Anda di halaman 1dari 49

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang sangat penting dan

tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan, dimana pelayanan

keperawatan mempunyai peran yang sangat besar dalam mencapai tujuan

pembangunan bidang kesehatan. Keperawatan sebagai profesi dan perawat

sebagai tenaga profesional bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan

keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang dimiliki secara mandiri

maupun bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lain (Rizal,Chasani &

Warsito, 2015).

Pelayanan keperawatan yang bermutu merupakan tujuan yang ingin

dicapai oleh perawat. Pelayanan keperawatan yang bermutu memerlukan

tenaga profesional yang didukung oleh faktor internal antara lain motivasi,

pengembangan karir profesional dan tujuan pribadi serta faktor eksternal,

antara lain kebijakan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi, sistem

penugasan dan sistem pembinaan (Depkes RI, 2005; Rizal,Chasani & Warsito,

2015)

Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan

bahwa setiap peningkatan mutu pelayanan kesehatan harus disertai dengan

peningkatan mutu pelayanan keperawatan (Undang-Undang Kesehatan RI,

2009). Dalam undang-undang RI No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan

pasal 31 ayat 2, menjelaskan bahwa dalam menjalankan tugasnya sebagai


pengelola pelayanan keperawatan, perawat berwenang: melakukan pengkajian

dan menetapkan permasalahan; merencanakan, melaksanakan, dan

mengevaluasi pelayanan keperawatan; dan mengelola kasus (Undang-Undang

Keperawatan, 2014). Hal ini maka perawat berada pada posisi kunci dalam

reformasi kesehatan. Hal ini ditopang dengan kenyataan bahwa 40% - 75%

pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan, dan hampir

semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah

sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat

(Gillies, 1998; Rizal,Chasani & Warsito, 2015).

Hal ini terjadi karena pelayanan keperawatan diberikan selama 24 jam

kepada pasien yang membutuhkannya, berbeda dengan pelayanan medis dan

pelayanan kesehatan lainnya yang hanya membutuhkan waktu yang relatif

singkat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada kliennya. Dengan

demikian pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan kualitasnya secara terus-

menerus dan berkesinambungan sehingga pelayanan rumah sakit akan

meningkat juga seiring dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Kualitas pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh proses, peran dan

fungsi dari manajemen pelayanan keperawatan, karena manajemen

keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh manajer/

pengelola keperawatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan serta mengawasi sumber-sumber yang ada,baik sumber daya

maupun sumber dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan


yang efektif dan efisien baik kepada klien, keluarga dan masyarakat (Julianto

& Soelarto, 2016).

Mengingat pentingnya peranan manajemen pelayanan keperawatan,

maka dalam makalah ini penulis akan menguraikan tentang pengertian,

prinsip-prinsip yang mendasari, proses, peran dan fungsi manajemen

pelayanan keperawatan, sehingga dapat menggambarkan bagaimana

manajemen keperawatan seharusnya dilaksanakan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Apa pengertian konsep manajemen keperawatan ?

2. Bagaimana metode manajemen keperawatan ?

3. Bagaimana manajemen pelayanan keperawatan ?

4. Apa pengertian dan tugas Karu (Kepala Ruangan)

5. Apa pengertian dan tugas Katim (Kepala Tim)

6. Apa pengertian dan tugas PP (Perawat Pelaksana)

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian konsep manajemen keperawatan.

2. Untuk mengetahui metode manajemen keperawatan.

3. Untuk mengetahui manajemen pelayanan keperawatan.

4. Untuk mengetahui pengertian dan tugas Karu (Kepala Ruangan)


5. Untuk mengetahui pengertian dan tugas Katim (Kepala Tim)

7. Untuk mengetahui pengertian dan tugas PP (Perawat Pelaksana)


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Konsep Manajemen Keperawatan

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan pro aktif

dalam menjalankan suatu kegiatan diorganisasi yang mencakup kegiatan

koordinasi dan supervisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai

tujuan organisasi (Nursalam, 2014).

Sedangkan manajemen menurut Fayol (1985) adalah memperkenalkan

dan merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengkoordinasi, dan

mengendalikan. Memperkirakan dan merencanakan berarti mempertimbang

kan masa depan dan menyusun rencana aktifitas (Fayol, (1985); Bernardin,

H,John & Russel, 2010).

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja dengan

melibatkan anggota staf keperawatan untuk memberikan perawatan,

pengobatan dan bantuan terhadap para pasien (Gillies, 1998; Mugianti, 2016).

Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen keperawatan

merupakan proses mencapai tujuan keperawatan melalui sumber daya

keperawatan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengendalian serta terjaganya standar asuhan keperawatan (Rizal,Chasani &

Warsito, 2015).
2.2 Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan

Prinsip-prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah

(Mugianti, 2016):

1. Manajemen keperawatan seyogianya berlandaskan perencanaan karena

melalui fungsi perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko

pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang afektif dan terencana.

2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang

efektif. Manajer keperawatan menghargai waktu akan menyusun

perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan

berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan

kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan di berbagai

tingkat manajerial.

4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus

perhatian manajer keperawatan dengan mempertimbangkan apa yang

pasien lihat, fikir, yakini dan ingini . Kepuasan pasien merupakan point

utama dari seluruh tujuan keperawatan.

5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian dilakukan

sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.

6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang

meliputi proses pendelegasian, supervisi, koordinasi dan pengendalian

pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.


7. Manejer keperawatan yang baik adalah manajer yang dapat memotivasi

staf untuk memperlihatkan penampilan kerja yang baik.

8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.

Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalahpahaman dan

memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian diantara

bawahan.

9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya

mempersiapkan perawat pelaksana untuk menduduki posisi yang lebih

tinggi ataupun upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan

karyawan.

10. Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi

penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian

instruksi dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan standar,

membandingkan penampilan dengan standar dan memperbaiki

kekurangan.

Berdasarkan prinsip-prinsip diatas maka para manajer, administrator

dan bawahan seyogianya bekerja bersama-sama dalam merencanakan dan

pengorganisasian serta fungsifungsi manajemen lainnya untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.


2.3 Metode Asuhan Keperawatan

Dalam sistem pemberian asuhan keperawatan ada beberapa teori

mengenai metode asuhan keperawatan. Menurut Rizal,Chasani & Warsito,

2015 metode asuhan keperawatan terdiri dari metode fungsional, metode

tim, metode primer dan metode kasus.

1. Metode fungsional

Metode fungsional yaitu suatu metode pemberian asuhan keperawatan

dengan cara membagi habis tugas pada perawat yang berdinas

(Mugianti, 2016).

