Anda di halaman 1dari 18

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan di Rumah Sakit

Definisi kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu


kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau tujuan yang ditetapkan.
Kepemimpinan diperlukan oleh setiap organisasi. Organisasi membutuhkan
kepemimpin dan manajemen yang kuat. Pemimpin, menurut Robbin dibedakan
dengan anggota organisasi lainnya berdasarkan kepribadian, sosial, fisik dan
intelektual (Robbins, 2009).
Menurut survei Gallup dalam Luthan disebutkan bahwa karyawan
percaya bahwa kesuksesan atau kegagalan organisasi ditentukan oleh pemimpin,
bukan organisasi (Luthan, 2013). Pengaruh kepemimpinan memberikan efek
positif pada hasil kerja organisasi (Avolio dkk, 2009). Pemimpin dapat
mempengaruhi motivasi anggota, pertama melalui nilai atau menanamkan nilai
spesifik kepada anggotanya. Kedua pendekatan melalui konsep pemikiran
anggota, pemimpin memberikan contoh identitas yang jelas dan ditransfer
kepada anggota sehingga terjadi adopsi bagi anggota (Avolio, 2009 ).
Kepemimpinan yang efektif tidak dapat bertahan tanpa dukungan, inisiatif dan
kooperatif dari karyawan. Beberapa hal selain pengaruh, kepemimpinan juga
menitik beratkan pada proses, kepribadian, kepatuhan, perilaku, persuasi,
kekuatan, tujuan, interaksi, inovasi (Luthan, 2013).
Organisasi kesehatan menghadapi tantangan tentang penguatan kapasitas
kepemimpinan pada masa sekarang. Perubahan dalam pelayanan kesehatan dan
peraturan pemerintah merupakan faktor yang ikut berperan dalam tantangan.
Kepemimpinan di rumah sakit diperlukan karena tiga alasan, pertama perubahan
yang cepat, pergeseran paradigma dan kemampuan untuk bertahan. Perubahan
yang cepat dalam layanan kesehatan, metode komunikasi dan edukasi kepada
pasien, termasuk perubahan komunikasi akibat keberadaan internet. Alasan
kedua adanya pergeseran paradigma, adanya tingkat persaingan antar pemberi
layanan

kesehatan (Manion, 2011). Tingkat persaingan menuntut perbaikan fasilitas,


serta berdampak pada inovasi pelayanan. Ketiga adalah kemampuan organisasi
untuk bertahan, organisasi kesehatan mengalami perubahan regulasi,
berhubungan dengan perkembangan tehnologi, globalisasi, sudut pandang
pemikiran yang berbeda, perubahan demografi dan lingkungan. Kondisi ini
membuat organisasi kesehatan membutuhkan kepemimpinan yang kuat dan
efektif. Rumah sakit membangun kerjasama dalam tim untuk menunjang
perkembangan layanan kesehatan (Bendaly, 2012). Kepemimpinan di rumah
sakit mengelola tim kerja yang dituntut dalam kondisi harmonis antara
pemimpin dan anggota. Pemimpin memberikan tingkat efektifitas
kepemimpinan dan anggota membertikan peran aktif dukungan dalan kinerja
rumah sakit (Widajat, 2009).
Kepemimpinan yang seimbang di layanan kesehatan adalah pemimpin
yang dapat melihat peluang untuk dikembangkan dan memberdayakan anggota,
melakukan kolaborasi dan bekerja dalam tim. Tenaga kerja di rumah sakit
memberi pelayanan berbeda dengan jenis pelayanan yang lain karena memberi
pelayanan selalu dalam kondisi sulit. Diperlukan kepemimpinan yang tepat
untuk menurunkan efek negatif dari stres akibat kerja dan kombinasi dengan
resiko akibat pekerjaan yang dihadapi pegawai kesehatan, serta komplain pasien
yang tidak puas dengan pelayanan (Baysak, 2015).
Kepemimpinan yang tepat penting untuk mengembangkan organisasi
kesehatan, pemimpin organisasi kesehatan bertanggung jawab akan kesuksesan
organisasi. Pemimpin menginspirasi dan memberi harapan bagi anggotanya serta
menjaga integritas dari organisasi. Tenaga kesehatan kelompok perawat
berdasarkan penelitian lebih nyaman dengan kepemimpinan transformasional
dan kenyamanan lebih meningkat sebanding dengan tingkat partisipasi
karyawan. Kepemimpinan transformasional dapat diterapkan dalam semua
tingkat manajemen dan variasi kelompok dalam organisasi. Hal ini sesuai
dengan sifat keragaman sumber daya manusia yang ada dalam organisasi rumah
sakit. Kepemimpinan transformasional membawa kenyamanan karyawan
kepada

