittinggi.
69
70
URUTAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
NO MASALAH
1. Belum optimalnya pelaksanaan ronde keperawatandiruangan Ambun
Suri Lantai III RSAM Bukittinggi.
2. Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conference diruangan
Ambun Suri Lantai III RSAM Bukittinggi
71
PRIORITAS MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG AMBUN SURI LANTAI 3
RS ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
No MASALAH A B C D E F G H I J K L M N
1 Belum optimalnya pelaksanaan ronde
keperawatandiruangan Ambun Suri Lantai III 5 3 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 55 1
RSAM Bukittinggi.
2. Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post
conference diruangan Ambun Suri Lantai III 4 4 2 1 4 5 5 5 5 2 5 5 47 2
RSAM Bukittinggi
Keterangan :
A : Risiko Terjadi H : Waktu
Keterangan Bobot :
1 : Sangat Rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5 : Sangat Tinggi PLANNING OF ACTION
72
No Masalah Tujuan Uraian Kegiatan Metode / media Sasaran Waktu/tempat PJ
1 Belum optimalnya Mengoptimalkan Desiminasi Ilmu Ceramah Karu dan semua Senin, 09 April Mahasiswa
pelaksanaan ronde pelaksanaan tentang ronde (infokus, perawat 2018 STIKes
keperawatan ronde keperawatan laptop, diruangan Perintis
diruangan Ambun keperawatan makalah) Ambun Suri Padang
Suri lantai 3 diruangan Audio lantai 3 RSAM (Sundari Orita,
RSAM Ambun Suri visual Bukittinggi dan Winda Eka
Bukittinggi. lantai 3 RSAM (video ronde mahasiswa Trisnawati,
Bukittinggi. keperawatan praktek Taufik
) Hidayatullah,
Arosa Arianti,
Ferry
Role Play Noviardi)
Pelaksanaan
ronde
73
2. Belum optimalnya Mengoptimalkan Pre dan Post Role play Semua perawat Kamis, 7 Mahasiswa
pelaksanaan post pelaksanaan post konfrence setiap ruangan yang April 2018 STIKes
confrence konfren di ruang hari dinas pagi dan dan Perintis
diruangan Ambun Ambun Suri sore dilakukan Padang
Suri lantai 3 lantai 3 RSAM setiap hari (Riri Parti
RSAM Bukittnggi implementasi Ningsih,
Bukittinggi Nurmira,
Putri
Rahmi
Wati, Ferry
Noviardi,
Septia
Erita)
74