Anda di halaman 1dari 196

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses manajemen berlaku untuk semua orang yang mencari cara untuk
mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Proses ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen
dengan melibatkan semua anggota untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan
kesehatan secara keseluruhan. Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan
faktor penentu baik buruknya mutu dan citra dari rumah sakit, oleh karena itu
kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan hingga
tercapai hasil yang optimal. Dengan memperhatikan hal tersebut, proses
manajemen yang baik perlu diterapkan dalam memberikan asuhan
keperawatan sehingga dicapai suatu asuhan keperawatan yang memenuhi
standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, efektif, aman bagi pasien dan
tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta
aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Gillies, 1986). Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan
profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat
fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan
pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan
dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan
konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut,

1
manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan
setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2002).
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan sangat penting
dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Rumah
sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan, salah satunya
adalah penyelenggara pelayanan asuhan keperawatan senantiasa memberikan
pelayanan yang memuaskan kepada klien maupun keluarganya (Depkes,
1987). Oleh karena itu, diperlukan cara pengelolaan pelayanan keperawatan
yang mengikuti prinsip-prinsip manajemen.
Rumah Sakit Umum Daerah RSUD dr. Soedono Madiun sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain
di bidang kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat, maka rumah sakit
perlu didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang
baik dengan berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang
dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak cara. Salah satu cara untuk
dapat meningkatkan ketrampilan manajerial yang handal selain didapatkan di
bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran di lahan praktik. Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan. Adanya praktik manajemen ini diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang
perawatan dengan pendekatan proses manajemen.

1.2 Tujuan

2
a. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 5
minggu di Ruang Wijaya Kusuma B selama 5 minggu mahasiswa
mampu memahami manajemen keperawatan baik pengelolaan sarana
maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik.
b. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu mahasiswa dapat menunjukkan
kemampuan dalam hal manajemen keperawatan baik pengelolaan
sarana maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik.
Kemampuan managemen diantaranya meliputi :
1) Mengaplikasikan keterampilan dalam mengorganisasi dan
mengkoordinasi kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif
dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen.
2) Menjalin kerjasama yang baik dalam tim.
3) Menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, pendekatan dan
strategi untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk
melakukan perubahan yang positif dan pencapaian tujuan.
4) Menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah yang efektif
dan konstruktif.
5) Menggunakan konsep penjaminan mutu dan penampilan kerja
dalam melakukan asuhan keperawatan
1.3 Waktu
Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan ini dilakukan di Ruang
Wijaya Kusuma B RSUD Dr. Soedono Madiun berlangsung selama 5
minggu mulai tanggal 22 Januari – 24 Februari 2018

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3
2.1 Pengertian Manajemen Keperawatan

Manajemen adalah pengguna waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat

manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode

yang berkaitan pada instusi yang besar dan organisasi keperawatan di

dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi

dan tujuan dari institusi tetapi dapat memerlukan pengembangan atau

perbaikan termasuk misi atau tujuan devisi keperawatan. Dari pernyataan

pengertian yang jelas perawat manajer mengembangkan tujuan yang jelas dan

realistis untuk pelayanan keperawatan (Swanburg, 2000).

Menurut Swanburg (2000), ketrampilan Manajemen dapat

diklasifikasikan Dalam tiga tingkatan yaitu: 1) Keterampilan intelektual, yang

meliputi kemampuan atau penguasaan teori, keterampilan berfikir. 2)

2.2 Peran Manajer

Peran Manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Tetapi

faktor lain yang mungkin mempengaruhi tergantungnya tugas,khususnya

bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran manajer

dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan

Meningkatkan kepuasan staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari

Terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis, dimana kebutuhan psikis tersebut dapat

terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat

ditanamkan kepada manajer agar diciptakan suasana keterbukaan dan

memberikan kesempatan kepada staf untuk melaksanakan tugas dengan sebaik

– baiknya. Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor lingkungan

4
dalam tuga professional sebagaimana dibahas sebelumnya: (1) Komunikasi, (2)

Potensial perkembangan, (3) Kebijaksanaan, (4) Gaji dan Upah, dan (5)
Kondisikerja (Nursalam, 2002)

Menurut Rewland & Rewland (1997), ada dua belas kunci utama dalam

kepuasan kerja yaitu: input, hubungan manajer dengan staf, disiplin kerja,

lingkungan tempat kerja, istirahat dan makanan yang cukup, diskriminasi,

kepuasan kerja, penghargaan penampilan, klarifikasi kebijaksanaan, prosedur,

dan keuntungan, mendapatkan kesempatan, pengambilan keputusan, dan gaya


manajer

2.3 Peran Kepala Ruangan

Adapun tanggung jawab kepala ruangan menurut Gillies (1994) adalah

peran kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan

Kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari

pelayanan keperawatan yang berkwalitas, dan menghindari terjadinya kebosanan

perawat Serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar

kesalahan.

Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu melakukan

kegiatan koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung jawabnya dan

melakukan kegiatan evaluasi kegiatan penampilan kerja staf dalam upaya

mempertahankan kualitas pelayanan pemberian asuhan keperawatan. Berbagai

Metode pemberian asuhan keperawatan dapat dipilih disesuaikan dengan

Kondisi dan jumlah pasien, dan kategori pendidikan serta pengalaman staf di

unit yang bersangkutan (Arwani, 2005).

2.4 Fungsi Kepala Ruangan

5
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai
berikut: 1) Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka
pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi,
menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan
pengelola rencana perubahan. 2) Pengorganisasian: meliputi pembentukan
struktur untuk melaksanakan perencanaan, menetapkan metode

pemberian asuhan keperawatan kepada pasien yang paling tepat,

mengelompokkan kegiatan untuk mencapai tujuan unit serta melakukan peran

dan fungsi dalam organisasi dan menggunakan power serta wewengan

dengan tepat. 3) Ketenagaan: pengaturan ketegagaan dimulai dari rekruetmen,

interview, mencari, dan orientasi dari staf baru, penjadwalan, pengembangan

staf, dan sosialisasi staf. 4) Pengarahan : mencangkup tanggung jawab Dalam

mengelola sumber daya manusia seperti motivasi untuk semangat, manajemen

konflik, pendelegasian, komunikasi, dan memfasilitasi kolaborasi. 5)

Pengawasan meliputi penampilan kerja, pengawasan umum, pengawasan etika

aspek legal, dan pengawasan professional. Seorang manajer dalam mengerjakan

kelima fungsinya tersebut sehari – sehari akan bergerak dalam berbagai bidang

penjualan, pembelian, produksi, keuangan, personalia dan lain – lain.

2.5 Kepala Ruangan Sebagai Manager Keperawatan

Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut

depkes (1994), adalah sebagai berikut:

6) Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:

3. Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain

sesuai kebutuhan.

6
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.

Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan yang akan


diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien

. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:

1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang


rawat.

2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga

lain sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku

(bulanan, mingguan, harian).

3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau

tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat.

4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk

melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.

5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja

sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat.

6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan

pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan

optimal.

7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan

lain yang diperlukan di ruang rawat.

8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu

dalam keadaan siap pakai.

9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.

10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya

7
meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas
yang ada dan cara penggunaannya
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa pasien

dan mencatat program.

12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat

untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk memudah

pemberian asuhan keperawatan.

13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk

mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu

memecahkan masalah berlangsung.

14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama

pelaksanaan pelayanan berlangsung.

15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga dalam batas

wewenangnya.

16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama

pelaksanaan pelayanan berlangsung.

17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan

asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakuakan secara tepat

dan benar.

18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap

lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala

UPF di Rumah Sakit.

8
Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan
keluarganya, sehingga memberi ketenangan
20) Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara kebersihan

ruangan dan lingkungan.

21) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan.

22) Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan berdasarkan

macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa / meneliti ulang

saat pengkajiannya.

23) Memelihara buku register dan bekas catatan medis.

24) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan

keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat.

c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:

1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah

ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan

pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.

2) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian

Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan dan

tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya

untuk berbagai kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan

sekolah) mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan

perawatan serta obat – obatan secara efektif dan efisien.

3) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan

keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat.

9
10
2.6 Peran Perawat Pelaksana

Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu

peran sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung

maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien individu,

keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat pelaksana perawat

sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat menggunakan

metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi masalah

kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan xsecara

langsung atau tidak langsung (Praptianingsi, 2006). Dalam melaksanakan peran

sebagai perawat pelaksana bertindak sebagai:

o Comferter

Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien (Praptianingsi,

2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan

yaitu memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar fisik

saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali

memberikan kekuatan kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam

memberikan kenyamanan kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan

dengan klien.

o Protector dan Advocat

Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya hak dan

kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan (Praptianingsi, 2006). Menurut

Potter & Perry (2005), sebagai pelindung perawat membantu

mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan

11
untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari

kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau

pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai advokat, perawat melindungi

hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta membantu

klien dalam menyatakan hak–haknya bila dibutuhkan. Perawat juga

melindungi hak – hak klien melalui cara–cara yang umum dengan penolakan

aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau

menetang hak – hak klien.

o Communication

Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini

terkait dengan keberadaan perawatyang mendampingi pasien selama 24 jam

untuk memberikan asuhan keperawatan dalam rangka upaya pelayanan

kesehatan di rumah sakit (Praptianingsi, 2006). Menurut Potter & Perry

(2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran

perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan

klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya, sumber

informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang efektif, pembuatan

keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan perlindungan pada klien

dari ancaman terhadap kesehatannya, mengokordinasi dan mengatur asuhan

keperawatan dan lain–lain tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang

jelas.

12
 Rehabilitator

Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan fungsi

organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal.

Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi

maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan

ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif mulai

dari mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat pembantu berjalan

sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang berkaitan

dengan penyakit kronis (Potter & Perry, 2005)

2.7 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memberikan pengaruh

kepada perubahan perilaku orang lain secara langsung maupun tidak. Seorang

manajer ingin kepemimpinan lebih efektif, ia harus mampu memotivasi diri

sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi

terhadap permasalahan organisasi, menggerakkan stafnya agar mereka mampu

melaksanakan tuga–tugas pokok organisasi sesuai dengan kewenangan yang

diberikan kepadanya dan tanggung jawab yang melekat pada setiap tugas

(Muninjaya, 1999). Menurut Gillies (1994), dalam Arwani (2006), mendefinisikan

kepemimpinan berdasarkan kata kerjanya, yaitu to lead, yang mempunyai arti

beragam, seperti untuk memandu (to guide), untuk menjalankan dalam arah

tertentu (to run in a specific direction), untuk mengarahkan (to direct), berjalan

13
didepan (to go at the head of), menjadi yang pertama (to be first), membuka

permainan (to open play), dan cenderung kehasil yang pasti (to tend toward a de).

Pemimpin yang efektif adalah seorang katalisator dalam memudahkan

interaksi yang efektif di antara tenaga kerja, bahan, dan waktu. Seorang pemimpin

yang efektif adalah seorang pembangkit tenaga (sinergis) yang menyatukan usaha

banyak pekerja dengan bermacam – macam ketrampilan. Kepemimpinan adalah

sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan lebih besar untuk

menunjukkan dan mempengaruhi perilaku yang lain dibandingkan dengan dia,

jadi, fungsi pemimpin berdasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak– pihak

yang terlibat. Dalam setiap perusahaan kerja sama memerlukan usaha banyak

orang atau pekerja, pemimpin dibutuhkan untuk meluruskan pegawai dalam

rangka mendukung tujuan organisasional. Untuk memulai usaha kelompok kepada

akhir yang diinginkan, mencampur dan menipang usaha berbagai tenaga ahli

(Gillies, 1989).

Weirich dan Koontz (1993) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni

atau proses untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka bersedia dengan

kemampuan sendiri dan secara antusias bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.

Sementara itu, Hellriegel dan Slocum (1992) menyatakan bahwa kepemimpinan

adalah kemampuan untuk mempengruhi, memotivasi dan mengarahkan orang lain

uantuk mencapai tujuan.

Menurut McGregor, dikutip dari swanburg (2001), menyatakan ada empat

variabel besar yang diketahui sekarang untuk memahami kepemimpinan: 1)

karakteristik pimpinan, 2) sikap, kebutuhan dan karakteristik lainnya dari

14
bawahan, 3) karakteristik dari organisasi, seperti tujuan, sruktur organisasi,

keadaan asli, keadaan organisasi yang akan dibentuk, dan 4) keadaan sosial,

ekonomi, dan politik lingkungan. McGregor menyatakan bahwa kepemimpinan

merupakan hubungan yang sangat kompleks yang selalu berubah dengan waktu

seperti perubahan yang terjadi pada manajemen, serikat kerja, atau kekuatan dari

luar.

Gardner (1986), dikutip dari swanburg (2001) mendefinisikan kepemimpinan


sebagai “suatu proses persuasi dn memberikan contoh sehingga individu (atau
pimpinan kelompok) membujuk kelompoknya untuk mengambil tindakan yang
sesuai dengan usuan pimpinan atau usulan bersama”. Morton menguraikan
kepemimpinan sebagai suatu transakasi masyarakat dimana seorang anggota
mempengaruhi yang lainnya. Ia menyatakan bahwa seseorang yang berkuasa,
tidak perlu menggunakan kepemimpinan. Lebih baik lagi, seorang dengan posisi
sedang berkuasa akan lebih efektif sebab dapat dikombinasikan antara kekuasaan
dan kepemimpinan untuk membantu suatu orgamisasi untuk membantu mencapai
tujuan. Morton menguraikan ada 4 pemimpin yang efektif yaitu: 1) Seseorang
akan mengerti apabila menerima suatu komunikasi, 2) Orang ini mempunyai
pedoman apa yang harus dilakukan yang diminta oleh komunikasi tadi, 3) Orang
ini percaya bahwa perilaku yang diminta adalah sesuai dengan kehendak
perorangan dengan nilai yang baik, 4) Orang ini percaya bahwa hal itu sesuai
dengan tujuan dan nilai organisasi. Semua definisi kepemimpinan dipandang
bagai suatu proses interaksi yang dinamis yang mencakup tiga

15
dimensi yaitu pimpnan, bwahan, dan situasi. Masing – masing dari dimensi

tersebut saling mempengaruhi.

2.8 Teori – teori Kepemimpinan

1) Teori “ Trait “ (Bakat)

Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pimpinan

dibawa sejak lahir bukan didapatkan) dan mereka mempunyai karakteristik

tertentu yang membuatmereka lebih baik dari orang lain, teori ini disebut dengan

“Great Man Theory”. Banyak peneliti tentang riwayat kehidupan Great Man

Theory. Tetapi menurut teori kontemporer, kepemimpinan seseorang dapat

dikembangkan bukan hanya pembawa sejak lahir, dimana teori trait mengabaikan

dampak atau pengaruh dari siapa pengasuh. Situasi, dan lingkungan lainnya

(Marqus dan Huston,1998 dalam Arwani 2006).

Swanburg (2001) menyatakan ciri – ciri pemimpin menurut teori bakat

adalah: a) inteligensi : Sifat yang berhubungan dengan inteligensi termasuk

pengetahuan, ketegasan, dan kelancaran berbicara. Menyadari bahwa pengetahuan

dan kompetensi dalam pekerjaan tertentu adalah salah satu faktor terpenting dalam

keefektifan pemimpin. b) Kepribadian : sifat kepribadian seperti kemampuan

beradaptasi, kepercayaan diri, kreativitas dan integritas personal dihubungkan

dengan kepemimpinan yang efektif. Seorang pemimpin adalah orang yang efektif

mengetahui bagaimana memotivasi semangat kerja para pekerja untuk mencapai

tujuan organisasi. c) Kemampuan : Seorang pemimpin mempunyai cukup

kepopuleran, kemasyuran, dan keterampilan interpersonal

16
untuk memberikan symbol, memperluas, memperdalam kesatuan kolektif diantara

anggotanya dalam system tersebut.

2) Teori Perilaku

Nursalam (2002) menyatakan bahwa teori perilaku lebih menekankan

kepada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana seorang manajer

menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah

perilaku otoriter ke demokrat atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai.

Tentang teori prilaku terdapat teori X dan teori Y dari McGregor yang

dihubungkan dengan motivasi dari Moslow yang menyatakan bahwa setiap

manusia merupakan kehidupan individu secara keseluruhan yang mengadakan

interaksi dengan dunia individu lain (Swanburg, 2000).

2.9 Kegiatan Kepemimpinan

Kegiatan kepemimpinan dalam keperawatan mencakup banyak hal.

Kegiatan tersebut mencakup cara mengarahkan, menunjukkan jalan,

mensupervisi, mengawasi tindakan anak buah, mengkoordinasikan kegiatan yang

sedang atau akan dilakukan, dan mempersatukan usaha dari berbagai individu

yang memiliki karakteristik yang berbeda. Dari semua aktivitas, mengarahkan

adalah yang paling sulit. Untuk memimpin bawahan sepanjang jalan tindakan

yang telah ditetapkan, seorang pemimpin harus memiliki pandangan gambaran

akhir yang jelas, harus terbiasa dengan kemampuan dan memotivasi bawahan, dan

harus menghargai pengeluaran waktu dan usaha mengikuti jalan yang telah

ditetapkan. Mengarahkan orang lain adalah transaksi yang rumit karena hal ini

17
menempatkan si pemimpin di dalam peran otoriter. Mengawasi merupakan

kegiatan yang termudah karena tanggung jawab supervisor sendiri mendatangkan

keingintahuan dan perhatian mengenai kontribusi bawahan. Akhirnya koordinasi

merupakan kegiatan kepemimpinan yang sangat penting karena kecuali usaha

semua pegawai disatukan dan difokuskan jelas pada tujuan kelembagaan, tenaga

ahli yang bermacam–macam bias bekerja pada maksud yang sama satu sama lain

(Gillies, 1989).

2.10 Gaya Kepemimpinan

Gaya adalah sebagai cara penampilan karakteristik atau tersendiri / khusus.

Follet (1940) mendefinisikan gaya sebagai hak istimewa tersendiri dari si ahli ,

dengan hasil akhirnya tanpa menimbulkan isu sampingan. Gillies (1970) dalam

Nursalam (2000) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan

berdasarkan perilaku pimpinan itu sendiri. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh

adanya pengalaman bertahun – tahun dalam kehidupannya. Oleh karena itu,

kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang digunakan.

Gaya kepemimpinan cenderung sangat bervariasi dan berbeda – beda.

Gaya yang dikembangkan oleh seorang pemimpin dipengaruhi oleh

tiga faktor utama. Ketiganya akan menentukan sejauh mana ia akan melakukan

pengawasan terhadap kelompok yang dipimpin. Faktor kekuatan yang pertama

bersumber pada dirinya sendiri sebagai pemimpin. faktor kedua bersumber pada

18
kelompok yang dipempin, dan faktor yang ketiga tergantung pada situasi

(Muninjaya, 1999).

Secara mendasar gaya kepemimpinan dibedakan atas empat macam

berdasarkan kekuasaan dan wewenang, yaitu otokratik, demokratik, participation,

dan laisez – faire atau free rain. Keempat tipe atau gaya kepemimpinan tersebut

satu sama lain memiliki karakteristik yang berbeda (Gillies, 1986).

a. Gaya kepemimpinan autokratis : merupakan kepemimpinan Yang

berorientasi pada tugas atau pekaryaan. Menggunakan kekuasaan posisi

dan kekuatan dalam memimpin dengan cara otoriter, mempertanggung

jawab untuk semua perencanaan tujuan dan pembuatan keputusan serta

memotivasi bawahannya dengan menggunakan sanjungan, kesalahan, dan

penghargaan. Pemimpin menetukan semua tujuan yang akan dicapai

dalam pengambilan keputusan (Gillies, 1986). Seorang pemimpin yang

menggunakan gaya ini biasanya akan menentukan semua keputusan yang

berkaitan dengan seluruh kegiatannya dan memerintah seluruh anggotanya

untuk mematuhi dan melaksanakannya (DepKes, 1990).

b. Gaya kepemimpinan demokratis : merupakan kepemimpinan Yang

menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuasaan

posisi dan pribadinya untuk mendorong ide–ide dari staf, memotivasi

kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat perencanaan,

mengontrol dalam penerapannya, informasi diberikan seluas – luasnya dan

terbuka (Nursalam, 2002). Prinsipnya pemimpin melibatkan kelompok

19
dalam pengambilan keputusan dan memberikan tanggung jawab pada

karyawannya (La Monica, 1986).

- Gaya kepemimpinan Partisipatif : merupakan gabungan bersama antara

gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis. Dalam pemimpin partisipatif

manajer menyajikan analisa masalah dan mengusulkan tindakan kepada

para anggota kelompok, mengundang kritikan dan komentar mereka.

Dengan menimbang jawaban bawahan atas usulannya, manajer selanjutnya

membuat keputusan final bagi tindakan oleh kelompok tersebut (Gillies,

1986).

- Gaya kepemimpinan Laisserz Faire : disebut juga bebas tindak atau

membiarkan. Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri

kegiatan tanpa pangarah, supervisi, dan koordinasi. Staf / bawahan

mengevaluasi pekaryaan sesuai dengan cara sendiri. Pimpinan hanya

sebagai sumber informasi dan pengendali secara minimal atau sebagai

fasilitator (Nursalam. 2002).

2.11 Pengertian Semangat Kerja

Moekijat ( 1997 ) menyatakan bahwa semangat kerja menggambarkan

perasaan berhubungan dengan jiwa semangat kelompok kegembiraan dan

kegiatan. Apabila pekerjaan tanpa merasa senang optimis mengenai kegiatan tugas

serta ramah satu sama lain maka karyawan itu dinyatakan mempunyai semangat

kerja tinggi. Sebaliknya, apabila karyawan tanpak tidak puas , lekas

20
marah, sering sakit, suka membantah, gelisah dan pesimis, maka reaksi itu

dikatakan sebagai bukti semangat kerja rendah. Menurut Gondokusumo (1995),

semangat kerja adalah refleksi dari sikap pribadi atau sikap kelompok terhadap

seluruh lingkungan kerja dan terhadap kerja sama dengan orang lain untuk

mencapai hasil maksimal sesuai dengan kepentingan bersama.

Semangat kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat dengan

jalan memperkecil kekeliruhan dalam pekerjaan, mempertebal rasa tanggung

jawab, serta dapat menyelesaikan tugas tapi waktunya sesuai

dengan rencana yang ditetapkan ( Nitisemito, 2000 )

Semangat (moril) kerja adalah kemampuan sekelompok orang-orang

untuk bekerja sama dengan giat dan konsekuen dalam mengejar tujuan

bersama (Moekijat, 2002 : 130).

Semangat kerja sangat penting bagi organisasi karena (1)

semangat kerja yang tinggi tentu dapat mengurangi angka absensi atau

tidak bekerja karena malas, (2) dengan semangat kerja yang tinggi dari

buruh dan karyawan maka pekerja yang diberikan atau Ditugaskan

kepadanya akan dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat, (3)

dengan semangat kerja yang tinggi pihak organisasi memperoleh keuntungan

dari sudut kecilnya angka kerusakan karena semakin tidak puas dalam

bekerja, semakin tidak bersemangatdalam bekerja, maka semakin besar

angka kerusakan, (4) semangat kerja yang tinggi otomatis membuat karyawan

akan merasa senang bekerja sehingga kecil kemungkinan karyawan akan pindah

bekerja ketempat lain, (5) semangat kerja yang tinggi dapat

21
mengurangi angka kecelakaan karena karyawan yang mempunyai semangat kerja

yang tinggi ncenderung bekerja dengan hati – hati dan teliti sehingga bekerja

sesuai dengan prosedur yang ada (Tohardi, 2002).

2.12 Dimensi Semangat Kerja

Semangat kerja merupakan kesepakatan batiniah yang muncul dari dalam

diri pekerja yang sifatnya abstrak, tetapi sangat esensial dalam dunia kerja.

Semangat kerja dapat dibedakan menjadi dua dimensi, yaitu semangat kerja tinggi

dan semangat kerja rendah. Semangat kerja karyawan yang tinggi akan membawa

sumbangan positif bagi temapt dia kerja. Pekerja yang mempunyai semangat kerja

yang tinggi karakteristiknya seperti manusia dewasa. Ciri–cirinya adalah bekerja

dengan senang hati, menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, interaksinya sangat

dinamis, partisipasi maksimal, dapat bekerja sama dengan teman sejawat dan

inovatif. Sebaliknya, pekerja dengan semangat rendah akan membawa dunia

tempat kerjanya kepada kehancuran. Semangat kerja yang rendah ditandai dengan

kegelisaan yaitu perpindahan bekerja, ketidakhadiran, keterlambatan,

ketidakdisiplinan, dan menurunnya hasil kerja. Selain itu, karakteristiknya tidak

jauh berbeda dengan sifat kekanak – kanakan dengan ciri–ciri bekerja tidak

tenang, menunda pekerjaan, menghambat, bersifat menunggu perintah, tidak

kreatif, dan bekerja dengan pola kaca mata kudaang hanya dapat memandang diri

sendiri tanpa mau bekerja sama dengan orang lain. Semangat kerja berada pada

satu rentang yang positif kesuasana batin negatif. Semangat kerja dapat berubah

dari semangat kerja

22
rendah menjadi semangat kerja tinggi atau sebaliknya sesuai dengan faktor –

faktor yang mempengaruhi dan upaya untuk membangun semangat kerja

(Adnyani, 2008).

2.13 Indikator Semangat

Semangat kerja membutuhkan perhatian yang teratur, diagnostik dan

pengobatan yang layak seperti halnya dengan kesehatan. Semangat agak sukar

diukur karena abstrak. Semangat kerja merupakan gabungan dari kondisi fisik,

sikap, perasaan, dan sentiment. Untuk mengetahui semangat kerja yang rendah

dapat dilihat dari beberapa indikasi. Dengan demikian, perusahaan dapat

mengetahui faktor penyebab dan berusaha untuk mengambil suatu keputusan yang

lebih dini (Nitisemito, 1996).

Indikator turunnya semangat oleh setiap pekerjaan sangat penting untuk

diketahui, dengan adanya pengetahuan tentang indikator tersebut akan dapat

diketahui sebab turunnya semangat dan kegairahan kerja. Dengan demikian

perusahaan akan dapat mengambil tindakan-tindakan pencegahan atau pemecahan

masalah seawal mungkin dengan mengadakan penelitian

terlebih dahulu (Jaya, 2008).

Indikator-indikator turunnya semangat antara lain:

a) Turun/rendahnya produktivitas kerja

Salah satu indikasi turunnya semangat kerja ditunjukkan dari

turunnya produktivitas kerja, ini dapat terjadi karena Karyawan

cenderung malas dalam melaksanakan tugas dan sengaja menunda-

23
nunda pekerjaan, dan dapat diukur atau dibandingkan dengan waktu

sebelumnya.

- Tingkat absensi yang naik/tinggi

Sebenarnya tingkat absensi yang naik juga merupakan salah satu indikator

turunnya kegairahan kerja, maka perlu dilakukan penelitian bila ada

gejala-gejala absensi naik.

Pada umumnya bila kegairahan kerja turun, maka mereka akan malas

untuk setiap hari datang bekerja dan setiap ada kesempatan untuk tidak

bekerja akan mereka pergunakan, apabila waktu yang luang tersebut dapat

digunakan mendapatkan hasil yang lebih tinggi meskipun untuk sementara

ada hal-hal lain yang menyebabkan kegairahan kerja menurun.