pemimpin, komitmen pada organisasi dan membangun motivasi kerja (Mester


and Visser, 2003).
2.2 Manajemen di Rumah Sakit

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif


dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam
manejementersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervise terhadap staf,
sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grand &
Massey).Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis
ytangmenfokuskan pada prokdusi dan dalam banyak hal lain untuk
menghasilkansuatu keuntungan. Menurut Gillies (1986) Manajemen
didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara prifesional. Disini manejer keperawatan dituntut untuk
merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevakuasi sarana dan
prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang
seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat.
Manajemen keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan
keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan,
pengobatan dan rasa aman, kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Prinsip prinsip yang mendasari manajemen keperawatan :
1. Manajemen seyogyanya berlandaskan perencanan karena
melalui fungsi perencaan, pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan
terencana.
2. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan
waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang menghargai
waktu akan menyusun perencanaan yang terprogram dengan
baik dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan sebelumnya.
3. Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan
keputusan. Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi
dalam pengelolaan

kegiatan keperawatan memerlukan pengembilan keputusan


diberbagai tingkat manajeria.
4. Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan
fokus perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan
apa yang pasien lihat, pikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien
merupakan poin utama dari seluruh tujuan keperawatan.
5. Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai dengan kebutuhan organisasi untuk mencapai
tujuan.
6. Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen
keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervisi,
koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang telah
diorganisasikan
7. Devisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.
8. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang
efektif. Komunikasi yang efektif akan mengurangi
kesalahpahaman dan memberikan persamaan pandangan, arah
dan pengertian diantara pegawai
9. Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat-perawat pelaksana menduduki posisi yang
lebih tinggi atau upaya manajer untuk meningkatkan
pengetahuan karyawan.
10. Pengendalian murupakan elemen manajemen keperawatan
yang meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang
telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan prinsip-
prinsip melalui penetapan standar, membandingkan
penampilan dengan standar dan memperbaiki kekurangan.

Kegiatan perawat pelaksana meliputi:


1. Menetapkan penggunakan proses keperawatan
2. Melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
3. Menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan yang
dilaksanakan oleh perawat
4. Menerima akuntabilitas untuk hasil-hasil keperawatan
5. Mengendalikan lingkungan praktek keperawatan
Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para
manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen
keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana.

Adapun lingkup manajemen keperawatan terdiri dari:


a. Manajemen Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
1. Manajemen puncak
2. Manajemen menengah
3. Manajemen bawah

Tidak setiap orang memiliki kedudukan dalam manajemen


berhasildalam kegiatannya. Ada beberapa faktor yang perlu
dimiliki oleh orang-orang tersebut agar penatalaksanaannya
berhasil. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Kemampuan menerapkan pengetahuan
2. Ketrampilan kepemimpinan
3. Kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin
4. Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen
b. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen
didalamnya seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian atauevaluasi.

Filosofi Manajemen Keperawatan.

1. Mengerjakan hari ini lebih baik dari hari esok.


2. Manajer keperawatan merupakan fungsi utama bidang
keperawatan.
3. Peningkatan mutu kinerja perawat.
4. Pendidikan berkelanjutan
5. Proses keperawatan individual menunjang pasien untuk
mencapai kesehatan optimal.