A. Kelebihan metode fungsional

1. Menekankan efisiensi, pembagian tugas jelas dan pengawasan

baik untuk RS yang kekurangan tenaga.

2. Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial

sedangkan perawat junior bertanggung jawab pada perawatan

pasien.

B. Kelemahan metode fungsional

1. Pasien merasa tidak puas karena pelayanan keperawatan yang

terpisah-pisah atau tidak dapat menerapkan proses

keperawatan.

2. Perawat hanya melakukan tindakan yang berkaitan dengan

ketrampilan saja.
2. Metode tim

Metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara total kepada

sekelompok pasien yang telah ditentukan. Perawat terdiri dari tenaga

profesional, teknikal dan pembantu (Mugianti, 2016).

A. Konsep metode tim

1. Ketua TIM harus mampu menerapkan berbagai teknik

kepemimpinan.

2. Komunikasi yang efektif agar rencana keperawatan tercapai.

3. Anggota TIM harus menghargai kepemimpinan ketua tim.

B. Kelebihan metode tim

1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.

2. Mendukung pelaksanaan proses perawatan

3. Komunikasi antara tim berjalan dengan baik sehingga konflik

mudah diatasi

4. Memberikan kepuasan pada anggota tim

C. Kelemahan metode tim

Komunikasi antar anggota tim dalam bentuk konferensi tim yang

sulit terbentuk pada waktu-waktu sibuk.

3. Model keperawatan primer

Metode primer yaitu metode pemberian asuan asuhan kerawatan

komprehensif yang merupakan penggabungan model praktik

keperawatan profesional.Setiap perawat profesional bertanggunng jawab


terhadap asuhan keperwatan pasien yang menjadi tanggung jawabnya

(Mugianti, 2016).

A. Konsep dasar metode primer

1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.

2. Ada otonomi

3. Ketertiban pasien dan keluarga.

B. Ketenagaan metode primer

1. Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”

2. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat

3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal

4. Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lainnya maupun

non profesional sebagai perawat asisten.

C. Kelebihan metode keperawatan primer

1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif

2. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap

hasil dan memungkinkan pengembangan diri.

D. Kelemahan metode keperawatan primer

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan

pengetahuan yang memadai dan kriteria assertife, self direction,

kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai

keperawatan klinik, accountable serta mampu berkolaborasi dengan

berbagai disiplin.
4. Metode kasus (Total Care Method)

Metode ini merupakan metode tertua (tahun 1880) dimana seorang

klien dirawat oleh seorang perawat selama 8 jam perawatan. Setiap

perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.

Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shif dan tak

ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari

berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu

perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau

untuk keperawatan khusus seperti di ruang rawat intensif (Mugianti,

2016).

A. Kelebihan dari metode ini adalah:

1) Sederhana dan langsung

2) Garis pertanggungjawaban jelas

3) Kebutuhan klien cepat terpenuhi

4) Memudahkan perencanaan tugas

B. Kekurangan dari metode ini adalah:

1. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab

2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar

yang sama

3. Tak dapat dilakukan oleh perawat baru atau kurang pengalaman

4. Mahal, perawat profesional termasuk melakukan tugas non

profesional
2.4 Fungsi Manajemen Keperawatan

Fungsi manajemen adalah bentuk kegiatan manajemen yang

mempunyai ciri dan waktu pelaksanaan tertentu. Seorang manajer dalam

pekerjaannya menjalankan lima fungsi manajemen yaitu merencanakan,

mengorganisasikan, memerintahkan, mengkoordinasikan, dan

mengendalikan. Sedangkan, pendekatan manajemen yang diterapkan dalam

manajemen keperawatan adalah perpaduan bentuk fungsi manajemen yang

terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

ketenagaan (staffing), pengarahan (actuating), dan pengendalian (controlling)

dengan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosis,

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Siagian, 2012).

1) Perencanaan

a) Definisi Perencanaan

Perencanaan adalah suatu bentuk pembuatan keputusan manajemen

yang meliputi penelitian lingkungan, penggambaran sistem organisasi

secara keseluruhan, memperjelas visi, misi dan filosofi organisasi,

memperkirakan sumber daya organisasi, mengidentifikasi dan

memilih langkah-langkah tindakan, memperkirakan efektifitas

tindakan serta menyiapkan karyawan dalam melaksanakan (Mugianti,

2016).

Dari pengertian perencanaan tersebut di atas dapat dirumuskan

pengertian tentang perencanaan dalam lingkup manajemen


keperawatan yaitu proses pengambilan keputusan manajer tentang

upaya pencapaian tujuan keperawatan melalui analisa situasi,

perkiraan sumber daya alternatif, tindakan dan pelaksanaan tindakan

untuk mencapai tujuan. Perencanaan memusatkan perhatian pada

masa yang akan datang. Manajemen keperawatan harus

mempersiapkan ruang keperawatan dan perawat dalam menghadapi

tantangan yang akan datang, baik yang dapat diramalkan maupun

yang tidak terduga. Perencanaan menspesifikasikan pada apa yang

akan dilakukan dimasa akan datang, serta bagaimana hal itu dilakukan

dan apa yang kita butuhkan untuk mencapai tujuan (Mugianti, 2016) .

b) Fungsi Perencanaan

Manurut Douglas dalam Swansburg, manfaat dari fungsi perencanaan,

(Mugianti, 2016) yaitu :

1. Memperkenalkan tujuan perencanaan sebagai alat untuk

mencapai keberhasilan tujuan dan sasaran. Oleh karena itu

seorang kepala ruangan harus membuat perencanaan yang

terdokumentasi dengan baik.

2. Perencanaan berguna menilai efektifitas suatu pekerjaan dan

juga efisiensi dalam penggunaan sumber daya manusia dan

alat.
3. Tujuan perencanaan adalah membantu kepala ruangan ketika

terjadi situasi kritis sehingga kepala ruangan mampu melihat

prioritas tugas yang akan didahulukan atau tidak.

4. Perencanaan membantu kepala ruangan dalam mengatur biaya

operasional di ruangan keperawatan. Sehingga bermanfaat

membantu kepala ruangan untuk melihat kembali apa yang

telah dilakukan pada waktu lampau dan yang akan datang

sehingga melalui perencanaan yang baik membantu situasi

perubahan dan inovasi.