- Labour turn-over (tingkat perpindahan) yang tinggi

Dalam suatu perusahaan tidak jarang terjadi perubahan dari sumber daya

manusia yang ada, karena ada yang keluar akibat pindah, meninggal,

dipecat, pensiun, pengurangan terpaksa, ketidakpuasan mereka bekerja di

perusahaan tersebut. Tingkat keluar masuknya yang tinggi selain dapat

menurunkan produktivitas kerja juga dapat menghambat kelangsungan

hidup perusahaan.

- Tingkat kerusakan yang tinggi

Indikator lain yang menunjukkan turunnya kegairahan kerja adalah

naiknya tingkat kerusakan baik terhadap bahan baku, barang jadi maupun

mesin dan peralatan.

24
o Kegelisahan di mana-mana

Sebagai seorang pemimpin harus mengetahui kegelisahan yang timbul

pada bawahannya. Kegelisahan yang timbul dapat berwujud

ketidaktenangan dalam bekerja, perasaan tidak aman menghadapi masa

depan serta hal-hal lainnya. Kegelisahan pada tingkat terbatas dengan

dibiarkan begitu saja pada tingkat tertentu bukanlah tindakan yang

bijaksana karena akan merugikan perusahaan dengan segala akibatnya.

o Tuntutan yang sering kali terjadi

Tuntutan yang sering terjadi pada perusahaan merupakan perwujudan dari

ketidakpuasan para karyawannya, di mana semakin seringnya terjadi

tuntutan merupakan indikasi yang kuat adanya kegairahan kerja yang

menurun dari karyawannya.

o Pemogokan

Pemogokan merupakan perwujudan ketidakpuasan atau kegelisahan

yang juga merupakan tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya

kegairahan kerja ( Nitisemito, 2002 ).

Dalam hal ini setiap perusahaan selalu berusaha agar timbulnya

pemogokan dapat dicegah karena hal ini bukannya sekedar indikasi turunnya

semangat dan kegairahan kerja tetapi juga akan dapat menimbulkan kelumpuhan

bagi perusahaan dengan segala akibatnya sehingga menyebabkan jalannya proses

produksi menjadi kurang lancar.

25
Menurut Nitisemito (1996), berdasarkan indikasi Yang

menunjukkan kecenderungan rendahnya semangat kerja, Maka

karakteristik semagat kerja dapat diketahui dari tiga indikator Yaitu

disiplin, kerja sama, dan kepuasan kerja. Disiplin merupakan suatu keadaan

tertip karena orang – orang yang bergabung dalam suatu organisasi tunduk

dan taat kepada aturan yang ada serta melaksanakan dengan senang hati.

Dalam disiplin ada 2 faktor yang mendukung yaitu faktor waktu Dan

faktor perbuatan. Usaha – usaha untuk menciptakan disiplin selain Melalui

tata tertib atau peraturan yang jelas juga harus ada pencabaran tugas Dan

wewenang yang jelas, tata cara, tata kerjayang sederhana dapat Dengan

mudah diketahui oleh pekerja. Disiplin dapat diukur dengan Kepatuhan

karyawan dengan kehadiran dalam bekerja, kepatuhan pekerja Kepada

jam kerja, kepatuhan pada perintah atasan, taat kepada peraturan dan tata

tertip yang berlaku, berpakaian yang baik dan sopan di tempat kerja,

menggunakan di dentitas atau tanda pengenal.

Kerja sama diartikan sebagai tindakan kolektif seseorang dengan

orang lain yang dapat dilihat dari kesediaan para karyawan Untuk

bekerja sama dengan teman – teman sekerja dan atasan mereka Sehubung

dengan tugas masing – masing. Kerja sama adalah refleksi dari Semangat

dan akan baik jika semangat tinggi. Proses kerja sama mengandung Segi

relasi, interaksi, partisipasi, kontribusu setiap individu, dan masing – masing

mereka menyumbangkan ide pikirnya.

26
Kepuasan mempunyai kontribusi yang sangat besar Terhadap

produktivitas kerja. Setiap pekerja mempunyai dorongan Untuk Bekerja

adalah kerja adalah pusat dari kehidupan dan kerja Adalah Sejumlah

aktivitas fisik dan mental untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Kepuasan

kerja berhubungan dengan sikap pekerja terhadap pekerjaanya, situasi

kerja, serta kerja sama dengan pimpinan dan sesama pekerja. Pekerja yang

tidak memperoleh kepuasan sering melamun, mempunyai semangat kerja

rendah, cepat lelah dan bosan, emosi tidak stabil, sering singgah, dan

melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang

harus dilakukan. Oleh karena itu, pekerja akan merasa puas atas kerja yang

telah dilaksanakan jika yang dikerjakan dianggap memenuhi harapan

sesuai dengan tujuan.

2.14 Faktor – faktor Mempengaruhi Semangat Kerja

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya semangat

kerja karyawan (Jaya, 2008), yaitu antara lain:

o Gaji yang cukup

Setiap perusahaan seharusnya memberikan gaji yang cukup kepada

karyawan/pegawainya. Pengertian “cukup” ini adalah sebenarnya sangat

relatif sifatnya. Oleh karena itu cukup di sini adalah jumlah yang mampu

dibayar tanpa menimbulkan kerugian bagi perusahaan tersebut. Dan

dengan sejumlah gaji yang diberikan tersebut akan mampu memberikan

kegairahan kerja atau semangat kerja para

27
pegawainya. Dengan gaji yang rendah, para pekerja akan malas bekerja

dan kurang bergairah untuk melakukan tanggung jawabnya dalam tugas.

Akibatnya pekerjaan terjadi terlambat, banyak pekerjaan yang harus

dilakukan tidak dilaksanakan.

Perlu dicatat disini bahwa yang dimaksud gaji bukanlah imbalan jasa

dalam bentuk uang semata, tetapi dalam bentuk yang lain. Misalnya: jatah

beras, perawatan kesehatan, fasilitas perumahan, adanya penilaian

terhadap kerja dan sebagainya.

o Memperhatikan kebutuhan rohani

Selain kebutuhan materi yang berbentuk gaji yang cukup, mereka juga

membutuhkan kebutuhan rohani. Kebutuhan rohani ini antara lain adalah

menyediakan tempat untuk menjalankan ibadah, rekreasi, partisipasi dan

sebagainya.

Meskipun dengan kebutuhan rohani yang dimaksudkan terutama adalah

menyediakan tempat ibadah, tetapi jauh lebih luas lagi yaitu kebutuhan

untuk dihargai, kebutuhan berpartisipasi, kebutuhan ketentraman jiwa.

o Sekali – sekali perlu menciptakan suasana santai

Suasana kerja yang rutin sering kali menimbulkan kebosanan dan

ketegangan kerja bagi karyawan. Untuk menghindari hal-hal seperti itu

maka perusahaan perlu sekali kadang-kadang (dalam kurun waktu tertentu)

menciptakan suasana santai.

28
Banyak sekali cara-cara yang dapat dijalankan oleh perusahaan, misalnya

dengan jalan mengadakan rekreasi/ piknik bersama-sama, mengadakan

pertandingan olah raga antar karyawan dan sebagainya.

Pengaruh yang diakibatkan karena itu cukup besar, kegairahan kerja para

karyawan akan timbul karenanya. Mereka akan saling merasa dalam satu

kesatuan dan masa satu naungan di bawah nama perusahaan.

o Harga diri perlu mendapat perhatian

Institusi yang baik biasanya mempunyai karyawan yang hasil kerjanya

dapat diandalkan. Dengan keadaan seperti itu institusi akan cepat maju

karena cara kerja karyawan cukup baik.

Jika prestasi karyawan itu cukup menonjol apa salahnya bila pemimpin

memberikan penghargaan baik berupa surat penghargaan maupun dalam

bentuk hadiah materi. Setiap orang pasti menghendaki dirinya dihormati

orang lain. Seorang pekerja akan merasa harga dirinya diperhatikan jika ia

sekali – sekali diajak berunding dalam memecahkan masalah atau

persoalan. Dengan diajaknya berunding dalam memecahkan masalah akan

tanggung jawabnya akan semakin besar.

o Tempatkan para karyawan/pegawai pada posisi yang tepat

Setiap perusahaan harus mampu menempatkan para karyawannya pada

posisi yang tepat. Artinya tempatkan mereka pada posisi yang sesuai

dengan keterampilan masing-masing. Jadi sesungguhnya masalah

29
ketepatan menempatkan para karyawan pada posisi yang telah merupakan

salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha membangkitkan

kegairahan kerja karyawan.

f. Berikan kesempatan untuk maju

Kegairahan kerja karyawan akan timbul jika mereka mempunyai harapan

untuk maju. Jika hendaknya setiap perusahaan memberikan kesempatan

kepada karyawannya. Berikanlah penghargaan kepada karyawan yang

berprestasi.

Bagi perusahaan yang baik bukan saja hanya memberikan penghargaan

akan tetapi bahkan pihak perusahaan mengadakan program pendidikan

tambahan bagi karyawannya. Tentu saja para karyawan akan

menyambutnya dengan hati gembira dan kegembiraan inilah salah satu

pendorong kegairahan kerja.

g. Perasaan aman menghadapi masa depan perlu diperhatikan Kegairahan

kerja para karyawan akan terpupuk jika mereka mempunyai perasaan

aman terhadap masa depan profesi mereka. Untuk menciptakan rasa aman

menghadapi masa depan, ada sementara perusahaan yang melaksanakan

program pensiun bagi karyawannya. Kalau sekiranya pemberian tunjangan

pensiun dirasakan sebagai suatu tindakan yang erat bagi perusahaan, maka

sebenarnya ada jalan lain yang cukup baik. Misalnya dengan cara

mewajibkan para karyawannya untuk menyisihkan sebagian

penghasilannya untuk ditabung dalam bentuk polis asuransi.

30
h. Usahakan agar para karyawan mempunyai loyalitas Kesetiaan/loyalitas

para karyawan terhadap perusahaan akan dapat menimbulkan rasa

tanggungjawab. Tanggung jawab dapat menciptakan kegairahan kerja.

Untuk dapat menimbulkan loyalitas para karyawan terhadap perusahaan

maka pihak pimpinan harus mengusahakan agar para karyawan merasa

senasib dengan perusahaan. Dengan merasa senasib seperti ini kemajuan

dan kemunduran perusahaan akan dapat dirasakan juga oleh mereka.

Sebenarnya loyalitas dapat juga ditimbulkan dengan cara pemberian gaji

yang cukup, perhatian terhadap kebutuhan rohani dan hal-hal positif lain

seperti yang dijelaskan dimuka.

i. Sekali-kali para karyawan/pegawai perlu juga diajak berunding

Di dalam perusahaan merencanakan sesuatu yang agak penting sebaiknya

para karyawan diajak berunding. Misalnya kita akan merencanakan

menaikkan penjualan sebanyak 25% untuk tahun depan. Maka setiap

karyawan yang bertugas dibidang penjualan, produksi, pembelian dan

keuangan sebaiknya diajak berunding.

Dengan mengikut sertakan mereka berunding maka perasaan

bertanggungjawab akan timbul sehingga mereka dalam melaksanakan

kebijaksanaan baru tersebut akan lebih baik.

31
j. Pemberian insentif yang terarah

Agar perusahaan memperoleh hal secara langsung maka selain cara-cara

yang telah disebutkan di atas, dapat pula ditempuh sistem pemberian

insentif kepada para karyawan.

Perusahaan akan memberikan tambahan penghasilan secara langsung

kepada para karyawan yang menunjukkan kelebihan prestasi kerjanya.

Cara seperti ini sangat efektif untuk mendorong gairah kerja para

karyawan. Tentu saja cara itu harus juga disertai dengan kebijaksanaan

yang tepat.

k. Fasilitas yang menyenangkan

Setiap perusahaan bila mana memungkinkan hendaknya menyediakan

fasilitas yang menyenangkan bagi para karyawan. Apabila dengan fasilitas

tersebut ternyata mampu menambah kesenangan pada karyawannya maka

berarti kegairahan kerjanya dapat pula ditingkatkan.

Fasilitas yang menyenangkan janganlah diartikan secara sempit, sebab

banyak menafsirkan bahwa fasilitas menyenangkan antara lain rekreasi,

cafetaria sampai olah raga dan sebagainya.

Sebenarnya fasilitas yang menyenangkan sangat luas, sehingga termasuk

juga pengobatan, tempat ibadah, kamar kecil yang bersih, pendidikan

untuk anak dan sebagainya. Tempat ibadah akan menimbulkan ras

kesenangan batiniah, sebab dengan penyediaan

32
tempat ibadah akan memudahkan mereka yang akan menjalankan ibadah

(Nitisemito, 2002 : 108).

Apabila kegairahan kerja karyawan menurun, akan berdampak negatif

terhadap perkembangan suatu perusahaan. Hal ini disebabkan oleh

menurunnya moral kerja dari karyawan karena adanya perasaan tidak puas

terhadap cara-cara yang dipergunakan oleh pemimpin untuk

menggerakkan bawahannya.

Ketidakpuasan ini dapat dilihat dalam bentuk:

a) Labour turn over (pergantian pegawai) yang tinggi.

b) Sering terjadi pertikaian perburuhan (labaur disputes) yang

dapat mengakibatkan showdown atau bentuk-bentuk lainnya.

c) Tingkat kebiasaan absen (abseniesme) yang tinggi, artinya

terlalu banyak jumlah pegawai yang tidak masuk atau sering

datang terlambat

d) Moral yang rendah dalam bentuk kenakalan, perbuatan yang

merugikan nama baik organisasi, dan lain sebagainya.

e) Tidak adanya loyalitas kepada organisasi.

f) Pessimisme

g) Appatisme

33
34
2.15 Upaya Membina Semangat Kerja

Membina semangat kerja perlu dilakukan secara terus–menerus agar

mereka menjadi terbiasa mempunyai semangat kerja yang tinggi. Dengan kondisi

yang demikian, pekerja diharapkan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik

dan kreatif. Pembinaan semangat kerja dalam suatu pekerjaan tentulah pimpinan

sebagai atasan. Pembinaan semangat kerja akan dapat berhasil jika pimpinan

benar – benar menempatkan dirinya bersama – sama dengan pekerja dan berusaha

memperbaiki kondisi kerja agar kondusif sehingga suasana kerja turut mendukung

terbinanya semangat kerja (Adnyani, 2008).

Menurut Saydam (2000), keberhasilan pembinaan semangat kerja sangat

tergantung pada supervisi yang bermutu, kondisi kerja yang menyenangkan,

adanya kesempatan untuk berparisipasi, hubungan yang harmonis, dan

adanya aturan mainan yang jelas. Selain itu teknik pengawasan dan kebijakan

menajemen meliputi pengawasan berusaha agar pekerja mempunyai minat kerja

yang besar, memberi pujian.

Menurut Zainun (2004), beberapa usaha positif dalam rangka

menyelenggarakan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja, yaitu orientasi,

supervisi, partisipasi, komunikasi, rekognasi, delegasi, kompesi, integrasi, dan

motivasi silang. Sastrohadiwiryo (2002), menunjukkan bahwa cara yang ditempuh

untuk meningkatkan semangat kerja adalah memberi kompensasi kepada tenaga

kerja dalam porsi yang wajar, tetapi tidak memaksakan kemampuan , menciptakan

kondisi kerja yang menggirahkan semua pihak, memperhatikan kebutuhan yang

berhubungan dengan spiritual tenaga kerja. Untuk meningkatkan semangat kerja

35
dilakukan pemberian gaji yang cukup, memperhatikan kebutuhan rohani,

menciptakan suasana kerja yang santai, memperhatikan harga diri, menempatkan

posisi pekerja pada tempatnya, dan memberikan fasilitas yang menyenangkan.

Fungsi Manajemen

Pada fungsi manajemen keperawatan terdapat beberapa elemen utama


yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing
(kepegawaian), Directing (pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi).

2.16 Planning (Perencanaan)

Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam


manajemen, oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi
manajemen lainnya. Menurut Muninjaya, (2004) fungsi perencanaan
merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa
ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan
dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola
pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan secara
efektif dan efesien. Swanburg (2000) mengatakan bahwa planning adalah
memutuskan seberapa luas akan dilakukan, bagaimana melakukan dan siapa
yang melakukannya.
Dibidang kesehatan perencanaan dapat didefenisikan sebagai proses
untuk menumbuhkan, merumuskan masalah-masalah kesehatan di
masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-
langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
a. Tujuan Perencanaan
- Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan
- Agar penggunaan personel dan fasilitas yang tersedia lebih efektif
- Membantu dalam koping dengan situasi kritis

36
- Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
- Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
- Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Tahap dalam perencanaan :
- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
- Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
- Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
- Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
- Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program.
- Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

c. Jenis Perencanaan
- Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan dan
pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan pengetahuan
yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa depan,
mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan
keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme
umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam
keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber
yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan
divisi keperawatan.
- Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur
yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian
tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk
setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan
orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi
perawatan pasien.

37
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu
rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana
yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari,
yang terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan
peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan
proyek.

d. Manfaat Perencanaa
- Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
- Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
- Memudahkan kordinasi
- Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
- Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
- Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
- Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
- Menghemat waktu dan dana

e. Keuntungan Perencanaan
- Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
- Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
- Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan
- Memodifikasi gaya manajemen
- Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan

f. Kelemahan Perencanaan
- Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi
dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
- Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
- Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
- Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif

38
- Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
2.17 Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-
tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka
mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk
memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan
tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya,
2004).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai
rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi
segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan
mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta
menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
a. Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
- Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
- Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
- Pendelegasian wewenang.
- Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
- Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi perencanaan.
- Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
- Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang
praktis.
- Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf
dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
- Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
- Mendelegasikan wewenang.\

39
2.18 Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah
personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg,
2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan
staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan
rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi
Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu
kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien,
perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program
pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit
keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia
dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada
semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu
dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan
kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau
rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan
yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain
memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan
komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan
khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan
dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas
dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi
penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk
mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan
pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan
tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program
staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip
rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan

40
klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah
pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui
serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk
membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru.
Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika
mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah
satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja
dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk
minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal
modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain
yang biasa.

2.19 Directing (Pengarahan)


Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang
ditimbulkan oleh adanya pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk
dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang efektif untuk tujuan
perusahaan yang nyata.
Kepemimpinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan
manajemen. Menurut Stogdill dalam Swanburg (2000), kepemimpinan
adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi
dalam upaya menyusun dan mencapai tujuan. Gardner dalam Swanburg
(2000), menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan
memberi contoh sehingga individu (pimpinan kelompok) membujuk
kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan
pimpinan atau usulan bersama.
Seorang manajer yang ingin kepemimpinannya lebih efektif harus
mampu untuk memotivasi diri sendiri untuk bekerja dan banyak membaca,
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap permasalahan organisasi, dan
menggerakkan (memotivasi) staffnya agar mereka mampu melaksanakan
tugas-tugas pokok organisasi.
Menurut Lewin dalam Swanburg (2000), terdapat beberapa macam
gaya kepemimpinan yaitu :

41
- Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung
memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.
Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif
atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
- Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan
keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada
hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan
demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
- Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan
pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut
membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap
orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan
karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan
perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya,
mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya.
Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan
manajemen partisipasi oleh perawat professional.

2.20 Controlling (Pengawasan)


Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi
yang terakhir dari proses manajemen, yang memiliki kaitan yang erat
dengan fungsi yang lainnya.
Pengawasan merupakan pemeriksaan terhadap sesuatu apakah terjadi
sesuai dengan rencana yang ditetapkan/disepakati, instruksi yang telah
dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang telah ditentukan, yang bertujuan
untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki (Fayol,
1998).
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standard pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang

42
sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan
dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan
(Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala
sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang
telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick,
1998).
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut :
- Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya
mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.
- Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
- Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua
staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan
komitmen terhadap kegiatan program.
- Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah
tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.
- Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :
- Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
- Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
- Harus memandang ke depan
- Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
- Harus objektif
- Harus fleksibel
- Harus menunjukkan pola organisasi
- Harus ekonomis
- Harus mudah dimengerti
- Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.

43
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat
manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung
jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian
dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara
efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian
tujuan-tujuan keperawatan adalah:
- Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur
yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran.
Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat
digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.
- Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas
dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan


dengan tepat, maka akan diperoleh manfaat :
- Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standard atau rencana kerja.
- Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian
staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya
- Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
- Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.

2.20 Standard Asuhan Keperawatan

Standard merupakan suatu tingkat keungulan yang ditentukan


sebelumnya yang bertindak sebagai petunjuk untuk praktik. Standard
memiliki karakteristik pembeda, ditetapkan sebelumnya, dibuat oleh para
ahli, dikomunikasikan dan diterima oleh orang-orang yang terpengaruh
olehnya.

44
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan
lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan
wewenang dan tanggungjawabnya. Sumber-sumber standar keperawatan
berupa standar yang dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Undang-undang , Keppres,
Peraturan Pemerintah.

Tujuan standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan


keperawatan, mengurangi biaya asuhan keperawatan, melindungi perawat
dari kelalaian dalam melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan
yang tidak terapeutik. Jenis-jenis standar profesi keperawatan meliputi:
standard pelayanan keperawatan, standard praktik keperawatan, standard
pendidikan keperawatan, dan standard pendidikan keperawatan berkelanjutan.

Selain standard tersebut, perawat yang bekerja di rumah sakitharus


melaksanakan standard asuhan keperawatan di rumah sakit. Standard asuhan
keperawatan di rumah sakit, yang meliputi:

Standard 1: Falsafah keperawatan

Standard 2: Tujuan Asuhan Keperawatan

Standard 3: Pengkajian Keperawatan

Standard 4 : Diagnosa Keperawatan

Standard 5 : Perencanaan Keperawatan

Standard 6: Intervensi Keperawatan

Standard 7 :Evaluasi Keperawatan

Standard 8: Catatan Asuhan Keperawatan

Standard kinerja dapat digunakan untuk kinerja individual, dan kriteria


dapat dikembangkan untuk evaluasi keseluruhan perawatan pasien. Standard
membentuk kriteria kinerja, tujuan perencanaan, rencana strategis,
pengukuran hasil secara fisik dan kuantitatif, unit pelayanan, jam personel,

45
kecepatan, biaya, modal, pajak, program, dan standard-standard yang tidak
jelas. Mereka juga menetapkan sebagai suatu pengukuran yang tidak
diketahui tentang perbandingan dari nilai-nilai kualitatif dan kuantitatif,
kriteria atau norma, dan sebagai suatu aturan standard atau tes dimana suatu
pengevaluasian atau keputusan dapat dijadikan dasar. Manajer perawat
mengembangkan kerja sama dengan perawat-perawat klinik, kriteria
keperawatan klinik dihadapkan pada pengukuran hasil pasien dan proses
keperawatan. Standar-standard ini digambarkan sebagai hasil pasien dan
sebagai proses asuhan keperawatan.

Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien


digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktik
keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2010) yang mengacu dalam tahapan
proses keperawatan, yang meliputi : (1) Pengkajian, (2) Diagnosa
keperawatan, (3) Perencanaan, (4) Implementasi, (5) Evaluasi.

2.20.1 Standard I : Pengkajian keperawatan

Pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis,


menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan dan data dapat
diperoleh, dikomunikasikan, dan dicatat.

Kriteria Pengkajian meliputi :

- Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi,


pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang
- Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis dan catatan lain.
- Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi :
- Status kesehatan pasien masa lalu
- Status kesehatan pasien saat ini
- Status biologis-psikologis-sosial-spritual
- Respon terhadap terapi
- Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

46
2.20.2 Standard II : Diagnosa keperawatan

Adapun kriteria proses :

- Proses diagnosa terdiri dari analisis, interpretasi data,


identifikasi masalah, perumusan diagnosa keperawatan.
- Diagnosa keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab
(E), dan tanda/gejala (S), atau terdiri dari masalah dan penyebab (P, E).
- Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya
untuk memvalidasi diagnosa keperawatan.
- Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa
berdasarkan data terbaru.

2.20.3 Standard III : Perencanaan keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi


masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.

Kriteria proses, meliputi :

- Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan


dan rencana tindakan keperawatan
- Bekerjasama dengan pasien dalam menyusun rencana
tindakan keperawatan
- Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pasien
- Mendokumentasikan rencana keperawatan

2.20.4 Standard IV : Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi


dalam proses Asuhan Keperawatan.

Kriteria proses, meliputi :

47
- Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
- Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi
kesehatan pasien.
- Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu
pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan
- Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan
keperawatan berdasarkan respon pasien.

2.20.5 Standard V : Evaluasi keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan


dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.

Adapun kriteria prosesnya adalah:

- Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara


komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus
- Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam
mengukur ke arah pencapaian tujuan
- Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman
sejawat
- Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk
memodifikasi perencanaan keperawatan
- Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi
perencanaan
Melalui aplikasi standard asuhan keperawatan tersebut, maka
pelayanan keperawatan diharapkan akan menjadi lebih terarah.

2.21 Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

48
Dokumentasi merupakan penulisan dan pencatatan suatu
kejadian/aktivitas tertentu secara sah/legal (Carpenito, 1998). Dokumentasi
keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat
bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis/tipe,
kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. (Fisbach, 1991 dalam Tyo, 2009).

2.21.1Tujuan Dokumentesi Keperawatan

Tujuan dokumentasi keperawatan sebagai berikut (Potter, 1989 dalam


Tyo, 2009):

- Alat komunikasi anggota tim


- Biling keuangan
- Bahan pendidikan
- Sumber data dalam menyusun NCP
- Audit keperawatan
- Dokumen yang legal
- Informasi statistik
- Bahan penelitian

2.21.2Makna Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting bila


dilihat dari berbagai aspek yaitu :

- Hukum :
Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi
resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan
dengan profesi keperawatan dimana perawat sebagai pemberi jasa dan
pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-
waktu. Dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai barang bukti di
pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap,
jelas, objektif, dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat),

49
tanggal dan perlu dihindari adanya interpretasi yang salah (Nursalam,
2001).

- Jaminan mutu (Kualitas pelayanan) :


Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi
kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah
pasien. Dan untuk mengetahui sejauh mana kesehatan pasien dapat
teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat diidentifikasi dan
dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini membantu meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan (Nursalam, 2001).
- Komunikasi :
Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap
masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau tenaga kesehatan
lain akan dapat melihat catatan yang ada dan sebagai alat komunikasi
yang dijadikan pedoman dalam memberikan Asuhan Keperawatan
(Nursalam, 2001).
- Keuangan :
Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua tindakan
keperawatan yang belum, sedang, dan telah diberikan dicatat dengan
lengkap yang dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan
dalam biaya keperawatan bagi pasien (Nursalam,2001).
- Pendidikan :
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena isinya
menyangkut kronologis dari kegiatan Asuhan Keperawatan yang dapat
dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau
profesi keperawatan (Nursalam,2001).
- Penelitian :
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang
terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan
sebagai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
(Nursalam, 2001).
- Akreditasi :

50
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana
peran dan fungsi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kepada Pasien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat
keberhasilan pemberian Asuhan Keperawatan yang diberikan, pembinaan
dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi
peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapai
tingkat kepangkatan yang lebih tinggi (Nursalam, 2001).

Hal yang pokok dalam prinsip-prinsip dokumentasi adalah (Tyo, 2009):


a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama
dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan
b. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien / keluarganya tentang
informasi/data yang penting tentang keadaannya
c. Pastikan kebenaran setiap data data yang akan dicatat
d. Data pasien harus objektif dan bukan merupakan penafsiran perawat,
dalam hal ini perawat mencatat apa yang dilihat dari respon pasien pada
saat merawat pasien mulai dari pengkajian sampai evaluasi
e. Dokumentasikan dengan baik apabila terjadi hal-hal sebagai berikut :
adanya perubahan kondisi atau munculnya masalah baru, respon pasien
terhadap bimbingan perawat
f. Harus dihindari dokumentais yang baku sebab sifat individu /Pasien
adalah unik dan setiap pasien mempunyai masalah yang berbeda.
g. Hindari penggunaan istilah penulisan yang tidak jelas dari setiap catatan
yang dicatat, harus disepakati atas kebijaksanaan institut setempat
h. Data harus ditulis secara syah dengan menggunakan tinta dan jangan
menggunakan pinsil agar tidak mudah dihapus.
i. Untuk merubah atau menutupi kesalahan apabila terjadi salah tulis, coret
dan diganti dengan yang benar kemudian ditanda tangani.
j. Untuk setiap kegiatan dokumentasi, cantumkan waktu tanda tangan dan
nama jelas penulis
k. Wajib membaca setiap tulisan dari anggota lain kesehatan yang lain
sebelum menulis data terakhir.
l. Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.

51
2.21.3 Proses dokumentasi keperawatan

Proses dokumentasi keperawatan mencakup:

a. Pengkajian

- Mengumpulkan Data

- Validasi data

- Organisasi data

- Mencatat data

b. Diagnosa Keperawatan

- Analisa data

- Identifikasdi masdalah

- Formulasi diagnosa

c. Perencanaan / Intervensi

- Prioritas Masalah

- Menentukan tujuan

- Memilih strategi keperawatan

- Mengembangkan rencana keperawatan

d. Pelaksanaan/implementasi

- Melaksanakan intervensi keperawatan

52
- Mendokumentasikan asuhan keperawatan: mencatat waktu dan
tanggal pelaksanaan, mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa
yang dilakukan intervensi tersebut, mencatat semua jenis intervensi
keperawatan termasuk hasilnya, berikan tanda tangan dan nama jelas
perawat satu tim kesehatan yang telah melakukan intervensi.

- Memberikan laporan secara verbal

- Mempertahankan rencana asuhan

e. Evaluasi

- Mengidentifikasikan kriteria hasil

- Mengevaluasi pencapaian tujuan

- Memodifikasi rencana keperawatan

2.21.4Manfaat kegunaan dokumentasi implementasi

Manfaat kegunaan dokumentasi implementasiantara lain:

a. Mengkomunikesikan secara nyata tindakan-tindakan yang telah


dilakukan untuk klien. Hal ini penting untuk :

- Menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti duplikasi tindakan, yang


seharusnya tidak perlu terjadi
Contoh : Pemberian obat sudah diberikan, tetapi tidak dicatat sehingga
diberikan obat kembali

- Quality Assurance (menjamin mutu ) yang akan menunjukkan apa yang


secara nyata telah dilakukan terhadap klien dan bagaimana hubungannya
dengan standar yang telah dibuat
- Melihat hubungan respon-respon klien dengan tindakan keperawatan
yang sudah diberikan (evaluasi klinis)
b. Menjadi dasar penentuan tugas

53
Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan
keperawatan yang sudah ada, untuk selanjutnya digunakan dalam
menentukan jurnal perawat yang harus bartugas dalam setiap shift jaga

c. Memperkuat pelayanan keperawatan

Jalan keluar dari tindakan malpraktek tergantung pada dokumen-


dokumen yang ada.

- Dokumen tentang kondisi klien


- Segala sesuatu yang telah dilakukan untuk k1ien
- Kejadian-kejadian atau kondisi klien sebelum dilakukan tindakan
d. Menjadi dasar perencanaan anggaran pembelanjaan

Dokumen tentang penggunaan alat-alat dan bahan-bahan akan membantu


perhitungan anggaran biaya suatu rumah sakit.

2.22 Model Asuhan Keperawatan


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
profesional. Ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang
sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi
tren pelayanan keperawatan. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang
lazim dipakai meliputi metode fungsional, metode tim, metode kasus,
modifikasi metode tim-primer.
2.22.1 Metode fungsional
Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang menekankan
efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik. Metode
ini sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. Perawat senior
menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman.
Kelemahan dari metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah,
tidak dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka). Metode ini tidak
memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat dan persepsi perawat
cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.

54
Kepala Ruangan

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :

Pengobatan Merawat luka Pengobatan Merawat luka

Pasien/klien
Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional

2.22.2 Metode Tim


Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu. Metode ini memungkinkan pemberian pelayanan keperawatan
yang menyeluruh, mendukung pelaksanaan proses keperawatan, dan
memungkinkan komunikasi antartim, sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim. Namun, komunikasi antaranggota
tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya

55
membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu
sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat
profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan,
pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin, anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim
akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan
yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif
dari memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya
kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim
nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan,
mengindentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan
tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu
menyusun dan memenuhi standard asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif,
mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan
keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik
dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan
kebutuhan pasien tidak terpenuhi.

Kepala Ruangan

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

56
Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing

2.22.3 Metode primer


Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat,
ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer
ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien
dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, malakukan, dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Konsep dasar
metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung gugat, ada
otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan dan
keterampilan manajemen, bersifat kontinuitas dan komprehensif, perawat
primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan
memungkinkan pengembangan diri sehingga pasien merasa dimanusiakan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Perawat primer mempunyai
tugas mengkaji dan membuat prioritas setiap kebutuhan klien,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana
keperawatan, dan mengevaluasi keefektifan keperawatan. Sementara
perawat yang lain memberikan tindakan keperawatan, perawat primer
mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang kesehatan
klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, asuhan yang
diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.

Dokter Kepala Ruangan Sarana RS

Perawat Primer

Pasien / Klien

57
Perawat Perawat Perawat pelaksana
pelaksana pelaksana jika diperlukan days

evening night

Skema 3. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Primary Nursing

2.22.4 Metode kasus


Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien
saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap
shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang
sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan
satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat
privat atau untuk keperawatan khusus seperti: isolaso, intensivecare.
Kelebihannya adalah perawat lebih memahami kasus per kasus, sistem
evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah. Kekurangannya adalah belum
dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab, perlu tenaga yang cukup
banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.

Kepala Ruangan

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Skema 4. Sistem Asuhan Keperawatan Case Method Nursing

2.22.5 Modifikasi : MAKP Tim-Primer

58
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP
ini didasarkan pada beberapa alasan :

a Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat


primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau
setara.
b Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar
adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat
primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Contoh: untuk ruang model MAKP ini diperlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4
(empat) orang perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping
seorang kepala ruang rawat juga Ners. Perawat associate (PA) 21 orang,
kualifikasi pendidikan perawat asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan
(3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokan Tim pada setiap shift jaga
terlihat pada gambar di bawah.
Kepala Ruang

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

59
7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien

(Jadwal diatur Pagi, Sore, Malam dan Libur/Cuti)

Skema 5. Sistem Asuhan Keperawatan Metode Primary Tim (Modifikasi)

2.23 JCIA (Joint Comition International Acreditation)


Adalah suatu tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan
pasien yang diharapkan.

Strata-strata dalam sistem

Input Proses Output

Sumber daya Penerimaan pasien Meningkatnya status


rawat inap kesehatan
Perlengkapan
Pemeriksaan pasien Pelayanan yang efisien
Persediaan
Edukasi terhadap pasien Kepuasan pasien

Pengobatan

Tabel 1. Strata – strata dalam sistem JCIA


2.23.1 Misi JCI

Meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien di seluruh


dunia.

2.23.2 Tujuan JCIA

1. Kualitas pelayanan
2. Kepercayaan masyarakat
3. Patient safety ervirontment safety

60
4. Staff safety
5. Revenue
6. Margin
7. Kesejahteraan karyawan
8. Daya saing

2.23.3 Manfaat JCIA


1. Meningkatkan kepercayaan public
2. Menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien kepuasan
karyawan
3. Bernegosiasi dengan sumber sumber pembayaran
4. Memperhatikan pasien dan keluarganya, menghormati hak-
haknya, melibatkan mereka dalam proses pelayanan
5. Menciptakan budaya yang terbuka
6. Membangun kepemimpinan yang kolaboratif
2.23.3 Persyaratan umum

1. Izin operasi
2. Ingin meningkatkan kualitas pelayanan
3. Mengikuti standar JCI

2.23.4 Standar JCI

1. Patient focus function


a. International patient savety goals
b. Access to care and continuity of care
c. Care of patient
d. Assesment of patient
e. Anasthesia and surgical care
f. Patient and family right
g. Patient and family education
h. Madication managemet and use
2. Organitation function
a. Staff Qualification and education

61
b. Goverments, leadership and direction
c. Fasility management and savety
d. Management of comunication and information
e. Quality improvement and patient savety
f. Prevention and control of infection

2.23.5 Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Ruang Rawat

1. Mengobservasi dan memberi masukan kepada PP terkait dengan


bimbingan yang diberikan PP kepada PA. Apakah sudah baik.
2. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.
3. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.
4. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.
5. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan
melakukan penelitian.
6. Menerapkan hasil-hasil penelitian dan memberikan asuhan
keperawatan .
7. Bekerjasama dengan kepala ruangan dalam hal melakukan evaluasi
tentang mutu asuhan keperawatan, mengarahkan dan mengevaluasi
tentang implementasi MPKP
8. Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan
memberikan masukan untuk perbaikan.
9. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil
evaluasi/penelitian tentang asuhan keperawatan.
2.23.6 Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Group

Kedudukan
Perawat ketua grup/TIM adalah seorang perawat professional
dalam melaksanakan tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan.
Tugas Pokok :
Melaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
standar profesi serta menggunakan dan memelihara logistic keperawatan
secara efisien dan efektif.
Uraian Tugas :

62
1. Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar
2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan
group.tim (group petugas ganti) mengawasi : kondisi klien/anggota
keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam medic,
pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter.
7. Membantu pelaksanaan rujukan
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru
mengenai : tata tertib ruangan RS, perawat yang bertugas.
9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas
cleaning service, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib
ruangan yang ditunjukkan kepada semua petugas, peserta didik dan
pengunjung ruangan.
11. Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan
12. Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta tenaga
keperawatan
13. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan
lingkungan.

2.23.7 Tugas Dan Tanggung Jawab CI

Uraian tugas :
1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik
2. Melakukan pre conference.
3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam medis
pasien

63
4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi
terapeutik
5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan
keperawatan
6. Melakukan bedside teaching
7. Melakukan ronde keperawatan
8. Mengambil alih yang dilakukan peserta didik dalam situasi tertentu
9. Melakukan post konfrens yang membahas tentang kegiatan peserta
didik dalam melakukan asuhan keperawatan selama dinas.
10. Membimbing peserta didik dalam rangka mengakhiri praktek di
suatu ruangan
11. Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat
apabila peserta didik tidak hadir memberi bimbingan peserta didik
sesuai dengan tingkat pendidikannya dalam hal : melaksanakan
asuhan keperawatan dengan penerapan proses keperawatan
membimbing pembuatan laporan kasus.
12. Mengkoordinasi bimbingan kepada penanggung jawab tugas sore
dan malam.

2.23.8 Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Pelaksana

Uraian tugas :
1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar
2. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti)
mengenai kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan,
administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang,
kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter

64
7. Membantu pelaksanaaan rujukan
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru
mengenai : tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas
9. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan
penyuluhan kesehatan
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning
service dan peserta didik
11. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,
peserta didik dan pengunjung ruangan
12. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan
13. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan
14. Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota keluarga
dan lingkungannya.
15. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota
keluarga/keluarga

65
BAB III
HASIL PENGKAJIAN

3.1 GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

RSU Dr. Soedono Madiun adalah rumah sakit umum tipe B pendidikan, saat ini
sebagai wahana pendidikan kepanipatraan klinik madya fakultas kedokteran universitas
indonesia Yogyakarta juga program pendidikan dokter sepesialis (PPDS I) bedah, OBG,
IPD, paru, mata, THT, patologi klinik, emergenci medicine, kulit kelamin, neorologi,
radiologi. Selain itu berbagai institusi pendidikan baik pemerintah maupun suasta juga
bekerja sama dengan RSU Dr. Soedono Madiun seperti program studi ilmu keperawatan
dan ilmu gizi D4 gizi, akademi keperawatan, akademi Gizi, akademi farmasi, akademi
kebidanan, dan lain-lain.

RSSM adalah rumah sakit umum tipe B pendidikan milik pemerintah daerah
profinsi jawa timur, propinsi setingkat dengan badan yang menyelenggarakan kurusan di
bidang pelayanan kesehatan di pimpin oleh seorang kepala yang disebut direktur, berada
di bawah dan bertanggungjawab kepada gubernur melalui sekertaris daerah. RSSM
madiun merupakan rumah sakit tepe B pendidikan dengan fisi dan misi sebagai berikut :

Visi

Menjadi rumah sakit pilihan utama, seluh lapisan masyarakat dan rumah sakit pendidikan
yang unggul.

Misi

1. meningkatkan pelayanan kesehatan rujukan yang profesional dan bermutu serta


yang berorientasi pada kepuasan seluruh lapisan masyarakat.
2. Meyelenggarakan rumah sakit pendidikan dan mengembangkan budaya ilmiah di
bidang kedokteran dan perumah sakitan.

Tujuan

1. Memberikan pelayanan kesehatan masyarakat secara optimal


2. Memberikan pendataan rumah sakit

66
3. Memberikan kesejahteraan karyawan
Fasilitas
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan penunjang
3. Medikal cek up
4. Dokter umum
5. Dokter gigi
6. Dokter sepesialis atau sup sepesialis
7. Laboratorium patologi klinik
8. Laboratoriun patologi anatomi
9. Radiologi
10. Fasilitas
11. UGD 24 jam
12. Rawat inap
13. Rawat jalan
14. Kamar bedah
15. ICCU
16. ICU
17. PICU
18. NICU
Instalasi Rawat Jalan IRJ
Instalasi rawat jalan (IRJ) berada di lantai 1 dan 2 gedung utama dengan 19
,’’poli klinik yang siap melayani klien sesuai dengan pedoman pelayanan
klien. IRJ terbagi atas:
1. Poli peyakit dalam
2. Poli jantung
3. Poli THT
4. Poli kulit dan kelamin
5. Poli onkologi
6. Poli bedah ortopedi
7. Poli kebidanan
8. Poli saraf
9. Poli gigi dan mulut
10. Poli mata

67
11. Poli paru
12. Poli rehabilitasi medik
13. Poli VCT
14. Poli tumbang
15. Poli Gizi
16. Poli peyakit dalam
17. Poli bedah umum
Instalasi Rawat Inap (IRNA)
Pelayanan rawat inap terdiri dari 4 IRNA (instalasi rawat inap) :
1. Wijaya Kusuma A
2. Wijaya Kusuma B
3. Wijaya Kusuma C
4. Wijaya Kusuma D
5. Anggrek
6. Intalasi Merpati

3.2 Gambaran Umum Ruang Wijaya Kusuma B RSUD dr. Soedono Madiun

RSUD Dr. Soedono madiun merupakan rumah sakit tipe B pendidikan yang juga
merupakan rumah sakit rujukan harus mempunyai ruang Wijaya Kusuma B yang
memberikan pelayanan yang professional dan berkualitas dengan mengedepankan
keselamatan pasien. Pada instalasi perawatan inap di Wijaya Kusuma B, perawatan
untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri
dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim dengan single management.
Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan
keselamatan pasien. untuk itu diperlukan dukungan sarana, prasarana serta peralatan demi
meningkatkan,pelayanan Wijaya Kusuma B.
Mengingat diperlukannya tenaga khusus,mahalnya sarana dan prasarana serta
mahalnya biaya perawatan, maka demi,efisiensi keberadaan Wijaya Kusuma B dalam
rumah sakit perlu dikonsentrasikan dalam satu tempat dalam unit yang terintegrasi
berbentuk instalasi. Oleh sebab itu, disusunlah panduan penyerenggaraan pelayanan
Wijaya Kusuma B di RSUD Dr. Soedono Madiun, yang akan menjadi acuan dalam
membantu peningkatan pelayanan Wijaya Kusuma B yang bermutu dan berkualitas serta
selalu mengedepankan keselamatan pasien (patient safety)

68
3.3 Data Kegiatan Pelayanan Standart Ruang Wijaya Kusuma B

3.3.1 Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Sistem pendokumentasian mengacu pada Prosedur tetap nomor dokumen


RM/05.01/47/2007 tentang sitem dokumentasi

3.3.2 Informasi kepada Pasien

Informasi yang diberikan kepada pasien berupa:

a. Hak dan kewajiban pasien mengacu pada SK direktur


nomor 445/2323/307/2003 tentang Pemberlakuan Pedoman Hak dan
Kewajiban Pasien, Dokter dan Rumah sakit di RSU Dr. Soedono Madiun.
b. Tata tertib pasien SOP no.Doc: PRWT/05.01/144/2007
c. Tata tertib Pengunjung Pasien SOP no.Doc:
PRWT/05.01/152/2007
d. Tata tertib Penunggu Pasien SOP no.Doc:
PRWT/05.01/153/2007
Pemeliharaan Peralatan

Pemeliharaan di ruang intensive terdapat 2 kriteria pemeliharaan, yaitu:

a. Pemeliharaan terencana

 Pemeliharaan Preventif adalah kegiatan pemeliharaan berupa perawatan


dengan membersihkan alat yang dilaksanakan setiap hari sesuai dengan
SOP dan seminggu sekali dilakukan pengecekan terhadap alat-alat
canggih.
 Pemeliharaan korektif adalah pemeliharaan berupa perawatan terhadap
peralatan yang mengalami kerusakkan/aus dengan atau tanpa
penggantian suku cadang.
b. Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan alat
yang bersifat darurat berupa perbaikan terhadap kerusakan alat yang
mendadak . Kegiatan pemeliharaan ini berdasarkan surat perintah kerja ke
Instalasi terkait.

69
3.4 Kondisi SDM Ruang Wijaya Kusuma B
1. Ketenagaan
Pola ketenagaan ruang Wijaya Kusuma B berdasarkan penghitungan kebutuhan
tenaga dari depkes dibutuhkan tenaga sejumlah 16 orang.

Kondisi Saat Ini

No. Jabatan KUALIFIKASI Kebutuhan Tersedia

1. Kepala  Pendidikan dan pengalaman


Intensif memenuhi syarat 1 1
 pelatihan memenuhi syarat
2. Kepala Ruang  Pendidikan memenuhi
syarat 1 1

 pelatihan memenuhi syarat


3 Ka tim  Pendidikan memenuhi 4 4
syarat
3. Perawat Pendidikan memenuhi syarat 10
Pelaksana orang

Belum pelatihan : 15 10

 PEL Wijaya Kusuma B : 10


( 71,4 % )
4. Non Medis
Keperawatan Pendidikan memenuhi syarat 2 1

70
3.5 Kondisi Sarana dan Prasarana di Ruang Wijaya Kusuma B

Untuk prasarana gedung di ruang Wijaya Kusuma B menyesuaikan standart level I,II,
& III. Mengingat gedung ruang Wijaya Kusuma B yang sekarang belum standart
Wijaya Kusuma B dan masih berada di ruang Intermidiet-nya Wijaya Kusuma B.

3.6 PENCAPAIAN INDIKATOR MUTU PELAYANAN RUANG Wijaya Kusuma B


RSUD dr SOEDONO MADIUN

Bulan Oktober 2017

NO Indikator Mutu Pencapaian Standar

1 Respon time pemanggilan perawat 2 menit ≤ 10 menit


2 Angka dekubitus 0% ≤ 5%
3 Angka phlebitis 0% ≤ 5%
4 Angka infeksi Karena transfuse 0% 0%
darah
5 Angka komplikasi pasca bedah 0% 0%
6 Angka waktu tunggu operasi 0% ≤ 5 hari
efektif
Angka waktu operasi emergency - -
7 Angka kejadian pasien jatuh 0% 0%
8 Angka kesalahan pemberian obat 0% 0%
9 Angka ketidakpuasan pelanggan 2% 10%
10 Angka ketidaklengkapan 1% ≤ 5%
dokumen

Bulan November 2017

NO Indikator Mutu Pencapaian Standar


1 Respon time pemanggilan perawat 2 menit ≤ 10 menit
2 Angka dekubitus 0% ≤ 5%
3 Angka phlebitis 0% ≤ 5%
4 Angka infeksi Karena transfuse 0% 0%
darah
5 Angka komplikasi pasca bedah 0% 0%
6 Angka waktu tunggu operasi 0% ≤ 5 hari
efektif
Angka waktu operasi emergency - -
7 Angka kejadian pasien jatuh 0% 0%

71
8 Angka kesalahan pemberian obat 0% 0%
9 Angka ketidakpuasan pelanggan 2% 10%
10 Angka ketidaklengkapan 1% ≤ 5%
dokumen

Bulan Desember 2017

NO Indikator Mutu Pencapaian Standar


1 Respon time pemanggilan perawat 2 menit ≤ 10 menit
2 Angka dekubitus 0% ≤ 5%
3 Angka phlebitis 0% ≤ 5%
4 Angka infeksi Karena transfuse 0% 0%
darah
5 Angka komplikasi pasca bedah 0% 0%
6 Angka waktu tunggu operasi 0% ≤ 5 hari
efektif
Angka waktu operasi emergency - -
7 Angka kejadian pasien jatuh 0% 0%
8 Angka kesalahan pemberian obat 0% 0%
9 Angka ketidakpuasan pelanggan 2% 10%
10 Angka ketidaklengkapan 1% 25%
dokumen

3.7 JUMLAH PASIEN RUANG WK B

NO BULAN JUMLAH
1. OKTOBER 128
2. NOVEMBER 124
3. DESEMBER 129

Jumlah kunjungan pasien di ruang WK B dalam tiga bulan terakhir terdapat perbedaan. Di
bulan Desember angka kunjungan pasien tertinggi yaitu sebanyak 129 pasien. Pada bulan
November angka kunjungan pasien paling sedikit dalam tiga bulan terakhir yaitu 124
orang. Fluktuasi angka kunjungan ini masih dalam batas rentang rata-rata kunjungan pasien
di ruang WK B.

72
3.8 DAFTAR 10 BESAR PENYAKIT DI RUANG WK B

Antara bulan Oktober sampai Desember

NO. DIAGNOSA JUMLAH


1. GEA 96
2. CKD 46
3. TB 43
4. B20 35
5. KP 31
6. PNEUMONI 22
7. PE 13
8. SH 13
9. FEBRIS 12
10. PPOK 12

DAFTAR DIAGNOSA BULAN DESEMBER 2017 di RUANG WK B

No. Peyakit Jumlah


1. GEA 36
2. TB 15
3. CKD 13
4. KP 11
5. FEBRIS 10
6. PNEUMONI 10
7. B20 9
8. PE 7
9. MELENA 5
10. SH 5
11. HIV/AIDS 9

3.9 SURVEY KEPUASAN PELANGGAN RUANG WK B RSUD dr SOEDONO MADIUN

No Urut 1 2
Fasilitas/
Pelayanan
Responde sarana SP SM NILAI
tenaga
n Prasaran
kesehatan
a

No
1 1 42 18 60 76 78,94737

2 2 40 19 59 76 77,63158

76 77,6315
3 3 41 18 59 8

73
76 80,2631
4 4 43 18 61 6

47 19 66 76 86,8421
5 5 1

50 23 73 76 96,0526
6 6 3

7 7 42 18 60 76 78,94737

49 22 71 76 93,4210
8 8 5

9 9 52 24 76 76 100

46 22 68 76 89,4736
10 10 8

46 23 69 76 90,7894
11 11 7

36 15 51 76 67,1052
12 12 6

13 JUMLAH JUMLAH 100


RATA
14 14 – 100
RATA

: Skor perolehan → Nilai yang diperoleh saat


SP survey
SM : Skor maksimum → Nilai yang seharusnya diperoleh secara maksimum

74
75
76
2. 10 MAN

Jumlah Tenaga di Ruang ICU RSUD dr. Soedono Madiun

N NAMA. PENDIDIKA GOLONGA JABATAN


O N N
1 HENY

a. Keperawatan
Tenaga Keperawatan di Ruang ICU RSUD dr. Soedomo Madiun

No. Kualifikasi Jumlah Masa Kerja Jenis


1. S-1 Keperawatan 4 PNS
2. D-3 Keperawatan 14 PNS
BLUD

b. Non Keperawatan

No. Kualifikasi Jumlah Jenis


1. Pembantu perawat 1 Orang PNS
2. Cleaning servis 3 Orang Honorer

77
STRUKTUR ORGANISASI RUANG WK B

RSUD dr.SOEDONO MADIUN


DIREKTUR

WADIR PELAYANAN MEDIK DAN


KEPERAWATAN

KEPALA BIDANG PELAYANAN KEPALA BIDANG


MEDIK KEPERAWATAN

KEPALA INSTALASI KEPERAWATAN WIJAYA


KUSUMA

MANAGER PELAYANAN PERAWATAN


WIJAYA KUSUMA B

PERAWAT PRIMER I PERAWAT PRIMER II

KATIM I KATIM II KATIM III

PERAWAT ASSOSIATE PERAWAT ASSOSIATE PERAWAT ASSOSIATE

STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN

78
RUANG ICU RSUD dr.SOEDONO MADIUN

MANAGER PELAYANAN

HENY MARLINA S.kep,


Ners

79
Kajian Pustaka
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan suatu proses membuat
perencanaan untuk menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dan
dengan kriteria seperti apa pada suatu unit untuk setiap shiftnya. Untuk penetapan
ini ada beberapa rumus yang dikembangkan oleh para ahli. Selain untuk
menetapkan rumus ini juga dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan
apakah tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih. Rumus tersebut
antara lain:
Kebutuhan Tenaga
Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan dengan formula yaitu:
a. Metode Rasio
Ruang ICU di RSUD dr. Soedono madiun dengan jumlah tempat tidur 6 buah,
maka pimpinan tenaga keperawatan akan memperhitungkan jumlah tenaga
keperawatan adalah:
1/1 x 6= 6
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan untuk ruang ICU tersebut adalah 6
orang.
b. Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan

perhitungan sebagai berikut:

Tenaga Perawat (TP) = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan/tahun


jumlah hari kerja perawat/tahun x jam kerja perawat/hari
Atau

Tenaga Perawat (TP) = A x B x 365

(365 - C) x jam kerja/hari

Keterangan :

A : jam efektif/24 jam waktu perawatan yang dibutuhkan pasien/hari B :


rata-rata jumlah pasien per hari BOR x jumlah tempat tidur
C : jumlah hari libur, 365 = jumlah hari kerja dalam 1 tahun

Ruang ICU RSUD dr. Soedono Madiun berkapasitas tempat tidur 31 tempat tidur,
jumlah rata-rata pasien yang dirawat 12,064

80
Kriteria pasien yang dirawat yaitu perawatan minimal. Tingkat pendidikan
perawat yaitu S-1 dan D-3 Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6 hari
perminggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan
tenaga perawat diruang tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan pasien per
hari, yaitu:
a. Keperawatan langsung
Keperawatan total 12,064 orang pasien 12 x 6 jam = 72,384 Jam
b. Keperawatan tidak langsung 12,064 x 1 jam = 12,064 Jam
c. Penyuluhan kesehatan 12,064 x 0,25 = 3,016 Jam
Jumlah = 87,4 Jam
2) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per
hari adalah 72,384+12,064+3,016= 87,4 Jam/ 48 jam : 7 jam = Jam
3) Menetukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut
adalah langsung dengan menggunakan rumus gillies diatas sehingga
didapatkan hasil sebagai berikut:
7 Jam/pasien/hari x 6 pasien/ hari x 365 hari = 15330 = 7 Orang
(365 hari – 76) x 7 Jam 2023
20% x 20 = 4 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 7 + 4 = 11 Orang/hari.
4) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan per hari,
yaitu:
6 orang x 7 jam = 6 orang
7 jam
5) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shif, yaitu
dengan ketentuan menurut Eastler (Swansburg, 1990)
a) Shif pagi
b) Shif sore
c) Shif malam

 Menurut Douglas (1984)

81
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas dihitung berdasarkan
tingkat ketergantungan setiap shift klien seperti pada tabel berikut:Jumlah
Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Ketergantungan Klien
Waktu Kebutuhan Perawat
Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0.17 0.14 0.07
Intermediate 0.27 0.15 0.10
Maksimal 0.36 0.30 0.20
Sumber: Douglas,1984
Jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga adalah pagi, sore, dan
malam, sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan klien terhadap
keperawatan menurut Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam, dengan
kriteria:
o Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
o Ambulasi dengan pengawasan.
o Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.
o Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
o Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan
kriteria:
o Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
o Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
o Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
o Folley catheter/intake output dicatat.
o Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.

Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam/24jam


dengan kriteria:
o Segalanya diberikan/dibantu.

o Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam.

o Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena.

82
o Pemakaian suksion.

o Gelisah, disorientasi.

Di ruang WK B RSUD dr. Soedono Madiun dirawat 13 pasien dengan


kategori 13 pasien dengan perawatan minimal. Maka kebutuhan tenaga
keperawatan adalah sebagai berikut:
Tabel Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Shif Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan pasien di Ruang WK B RSUD dr. Soedono Madiun

Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga


Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal 13 7x0,17=1,19 7x0,14=0,98 7x0,07=0,49
Parsial - - - -
Total - - - -
Jumlah

Total tenaga perawat:


Pagi : 1 orang
Sore : 1 orang
Malam : 1 orang
jumlah 3 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
86x6 = 3 orang
279
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas perhari di Ruang WKB
adalah 3 orang + 3 orang lepas dinas + 2 orang tenaga + Kepala ruang + Wakil
kepala ruang= 15 orang per hari

Tabel Hasil Perhitungan Tenaga Perawat di Ruang ICU

HASIL
Metode Jumlah tenaga Jumlah tenaga yang Keterangan
yang dibutuhkan Ada
Gillies 13 orang 16 orang Lebih 3
Douglas 15 orang 16 orang Lebih 1
Rasio 7 orang 16 orang Lebih 9

83
4. BOR (Bed Occupacy Rate)

Penghitungan BOR (Bed Occupacy Rate)

a. BOR pasien di ruang WKB

BOR Ruang WKB tanggal 22 Januari 2018

NO Sift Jumlah Bed BOR


1. Pagi 13 13/31 x 100% = 41,93%
2. Sore 12 12/31 x 100% = 38,70%
3. Malam 6 6/6 x 100% = 100%

BOR Ruang WKB tanggal 23 Juni 2018

NO Sift Jumlah Bed BOR


1. Pagi 6 6/6 x 100% = 100%
2. Sore 6 6/6 x 100% = 100%
3. Malam 6 6/6 x 100% = 100%

b. BOR Pasien kelolaan Ruang WKB tanggal 22 Juni 2018

NO Sift Jumlah Bed BOR


1. Pagi 10 3/10 x 100% = 30%
2. Sore 10 3/10 x 100% = 30%
3. Malam 10 3/10 x 100% = 30%

BOR Pasien kelolaan Ruang WKB tanggal 23 Juni 2018

NO Sift Jumlah Bed BOR


1. Pagi 10 6/6 x 100% = 100%
2. Sore 10 6/6 x 100% = 100%
3. Malam 10 6/6 x 100% = 100%

5. Diagnosa penyakit terbanyak

Data yang didapat pada bulan Mei 2017 sebagai berikut : Syok
Hipovolemik sebanyak 1 pasien, Crush Injury Antebrachi sebanyak 1 pasien,
Laparatomy sebanyak 6 pasien, Post Kejang sebanyak 1 pasien, Repair Lidah
sebanyak 1 pasien, COB Kraniotomy sebanyak 2 pasien, Pasang CVP/HD Cath
Non ICU sebanyak 6 pasien, Syok Septik sebanyak 1 pasien, CVA Kraniotomy
sebanyak 1 pasien, Internal Bleeding sebanyak 1 pasien, Fraktur Femur
sebanyak 1 pasien, Krisis Hipoglikemia sebanyak 1 pasien, VP Shunt

84
sebanyak 3 pasien, Ileus Obstruktif sebanyak 1 pasien, PEB sebanyak 3
pasien, Drowing sebanyak 1 pasien, Post Cadiac Arrest sebanyak 1 pasien,
Edema Paru sebanyak 3 pasien, Hidrocephalus Boorhole sebanyak 1 pasien,
Tumor Otak VP Shunt sebanyak 2 pasien, COB Konservatif sebanyak 5
pasien, CKD sebanyak 3 pasien, PJK IMA sebanyak 1 pasien, DM sebanyak
2 pasien, Tumor Otak Kraniotomy sebanyak 3 pasien, GBS sebanyak 2
pasien, Decompensasi Kordis sebanyak 1 pasien, Post AMP sebanyak 1
pasien.

6. Penghitungan beban kerja perawat

a. Time motion study


b. Work sampling
c. Daily log
Pengukuran beban kerja objektif dilakukan untuk mengetahui penggunaan
waktu tenaga keperawatan dalam melaksanakan aktivitas baik untuk tugas
pokok, tugas penunjang, kepentingan pribadi dan lain-lain. Adapun
pembagian kerja secara normatif pada setiap sift kerja yaitu sift pagi, sore
dan malam. Adapun pembagian jam kerja secara normatif pada setiap sifh
pada ruang ICU sebagian berikut.
a. Sift pagi dimulai pukul 07.00 – 14.00
b. Sift sore dimulai pukul 14.00 – 21.00
c. Sift malam dimulai pukul 21.00 – 07.00

Pelaksanaan tindakan keperawatan langsung pada sift pagi di


ruang ICU

NO Tindakan Keperawatan Waktu Frekue Rerata


Langsung (jam) nsi waktu
(jam)
1. Memberikan obat kepada 6,08 38 0,16
pasien
2. Memenuhi kebutuhan cairan 2,075 25 0,083
dan elektrolit dan nutrisi
3. Memenuhi kebutuhan 1 4 0,25
eliminasi BAB
4. Memenuhi kebutuhan 0,48 3 0,16
eliminasi urine
5. Memenuhi kebutuhan rawat 3,3 11 0,33
luka
6. Memenuhi kebutuhan 0,5 6 0,083
oksigen
7. Menyiapkan spesimen LAB 1,12 7 0,16

85
8. Memenuhi kebutuhan rasa 0,249 3 0,083
nyaman dan aman
9. Observasi pasien 0,25 3 0,083
10. Melakukan resusitasi 0,5 1 0,5
11. Perawatan jenazah 0,75 3 0,25
12. Mengukur TTV 4,9 59 0,083
13. Menerima pasien baru 1,6 10 0,16
14. Pendidikan kesehatan 0,48 3 0,16
15. Persiapan operasi 0,5 2 0,25

Pelaksanaan tindakan keperawatan tidak langsung pada sift pagi di Ruang


ICU tanggal

No Tindakan keperawatan Waktu Frekuensi Rerata


tidak langsung (jam) waktu
(jam)
1. Pendokumentasian 11,52 72 0,16
catatan medik
2. Telekomunikasi dengan 0,415 5 0,083
ruang lain
3. Timbang terima pasien 6 12 0,5
4. Memenuhi kebutuhan 4,16 26 0,16
kebersihan dan
lingkungan
5. Persiapan dan sterilisasi 0,64 4 0,16
alat
Total 22,735 119 1,063

Pelaksanaan kegiatan non produktif pada shift pagi di Ruang ICU tanggal

No Kegiatan non produktif Waktu Frekuensi Rerata


(jam) waktu / jam
1. Pergi keperluan pribadi 3 12 0,25
2. Makan dan minum 6 12 0,5
3. Toilet 2,24 14 0,16
4. Telepon pribadi 0,747 9 0,083
5. Duduk di ners station 19 38 0,5
Total 30,981 85 1,493
Rekapitulasi pelaksanaan perawatan di Ruang ICU tanggal

Jenis kegiatan Pagi Sore Malam


keperawatan
Kegiatan produktif

86
a. Langsung 24,284 17,205 20,847
b. Tidak langsung 22,375 18,498 18,741
Kegiatan non 30,981 48,245 86,4
produktif
Total 78 84 126

Beban kerja objektif

Sift Beban kerja objektif


Persentase Kategori
Pagi 60,28% Rendah
Sore 42,50% Rendah
Malam 31,42% Rendah

1. Klasifikasi Pelayanan ICU


Selain ketenagaan dan kelengkapan pelayanan, kemampuan pelayanan juga
mempengaruhi jenis/klafiksifikasi pelayanan ICU

N KEMAMPUAN PELAYANAN
O PRIMER SEKUNDER TERSIER
1 Resusitasi jantung Resusitasi jantung Resusitasi jantung
Ö
paru. paru. paru.
2 Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan
napas, termasuk napas, termasuk napas, termasuk
Ö
intubasi trakeal dan intubasi trakeal dan intubasi trakeal dan
ventilasi mekanik. ventilasi mekanik. ventilasi mekanik.
3 Terapi oksigen. Terapi oksigen. Ö Terapi oksigen.
4 Pemasangan kateter Pemasangan kateter Pemasangan kateter
vena sentral. vena vena sentral, arteri,
Ö
sentral dan arteri. Swan Ganz dan
ICPmonitor.
5 Pemantauan EKG, Pemantauan EKG, Pemantauan EKG,
puls- oksimetri dan puls- puls- oksimetri,
tekanan darah oksimetri, tekanan tekanan darah non
noninvasif. darah Ö invasif dan invasif,
non invasif Swan Ganz dan ICP
daninvasif. serta ECHO
Monitor.
6 Pelaksanaan terapi Pelaksanaan terapi Ö Pelaksanaan terapi

87
secara titrasi. secara titrasi. secara titrasi.
7 Pemberian nutrisi Pemberian nutrisi Pemberian nutrisi
enteral dan parenteral. enteral dan Ö enteral dan
parenteral. parenteral.
8 Pemeriksaaan Pemeriksaaan Pemeriksaaan
laboratorium khusus laboratorium khusus laboratorium khusus
Ö
dengan cepat dan dengan cepat dan dengan cepat dan
menyeluruh. menyeluruh. menyeluruh.
9 Memberikan tunjangan Memberikan Memberikan
fungsi vital dengan alat tunjangan fungsi vital tunjangan fungsi
- alat portabel selama dengan alat - alat vital dengan alat -
Ö
transportasi pasien portabel selama alat portabel selama
gawat. transportasi pasien transportasi pasien
gawat. gawat.
10 Kemampuanmelakukan Kemampuan Kemampuanmelaku
fisioterapi dada. melakukan fisioterapi Ö kan fisioterapi dada.
dada.
11 melakukan prosedur melakukan prosedur
Ö
isolasi isolasi
12 melakukan melakukan
hemodialisis hemodialisis
Ö
intermiten dan intermiten dan
kontinyu. kontinyu.

2. Ketenagaan
Tenaga yang terlibat dalam pelayanan lCU terdiri dari tenaga dokter intensivis
dokter spesialis dan dokter yang telah mengikuti pelatihan lCU dan perawat terlatih lCU.
Tenaga tersebut menyelenggarakan pelayanan lCU sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan yang diatur oleh masing-masing RS sesuai jenis dan klasifikasi rumah sakit.
NO JENIS STRATA/KLASIFIKASI PELAYANAN
PRIMER SEKUNDER TERSIER
TENAGA
1 Kepala - Dokter - Dokter Ö - Dokter intensivis
ICU spesialis intensivis
Anestesiolo - Dokter spesialis
gi anestesiologi
- dokter (jika belum ada
spesialis lain dokter
yang terlatih intensivis)

88
ICU (jika
belum ada
dokter
spesialis
anestesiolog
i)
2 Tim Medis - Dokter - Dokter spesialis - Dokter spesialis
spesialis (yang dapat (yang dapat
sebagai memberikan memberikan
konsultan pelayanan pelayanan setiap
(yang dapat setiap diperlukan)
dihubungi diperlukan) - Dokter jaga 24
setiap - Dokter jaga 24 jam dengan
diperlukan) jam dengan kemampuan
- Dokter jaga kemampuan ALS/ACLS,dan
24 jam ALS/ACLS,dan FCCS
Ö
dengan FCCS
kemampuan
resusitasi
jantung paru
yang
bersertifikat
bantuan
hidup dasar
dan bantuan
hidup lanjut
3 Perawat Perawat Minimal 50% Minimal 75% dari
terlatih yang dari jumlah jumlah seluruh
bersertifikat seluruh perawat perawat di ICU
bantuan hidup di ICU merupakan perawat
Ö
dasar dan merupakan terlatih dan
bantuan hidup perawat terlatih bersertifikat ICU
lanjut dan bersertifikat
ICU
4 Tenaga Tenaga Tenaga Ö Tenaga administrasi
non administrasi di administrasi di di ICU harus

89
kesehatan ICU harus ICU harus mempunyai
mempunyai mempunyai kemampuan meng-
kemampuan kemampuan operasikan
meng- meng-operasikan komputer yang
operasikan komputer yang berhubungan dengan
komputer yang berhubungan masalah
berhubungan dengan masalah administrasi.
dengan administrasi. Tenaga
masalah Tenaga pekarya laboratorium
administrasi. Tenaga Tenaga
Tenaga pekarya kebersihan kefarmasian
Tenaga Tenaga pekarya
kebersihan Tenaga
kebersihan
Tenaga rekam
medik
Tenaga untuk
kepentingan ilmiah
dan penelitian

90
3.12 Material

DAFTAR INVENTARIS ALKES


RUANG ICU RSUD Dr.SOEDONO MADIUN
KONDISI
N
NAMA ALAT RUSA KET
O BAIK RB
K
1 SYRINGE PUMP 1      

6 TENSIM 1      
ETER
TERMO
8  2    
METER
STETOS
9 3      
KOP

10 TEMPA 10      
T (BED)

LAMPU
11 1      
TINDA
KAN
12 E 40      
CARE
HANDS

91
RUF

MANO
13 METER 10      
DINDIN
G
SPIL
KIT
15 1      
CHEMI
CAL
SPIL
KIT
16 1     
CYTOT
OXO
SPIL
KIT
17 1      
INFEKS
IUS

18 TENSIM 2      
ETER

19 LAMPU 1      
UV
20 4      

92
LEMAR
I
INSTRU
MEN
21 AC 1      

MANO
22 METER 5      
DINDIN
G
23 WSD 1     

TRANS
FER
24 2      
STREC
HER
TROLY

25 RAWAT LUKA SET 2      


DIGITAL EAR
1
TERMOMETER
KURSI
34 1
SUSUN
PULSE 1
OXIME

93
TER
NEBULI
1
ZER
TENSIM
ETER 2
DUDUK
CARDI
OLOGI
4
STETOS
KOP
TROYC
1
ATH
PRINTE
1
R
KOMPU
TER 1
SET
LCD
MONIT 1
OR
LCD
MONIT 1
OR
KOMPU 1
TER 1

94
SET

KON KETERANG
TAHUN
DISI AN
MERK / J
N NAMA 2 2 2
TYPE / M
O ALAT 0 20 0 20 0
NO.SERI L BAIK
1 11 1 13 1
0 2 4
TENSIME
1 TER RIESTER 1         1  
BERDIRI
TENSIME
2 TER RIESTER 1     1 1 1 Ѵ
DUDUK
WASKOM
3 STAINLESS 2         2  
SIBIN
4 BENGKOK STAINLESS 1         1 Ѵ
ANATO
5 MIES   1         1 Ѵ
PINSET
CHIRU
6 GICAL   1         1 Ѵ
PINSET
7 BAK   1         1 Ѵ

95
INSTRU
MENT
TROMO
8 L   2         2 Ѵ
KECIL
TROMO
9 L   1         1 Ѵ
BESAR
STAND
10 ART   6         6 Ѵ
INFUS
TEMPA
T
11   2         2 Ѵ
KOREN
TANG
KOREN
12   2         2 Ѵ
TANG
ANTI
DIKUBI TURBO
13 TUS PLUS/05 1         1 Ѵ
MATRA 9842
S
BAK
14 INJEKSI   1         1 Ѵ
KECIL

96
BAK
15 INJEKSI   1         1 Ѵ
BESAR
CUFF
16 INFLAT   1     1     Ѵ
OR
CANUL
E
17   1            
SUCTIO
N
FILTER
GUARD
18   1            
BREATI
NG
PM-50
PULSE
19   1           Ѵ
OXIME
TER
TRACH
EOSTO
20   1            
MY
MASK
GLUCO
21   1       1   Ѵ
CHEK
22 TRAND   1            

97
USER
FACE
MASKE
R
TROLY
23 OKSIGE   1     1     Ѵ
N
MAYO
24 RUSCH 1            
TUBE 4
MAYO
25 RUSCH 1            
TUBE 5
PISPOT
26 STAINL   1            
ESS
OXIGE
N
27   5            
FLOW
METER
2 OXIGEN
  1            
8 TERAPHI
BREATIN
2 G
XY-3 / XY-3 1            
9 SUCTION
SIRCUIT
3 SECTION ACOMA 2     1      

98
UNIT SB-
0
10
3 BLOOD ANIMEC /
1     1     Ѵ
1 WARMER AM2S5A
3 BLOOD ANIMEC AM -
1       1   Ѵ
2 WARMER 301
LAMPU
3
SOROT TLA / 100 H 1            
3
TLA 100
SCHILLER
3 DEFIBRIL
DEFIGARD 1            
4 ATOR
3002
PATIENT
3 INFINUM/ALT
MONITO 7     5     Ѵ
5 US.OMNI III
R
3 JACKSON
KIMURA 1            
6 REESE
3 JACKSON
KIMURA 2       2   Ѵ
7 RISK
MANOME SCREW
3
TER CONECT KAP 2   2       Ѵ
8
DINDING 15 LPM
3 SYRINGE TERUMO / TE
3           Ѵ
9 PUMP 331
4 SYRINGE
B.BROUN /   1         Ѵ
0 PUMP

99
4 SYRINGE B.BROUN
8       8   Ѵ
1 PUMP /8713030
4 INFUS
ATOM 2            
2 PUMP
4 NEBULIZ COMFORT /
1            
3 ER II / 04075024
FUKUDA M-E
4
ECG CARDISUNY 1   1       Ѵ
4
120
CENTRAL
4 INFINUM/ALT
MONITO       1     Ѵ
5 US.OMNI III
R
4 TROLY
2090293307 1           Ѵ
6 STENLIS
BED 3
4 HOPEFULL/
CRANK 3   3       Ѵ
7 B868Y
ELEKTIK
GUNTING
4
VERBAN   1           Ѵ
8
D
4 VENTILA HAMILTON
1   1       Ѵ
9 TOR C2
5 VENTILA HAMILTON
1       1   Ѵ
0 TOR C2
  .                

100
Analisis Data
Ruang ICU sudah memiliki kelengkapan alat medis ataupun alat non medis sudah sesuai dengan tandar RSUD dr. Soedono
Madiun. Ruangan ini sudah memiliki buku bantu yang lengkap

101
DAFTAR OBAT DI RUANG ICU

No. Nama Obat Jumlah


1. Lidokain HCL 20% 10
2. Doburan Dobutamin 8
3. Tyarid Amiodaron 6
4. Dopamin 8
5. Fargozin 3
6. Nicardipine 7
7. Ephediprine 1
8. Atropin 30
9. Herbrezer 13
10. Oksitosin 3
11. Isosorbit 1
12. Aminopilin 6
13. Carcium Glucanos 5
14. Phiracetam 2
15. Vaskon 4
16. Nophirepin 5
17. Gintamicin 8
18. Tramadhon 2
19. Ranitidin 4
20. Ventolin 8
21. Dexametasan 7
22. Vit K 1
23. Vuromin 2
24. Cevotaxim 1
25. Nitrogliserin 1
26. Prantoprazol 2
27. Methil 1
28. Farthison 2
29. Farmabes 5 (Diltiazem) 5
30. D40 10
31. MGSO 40° 6
32. MGSO 20° 4
33. Mevlon 5
34. KCL 3
35. PZ 3° 1
36. Prolanes 1
37. Midozolon 2
38. Heparin 1
39. Phetidine 1
40. Morvin 1
41. Diasepam 2
42. Blusensor 10
43. ATS 1
44. Dulcolac Sup 1
45. Benodon 1
46. Ethapvlin 1
47. Flagilsip 1

102
48. Mexpharm Sup -
49. Milos 1
50. Natrium 5
51. Asteloksit 1
52. Noveram 1
53. Rocaroni 1
54. Asering 2
55. Pz 3% 4
56. RL 2
57. Farmahes 2
58. Vimahes 2
59. NS 100 ml 13
60. NS 25 ml 17
61. Aquabides 4
62. Nitronidasol 100 ml 2
63. Manitol 1
64. Flifofioxasin 1
65. Paracetamol Inf 2
66. Ecencial Aminoacite 7% 2
2) Prasana Yang Terdapat di Ruang ICU
Tabel Desain berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU.
DESAIN ICU PRIMER ICU SEKUNDER ICU
TERSIER
Area Pasien -
Unit terbuka 1 tempat cuci 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci
12–16 m2 tangan Tiap 2 tempat tidur tangan
Tiap 2 tempat Tiap 2 tempat
tidur tidur
Unit 1 tempat cuci 1 tempat cuci tangan - 1 tempat cuci
tertutup16-20 tangan tiap1 tempat tidur tangan
m2 tiap1 tempat tiap1 tempat
tidur tidur
Outlet Oksigen 1 2 Ö 3/tempat tidur
Vakum - 1 3/tempat tidur
Stop kontak 2 2 16/tempat
tidur
Area Kerja:
Lingkungan Air Air Conditioned Ö Air
Conditioned Conditioned
Suhu 23-25ºC 23-25ºC Ö 23-25ºC
Humiditas 50–70% 50–70% Ö 50–70%
Ruang isolasi - + Ö +
Ruang - + Ö +
penyimpanan

103
peralatan dan
barang
bersih
Ruang tempat - + Ö +
buang
Kotoran
Ruang perawat + + Ö +
Ruang staf - + - +
dokter
Ruang tunggu - + +
keluarga pasien
Laboratorium Terpusat 24jam Ö 24jam

1. Peralatan
Peralatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu kelancaran
pelayanan. Uraian peralatan berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU dapat dilihat pada
tabel Berikut ini adalah ketentuan umum mengenai peralatan :
a. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan fungsi ICU
dan harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar yang
berlaku.
b. Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat.
c. Peralatan dasar meliputi:
1) Ventilasi mekanik.
2) Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas.
3) Alat hisap.
4) Peralatan akses vaskuler.
5) Peralatan monitor invasif dan non-invasif.
6) Defibrilator dan alat pacu jantung.
7) Alat pengatur suhu pasien.
8) Peralatan drain thorax.
9) Pompa infus dan pompa syringe.
10) Peralatan portable untuk transportasi.
11) Tempat tidur khusus.
12) Lampu untuk tindakan.
13) Continous Renal Replacement Therapy.

104
d. Peralatan lain (seperti peralatan hemodialisa dan lain-lain) untuk prosedur
diagnostik dan atau terapi khusus hendaknya tersedia bila secara klinis ada
indikasi dan untuk mendukung fungsi ICU.
e. Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan para medik perlu tersedia
untuk penggunaan alat-alat termasuk langkah-langkah untuk mengatasi apabila
terjadi malfungsi.
Peralatan berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU.
Peralatan ICU Primer ICU Sekunder ICU Tersier
Ventilasi mekanik Sederhana Canggih Ö Canggih
Alat hisap + + Ö +
Alat ventilasi + + Ö +
manual dan alat
penunjang jalan
nafas
Peralatan akses + + Ö +
vaskuler
Peralatanmonitor :
-Monitor tekanan - + Ö +
darah invasif
-Tekanan vena + + +
sentral
-Tekanan baji a. - - +
Pulmonalis
(Swan
Ganz)
Non invasif : Ö
-Tekanan darah + + +
-EKG dan laju + + +
jantung -Saturasi + + +
oksigen (pulse - + +
oxymeter)
-Kapnograf

Suhu + + Ö +
EEG - + Ö +
Defibrilator dan + + Ö +
alat pacu jantung
Alat pengatur + + Ö +

105
suhupasien
Pompa infus dan - + Ö +
pompa syringe
Bronchoscopy - + - +
Echokardiografi - + Ö +
Peralatan portable + + Ö +
untuk transportasi
Tempat tidur + + - +
khusus
Lampu untuk + + Ö +
tindakan
Hemodialisis - + Ö +
CRRT - + Ö +

Peralatan Monitoring (termasuk peralatan portable yang digunakan untuk transportasi


pasien)
a. Tanda bahaya kegagalan pasokan gas.
b. Tanda bahaya kegagalan pasokan oksigen.
Alat yang secara otomatis teraktifasi untuk memonitor penurunan tekanan pasokan
oksigen, yang selalu terpasang di ventilasi mekanik.
c. Pemantauan konsentrasi oksigen
Diperlukan untuk mengukur konsentrasi oksigen yang dikeluarkan oleh ventilasi
mekanik atau sistem pernafasan.
d. Tanda bahaya kegagalan ventilasi mekanik atau diskonsentrasi sistim pernafasan.
Pada penggunaan ventilasi mekanik otomatis, harus ada alat yang dapat segera
mendeteksi kegagalan sistim pernafasan atau ventilasi mekanik secara terus menerus.
e. Volume dantekananventilasi mekanik.
Volume yang keluar dari ventilasi mekanik harus terpantau. tekanan jalan nafas dan
tekanan sirkuit pernafasan harus terpantau terus menerus dan dapat mendeteksi
tekanan yang berlebihan.
f. Suhu alat pelembab(humidifier)
Ada tanda bahaya bila terjadi peningkatan suhu udara inspirasi
g. Elektrokardiograf
Terpasang pada setiap pasien dan dipantau terus menerus.
h. Pulse oxymeter.
Harus tersedia untuk setiap pasien di ICU.
i. Emboli udara

106
Apabila pasien sedang menjalani hemodialisis, plasmaferesis, atau alat
perfusi, harus ada pemantauan untuk emboli udara.
Bila ada indikasi klinis harus tersedia peralatan untuk mengukur variabel fisiologis lain
seperti tekanan intra arterial dan tekanan arteri pulmonalis, curah jantung, tekanan
inspirasi dan aliran jalan nafas, tekanan intrakranial, suhu, transmisi neuromuskular,kadar
CO2 ekspirasi
Analisa Hasil :
Masih terdapat beberapa perlatan dan yang belum ada di ruangan dan khsusnya di
bagian unit prasarana.

2. Metode

Standar
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai
sesuatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai
tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan
Biebing, 2001). Menurut Asrul Azwar (1994) standar menunjukkan pada
tingkat ideal tercapai yang diinginkan, diukur dalam bentuk minimal dan
maksimal, penyimpangan masih dalam batas atas yang dibenarkan toleransi.
Menurut Nursalam (2002) standar merupakan pernyataan yang absah, model
yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan mengenai
apa yang memadai dan sesuai, dapat diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar, yang
dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai
tolak ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam,
2002). Menurut Gillies (1994) Standar Asuhan Keperawatan mempunyai tiga
tujuan, yaitu:

o Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memusatkan upaya


meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan.
o Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan
asuhan keperawatan yang tidak penting.

107
o Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan dengan
mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan
keperawatan serta menentukan bahwa kegaggalan dari perawat untuk
memenuhi standar, membahayakan pasien.

Standar keperawatan yang dipakai di Indonesia sebagai dasar pedoman


dan instrumentasi penerapan Standar Asuhan Keperawatan disusun oleh
DepKes (1997), yaitu:

 Standar I. Pengkajian Keperawatan


Pengkajian keperawatan adalah data anamnesa, observasi yang paripurna dan
lengkap serta dikumpulkan secara terus menerus tentang keadaan pasien
untuk menetukan asuhan keperawatan sehingga data keperawatan harus
bermanfaat bagi semua anggota tim, data pengkajian meliputi pengumpulan
data, pengelompokan data, dan perumusan masalah.  Standar II. Diagnosa
Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah respon pasien yang dirumuskan
berdasarkan data status kesehatan pasien, dan komponennya terdiri dari
masalah, penyebab, dan gejala (PES), bersifat actual dan potensial dan dapat
ditanggulangi perawat.

 Standar III. Perencanaan Keperawatan


Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnose keperawatan,
komponennya meliputi prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan dan
rencana tindakan.

 Standar IV. Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan pasein terpenuhi secara maksimal yang mencakup
aspek peningkatan, pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan
dengan mengikutsertakan keluarga.

 Standar V. Evaluasi Keperawatan

108
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodic, sistematis, terencana untuk
menilai perkembangan pasien.

 Standar VI. Catatan Asuhan Keperawatan


Dokumentasi keperawatan dilakukan secara individu oleh perawat selama
pasein dirawat inap maupun rawat jalan, digunakan sebagai informasi,
komunikasi dan laporan, dilakukan setelah tindakan dilakukan, sesuai dengan
pelaksanaan proses keperawatan, setiap mencatat harus mencantumkan inisial
atau paraf nama perawat, menggunakan formulir yang baku, simpan
sesuaiperaturan yang berlaku.
Dasar hukum Standar Profesi Keperawatan adalah UU Kesehatan RI No.23 tahun
1992 pasal 43,
Ayat 1 : “tenaga kesehatan memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas
sesuai profesinya”.
Ayat 2 : “tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban standar
profesi dan pasien”.

Standar Keperawatan menurut DepKes RI meliputi:


o Standar Pelayanan Keperawatan (SPK)
o Standar Asuhan Keperawatan (SAK)

Suatu ruang perawatan di dalam sebuah rumah sakit idealnya mempunyai


prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi yang dipahami dan
diterapkan oleh seluruh staf di ruangan, ruang perawatan mempunyai prosedur
tetap semua tindakan perawatan dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan)
minimal 10 kasus diagnosis terbanyak. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
RSUP Dr. Sardjito disusun berdasarkan standar asuhan keperawatan
internasional. Standar acuan yang dipakai adalah Standarized Nursing
Language, yaitu NANDA (North American Nursing Diagnosis Association)
taksonomi II untuk diagnosa keperawatan, NOC (Nursing Outcome
Classification) untuk tujuan dan outcome yang ingin dicapai, dan NIC
(Nursing Intervention Classification) untuk rencana tindakan/ intervensinya.

109
SAK berisi penjelasan/informasi tentang penyakit dan rencana asuhan
keperawatan. Informasi tentang penyakit meliputi Pengertian, Tanda dan
Gejala, Etiologi, Patofisiologi, Pemeriksaan penunjang, dan Manajemen
terapi, serta Prinsip pengkajian kasus penyakit (Brunner, 2002).
Standar asuhan keperawatan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan llmu dan kiat keperawatan. Mulai
dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah keperawatan,
perencanaan, implementasi evaluasi dan pencatatan asuhan keperawatan.

STANDAR I : Pengkajian
 Pernyataan standar
Perawat mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
 Kriteria pengkajian
o Data tepat, akurat dan lengkap
o Terdiri dari data subjektif

STANDAR II: Perumusan diagnosa dan atau masalah keperawatan


 Pernyataan Standar
Perawat menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan diagnosa
dan masalah keperawatan yang tepat.
 Kriteria perumusan diagnosa dan atau masalah
o Diagnosa sesuai dengan nomenklatur keperawatan
o Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
o Dapat diselesaikan dengan asuhan keperawatan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan

STANDAR III: Perencanaan


 Pernyataan standar
Perawat merencanakan asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa dan

110
masalah yang ditegakkan.
Kriteria perencanaan

o  Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan


o kondisi klien, tindakan segera, tindakan antisipsi dan asuhan secara
o komprehensif.
o o  Melibatkan klien / pasien dan keluarga
o o  Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien
o o  Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan
o klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
o diberikan bermanfaat untuk klien
o o  Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,
o sumberdaya serta fasilitas yang ada

STANDAR IV: Implementasi

 Pernyataan Standar
Perawat melaksanakan rencan asuhan keperawatan secara komprehensif.
Efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
 Kriteria
o Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial – spiritual
– kultural
o Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau
keluarganya
o Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
o Melibatkan klien dalam setiap tindakan
o Menjaga privacy klien
o Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
o Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
o Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
o Melakukan tindakan sesuai standar
o Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan

111
STANDAR V : Evaluasi
 Pernyataan Standar
Perawat melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk
melihat kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien.
 Kriteria evaluasi
o Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien
o Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
o Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien

STANDAR VI : Pencatatan asuhan keperawatan


 Pernyataan standar
Perawat melakukan pencatatan secara lengkap akurat, singkat, dan jelas
mengenai keadaan/kejadian yang ditemukan dan dilakukan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
 Kriteria pencatatan asuhan keperawatan

o Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir


yang tersedia
o Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
S adalah data subyektif, mencatat hasil anamnesa O adalah data obyektif,
mencatat hasil pemeriksaan
A adalah data hasil Analisis, mencatat diagnosa dan masalah keperawatan
P adalah penatalaksanaan mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif : penyuluhan, dukungan,
kolaborasi evaluasi / follow up dan rujukan.

112
Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan susunan kepengurusan yang diletakkan


di dalam ruang perawatan dan bertujuan untuk memberikan informasi secara
jelas kepada pasien, keluarga, maupun pengunjung ruangan terkait
kepengurusan dan pengelolaan ruangan.
Media informasi
Media informasi ini digunakan untuk pasien dan keluarga guna memperoleh
informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan ruangan maupun
proses perawatan pasien.

KUMPULAN SOP YANG ADA DI RUANG WK B

No Nomor Dokumen Jenis SOP


1. PRWT/PT/025 Merapikan tempat tidur
2. PRWT/PT/024 Menyiapkan tempat tidur
3. PRWT/SPO/076 Pemberian suntikan sub cutan
4. PRWT/SPO/077 Pemberian suntikan intra cutan
5. PRWT/SPO/208 Perawatan luka kotor
6. PRWT/SPO/207 Perawatan luka gangrene
7. PRWT/SPO/209 Pemberian suntikan IV melalui port IV Cateter
8. PRWT/SPO/075 Pemberian suntikan IV
9. PRWT/SPO/074 Pemberian suntikan intra muscular
10. PRWT/SPO/094 Pemasangan infuse
11. PRWT/SPO/210 Pemberian obat melalui syiring pump
12. PRWT/SPO/048 Prosedur assesmen awal nyeri
13. APK/PT/002 Ijin pulang sementara meninggalkan program
perawatan di rumah sakit
14. APK/PT/006 Merujuk pasien
15. APK/PT/007 Penerimaan pasien emergency di IRNA
16. APK/PT/004 Pulang atas permintaan sendiri (APS)
17. APK/PT/009 Transfer pasien antar ruang
18. APK/PT/015 Penundaan pelayanan
19. PP/SPO/032 Pelayanan pasien anak dengan ketergantungan
bantuan
20. PP/SPO/033 Pelayanan anak
21. PP/SPO/036 Pemberian kemoterapi
22. PP/SPO/033 Pelayanan pasien lanjut usia
23. PRWT/SPO/002 Pemeriksaan kolonoskopi
24. PRWT/SPO/003 Pemeriksaan fiber optic laringoskopi
25. PRWT/SPO/004 Tindakan ligasi varises esophagus

113
26. PRWT/SPO/005 Pencucian alat endoskopi
27. PRWT/SPO/006 Pengambilan korpus alienum dengan
gastroskopi local anastesi
28. PRWT/SPO/008 Pemeriksaan FEES (Filexible Endoscopy
Evaluastion Of Swallowing)
29. PRWT/SPO/024 Menyiapkan tempat tidur
30. PRWT/SPO/027 Penempatan pasien anak di rawat inap
31. PRWT/SPO/028 Mengantar pasien rawat inap
32. PRWT/SPO/029 Pengelolaan pasien baru yang perlu rawat inap
33. PRWT/SPO/031 Penerimaan pasien isolasi ruang infeksius
34. PRWT/SPO/032 Pemeriksaan fisik
35. PRWT/SPO/033 Menghitung denyut nadi
36. PRWT/SPO/034 Menghitung pernafasan
37. PRWT/SPO/035 Mengukur tekanan darah pasien
38. PRWT/SPO/037 Mengukur tinggi badan pasien
39. PRWT/SPO/038 Mengukur suhu melalui anus pada bayi/anak
40. PRWT/SPO/039 Mengukur suhu melalui aksila
41. PRWT/SPO/041 Pengambilan urin untuk pemeriksaan
laboratorium
42. PRWT/SPO/042 Pengambilaan urin dengan cara midstream
43. PRWT/SPO/043 Pengambilan feses untuk pemeriksaan
laboratoriu
44. PRWT/SPO/044 Pembuatan rekaman elektrokardiografi
45. PRWT/SPO/045 Persiapan pemeriksaan USG
46. PRWT/SPO/046 Persiapan pemeriksaan IVP
47. PRWT/SPO/047 Pemeriksaan radio diagnostic
48. PRWT/SPO/048 Memandikan pasien ditempat tidur
49. PRWT/SPO/049 Memandikan pasien dalam keadan duduk
50. PRWT/SPO/050 Menyikat gigi
51. PRWT/SPO/051 Membersihkan mulut
52. PRWT/SPO/052 Memelihara gigi palsu
53. PRWT/SPO/052 Sesudah rawat inap/pulang
54. PRWT/SPO/068 Pengadaan nutrisi pasien rawat inap
55. PRWT/SPO/070 Pemberian obat tetes hidung
56. PRWT/SPO/071 Pemberian obat tetes telinga
57. PRWT/SPO/072 Pemberian obat tetes mata
58. PRWT/SPO/180 Timbang terima pasien baru diruangan
59. PRWT/SPO/093 Membantu pasien pindah dari empat tidur
kekursi roda dan sebaliknya
60. PRWT/SPO/096 Mengukur jumlah cairan masuk dan keluar
61. PRWT/SPO/097 Mengeluarkan feses secara manual (Rectal
Taucher)
62. PRWT/SPO/098 Pemasangan kateter sementara
63. PRWT/SPO/099 Pemasangan kateter tetap

114
64. PRWT/SPO/100 Perawatan kateter tetap/ DC
65. PRWT/SPO/101 Melepas kateter tetap/DC
66. PRWT/SPO/102 Menampung urin pada bayi/anak dengan cara
memasang urin kolektor
67. PRWT/SPO/103 Memasang kondom kateter
68. PRWT/SPO/105 Pemberian huknah rendah/tinggi
69. PRWT/SPO/106 Melakukan lavemen colonostomy
70. PRWT/SPO/107 Pemberian semprit glyserin
71. PRWT/SPO/108 Penggunaan darm buis/cerobong angin
72. PRWT/SPO/109 Pemberian kompres es
73. PRWT/SPO/110 Pertolongan pertama pada pasien kejang
74. PRWT/SPO/111 Mengeluarkan benda asing dari jalan nafas
75. PRWT/SPO/112 Merawat colostomy
76. PRWT/SPO/113 Mengangkat jahitan
77. PRWT/SPO/114 Perawatan luka operasi
78. PRWT/SPO/115 Merawat pasien pasca tracheostomy
79. PRWT/SPO/116 Pembalutan
80. PRWT/SPO/117 Hisap lendir pasien dengan respirator
81. PRWT/SPO/118 Penghisapan lendir dari mulut, hidung dan
tracheastomy
82. PRWT/SPO/120 Pemasang maag slang
83. PRWT/SPO/125 Memakai masker
84. PRWT/SPO/126 Memakai skort
85. PRWT/SPO/127 Memakai sarung tangan
86. PRWT/SPO/128 Pemantauan pasien post operasi
87. PRWT/SPO/129 Mendampingi visite dokter
88. PRWT/SPO/130 Pertolongan pada pasien muntah
89. PRWT/SPO/131 Persiapan operasi di IRD (Pre Emergency
Surgery)
90. PRWT/SPO/132 Pendampingan pasien dalam keadaan terminal
91. PRWT/SPO/133 Perawatan pasien yang baru meninggal
92. PRWT/SPO/134 Membantu pelaksanaan DC syok
93. PRWT/SPO/173 Deteksi dini tumbuh kembang anak
94. PRWT/SPO/174 Kuisioner pra skrining perkembangan
95. PRWT/SPO/143 Penggunaan zuigh aparat
96. PRWT/SPO/ 144 Penggunaan ruang tindakan dan perawatan
97. PRWT/SPO/145 Perencanaan dan pengadaan alat
98. PRWT/SPO/149 Perawatan ruang intensif
99. PRWT/SPO/150 Pelaksanaan informed consent keperawatan
100 PRWT/SPO/152 Mengkonsulkan pasien
.
101 PRWT/SPO/158 Pelayanan pasien tak dikenal
.
102 PRWT/SPO/159 Alur jenazah RSUD Dr. Soedono madium

115
.
103 PRWT/SPO/160 Penyimpanan jenazah
.
104 PRWT/SPO/161 Jenazah pulang dengan visum
.
105 PRWT/SPO/162 Visum peralihan (visumm lengkap ke
. pemeriksaan luar)
106 PRWT/SPO/163 Visum yang dicabut
.
107 PRWT/SPO/164 Prosedur persiapan pemeriksaan IVP
.
108 PRWT/SPO/165 Pasien pulang
.
109 PRWT/SPO/166 Pasien terlantar yang KRS
.
110. PRWT/SPO/167 Pasien pulang dirujuk
111. PRWT/SPO/168 Pasien pulang melarikan diri
112. PRWT/SPO/169 Pasien pulang meninggal
113. PRWT/SPO/170 Pasien pulang paksa
114. PRWT/SPO/171 Pasien menolak dirawat inap di RSUD Dr.
Soedono
115. PRWT/SPO/172 Menyiapkan fasilitas sesudah pasien rawat
inap/pulang
116. PRWT/SPO/173 Penanganan pada pasien tidak sadar
117. PRWT/SPO/174 Pelaksanaan beagging
118. PRWT/SPO/175 Perawatan pada control oksigenasi
119. PRWT/SPO/176 Pengguanaan alat blanket warmer
120 PRWT/SPO/177 Pengguanaan alat blanket rool
.
121 PRWT/SPO/178 Asistensi pelaksanaan intubasi
.

Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok


mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga pada perawat timbul motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Dengan demikian, diharapkan mutu asuhan keperawatab meningkat. Pelaksanaan
metode tim harus berdasarkan konsep berikut:

116
Tanggung Jawab Kepala Ruangan
1.       Menetapkan standar kerja yang diharapkan sesuai denganstandar asuhan
keperawatan
2.        Mengorganisir pembagian tim dan pasien
3.       Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan
4.       Menjadi narasumber bagi ketua tim
5.       Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode atau model
tim dalam pemberian asuhan keperawatan
6.       Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada diruangannya
7.       Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada diruangannya
8.        Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya
9.        Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,
kemudian menindak lanjutinya
10.    Memotivasi staf untuk meningkatkan kemempuan melalui riset keperawatan
11.    Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf
Tanggung Jawab Ketua Tim
1.        Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan denagn kepala ruangan
2.        Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan
3.        Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota tim
4.        Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik
5.        Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan
melalui konferens
6.        Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya
7.        Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan
8.        Menyelenggarakan konferensi
9.        Melakukan kolaborasi denagn tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan
10.    Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab timnya

117
11.    Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan
Tanggung Jawab Anggota Tim
1.        Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan
2.        Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan
berdasarkan respon klien
3.        Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan
4.        Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim
5.        Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim
6.        Memberikan laporan
Pengkajian metode dilakukan yang bersumber dari perawat ruangan,
pekarya, petugas administrasi, atau rumah tangga, buku dokumentasi atau
catatan petugas farmasi dan bagian gizi. Berdasarkan pengkajian yang
didapatkan adalah metode gabungan primer dan tim dimana dalam pembagian
tugasnya dibagi menjadi 3 kleopmpok dan tim yang tiap tim dipimpin oleh
salah satu perawat.

1. Struktur Organisasi
Kepala Ruangan
Kadang- Tidak
No Tugas Selalu
kadang Pernah
1 Membuat perencanaan untuk
kebutuhan oerawatan yangdiruangan

baik dari segi jumalh, jenis dan
kualitas
2 Membuat perencanaan untuk

pemeliharaan sarana dan prasarana
3 Membuat perencanaan kebutuhan
tenaga di ruangan baik dari segi √
kualitas maupun kuantitas
4 Membuat rencana untuk √
pengembangan untuk staaff
perawatan sesuai dengan kebutuhan

118
pelayanan di ruangan
5 Membuat rencana dan melaksanakan
orientasi kepada tenaga baru dan √
praktikan
6 Membuat perencanaan berkala untuk

dengan para staaff di ruanagan
7 Merencanakan peningkatan

kenyamanan di ruangan
8 Membuat perencanaan tentang
metode pelayanan yang sesuai

dengan kondisi ndan situasi di
ruangan
9 Menyusun daftar dinas √
10 Mengatur dan mengkoordinasikan

kegiatan pelayanan di ruangan
11 Memberi orientasi kepada pasien dan
keluargha tentang tata tertib serta

fasililitas yang disediakan di rumah
sakit
12 Melaksanakan pertemuan berkala
atau sewaktu-waktu dengan staff dan √
tenag lain di ruangan
13 Memberi kesempatan atau izin
kepada stadf ruangan untuk

mengikuti kegiatan ilmiah atau
pelatihan
14 Mengupayakan pengfadaan pelaratan
dan bahan habis pakai sesuai √
kebutuhan ruangan
15 Mengature dan mengkoordinasikan
pemeliharaan alat agar selalu dalam √
keadaan siap pakai
16 Mengelompokkan pasien dan √
mengatur penempatnya diruangan
sesuai tingkat kegawatan, infeksi,
non infeksi untuk kelnacaran

119
pemberian asuhan keperawatan
17 Mengendalikan sistem pencatatn dan
pelaporan asuhan keperawatan dan √
kegiatan secara tepat dan benar
18 Memberi motivasi kepada petugas
dalam memelihara kebersihan √
lingkungan ruangan
19 Membuat laporan harian mengenai
pelaksanaan asuhan keperawatan di √
ruangan
20 Melakukan serah terima pada saat

pergantiajn dinas
21 Mengendalikan dan menilai
pelaksanaan asuhan keperawatan di √
ruangan
22 Melakukan penilaian kinerja staff di

ruangan
23 Mengawasi, mengendalikan dan
menilai penyalahguan tenaga

keperawatan peralatanj dan obat-
obatan
24 Mengawasi dan menilai asuhan
keperawatyan sesuai prosedur ketat √
SOP

2. IPCLN
Kadang- Tidak
No Tugas Selalu
kadang Pernah
1 Memantau hal-hal yang berhubungan

dengan nosokomial
2 Laporan tentang pemasangan infuse,

kateter, NGT dll
3 Melakuakn perawatan infuse, NGT,

kateter sesuai jadwal
4 Mendokumentasikan hasil perawatan

infuse, kateter NGT.

120
3. TIM PKRS RS
Kadang- Tidak
No Tugas Selalu
kadang Pernah
1 Mengkoordinir PKRS √
2 Membaut SAP √
3 Membuat jadwal penyuluhan √
4 .Menyiapkan SOP tindakan yang

dibacakan pada saat pre konferens

4. Seksi Askep
Kadang- Tidak
No Tugas Selalu
kadang Pernah
1 Mengkoordinir Askep √
2 Mengecheck kelengkapan dokumen

askep masing-masing pasien
3 Menyediakan format askep discharge

planning

5. Tugas Pekarya (Rumah Tangga)


Job Description Selalu Kadang- Tidak
kadang Pernah
Memelihara kerapian dan kebersihan
ruangan antara lain :
a. Menyapu, membongkar dan enata
kembali ruangan atau kamar √
penderita, membersihkan kaca
jendela/ pintu, tempat cuci tangan,
meja dan lemari penderita
b. Membersihkan menyiapkan tempat

tidur penderita
c. Menjaga kebersihan kamar

mandi/WC
d. Memelihara kebersihan, √
menyimpan kembali alat –alat
keperawatan seperti urinal, spatum

121
pot, perlak, kateter, dll
e. Memelihara kebersihan, keindahan
lingkungan di sekitar ruang √
perawatan
Terhadap penderita, antara lain
a. Membantu perawat membersihkan √
pispot dan urinal
b. Mengganti baju penderitac. √
c. Membantu menjaga tata tertib

ruangan / lingkungan

Keterangan :
Tugas dikerjakan dengan kurang baik : 0-49%, baik : >49%-77%, sangat
baik : >77%
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Kepala ruangan melakukan tugasnya 92% (sangat baik)
b. IPCLN melakukan tugasnya 100% (sangat baik)
c. Tim PKRS RS melakukan tugasnya 50% (baik)
d. Sie askep melakukan tugasnya 100% (sangat baik)
e. Pekarya atau rumah tangga melakukan tugasnya 100% (sanagtbaik)
Jadi dapat disimpulkan bahwa pegawai ruang unit ICU telah melaksanakan tugas
sesuai tugasnya dengan sangat baik hanya saja dalam PKRS perlu adanya
peningkatan kerja.
Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan di ruang ICU.
1. Operan atau timbang terima
Proses timbang terima dilakukan langsung pada kamar-kamar pasien.
Timbang terima dari shift malam ke pagi.
No. Pernyataan Ya Tidak Keterangan
1. Kedua kelompok shift sudah siap √
2. Shift yang akan menyerahkan dan
mengoperkan mempersiapkan hal-hal √
apa yang harus disampaikan
3. Perawat primer menyampaikan kepada √
penanggung jawab shifth selanjutnya
meliputi :

122
a. Keadaan umum klien,
b. Tindak lanjut untuk dinas yang
menerima operan selanjutnya
c. Rencana kerja untuk dinas
yang menerima operan.

4. Penyampaian operan diatas harus



secar jelas dan tidak terburu-buru
5. Perawat primer dan anggota kedua Dalam operan
shift dinas bersama-sama secara atau timbang
langsung melihat keadaan klien terima
dilakukan
dimeja
kperawatn

secara
bersama tanpa
dibagi
berdasarkan
pembagian
tim

Timbang terima dari shift pagi ke sore


No. Pernyataan Ya Tidak Keterangan
1. Kedua kelompok sifht sudah siap √
2. Shift yang akan menyerahkan dan
mengoperkan perlu mempersiapkan √
hal-hal apa yang harus disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada √
penanggung jawab shift selanjutnya
meliputi :
a. Keadaan umum klien
b. Tindak lanjut untuk dinas yang
menerima operan selanjutnya
c. Rencana kerja untuk dinas

123
yang menerima operan.
4. Penyampaian operan diatas harus

secara jelas dan tidak terburu-buru
5. Perawat primer dan anggota kedua
shift dinas bersama.sama secara √
langsung melihat keadaan klien.

Timbang terima dari shift sore ke malam


No. Pernyataan Ya Tidak Keterangan
1. Kedua kelompok sifht sudah siap √
2. Shift yang akan menyerahkan dan
mengoperkan perlu mempersiapkan √
hal-hal apa yang harus disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada
penanggung jawab shift selanjutnya
meliputi :
a. Keadaan umum klien

b. Tindak lanjut untuk dinas yang
menerima operan selanjutnya
c. Rencana kerja untuk dinas
yang menerima operan.
4. Penyampaian operan diatas harus

secara jelas dan tidak terburu-buru
5. Perawat primer dan anggota kedua
shift dinas bersama.sama secara √
langsung melihat keadaan klien.

Keterangan : 0-50%; tidak baik; >50% : baik


Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan :
a. Timbang terima dari shift malam ke pagi telah dilakukan 100% (baik)
b. Timbang terima dari shift pagi ke sore telah dilakukan 100% (baik)
c. Timbang terima dari shift sore ke malam telah dilakukan 100% (baik)

2. Pre dan post conference


1) Pre conference dilakukan setiap pagi sebelum melaksanakan aktivitas

124
keperawatan, diikuti oleh semua perawat dan mahasiswa yang dinas pagi.
Namun yang memimpin pre conference adalah perawat primer 1,
sedangkan dari kepala ruang hanya menambahkan hal-hal yang perlu
disampaikan.

2) Post conference dilaksanakan sebelum pulang, tepatnya jam 2 siang.


Namun yang memimpin pada saat post conference adalah perawat primer

3. Koordinasi antar perawat dengan tenaga kesehatan yang lain


Proses koordinasi dengan tenaga kesehatan lain berjalan dengan baik,
sebagai contoh bila ada masalah atau keluhan segera dilaporkan ke dokter dan
ditindak lanjuti. Kolaborasi dengan tenaga farmasi adalah perawat memastikan
bahwa resep obat yang telah diresepkan telah diterima oleh pasien, dan
kolaborasi telah berjalan dengan baik. Perawat dan ahli gizi berkolaborasi
dalam pemenuhan nutrisi pasien.
Ruang unit ICU sebagai ruang perawatan intensive memiliki standart
untuk beberapa tindakan antara lain :
1) Terdapat standart asuhan keperawatan
2) SK Direktur tertkait keperawatan (Kabid Keperawatan)
3) Rencana tahunan, bulanan dan harian
Perencanaan tahunan sudah ada, sedangkan perencanaan bulanan atau
triwulan ada untuk kegiatan-kegiatan tertentu misalnya pengadaan alat-alat
medis, jadwal dinas. Sedangkan untuk perencanaan harian sudah
dilaksanakan.
4) Penatalaksanaan obat
Pemberian obat di ICU dilaksanakan secara sentralisasi dimana resepyang
diberikan oleh dokter diserakan kepada apoteker diserahkan kepada ICU.
Untuk pasien umum/Aakses/BPJS resep yang diserahkan kepada perawat
selanjutnya diberikan kepada pasien atau keluarga pasien untuk ditebus.
Kemudian obat diberikan lagi kepada perawat untuk dicek, obat diantar

125
oleh apoteker ke ruangan dan berikan kepada pasien sesuai jam
pengobatan, kemmudian di timabng terikamkan kepada perawat ytang
berjaga di ruangan.
5) Sistem Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Pendokumentasian buku status pasien dengan lembar asuhan keperawatan
(pengkajian-catatatan perkembangan) tidak ada pemisahan. Sehungga jika
status pasien dibawa untuk konsul maka asuhan keperawatan dan catatatn
perkembangan tidak biasa dilakukan. Pengisisan asuhan keperawatan
dicatatat paling lambat 24 jam setelah pasien masuk ruangan. Namun
pengisian asuhan keperawatan terutama pada catatatn perkembangan
masih ada poin-poin yang tidak lengkap seperti evaluasi pada catatatan
perkembangan.

4. Pedoman Asuhan Keperawatan


Standart pelaksanaan SAK (Standart Asuhan Keperawatan di Ruang ICU
berdasarkan evaluasi data sebagai data sebagai berikut:
Tabel Rekapitulasi Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di
Ruang ICU RSUD Dr. Soedono Madiun Juni 2017
No Aspek yang dinilai Lengkap Tidak Tidak diisi
lengkap
1. Pengkajian keperawatan √
2. Diagnosa keperawatan √
3. Perencanaan keperawatan √
4. Tindakan keperawatan √
5. Evaluasi keperawatan √
6. Catatan perkembangan √
Jumlah 100% 0 0

Berdasarkan tabel didapatkan data penerapan dokumentasi di ruang ICU


sebesar 100%
dilakukan secara maksimal.
5. Pengkajian
Tabel Rekapitulasi Pengkajian di Ruang ICU RSUD Dr. Soedono Madiun
Juni 2017
No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak

126
. dilakukan
1. Mencatat data yang dikaji sesuai √
dengan pedoman pengkajian
2. Data dikelompokkan bio-psiko-sosio- √
spiritual
3. Data dikaji sejak pasien masuk √
sampai pulang
4. Diagnose dirumuskan berdasarkan √
masalah yang telah diturunkan
Jumlah 75% 25%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data pengkajian diruang ICU


dilakukan sebesar 75% dilakukan secara optimal.

6. Diagnosa Keperawatan
Tabel Rekapitulasi Diagnosa di Ruang ICU RSUD dr. Soedono Madiun Juni
2017.
No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak Dilakukan
.
1. Diagnose keperawatan √
berdasarkan masalah yang
diturunkan
2. Diagnose keperawatan meliputi √
PE/PES
3. Merumuskan diagnose √
keperawatan actual/potensial
Jumlah 66,7% 33,%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa diagnose keperawatan di


ruang ICU dilakukan 66,7% secara optimal.

7. Perencanaan
Tabel Rekapitulasi Perencanaan di Ruang ICU RSUD dr. Soedono Madiun
Juni 2017
No. Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak Dilakukan
1. Berdasarkan diagnose √

127
keperawatan
2. Disusun menurut prioritas √
3. Rumusan tujuan mengandung √
komponen pasien (subjek),
perubahan perilaku, kondisi
pasien/keluarga.
4. Rencana tindakan mengacu pada √
tujuan dengan kalimat perintah,
terinci, jelas dan melibatkan
pasien
5. Rencana tindakan √
menggambarkan keterlibatan
pasien/keluarga
6. Rencana kegiatan √
menggambarkan kerjasama
dengan tim kesehatan lain.
Jumlah 100% 100%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa pelaksanaan perencanaan di


Ruang ICU sudah dilakukan sebesar 100% secara maksimal.

8. Tindakan
Tabel Rekapitulasi Tindakan di Ruang ICU RSUD dr. Soedono Madiun Juni
2017

No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak


. dilakuakan
1. Tindakan dilakukan mengacu
pada rencana keperawatan √
2. Perawat mengobservasi respon √
pasien terhadap tindakan
keperawatan.
3. Revisi tindakan berdasarkan √
hasil evaluasi
4. Semua tindakan yang telah √
dilaksanakan dicatat ringkas dan

128
jelas
5. Tindakan keperawatan dilakukan √
sesuai dengan SOP
Jumlah 80% 20%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa evaluasi tindakan diruang ICU


dilakukan 80%

9. Evaluasi
Tabel rekapitulasi evaluasi diruang ICU RSUD dr,Soedono Madiun juni 2017
No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak dilakukan
1. Evaluasi mengacu pada tujuan √
2. Hasil evaluasi dicatat (di √
lembar observasi dan L5)
Jumlah 100% 100%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data pelaksanaan evaluasi keperawatan


riruang ICU Sebesar 100%

10. Catatan Asuhan Keperawatan


Tabel rekapitulasi catatan asuhan keperawatan diruang ICU RSUD dr.Soedono
Madiun juni 2017
No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak dilakukan
1. Menulis pada format yang baku √
2. Pencatatan dilakukan sesuai √
dengan tindakan yang
dilaksanakan
3. Pencatatan ditulis dengan jelas, √
ringkas, ringkas, istilah baku dan
benar
4. Berkas catatan keperawatan √
disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
5. Setiap melakukan √
tindakan/kegiatan perawat

129
mencantumkan paraf/nama
jelas,tanggal dan jam
dilakukannya tindakan
Jumlah 100% 100%

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data pelaksanaan evaluasi


keperawatan di ruang ICU dilakukan sebesar 100%.
11. Supervisi
Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar,
mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai,den mengevaluasi secara
terus menerus dengan sabar,adil, serta bijaksana sehingga perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan dengan baik, terampil, cepat dan tepat secara
menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan perawat (Kron, 1997).
Berdasarkan pengkajian pada tanggal 19-24 juni 2017 menggunakan kuesioner,
diketahui bahwa metode supervise yang diguanakn di ruangan tersebut
menggunakan insidental dan tidak terjadwal/informal karena alasan keterbatasan
waktu. Teknik supervisi yang dilakukan adalah supervisi langsung dengan
pendekatan supervision (supervisi dilakukan oleh kepala ruangan dan kadang
bidang keperawatan).

12. Penjadwalan dinas antar shift


Penjadwalan dilakukan tiap bulan dengan mempertimbangkan perawat
dinas pagi, sore dan malam.

13. Dokumentasi Cairan, infeksi, nosokomial, dan TTV


Dokumentasi cairan ditulis dalam buku laporan perawat dan lembar catatan harian
keseimbangan cairan. Pemasangan infuse, kateter, NGT,dan rawat luka
didokumentasikan dalam buku tindakan. Pendokumentasian tanggal pemasangan
dan pelepasan atau pasang baru selalu ditulis dilembar dokumentasi. Buku
dokumentasi TTV sudah ada dan sudah dilakukan observasi TTV sesuai dengan
jam dilakukan TTV.

14. Metode penugasan ruangan

130
Metode penugasan ruangan menggunakan metode primer dengan 2
perawat primer (1 pendidikan Ners, 1 perawat D3. Serta 8 perawat associet dan 1
non medis dengan pembagian tugas perawat primer masuk pagi sedangkan sift
sore dan malam masing-masing ditugaskan 2 perawat associet. Perawat tersebut
memiliki tanggung jawab penuh terhadap seluruh pasien,

15. Panduan tindakan


Panduan tindakan keperawatan meliputi SOP dan SAK yang ditetapkan
oleh KUPP RSSM.

16. Metode pengendalian infeksi nosokomial


Pengendalian infeksi diruang ICU surveilans setiap hari mengamati
adanya feblitis,ISK, pneumoni dan sebagainya. Selain surveilens semua tindakan
keperawatan harus menggunakan teknik septic aseptic. Untuk pasien yang
dipasang infuse, katetar ett, pasien bedrest dan pasien operasi semua direkap 1
bulanbila angka resiko tinggi maka ruangan melaporkan ke PPI dan PPI yang
menindak lanjuti. Petugas PPI Survei setiap harinya dan memberikan masukan
yang berkaitan dengan infeksi misal tempat sapah, tempat linen harus di area
terpisah tidak bercampur karena mempegaruhi infeksi. Sedangkan untuk hand
hygienie di ruang ICU Sebelum dan sesudah melakukan tindakan ke pasien,
petugas melakukan hand hygienie.

NO Dilakukan
Aspek Yang Diobeservasi
Ya Tidak
1 Kepala Ruangan
a. Mengatur pembagian tugas jaga √
perawat (jadwal dinas)
b. Mengatur dan mengendalikan

kebersihan dan ketertiban ruangan
c. Mengadakan diskusi dengan staff
untuk memecahkan masalah di √
ruangan
d. Membimbing mahasiswa √
(bekerjasama dengan pembimbing

131
klinik) dalam asuhan keperawatan di
ruangan
e. Melakukan kegiatan administrasi dan

surat menyurat
f. Menciptakan dan memelihara
hubungan kerja yang harmonis dengan
klien atau keliuarga dan tim kesehatan
antara lain : kepala ruangan rawat

mengingatkan kembali klien keluarga
tentang perawat tim yang
bertanggungjawab terhadap mereka
diruangan yang bersangkutan
g. Melaksanakan pembinaan terhadap PP
dan PA dalam hal implementasi MPKP

termasuk singkap dan tingkah laku
proffesional
h. Bila PP cuti, tugas dan tanggungjawab
PP dan didelegasikan kepala PA senior
(wakil PP pemula yang ditunjuk) √
tetapi, tetap dibawah pengawasan
kepala ruangan dan CCM
i. Merencanakan dan memfalitisasi
ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan √
di ruangan
j. Memantau dan mengevaluasi
penampilan kerja semua tenaga yang

ada di ruangan, membuat DP3, dan
usulan kenaikan pangkat
k. Melakukan pertemuan rutin dengan
perawat setiap bulan untuk membahas √
pelayanan di ruangan
2. Perawat primer
a. Melakukan kontak dengan klien dan
keluarga pada awal masuk ruangan √
sehingga tercipta hubungan terapiutik

132
b. Melakukan pengkajian pada pasien
baru yang sudah dilakukan PP pada √
sore, malam atau libur.
c. Menetapkan rencana asuhan
keperawatan berdasarkan

analisisstandard renpra sesuai dengan
hasil pengkajian
d. Menjelaskan renpra yang sudah
ditentukan oleh PA dibawah tanggung

jawabnya sesuai klien yang
dirawatnya (pre konference)
e. Menetapkan PA yang bertanggung
jawab pada setiap klien, setiap kali
giliran jaga. Pembagian klien

didasarkan pada jumlah klien, tempat
ketergantungan klien dan tempat tidur
yanng berdekatan
f. Melaksanakan bimbingan dan evaluasi
PA dalam melakukan tindakan

keparawatan, apakah sesuai dengan
SOP.
g. Memonitor dokumentasi yang telah

dilaksanakan oleh PA
h. Membantu dan memfasilitasi

terlaksananta kegiatan PA
i. Melakukan tindakan keperawatan yag
bersifat terapi keperawatan dan

tindakan keperawatan yang tidak
dapat dilakukan oleh PA
j. Mengatur pelaksanaan konsul dan

pemeriksaan laboratorium
k. Melakukan kegiatan serah terima klien
dibawah tanggung jawab bersama √
dengan PA
l. Mendampingi dokter visite klien √

133
dibawah tanggung jawabnya, bila
tidak ada visite didampingi oleh PA
m. Melakukan evaluasi keperawatan dan
membuat catatan perkembangan klien √
setiap hari
n. Melakukan pertemuan dengan klien/
kluarga minimal setiap 2 hari untuk √
membahas kondisi keperawatan klien.
o. Memberikan pendkes pada klien dan

keluarga
p. Membuat perencanaan pulang √

Berdasarkan table di atas, rekapitulasi rata-rata prosentase metode


penugasan kepala ruangan, perawat primer sudah berjalan dengan baik dan untuk
perawat associate suadah sesuai dengan job deskripsi.

Pola komunikasi yang digunakan di ruangan unit stroke adalah pola


komunikasi menyeluruh dimana seluruh anggota memiliki kesempatan yang sama
untuk menyampaikan pesan.

Rekapitulasi Metode Penugasan (Job Description)

No. Aspek yang diobservasi Dilakukan


Ya Tidak
1. Kepala ruangan
a. Mengatur pembagian tugas jaga perawat Ö
(jadwal dinas)
b. Mengatur dan mengendalikan kebersihan Ö
dan ketertiban ruangan
√ c. Mengadakan diskusi dengan staf untuk
memecahkan masalah di ruangan
d. Mengadakan mahasiswa (bekerjasama Ö
dengan pembimbing klinik) dalam asuhan
keperawatan diruangan
e. Melakukan kegiatan administrasi dan surat Ö
menyurat
f. Menciptakan dan memelihara hubungan Ö
kerja yang harmonis dengan klien/keluarga

134
dan tim kesehatan antara lain : kepala ruang
rawat mengingatkan kembali klien/keluarga
tentang perawat/tim yang bertanggung
jawab terhadap mereka di ruangan yang
bersangkutan
g. Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan Ö
PA dalam hal implementasi MPKP
termasuk sikap dan tingkah laku
profesional
h. Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP Ö
dapat di delegasikan kepada PA senior
(wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi,
tetap dibawah pengawasan kepala ruang
rawat dan CCM
i. Merencanakan dan memfasilisasi Ö
ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan
ruangan
j. Memantau dan mengevaluasi penampilan Ö
kerja semua tenaga yang ada di ruangan,
membuat DP3, dan usulan kenaikan
pangkat
k. Melakukan pertemuan rutin dengan Ö
perawat setiap bulan untuk membahas
pelayanan di ruangan.
Rata- rata 100 % 0%

2. Perawat primer
a. Melakukan kontak dengan klien dan
keluarga pada awal masuk ruangan sehingga Ö
tercipta hubungan terapiutik
b. Melakukan pengkajian pada pasien baru
yang sudah dilakukan PP pada sore, malam Ö
atau libur.
c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan Ö
berdasarkan analisisstandard renpra sesuai

135
dengan hasil pengkajian
d. Menjelaskan renpra yang sudah ditentukan
oleh PA dibawah tanggung jawabnya sesuai Ö
klien yang dirawatnya (pre konference)
e. Menetapkan PA yang bertanggung jawab
pada setiap klien, setiap kali giliran jaga.
Pembagian klien didasarkan pada jumlah Ö
klien, tempat ketergantungan klien dan
tempat tidur yanng berdekatan
f. Melaksanakan bimbingan dan evaluasi PA
dalam melakukan tindakan keparawatan, Ö
apakah sesuai dengan SOP.
g. Memonitor dokumentasi yang telah
Ö
dilaksanakan oleh PA
h. Membantu dan memfasilitasi terlaksananta
Ö
kegiatan PA
i. Melakukan tindakan keperawatan yag
bersifat terapi keperawatan dan tindakan
Ö
keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh
PA
j. Mengatur pelaksanaan konsul dan
Ö
pemeriksaan laboratorium
k. Melakukan kegiatan serah terima klien
Ö
dibawah tanggung jawab bersama dengan PA
l. Mendampingi dokter visite klien dibawah
tanggung jawabnya, bila tidak ada visite Ö
didampingi oleh PA
m. Melakukan evaluasi keperawatan dan
membuat catatan perkembangan klien setiap Ö
hari
n. Melakukan pertemuan dengan klien/ kluarga
minimal setiap 2 hari untuk membahas Ö
kondisi keperawatan klien.
o. Memberikan pendkes pada klien dan
Ö
keluarga
p. Membuat perencanaan pulang Ö

136
3. Perawat Associate √
a. Membuat renpra yang telah ditetapkan PP √
b. Membina hubungan terapeutik dengan klien
dan keluarga sebagai lanjutan kontrak yang √
sudah dilakukan PP
c. Menerima klien baru dan memberikan
informasi berdasarkan format orientasi klien √
jika PP tidak ada di tempat
d. Melakukan tindakan keperawatan pada

kliennya berdasarkan renpra
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang
telah dilakukan dan mendokumentasikannya √
pada format yang tersedia
f. Mengikuti visite dokter bila PP tidak di

tempat
g. Memeriksa kerapian dan kelengkapan status

keperawatan
h. Membuat laporan pergantian dinas dan

setelah dinas selesai di paraf
i. Mengkomunikasikan kepada PP dinas bila

menemukan masalah yang perlu diselesaikan
j. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan
diagnostic, laboraturium, pengobatan, dan √
tindakan
k. Berperan serta dalam memberikan
pendidikan kesehatan pada klien dan √
keluarga dilakukan oleh PP
l. Melakukan inventrisasi fasilitas yang terkait

dengan timnya
m. Membantu tim lain yang membutuhkan √
n. Memberikan resep dan menerima obat dari
keluarga klien yang menjadi tanggung √
jawabnya berkoordinasi dengan PP
Rata-rata

Berdasarkan table diatas, rekapitulasi rata-rata prosentase metode penugasan


kepala ruangan, perawat primer sudah berjalan dengan baik sesuai tugas masing-
masing.

3.13 Marketing
JUMLAH PENJAMIN PASIEN DI RUANG ICU

137
PENJAMIN
BULAN
UMUM BPJS NON PBI BPJS PBI SPM
JANUARI 10 28 9 0
FEBRUARI 7 20 6 0
MARET 11 11 8 0

Angka kunjungan tiga bulan terakhir menunjukkan pasien yang dirawat inap
di ICU jika dikelompokkan menurut penjamin tebanyak adalah pasien yang
dijamin oleh BPJS NON PBI yaitu sebanyak 49 pasien diikuti urutan kedua
adalah pasien dengan penjamin UMUM yaitu sebanyak 28 pasien. Di urutan
ketiga adalah pasien dengan penjamin BPJS PBI yaitu sebanyak 23 pasien. Pada
bulan Januari sampai Maret 2017 tidak terdapat pasien dengan penjamib SPM.

JUMLAH PASIEN KELUAR DARI ICU

JUMLAH PASIEN KELUAR


BULAN MENINGGAL MENINGGAL
RUJUK APS PINDAH
< 48 JAM > 48 JAM
JANUARI 7 11 0 0 16
FEBRUARI 11 5 0 1 17
MARET 12 7 0 0 13

Dari data diatas menunjukkan pasien yang meninggal kurang dari 48 jam
terbanyak pada bulan Maret yaitu sejumlah 12 orang. Sedangkan pasien yang
meninggal lebih dari 48 jam terbanyak pada bulan Januari yaitu 11 orang. Angka
kematian di ICU cukup tinggi karena pasien yang masuk ICU mayoritas sudah
dalam kondisi kritis dengan nilai GCS kurang dari 7 sehingga hal ini menjadi
ruang perawatan biasa paling banyak pada bulan februari yaitu sebanyak 17
orang. Di bulan februari, ICU melakukan rujuk pasien sejumlah 1 orang ke RSUD
Dr. SOETOMO Surabaya sebagai rumah sakit rujukan primer.

3. 14 Money

Tidak ada sumber dana khusus dari ruangan, segala keuangan diatur secara
terpusat oleh rumah sakit.

1. Anggaran pengadaan alat dan renovasi

138
Alur pengajuan anggaran pengadaan alat, ruang ICU memberikan daftar
alat kepada bagian sarana dan prasarana rumah sakit. Sumber dana
tersebut berasal dari DPA RSUD dr. Soedono Madiun.
2. Pendapatan Karyawan
Setiap bulannya karyawan diruang mendapatkan dana hak karyawan
berupa tunjangan yang berupa :
1) Gaji yang disesuaikan dengan status karyawan yaitu :
a. PNS
Untuk memberikan gaji pada karyawan yang berstatus PNS
disesuaikan berdasarkan dengan golongannya.
b. BLUD
Untuk pemberian gaji pada karyawan dengan status BLUD
disesuaikan dengan peraturan pemerintah daerah propinsi jawa
timur.
2) Remonerasi
Pemberian remonerasi diberikan sesuai dengan beban karyawan. Yang
diberikan pada karyawan satu tahun sekali.

139
BAB IV
MASALAH DAN PERENCANAAN

4.1 Analisis Masalah SWOT


N ANALISIS SWOT BOBO RATING BOBOT + RATING
O T
1 Sumber daya manusia (Man)
a. Internal Faktor (IFAS).
Strength.
1. Adanya system pengembangan staf berupa pelatihan dan sebanyak 96%
perawat telah mengikuti pelatihan (PPGD,BLS,ICU). 0,3 4 1,2

2. Jenis Ketenagaan
a) S-I Kep : 4 0,3 3 0,9
b) D-3 : 14
S-W
c) Non Medis : 1 orang
5,4-4,4 = 1,0
d) Cleaning Service : 1 orang
3. Masa Kerja perawat yang berada di Icu rata-rata >5 tahun
4. Ruangan memiliki struktur organisasi dan uraian tugas yang jelas untuk
0,2 3 0,6
kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana
5. Perawat mendampingi visite dokter

140
6. Kepala ruangan selalu memotivasi perawat untuk membuat 0,1 3 0,3
pendokumentasian asuhan keperawatan
7. Adanya pelatihan perawat yang diberikan oleh rumah sakit untuk tenaga
0,3 4 1,2
perawat yang ada di ICU 0,2 3 0,6
TOTAL

0,2 3 0,6

5,4

Wekness.
1. Beban kerja perawat diruangan cukup tinggi 0,5 1 0,5

2. Sebagian perawat belum mengikuti pelatihan MKAP dan pelatihan


0,3 2 0,6
ICU
3. Penempatan perawat di ruang ICU belum berdasarkan ruang tertentu
0,2 2 0,4
4. Kurangnya kesejahteraan perawat.
TOTAL 0,3 2 0,6
2,1
b. Eksternal Faktor (EFAS).
Opportunity.

141
1. Adanya program pelatihan / seminar khusus tentang manajemen
keperawatan dari diklat, serta pelatihan.
2. Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
0,2 2 0,4
tinggi.
3. Adanya kerja sama yang baik anta mahasiswa keperawatan dengan
0,2 2 0,4
perawat klinik.
4. Rekruitmen perawat melalui uji pegawai negeri sesuai dengan aturan
rumah sakit dan perekurtan tenaga honorer melalui direktorat rumah 0,2 2 0,4 O-T
2,6 - 2,6 = 0,0
sakit yang disesuaikan dengan tingkat keebutuhan masing-masing.
5. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat. 0,3 2 0,6
6. Adanya program akredtasi RS dari pemerintah di mana MAKP
merupakan salah satu penilaian.
TOTAL 0,2 2 0,4

Treathened. 0,2 2 0,4

1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih


2,6
professional.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum.
3. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.

142
4. Adanya program akreditasi RS dari pemerintah di mana MAKP 0,3 2 0,6
merupakam slah satu penilaian.
0,3 2 0,6
5. Anggapan masyrakat bahwa rumah sakit merupakan rumah sakit
merupakan RS pendidikan yang menjadikan pasien sebagai lahan 0,3 2 0,6
praktek
0,2 2 0,4
TOTAL

0,2 2 0,4

2,6
2 Sarana dan prasarana (M2).
a. Internal Faktor (IFAS).
Strength.
1. Mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk pasien,
tenaga, kesehatan dan keluarga pasien termasuk sarana prasarana 0,5 3 1,5
S-W
universal precaution untuk perawat.
5,8-1,9 = 3,9
2. RS pemerintah type B sekaligus sebagai RS pendidikan dan rujukan.
3. Terdapat administrasi penunjang (missal : buku injeksi ,buku 0,3 2 0,6

143
TTV,buku visite,SOP,dan lain-lain) yang memadai. 0,3 2 0,6
4. Tersedia nurse station.
0,4 2 0,8
5. Ruangan memiliki tempat pembuangan sampah yang terpisah
sampah non medis dan medis 0,3 3 0,9
6. Persediann obat-obatan emergency selalu tersedia
7. Pemeliharaan dan perawatan dari sarana dan prasarana penunjang
0,5 2 0,6
kesehatan sudah ada.
TOTAL 0,4 2 0,8
Weakness.
5,8
1. Sarana administrasi penunjang untuk dokumentasi belum
dimanfaatkan.
2. Anggota keluarga yang menjaga pasien belum mendapatkan
0,2 3 0,6
/menggunakan tanda pengenal
3. Pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal, masih
terdapatnya kekosongan status di dokumentasi pasien 0,2 2 0,4

TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS) 0,3 3 0,9
Opportunity.
1.9
1. Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang rusak dari bagian

144
pengadaan barang ( AC,Syringe pump,ventilator, infus pump).
2. Adanya program pelatihan / seminar khusus tentang pengoperasian
alat.
0,5 3 1,5
3. Adanya kerjasama dengan pihak RS untuk pengadaan bahan untuk
perawatan pasien
0,3 2 0,6 O-T
4. Adanya alat-alat khusus yang memadai di ruang ICU
3,3 - 2,9 = 0,4
TOTAL
0,3 2 0,6
Threathened.
0,3 2 0,6
1. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
2. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk melengkapi sarana dan 2,2
prasarana.
3. Adanya persaingan mutu dan pelayanan antar rumah sakit
4. Semakin banyaknya tuntutan ilmu terbaru dan peralatn canggih yang 0,3 2 0,6
mengharuskan RS untuk terus melakukan perbaharuan
0,4 2 0,8
TOTAL
0,3 2 0,6

0,3 3 0,9

145
2,9

3 Methode (M3)
1. MAKP.
a. Internal Faktor (IFAS).
Strength.
1. RS memiliki visi, misi sebagai acuan melaksanakan kegiatan pelayanan.
2. Sudah ada Model MPKP yang digunakan yaitu MPKP primer.
3. Ada kemauan perawat untuk berubah.
4. Mempunyai standar asuhan keperawatan.
5. Mempunyai protap setiap tindakan.
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat: perawat dan tim kesehatan lain.
7. Ketenagaan keperawatan sudah memenuhi syarat untuk MAKP (SI
Keperawatan 4 orang
TOTAL

Weakness
1. Pelaksanaan model MPKP sudah dilaksanakan tetapi sosialisasi kepada

146
semua tim masih kurang.
2. Supervisi kadang dilakukan kadang tidak oleh kepala ruangan.
3. Ada perawat yang tidak puas dengan pelaksanaan tugas yang tugaskan
4. Berdasarkan hasil observasi discharge planning telah dilaksanakan secara
lisan tapi kadang tidak didokumentasikan
TOTAL
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang praktek manajemen di ruang
ICU
2. Kerjasama yang baik antara perawat mahasiswa S-1 keperawatan
TOTAL

Treathened
1. Persaingan dengan rumah sakit yang semakin ketat.
2. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yang lebih professional.
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan hukum.
4. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.

147
5. Persaingan dengan masuknya perawat asing.
6. Bebasnya pers yang dapat langsung menyebarkan informasi dengan
cepat.
TOTAL

4 Sentralisasi Obat.
a. Internal Faktor (IFAS).
Strengt.
1. Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengelolaan sentralisasi obat. 0,2 3 0,6 S–W=
2. Sudah dilaksanakan kegiatan sentralisasi obat oleh perawat berkolaborasi 4,5 – 0,9 =
0,2 3 0,6 3,6
dengan depo farmasi.
3. Adanya kemauan perawat untuk melakukan sentralisasi obat.
4. Adanya buku injeksi dan obat oral bekerja sama dengan depo farmasi. 0,3 3 0,9
5. Ada lembar pendokumentasian obat yang diterima di setiap status pasien.
0,3 4 1,2
TOTAL 0,3 4 1,2
Weakness
1. Pelaksanaan sentralisasi obat di ICU menggunakan sistem unit dose 4,5

dispending (UDD) namun pada praktiknya masih menggunakan one day


dose (ODD). 0,3 3 0,9

148
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS).
Opportunity.
0,9
1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang praktik manajemen
keperawatan
2. Kerjasama yang baik antar perawat dan mahasiswa S1 keperawatan.
0,3 2 0,6
TOTAL
0,3 2 0,6 O–T=
1,2 – 1,5 =
Threatened - 0,3
1. Adanya tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan professional. 1,2
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan hukum.

TOTAL 0,3 3 0,9

0,3 2 0,6

1,5

5 Supervisi.

149
a. Internal Faktor (IFAS).
Strength.
1. Supervisi telah dilaksanakan secara rutin.
0,2 3 0,6 S–W=
2. Telah ada program pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi. 1,2 – 1,2 =
TOTAL 0,2 3 0,6 0,0

Weakness.
1,2
1. Belum mempunyai format yang baku dalam pelaksanaan supervisi.
2. Supervisi belum terstruktur dan tidak ada formulir penilaian yang tetap. 0,2 2 0,4
3. Belum adanya dokumentasi supervisi yang jelas.
0,2 2 0,4
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS) 0,2 2 0,4
Opportunity. 1,2

1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang praktik manajemen


keperawatan.
2. Adanya reward dalam bentuk pelatihan, sekolah, maupun jasa bagi yang O–T=
0,3 2 0,6 2,0 – 0,6 =
melaksanakan pekerjaan dengan baik.
1,4
3. Adanya teguran dari kepala ruangan bagi perawat yang tidak
melaksanakan tugas dengan baik. 0,2 2 0,4
4. Hasil supervisi dapat dilakukan sebagai pedoman untuk Daftar Penilaian

150
Prestasi Pegawai (DP3). 0,3 2 0,6
TOTAL
Treatened.
0,2 2 0,4
1. Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang
professional.
2,0
TOTAL

0,3 2 0,6

0,6
6. Timbang Terima.
a. Internal Faktor (IFAS).
Strenght.
1. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima setiap pagi.
2. Adanya laporan jaga setiap sif. 0,1 2 0,2 S–W=
0,3 3 0,9 4,1 – 3,3 =
3. Timbang terima sudah merupakan kegiatan rutin yang telah dilaksanakan.
0,8
4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan timbang terima. 0,3 3 0,9
5. Adanya buku khusus untuk pelaporan timbang terima.
0,3 3 0,9
TOTAL

151
Weakness. 0,3 4 1,2
1. Belum ada protap timbang terima diruangan.
4,1
2. Timbang terima sudah dilakukan dengan baik (PP melaporkan identitas
pasien, keluhan utama, DS, DO, MK, dan intervensi) tetapi intervensi 0,3 3 0,9
masih bersifat umum tidak berdasarkan MK dan evaluasi tidak lengkap.
0,3 3 0,9
3. Format timbang terima sudah mencakup nama dan paraf perawat pada
kedua sif.
4. Pelaksanaan timbang terima masih belum optimal, khususnya dari sif
sore ke malam.
0,3 3 0,9
TOTAL

b. Eksternal Faktor (EFAS). 0,2 3 0,6

Opportunity. 3,3
1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang praktik manajemen
keperawatan.
2. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa S1 keperawatan yang
praktik dengan perawat ruangan.
3. Kebijakan RS (bidang keperawatan) tentang timbang terima. 0,3 2 0,6 O–T=
1,8 – 1,5 =
TOTAL
0,3

152
Treathened 0,3 2 0,6
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang professional.
0,3 2 0,6
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan. 1,8

TOTAL
0,3 3 0,9

0.3 2 0,6

1,5

7. Discharge Planning.
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght.
1. Tersedianya sarana dan prasarana discharge planning diruangan untuk S–W=
pasien pulang (format atau kartu DP). 0,3 3 0,9 4,1 – 3 =
1,1
2. Adanya kartu kontrol berobat.
0,4 4 1,6
3. Perawat memberikan pendidikan kesehatan secara informal kepada
pasien / keluarga selama dirawat atau pulang. 0,4 4 1,6

153
TOTAL
Weakness. 4,1

1. Keterbatasan waktu dan tenaga perawat.


2. Kurangnya kemauan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada 0,2 3 0,6
pasien atau keluarga.
0,3 3 0,9
3. Tidak tersedianya leaflet pasien pulang.
4. Pendidikan kesehatan belum terdokumentasi.
TOTAL 0,3 3 0,9
0,3 2 0,6
Opportunity.
1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang melakukan praktik manajemen 3
keperawatan. O–T=
2. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa S1 keperawatan dengan 1,2 – 2,1 =
0,3 2 0,6 -0,9
perawat klinik.
TOTAL
Threatened. 0,3 2 0,6

1. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan


1,2
yang profesional.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
3. Persaingan antar RS yang semakin ketat.
0,3 3 0,9

154
TOTAL
0,3 2 0,6

0,3 2 0,6

2,1
8. Ronde Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength.
1. Bidang perawatan dan ruangan mendukung adanya kegiatan ronde
keperawatan. 0,2 2 0,4 S–W=
2,8 – 3,4 =
2. Banyaknya kasus yang memerlukan perhatian khusus.
0,3 3 0,9 -0,6
3. SDM banyak mempunyai pengalaman dalam bidang keperawatan bedah
medis. 0,3 2 0,6
4. Sertifikasi perawat sesuai keahliannya.
TOTAL 0,3 3 0,9

2,8
Weakness.
1. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dilaksanakan secara
0,4 4 1,6
teratur di ruang ICU

155
2. Karakteristik tenaga yang memenuhi kualifikasi belum merata. 0,3 3 0,9
3. Jumlah tenaga yang tidak seimbang dengan jumlah tingkat
0,3 3 0,9
ketergantungan pasien.
TOTAL 3,4
b. Eksternal Faktor (EFAS).
Opportunity.
1. Adanya pelatihan dan seminar tentang manajemen keperawatan.
2. Adanya kesempatan dari kepala ruangan untuk mengadakan ronde 0,2 2 0,4 O–T=
0,8 – 0 =
keperawatan pada perawat dan mahasiswa praktik.
0,2 2 0,4 0,8
TOTAL
0,8
MONEY
a. Internal Faktor (IFAS).
Strength.
1. Pembayaran jasa pelayanan Umum, BPJS dan Jamkesmas melalui
transaksi sesuai dengan rincian tindakan yang dikirim dari ruang ICU 0,3 4 1,2 S–W=
2,1 – 1,8 =
2. Sistem keuangan ruang ICU memiliki sistem budgeting yang diatur
0,3
langsung rumah sakit untuk pelayanan maupun pendanaan kesehatan 0,3 3 0,9
bagi petugas kesehatan.

156
TOTAL
2,1
Wekness.
1. Sistem budgeting dikelola langsung oleh rumah sakit sehingga
0,3 3 0,9
kepala ruangan mengetahui berapa tarif yang diberlakukan setiap
pelayanan yang dilakukan setiap pasien.
2. Ruang ICU tidak terlibat dalam pengelolaan keuangan
0,3 3 0,9
TOTAL
1,8
c. Eksternal Faktor (EFAS).
Opportunity.
1. Bantuan atau jaminan pembayaran oleh pasien dilakukan oleh BPJS
yang dikoordinasi oleh rumah sakit. O–T=
0,3 3 0,9 0,9 – 1,0 =
-0,1
TOTAL
Treathened.
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk 0,9

meningkatkan pelayananan yang profesional


2. Adanya pasien yang melarikan diri dan tidak melunasi pembayaran 0,3 2 0,6
TOTAL

157
0,2 2 0,4

1,0

4.2 DIAGRAM LAYANG


DIAGRAM LAYANG

158

-5
159
KETERANGAN :

M1 : Ketenagakerjaan (1,0:0,0) = Kuadran I

M2 : Sarana dan Prasarana (4,7:0,0) = Kuadran I

M3 : Metode - Penerapan Model (0,3:-0,1) = Kuadran II

M5 : Keuangan (0,3:-0,1) = Kuadran II

RK : Metode – Ronde Keperawatan (-0,6:0,8) = Kuadran III

SO : Metode – Sentralisasi Obat (3,6:-0,3) = Kuadran II

SV : Metode – Supervisi (0,0:1,4) = Kuadran I

TT : Metode – Overan / timbang terima (0,8:0,3) = Kuadran I

DP : Metode – Discharge Planning (1,1:-0,9) = Kuadran II

4.3 MATRIKS KUADRAN SWOT

1. Kuadran I (positif,positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi
dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus
melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara
maksimal.
2. Kuadran II (posistif,negative)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat nmaun menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi
akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada
strategi sebelumnya. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk segera
memperbanyak ragam strategi taktisnya.
3. Kuadran III
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi,
artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab,
strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang
ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
4. Kuadran IV
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi
tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi
Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis.

160
Oleh karenanya organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan,
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini
dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

4.4 IDENTIFIKASI MASALAH


1. Struktur organisasi di ruangan belum diperbaharui sesuai dengan tenaga
perawat yang ada pada saat ini
2. Belum optimalnya penerapan hand hygiene perawat baik dengan kontak
lingkungan dan menyentuh pasien
3. Belum adanya panduan cara cuci tangan untuk keluarga pasien dengan
menggunakan handscrub
4. Pasien/keluarga belum mendaptkan informasi tentang 7 benar pemberian obat
dari perawat kepada pasien/keluarga
5. Belum optimalnya promosi kesehatan melalui edukasi dan penyuluhan atau
dengan menggunakan media leaflet kepada pasien atau keluarga pasien
6. Pelaksanaan timbang terima perawat belum sesuai standart yang seharusnya
dilakukan berkeliling tetapi hanya dilakukan di nurse station
7. Kurangnya prasarana yang tersedia di ruang ICU

4.5 PRIORITAS MASALAH


Rumusan prioritas masalah yang digunakan untuk menentukan besarnya
masalah menggunakan “criteria matrix tecqnique”(teknik kriteria matrix) yaitu
pemungutan suara dengan teknik tertentu. Adapun kriteria yang dapat digunakan ada
beberapa macam. Diantaranya :
1. Kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah (magnitude : mg)
2. Besarnya kerugian yang ditimbulkan (severity : sv)
3. Bisa dipecahkan (managebility : mn)
4. Perhatian perawat terhadap masalah (nursing concern : nc)
5. Ketersediaan sumber daya (affordability : af)

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total Prioritas


Struktur organisasi di ruangan
belum diperbaharui sesuai
1 5 3 5 2 4 19 3
dengan tenaga perawat yang
ada pada saat ini
Belum optimalnya penerapan
hand hygiene perawat baik
2 4 5 4 3 4 20 2
dengan kontak lingkungan
dan menyentuh pasien

161
Belum adanya panduan cara
cuci tangan untuk keluarga
3 5 5 4 2 5 21 1
pasien dengan menggunakan
handscrub
Pasien/keluarga belum
mendaptkan informasi tentang
4 7 benar pemberian obat dari 2 3 4 1 5 15 7
perawat kepada
pasien/keluarga
Belum optimalnya promosi
kesehatan melalui edukasi dan
penyuluhan atau dengan
5 4 3 4 2 5 18 5
menggunakan media leaflet
kepada pasien atau keluarga
pasien
Pelaksanaan timbang terima
perawat belum sesuai standart
6 yang seharusnya dilakukan 4 3 4 2 5 18 4
berkeliling tetapi hanya
dilakukan di nurse station
Kurangnya prasarana yang
7 2 4 3 3 4 16 6
tersedia di ruang ICU

Keterangan :
5 : sangat sering/sangat besar kerugian/sangat mudah dipecahkan/sangat
diperhatikan
4 : sering/besar kerugiian/mudah dipecahkan /diperhatikan
3 : kadang-kadang/kerugian sedang/agak mudah dipecahkan/jarang diperhatikan
2 : jarang/sedikit kerugian/agak sulit dipecahkan/kurang diperhatikan
1 : entasitidak terjadi/tidak ada kerugian/sulit dipecahkan/tidak diperhatikan

4. 6 PERENCANAAN (RENCANA STRATEGIS/RENSTRA)


1. Pengorganisasian
Dalam pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Proffesional (MAKP)

162
kelompok membuat struktur organisasi yang bersifat umum bertujuan untuk
menentukan kebijakan-kebijakan internal. Adalah sebagai berikut :
Ketua : Nur Rahmat Romadon
Wakil : Afrila Grenada F.
Sekretaris : Riska Ayu T.
Devita Indah Permata S.
Fenny F. Anggraini
Bendahara : Meilani Dwi Astuti
Siti Halimatus Z.
Sie Perlengkapan : Dimas Tri C.
Vella Riandini
Riske Dwi H.
Sie Konsumsi : Maria Budi N.
Yessi Arliastian
Sie KSK Dokumentasi : Rifal Anggara P.
Hariyanto

Sedangkan untuk pembagian peran dalam pengelolaan di RSUD dr. Soedono


Madiun ruang ICU akan dilaksanakan apabila mahasiswa profesi ners Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun sudah sif diruangan. Adapun peran pembagian tugas adalah
sebagai :
1. Kepala Ruangan
2. Perawat Primer
3. Perawat Associate

4.7 Proposal Pelaksanakan Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


1. TIMBANG TERIMA
1.1 Latar Belakang
Pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
merupakan satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan.
Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap
perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat.
Respon yang ada harus bersifat kondusif dengan belajar tentang konsep pelayanan
keperawatan dan langkah- langkah konkret dalam pelaksanaannya. Langkah- langkah
tersebut dapat berupa penataan ketenagaan dan pasien, penerapan MAKP dan
perbaikan dokumentasi keperawatan.

163
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar
perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang
harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian shift, yaitu saat timbang
terima klien.Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (informasi) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima
klien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi yang disampaikan harus
akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan
dan lisan.
Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan komplit tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer antar shift secara tulisan dan lisan.
Selama ini timbang terima sudah dilakukan. Isi dan substansi timbang terima
yang dilakukan selama ini adalah identitas pasien, diagnosa medis, diagnosa
keperawatam, program terapi yang sudah dilakukan dan rencana tindakan yang akan
dilakukan.Timbang terima dilakukan secara lisan dan tertulis kemudian keliling ke
semua pasien. Timbang terima perlu terus ditingkatkan baik teknik maupun alurnya
karena timbang terima merupakan bagian penting dalam menginformasikan
permasalahan klien sehari- hari.
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, karena
dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan
bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggungjawab dan
tanggunggugat dari seorang perawat. Bila timbang terima tidak dilakukan dengan
baik, maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena
tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian tindakan
keperawatan. Hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan dan
menurunkan tigkat kepuasan pasien. Kegiatan timbang terima yang telah dilakukan
perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka mahasiswa Program Profesi Ners Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun akan melaksanakan timbang terima pasien berdasarkan konsep

164
Model Asuhan Keperawatan Profesional Primary Nursing di ruang ICU RSUD dr.
Soedono Madiun
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan timbang terima, maka mahasiswa dan ICU mampu
mengkomunikasikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan baik,
sehingga kesinambungan informasi mengenai keadaan klien dapat dipertahankan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
pada klien.
c. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
1.3 Manfaat
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif.

BAB 2
MATERI TIMBANG TERIMA
2.1 Pengertian
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan
yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang
harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat
disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang
telah atau belum dilaksanakan.
2.2 Tujuan.
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.
b. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
c. Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

165
2.3 Langkah-langkah
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang akan
disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift selanjutnya
meliputi :
1) Kondisi atau keadaan klien secara umum.
2) Tindak lanjut atau dinas yang menerima operan.
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan.
d. Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung
melihat keadaan klien.
2.4 Prosedur Timbang Terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
a. Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer yang
mengganti jaga pada shift berikutnya :
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift.
2) Di nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien,
rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
a. Identitas klien dan diagnosa medis.
b. Masalah keperawatan yang masih ada.
c. Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif).
d. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan .
e. Intervensi kolaboratif dan dependensi.
f. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya.
5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi tanya jawab
terhadap hal-hal yang ditimbang-terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal
yang kurang jelas.
6) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat.

166
7) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan melakukan validasi
data.
9) Pelaporan untuk timbang terima ditulis secara langsung pada buku laporan ruangan
oleh perawat primer
BAB 3
KEGIATAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan
Hari / tanggal :
Pukul :
Pelaksana :
Topik :.
Tempat :
Sasaran :.
3.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan :
PP1 (Pagi) :
PA (Pagi) :
PP2 (Sore) :
PA (Sore) :
3.3 Metode dan Media
Metode :
- Karu memimpin proses Timbang Terima
- Melakukan timbang terima antara Perawat Primer pagi dengan Perawat Primer sore.
- Melaporkan status keadaan klien dari PP pagi ke PP sore.
- Diskusi, tanya jawab dan validasi data kembali.
Media :
- Materi disampaikan secara lisan.
- Dokumentasi klien (status).
- Buku Timbang Terima
3.7 Evaluasi
- Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara
lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift
timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang
dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang
terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.

167
- Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer malam
menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti
shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien dan
kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah
keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan
khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat
klarifikasi ke klien.
- Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian
shift. Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik
3.8 Resume Pelaksanaan Timbang Terima
Hari/tanggal :
Jam :
Tempat :
Acara : Timbang Terima

2. SENTRALISASI OBAT
1. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat. Respon
yang ada harus bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah konkrit dalam
pelaksanaannya (Nursalam, 2002). Salah satunya adalah dalam pengelolaan obat
pasien. Teknik pengelolaan obat secara sentralisasi merupakan pengelolaan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan pada pasien diserahkan sepenuhnya kepada
perawat. Pengeluaran dan pembagian obat juga sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
Sentalisasi obat diharapkan dapat diberikannya terapi farmakologi (pengobatan)
secara tepat pasien, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara pemberian sehingga akan
memperpendek waktu rawat inap. Sentralisasi obat di ruang Irna 2 dilaksanakan pada
obat injeksi yang disimpan oleh petugas ditempat khusus di ruang perawat dan
diberikan menurut jadwal pemberian, sedangkan obat oral diberikan kepada
pasien/keluarganya dan perawat hanya memberitahukan cara pemberiaannya. Resep
dari dokter diberikan keluarga pasien untuk dibelikan di apotek, setelah mendapatkan
obatnya diserahkan ke perawat untuk dicatat pada buku penerimaan obat. Karena hal
tersebut diatas, kelompok 2 berencana akan mensosialikan dan melaksanakan
sentralisasi obat yang mencakup obat injeksi maupun oral karena pengelolaan

168
sentralisasi yang optimal merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian pada
pasien. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat
terjadi jika konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik. Kerugian lain
yang bisa terjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau timbulnya efek
samping obat yang tidak diharapkan. Selain itu penggunaan obat yang tidak tepat
dapat menimbulkan kerugian pasien secara ekonomi. Oleh karena itu diperlukan
suatu cara yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol
oleh perawat dan pasien/keluarga serta resiko kerugian baik secara material maupun
non material dapat dihindari, pada akhirnya kepercayaan pasien terhadap perawat
juga semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut, untuk lebih mengoptimalkan
pelaksanaan sentralisasi keperawatan di Ruang ICU, kami akan melaksanakan
sentralisasi obat oral di ruangan tersebut.

2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2. Tujuan Khusus
- Mampu meningkatkan pemahaman perawat Ruang ICU dan mahasiswa dalam
menerapkan pemberian obat secara tepat dan benar sesuai dengan prinsip 6 T dan
1 W ( tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian,
tepat dokumentasi dan waspada efek samping obat) serta mendokumentasikan
hasil pengelolaan.
- Mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan perawat
Ruang ICU dan mahasiswa dalam mengelola sentralisasi obat
- Mampu meningkatkan kepatuhan pasien di Ruang ICU dalam penggunaan obat
sesuai dengan program terapi.
- Mampu meningkatkan kepuasan dan pasien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
- Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam
pengelolaan sentralisasi obat.
3. Manfaat
1. Bagi Klien
a. Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan
b. Klien dapat terhindar dari resiko resistensi tubuh terhadap obat
2. Bagi perawat

169
a. Tercapainya kepuasan kerja yang optimal
b. Dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang dikonsumsi klien
c. Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga kepada perawat.
3. Bagi institusi
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat
b. Terciptanya model asuhan keperawatan professional
4. PERAN
a. Kepala Ruangan
1) Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktek.
2) Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
3) Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
b. Katim
1) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
2) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
3) Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
c. Anggota Tim
Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama klien dirawat.
5. Pelaksanaan
Kegiatan sentralisasi obat dilaksanakan pada minggu pertama sampai dengan minggu
kedua selama mahasiswa praktek di ruang anak. Ruangan yang digunakan dalam
mengelola sentralisasi obat adalah ruang nurse station dan ruang perawatan. Metode
yang digunakan adalah ODD (One Day Dose ), dengan melibatkan depo farmasi
ruangan.
1. Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat
Teknik pengelolaan sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh
obat yang diberikan kepada pasien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan
sepenuhnya kepada perawat. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala
ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien atau
keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat tersebut.
a. Penerimaan obat
1) Resep obat dari dokter yang diserahkan pada klien/ keluarga diberikan pada
depo farmasi. Obat yang telah diresepkan kemudian disediakan oleh depo
farmasi ruangan dan disimpan.
2) Obat diberikan pada perawat oleh petugas farmasi dengan model ODD (One
Day Dose ). Obat yang telah diterima oleh perawat dicatat di format serah
terima obat dan format pemberian obat oral dan injeksi yang meliputi, identitas
klien, no. reg, diagnosa medis, nama obat, dosis, rute pemberian, tanggal

170
penerimaan dan jumlah obat yang diterima dan kemudian diberikan paraf.
Kolom paraf pada format pemberian obat ditanda tangani oleh perawat.
Sementara kolom paraf di format serah terima obat ditandatangani oleh perawat
dan petugas farmasi.
3) Kemudian obat yang sudah diterima disimpan di dalam kotak obat dan dikelola
oleh perawat.
b. Pembagian obat
1) Obat-obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam format pemberian obat oral/
injeksi dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi dokter
(status rekam medik / DMK 7).
2) Sebelum obat diberikan pada pasien, sebelumnya perawat harus melakukan
cross check dengan perawat lain untuk meminimalkan kesalahan dalam
pemberian obat. Kemudian perawat menjelaskan macam obat, manfaat, dosis
obat, cara pemberian, kontra-indikasi dan jumlah obat pada klien/ keluarga.
Usahakan tempat obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi oleh klien
dan observasi adanya efek samping setelah minum obat. Kemudian perawat
yang memberikan obat dan melakukan cross check obat membubuhkan tanda-
tangan pada kolom paraf.
3) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap shift oleh perawat yang
bertugas berdasarkan format pemberian obat. Obat yang hampir habis akan
diinformasikan oleh depo farmasi kepada perawat dan kemudian oleh perawat
akan dimintakan resep kepada dokter penanggung jawab klien.
c. Penambahan Obat Baru
1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau jadwal
pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam format pemberian
obat oral/ injeksi dan diinformasikan pada depo farmasi.
2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi dilakukan pada format pemberian obat oral / injeksi.
d. Obat Khusus
1) Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga yang cukup mahal,
memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang
cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu atau sewaktu saja.
2) Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format pemberian obat
oral/ injeksi khusus untuk obat tersebut dan dilakukan oleh perawat primer.
3) Informasi yang diberikan kepada klien/keluarga meliputi nama obat, kegunaan
obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan
tempat obat, sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah

171
pemberian obat. Usahakan terdapat saksi dari keluarga pada saat pemberian
obat.
e. Pengembalian Obat
Bila klien pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka obat
dikembalikan kepada klien/keluarga dengan ditandatangani oleh klien/keluarga serta
tanggal dan waktu penyerahan.
2. Instrumen
a. Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat
b. Lemari / kotak sentralisasi obat, tempat obat dan baki
c. Tanda bukti serah terima obat dari farmasi
d. Format pemberian obat oral dan injeksi

8. KEGIATAN SENTRALISASI OBAT


Penanggung Jawab :Maria BN
Tujuan :
Mampu melaksanakan peran katim dalam pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat dengan benar.
Rencana Strategi :
1) Melakukan persiapan sentralisasi obat meliputi
informed consent , format serah terima obat dan format pemberian obat oral/ injeksi.
2) Melaksanakan sentralisasi obat berkolaborasi dengan dokter dan bagian farmasi.
3) Mendokumentasikan hasil pelaksanaan pengelolaan sentralisasi obat.
Pelaksanaan :
Topik : Sentralisasi Obat
Hari/Tanggal :
Waktu : 13.30 WIB
Tempat : Ruang
Struktur Pengorganisasian :
Karu :
Katim :
Perawat :
pelaksana
Pembimbing : 1.
:
Supervisor : 1.
KRITERIA EVALUASI
1. Struktur (input)

172
· Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di ruang Irna 2 RS Bhayangkara
Lumajang
· Persiapan dilakukan sebelumnya.
· Perawat yang betugas.
2. Proses
Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang telah ditentutan
dan pasien yang menyetujui informed consent untuk dilkukan sentralisasi obat.
Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah ditentukan.
3. Hasil
Pasien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat.
Obat dapat diberikan secara tepat dan benar.
Perawat mudah mengontrol pemberian obat.
Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar.
Nursalam (2002) Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktek Keperawatan
Profesional, Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam (2001) Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan praktek . Jakarta
: Salemba Medika.

3. DISCHARGE PLANNING
Pengertian Discharge Planning
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan dan
aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang
kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan
kesehatan (Potter & Perry, 2005:1106).
Menurut Kozier (2004), discharge planning didefenisikan sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain
di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.
National Council of Social Service (2006) dalam Wulandari (2011:9),
mendefinisikan bahwa “discharge planning is aprocess used to decide what client
needs to maintain his present level of well-being or move to the next level of care”.

The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan (2009:10) menyatakan


bahwa discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien dan
perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu pelayanan
kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain.
Perencanaan pulang merupakan proses perencanaan sistematis yang
dipersiapkan bagi pasien untuk menilai, menyiapkan, dan melakukan koordinasi
dengan fasilitas kesehatan yang ada atau yang telah ditentukan serta bekerjasama

173
dengan pelayanan sosial yang ada di komunitas, sebelum dan sesudah pasien
pindah/pulang (Carpenito, 2002 dalam Hariyati dkk, 2008:54).
Discharge planning dilakukan sejak pasien diterima di suatu pelayanan
kesehatan di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin
diperpendek (Sommerfeld, 2001 dalam Rahmi, 2011:10). Discharge planning yang
efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi
yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan
diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai
dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).
Program discharge planning (perencanaan pulang) pada dasarnya merupakan
program pemberian informasi atau pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien
yang meliputi nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan instruksi khusus yaitu tanda
dan gejala penyakit pasien (Potter & Perry, 2005 dalam Herniyatun dkk, 2009:128).
Informasi diberikan kepada pasien agar mampu mengenali tanda bahaya untuk
dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan, pasien dan keluarganya harus
mengetahui bagaimana cara manajemen pemberian perawatan di rumah dan apa yang
diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena
kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi masalah kesehatan (tidak siap
menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan meningkatknya komplikasi yang
terjadi pada pasien (Potter & Perry, 2006). Program yang dilakukan oleh perawat ini,
tidak selalu sama antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Hal ini bisa
terjadi ketika sistem perawatan yang digunakan adalah berbeda, misalnya
menggunakan sistem keperawatan utama (primer). Sistem ini mewajibkan seorang
perawat bertanggung jawab melakukan koordinasi perawatan untuk kelompok klien
tertentu, mulai dari mereka masuk sampai pulang (Potter & Perry, 2005:96).
National Council of Social Service, (2006) dalam Wulandari (2011:9)
menyatakan bahwa “discharge planning merupakan tujuan akhir dari rencana
perawatan, dengan tujuan untuk memberdayakan klien untuk membuat keputusan,
untuk memaksimalkan potensi klien untuk hidup secara mandiri, atau agar klien dapat
memanfaatkan dukungan dan sumber daya dalam keluarga maupun masyarakatnya”.

2. Pemberi Layanan Discharge Planning


Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan
melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat
dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Potter & Perry, 2006).
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan
berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang berfungsi
sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan fasilitas

174
kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan dan memotivasi staf rumah sakit untuk
merencanakan serta mengimplementasikan discharge planning (Discharge Planning
Association, 2008 dalam Siahaan, 2009:11).
Seorang discharge planners bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan,
memonitor dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan. Discharge
planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses perawatan
pasien dan dalam tim discharge planner rumah sakit, karena pengetahuan dan
kemampuan perawat dalam proses keperawatan sangat berpengaruh dalam
memberikan kontinuitas perawatan melalui proses discharge planning (Caroll &
Dowling, 2007 dalam Rahmi, 2011:12).

3. Penerima Discharge Planning


Menurut Rice (1992) dalam Potter & Perry (2005:93), setiap pasien yang
dirawat di rumah sakit memerlukan discharge planning atau rencana pemulangan.
Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang semua
rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008 dalam Siahaan, 2009:12).
Discharge planning atau rencana pemulangan tidak hanya melibatkan pasien tapi
juga keluarga, teman-teman, serta pemberi layanan kesehatan dengan catatan bahwa
pelayanan kesehatan dan sosial bekerja sama (The Royal Marsden Hospital, 2004
dalam Siahaan, 2009:11).

4. Tujuan Discharge Planning


Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk
mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Carpenito, 1999
dalam Rahmi, 2011:10). Tindakan ini juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik
untuk menjamin keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas
dengan memfasilitasi komunikasi yang efektif (Discharge Planning Association, 2008
dalam Siahaan, 2009:12).
Taylor et al (1989) dalam Yosafianti & Alfiyanti (2010:115) juga menyatakan
bahwa discharge planning adalah proses sistematis yang bertujuan menyiapkan
pasien meninggalkan rumah sakit untuk melanjutkan program perawatan yang
berkelanjutan dirumah atau diunit perawatan komunitas.
Secara lebih terperinci The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan
(2009:12-13) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge planning adalah:

1.1 Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk di
transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui.
1.2 Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan

175
kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan.
1.3 Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua
fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima
pasien.
1.4 Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan keluarga
dengan menyediakan serta memandirikan aktivitas perawatan diri.

5. Manfaat Discharge Planning


Menurut Spath (2003) dalam Nursalam & Efendi (2008:229), perencanaan pulang
mempunyai manfaat sebagai berikut :

1.2 Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien


yang dimulai dari rumah sakit
1.3 Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawatan pasien
1.4 Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan pasien
dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru
1.5 Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan perawatan di
rumah

Wulandari (2011:11) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa manfaat dari


pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut:
1) Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission)
2) Mengantispasi terjadinya kegawatdaruratan seletah kembali ke rumah
3) Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit
4) Meningkatkan kepuasan individu dan pemberi layanan
5) Menghemat biaya selama proses perawatan
6) Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit atau di
masyarakat karena perencanaan yang matang.
7) Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal.

6. Jenis Discharge Planning


Menurut Chesca (1982) dalam Nursalam & Efendi (2008:229), discharge
planning dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Pulang sementara atau cuti (conditioning discharge). Keadaaan pulang ini


dilakukan apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat komplikasi. Klien untuk
sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak rumah sakit

176
atau Puskesmas terdekat.
b. Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge). Cara ini merupakan akhir
dari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu dirawat
kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
c. Pulang paksa (judicial discharge). Kondisi ini klien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien
harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas terdekat.

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Discharge Planning


Menurut Potter & Perry (2005) dalam Herniyatun (2009:128), program
perencanaan pulang (discharge planning) pada dasarnya merupakan program
pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien. Keberhasilan dalam pemberian
pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari perawat dan
juga dari pasien. Menurut Notoadmodjo (2003) dalam Waluyo (2010:17-18), faktor
yang berasal dari perawat yang mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian
pendidikan kesehatan adalah sikap, emosi, pengetahuan dan pengalaman masa lalu.

a. Sikap yang baik yang dimiliki perawat akan mempengaruhi penyampaian


informasi kepada pasien, sehingga informasi akan lebih jelas untuk dapat
dimengerti pasien.
b. Pengendalian emosi yang dimiliki perawat merupakan faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan pendidikan kesehatan. Pengendalian emosi yang baik akan
mengarahkan perawat untuk lebih bersikap sabar, hati-hati dan telaten. Dengan
demikian informasi yang disampaikan lebih mudah diterima pasien.
c. Pengetahuan adalah kunci keberhasilan dalam pendidikan kesehatan. Perawat
harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk memberikan pendidikan
kesehatan. Pengetahuan yang baik juga akan mengarahkan perawat pada kegiatan
pembelajaran pasien. Pasien akan semakin banyak menerima informasi dan
informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Pengalaman masa lalu perawat berpengaruh terhadap gaya perawat dalam
memberikan informasi sehingga informasi yang diberikan akan lebih terarah
sesuai dengan kebutuhan pasien. Perawat juga lebih dapat membaca situasi pasien
berdasarkan pengalaman yang mereka miliki.

Sedangkan faktor yang berasal dari pasien yang mempengaruhi keberhasilan


dalam pemberian pendidikan kesehatan, menurut Potter & Perry (1997), Suliha dkk
(2002) dan Machfoedz dkk (2005) yang dikutip oleh Waluyo (2010:18-19) adalah
motivasi, sikap, rasa cemas/emosi, kesehatan fisik, tahap perkembangan dan

177
pengetahuan sebelumnya, kemampuan dalam belajar, serta tingkat pendidikan.

a. Motivasi adalah faktor batin yang menimbulkan, mendasari dan mengarahkan


pasien untuk belajar. Bila motivasi pasien tinggi, maka pasien akan giat untuk
mendapatkan informasi tentang kondisinya serta tindakan yang perlu dilakukan
untuk melanjutkan pengobatan dan meningkatkan kesehatannya.
b. Sikap positif pasien terhadap diagnosa penyakit dan perawatan akan
memudahkan pasien untuk menerima informasi ketika dilakukan pendidikan
kesehatan.
c. Emosi yang stabil memudahkan pasien menerima informasi, sedangkan perasaan
cemas akan mengurangi kemampuan untuk menerima informasi.
d. Kesehatan fisik pasien yang kurang baik akan menyebabkan penerimaan
informasi terganggu.
e. Tahap perkembangan berhubungan dengan usia. Semakin dewasa usia
kemampuan menerima informasi semakin baik dan didukung pula pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya.
f. Kemampuan dalam belajar yang baik akan memudahkan pasien untuk menerima
dan memproses informasi yang diberikan ketika dilakukan pendidikan kesehatan.
Kemampuan belajar seringkali berhubungan dengan tingkat pendidikan yang
dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang umumnya kemampuan
belajarnya juga semakin tinggi.
8. Prinsip Discharge Planning
Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke
lingkungan yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan
Menurut Nursalam & Efendi (2008:229), prinsip-prinsip yang diterapkan dalam
perencanaan pulang adalah sebagai berikut:

a. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan


kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
b. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah
yang mungkin muncul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan
masalah yang muncul di rumah dapat segera di antisipasi.
c. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang merupakan
pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
d. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia di
masyarakat.

178
e. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap
pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaaan pulang harus dilakukan.

Selain prinsip-prinsip tersebut, dalam modul yang dikeluarkan oleh Direktorat


Jenderal Bina Pelayanan Medik-Departemen Kesehatan R.I (2008) dalam Wulandari
(2011:13-14), prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan perawat dalam membuat
discharge planning (perencanaan pulang) adalah:

a. Dibuat Pada Saat Pasien Masuk


Pengkajian pada saat pasien masuk akan mempermudah proses pengidentifikasian
kebutuhan pasien. Merencanakan pulang pasien sejak awal juga akan
menurunkan lama waktu rawat yang pada akhirnya akan menurunkan biaya
perawatan.

b. Berfokus Pada Kebutuhan Pasien


Perencanaan pulang tidak berfokus pada kebutuhan perawat atau tenaga
kesehatan atau hanya pada kebutuhan fisik pasien. Lebih luas, perencanaan
pulang berfokus pada kebutuhan pasien dan keluarga secara komprehensif.

c. Melibatkan Berbagai Pihak Yang Terkait


Pasien, keluarga, dan care giver dilibatkan dalam membuat perencanaan. Hal ini
memungkinkan optimalnya sumber-sumber pelayanan kesehatan yang sesuai
untuk pasien setelah ia pulang.

d. Dokumentasi Pelaksanaan Discharge Planning


Pelaksanaan discharge planning harus didokumentasikan dan dikomunikasikan
kepada pasien dan pendamping minimal 24 jam sebelum pasien dipindahkan.

9. Komponen/Unsusr Discharge Planning


Komponen yang dapat mendukung terselengaranya discharge planning yang
efektif adalah keterlibatan pasien dan keluarga, kolaborasi antara tim kesehatan,
dan dukungan dari care giver/pendamping pasien. Hal lain yang tidak kalah
penting adalah mengidentifikasi kesiapan komunitas/keluarga dalam menerima
pasien kembali ke rumah (Wulandari, 2011:19)
Discharge Planning Association (2008) dalam Siahaan (2009:21)
menyatakan bahwa unsur-unsur yang harus ada pada sebuah form perencanaan
pemulangan antara lain:

179
a. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan,
dan pengobatan yang harus dihentikan.
b. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang
umum terjadi.
c. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain,
dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu akan
diadakannya.

d. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas,


latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
e. Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan insulin,
dan lain-lain).
f. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan dihadapi
setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan lokasi setiap
janji untuk control.
g. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa
dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
h. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah, perawat
yang menjenguk, penolong, pembantu jalan/walker, kanul, oksigen, dan lain-lain)
beserta dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang bertanggung jawab
untuk menyediakan pelayanan.

10. Pelakasanaan Discharge Planning dan Proses Keperawatan


Proses discharge planning memiliki kesaman dengan proses keperawatan.
Kesamaan tersebut bisa dilihat dari adanya pengkajian pada saat pasien mulai di
rawat sampai dengan adanya evaluasi serta dokumentasi dari kondisi pasien
selama mendapatkan perawatan di rumah sakit. Pelaksanaan discharge planning
menurut Potter & Perry (2005:102) secara lebih lengkap dapat di urut sebagai
berikut:

a. Sejak waktu penerimaan pasien, lakkukan pengkajian tentang kebutuhan


pelayanan kesehatan untuk pasien pulang, dengan menggunakan riwayat
keperawatan, rencana perawatan dan pengkajian kemampuan fisik dan fungsi
kognitif yang dilakukan secara terus menerus.
b. Kaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga yang
berhubungan dengan terapi di rumah, hal-hal yang harus dihindarkan akibat dari
gangguan kesehatan yang dialami, dan komplikasi yang mungkiin terjadi.

180
c. Bersama pasien dan keluarga, kaji faktor-faktor lingkungan di rumah yang dapat
mengganggu perawatan diri (contoh: ukuran kamar, lebar jalan, langkah, fasilitas
kamar mandi). (Perawat yang melakukan perawatan di rumah hadir pada saat
rujukan dilakukan, untuk membantu pengkajian).
d. Berkolaborasi dngan dokter dan disiplin ilmu yang lain dalam mengkaji perlunya
rujukan untuk mendapat perawatan di rumah atau di tempat pelayanan yang
lainnya.
e. Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang berhubungan
dengan masalah kesehatan tersebut.
f. Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai kebutuhan klien
setelah pulang.
g. Tetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, lakukan implementasi rencana
keperawatan. Evaluasi kemajuan secara terus menerus. Tentukan tujuan pulang
yang relevan, yaitu sebagai berikut:

1) Pasien akan memahami masalah kesehatan dan implikasinya.


2) Pasien akan mampu memenuhi kebutuhan individualnya.
3) Lingkungan rumah akan menjadi aman
4) Tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah

Persiapan Sebelum Hari Kepulangan Pasien

h. Anjurkan cara-cara untuk merubah pengaturan fisik di rumah sehingga kebutuhan


pasien dapat terpenuhi.
i. Berikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di masyarakat
kepada pasien dan keluarga.
j. Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga sesegera mungkin setelah pasien
di rawat di rumah sakit (contoh: tanda dan gejala, komplikasi, informasi tentang
obat-obatan yang diberikan, penggunaan perawatan medis dalam perawatan
lanjutan, diet, latihan, hal-hal yang harus dihindari sehubungan dengan penyakit
atau oprasi yang dijalani). Pasien mungkin dapat diberikan pamflet atau buku.

Pada Hari Kepulangan Pasien

k. Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu
berkaitan dengan perawatan di rumah (sesuai pilihan).
l. Periksa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan pengobatan,

181
atau alat-alat khusus yang diperlukan pesan harus ditulis sedini mungkin).
m. Tentukan apakah pasien atau keluarga telah mengatur transportasi untuk pulang
ke rumah.
n. Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian dan mempersiapkan seluruh barang-
barang pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan privasi jika diperlukan.
o. Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang pasien yang masih
tertinggal. Carilah salinan daftar barang-barang berharga milik kpasien yang telah
ditandatangani dan minta satpam atau administrator yang tepat untuk
mengembalikan barang-barang berharga tersebut kepada pasien. Hitung semua
barang-barang berharga yang ada.
p. Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai dengan pesan dokter. Periksa
kembali instruksi sebelumnya.
q. Hubungi kantor keuangan lembaga untuk menentukan apakah pasien masih perlu
membayar sisa tagian biaya. Atur pasien atau keluarga untuk pergi ke kantor
tersebut.
r. Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang pasien. berikan
kursi roda untuk pasien yang tidak bisa berjalan sendiri. Pasien yang
meninggalkan rumah sakit dengan mobil ambulans akan dipindahkan dengan
kereta dorong ambulans.
s. Bantu pasien pindah ke kursi roda atau kereta dorong dengan mengunakan
mekanika tubuh dan teknik pemindahan yang benar. Iringi pasien masuk ke
dalam lembaga dimana sumber transaportasi merupakan hal yang diperhatikan.
t. Kunci kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil atau alat transportasi lain. Bantu
keluarga memindahkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan
tersebut.
u. Kembali ke unit dan beritahukan departemen penerimaan dan departemen lain
yang berwenang mengenai waktu kepulangan pasien.
v. Catat kepulangan pasien pada format ringkasan pulang. Pada beberapa institusi
pasien akan menerima salinan dari format tersebut.
w. Dokumentasikan status masalah kesehatan saat pasien pulang

11. Keberhasilan Discharge Planning


Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah dipersiapkan
untuk pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang diperlukan, serta
instruksi-instruksi yang harus dilakukan, serta apabila pasien diantarkan pulang
sampai ke mobil atau alat transportasi lainnya (The Royal Marsden Hospital, 2004
dalam Siahaan, 2009:23). Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien
mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah

182
meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Potter & Perry, 2006).
Discharge planning yang berhasil adalah suatu proses yang terpusat
terkoordinasi dan terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang memberi kepastian bahwa
pasien mempunyai suatu rencana untuk memperoleh perawatan yang berkelanjutan
setelah meninggalkan rumah sakit (American Hospital Association, 1983 dalam
Potter & Perry, 2005:90). Discharge planning membantu proses transisi pasien dari
satu lingkungan ke lingkungan yang lain. Proses tersebut dapat dilihat
keberhasilannya dengan beberapa indikator (Potter & Perry, 2005:93). Indikator hasil
yang diperoleh harus ditujukan untuk keberhasilan discharge planning pasien, yaitu:
a. Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan
dan tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi keperawatan tingkat lanjut,
dan respon ynag diambil pada kondisi kedaruratan.
b. Pendidikan khusus diberikan kepada pasien dan keluarga untk memastikan
perawatan yang tepat setelah klien pulang
c. Sistem pendukung di masyarakat dikoordinasikan agar memungkinkan pasien
untuk kembali ke rumahnya dan untuk membantu klien dan keluarga membuat
koping terhadap perubahan dalam status kesehatan pasien.
d. Melakukan relokasi pasien dan koordinasi sistem pendukung atau memindahkan
pasien ke tempat pelayanan kesehatan lain.

4. RONDE KEPERAWATAN
Pengertian
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat, di samping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh perawat perimer dan atau konsulen, kepala ruangan, perawat assosciate, yang
perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.

Karakteristik:

a. Klien dilibatkan secara langsung


b. Klien merupakan fokus kegiatan
c. Perawat Assosciate, Perawat Primer dan konsulen melakukan diskusi bersama
d. Konsulen memfasilitasi kreatifitas
e. Konsulen membantu mengembangkan kemampuan perawat Assosciate,
perawat Primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah

e. Tujuan

183
a. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
b. Menumbuhkan pemikiran tentang keperawatan yang berasal dari masalah
klien
c. Meningkatkan validitas data klien
d. Menilai kemampuan justifikasi
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja

184
Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
5) Peran
Perawat Primer dan Perawat Assosciate
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang dapat
memaksimalkan kebersihan, antara lain:
Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
Menjelaskan masalah keperawatan utama
Menjelaskan intervensi yang belum dan akan dilakukan
Menjelaskan tindakan selanjutnya
Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
Peran Perawat Primer lain dan atau Konsulen
Memberikan Justifikasi
Memberikan Reinforcement
Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keparawatan serta
tindakan yang rasional
Mengarahkan dan koreksi
Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajar.

5. SUPERVISI KEPERAWATAN
Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan
(Nursalam, 2007). Teknik supervisi antara lain:
Secara langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung,
dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan.
Proses supervisi meliputi:
Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi
oleh supervisor.
Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement dan petunjuk.
Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang bertujuan
untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang kurang. Reinforcement
pada aspek yang positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.
Secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi di lapangan, sehingga mungkin terjadi kesenjangan
fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.

185
Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan
(Nursalam, 2007)
Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan peran supervisor dalam supervisi
keperawatan dan mendokumentasikan hasil pengolaan supervisi keperawatan
sehingga tercapai pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada pasien dan keluarga
yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan dan kemampuan perawat dalam
melaksanakan tugas.
Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dalam melaksanakan
supervisi keperawatan.
Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan keperawatan yang
diberikan.
Meningkatkan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Rencana Pelaksanaan
Rencana Strategi
Menyusun konsep keperawatan
Menentukan supervisi keperawantan
Menyiapkan format supervisi
Melaksanakan supervisi bersama-sama kepala ruangan
Mendokumentasikan hasil supervisi keperawatan
Alur Supervisi Keperawatan (Nursalam, 2007)

186
Ka. Bid Perawatan

Kasil Perawatan

Ka. Perawatan IRNA

Menetapkan kegiatan dan


tujuan serta instrumen / alat Kepala Ruangan
ukur

Supervisi

Menilai kinerja Perawat PP 1 PP 2

Delegasi

 Fair PA PA
 Feed Back
 Follow Up,
pemecahan masalah,
reward / Kualitas Pelayanan
reinforcement Meningkat

Keterangan
Kegiatan supervisi
Delegasi dan supervisi

Kriteria Evaluasi
Struktur
Menentukan penanggung jawab supervisi keperawatan.
Menyusun konsep supervisi keperawatan.
Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik.
Menentukan materi supervisi.
Persiapan alat dan pasien.
Proses
Melaksanakan supervisi keperawatan oleh Karu kepada perawat primer dan perawat
pelaksana.
Perawat primer dan perawat pelaksana melaksanakan tugas sesuai dengan diskripsi
tugas masing-masing.
Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.
Karu mengisi lembar penilaian sesuai petunjuk teknis pengisian.
Hasil
Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal.

187
Supervisi dilaksanakan sesuai rencana.
Supervisor mengevakuasi hasil supervisi.
Supervisor memnberikan reward/feed back pada perawat primer dan perawat
pelaksana.

6. DOKUMENTASI KEPERAWATAN
1. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan system dokumentasi keperawatan
dengan benar.
b. Tujuan khusus
Mendokumentasikan asuhan keperawatan :
1) Mendokumentasikan pengkajian keperawatan
2) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
3) Mendokumentasikan perencanaan keperawatan
4) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan
5) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan
6) Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat
7) Mendokumentasikan HE (health education) melalui kegiatan perencanan pulang
8) Mendokumentasikan timbang terima
9) Mendokumentasikan kegiatan supervise
2. Rencana Strategi
a. Menyusun format pengkajian model ROS ( Review Of System )
b. Mendiskusikan format pengkajian dan pendokumentasian yang telah dibuat
sesuai demham diagnose keperawatan yang ada.
c. Menyiapkan petunjuk teknis pengisian format dokumentasi keperawatan
d. Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan
e. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan dokumentasi keperawatan.
3. Metode
Melakukan pendokumentasian asuha keperawatan yang terdiri dari :
a. Lembar penerimaan pasien baru
b. Lembar format pengkajian menggunakan ROS (Review Of System)
c. Lembar advice dokter
d. Analisa data (disesuaikan berdasarkan prioritas)
e. Asuhan keperawatan (diagnose, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi )
f. Lembar observasi
g. Discharge planning
h. Resume keperawatan
i. Surat persetujuan sentralisasi obat (informed concent)
j. Lembar serah terima obat
k. Daftar pemberian obat
l. Surat persetujuan tindakan medis
m. Surat permintaan konsultasi
4. Media

188
a. Lembar penerimaan pasien baru
b. Lembar format pengkajian menggunakan ROS (Review Of System)
c. Lembar advice dokter
d. Lembar analisa data (disesuaikan berdasarkan prioritas)
e. Lembar standart asuhan keperawatan (diagnose, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi)
f. Lembar observasi
g. Lembar discharge planning
h. Lembar resume keperawatan
i. Lembar surat persetujuan sentralisasi obat (informed concent)
j. Lembar serah terima obat
k. Lembar daftar pemberian obat
l. Lembar surat persetujuan tindakan medis
m. Lembar surat penolakan tindakan medis
n. Lembar surat permintaan konsultasi

5. Alur Dokumentasi Keperawatan

Pasien Baru PP dibantu PA

Penulisan Status Pasien Secara


Menyeluruh

Dokumentasi Hingga Pasien Pulang

6. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan
pasien baru, lembar pengkajian keperawatan, lembar advice dokter, analisa data
(disesuaikan berdasarkan prioritas). Asuhan keperawatan (diagnose, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi), lembar observasi discharge
planning, resume keperawatan, surat persetujuan sentralisasi obat, lembar serah
terima medis, surat penolakan tindakan medis dan surat permintaan konsultasi.
b. Evaluasi proses
1. Perawat primer melakukan pengkajian, menentukan problem dan intervensi
sesuai SAK
2. Perawat primer mendelegasikan penulisan implementasi kepada perawat asosiate
3. Perawat primer melakukan evaluasi setiap diagnose keperawatan yang dilakukan
setiap shif.
c. Evaluasi Hasil

189
1. Format dokumentasi didokumentasikan dengan lengkap, akurat, relevan dan
baru.

190
Job description yang jelas antara perawat primer dan perawat associate.

191
PERENCANAAN (PLANNING OF ACTION)

Indikator/Target
No Masalah Tujuan Program/Kegiatan PJ Waktu
Keberhasilan
1 Belum adanya panduan cara Terciptanya 1. Identifikasi kebutuhan 1. Adanya panduan cuci Meilani, Minggu ke
cuci tangan untuk keluarga panduan cuci sarana dan prasarana yang tangan untuk keluarga Riske 4-5
pasien dengan menggunakan tangan khususnya dibutuhkan pasien praktek
handscrub untuk keluarga 2. Membuat leaflet atau brosur 2. Keluarga mampu profesi
pasien cuci tangan yang khusus mempraktekkan cuci tangan ners
diberikan oleh keluarga dengan handscrub yang
pasien benar
3. Membagikan kepada 3. Tidak terjadinya
kelurga pasien yang penyebaran infeksi
berkunjung
2 Belum optimalnya Meningkatkan 1. Mendiskusikan setiap 1. Meningkatnya kesadaran Maria, Selama
penerapan hand hygiene kesadaran tenaga hambatan dalam penerapan tenaga kesehatan di ruang Rifal praktek
perawat baik dengan kontak kesehatan tentang hand hygiene di ruangan ICU untuk melakukan hand profesi
lingkungan dan menyentuh hand higyene 2. Sosialisasi hasil deseminasi hygiene setiap kontak ners
pasien yang optimal 3. Menganjurkan tenaga lingkungan dan menyentuh
kesehatan di ruangan untk pasien

192
menerapkan hand hygiene 2. Terciptanya 5 waktu cuci
sesuai prosedur tangan yang sesuai
3 Struktur organisasi di Tersusunya Mengusulkan : Adanya struktrur organisasi Devita, Minggu ke
ruangan belum diperbaharui struktur 1. Pembaharuan struktur yang jelas sesuai jumlah tenaga Riska 4 praktek
sesuai dengan tenaga organisasi yang organisasi di ruangan kesehatan dan jenis MAKP profesi
perawat yang ada pada saat sesuai di ruangan 2. Meningkatkan proses yang digunakan saat ini ners
ini inventarisasi
3. Penanggungjawab
inventarisasi
4 Belum optimalnya promosi Pemberian 1. Menentukan keluarga 1. Terlaksananya promosi Afrila, Selama
kesehatan melalui edukasi edukasi kepada pasien untuk penyuluhan kesehatan kepada pasien Dimas praktek
dan penyuluhan atau dengan keluarga pasien dan pemberian edukasi atau kelurga pasien melalui profesi
menggunakan media leaflet dapat terlaksana 2. Membuat sebuah penyuluhan dan edukasi ners
kepada pasien atau keluarga dengan baik dan penyuluhan pada hari 2. Adanya feedback dari
pasien sesuai prosedur tertentu keluarga pasien tentang
3. Memberikan leaflet kepada penyuluhan yang diberikan
keluarga pasien
4. Menyediakan tempat leaflet
5 Pelaksanaan timbang terima Timbang terima 1. Menentukan 1. Timbang terima Nur
perawat belum sesuai dapat dilakukan penanggungjawab timbang dilaksanakan di bed pasien Rahmat,

193
standart yang seharusnya secara efektif dan terima 2. Isi timbang terima sesuai Yesi
dilakukan berkeliling tetapi sesuai konten 2. Menyusun format timbang dengan masalah
hanya dilakukan di nurse terima pasien serta petunjuk keperawatan yang dialami
station teknis pengisianya yang pasien
lebih menekankan pada 3. Timbang terima
aspek keperawatan terdokumentasi dengan baik
3. Melaksanakan timbang
terima tiap pergantian shift
4. Dokumentasi
6 Pasien/keluarga belum Pasien atau 1. Pemberian informasi Keluarga pasien tahu atau Feny, Selama
mendaptkan informasi keluarga pasien kepada keluarga pasien memahami tentang 7 benar Vella praktek
tentang 7 benar pemberian mengetahui tentang 7 benar pemberian pemberian obat sesuai prosedur profesi
obat dari perawat kepada tentang 7 benar obat ners
pasien/keluarga pemberian obat 2. Pemberian leaflet tentang 7
benar pemberian obat
kepada keluarga pasien
7 Kurangnya prasarana yang Terlengkapinya Mengusulkan : Terlengkapinya sarana dan Harianto, Selama
tersedia di ruang ICU sarana dan 1. Penambahan sarana dan prasarana ruang ICU sesuai Siti praktek
prasana yang ada prasana yang berada di pedoman tingkatan ICU Halimatus profesi
di ruang ICU ruang ICU sesuai standart ners

194
pelayanan di ICU
2. Meningkatkan fasilitas
saran dan prasarana yang
memadai

195
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2


Bahasan Indonesia), Jakarta : EGC

Depkes. (2002). Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Edisi ke-1,


Direktorat Pelayanan Keperawatan. Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan. Jakarta : Depkes RI

Gillies, D.A. (1994). Nursing Management: a system approach (3th Edition).


Philadelpia: W.B. Saunders

Komite Keperawatan RSUD Ibnu Sutowo. (2004). Pedoman Model Praktek


Keperawatan Profesional Yang disederhanakan (MPKPs). Baturaja
OKU: RSUD Ibnu Sutowo

Nursalam. (2008). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek


Keperawatan Profesional. Edisi II. Jakarta : Salemba Medika

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Edisi III. Jakarta: Salemba Medika

Priharjo, R (1995), Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar dan Hukum.


Jakarta : EGC

Rahmulyono. A. (2008). Analisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap


kepuasan pasien Puskesmas Depok I Sleman, Fakultas Ekonomi.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia

Surjawati. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Keperawatan.


Disampaikan dalam Seminar Nasional Persi. Jakarta

Swansburg, R.C. (1995). Nursing Staff Development. Jones and Bartlett Publisher,
Toronto

Urrahman, Zhiyya. (2009). Manajemen Budgeting dan Logistik Keperawatan.


Dibuka pada website http://srigalajantan.wordpress.com/2009/11/19/88/
pada tanggal 31 Februari 2010

196

Anda mungkin juga menyukai