6. Tim keperawatan bertanggung jawab dan bertanggung gugat


untuk setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
7. Menghargai pasien dan haknya untuk mendapatkan ASKEP yang
bermutu.
8. Perawat adalah advokat pasien.
9. Perawat berkewajiban untuk memberikan pendidikan kesehatan
pada pasien dan keluarga
2.3 Kepemimpinan dan Manajemen di Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksanan teknis
dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab
menyelanggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayan kerja
(KMK No. 128 tahun 2004).Puskesmas sebagai salah satu jenis
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP) tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotive dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya (PMK No. 75 tahun 2014).
UKP adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan,
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan (PMK No. 75 tahun 2014). Menurut
PMKNo. 75 tahun 2014. UKP tingkat pertama dilaksanakan dalam bentuk:
a. Rawat jalan
b. Pelayanan gawat darurat
c. Pelayanan satu hari (one day care)
d. Home care
Rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Untuk menyelenggarakan berbagai UKP dan UKM yang sesuai dengan azas
puskesmas, perlu ditunjang oleh manajemen puskesmas yang baik.
Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja seacara
sistematis untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan
efisien. Rangkaian kegiatan tersebut membentuk fungsi-fungsi
manajemen. Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yang dikenal dengan
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggungjawaban (KMK No. 128 tahun2004). Fungsi manajemen tersebut
dilaksanakan oleh seorang manajer. Dalam menyelanggarakan pembangunan
kesehatan puskesmas juga memiliki visi, misi, dan tujuan. Puskemas
dipimpin oleh seorang KepalaPuskesmas untuk menjalankan visi, misi, dan
tujuan tersebut. Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas seluruh kegiatan
di Puskesmas. Dalam melaksanakan tanggungjawabnya, kepala Puskesmas
sebagai seseorang yang menjalankan peran kepemimpinan merencanakan dan
mengusulkan kebutuhan sumber daya Puskesmas kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota (PMK No. 75 tahun 2014).Organisasi puskesmas disusun oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota berdasarkan kategori upaya kesehatan dan
beban kerja Puskesmas. Organisasi Puskesmas paling sedikit terdiri atas
(PMK No. 75 tahun 2014):
a. Kepala Puskesmas
b. Kepala sub bagian tata usaha
c. Penganggung jawab UKM dan Perkesmas
d. Penganggung jawab UKP, kefarmasian dan laboratoriume.
Penanggung jawab jaringan pelayanan Puskesman dan
jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
Fungi manajemen dijalanakan oleh seorang manajer puskesmas dan
peran kepemimpinan dijalankan oleh seorang kepala puskesmas. Henri Fayol
(1925)dalam Marquis dan Huston (2012) pertama kali mengidentifikasi
fungsi manajemen yaitu perencanaan, mengorganisasi, komando,
koordinasi, dan kontrol. Luther Gulick (1937) dalam Marquis dan Huston
(2012) memperluas fungsi manajemen tersebut menjadi “tujuh aktivitas
manajemen” yaitu perencanaan, mengorganisasi, ketenagaan, pengarahan,
koordinasi, pelaporan, dan budgeting. Walaupun sering dimodifikasi
akhirnya para teoritikus mulai mengarahkan fungsi manajemen menjadi
proses manajemen. Secara singkat deskripsi lima fungsi dari setiap
fase dari proses manajemen adalah sebagai berikut (Marquis dan Huston,
2012):
Perencanaan, meliputi penentuan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijakan, prosedur, dan aturan; melaksanakan proyeksi jangka panjang dan
pendek; menentukan bagian keuangan untuk tindakan; dan mengelola perubahan
yang direncanakan.
(1) Pengorganisasian, meliputi membangun strukstur untuk
melaksanan rencana menentukan jenis perawatan yang
paling tepat untuk pasien, damengelompokkan kegiatan
untuk mencapai tujuan. Fungsi lain meliputibekerja dalam
struktur organisasi dan pemahaman menggunakan kekuasaandan
otoritas dengan tepat.
(2) Kepegawaian, terdiri dari merekrut, mewawancana, dan
mengorientasi staf. Penjadwalan, pengembangan staf, sosialisasi
karyawan, dan membangun tim.
(3) Pengarahan, terkadang mencakup beberapa fungsi
kepegawaian. Namun, fungsi pada fase ini biasanya
memerlukan tanggungjawab manajemen sumberdaya manusia,
seperti memotivasi, mengelola konflik, mendelegasikan,
berkomunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi.
(4) Pengendalian meliputi fungsi penilaian kerja, akuntabilitas
keuangan, kontrol kualitas, kontrol hukum dan etik, dan kontrol
profesional.
Kepemimpinan dan manajemen dapat dan harus diintegrasikan
sebagaimana keduanya dapat dipelajari. Keduanya jelas mempunyai hubungan
yang sinergis. Setiap perawat adalah pemimpin dan manajer pada tingkat
tertentu, dan peranperawat membutuhkan kemampuan kepemimpinan dan
manajemen. Kebutuhan terhadap pemimpin yang visioner dan manajer yang
efektif dalam keperawatan mengurangi penekanan peran satu sama lain.
Kemampuan manajemen yang baik dibutuhkan untuk menjaga organisasi
yang sehat. Karena begitu cepatnya perkembangan dan akan terus berlanjut
dalam keperawatan dan industry kesehatan, secara terus-menerus penting
untuk para perawat mengembangkan kemampuan di kedua peran
kepemimpinan dan fungsi manajemen, serta berusaha untuk mengintegrasikan
karakteristik kepemimpinan di setiap fase dari proses manajemen.

