Anda di halaman 1dari 74

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayaanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (UUD RI, 2009).
Bertahannya sebuah rumah sakit tergantung dari pelayanan jumlah pasien
yang berkunjung. Jumlah pasien yang berkunjung tergantung dari pelayanan
kesehatan sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan harus sesuai dengan
standar yang ditetapkan.

Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan pofesional yang


merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Pelayanan keperawatan
menjadi bagian terdepan dari pelayanan kesehatan yang menentukan kualitas
pelayanan ditataran pelayanan di rumah sakit, 40% - 60% pelayanan rumah
sakit adalah pelayanan keperawatan (Gillies, 2004). Perawat sebagai profesi
yang mempunyai kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan selama
24 jam secara berkesinambungan yang melibatkan klien, keluarga maupun
profesi atau tenaga kesehatan yang lain. Manajemen berguna untuk
tercapainya pelayanan keperawatan yang berkualitas.

Mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas maka pengelolaan


pelayanan keperawatan haruslah mendapat perhatian secara menyeluruh.
Kualitas pelayanan keperawatan dalam tatanan pelayanan di rumah sakit
dipengaruhi banyak faktor. Faktor- faktor tersebut haruslah dapat dikelola
secara efektif dan efisien dengan menggunakan proses manajemen, khususnya
manajemen keperawatan dilaksanakan melalui tahap-tahap yaitu pengkajian
(kajian situsional), perencanaan (strategis dan opersional), implementasi dan
evaluasi. Manajemen keperawatan adalah suatu proses kerja yang dilakukan
oleh anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
profesional.

1
Menjalankan fungsi manajemen agar berhasil secara optimal maka seorang
manejer keperawatan dituntut untuk dapat melakukan suatu proses yang
meliputi 4 fungsi utama dari manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan kontrol (Nursalam, 2011).

Mengantisipasi manajemen keperawatan di masa mendatang, kemampuan


para manejer keperawatan perlu ditingkatkan terutama yang berkaitan dengan
pelaksanaan fungsi- fungsi manajemen yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Mempertimbangkan
perkembangan dan perubahan situasi yang berkaitan dengan kegiatan
keperawatan dimasa mendatang, dalam praktek profesi manajemen
keperawatan Mahasiswa STIKes Perintis Padang bermaksud ingin bersama-
sama dengan perawat ruangan mengembangkan model praktek keperawatan
yang profesional.

Praktek manajemen keperawatan STIKes Perintis Padang di Ruangan Neuro


selama 3 minggu dengan melakukan pengkajian, perencanaan dan melakukan
tindakan sesuai dengan permasalahan yang didapatkan diRuangan Neuro
RSAM Bukittinggi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara kuesioner,
observasi dan wawancara.

Berdasarkan hasil observasi diruangan Neuro tidak optimalnya ronde


keperawatan dilaksanan. Berdasarkan permasalahan yang diperoleh melalui
pengkajian maka mahasiswa STIKes Perintis Padang bersama tenaga
perawatan yang ada diruangan Neuro akan mulai mengadakan perubahan
dalam mengatasi permasalahan yang ada, sehingga pelaksanaan asuhan
keperawatan dapat dilakukan secara optimal.

1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Menerapkan prinsip dan keterampilan kepemimpinan manajemen dalam
memberikan pelayanan keperawatan kepada klien serta mengelola
pelayanan keperawatan profesional tingkat dasar secara bertanggung jawab
dan menunjukkan sikap kepemimpinan.

2
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan mahasiswa
mampu :
a)
Mengoptimalkan fungsi perencanaan di Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi
tahun 2018.
b)
Mengoptimalkan metode pengorganisasian di Ruangan Neuro RSAM
Bukittinggi tahun2018.
c)
Mengoptimalkan fungsi pengawasan di Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi
tahun2018.
d)
Mengoptimalkan overan dibRuangan Neuro RSAM Bukittinggi tahun2018.
e)
Mengoptimalkan fungsi pendokumentasian dibRuangan Neuro RSAM
Bukittinggi tahun2018.
f)
Mengoptimalkan fungsi evaluasi dibRuangan Neuro RSAM Bukittinggi
tahun2018.
g)
Menganalisis lingkungan suatu Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi
tahun2018.

1.3 MANFAAT
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a.
Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
b.
Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MPKP
Model Tim yang diaplikasikan di Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi
tahun2018.
c.
Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan
model MPKP di Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi tahun2018.
d.
Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT dan
menyusun rencana strategi.
e.
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan model
asuhan keperawatan profesional di Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi
tahun2018.

3
1.3.2 Bagi Perawat Ruangan
a)
Melalui Praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-
masalah yang ada diRuangan Neuro RSAM Bukittinggi yang berkaitan
dengan pelaksanaan MPKP Metode Tim.
b)
Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
c)
Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, antara
perawat dengan tim kesehatan lain dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
d) Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat

1.3.3 Bagi Pasien dan Keluarga


a) Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan
b)
Tingkat kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan tinggi.

1.3.4 Bagi Institusi dan Pendidikan


Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan
dengan pelaksanaan model MPKP: metode Tim

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 KONSEP MANAJEMEN


2.1.1 Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalani suatu kegiatan di organisasi sedangkan manajemen keperawatan
adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk
memberikan Asuhan Keperawatan secara profesional (Nursalam, 2002).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber – sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen
untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan
pelayanan keperawatan ( Huber, 2000 )

Kelly dan Heidental ( 2004 ) menyatakan manajemen keperawatan dapat


didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan.

Swanburg ( 2000 ) menyatakan bahwa menajemen keperawatan adalah


kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha
keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses
dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka.

2.1.2 Prinsip Manajemen Keperawatan


Swanburg ( 2000 ) menyatakan bahwa prinsip – prinsip manajemen
keperawatan sebagai berikut :
a) Manajemen keperawatan adalah perencanaan
b) Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
c) Manajemen keperawatan adalah pembuat keputusan
d)
Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer
perawat.
e) Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian tujuan
sosial
f) Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian

5
g) Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat
sosial, disiplin dan bidang study
h) Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari
lembaga dan lembaga dimana organisasi itu berfungs
i) Budaya organisasi mencerminkan nilai – nilai kepercayaan
j) Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
k) Manajemen keperawatan memotivasi
l) Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
m) Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian

2.1.3
Fungsi Manajemen Keperawatan
Fungsi manajemen keperawatan memerlukan peran orang yang terlibat
didalamnya untuk menyikapi posisi masing – masing sehingga diperlukan
fungsi – fungsi yang jelas mengenai manajemen ( Suarli dan Bahtiar,
2009). Fungsi manajemen ini merujuk pada fungsi sebagai proses
manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan,
pengarahan, pengawasan ( Marquis dan Huston, 2010 ). Fungsi
manajemen menurut G. R. Terry adalah planning, organizing, actuating
dan controlling. Sedangkan menurut S.P Siagian fungsi manajemen terdiri
dari planning, organizing, motivating dan controlling (Suarli dan Bahtiar,
2009).

Secara umum peran dan fungsi manajeme keperawatan terdiri dari


palnning, organizing, staffing, directing dan controlling.
a. Planning
Pada proses perencanaan, menentukan misi, visi, tujuan, kebijakan,
prosedur dan peraturan – peraturan dalam pelayanan keperawatan,
kemudian membuat perkiraan proyeksi jangka pendek, jangka panjang
serta menentukan jumlah baiaya dan mengatur adanya perubahan
berencana
b. Organizing
Meliputi beberapa kegiatan diantaranya adalah menentukan struktur
organisasi, menemtukan model penugasan keperawatan sesuai dengan
keadaan klien dan ketenagaan, mengelompokkan aktifitas – aktifitas

6
untuk mencapai tujuan dari unit, bekerja dalam struktur organisasi
yang telah ditetapkan dan memahami serta menggunakan kekuasaan
dan otoritas yang sesuai.
c. Staffing
Meliputi kegiatan yang berhubungan dengan kepegawaian diantaranya
adalah rekrutmen, wawancara, mengorientasikan staf, menjadwalkan
dan mensosialisasikan pegawai baru serta pengembangan staf.
d. Directing
Meliputi pemberian motivasi, supervisi, mengatasi adanya konflik,
pendelegasian, cara berkomunikasi dan fasilitasi untuk kolaborasi.
e. Controlling
Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggung jawaban
keyangan, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan etik serta
pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.

2.2
SISTEM MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
Sistem model asuhan keperawatan profesional merupakan suatu kerangka
kerja yang mendefenisikan standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan dan system model asuhan keperawatan profesional. Dimana
keberhasilan suatu asuhan keperawatan pada klien sangat ditentukan
olehmetode pemberian asuhan keperawatan profesional.

Dasar pertimbangan asuhan keperawatan (MAKP) adalah:


a) Sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit
b) Dapat diterapkannya prosedur keperawatan
c) Efesisensi dan efektif penggunaan biaya
d) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
e) Kepuasan kinerja perawat
f)
Terlaksananya komunikasi yang adekuat antar perawat dan tim
kesehatan.

7
2.2.1 Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional
a. Model fungsional
Model fungsional berdasarkan orientasi tugas dari filosofi Keperawatan,
dimana perawat melaksakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal
kegiatan yang ada. Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat
pengelolaan dalam Asuhan Kperawatan sebagai pilihan utama.

Penaggung jawab Model fungsional adalah perawat yang bertugas pada


tindakan tertentu, misalnya dalam pemasangan infus, pemberian obat, dan
lain-lain.

Kelebihan dari metode fungsional yaitu:


1. Menekankan efesiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan
2. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga
3.
Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
pasien di serahkan kepada perawat yunior dan atau yang belum
berpengalaman.
Kekurangan dari metode fungsional yaitu:
1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak menerapakan proses
keperawatan
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.

b. Model Kasus
Model Kasus berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi Keperawatan,
dimana perawat bertanggung jawab terhadap Asuhan observasi pada
pasien tertentu dan ratio Pasien : Perawat adalah 1:1.

Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani semua


kebutuhannya pada saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan
kasus biasanya ditetapkan satu pasien satu perawat, umumnya
dilaksanakan untuk perawat private untuk perawatan khusus seperti

8
isolasi, intensive care. Penanggung jawab pada Model Kasus adalah
Manajer Keperawatan.

Kelebihan dari metode kasus yaitu:


1. Perawat lebih memahami kasus per kasus
2. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah

Kelemahan dari metode kasus yaitu:


1.
Belum dapat di identifikasi perawat penanggung jawab
2.
Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.

c. Model Tim
Model Tim berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan. Enam –
tujuh perawat profesional dan perawat associate bekerja sebagai suatu
tim, disupervisi oleh tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan Asuhan Keperawatan
terhadap sekelompok pasien, perawat ruangan dibagi menjadi 2-3
tim/grup yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu
dalam satu grup kecil yang saling membantu. Penanggung jawab dalam
Model Tim ini adalah Ketua Tim.

Kelebihan dari metode ini adalah:


1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3.
Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi
dan memberikan kepuasan kepada anggota tim.