5. Perencanaan sebagai alat pengontrol yang baik, melihat

penyimpangan-penyimpangan dari awal dan mengarahkan

pada alternatif pemecahan masalah. Dapat disimpulkan bahwa

fungsi perencanaan membantu kepala ruangan dalam mengatur

para staf untuk mengenalkan tujuan yang akan dicapai, menilai

efektifnya suatu pekerjaan yang akan dilaksanakan dan sebagai

pengatur dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.

c) Unsur-unsur Perencanaan

Menurut Douglas dalam Swansburg, unsur-unsur perencanaan

adalah unsur-unsur yang dapat menjawab What, Why, Who dan How

(Swansburg, 2000; Mugianti, 2016). Secara lengkap pertanyaan-

pertanyaan yang dimaksud adalah :


1. Tindakan apa yang harus dikerjakan? Penjelasan dan rincian

kegiatan yang dibutuhkan, sumber daya yang diperlukan dalam

melaksanakan kegiatan agar apa yang menjadi tujuan dapat

dicapai.

2. Apa sebabnya tindakan itu harus dilakukan ? Penjelasan mengapa

rencana itu harus dikerjakan dan mengapa tujuan tersebut harus

dicapai.

3. Dimana tindakan itu harus dikerjakan ? Penjelasan tentang

tempat/ lokasi secara fisik dimana rencana kegiatan harus

dikerjakan sehingga tersedia sumber daya yang dibutuhkan untuk

mengerjakan pekerjaan itu.

4. Kapan rencana itu harus dikerjakan ? Penjelasan kapan

dimulainya tindakan dan kapan selesainya di setiap unit organisasi

berdasarkan standar waktu yang telah ditetapkan.

5. Siapa yang akan mengerjakan tindakan itu ? Petugas yang akan

melakukan kegiatan baik jumlah maupun kualifikasi keahlian,

pengalaman maupun pendidikan.

6. Bagaimana cara melaksanakan tindakan itu ? Penjelasan secara

rinci teknik-teknik pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan,

sehingga tindakan yang dimaksud akan dapat dijalankan dengan

benar. Unsur perencanaan mengarahkan para manajer menjawab

apa yang harus dikerjakan, mengapa tindakan tersebut harus

dilaksanakan, dimana tindakan dikerjakan, kapan dikerjakan,


siapa yang mengerjakan, bagaimana cana melaksanakan tindakan

tersebut.

d) Jenis-jenis Perencanaan

Menurut Douglas dalam Swansburg, jenis perencanaan terbagi

berdasarkan jangka waktu, waktu pembuatan, proses dan lain

sebagainya (Swansburg, 2000; Mugianti, 2016). Berdasarkan jangka

waktu pencapaian tujuan, perencanaan dapat diklasifikasikan sebagai

berikut : a) Perencanaan jangka panjang : 10-25 tahun, b)

Perencanaan jangka menengah : 1- 5 tahun, c) Perencanaan jangka

pendek : Harian, mingguan atau bulanan. Menurut waktu pembuatan

perencanaan dapat diklasifikasikan dalam : a) Perencanaan Reaktif

adalah perencanaan yang disusun ketika adanya masalah aktual yang

dihadapi saat ini, b) Perencanaan Proaktif adalah perencanaan yang

disusun sebelum masalah timbul, antisipasi terhadap perubahan

kebutuhan dan meningkatkan kemampuan organisasi. Jenis

perencanaan yang paling sering digunakan adalah perencanaan waktu

yaitu : perencanaan jangka panjang, menengah dan jangka pendek.

Menurut waktu pembuatan perencanaan dapat diklasifikasikan

dalam: 1) Perencanaan reaktif yaitu perencanaan yang disusun ketika

adanya masalah aktual yang dihadapi saat ini. 2). Perencanaan

proaktif yaitu perencanaan yang disusun sebelum masalah timbul,

antisipasi terhadap perubahan kebutuhan dan meningkatkan


kemampuan organisasi, sedangkan menurut proses penyusunan

perencanaan diklasifikasikan menjadi: Pendekatan Perkembangan

yang menguntungkan (Profitabel Growth Approach) dan pendekatan

analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity dan Treat)

(Mugianti,2016).

1. Pendekatan Perkembangan yang menguntungkan (Profitabel

Growth Approach) yaitu Perencanaan yang dilakukan dengan

menganalisa sarana produksi yang dimilikidan dihubungkan

dengan kebutuhan yang muncul dari lingkungan. Mengusahakan

terjadinya keseimbangan antara sarana yang dimiliki dengan

kebutuhan lingkungan. SALING BANGUN : SA (Sarana

Produksi) LING (Lingkungan masyarakat), BANGUN

( Perkembangan yang menguntungkan) (Mugianti,2016).

Gambar 2.1
Proses Perencanaan dengan Pendekatan Yang Menguntungkan.

2. Pendekatan SWOT ( Strenght, Wakness, OpportunitydanThreat)

Rencana disusun dengan proses perencanaan, dimulai dengan

menganalis faktor internal yang berhubungan dengan kekuatan


(Strenght) dan kelemahan (Weaknes), selanjutnya melakukan

analisa factor eksternal yang berhubungan dengan peluang

(opportunity) dan tekanan/ancaman (Threat). Setelah diketahui

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman selanjutnya disusun

rencana strategis untuk mencapai tujuan organisasi. Rencana

strategis harus diterjemahkan ke dalam rencana operasional yang

mencantumkan target yang harus dicapai Bagaimana pendapat

Anda. Bisakah proses perencanaan dengan analisis SWOT ini

anda terapkan dalam perencanaan di ruang perawatan dimana

Anda bertugas (Mugianti,2016).

Gambar 2.2

Proses Perencanaan dengan analisis SWOT


2) Pengorganisasian

2005; Rizal,Chasani & Warsito, 2015)

Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi

kegiatan asuhan keperawatan di unit kerjanya. Untuk mencapai tujuan

pengorganisasian, pelayanan keperawatan di ruangan meliputi :

a) Pengertian dan Struktur Organisasi

Pengorganisasian adalah pengelompokan/pengaturan kegiatan

yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, melalui supervisi,

komunikasi dan koordinasi dengan unit kerja lain secara


vertikal/atasan dan horizontal/bawahan ( Depkes RI, 2017). Menurut

Hersey dan Blanchard (1997; Mugianti, 2016) pengorganisasian

adalah kegiatan mendesain tujuan dan wewenang tiap pekerjaan

individu, menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok

manajer mencari metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi

dengan baik .

Pengorganisasian pelayanan keperawatan adalah proses

pengelompokan kegiatan terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab

dan koordinasi kegiatan baik vertikal maupun horizontal yang

dilakukan oleh tenaga keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Fungsi ini mencakup penetapan tugas-tugas yang harus

dilakukan, siapa yang harus melakukan, seperti apa tugas-tugas

dikelompokkan, siapa yang melaporkan ke siapa, dan di mana serta

kapan keputusan harus diambil oleh seorang perawat (Mugianti,

2016).