BAB III
TELAAH JURNAL

Analisa Jurnal 1
1. Judul Jurnal : Hubungan Kompetensi (Pengarahan) Kepala Ruangan
Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
Adjidarmo Kabupaten Lebak
2. Penulis : Ika Purwanto1, I Dewa Agung Gede Fanji Pradiptha2
3. Tahun Terbit : 2020
4. Identitas Jurnal : Jurnal Wacana Kesehatan: Volume 5, Nomor 1, Juli 2020
e-ISSN 2544-6251
5. Metode Penelitian : Desain penelitian kuantitatif dengan studi korelasi,
dengan pendekatan deskriptif cross sectional
6. Populasi : Perawat di 10 ruang rawat inap dengan total 196 perawat
7. Sampel : Pengambilan sampel diambil secara proporsional berdasarkan
distribusi disetiap ruang rawat yang sesuai dengan kriteria inklusi, yaitu
perawat di ruang rawat inap, bersedia menjadi responden, tidak sedang
cuti/pendidikan, lama bekerja lebih dari satu tahun.
8. Hasil Penelitian : Dari hasil uji statistik yang dilkukan diperoleh untuk
pengkajian, diagnosa, implementasi dan evaluasi nilai P Value = 0.010,
0.008, 0.033, 0.004 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tingkat
kepercayaan 95% (alpha 5%) adanya hubungan antara kompetensi kepala
ruang dalam melakukan arahan dengan kinerja perawat pelaksana dalam
melakukan pengkajian, menyusun diagnosa, melakukan tindakan
keperawatan dan mengevaluasi, sedangkan pada variabel intervensi dari
hasil uji statistik di dapat nilai P value 0.082, artinya tidak ada pengaruh
atau hubungan antara kompetensi kepala ruang dalam melakukan
pengarahan dengan kinerja perawat dalam menyusun intervensi.
9. Kesimpulan : Ada hubungan kompetensi kepala ruangan dalam
melaksanakan pengarahan terhadap kinerja perawat pelaksana dalam
menerapkan asuhan keperawatan di ruang rawat inap. Hal ini
membuktikan bahwa implementasi fungsi pengarahan oleh kepala ruangan
yang baik dapat menciptakan iklim kerja yang baik juga, dan dapat
menjadi salah satu faktor terjadinya peningkatan kinerja perawat dalam
melakukan pengkajian.
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=kempemimpinan+dan+manajemen+keperawatan+di+r
uang+rawat+&btnG=#d=gs_qabs&t=1676888252783&u=%23p
%3D2K7ddmC8r4YJ