Kelemahan dari metode ini adalah:


Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan
pada waktu-waktu sibuk.

9
d. Model Primer
Model primer berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi
Keperwatan. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek Asuhan
Keperawatan dari hasil pengkajian, kondisi pasien untuk mengkoordinir
Asuhan Keperwatan, dimana ratio Perawat: Pasien 1: 4 / 1:5

Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh


selama 24 jam terhadap Asuhan Keperawanan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit.

Model primer mendorong praktek kemandirian perawat dan terdapat


kejelasan antara si pembuat rencana Asuhan dan pelaksana. Metode
primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan koordinasi Asuhan Keperawatan selama pasien dirawat.
Penanggung jawab pada model primer ini adalah Perawat primer.

Kelebihan dan sistem model primer adalah:


1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil
dan memungkinkan pengembangan diri.
3. Keuntungan terhadap pasien, perawat, dokter dan Rumah Sakit
misalnya pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan
secara individu.

Kelemahan dan sistem model primer adalah:


Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kemampuan self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat menguasai keperawatan
klinik dan mampu bekolaborasi dengan berbagai disiplin.

e. Model Modular
Model modular adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer.
Metode ini sama dengan model keperawatan tim karena baik perawat
profesional maupun non profesional bekerja bersama dalam memberikan

10
asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat profesional.
Disamping itu, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode keperawatan
primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas
sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang
bahkan sampai dengan waktu follow up care.

Sekalipun didalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan


metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga orang perawat, tanggung jawab
yang paling besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat profesional
juga memiliki kewajiban untuk membimbing dan melatih non profesional.
Apabila perawat profesional sebagi ketua tim dalam keperawatan modular
ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat
profesional lainnya yang berperan sebagai ketua tim.

Peran perawat kepala ruang (nurse unit manager) diarahkan dalam hal
membuat jadwal dinas dengan mempetimbangkan kecocokan anggota
untuk bekerja sama dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta
motivator.

2.3
FUNGSI MANAJERIAL PADA METODA TIM
2.3.1 Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah petugas atau perawat yang diberikan
tanggungjawab dan wewenang dalam memimpin pelaksanaan pelayanan
keperawatan serta tata laksana personalia pada suatu ruangan atau bangsal
Rumah Sakit.

Tanggung jawab Kepala Rungan:


a. Perencanaan
1. Menunjukan ketua tim akan bertugas diruangan masing-masing
2. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien, gawat, transisi dan
persiapan pulang bersama ketua tim
4. Mengidentifikasi strategi pelaksanaan keperawatan

11
5. Mengikuti visite dokter, untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis, yang dilakukan. Program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien
6. Mengatur dan mengendalikan Asuhan Keperawatan
 Membimbing pelaksanaan Asuhan Keperawatan
 Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai Asuhan
Keperawatan
 Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
 Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru
masuk
7. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
8. Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
9.
Menjaga terwujudnya visi dan misi Keperawatan dan rumah sakit.

b.
Pengorganisasian.
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian ketua tim Anggota tim secara jelas
4) Membuat rentang kendali Kepala Ruangan dan membawahi 2
ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 Perawat
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga Keperawatan membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll
6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada
ditempat kepada ketua tim
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
11)
Indentifikasi masalah dan cara penanganan.

12
c. Pengarahan
1) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
3)
Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan
dan sikap
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan Askep Pasien
5)
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

d. Pengawasan
1) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi
langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai Asuhan
Keperawatan yang diberikan kepada pasien
2) Melalui supervisi
 Pengawasan langsung melalui infeksi, mengamati sendiri atau
melaui laporan langsung secara lisan dan memperbaiki /
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga
 Pengawasan tidak langsung atau mengecek daftar hadir, jadwal
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta
catatan yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan) mendengar laporan ketua tim
tentang pelaksana tugas
3) Evaluasi
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang sudah disusun bersama ketua tim
4) Audit Keperawatan

13
2.3.2 Ketua Tim
Ketua Tim merupakan perawat yang memiliki tanggung jawab dalam
perencanaan, kelancaran dan evaluasi dari askep untuk semua pasien yang
di lakukan oleh Tim di bawah tanggung jawabnya (Nursalam 2003).

Tanggung Jawab ketua Tim:


a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
c. Mengenal / mengetahui kondisi pasien dan pendapat menilai
tingkat kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan komference

2.3.3 Perawat Pelaksana


Perawat pelaksana adalah merupakan seorang tenaga keperawatan yang
diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan/ Asuhan keperawatan di
ruang rawat.

Tanggung jawab perawat pelaksana


Dalam melaksanakan tugasanya perawat pelaksan diruang rawat
bertanggung jawab kepada kepala ruangan / kepala instalasi terhadap hal-
hal sebagai berikut:
a. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan
Asuhan keperawatan/kegiatan lainnya yang dilakukan
b. Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan
Asuhan Keperawatan atau kegiatan lain yang dilakukan.

Wewenang Perawat Pelaksana


Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana diruang rawat
mempunyai wewenang sebagai berikut
1. Meminta informasi dan petunjuk kepada Ka tim mengenai Asuhan
keperawatan
2. Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien/ keluarga pasien
sesuai kemampuan dan batasan dan kewenangan

14
Uraian tugas perawat pelaksana
a. Memelihara keberhasilan ruang rawat dan lingkungan
b. Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku
c. Memelihara keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan
siap
d. Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa
sesuai batas kewenangan
e. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya
f. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan
dan batas kemampuanya antara lain :
1) Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program
pengobatan
2) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarganya mengenai penyakitnya
g. Melatih / membantu pasien untuk melakukan latihan gerak
h. Melaksanakan evaluasi tindakan, keperawatan sesuai batas
kemampuannya
i. Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan
yang tepat berdasarkan hasil observasi sesuai batas kemampuannya
j. Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas
kasus dan upaya meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan
k. Melaksanakan kasus dan upaya meningkatkan mutu Asuhan
keperawatan

2.4 PEDOMAN PENGHITUNGAN KETENAGAAN RUANGAN RAWAT


INAP
Perencanaan tenaga keperawatan adalah langkah – langkah merencanakan
tenaga sesuai dengan ketentuan, proses yang sistematis berdasarkan alasan
yang jelas untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dalam
memberikan pelayanan keperawatan sesuai standar keperawatan ( Junaiti
1995).

Langkah – langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut dructe dan


gillies, 1994 adalah

15
a. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang
diberikan
b. Menetukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
pelayanan keperawatan
c. Menentukan jumlah masing – masing kategori perawat yang dibutuhkan
d. Menerima dan menyaring tenaga untuk mengisi posisi yang ada
e. Melakukan seleksi calon yang ada
f. Menetukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiftnya
g.
Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan
keperawatan ( sesuai uraian tugas ).

2.4.1
Analisa Kebutuhan Tenaga
Pada dasarnya semua metode ataupun formula yang telah dikembangkan
untuk meghitung tenaga perawat di Rumah Sakit berakar pada beban kerja
dari personal yang bersangkutan, telah banyak penelitian tentang itu
dinegara – negara maju, analisa kebutuhan tenaga harus dilakukan secara
cermat agar tidak berulang – ulang menghitungnya. Ada beberapa situasi
yang perlu dipertimbangkan :
a) Adakah perluasan Rumah Sakit sehingga berdampak pada penambahan
tempat tidur, hal ini akan berdampak pada rasio tenaga perawat.
b) Adanya perubahan jenis pelayanan dan fasilitas RS yang berdampak
pada peningkatan BOR, akhirnya perlu tenaga.
c) Adanya penurunan motivasi, penurunan prestasi kerja, datang
terlambat, pekerjaan terbengkalai, hal ini terjadi karena pimpinan
kurang perhatian, tidak ada rewart, kerja yang ketat dan beban kerja
yang banyak, serta tenaga kurang, maka perlu analisa penambahan
tenaga.
d) Adanya keluhan klien terhadap pelayanan perawatan yang diterima,
perlu analisa penyebabnya apa saja.

Agar dapat menghasilkan asuhan keperawatan yang efektif maka


dalam menyusun perencanaan tenaga perlu diketahui faktor berikut :

1. Faktor Pasien

16
a) Tingkat ketergantungan pasien
b) Rata – rata lama tindakan keperawatan
c) Jumlah rata – rata pasien dirawat / dan lama hari rawatan
d) Sosial budaya
e) Harapan pasien terhadap pelayanan keperawatan

2. Faktor keperawatan
a) Tingkat pendidikan, pengalaman kerja
b) Etika
c) Motivasi kerja
d) Beban kerja, uraian tugas, mekanisme kerja

3. Faktor lingkungan
a. Disain ruangan : baraks, boxes, kamar
b. Keadaan fisik ruangan : lokasi dan tata letak alat berdekatan atau
berjauhan
c.
Kelengkapan fasilitas penunjang dan bahan – bahannya apakah
terbatas atau tidak.

4. Faktor organisasi
a) Metode penugasan apa yang dipakai ?
b) Pengembangan kemampuan perawat bagaimana ?
c) Sistem pelayanan penunjang
d) Kemampuan Rumah Sakit

2.4.2 Cara menghitung kebutuhan tenaga perawat di RS


a. Cara rasio
Metode ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai patokan, metode ini
sesuai SK Menkes RI No. 262 tahun 1979 tentang ketenagaan di RS,
mudah digunakan dan sangat sederhana, hal ini dipakai bila kemampuan
dan sumber daya perencanaan personal terbatas, namun tidak dapat
mengetahui produktifitas SDM tersebut.