Berbicara tentang siapa yang harus melakukan apa maka

analisis kebutuhan tenaga harus tepat baik dari segi kualitas maupun

kuantitas. Hal yang harus menjadi pertimbangan guna menjawab

pertanyaan siapa yang harus melakuakan apa diantaranya menurut

Siagian (2007; Mugianti, 2016) adalah 1) merumuskan klasifikasi

jabatan, 2) analisis pekerjaan, 3) diskripsi pekerjaan agar efektif dan

efisien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.


Struktur organisasi di ruang rawat terdiri dari struktur, bentuk

dan bagan. Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan

tergantung pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai.

Ruang rawat sebagai wadah dan pusat kegiatan pelayanan

keperawatan perlu memiliki struktur organisasi tetapi ruang rawat

tidak termasuk dalam struktur organisasi rumah sakit bila dilihat dari

surat keputusan menteri kesehatan no. 134 dan 135 tahun 1978. Oleh

karena itu direktur rumah sakit perlu menerbitkan surat keputusan

yang mengatur struktur organisasi ruang rawat (Gitosudarmo &

Mulyono, 2016)

Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat struktur

organisasi ruang rawat untuk menggambarkan pola hubungan antar

bagian atau staf dengan atasan baik vertikal maupun horisontal. Dapat

juga dilihat posisi tiap bagian, wewenang dan tanggung jawab serta

tanggung gugat. Bentuk organisasi dapat pula disesuaikan dengan

pengelompokkan kegiatan atau sistem penugasan yang digunakan.

b) Pengelompokkan Kegiatan

Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan

yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu

dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengorganisasian

kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas perawat

sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan dimiliki serta sesuai


dengan kebutuhan klien. Pengorganisasian tugas perawat ini disebut

metode penugasan (Gitosudarmo & Mulyono, 2016)

Asuhan keperawatan diberikan karena ketidaktahuan dan

ketidakmampuan klien dalam melakukan aktifitas untuk dirinya

dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Setiap

kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan

merupakan tugas manajer keperawatan untuk selalu mengkoordinasi,

mengarahkan dan mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui

interaksi, komunikasi, integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan

yang terlibat.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut manajer keperawatan

dalam hal ini kepala ruangan bertanggung jawab mengorganisir

tenaga keperawatan yang ada dan kegiatan pelayanan keperawatan

yang akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga kepala

ruangan perlu mengkategorikan klien yang ada di unit kerjanya.

Menurut Korn, kategori klien didasarkan atas (Korn & Gray,

1987) :

1. Tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien,

misalnya keperawatan mandiri, minimal, sebagian, total atau

intensif. Usia misalnya anak, dewasa, usia lanjut.

2. Diagnosa/ masalah kesehatan yang dialami klien, misalnya

perawatan bedah/ ortopedi, kulit.

3. Terapi yang dilakukan, misalnya rehabilitasi, kemoterapi.


Dibeberapa rumah sakit pengelompokkan klien didasarkan atas

kombinasi kategori di atas. Selanjutnya kepala ruangan bertanggung

jawab menetapkan metode penyusunan asuhan keperawatan apa yang

tepat digunakan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan sesuai dengan

jumlah kategori tenaga yang ada di ruangan serta jumlah klien yang

menjadi tanggung jawabnya.

Pengelompokkan kegiatan didasarkan pada kategori klien,

selain itu juga berdasarkan jumlah tenaga dan keahlian perawat yang

ada di ruangan perawatan

c) Koordinasi Kegiatan

Kepala ruangan sebagai koordinator kegiatan perlu

menciptakan kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling

menunjang, untuk menciptakan suasana kerja yang menyenangkan.

Selain itu harus memperlihatkan prinsip-prinsip organisasi yang telah

dijelaskan di atas misalnya kesatuan komando, setiap staf memiliki

satu atasan langsung (Gitosudarmo & Mulyono, 2016).

Rantang kendali tiga sampai tujuh staf untuk satu atasan. Pada

metode penugasan tim dalam satu ruangan tidak lebih dari tiga sampai

tujuh staf dalam satu tim. Selain itu kepala ruangan perlu

mendelegasikan kegiatan asuhan keperawatan langsung kepada ketua

tim, kecuali tugas pokok, harus dilakukan kepala ruangan. Selain itu

kepala ruangan harus mendelegasikan kepada orang yang tepat,


mendengarkan saran orang yang didelegasikan dan penerima delegasi

harus bertanggung gugat. Kepala ruangan membagi kegiatan untuk

menciptakan suasana kerja yang baik. Dalam melaksanakan tugas,

kepala ruangan harus memilih orang tepat dan bertanggung jawab

(Swansburg, 2000).

d) Evaluasi Kegiatan

Kegiatan yang telah dilakukan perlu dievaluasi untuk

menilai apakah pelaksanaan kegiatan sesuai rencana. Oleh karena itu

kepala ruangan berkewajiban untuk memberi arahan yang jelas

tentang kegiatan yang akan dilakukan. Dengan demikian diperlukan

uraian tugas yang jelas untuk masing-masing staf dan prosedur tugas

yang diperlukakn untuk melakukan kegiatan dengan memperhatikan

keselamatan dan kenyamanan klien, keselamatan dan kenyamanan

staf dan fasilitas dengan berdaya guna dan berhasil guna. Selain itu

diperlukan juga standar penampilan kerja yang diharapkan dari

perawat yang melakukan tugas. Semua ini perlu dievaluasi secara

terus menerus guna dilakukan tindakan koreksi apabila ditemukan

penyimpangan dari standar (Gitosudarmo & Mulyono, 2016).

Evaluasi berguna menilai kegiatan sudah sesuai dengan

rencana atau belum, ini merupakan tindakan koreksi terhadap

penyimpangan dari standar yang telah ditentukan.


e) Kelompok Kerja

Kegiatan ruang rawat terlaksana dengan baik melalui

kerjasama antar staf satu dan yang lain, antar kepala ruangan dan staf

sehingga perlu adanya kerjasama dan kebersamaan dalam kelompok.

Konflik dan hubungan interpersonal yang kurang baik akan

mengurangi motivasi kerja, untuk itu diperlukan kebersamaan yang

utuh dan solid sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja dan

perasaan keterikatan dalam kelompok karena semua perawat yang

bekerja dalam satu ruang pada dasarnya merupakan satu kelompok

kerja yang perlu bekerja sama satu sama lain, untuk meningkatkan

kualitas kerja dalam pencapaian tujuan asuhan keperawatan di ruang

rawat tersebut (Rizal, Chasani & Warsito, 2015).