Analisa Jurnal 2

1. Judul Jurnal : Hubungan Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan


Pelaksanaan Timbang Terima Oleh Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Tamiang Layang
2. Penulis : Lucia Andi Chrismilasari1, Septi Machelia C.N2, Ferra
Handieni3
3. Tahun Terbit : 2021
4. Identitas Jurnal : Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI) Vol. 6, No. 1,
Juni 2021, P-2527-5798, e-ISSN : 2580-7633
5. Metode Penelitian : Desain penelitian kuantitatif dengan rancangan
analitik dan pendekatan cross sectional
6. Populasi : Seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Tamiang
Layang sebanyak 75 orang.
7. Sampel : Berjumlah 43 orang dengan teknik pengambilan simple random
sampling
8. Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan
kepala ruangan sebagian besar sudah dengan kategori baik yaitu sebanyak
30 orang (69,8%) dan timbang terima terlaksana dengan baik sebanyak 32
orang (74,4%). Ada hubungan antara kepemimpinan kepala ruangan
dengan pelaksaaan timbang terima di RSUD Tamiyang Layang (p = 0,000
< α 0,05, r = 0,891). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian
Muhammad (2013) yang mendapatkan bahwa kepemimpinan kepala
ruangan menurut persepsi perawat di Ruang Instalasi Rawat Inap F BLU
RSUP Prof. Dr. R.D Kondou Manado seluruhnya dengan kategori baik
yaitu sebanyak 12 orang (100%). Hasil penelitian Pratiwi (2015)
menunjukkan bahwa mutu kepemimpinan kepala ruangan di Rumah Sakit
Siti Khadijah Sepanjang sebagian besar dalam kategori baik yaitu
sebanyak 4 orang (80%).
9. Kesimpulan : Pengetahuan kepala ruangan yang baik tentunya membuat
kepala ruangan untuk mampu mengarahkan perawat dalam melaksanakan
timbang terima. Pengarahan yang diberikan oleh kepala ruangan
merupakan pedoman perawat dalam bekerja sehingga perawat lebih
terarah dalam pelaksanaan serah terima pasien. Pada saat perawat
mengalami kesulitan, kepala ruangan memberikan arahan dan tetap
melibatkan perawat dalam menangani permasalahan yang dihadapi
sehingga serah terima dapat terlaksana dengan baik.
Sehingga, dapat disarankan perlunya pihak rumah sakit untuk lebih
tegas dalam menindak keterlambatan perawat setiap pergantian shift,
selain itu pihak rumah sakit hendaknya menghimbau kepala ruangan agar
dapat lebih aktif mengikuti pelaksanaan timbang terima pasien sehingga
kepala ruangan dapat lebih memiliki pengetahuan dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan khususnya pada proses perencanaan. Kepala ruangan
hendaknya meningkatkan hubungan interpersonal dengan perawat
pelaksana, selain itu hendaknya dapat meningkatkan kemampuan dalam
manajemen konflik antar perawat pelaksana.
Perawat perlu mempertahankan dan meningkatkan kemampuan
kerja khususnya kemampuan dalam pelaksanaan serah terima pasien
melalui proses belajar, pendidikan dan pelatihan-pelatihan atau dengan
cara mengikuti seminar-seminar keperawatan khususnya dalam
pelaksanaan serah terima. Selanjutnya, perlunya penelitian lebih lanjut
pelaksanaan serah terima pasien dengan meneliti variabel lainnya seperti
faktor-faktor (usia, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,
lama kerja dan lingkungan kerja) yang berhubungan dengan timbang
terima perawat.