17
Caranya :
No Tipe RS TM/tt TPP/tt TNTP/tt TNm/tt
1 A&B 1 / ( 4 -7 ) (3-4)/2 1/3 1/1
2 C 1/9 1/1 1/5 3/4
3 D 1 / 15 1/2 1/6 2/3
Khusus Disesuiakan

Ket : TM = tenaga medis


Tt = tempat tidur
TPP = tenaga perawat perawatan
TNTP = tenaga perawat non perawatan
TNm = tenaga non medis

Contoh perhitungan :
Misalkan RS tipe C dengan 100tt, maka dibutuhkan tenaga dokter sebanyak
11 ( 100/9 ) orang, tenaga perawat sebanyak 100 ( 1/1 x 100 ) orang, tenaga
non perawatan 20 ( 1/5 x 100 ) orang dan tenaga non medis 75 ( ¾ x
100 )orang

b. Cara Gillies ( 1994 )


Sebelum melakukan penghitungan tenaga harus ada keyakinan dari
pengelola perawatan bahwa untuk ruang rawat tertentu perbandingan
tenaga profesional ( perawat ahli ) dan non profesional ( perawat terampil )
yang dibutuhkan adalah :
1. Untuk ruang rawat intensif = 1 : 1
2. Kebidanan, bedah, anak, jiwa = 2 : 1

Jika menghitung tenaga berdasarkan teori ini langkah pertama adalah


mengkategorikan pasien menurut kebutuhan asuhan yang diberikan oleh
perawat yaitu :
a. Minimal care

18
Keperawatan mandiri yaitu klien memerlukan bantuan minimal dalam
melakukan tindakan dan pengobatan, pasien dapat melakukan aktifitas
secara mandiri, perawat hanya menyediakan alat – alat seperti
perangkat mandi dll.

b. Partial care
Keperawatan sebagian yaitu klien memerlukan bantuan sebagian
dalam tindakan dan pengobatan, misalnya injeksi, pembersihan luka,
kateter, pasien pasca operasi dalam tahap penyembuhan, sedangkan
aktifitas mandi, makan, eliminasi, memakai baju dll dapat dilakukan
sendiri tanpa bantuan

c. Total care
Yaitu pasien memerlukan bantuan secara poenuh dalam perawatan diri
dan memerlukan observasi secara ketat, aktifitas seperti makan,
eliminasi dll dilakukan ditempat tidur dengan memakai tindakan atau
alat khusus misal kateterisasi, NGT, pasien membutuhkan perhatian
secara teratur tapi tidak terus menerus. Perhatian yang diperlukan
adalah terhadap pola kesadaran pasien dan kemampuan pasien untuk
mengikuti petunjuk.

d. Keperawatan intensif
Klien memerlukan observasi ketat dan tindakan yang terus menerus
misal pada pasien cardiogenic shock yang memakai respirator, monitor
jantung, monitor haemodinamik, adanya tanda – tanda shock, aspiksia,
coma dll.

Setelah pasien dikategorikan, maka dihitung waktu yang dipakai untuk


perawatan lansung dan tidak lansung seperti :

1.
Perawatan langsung
Rata – rata waktu yang dibutuhkan adalah 4 – 5 jam per pasien per
hari, dengan rincian sbb :
 Perawatan mandiri ½ x 4 jam = 2 jam
 Perawatan partial ¾ x 4 jam = 3 jam

19
 Perawatan total 1 - 1 ½ x 4 jam = 4 – 6 jam
 Perawatan intensif 2 x 4 jam = 8 jam

2.
Perawatan tidak langsung
Adalah waktu yang dipakai untuk kegiatan seperti membuat rencana
keperawatan, konsultasi dengan tim kesehatan lain, menulis dan
membuat catatan kesehatan, rata – rata waktu yang dipakai menurut
gillies 1989 adalah 38 menit, sedang menurut wolf young dalam gillies
adalah 60 menit.

3. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan


Rata – rata waktu yang dipakai adalah 15 menit / pasien, kegiatannya
antara lain penyuluhan terhadap aktifitas sehari – hari pasien, obat –
obatan, kelanjutan perawatan pasien.
Setelah itu dihitung dengan rumus sbb :
Jml jam kep yg rata - rata jml hr/th jml jam kep
dibutuhkan pat /hr x pat / hr x = yg dibutuhkn/th
hr / th – libur jam kerja jmljam kep
masing2 pwt ygdiberikan
pwt / th
Contoh perhitungan
Dari hasil observasi selama 6 bulan disebuah RS yang mempunyai 20
tt, rata pasien dirawat ( BOR ) 15 org, kriteria pasien yang dirawat,
mandiri 5 orang, sebagian 5 orang dan total 5 orang. Tingkat
pendidikan SPK dan D3, hari kerja efektif 6 hari per minggi.
Berdasarkan situasi diatas maka perhitungan tenaga perata diruangan
tersebut adalah :

 Tentukan jam perawatan yang dibutuhkan klien per hari


Keperawatan lansung
- Perawatan mandiri = 5 org x 2 jam = 10 jam
- Perawatan sebagian = 5 org x 3 jam = 15 jam
- Perawatan total = 5 org x 6 jam = 30 jam
Keperawatan tidak lansung = 15 org x 1 jam = 15 jam

20
Pendidikan kesehatan = 15 org x ¼ jam = 3,75 jam
Total = 73,75 jam

 Tentukan total jam yang dibutuhkan oleh masing – masing pasien


73,75 jam : 15 pasien = 4,9 jam
 Tentukan jumlah kebutuhan perawat
4,9 jam x 15 org x 365 hr = 26827,5 jam / th = 16,17 org
(365 hr – 128 hr) x 7 jam 1659 jam / th
Untuk hari libur di Indonesia lebih kurang 76 hari ( 52 hr minggu,
12 hr cuti, 12 hr nasional ), perhitungan juga hari cuti hamil 3
bulan dan cuti lainnya.
( 16 org + 20% = 16 org + 3 org = 19 orang )
 Tentukan jumlah minimal tenaga perawat
Rata – rata pasien/ hr x rata – rata jam / hr = 15 org x 4,9 jam

= 10,5 atau 11 org

c. Cara Douglas ( 1984 )


Perhitungan tenaga berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien
terhadap keperawatan, klasifikasi itu dibagi 3 tingkat yaitu :
1. Perawatan minimal memerlukan waktu 1 – 2 jam / hr, criteria
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan, minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan
d) Observasi tanda vital dilakukan tiap sift dinas
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
f)
Tindakan pengobatan biasanya simpel.

2. Perawatan intermediate waktunya 3 – 4 jam / hr, kriteria


a. Kebersihan diri, makan dan minum dibantu
b. Observasi tanda vital tiap 4 jam
c. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d. Kateter/ intake dan output dicatat

21
e. Terpasang infus, drain, persiapan pengobatan atau memerlukan
prosedur

3. Perawatan maksimal atau total waktunya 5 – 6 jam / hr, kriteria :


a) Segalanya diberikan / dibantu
b) Posisi yang diatur, observasi tanda vita tiap 2 jam
c) Makan memerlukan NGT, terapi intra vena
d) Memakai suction
e) Gelisah / disorientasi

Dalam penelitiannya Douglas ( 1984 ) jumlah perawat tergantung dari


tingkat ketergantungan pasien pada tiap sift dinas pagi, sore, malam,
pedomannya adalah tabel berikut:
Jml Klasifikasi pasien
pat Minimal Partial Total
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 1,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Dst

Contoh penghitungan
Diruangan Anggrek RSU PMI dirawat 20 pasien dengan kategori : 5
pasien perawatan minimal, 10 pasien perawatan parsial, dan 5 pasien
perawatan total. Maka perawat yang diperlukan adalah sbb :
 Shift pagi
5 pat x 0,17 = 0,85
10 pat x 0,27 = 2,7
5 pat x 0,36 = 1,80
Total tenaga pagi = 5,35 org
 Shift sore
5 pat x 0,14 = 0,70
10 pat x 0,15 = 1,5

22
5 pat x 0,30 = 1,5
Total tenaga pagi = 3,70 org

 Shift malam
5 pat x 0,10 = 0,50
10 pat x 0,07 = 0,70
5 pat x 0,20 = 1,0
Total tenaga pagi = 2,20 org

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan adalah 5,35 + 3,70 + 2,20 = 11,25
orang dibulatkan menjadi 12 orang.
Untuk mengukur jumlah kebutuhan ini harus dilakukan monitor
kategori jenis pasien selama 2 minggu, selama – lamanya biasanya 3 –
6 bulan.

2.5
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
2.5.1 Pengertian
Dokumentasi adalah bahan komunikasi tertulis untuk mendukung
informasi atau kejadian (Flosbach, 91). Jadi dokumentasi asuhan
keperawatan adalah dokumentasi tentang fakta-fakta terhadap penyakit
klien, gejala-gejala, diagnosis, penatalaksanaan serta evaluasinya.Catatan
tersebut harus dibuat lengkap, mudah dan cepat diakses secara sistematis
sehingga dapat memberikan suatu informasi yang akurat.

Dokumentasi keperawatan merupakan media komunikasi tertulis yang


efektif antar profesi dalam satu tim pelayanan kesehatan dan pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien. Disamping itu dokumentasi
keperawatan bertujuan untuk perencanaan perawatan pasien sebagai
indikator kualitas pemberian pelayanan kesehatan, sumber data untuk
penelitian bagi pengembangan ilmu keperawatan, sebagai bahan bukti
pertanggunggugatan pelaksanaan asuhan keperawatan serta sebagai sarana
pendidikan bagi para mahasiswa.

23
2.5.2 Tujuan Dokumentasi
Secara umum tujuan sistem dokumentasi (Doenges, 1995) adalah
a. Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien
b. Memastikan kemajuan hasil yang berfokus pada klien
c. Mernfasilitasi komunikasi antar disiplin mengenai konsistensi tujuan
dan kemajuan pengobatan
d. Teknik evaluasi
e. Syarat akreditasi

2.5.3 Tujuan Pencatatan Pelayanan


a. Sebagai bahan pendidikan
b. Sumber data dalam membuat rencana keperawatan
c. Alat komunikasi diantara anggota tim
d. Sumber data untuk penelitian
e. Dokumen legal
f. Audit Keperawatan
g. Sumber imformasi statistic

2.5.4
Hal-Hal Yang Penting Yang Diperhatikan Dalam Pendokumentasian
Asuhan Keperawata
Dalam penulisan dokumentasi keperawatan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:Isi, informasi yang ditulis harus lengkap, akurat, jelas,
mengandung fakta (obyektif) dan tidak menggunakan istilah atau
singkatan yang tidak umum. Benar, dimana informasi mengenai klien dan
tindakan yang diberikan haruslah faktual. Catatan harus berisi deskripsi,
informasi yang objektif dari apa-apa yang perawat lihat, dengar, rasa dan
cium (Begerson,1988).

2.6
TIMBANG TERIMA / OPERAN DINAS
Adalah suatu cara dalam menyampaikan atau menerima sesuatu (laporan)
yang berkaitan dengan keadaan klien, bertujuan :
a) Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum
b) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya

24
c) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya

2.6.1 Prosedur timbang terima


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
a. Persiapan
1. kedua kelompok dalam keadaan siap
2. kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

b. Pelaksanaan
Dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada seluruh
penanggung jawab :
1. Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift/operan
2. Dari nurse station, perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang
masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan
belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu
dilimpahkan.
3. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan
kepada perawat berikutnya
4. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
a) Identitas klien dan diagnosa medik
b) Masalah keperawatan yang masih mungkin muncul
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
d) Intervensi kolaborasi
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk
konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara
rutin.

25
5. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi,
Tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang kurang
jelas
6. Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas
7. Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan lebih lengkap
dan rinci
8. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat
9. Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak
terburu-buru
10. Perawat bertanggungjawab dan anggotanya dari kedua shift bersama-
sama secara langsung melihat keadaan klien.

2.7
CONFERENCE KEPERAWATAN
2.7.1
Defenisi
Konfren adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dan
kegiatan konsultasi, yang dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien. Pre konfren adalah diskusi tentang aspek
kinis sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Post
konfren adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien.