3) Ketenagaan (Staffing)

Staffing atau penyusunan personalia adalah penarikan

(recruitment) latihan dan pengembangan serta penempatan dan

pemberian orientasi pada karyawan dalam lingkungan kerja yg

menguntungkan dan produktif ( Julianto & Soelarto, 2016).

Pengaturan staf merupakan fase ketiga dalam fungsi manajemen.

Manajemen ketenagaan merupakan upaya pengelolaan sumber daya

manusia keperawatan untuk mendayagunakan perawat sewa efektif

dan produktif agar dapet memberikan pelayanan yang berkualitas

(Kusumaningsih, 2018).
Tahap ini menentukan struktur yang akan digunakan dalam

penyelesaian masalah. Manajer keperawatan harus mampu membuat

struktur organisasi yang efektif dan efisien. Efektivitas dan efisiensi

organisasi dapat tergambarkan dari kecukupan tenaga, baik dari segi

kuantitas maupun kualitasnya. Artinya, menurut Siagian (2012),

struktur organisasi harus dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan: (1)

siapa melakukan apa?; (2) siapa bertanggung jawab kepada siapa?; (3)

siapa yang berhubungan dengan siapa dan dalam hal apa?; (4) saluran

komunikasi apa yang terdapat dalam organisasi?; (5) bagimana cara

memanfaatkannya dan untuk kepentingan apa?; dan (6) jaringan

informasi apa yang terdapat dalam organisasi? Pertanyaan-pertanyaan

tersebut di atas dapat dijadikan dasar untuk melakukan proses

rekrutmen dan staffing tenaga yang dibutuhkan.

4) Pengarahan

a) Pengertian Pengarahan

Pengarahan adalah elemen tindakan dari manajemen

keperawatan. Pengarahan sering disebut sebagai fungsi memimpin

dari manajemen keperawatan. Ini meliputi proses pendelegasian,

pengawasan, koordinasi, dan pengendalian implementasi rencana

organisasi (Swansburg, 2000; Mugianti, 2016).

Iklim kerja yang kondusif diciptakan memulai kemampuan

interpersonal manajer pelayanan keperawatan dalam memotivasi dan


membimbing staf sehingga meningkatkan kinerja staf (Gitosudarmo

& Mulyono, 2016). Seorang manajer harus mampu membimbing dan

memotivasi staf agar bekerja sesuai dengan standar sehingga tujuan

tercapai.

b) Fungsi Pengarahan

Menurut Wijono (2007), ada dua belas fungsi pengarahan

pada manajemen tingkat pertama yaitu : a) Merumuskan tujuan

perawatan yang realitis untuk klinik kesehatan, pasien, dan personel

perawatan, b) Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan pasien

atau klien sehubungan dengan tugas-tugas staf keperawatan, c)

melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan yang diberikan

oleh bagian penunjang, d) Mengidentifikasi tanggung jawab untuk

seluruh kegiatan yang dilakukan oleh staf perawatan, e) Memberikan

perawatan yang aman dan berkesinambungan, f) Mempertimbangkan

kebutuhan terhadap tugas-tugas yang bervariasi dan pengembangan

staf perawatan, g) Memberikan kepemimpinan terhadap anggota staf

untuk bantuan dalam hal pengajaran, konsultasi dan evaluasi, h)

Mempercayai anggota untuk mengikuti perjanjian yang telah mereka

sepakati, i) Menginterpretasikan protokol untuk berespon terhadap

hal-hal insidental, j) Menjelaskan prosedur yang harus diikuti dalam

keadaan darurat, k) Memberikan laporan ringkas dan jelas, l)

menggunakan proses kontrol manajemen untuk mengkaji kualitas


pelayanan yang diberikan dan mengevaluasi penampilan kerja

individu dan kelompok staf perawatan ( Wijono,2007).

c) Syarat-syarat Pengarahan

Agar pengarahan dapat dilaksanakan dengan mudah, perlu

syarat-syarat antara lain : a) Adanya keinginan bekerja sama (sense of

cooperation), b) Adanya rasa persaingan (rivalry), c) Semangat tim

(team spirit), d) semangat corps, perasaan menghargai kesatuan, korps

atau organisasi (aspris de corps) (Wijono, 2007).

d) Sifat-sifat Pengarahan

Sifat-sifat dari pengarahan antara lain : a) Dinamis bukan

statis, b) Merupakan pandangan menyeluruh terhadap organisasi guna

mencapai tujuan, c) meninjau pekerjaan secara keseluruhan yang

merupakan pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai tujuan umum yang

sama.

Pengarahan dapat menciptakan iklim kerja yang baik.

Kinerja staf dapat meningkat dengan pengarahan dintaranya melalui

motivasi serta memberikan bimbingan kepada staf. Pemberian

pengarahan secara berkesinambungan oleh para manajer berdampak

pada terjalin suatu komunikasi yang efektif.


5) Pengawasan

a) Pengertian Pengawasan

Pengawasan menurut Robert J. Mockler dalam Handoko,

2016, adalah usaha yang sistematis untuk menetapkan standar

pelaksanaan sesuai dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang

sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan

standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur

penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi

yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya

perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam

pencapaian tujuan-tujuan perusahaan (Handoko, 2016).

Pengawasan memungkinkan rencana yang telah

dilaksanakan oleh sumber daya secara efektif dan efisien sesuai

standar yang ditetapkan serta melakukan koreksi terhadap pelaksanaan

kegiatan yang menyimpang.

b) Tipe-tipe Pengawasan

Tipe-tipe pengawasan menurut Handoko, 2016 terdiri dari

(Handoko, 2016) :

1. Pengawasan Pendahuluan (feedforward control)

Pengawasan pendahuluan disebut juga steering controls,

dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau

penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan


memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan

tertentu diselesaikan. Pendekatan pengawasan lebih aktif dan

agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah serta mengambil

tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi.

Pengawasan ini akan efektif bila manajer mampu mendapatkan

informasi akurat dan tepat pada waktunya tentang

perubahanperubahan dalam lingkungan atau tentang

perkembangan terhadap tujuan yang diinginkan.

2. Pengawasan Concurrent

Pengawasan ini disebut pengawasan Ya-Tidak, screening

control atau berhenti terus, dilakukan selama suatu kegiatan

berlangsung. Pengawasan ini merupakan proses dimana aspek

tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat

tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa

dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan double-chek yang

lebih menjamin pelaksanaan suatu kegiatan.