http://journal.stikessuakainsan.ac.id/index.php/jksi/article/download/256/156

Analisa Jurnal 3

1. Judul Jurnal : Supervisi Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat dalam


Pelaksanaan
Asuhan Keperawatan
2. Penulis : Rini Asnawati1, Iskandar Simbala3
3. Tahun Terbit : 2021
4. Identitas Jurnal : Jurnal Ilmu Kesehatan: Vol. 9, No. 1, ISSN : 2301-5691
5. Metode Penelitian : Desain penelitian ini menggunakan survey analitik
dengan pendekatan cross sectional study
6. Populasi : Semua perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Otanaha
yaitu sebanyak 48 orang
7. Sampel : Teknik pengambilan sampel penelitian adalah total sampling
8. Hasil Penelitian : Supervisi kepala ruangan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Otanaha sebagian besar baik
dengan jumlah 37 responden dengan presentase 77,1 %. Kinerja perawat
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD
Otanaha sebagian besar 37 responden dengan presentase 77,1 %. Menurut
peneliti terdapat 11 responden mengalami kinerja kurang baik dan 37
responden mengalami kinerja yang baik dipengaruhi oleh karakteristik
seorang perawat yaitu jenis kelamin, usia, status pendidikan serta
pengalaman kerja. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan kepala ruangan
dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin sehingga perawat yang
masih belum mampu bekerja tanpa adanya pengawasan/pengendalian serta
motivasi dari kepala ruangan tidak mampu bekerja dengan baik dan
menghasilkan kinerja dengan baik pula.
9. Kesimpulan : Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan
supervisi kepala ruangan dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Otanaha. Dari hasil
penelitian ini diharapkan kepala ruangan sebagai manajer harus dapat
menjamin pelayanan yang diberikan oleh perawat pelaksana dalam
memberikan pelayanan yang aman dan mementingkan kenyamanan
pasien. Kepala ruangan harus mempunyai kemampuan manajemen agar
dapat mencapai keberhasilan dalam mengelola pelayanan keperawatan dan
asuhan keperawatan yang diberikan perawat pelaksana secara terintegrasi.

https://scholar.google.com/scholar?
start=50&q=manajemen+keperawatan+di+ruang+rawat+&hl=id&as_sdt=0,5#d=
gs_qabs&t=1676893118634&u=%23p%3Dk1-Ljl23teQJ
Analisa Jurnal 4

1. Judul Jurnal : Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan di


Puskesmas Kota Yogyakarta
2. Penulis : Heni Rusmitasari dan Ahmad Ahid Mudayana
3. Tahun Terbit : 2020
4. Identitas Jurnal : Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia : Volume
15,Nomor 1, e-ISSN: 2613-9219
5. Metode Penelitian : Desain penelitian kuantitatif dengan studi korelasi,
dengan pendekatan deskriptif cross sectional.
6. Populasi : Tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Yogyakarta
7. Sampel : Penelitian dilakukan di Puskesmas Kota Yogyakarta. Sampel
penelitian ini yaitu tenaga kesehatan dengan sebanyak 289 responden.
Pengambilan sampel menggunakan propotionate stratified random
sampling.
8. Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa
kepemimpinan yang diterapkan di Puskesmas Kota Yogyakarta termasuk
ke dalam kategori baik yaitu sebanyak 176 (60.9%) responden. Motivasi
kerja yang dimiliki termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 155
(53.6%) responden. Hasil statistik uji chi-square antara kepemimpinan
dengan motivasi kerja diperoleh nilai p = 0.000.
9. Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kepemimpinan dengan motivasi
kerja pada tenaga kesehatan di Puskesmas Kota Yogyakarta.Untuk
variabel kepemimpinan sebagian tenaga kesehatan menilai kepemimpinan
sudah baik, sedangkan untuk variabel motivasi kerja, sebagian besar
tenaga kesehatan memiliki motivasi yang tinggi. Ada hubungan antara
kepemimpinan dengan motivasi kerja tenaga kesehatan di Puskesmas Kota
Yogyakarta dimana gaya kepemimpinan akan menjadi salah satu faktor
yang penting untuk menjaga dan meningkatkan motivasi kerja