Yang terlibat dalam konfren adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota
tim. Pre konfren dilakukan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan
post konfren dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan. Waktu
efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit. Topic yang dibicarakan harus
dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan, tindakan rencana
dan data- data yang perlu ditambahkan (Jean, et. Al, 1973).

2.7.2 Tujuan
Secara umum tujuan konfren adalah untuk menganalisa masalah-
masalah secara kitis dan menjabarkan alternative penyelesaian masalah,
mendapatkan gambaran berbagai situasi lapangan yang dapat menjadi

26
masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan
kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara
yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKechie,
1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan
keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan, kebingungan dan
frrustasi bagi pemberi asuhan (T. M. Marelli, et. Al, 1997).

Tujuan Pre Konfren adalah :


a) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
b) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui dilapangan
c) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan pasien
Tujuan Post Konfren adalah : Untuk memberikan kesempatan
mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah
yang dijumpai.

2.7.3 Pedoman Pelaksanaan


Pedoman pelaksanaan konfren
a. Sebelum dimulai tujuan konfren harus dijelaskan
b. Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
c. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga focus diskusi tanpa
mendominasi dan member umpan balik
d. Pemimpin harus merencanakan topic yang penting secara periodic
e. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan
mengambil tanggung jawab dan menerima pendekatan serta pendapat
yang berbeda
f. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
g. Pada saat menyimpulkan konfren ringkasan diberikan oleh pemimpin
dan kesesuaiannya dengan situasi lapangan

2.8 KEWASPADAAN UNIVERSAL


2.8.1
Pengertian
Kewaspadaan Universal atau “Universal Precaution” adalah salah satu dari
dua sistem yang direkomendasikan oleh Central Desease Control (CDC)

27
ketika merebaknya kasus AIDS di tahun 1980-an. Kewaspadaan universal
erat kaitannya dengan upaya yang diperlukan oleh tim kesehatan ketika
menangani hal yang berkaitan dengan darah dan beberapa cairan tubuh
yang terinfeksi, dimana demi keselamatan tim kesehatan perlu dilakukan
perlindungan dari mereka yang mempunyai HIV positif, Hepatitis B,
Hepatitis C atau penyakit menular lainnya sesuai dengan proses
penularannya (Yayasan Spritia, 2006).

2.8.2 Penerapan Kewaspadaan Universal


Penerapan dapat diartikan sebagai suatu praktek atau implementasi dari
kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan melalui proses yang
diketahui atu didapatkan seseorang dari lingkungannya (Sofiah, 2006).

Terkait prinsip penerapan kewaspadaan universal, sangat dipengaruhi oleh


perilaku petugas kesehatan d dalam memberikan pelayanan kesehatan
sehingga perlu dilakukan penekanan untuk perubahan perilaku dalam paya
pencegahn dan penularan penyakit, yakni meliputi pengetahuan, sikap,
maupun tindakan.

2.8.3 Prinsip Kewaspadaan Universal


Kewaspadaan universal erat kaitannya dengan upaya yang diperlukan oleh
tim kesehatan ketika menangani hal yang berkaitan dengan darah dan
beberapa cairan tubuh yang terinfeksi, diman demi keselamatan tim
kesehatan perlu dilakukan perlindungan dari mereka yang mempunyai
HIV positif, Hepatitis B, Hepatitis C atau penyakit menular lainnya sesuai
dengan proses penularannya.

Sementara pada pasien sumber penularan penyakit dapat terjadi melalui


peralatan yang terkontaminasi atu menerima darh atu produk darah yang
mengandung virus.

2.8.4 Komponen-komponen Pelaksanaan Kewaspadaan Universal


Prinsip utama kewaspadaan universal bagi pelayanan kesehatan adalah
menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan, dan sterilisasi

28
peralatan. Ketiga prinsip tersebut dapat dijabarkan dalam lima kegiatan,
yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
Cuci tangan adalah proses membuang debu secara mekanis dari kulit
kedua belah tangan dengan memaki sabun dan air. Sedangkan dalm
kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme
penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta meminimalkan
kontaminasi silang. Cuci tangan tidak hanya mengurangi penyebaran
infeksi dari petugas kesehatan tetapi juga dari pengunjung rumah sakit
(Linda Tiejen, 2004).

Ada 2 teknik cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan,


yaitu :
1. Cuci tangan dasar atau rutin
Teknik cuci tangan dasar atau rutin yang selalu diterapkan yakni
menurut Standar Operasional Prosedur (SOP).
2. Cuci tangan bedah (surgical handscrub)
Menurut Nancy, dalam mengendalikan infeksi di kamAr bedah ada
lima D yang mesti diterapkan yaitu, Design, Discpline, Devices,
Defense Mechanism, dan Drugs (Tiejen, 2004)

b. Pemakaian alat pelindung :


Sarung tangan, topi, pelindung wajah (masker dan kacamata), gaun
pelindung dan sepatu guna mencegah kontak dengan darah serta cairan
infeksius lainnya.
Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai guna mencegah transmisi infeksi.
Proses pengelolaan alat kesehatan dilakukan melalui empat tahap kegiatan
yaitu :
1. dekontaminasi
2. pencucian alat
3. desinfeksi dan sterilisasi
4.
penyimpanan alat kesehatan.

c. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukan

29
1.
Untuk pengelolaan jarum suntik yang telah dipakai harus dibuang
langsung ke dalam tabung yang tertutup, anti bocor ebelum dibawa ke
tempat insenerator, tanpa menyentuh atu meanipulasi bagian tajamnya
seperti dibengkokkan, dipatahkan, atau ditutup kembali. Jika jarum
terpaksa ditutup kembali (recapping), gunakanlah cara penutupan
jarum dengan satu tangan untuk mencegah jari tertusuk. Sediakan
penempatan wadah tahan tusukan yang telah diberi tanda dengan jelas
dan ditempatkan sedekat mungkin, dimana benda tersebut ditemukan
(WHO, 2005).
2.
Pemakaian alat tajam yang telah digunakan untuk sekali pakai
langsung dibuang ke dalam kontainer khusus yang tidak mudah tembus
sebelum dibawa ke insenerator (Ramdhan, 2008)

d. Pengelolaan limbah, sanitasi ruangan dan penanganan terhadap kecelakaan


kerja (Yayasan Spiritia, 2006).
1. Limbah yang berasal dari rumah sakit/sarana kesehatan secara umum
dibedakan atas :
 limbah medis
 limbah berbahaya
 limbah rumah tangga
2. Sanitasi ruangan rumah sakit
Sanitasi ruangan adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan sekitar tempat bekerja untuk
mengurangi jumlah bakteri yang ada (Handoko, 2007). Fungsi sanitasi
di rumah sakit adalah melakukan pengendalian terhadap kontaminasi
di rumah sakit, melaksanakan pengolahan limbah secara baik dan
benar, mengawasi serta membantu menciptakan keadaan lingkungan
yang nyaman, bersih, dan selalu menegakkan peraturan perundangan di
bidang sanitasi dan lingkungan.
3. Penanganan terhadap kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diduga dan tidak
diharapkan atau tidak dilatarbelakangi oleh unsur kesengajaan dan
direncanakan (Astono, 2007). Pajanan darah atau cairan tubuh dapat

30
terjadi secar parenteral melalui tusukan,luka, percikan darah atau
cairan tubuh pada mukosa mata, hidung atau mulut dan percikan pad
kulit yang tidak utuh, kejadian seperti ini harus dicegah dan
keselamatan petugas harus diutamakan.

Proses yang semestinya dilakukan apabila kecelakaan kerja telah


terjadi yaitu :
 Kejadian harus didokumentasikan dan dilaporkan pada atasan,
kepada panitia keselamatan dan kesehatan kerja, dan panitia
infeksi nosokomial secepatnya
 pemberian imunisasi apabila tersedia, diberikan kepad semua staff
yang beresiko mendapat perlukan karena benda tajam. Setelah
terjadi kecelakaan dan harus diberi konseling (WHO, 2005).

2.8.5 Ketersediaan Fasilitas, Sarana, dan Prasarana dalam Kewaspadaan


Universal
Sarana atau fasilitas adalah alat yang digunakan untuk mencapa
keberhasilan dalm bekerja (Sofiyah, 2006). Sebelum petugas kesehatan
dapat mematuhi dan menjalankan prosedur kewaspadaan universal,
institusi pelayanan kesehatan atau rumah sakit harus memastikan bahwa
semua pedoman dan kebijak mereka cocok diterapkan di lokasi pelayanan,
dan sarana atau fasilitas yang dimiliki untuk kewaspadaan universal serta
ketersediaan alatnya telah mencukupi. Pada prinsipnya ketersediaan
fasilitas dan sarana sangat berguna untuk memudahkan petugas kesehatan
dalam mematuhi praktek pengendalian infeksi, kebijakan serta standar
operasional prosedur di dalm melaksanakan kewaspadaan universal. Untuk
pencapaian ini, mak diperlukan :
a. Pengadaan SDM yang terlatih dalam pengembangan
pengetahuan
b.
Sarana kesehatan yang diperlukan seperti pengadaan
sarana cuci tangan, air mengalir, sarung tangan disposable, serta alat
pelindung diri lainnya, jarum suntik sekali pakai, wadah benda tajam,
tempat peralatan steril dan bersih, alat-alat untuk proses disenfeksi dan
sterilisasi, bahn-ahn atau larutan untuk pencucui, alat pengelolaan

31
limbah yang memerlukan konstrusi khusus, seperti insenerator atau
pilihan lain dari insenerator, sarana sterilisasi, peningkatan sistem
ventilasi, peralatan laboratorium, obat anti retroviral, dan termasuk
alat-alat untuk memantau serta mengawasi proses ulang yang harus
dilakukan, semua ini harus tersedia dengan cukup walau berada dalm
lingkungan dengan sumber daya yanterbatas (WHO, 2005).

2.9 RONDE KEPERAWATAN


2.9.1 PENGERTIAN RONDE KEPERAWATAN
Beberapa ahli mengungkapkan pengertian dari ronde keperawatan.
Chambliss (1996), ronde keperawatan adalah pertemuan antara staff yang
usai kerja melaporkan pada staf yang mulai kerja tentang kondisi pasien,
dengan staf menjelaskan apa yang telah dilakukan dan mengapa dilakukan
yang membawa setiap kasus ke dalam kerangka kerja berfikir staf, dan
secara sistematis menegakkan kemampuan sistem untuk menangani
masalah medis.

Didalam ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara perawat dengan


perawat, perawat dengan pasien. Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa
ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat
mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu
dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan
pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta
mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.

Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan


perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde
keperawatan dilakukan oleh teacher nurse atau head nurse dengan anggota
stafnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek
perawatan untuk setiap pasien (Clement, 2011). Ronde keperawatan adalah
suatu kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang dilaksanakan oleh
perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas & melaksanakan
asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau
konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh

32
anggota tim. Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran
klinik yang memungkinkan peserta didik mentransfer dan
mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam praktik keperawatan
secara langsung.
2.9.2
Tujuan Ronde Keperawatan
Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan terbagi menjadi 2 yaitu:
tujuan bagi perawat dan tujuan bagi pasien. Tujuan ronde keperawatan
bagi perawat menurut Armola et al. (2010) adalah:
a) Melihat kemampuan staf dalam managemen pasien
b) Mendukung pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan
c) Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format
studi kasus
d) Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar
meningkatkan penilaian keterampilan klinis
e) Membangun kerjasama dan rasa hormat, serta
f)
Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan
kebanggaan dalam profesi keperawatan.

Ronde keperawatan selain berguna bagi perawat juga berguna bagi pasien.
Hal ini dijelaskan oleh Clement (2011) mengenai tujuan pelaksanaan
ronde keperawatan bagi pasien, yaitu:
1. Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan hari
ke hari
2. Untuk mengamati pekerjaan staff
3.
Untuk membuat pengamatan khusus bagi pasien dan memberikan
laporan kepada dokter mengenai, missal: luka, drainasi, perdarahan,
dsb.
4. Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya
5. Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
6. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien
7. Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diberikan
kepada pasien

33
8.
Untuk memeriksakan kondisi pasien sehingga dapat dicegah, seperti
ulcus decubitus, foot drop, dsb
9. Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien
sehingga perawat memperoleh wawasan yang lebih baik
10.
Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan.
2.9.3 Manfaat Ronde Keperawatan
Banyak manfaat dengan dilakukannya ronde keperawatan oleh perawat,
diantaranya:
a. Ronde keperawatan dapat meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan pada
b.
perawat. Clement (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan
adalah membantu mengembangkan keterampilan keperawatan, selain
itu menurut Wolak et al. (2008) denga adanya ronede keperawatan
akan menguji pengetahuan perawat. Peningkatan ini bukan hanya
keterampilan dan pengetahuan keperawatan saja, tetapi juga
peningkatan secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan oleh Wolaket al.
(2008) peninkatan kemampuan perawat bukan hanya keterampilan
keperawatan tetapi juga memberikan kesempatan pada perawat untuk
tumbuh dan berkembang secara profisonal.
c. Melalui kegiatan ronde keperwatan, perawat dapat mengevaluasi
kegiatan yang telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement
(2011) melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan,rintangan yang
dihadapi oelh perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan
dapat dinilai. Hal ini juga ditegaskan oleh O’connor (2006) pasien
sebagai alat untuk menggambarkan parameter penilaian atau teknik
intervensi.
d. Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan
mahasiswa perawat. Ronde keperawatan merupakan studi percontohan
yang menyediakan sarana untuk menilai pelaksanaan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat (Wolak et al, 2008). Sedangkan bagi
mahasiswa perawat dengan ronde keperawatan akan mendapat
pengalaman secara nyata dilapangan (Clement, 2011).

34
e.
Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membantu
mengorientasikan perawat baru pada pasien. Banyak perawat yang
baru masuk tidak mengetahui mengenai pasien yang dirawat di
ruangan. Dengan ronde keperawatan hal ini bisa dicegah, ronde
keperwatan membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien
(Clement, 2011).
f. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian
Febriana (2009) ronde keperwatan meningkatkan kepuasan pasien lima
kali dibanding tidak lakukan ronde keperawatan. Chaboyer et al.
(2009) dengan tindakan ronde keperawatan menurunkan angka insiden
pada pasien yang dirawat.

2.9.4 Tipe-tipe Ronde


Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi kepustakaan.
Diantaranya adalah menurut Close dan Castledine (2005) ada empat tipe
ronde yaitu matrons’ rounds, nurse management rounds, patient comfort
rounds dan teaching nurse.
a.
Matron nurse menurut Close dan Castledine (2005) seorang perawat
berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai
jadwal rondenya. Yang dilakukan perawat ronde ini adalah memeriksa
standart pelayanan, kebersihan dan kerapihan, dan menilai penampilan
dan kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien.
b.
Nurse management rounds menurut Close dan Castledine (2005) ronde
ini adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan
implementasi pada sekelompok pasien. Untuk melihat prioritas
tindakan yang telah dilakukan serta melibatkan pasien dan keluarga
pada proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran
antara perawat dan head nurse.
c.
Patient comport nurse menurut Close dan Castledine (2005) ronde
disini berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di
rumah sakit. Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi semua
kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan dimalam hari,
perawat menyiapkan tempat tidur untuk pasien tidur.

35
d.
Teaching rounds menurut Close dan Castledine (2005) dilakukan
antara teacher nurse dengan perawat atau mahasiswa perawat, dimana
terjadi proses pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan oleh
perawat atau mahasiswa perawat. Dengan pembelajaran langsung.
Perawat atau mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang
didapat langsung pada pasien.

Daniel (2004) walking round yang terdiri dari nursing round,


physician-nurse rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing rounds
adalah ronde yang dilakukan antara perawat dengan perawat.
Physician-nurse adalah ronde pada pasien yang dilakukan oleh dokter
dengan perawat, sedangkan interdisciplinary rounds adalah ronde pada
pasien yang dilakukan oleh berbagai macam tenaga kesehatan meliputi
dokter, perawat, ahli gizi serta fisioterapi, dsb.

2.9.5 Tahap Ronde Keperawatan


Ramani (2003), tahapan ronde keperawatan adalah :
a.
Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning (perencanaan),
orientation(orientasi).
b.
Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction (interaksi),
observation, (pengamatan), instruction (pengajaran), summarizing
(kesimpulan).
c.
Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran),
reflection (refleksi), preparation (persiapan).
Langkah-langkah Ronde Keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
 Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde.
 Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga
2. Pelaksanaan
 Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan/ telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang
perlu didiskusikan.
 Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.

36
 Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala
ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan
 Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.

3. Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
4. Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah sebagai
berikut.
a. Struktur
 Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya).
 Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
 Persiapan dilakukan sebelumnya.
b. Proses
 Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
 Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan.
c. Hasil
 Klien merasa puas dengan hasil pelayanan
 Masalah klien dapat teratasi.
 Perawat dapat:
 Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
 Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
 Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
 Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
keperawatan.
 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan
yang berorientasi pada masalah klien

37
 Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
 Meningkatkan kemampuan justifikasi.
 Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

2.9.6 HAL YANG DIPERSIAPKAN DALAM RONDE KEPERAWATAN


Supaya ronde keperawatan yang dilakukan berhasil, maka bisa dilakukan
persiapan sebagai berikut:
a) Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan
masalah yang langka).
b) Menentukan tim ronde keperawatan.
c) Mencari sumber atau literatur.
d) Membuat proposal.
e)
Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian.
f)
Diskusi : apa diagnosis keperawatan ?; Apa data yang mendukung?;
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?; Apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan?

2.9.7 KOMPONEN TERLIBAT DALAM RONDE KEPERAWATAN


komponen yang terlibat dalam kegiatan ronde keperawatan ini adalah
perawat primer dan perawat konselor, kepala ruangan, perawat
associate, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan
lainnya.

a. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim


1. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
2. Menjelaskan masalah keperawata utama.
3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
4. Menjelaskan tindakan selanjutnya.
5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
b. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor
1. Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)

38
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan
yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa
disebutkan antara lain :
 Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
 Menjelaskan masalah keperawatan utama
 Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
 Menjelaskan tindakan selanjtunya
 Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
2. Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
 Memberikan justifikasi
 Memberikan reinforcement
 Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional
 Mengarahkan dan koreksi
 Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
Selain perawat, pasien juga dilibatkan dalam kegiatan ronde
keperawatan ini untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan.

BAB III
ANALISA SITUASIONAL

Pengkajian manajemen keperawatan telah dilakukan pada tanggal 26 sampai


dengan 28 Maret 2018 di Ruangan Neuro RSAM Bukittinggi dengan melakukan

39
survey awal dan pengumpulan data melalui kuesioner, observasi dan wawancara
terhadap 17 orang perawat pelaksana, 3 orang katim dan 1 orang kepala ruangan
mengenai data umum dan masalah yang berhubungan dengan manajemen
keperawatan.

3.1 Kajian Situasi Rumah Sakit


RSAM Bukittinggi terletak di pusat Bukittinggi yang mudah dijangkau dari
berbagai arah. Rumah sakit ini telah dikenal masyarakat secara luas, tidak hanya
dari Kabupaten/Kota wilayah setempat, tapi juga di kunjungi oleh wilayah
tetangga bahkan sampai di daerah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau dan
Jambi. Rumah sakit ini mempunyai beberapa gedung pelayanan yang terdiri dari
gedung Ambun Suri ( ruang rawat inap Bedah, dan Interne ), gedung Ambun Suri
(ruang rawat inap Bedah Pria lantai 1, sedangkan lantai 2 rawat inap Bedah
Wanita, dan ruang rawat inap Interne kelas 2 dan 3 dilantai 3 sedangkan ruang
rawat inap interne kelas 3 dilantai 4, lalu ruang rawat inap Paru, Jantung,
Neurologi, Anak, Perinatologi, Kebidanan, rekam medik, IGD, ruang OK, HCU,
ICU, radiologi, elektromedik (EEG, TCD, dll), rehabilitas, fisioterapi dan poli
klinik; interne, neuro, gigi, jiwa, bedah saraf, kebidanan dan anak. Selain sebagai
rumah sakit rujukan, RSAM Bukittinggi juga dipakai sebagai lahan praktek bagi
institusi yang ada di Sumatera Barat.

1. Visi Rumah Sakit


Visi : Menjadikan RSUD Dr.Achmad Mochtar  Bukittinggi sebagai  Tempat
Tujuan Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas dan Terjangkau di Regional
Sumatera".

2. Misi Rumah Sakit


a. Memberikan pelayanan kesehatan yang memenuhi harapan (service
excellence) kepada seluruh lapisan masyarakat secara efisien dan efektif.
b. Mempersiapkan pelayanan unggulan dengan SDM yang berkualitas dan
ramah.

40
c. Mendidik dan melatih tenaga kesehatan serta mengadakan penelitian di
bidang kesehatan.
d. Meningkatkan kemandirian rumah sakit dalam pengelolaaan pelayanan
kesehatan, administrasi dan manajemen.

3. Motto Rumah Sakit


Mengutamakan Pelayanan Yang Ramah, Cepat, Tepat Dan Siap Berkinerja
“TERBAIK”

4. Nilai Budaya Rumah Sakit


Nilai Organisasi merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh setiap
pegawai dan dijadikan sebagai panduan dalam memilih berbagai alternatif
yang diperlukan untuk menuju masa depan. Dengan diterapkannya nilai-
nilai Organisasi oleh semua pihak sebagai panduan dalam bertindak,
diharapkan citra Organisasi akan semakin baik dan pelayanan yang
diberikan dapat memuaskan pasien (konsumen).
Budaya kerja Rumah Sakit dapat dilaksanakan dengan memegang nilai-nilai
dasar sebagai acuan bagi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi dalam
berperilaku yang menunjang tercapainya Visi dan Misi. Nilai dasar tersebut,
nantinya diharapkan dapat menjadi budaya organisasi di RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi dengan selalu memakai pin smile dengan tulisan nilai
dasar. Nilai dasar tersebut adalah yang TERBAIK :
“T E R B A I K”
Dengan makna sebagai berikut :
Tulus , tepat janji
Empati
Responsibilitas
Bijak
Adil
Integritas
Kebersamaan, kompak

3.2 Perencanaan

41
1.1. Perencanaan
1.1.1. Karakteristik Unit
a. Visi Ruang
Ruang AMBUN SURI Lantai III mempunyai visi ruangan yaitu:
Instalasi dengan pelayanan penyakit dalam yang komprehensif
b. Misi Ruang
Ruang AMBUN SURI Lantai III mempunyai misi ruangan yaitu:
1) Mewujudkan profesionalisme sumber daya manusia
2) Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai dengan standar
3) Mengembangkan jenis pelayanan dalam meningkatkan
pendapatan instalasi
4) Mengembangkan mutu pelayanan sesuai dengan indikator

3.3.1 Karakteristik Unit


b. Visi Ruang
Ruang AMBUN SURI Lantai III mempunyai visi ruangan yaitu:
Instalasi dengan pelayanan penyakit dalam yang komprehensif
c.
Misi Ruang
Ruang AMBUN SURI Lantai III mempunyai misi ruangan yaitu:
1. Mewujudkan profesionalisme sumber daya manusia
2. Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai dengan standar
3. Mengembangkan jenis pelayanan dalam meningkatkan
pendapatan instalasi
4. Mengembangkan mutu pelayanan sesuai dengan indikator

3.3 Ruangan Perawatan


3.4.1 Kapasitas Unit Ruangan
RSAM Bukittinggi mempunyai beberapa ruang rawat inap, salah
satunya adalah ruang Ambun Suri Lt III. Ruang Ambun Suri Lt III
terdiri dari 8 unit ruangan, diantaranya ruang rawatan yang terdiri dari

42
12 kamar, 1 ruang karu, 1 ruang dokter, 1 ruang perawat, 1 ruang
pertemuan/rapat, 1 ruang apotek, 1 gudang, dan 1 pantry.

Tabel 3.1
Tabel jumlah kapasitas tempat tidur yang ada di ruang Lt III Ambun Suri
Bukittinggi Tahun 2018
Ruangan Jumlah Tempat Tidur
II.1 3
II.2 3
II.3 3
II.4 3
II.5 3
II.6 4
III.1 6
III.2 6
III.3 6
III.4 6
HCU 6
ISOLASI 1
RUANG TINDAKAN 1
Jumlah 51

Ruang Lt III Ambun Suri memiliki 12 ruang rawatan, dimana setiap ruang
terdapat 2 tempat tidur, sehingga jumlah tempat tidur adalah 51. Semua ruangan
dalam keadaan baik sehingga semua ruangan dapat digunakan.

3.4.2 Analisa Terhadap Klien


3.3.1.1 Karakteristik
Klien yang dirawat diruang Lt III AMBUN SURI adalah pasien kelas
2 dan 3 yang rata-rata pasien mengalami gangguan penyakit dalam
seperti Diabetes Militus, Dispepsia, DHF, dan IO. Berdasarkan data

43
dan hasil wawancara perawat yang ada diruang Lt III AMBUN SURI,
Diabetes Militus adalah penyakit terbanyak sejak Januari 2018.

3.3.1.2 Tingkat ketergantungan


Rata-rata jumlah pasien yang dirawat di LT III AMBUN SURI Lt III
pada tanggal 26 Maret- 28 Maret 2018 adalah 20 orang setiap harinya
dengan tingkat ketergantungan rata-rata:
1) Total care : 2 orang
2)
Parsial care : 8 orang
3) Minimal care : 5 orang

3.4.3 Analisa Situasi


1. Staffing atau Sumber Daya Manusia
a. Sumber Daya dan Kekuatan Kerja

TABEL 3.2
Tabel Tenaga Perawat di Ruangan LT III AMBUN SURI Lt III

No Nama Jenis kelamin Pendidikan Jabatan


1 Ns. Yenita Roza, S. Kep Perempuan S1 Keperawatan Karu
2 Ns.Suci Novtisia H.S. Kep Perempuan S1 Keperawatan PPAK.W
3 Imelda Sarta, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PPAK.P
4 Risma Yeni, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PPAK.HCU
5 Febrina Aulia, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
6 Zuryati, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
7 Ade Suryani, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
8 Septrisna Dewita, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
9 Ns. Rika Nopita Sari, S. Kep Perempuan S1 Keperawatan PP
10 Harmites, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
11 Wati Mulya Perempuan D3 Keperawatan PP
12 Ns. Alvio, S. Kep Perempuan S1 Keperawatan PP
13 Wella Oktaviani, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
14 Anis Masella, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
15 Leni Marlina, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP

44
16 Tessi Megawati, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
17 Tika Sepri Madona, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
18 Dian Tutupika, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
19 Rita Triwarni, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
20 Herlina, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
21 Rika Safitri, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
22 Gefri Lidya, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
23 Ns.Sri Novianita,S. Kep Perempuan S1 Keperawatan PP
24 Ns. Fitriya Wendri,S. Kep Perempuan S1 Keperawatan PP
25 Yovi Syafnovel, Amd. Kep Perempuan D3 Keperawatan PP
26 Andreas Laki-Laki Brankar Man
27 Mega Purnama Sari, Amd. Far Perempuan D3 Farmasi Apoteker

Tabel 3.3
Tabel Tenaga Perawat di Ruang AMBUN SURI Lt III RSAM Bukittinggi 2018

Umur
Ruang
21-30 31-40 41-50 >50
ASLan III 8 10 3 -
Pesentase 38,1% 47,6% 14,3% -

Tabel 3.4
Tabel tenaga keperawatan berdasarkan pelatihan

Ruang Pelatihan
BTCLS PPI Manajemen Pat PPGD BHD
Karu Safety

ASLan III 21 8 2 1 5 4

45
Persentase 100% 38,10% 9,52% 4,76% 23,81% 19,05%

b. Pembagian kerja
Hasil analisis situasi melalui wawancara, di ruang LT III AMBUN
SURI Lt.3, yang di sepakati oleh Ns. Yenita Roza,
S.Kep, dan 21 orang tenaga perawat. Jadwal pembagian shift terbagi
dalam 3 shift yaitu shift pagi dari pukul 7.30 WIB s/d 14.00, shif sore
dari pukul 13.30 s/d 21.00 WIB dan shif malam dari pukul 21.00 s/d
08.00 WIB.

3.4 Analisa Hasil Situasi


1.
Perencanaan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala Ruangan
Neuro, visi yang ada diruangan Ruangan Neuro yaitu instalasi dengan
pelayanan penyakit dalam yang komprehensif. Sedangkan, misinya yaitu
mewujudkan profesionalisme sumber daya manusia, mengembangkan
sarana dan prasarana sesuai dengan standar, mengembangkan jenis
pelayanan dalam meningkatkan pendapatan instalasi, dan mengembangkan
mutu pelayanan sesuai dengan indikator. Berdasarkan hasil observasi yang
telah dilakukan dari tanggal 26-29 Maret 2018 dapat dilihat bahwa kinerja
dari kepala ruang sesuai dengan standar operational rumah sakit dan
standar asuhan keperawatan.

2. Pengorganisasian
Berdasarkan batasan dan wewenang tanggung jawab semua karyawan
cukup jelas secara tertulis dan sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
Begitu juga berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada kepala
ruangan, metode yang digunakan untuk penugasan yang ada di ruangan ini
adalah metode modular. Tujuan dari metode tersebut adalah agar pasien
terkelola dengan baik dan terciptanya pelayanan yang prima. Sistem
timbang terima yang digunakan di Ruangan Neuro yaitu metode SBAR,
berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan metode ini sudah
berjalan cukup baik.

46
3. Pengarahan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan, kepala
ruangan mengarahkan semua anggota perawat untuk mengelola pasien
dengan cara metode modular yakni dengan membagi tanggung jawab
sesuai dengan uraian kerja masing-masing perawat yaitu membagi menjadi
tiga tim; tim HCU, tim PRIA dan tim WANITA. Kepala ruangan
mengatakan manajemen konflik di ruangan sudah ada dan terarah.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan PPAK dan perawat
pelaksana di ruang AMBUN SURI Lt III yang telah dilakukan dari tanggal
26-29 Maret 2018 mengenai pelaksanaan post conference, PPAK
mengatakan pelaksanaan post konfren belum dilaksanakan secara optimal
dibuktikan dengan hasil wawancara dan observasi lapangan. Dari hasil
wawancara kepada PPAK ruangan di dapatkan hasil bahwa pada saat post
confrence PPAK melakukan evaluasi kembali dengan cara mengevaluasi
perawat pelaksana secara personal tanpa mengumpulkan perawat
pelaksana melalui forum diskusi. Dari hasil observasi sejak tanggal 26-29
Maret 2018 di dapatkan bahwa belum adanya pelaksanaan post confrence
secara formal yang dihadiri oleh karu, ppak dan perawat pelaksana.
Kemudian Karu, PPAK dan PP juga menyatakan pelaksanaan ronde
keperawatan belum dilaksanakan secara optimal dibuktikan dengan hasil
wawancara dan observasi lapangan.

4. Pengendalian
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada
tanggal 26 Maret 2018 kepala ruangan menyatakan bahwa pengendalian
kerja selalu dilakukan dan diawasi langsung oleh kepala ruangan, serta
melakukan diskusi bersama untuk memecahkan masalah diruangan, dan
melakukan survey kepuasan pasien dan keluarga terhadap dokter dan
perawat diruang rawat inap AMBUN SURI Lt III.

3.5 Karakteristik Responden


1. Pengkajian

47
Data umum
1) Perawat
a. Karakteristik umur

Tabel 3.8
Distribusi Frekuensi umur perawat di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM
Bukittinggi Tahun 2018
Umur
Ruang
21-30 31-40 41-50 >50
ASLan III 8 10 3 -
Pesentase 38,1% 47,6% 14,3% -

Dari tabel diatas didapatkan perawat yang bekerja diruang Ambun Suri Lt. III
RSAM Bukittinggi sebagian besar berumur 31- 40 tahun dengan persentase
47,6%.

b. Karakteristik pendidikan

Tabel 3.9
Distribusi Frekuensi pendidikan perawat di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018

Pendidikan
Ruang
D3 Keperawatan S1 Keperawatan + Ners
ASLan III 20 6
Pesentase 76,9% 23,1%

Dari tabel diatas didapatkan perawat yang bekerja diruang Ambun Suri Lt. III
RSAM Bukittinggi sebagian besar berpendidikan D3 Keperawatan dengan
persentase 76,9%.

1. Kepala ruangan

Grafik 3.1

48
Distribusi pertanyaan wawancara mengenai ronde, pendokumentasian dan
pre-post konference dalam manajemen keperawatan di ruang Ambun Suri
Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018

Berdasarkan grafik diatas didapatkan bahwa hasil wawancara dengan kepala


ruangan menyatakan telah melakukan supervisi kepada PPAK dan PP, telah
melakukan pre dan post konference sebelum pergantian shift, namun pelaksanaan
tersebut belum dilakukan secara optimal oleh perawat diruangan. Sedangkan dari
hasil observasi didapatkan hasil bahwa pelaksanaan ronde keperawatan, pre dan
post konference memang belum dilakukan secara optimal dengan dibuktikan dari
hasil data observasi yaitu belum dilaksanakannya ronde keperawatan dan pre
conference pada awal dinas dan post conference sebelum shift dinas beikutnya.

2. Katim

Grafik 3.2
Distribusi pertanyaan wawancara mengenai ronde, pre dan post conference
dalam manajemen keperawatan di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM
Bukittinggi Tahun 2018

49
Berdasarkan grafik diatas didapatkan hasil wawancara dari 3 orang katim
menyatakan ada melakukan ronde keperawatan, semua tim kesehatan hadir dalam
ronde keperawatan, dan pernah melakukan post conference, dan 2 dari 3 orang
katim menyatakan tidak ada melakukan ronde keperawatan setiap pergantian shift,
lalu menyatakan bahwa metode yang digunakan saat ini tidak cocok. Akan tetapi
dari hasil observasi didapatkan hasil bahwa pada saat ronde keperawatan dan pre
dan post conference semua tim kesehatan tidak hadir salah satunya dokter dan
gizi. Lalu tidak adanya dilakukan pre dan post conference.

3. Perawat pelaksana
a. Hasil kuesioner manajemen keperawatan

Tabel 3.12
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai pelaksanaan timbang terima (overan) setiap pergantian shift sesuai
dengan standar yang berlaku di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018

50
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 10 11
Persentase 47,62% 52,38%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 11 orang perawat pelaksana


(52,35%) menyatakan selalu melaksanakan timbang terima (overan) setiap
pergantian shift sesuai dengan standar yang berlaku.

Tabel 3.13
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan telah optimal dalam
manajemen keperawatan di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018

Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 0 18 3
Pesentase 0% 0% 85,71% 14,29%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 18 orang perawat pelaksana


(85,71%) menyatakan sering melaksanakan ronde keperawatan di ruangan Ambun
Suri Lt. III dengan optimal.

Tabel 3.14
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai semua tim kesehatan hadir dalam ronde keperawatan dalam manajemen
keperawatan di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018

Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 1 18 2

51
Pesentase 0% 4,76% 85,71% 9,52%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 18 orang perawat pelaksana


(85,71%) menyatakan semua tim kesehatan hadir dalam ronde keperawatan.

Tabel 3.15
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai ronde dilakukan setiap pergantian shift dalam manajemen keperawatan
di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018

Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 5 11 5
Pesentase 0% 23,81% 52,38% 23,81%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 11 orang perawat pelaksana


(52,38%) menyatakan sering melakukan ronde disetiap pergantian shift.

Tabel 3.16
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai ronde keperawatan, perawat
melibatkan keluarga dan klien dalam mengatasi masalah keperawatan di ruang
Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018

Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 8 8 5
Pesentase 0% 38,10% 38,09% 23,81%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 8 orang perawat pelaksana


(38,10%) menyatakan saat ronde keperawatan jarang ada melibatkan keluarga dan
klien dalam mengatasi masalah keperawatan.

Tabel 3.17
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai discharge planning secara lengkap dalam manajemen keperawatan di
ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018

Ruang Pernyataan

52
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 0 13 8
Pesentase 0% 0% 61,90% 38,10%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 13 orang perawat pelaksana


(61,90%) menyatakan sering melengkapi discharge palnning pasien setiap mau
pulang.

Diagram 3.15
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai waktu perawat diruangan dalam
melakukan semua proses keperawatan dan waktu untuk melakukan
pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang Ambun Suri
Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 1 4 10 6
Pesentase 4,76% 19,05% 47,62% 28,75%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 10 orang perawat pelaksana


(47,62%) menyatakan sering memiliki waktu dalam melakukan semua proses
keperawatan dan waktu untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.

Diagram 3.16
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai setiap selesai menjalankan
implementasi keperawatan, perawat mendokumentasikannya di ruang
Ambun Suri B Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 1 12 8

53
Pesentase 0% 4,76% 57,14% 38,10%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 12 orang perawat pelaksana


(57,14%) menyatakan setiap selesai menjalankan implementasi keperawatan,
perawat sering mendokumentasikannya.

Diagram 3.17
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai perawat waktu untuk melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018

Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 2 14 5
Pesentase 9,52% 66,67% 23,81%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 14 orang perawat pelaksana


(66,67%) menyatakan sering memiliki waktu untuk melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan.

Diagram 3.18
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai pembuatan laporan pergantian
dinas perawat dan setelah selesai diparaf dalam manajemen keperawatan di ruang Ambun Suri Lt. III
RSAM Bukittinggi Tahun 2018

Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 3 12 6
Pesentase 0% 14,29% 57,14% 28,57%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 12 orang perawat pelaksana


(57,14%) menyatakan sering membuat laporan pergantian dinas dan setelah
selesai lansung diparaf.

Diagram 3.19

54
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai pelaksanaan pre-post konference diruangan dalam
manajemen keperawatan di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018

Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 4 9 8
Pesentase 0% 19,05% 42,86% 38,10%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 9 orang perawat pelaksana


(42,86%) menyatakan sering melaksanakan pre-post konference diruangan
Ambun Suri Lt. III.

Diagram 3.20
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai pre dan post conference
dilakukan setiap pergantian shift di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM
Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 7 8 6
Pesentase 0% 33,33% 38,10% 28,57%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 8 orang perawat pelaksana


(38,10%) menyatakan sering melakukan pre dan post konference setiap pergantian
shift.

Diagram 3.21

55
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai pre dan post conference dihadiri
oleh seluruh perawat yang dinas di ruang Ambun Suri Lt. III RSAM
Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 0 8 13
Pesentase 0% 0% 38,10% 61,90%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 13 orang perawat pelaksana


(61,90%) menyatakan seluruh perawat yang dinas selalu menghadiri pre dan post
konference.

Tabel 3.22
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai pelaksanaan perencanaan
tindakan keperawatan oleh PPAK di setiap overan di ruang Ambun Suri Lt.
III RSAM Bukittinggi Tahun 2018
Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 2 13 6
Pesentase 0% 9,52% 61,90% 28,75%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 13 orang perawat pelaksana


(61,90%) menyatakan PPAK sering melaksanakan perencanaan tindakan
keperawatan di setiap overan dinas.
Tabel 3.23
Distribusi pernyataan kuesioner mengenai evaluasi oleh PPAK dilakukan
disetiap tindakan yang dilakukan oleh perawat pelaksana di ruang Ambun
Suri Lt. III RSAM Bukittinggi Tahun 2018

Pernyataan
Ruang
Tidak pernah Jarang Sering Selalu
ASLan III 0 3 12 6
Pesentase 0% 14,29% 57,14% 28,57%

56
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa 12 orang perawat pelaksana
(57,14%) menyatakan sering dievaluasi oleh PPAK setiap melakukan tindakan
keperawatan.

b. Hasil Wawancara manajemen keperawatan


Tabel 3.23
Berdasarkan hasil wawancara mahasiswa STIKES Perintis Padang siklus manajemen keperawatan
didapatkan hasil sebagai berikut :

Ronde Dilakukan Semua tim Pernah PPAK Jumlah tenaga


Keperawatan setiap kesehatan dilakukan melakukan medis yang
pergantian hadir post post memadai
shift conference conference
18 11 10 11 10 18
0 7 8 7 8 0

18 18 18 18 18 18

100% 61,11% 55,56% 61,11% 55,56% 100%


0% 38,89% 44,44% 38,89% 44,44% 0%

Berdasarkan tabel hasil wawancara diatas didapatkan hasil bahwa 18 orang


perawat pelaksana (100%) telah melakukan ronde keperawatan, 18 orang perawat
pelaksana (100%) mengatakan jumlah tenaga medis memadai untuk menangani
pasien, 11 orang perawat pelaksana (61,11%) telah melakukan ronde keperawatan
disetiap pergantian shift, 11 orang perawat pelaksana (61,11%) pernah melakukan
post conference, dan 10 orang perawat pelakasana (55,56%) mengatakan PPAK
telah melakukan post conference sebelum pergantian shift

c.
Hasil observasi manajemen keperawatan
Tabel 3.24
Hasil observasi mahasiswa STIKES Perintis Padang siklus manajemen didapatkan tabel hasil sebagai berikut :

57
Buku Pre Overan dinas Supervisi Post Ronde
laporan conference conference keperawatan
20 15 16 12 2 3
1 6 5 9 19 18
21 21 21 21 21 21

95.23% 71.42% 76.19% 57.14% 9.52% 14.29%


4.76% 28.57% 23.81% 42.86% 90.48% 85.71%
100% 100% 100% 100% 100% 100%

Berdasarkan tabel hasil observasi di atas didapatkan hasil bahwa 20 perawat


(95.23%) membaca laporan keperawatan sebelum melakukan asuhan
keperawatan, 15 perawat (71.28%) melakukan pre conference setiap awal dinas,
16 perawat (76.19%) telah mengikuti overan dinas keruangan klien, 12 perawat
(57.14%) kepala ruangan telah melakukan supervise ruangan, 19 perawat
(90.48%) tidak melakukan post conference sebelum shift dinas berikutnya, dan 18
perawat (85.71%) belum melakukan ronde keperawatan.

58
ANALISA SWOT
Kekuatan Kelemahan Kesempatan Ancaman
(Strenght ) ( Weekneess ) ( Opportunity ) ( Trechment )
 berdasarkan hasil kuesioner  100% karu menyatakan 1.Adanya mahasiswa praktek Tingginya harapan pasien dan
karu menyatakan 100% tidak pernah manajemen yang akan membantu keluarga kepada perawat untuk
selalu melaksanakan timbang melaksanakan ronde melaksanakan role play tentang memberikan pelayanan yang
terima (operan) setiap keperawatan dengan ronde keperawatan maksimal terhadap kebutuhan
pergantian shift sesuai optimal pasien.
dengan standar yang berlaku  Karu menyatakan tidak 2. Adanya mahasiwa praktek
 100% perawat mengerti pernah semua tenaga manajemen yang akan membantu
dengan adanya ronde perawat hadir dalam ronde melaksanakan pre dan post
keperawatan keperawatan conference keperawatan
 Sebagian besar perawat  100% karu menyatakan
(52,35%) selalu ronde tidak pernah
melaksanakan timbang dilakukan setiap
terima (overan) setiap pergantian shift
pergantian shift sesuai  100% karu menyatakan
dengan standar yang berlaku. tidak pernah melibatkan
 Berdasarkan hasil kuesioner keluarga saat ronde
sebagian besar perawat 18  Perawat sudah melakukan

59
orang (85,71%) sering pre-post comperence
melaksanakan ronde disetiap pergantian shift.
keperawatan di ruangan namun masih ada perawat
Ambun Suri Lt. III dengan yang jarang melakukan
optimal. pre-post comperence yaitu
 Berdasarkan hasil wawancara sebanyak 7 orang
diatas didapatkan hasil (33,33%) dari 21 orang
bahwa 18 orang perawat perawat yang di berikan
pelaksana (100%) telah kuesioner
melakukan ronde  Sebagian besar perwat
keperawatan sudah melakukan
 Berdasarkan hasil wawancara pendokumentasian asuhan
18 orang perawat pelaksana keperawatan. Namun
(100%) mengatakan jumlah masih ada sebagian kecil
tenaga medis memadai untuk perawat yang jarang
menangani pasien melakukan
 Berdasarkan hasil observasi pendokumentasian yaitu
selama 4 hari didapatkan sebanyak 2 orang (9,52%)
hasil bahwa 20 perawat perawat dari 21 perawat
(95.23%) membaca laporan

60
keperawatan sebelum yang dibagikan kuesioner
melakukan asuhan  Sebagian besar perawat
keperawatan mengatakan ssering
melakukan ronde
keperawatan. Namun
masih ada perwat yang
jarang melakukan ronde
keperawatan yaitu 5 orang
(23,81%) dari 21 perawat
yang di bagikan kuesioner
 Seagian besar perawat
pelaksana mengatakan
saat diwawancarai
melakukan ronde setiap
minggu. Namun masih
ada sebagian perawat
mengatakan tidak ada
melakukan ronde yaitu 7
orang (38,89%) dari 18

61
orang perawat.
 Sebagian perawat
pelaksana mengatakan
saat diwawancarai hadir
dalam ronde keperawatan.
Namun masih ada
sebagian perawat yang
mengatakan tidak hadir
yaitu sebanyak 8 orang
(44,44%) dari 18 orang
peraw2at yang di
wawancarai.
 Sebagian perawat
pelaksana saat
diwawancarai mengatakan
ada melakukan post
conference. Namun masih
ada sebagian yang tidak
melakukan post
conference yaitu sebanyak

62
7 orang (38,89%) perawat
dari 18 perawat pelaksana
yang di wawancarai.
 Berdasarkan hasil
observasi mahasiswa
selama 4 hari didapatkan
sebagian besar perawat
membaca buku laporan.
Namun masih ada
sebagian kecil perawat
yang tidak membaca buku
laporan yaitu 1 orang
(4,76%) dari 21 orang
perawat
 Berdasarkan hasil
observasi mahasiswa
selama 4 hari didapatkan
sebagian besar perawat
sudah melakukan pre
conference. Namun masih

63
ada sebagian yang tidak
melakukan pre conference
yaitu sebanyak 6 orang
(28,57%) dari 21 orang
perawa.
 Berdasarkan hasil
observasi mahasiswa
selama 4 hari didapatkan
sebagian besar perawat
sudah melakukan overan
saat dinas. Namun masih
ada perawat yang tidak
melakukan overan yaitu
sebanyak 5 orang
(23,81%) perawat.
 Berdasarkan hasil
observasi mahasiswa
selama 4 hari didapatkan
sebagian besar perawat
tidak mengadakan post

64
conference sebelum dinas
berikutnya yaitu sebanyak
19 orang (90,48%)
perawat .
 Berdasarkan hasil
observasi mahasiswa
selama 4 hari didapatkan
bahwa sebagian besar
perawat tidak
melaksanakan ronde
keperawatan yaitu
sebanyak 18 orang
(85,71%) perawat .

65
66
ANALISA DATA

No. Data Masalah


1. Pada hasil kusioner yang disebarkan kepada 21 perawat Belum optimalnya pelaksanaan ronde
 100% karu menyatakan tidak pernah melaksanakan ronde keperawatan dengan keperawatandiRuangan Neuro RSAM
optimal Bukittinggi.
 Karu menyatakan tidak pernah semua tenaga perawat hadir dalam ronde
keperawatan
 100% karu menyatakan ronde tidak pernah dilakukan setiap pergantian shift
 100% karu menyatakan tidak pernah melibatkan keluarga saat ronde
 Perawat sudah melakukan pre-post comperence disetiap pergantian shift. namun
masih ada perawat yang jarang melakukan pre-post comperence yaitu sebanyak 7
orang (33,33%) dari 21 orang perawat yang di berikan kuesioner
 Sebagian besar perwat sudah melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.
Namun masih ada sebagian kecil perawat yang jarang melakukan
pendokumentasian yaitu sebanyak 2 orang (9,52%) perawat dari 21 perawat yang
dibagikan kuesioner
 Sebagian besar perawat mengatakan ssering melakukan ronde keperawatan.
Namun masih ada perwat yang jarang melakukan ronde keperawatan yaitu 5
orang (23,81%) dari 21 perawat yang di bagikan kuesioner

67
 Seagian besar perawat pelaksana mengatakan saat diwawancarai melakukan ronde
setiap minggu. Namun masih ada sebagian perawat mengatakan tidak ada
melakukan ronde yaitu 7 orang (38,89%) dari 18 orang perawat.
 Sebagian perawat pelaksana mengatakan saat diwawancarai hadir dalam ronde
keperawatan. Namun masih ada sebagian perawat yang mengatakan tidak hadir
yaitu sebanyak 8 orang (44,44%) dari 18 orang peraw2at yang di wawancarai.
 Sebagian perawat pelaksana saat diwawancarai mengatakan ada melakukan post
conference. Namun masih ada sebagian yang tidak melakukan post conference
yaitu sebanyak 7 orang (38,89%) perawat dari 18 perawat pelaksana yang di
wawancarai.
 Berdasarkan hasil observasi mahasiswa selama 4 hari didapatkan sebagian besar
perawat membaca buku laporan. Namun masih ada sebagian kecil perawat yang
tidak membaca buku laporan yaitu 1 orang (4,76%) dari 21 orang perawat
 Berdasarkan hasil observasi mahasiswa selama 4 hari didapatkan sebagian besar
perawat sudah melakukan pre conference. Namun masih ada sebagian yang tidak
melakukan pre conference yaitu sebanyak 6 orang (28,57%) dari 21 orang perawa.
 Berdasarkan hasil observasi mahasiswa selama 4 hari didapatkan sebagian besar
perawat sudah melakukan overan saat dinas. Namun masih ada perawat yang
tidak melakukan overan yaitu sebanyak 5 orang (23,81%) perawat.
 Berdasarkan hasil observasi mahasiswa selama 4 hari didapatkan sebagian besar

68
perawat tidak mengadakan post conference sebelum dinas berikutnya yaitu
sebanyak 19 orang (90,48%) perawat .
 Berdasarkan hasil observasi mahasiswa selama 4 hari didapatkan bahwa sebagian
besar perawat tidak melaksanakan ronde keperawatan yaitu sebanyak 18 orang
(85,71%) perawat .

Pada hasil Observasi yang dilakukan tanggal 26-29 Maret 2018


- Kepala ruangan belum melakukan ronde keperawatan

Dari hasil wawancara tentang ronde keperawatan : didapatkan hasil 100% karu,
Karu menyatakan tidak pernah melakukan ronde keperawatan

2. Dari hasil wawancara didapatkan data bahwa : pelaksanaan post confrence dan Belum optimalnya pelaksanaan post
ronde keperawatan jarang dilakukan hanya dengan menanyakan secara personal confrence diruangan Ambun Suri Lt. III
kepada perawat pelaksana sebagai evaluasi tindakan keperawatan. Bukittinggi.
Dari hasil observasi didapatkan data bahwa : selama mahasiswa melaksanakan
praktek dari tanggal 26 - 29 Maret 2018 belum terlihat adanya pelaksanaan post
confrence dan ronde keperawatan diRuangan Neuro RSAM Bukittinggi.

69
70
URUTAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN

NO MASALAH
1. Belum optimalnya pelaksanaan ronde keperawatandiruangan Ambun
Suri Lantai III RSAM Bukittinggi.
2. Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post conference diruangan
Ambun Suri Lantai III RSAM Bukittinggi

71
PRIORITAS MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG AMBUN SURI LANTAI 3
RS ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

No MASALAH A B C D E F G H I J K L M N
1 Belum optimalnya pelaksanaan ronde
keperawatandiruangan Ambun Suri Lantai III 5 3 4 5 4 5 5 5 5 4 5 5 55 1
RSAM Bukittinggi.
2. Belum optimalnya pelaksanaan pre dan post
conference diruangan Ambun Suri Lantai III 4 4 2 1 4 5 5 5 5 2 5 5 47 2
RSAM Bukittinggi

Keterangan :
A : Risiko Terjadi H : Waktu

B : Risiko Parah I : Dana

C : Potensial untuk Latihan J : Fasilitas Kesehatan

D : Minat Perawat K : Sumber Daya

E : Mungkin diatasi L : Sesuai dengan Perawat

F : Sesuai Program M : Skor Total

G : Tempat N : Urutan Prioritas

Keterangan Bobot :
1 : Sangat Rendah
2 : Rendah
3 : Cukup
4 : Tinggi
5 : Sangat Tinggi PLANNING OF ACTION

72
No Masalah Tujuan Uraian Kegiatan Metode / media Sasaran Waktu/tempat PJ
1 Belum optimalnya Mengoptimalkan  Desiminasi Ilmu  Ceramah Karu dan semua Senin, 09 April Mahasiswa
pelaksanaan ronde pelaksanaan tentang ronde (infokus, perawat 2018 STIKes
keperawatan ronde keperawatan laptop, diruangan Perintis
diruangan Ambun keperawatan makalah) Ambun Suri Padang
Suri lantai 3 diruangan  Audio lantai 3 RSAM (Sundari Orita,
RSAM Ambun Suri visual Bukittinggi dan Winda Eka
Bukittinggi. lantai 3 RSAM (video ronde mahasiswa Trisnawati,
Bukittinggi. keperawatan praktek Taufik
) Hidayatullah,
Arosa Arianti,
Ferry
 Role Play Noviardi)
Pelaksanaan
ronde

73
2. Belum optimalnya Mengoptimalkan Pre dan Post Role play Semua perawat Kamis, 7 Mahasiswa
pelaksanaan post pelaksanaan post konfrence setiap ruangan yang April 2018 STIKes
confrence konfren di ruang hari dinas pagi dan dan Perintis
diruangan Ambun Ambun Suri sore dilakukan Padang
Suri lantai 3 lantai 3 RSAM setiap hari (Riri Parti
RSAM Bukittnggi implementasi Ningsih,
Bukittinggi Nurmira,
Putri
Rahmi
Wati, Ferry
Noviardi,
Septia
Erita)

74

Anda mungkin juga menyukai