3. Pengawasan Umpan Balik (feedback control)

Pengawasan umpan balik juga dikenal sebagai past-action

controls, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah

diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau

standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk

kegiatan-kegiatan serupa di masa yang akan datang. Pengawasan


ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah selesai

dilakukan.

c) Tahap-tahap dalam Proses Pengawasan

Menurut Handoko (2016) proses pengawasan paling sedikit

lima tahap yaitu :

1. Penetapan Standar Pelaksanaan

Standar sebagai suatu satuan pengukuran yang

digunakan sebagai patokan dalam penilain hasil-hasil. Dimana

tujuan, sasaran, kuota dan target pelaksanaan dapat digunakan

sebagai standar. Tiga bentuk standar yang umum adalah : (1).

Standarstandar phisik, meliputi kuantitas barang atau jasa,

jumlah langganan, atau kualitas produk. (2). Standar-standar

moneter, mencakup biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba

kotor, pendapatan penjualan dan sebagainya. (3). Standar-

standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu

suatu pekerjaan harus diselesaikan.

Setiap standar tersebut dapat dinyatakan dalam

bentuk-bentuk hasil yang dapat dihitung. Hal ini

memungkinkan manajer untuk mengkomunikasikan

pelaksanaan kerja yang dihapkan kepada para bawahan secara

lebih jelas dan tahapan-tahapan lain dalam proses perencanaan


dapat ditangani lebih efektif. Standar harus ditetapkan secara

akurat dan diterima oleh mereka yang bersangkutan.

Standar-standar yang tidak dapat dihitung juga

memainkan peranan penting dalam proses pengawasan.

Pengawasan dengan standar kualitatif lebih sulit dicapai, tetapi

hal ini tetap penting untuk mencoba mengawasinya, misalnya,

standar kesehatan personalia, promosi karyawan yang terbaik,

sikap kerjasama, berpakaian yang pantas dalam bekerja, dan

sebagainya.

2. Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan

Standar yang telah ditetapkan akan sia-sia bila tidak

disertai cara dalam mengukur pelaksanaan kegiatan. Beberapa

pertanyaan penting berikut ini dapat digunakan : Berapa kali

(how often) pelaksanaan seharusnya diukur : setiap jam,

harian, minguan, bulanan? Dalam bentuk apa (what form)

pengukuran akan dilakukan : laporan tertulis, inspeksi visual,

melalui telepon? Siapa (who) yang akan terlibat : manajer, staf

departemen? Pengukuran sebaiknya mudah dilaksanakan dan

tidak mahal, serta dapat dijelaskan kepada para karyawan.

3. Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan Nyata

Setelah ditentukan frekwensi pengukuran dan

sistem monitoring, pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai

proses yang berulang-ulang dan terus-menerus. Berbagai cara


untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu : (1).

Pengamatan (observasi), (2). Laporan-laporan, baik lisan dan

tertulis, (3). Metoda-metoda otomatis, (4). Inspeksi, pengujian

(tes), atau dengan pengambilan sampel.

4. Pembandingan Pelaksanaan Kegiatan dengan Standar dan

Penganalisaan Penyimpangan-penyimpangan

Tahap penting dari proses pengawasan adalah

pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang

direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. Tahap ini

paling mudah dilakukan, tetapi dapat terjadi kompleksitas pada

saat menginterpretasikan adanya penyimpangan (deviasi).

Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi harus dianalisa

untuk menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai.

5. Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Perlu

Tindakan koreksi diambil dalam berbagai bentuk.

Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau

keduanya dilakukan bersamaan. Tindakan koreksi dapat

berupa : (1). Mengubah standar mula-mula (mungkin terlalu

tinggi atau terlalu rendah), (2). Mengubah pengukuran

pelaksanaan (inspeksi terlalu sering frekwensinya atau kurang

atau bahkan mengganti sistem pengukuran itu sendiri), (3).

Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan

penyimpangan-penyimpangan. Pengawasan yang sistematis


akan berdampak pelaksanaan asuhan keperawatan yang sesuai

standar, sehingga pelayanan yang diberikan lebih efektif dan

efisien.

2.4 Aspek Manajemen Kepala Ruangan (KaRu)

a) Pengertian Kepala

Ruang Kepala ruang adalah seorang tenaga keperawatan

profesional yang diberikan tanggung jawab serta kewenangan dalam

mengelola/ mengatur kegiatan palayanan keperawatan di ruang rawat

(Depkes RI, 2017)

b) Persyaratan Kepala

Ruang Berdasarkan Depkes, syarat menjadi kepala ruang yaitu :

pendidikan minimal Ahli Madya Keperawatan / Kebidanan, pernah

mengikuti kursus / pelatihan manajemen pelayanan keperawatan ruang /

bangsal, memiliki pengalaman kerja sebagai perawat pelaksana 3-5 tahun,

serta sehat jasmani dan rohani (Depkes RI, 2017).

Persyaratan sebagai kepala ruang memberikan gambaran kepada

kita bahwa jabatan kepala ruang diberikan bukan berdasarkan kesenioran

tetapi lebih pada kemampuan seseorang dalam mencapai tujuan melalui

orang lain.
c) Tanggung Jawab Kepala Ruang

Kepala ruang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab

kepada kepala instalasi perawatan / kepala instalasi terhadap hal-hal

seperti kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga keperawatan

dan program pengembangan pelayanan keperawatan, menilai kinerja

tenaga keperawatan secara obyektif dan benar, melakukan kegiatan

orientasi bagi perawat baru, memastikan kebenaran dan ketepatan protap

/SOP pelayanan serta laporan berkala pelaksanaan pelayanan

keperawatan, kebenaran dan ketepatan kebutuhan dan penggunaan alat,

kebenaran dan ketepatan program bimbingan siswa/ mahasiswa institusi

pendidikan keperawatan (Depkes RI, 2017).

d) Wewenang Kepala Ruang

Dalam menjalankan tugasnya, kepala ruang mempunyai wewenang

sebagai berikut : meminta informasi dan pengarahan kepada atasan,

memberi petunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas staf keperawatan,

mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga

keperawatan, peralatan dan mutu asuhan keperawatan di ruang rawat,

menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi

wewenang kepala ruang, menghadiri rapat berkala dengan kepala

instalasi / kasi / kepala rumah sakit untuk kelancaran pelaksanaan

pelayanan keperawatan (Depkes RI, 2017).


e) Uraian Tugas Kepala Ruang

Berdasarkan Depkes, uraian tugas kepala ruang adalah (Depkes

RI, 2017) :

1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :

a. Menyusun rencana kerja kepala ruang, berperan serta menyusun

fasafah dan tujuan pelayanan keperawatan di ruang rawat yang

bersangkutan.

b. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga keperawatan serta

tenaga lain sesuai kebutuhan.

c. Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan

sesuai kebutuhan.

d. Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan atau asuhan

keperawatan yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.