Analisa Jurnal 5

1. Judul Jurnal : Hubungan Kepemimpinan Dengan Disiplin Kerja Di Uptd


Puskesmas Kotobangon Kelurahan Kotobangon Kecamatan Kotamobagu
Timur Kota Kotamobagu
2. Penulis : Nur Indah Qomariah, Ake R.C. Langingi, dan Grace I. V.
Watung
3. Tahun Terbit : 2020
4. Identitas Jurnal : Graha Medika Nursing Journal, Volume 3, Nomor 1, e-
ISSN: 2655-0288
5. Metode Penelitian : Desain penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif
analitik melalui pendekatan cross sectional yaitu untuk mempelajari
dinamika korelasi dengan cara pendekatan, observasi dan pengumpulan
data sekaligus pada saat itu.
6. Populasi : populasi berjumlah 51 orang pegawai UPTD Puskesmas
Kotobangon dengan berbagai latar belakang pendidikan yang berbeda-
beda
7. Sampel : pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik -
non-probability sampling yaitu total populasi diambil untuk dijadikan
sampel penelitian yaitu 51 responden
8. Hasil Penelitian : diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan antara
kepemimpinan dengan disiplin kerja pegawai di UPTD Puskesmas
Kotobangon. Terdapat hubungan antara variabel independen Gaya
Kepemimpinan dan dependen disiplin kerja pegawai disebabkan karena
sekitar 66,7% responden menilai gaya kepemimpinan partisipasif sebagai
gaya yang digunakan kepala puskesmas di UPTD Puskesmas Kotobangon,
sedangkan sekitar 52,9% responden memiliki sikap kedisiplinan yang baik
hal ini dapat dilihat dari hasil observasi peneliti selama 5 hari di UPTD
Puskesmas Kotobangon. Berdasarkan hasil tersebut, terlihat jelas bahwa
antara variabel bebas dan terikat terdapat hubungan.
9. Kesimpulan : Kepemimpinan memiliki pengaruh atau hubungan yang
signifikan terhadap disiplin kerja pegawai di pelayanan kesehatan. sikap
kedisiplinan para pegawai dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan yang
digunakan oleh seorang atasan atau pimpinan. Disiplin yang baik
mencerminkan rasa tanggung jawab seorang pegawai dalam menaati
aturan serta menyelesaikan tugas yang telah diberikan. Jika gaya
kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin tidak baik atau
dapat dikatakan semena-mena maka akan mempengaruhi disiplin dan juga
kinerja dari para pegawai, sebaliknya jika gaya kepemimpinan yang
digunakan oleh pemimpin tersebut baik maka disiplin dan juga kinerja dari
para pegawai akan baik atau meningkat juga sehingga tujuan dari
perusahan atau organisasi tersebut dapat tercapai. Dengan demikian gaya
kepemimpinan yang digunakan oleh pemimpin sangatlah penting dan
memiliki pengaruhi serta hubungan yang signifikan bagi kedisiplinan para
pegawai yang ada di suatu perusahaan atau organisasi
DAFTAR PUSTAKA
Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2012). Leadership roles and
managementfunctions in nursing: theory and application. (7th Edition).
Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkinns
KMK No. 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas
PMK No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas.
Rusmitasari, H., & Mudayana, A. A. (2020). Kepemimpinan dan motivasi kerja tenaga
kesehatan di puskesmas Kota Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 15(1), 47-51.

Asnawati, R., Simbala, I., & Runtunuwu, Y. (2021). Supervisi Kepala Ruangan dengan
Kinerja Perawat dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan. Zaitun (Jurnal Ilmu
Kesehatan), 9(1), 925-932.

CN, S. M., & Handieni, F. (2021). Hubungan Kepemimpinan Kepala Ruangan Dengan
Pelaksanaan Timbang Terima Oleh Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Daerah Tamiang Layang. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI), 6(1), 83-88.

Purwanto, I., & Pradiptha, I. D. A. G. F. (2020). Hubungan Kompetensi (Pengarahan)


Kepala Ruang Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rsud Dr.
Adjidarmo Kabupaten Lebak. Jurnal Wacana Kesehatan, 5(1), 477-486.

Qomariah, N. I., Langingi, A. R., & Watung, G. I. (2020). HUBUNGAN KEPEMIMPINAN


DENGAN DISIPLIN KERJA DI UPTD PUSKESMAS KOTOBANGON KELURAHAN
KOTOBANGON KECAMATAN KOTAMOBAGU TIMUR KOTA KOTAMOBAGU. Graha
Medika Nursing Journal, 3(1), 27-34.

Anda mungkin juga menyukai