2. Melaksanakan fungsi pelaksanaan, meliputi :

a. Mengatur dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan

ruang rawat.

b. Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga keperawatan dan

tenaga lain sesuai kebutuhan dan ketentuan atau peraturan yang

berlaku.

c. Melaksanakan program orientasi kepada tenaga perawatan baru

atau tenaga lainyang akan bekerja di ruang rawat.


d. Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk

melaksanakan asuhan keperawatan sesuai ketentuan atau standar.

e. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara

bekerjasama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan

diruang rawat inap.

f. Mengadakan pertemuan berkala dengan pelaksanaan perawatan

dan tenaga lainyang berada di wilayah tanggung jawabnya.

g. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dibidang perawatan

antara lain melalui pertemuan ilmiah.

h. Mengenal jenis dan kegunaan barang atau peralatan serta

mengusahakan pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar

tercapai pelayanan optimal.

i. Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan

bahan lain yang diperlukan diruang rawat.

j. Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar

selalu dalam keadaan siap pakai.

k. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan inventarisasi peralatan.

l. Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya ,

meliputi penjelasan tentang peraturan Rumah sakit Ranap,

tata tertib ruangan, fasilitas yang ada cara penggunaannya serta

kegiatan rutin sehari-hari diruangan.


m. Mendampingi dokter selama kunjungan keliling (visite) untuk

pemeriksaan pasien dan mencatat program pengobatan, serta

menyampaikan kepada staf untuk melaksanakannya.

n. Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya diruang

rawat menurut tingkat kegawatannya, infeksi dan non infeksi,

untuk memindahkan pemberian asuhan keperawatan.

o. Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk

mengetahui keadaannya dan menampung keluhan serta membantu

memecahkan masalah yang dihadapinya. 

p. Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama

pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.

q. Memberi penyuluhan kesehatan terhadap pasien atau keluarga

dalam batas kewenangannya.

r. Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi

selama pelaksanaan pelayanan perawatan berlangsung.

s. Memelihara dan mengembangkan sistem peralatan dan pelaporan

asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakukan secara tepat

dan benar untuk tindakan keperawatan selanjutnya.

t. Mengadakan kerjasama yang baik dengan kepala ruang yang lain,

seluruh kepala bidang, kepala bagian, kepala instalasi, dan kepala

unit.

u. Menciptakan dan memelihara susunan kerja yang baik antara

petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.


v. Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.

w. Memeriksa dan meneliti pengisian daftar permintaan makanan

pasien, kemudian memeriksa dan meneliti saat pengkajian sesuai

dengan diitnya.

x. Memelihara buku register dan buku catatan medik.

y. Membuat laporan harian dan bulanan mengenai pelaksanaan

kegiatan lain diruang rawat.

3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian,

meliputi :

a. Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang

telah ditentukan. 

b. Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan

dan ketrampilan di bidang perawatan.

c. Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan

perawatan serta obat-obatan secara efektif dan efisien.

d. Mengawasi pelaksanaan sistem pencatatan dan pelaporan kegiatan

asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain diruang rawat.

2.5 Ketua Tim (KaTim)

a) Pengertian

Ketua tim adalah seorang perawat yang bertugas yang mengepalai

sekelompok yang bertugas yang mengepalai sekelompok tenaga

keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang rawat


dan tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan di

ruang rawat dan bertanggung jawab langsung langsung kepada karu

(Nursalam, 2014).

b) Tugas Pokok dan Tangung Jawab

Tanggung Jawab Ketua Tim (Nursalam, 2014):

1) Mengkaji klien dan menerapkan tindaka keperawatan yang tepat

pengkajian merupakan proses yang berlanjut dan berkesinangan,

dapat melakukan serah terima tugas.

2) Mengkoordinasikan rencana perawatan yan tepat waktu membimbing

anggota tim untuk mencatat tindakan keperawatan yang telah di

lakukan.

3) Meyakinkan semua evaluasi berupa respon klien terhadap tindakan

keperawatan.

4) Menilai kemajuan semua klien dari hasil pengamatan langsung /

laporan anggota tim.

c) Kompetensi Ketua Tim

1) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan semua kegiatan tim

2) Menjaga kesulitan dalam asuhan keperawatan

3) Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien

4) Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien


5) Merevisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai kebutuhan

pasien

6) Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien maupun

kerja dari anggota tim

7) Menjadi guru atau pengajar

8) Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif

(Nursalam, 2014)

d) Uraian Tugas (POAC)

1. Pengkajian : mengumpukan data kesehatan klien

2. Perencanaan :

Fungsi perencanaan dan ketenagaan:

a. Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas

b. Bersama karu melaksanakan pembagian tugas

c. Menyusun rencana asuhan keperawatan

d. Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan

e. Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan

f. Mengorientasikan klien baru pada lingkungan

g. Melakukan pelaporan dan pendokumantasian

3. Implementasi

Fungsi pengorganisasian :

a. Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan

b. Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien


c. Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan

d. Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama

tim kesehatan lain

e. Mengatur waktu istirahat anggota tim

f. Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim

g. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

Fungsi pengarahan :

a. Memberikan pengarahan kepada anggota tim

b. Memberikan bimbingan pada anggota tim

c. Memberikan infromasi yang berhubungan dengan askep

d. Mengawasi proses pemberian askep

e. Melibat anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan

f. Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim

g. Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

4. Evaluasi

Fungsi pengendalian :

a. Mengevaluasi asuhan keperawatan

3. Memberikan umpan balik pada pelaksana

4. Memperhatikan aspek legal dan etik

5. Melakukan pelaporan dan pendokumantasian

(Nursalam, 2014)
2.6 Perawat Pelaksana (PP)

a) Pengertian

Perawat sebagai pelaksana juga dapat diartikan pelaksana peran

perawat yang menyangkut pemberian pelayanan kesehatan kepada

individu, keluarga, atau mayarakat berupa asuhan keperawatan yang

komprehensif meliputi asuhan pencegahan pada tingkat satu, dua atau tiga,

baik langsung maupun tidak langsung. Tindakan langsung berarti tindakan

yang ditangani sendiri oleh perawat yang menemukan masalah kesehatan

klien. Sedangkan tindakan langsung atau yang disebut juga delegasi

tindakannya diserahkan kepada orang lain atau perawat lain yang dapat

dipercaya untuk melakukan tindakan keperawatan klien (Nursalam, 2014).

b) Tugas Perawat Sebagai Pelaksana

Perawat sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di instansi

kesehatan, tentunya memiliki tugas-tugas yang di bebankan kepada

mereka, seperti halnya peran-peran yang lain, tugas-tugas dari perawat

pelaksana tersebut diantaranya (Nursalam, 2014):

1) Melaksanakan serah terima setiap pergantian dinas yang mencakup

pasien dan peralatan.

2) Melakukan askep pasien.

3) Menyiapkan, memelihara, menyimpan alat agar siap pakai.

4) Merencanakan intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah dan

membuat langkah/ cara pemecahan masalah.


5) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana.

6) Melakukan dinas rotasi sesuai jadwal yang telah dibuat oleh kepala

ruangan.

7) Memelihara lingkungan untuk kelancaran pelayanan

8) Melaksanakan program orientasi kepada pasien tentang instansi

kesehatan dan lingkungannya, peraturan dan tata tertib yang berlaku,

serta fasilitas yang ada dan penggunaannya.

9) Menciptakan hubungan kerjasama yang baik dengan pasien dan

keluarganya maupun dengan anggota tim kesehatan.

10) Membantu merujuk pasien kepada petugas kesehatan lain yang lebih

mampu untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dapat

ditanggulangi.

11) Mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh dokter penanggung

jawab/perawat kepala ruang.

12) Menyiapkan pasien yang akan keluar.

13) Mentaati peraturan yang telah ditetapkan di rumah sakit tempat dia

bekerja.

c) Peran Perawat Sebagai Pelaksana

Dalam melaksanakan peran sebagai pelaksana perawat bertindak sebagai

(Nursalam, 2014):

1. Comforter, yaitu perawat berusaha memberikan kenyamanan dan rasa

aman pada klien atau pasien.


2. Protector dan advocate, yaitu perawat dapat melindungi dan menjamin

agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam

memperoleh pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya.

3. Communicator, yaitu perawat dapat bertindak sebagai mediator antara

klien dengan anggota tim kesehatan lainnya.

4. Rehabilitator, yaitu berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan

keperawatan yaitu mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar

sembuh dan dapat berfungsi secara normal. Peran perawat pelaksana

juga dapat ditunjukkan dengan memberikan pelayanan kesehatan

kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat berupa asuhan

keperawatan yang komprehensif meliputi pemberian asuhan

pencegahan pada tingkat 1, 2 atau 3 baik direct maupun indirec.

d) Tanggung Jawab Perawat pelaksana

Dalam menjalankan tugasnya perawat pelaksana di rawat bertanggung

jawab kepada kepala ruangan/instalasi terhadap hal-hal sebagai berikut

(Nursalam, 2014):

1) Kebenaran dan ketepatan dalam memberikan Asuhan Keperawatan

sesuai standar

2) Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan

asuhan keperawatan/ kegiatan lain yang dilakukan


e) Wewenang Perawat Pelaksana

Dalam melaksanakan tugas perawat pelaksana mempunyai wewenang

sebagi berikut (Nursalam, 2014):

1) Meminta informasi dan petunjuk atasan

2) Memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien sesuai dengan

kemampuan dan batas kewenangan.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Tujuan praktek manajemen keperawatan secara umum dapat tercapai

melalui pengelolaan pelayanan keperawatan maupun asuhan keperawatan

yang dilakukan, walaupun masih terdapat banyak kekurangan.

2. Dalam usaha melakukan perubahan pada suatu tempat, harus mampu

membaur terlebih dahulu denan lingkungan untuk mendapatkan

permasalahan apakah yang dirasakan dan diharapkan dapat diselesaikan

sehingga ide-ide pembaharuan akan dapat diterima dengan baik.

3. Masalah-masalah yang ditemukan dapat diatasi.

3.2 Saran

1. Masalah yang belum diatasi dan sudah di prioritaskan kiranya dapat

ditindak lanjuti

2. Perlu diberikan motivasi kembali bagi perawat pelaksana sebelum bekerja

agar dapat bekerja dengan penuh cinta

3. Perlu adanya evaluasi terkait kerapihan dan ruangan kerja perawat


DAFTAR PUSTAKA

Bernardin, H.John and Russel. 2010. Human Resource Management. New York:

McGraw-Hill

Depkes. R.I. (2017). Pedoman Pengembangan Jenjang Karir Profesional

Perawat. Direktoral Bina Keperawatan, Direktoral Bina Pelayanan Medik,

Departemen Kesehatan R.I.

Depkes, R.I. (2017). Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan Dan

Kebidanan Di Sarana Kesehatan. Direktorat Pelayanan Medik. Jakarta.

Gillies, D.A.(1998). Nursing Management: a System Approach. 2th. Philadelpia.

W.B. Saunders Company. (edisi bahasa Indonesia).

Gitosudarmo, Indriyo & Agus Mulyono. (2016). Prinsip Dasar Manajemen Edisi

3. Yogyakarta: BPFE.

Handoko, H.T. (2016: 25, 26, 359, 363, 364, 374). Manajemen: Edisi 2. BPFE,

Yogyakarta.

Julianto, M., & Soelarto, R. S. U. P. (2016). Peran dan Fungsi Manajemen

Keperawatan dalam Manajemen Konflik. Jurnal Rumah Sakit Fatmawati.

Kusumaningsih, D. (2018). Modul Manajemen Keperawatan. Bandar Lampung :

PSIK Universitas Malahayati.

Mugianti, Sri. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek

Keperawatan Cetakan Pertama.Jakarta: Pusdiknakes

Nursalam (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional Edisi 3. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.


Ratminto & Atik Septi Winarsih (2010) Manajemen pelayanan (Pengembangan

Model Konseptual, Penerapan Citizens Charter dan Standar Pelayanan).

Jakarta: Pustaka Pelajar

Rizal, A. A. F., Chasani, S., & Warsito, B. E. (2015). Hubungan Pelaksanaan

Fungsi Manajemen Kepala Ruang Dengan Motivasi Perawat Pelaksana

Dalam Memberikan Layanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD

Kota Semarang(Doctoral dissertation, Faculty of Medicine).

Swansburg, C.R. (2000). Pengantar Kepemimpinan Dan Manajemen

Keperawatan Untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.

Undang-Undang Kesehatan R.I. No. 36 tahun 2009.

Undang-Undang Keperawatan R.I No. 38 tahun 2014.

Wijono, D. (2007). Manajemen Kepemimpinan Dan Organisasi Kesehatan.

Surabaya : Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai