PENDAHULUAN
Proses manajemen berlaku untuk semua orang yang mencari cara untuk
mempengaruhi perilaku orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Proses ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen
dengan melibatkan semua anggota untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan
kesehatan secara keseluruhan. Selain itu, pelayanan keperawatan merupakan
faktor penentu baik buruknya mutu dan citra dari rumah sakit, oleh karena itu
kualitas pelayanan keperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan hingga
tercapai hasil yang optimal. Dengan memperhatikan hal tersebut, proses
manajemen yang baik perlu diterapkan dalam memberikan asuhan
keperawatan sehingga dicapai suatu asuhan keperawatan yang memenuhi
standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, efektif, aman bagi pasien dan
tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta
aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati.
Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja melalui anggota
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional
(Gillies, 1986). Manajemen keperawatan merupakan pelayanan keperawatan
profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat
fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, motivasi dan
pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling terkait serta saling berhubungan
dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan teknis, hubungan antar manusia dan
konseptual yang mendukung tercapainya asuhan keperawatan yang bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna kepada klien. Dengan alasan tersebut,
1
manajemen keperawatan perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan di masa depan. Hal tersebut berkaitan dengan
tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan
perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan
setiap perubahan yang terjadi (Nursalam, 2002).
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan sangat penting
dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Rumah
sakit sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan, salah satunya
adalah penyelenggara pelayanan asuhan keperawatan senantiasa memberikan
pelayanan yang memuaskan kepada klien maupun keluarganya (Depkes,
1987). Oleh karena itu, diperlukan cara pengelolaan pelayanan keperawatan
yang mengikuti prinsip-prinsip manajemen.
Rumah Sakit Umum Daerah RSUD dr. Soedono Madiun sebagai salah satu
penyelenggara pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian serta usaha lain
di bidang kesehatan, bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
senantiasa berorientasi kepada kepentingan masyarakat, maka rumah sakit
perlu didukung dengan adanya organisasi yang mantap dan manajemen yang
baik dengan berorientasi pada mutu pelayanan bagi masyarakat.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Kemampuan manajerial yang
dimiliki perawat dapat dicapai melalui banyak cara. Salah satu cara untuk
dapat meningkatkan ketrampilan manajerial yang handal selain didapatkan di
bangku kuliah juga harus melalui pembelajaran di lahan praktik. Mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan. Adanya praktik manajemen ini diharapkan
mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang didapat dan mengelola ruang
perawatan dengan pendekatan proses manajemen.
1.2 Tujuan
2
a. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik manajemen keperawatan selama 5
minggu di Ruang Wijaya Kusuma B selama 5 minggu mahasiswa
mampu memahami manajemen keperawatan baik pengelolaan sarana
maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik.
b. Tujuan Khusus
Secara kelompok dan individu mahasiswa dapat menunjukkan
kemampuan dalam hal manajemen keperawatan baik pengelolaan
sarana maupun kegiatan keperawatan dalam tatanan klinik.
Kemampuan managemen diantaranya meliputi :
1) Mengaplikasikan keterampilan dalam mengorganisasi dan
mengkoordinasi kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif
dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen.
2) Menjalin kerjasama yang baik dalam tim.
3) Menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, pendekatan dan
strategi untuk mempengaruhi individu atau kelompok untuk
melakukan perubahan yang positif dan pencapaian tujuan.
4) Menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah yang efektif
dan konstruktif.
5) Menggunakan konsep penjaminan mutu dan penampilan kerja
dalam melakukan asuhan keperawatan
1.3 Waktu
Pelaksanaan praktek manajemen keperawatan ini dilakukan di Ruang
Wijaya Kusuma B RSUD Dr. Soedono Madiun berlangsung selama 5
minggu mulai tanggal 22 Januari – 24 Februari 2018
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1 Pengertian Manajemen Keperawatan
manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode
dalamnya, termasuk setiap unit. Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi
pengertian yang jelas perawat manajer mengembangkan tujuan yang jelas dan
bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran manajer
terpenuhi melalui peran manajer dalam memperlakukan stafnya. Hal ini dapat
4
dalam tuga professional sebagaimana dibahas sebelumnya: (1) Komunikasi, (2)
Potensial perkembangan, (3) Kebijaksanaan, (4) Gaji dan Upah, dan (5)
Kondisikerja (Nursalam, 2002)
Menurut Rewland & Rewland (1997), ada dua belas kunci utama dalam
kepuasan kerja yaitu: input, hubungan manajer dengan staf, disiplin kerja,
peran kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan
kesalahan.
Kondisi dan jumlah pasien, dan kategori pendidikan serta pengalaman staf di
5
Adapun fungsi kepala ruangan menurut Marquis dan Houston (2000) sebagai
berikut: 1) Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran,
kebijaksanaan, dan peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka
pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi,
menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan
pengelola rencana perubahan. 2) Pengorganisasian: meliputi pembentukan
struktur untuk melaksanakan perencanaan, menetapkan metode
kelima fungsinya tersebut sehari – sehari akan bergerak dalam berbagai bidang
sesuai kebutuhan.
6
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat.
optimal.
7
meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas
yang ada dan cara penggunaannya
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa pasien
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
wewenangnya.
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama
dan benar.
18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap
lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala
8
Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan
keluarganya, sehingga memberi ketenangan
20) Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara kebersihan
saat pengkajiannya.
9
10
2.6 Peran Perawat Pelaksana
o Comferter
2006). Menurut Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan
dengan klien.
11
untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari
kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau
hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta membantu
melindungi hak – hak klien melalui cara–cara yang umum dengan penolakan
o Communication
Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan, hal ini
klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya, sumber
jelas.
12
Rehabilitator
kepada perubahan perilaku orang lain secara langsung maupun tidak. Seorang
sendiri untuk bekerja dan banyak membaca, memiliki kepekaan yang tinggi
diberikan kepadanya dan tanggung jawab yang melekat pada setiap tugas
beragam, seperti untuk memandu (to guide), untuk menjalankan dalam arah
tertentu (to run in a specific direction), untuk mengarahkan (to direct), berjalan
13
didepan (to go at the head of), menjadi yang pertama (to be first), membuka
permainan (to open play), dan cenderung kehasil yang pasti (to tend toward a de).
interaksi yang efektif di antara tenaga kerja, bahan, dan waktu. Seorang pemimpin
yang efektif adalah seorang pembangkit tenaga (sinergis) yang menyatukan usaha
sebuah hubungan dimana satu pihak memiliki kemampuan lebih besar untuk
jadi, fungsi pemimpin berdasarkan pada perbedaan kekuasaan antara pihak– pihak
yang terlibat. Dalam setiap perusahaan kerja sama memerlukan usaha banyak
akhir yang diinginkan, mencampur dan menipang usaha berbagai tenaga ahli
(Gillies, 1989).
atau proses untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka bersedia dengan
kemampuan sendiri dan secara antusias bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
14
bawahan, 3) karakteristik dari organisasi, seperti tujuan, sruktur organisasi,
keadaan asli, keadaan organisasi yang akan dibentuk, dan 4) keadaan sosial,
merupakan hubungan yang sangat kompleks yang selalu berubah dengan waktu
seperti perubahan yang terjadi pada manajemen, serikat kerja, atau kekuatan dari
luar.
15
dimensi yaitu pimpnan, bwahan, dan situasi. Masing – masing dari dimensi
tertentu yang membuatmereka lebih baik dari orang lain, teori ini disebut dengan
“Great Man Theory”. Banyak peneliti tentang riwayat kehidupan Great Man
dikembangkan bukan hanya pembawa sejak lahir, dimana teori trait mengabaikan
dampak atau pengaruh dari siapa pengasuh. Situasi, dan lingkungan lainnya
dan kompetensi dalam pekerjaan tertentu adalah salah satu faktor terpenting dalam
dengan kepemimpinan yang efektif. Seorang pemimpin adalah orang yang efektif
16
untuk memberikan symbol, memperluas, memperdalam kesatuan kolektif diantara
2) Teori Perilaku
menjalankan fungsinya. Perilaku sering dilihat sebagai suatu rentang dari sebuah
perilaku otoriter ke demokrat atau dari fokus suatu produksi ke fokus pegawai.
Tentang teori prilaku terdapat teori X dan teori Y dari McGregor yang
sedang atau akan dilakukan, dan mempersatukan usaha dari berbagai individu
adalah yang paling sulit. Untuk memimpin bawahan sepanjang jalan tindakan
akhir yang jelas, harus terbiasa dengan kemampuan dan memotivasi bawahan, dan
harus menghargai pengeluaran waktu dan usaha mengikuti jalan yang telah
ditetapkan. Mengarahkan orang lain adalah transaksi yang rumit karena hal ini
17
menempatkan si pemimpin di dalam peran otoriter. Mengawasi merupakan
semua pegawai disatukan dan difokuskan jelas pada tujuan kelembagaan, tenaga
ahli yang bermacam–macam bias bekerja pada maksud yang sama satu sama lain
(Gillies, 1989).
Follet (1940) mendefinisikan gaya sebagai hak istimewa tersendiri dari si ahli ,
dengan hasil akhirnya tanpa menimbulkan isu sampingan. Gillies (1970) dalam
tiga faktor utama. Ketiganya akan menentukan sejauh mana ia akan melakukan
bersumber pada dirinya sendiri sebagai pemimpin. faktor kedua bersumber pada
18
kelompok yang dipempin, dan faktor yang ketiga tergantung pada situasi
(Muninjaya, 1999).
dan laisez – faire atau free rain. Keempat tipe atau gaya kepemimpinan tersebut
19
dalam pengambilan keputusan dan memberikan tanggung jawab pada
1986).
kegiatan. Apabila pekerjaan tanpa merasa senang optimis mengenai kegiatan tugas
serta ramah satu sama lain maka karyawan itu dinyatakan mempunyai semangat
20
marah, sering sakit, suka membantah, gelisah dan pesimis, maka reaksi itu
semangat kerja adalah refleksi dari sikap pribadi atau sikap kelompok terhadap
seluruh lingkungan kerja dan terhadap kerja sama dengan orang lain untuk
untuk bekerja sama dengan giat dan konsekuen dalam mengejar tujuan
semangat kerja yang tinggi tentu dapat mengurangi angka absensi atau
tidak bekerja karena malas, (2) dengan semangat kerja yang tinggi dari
kepadanya akan dapat diselesaikan dengan waktu yang lebih cepat, (3)
dari sudut kecilnya angka kerusakan karena semakin tidak puas dalam
angka kerusakan, (4) semangat kerja yang tinggi otomatis membuat karyawan
akan merasa senang bekerja sehingga kecil kemungkinan karyawan akan pindah
21
mengurangi angka kecelakaan karena karyawan yang mempunyai semangat kerja
yang tinggi ncenderung bekerja dengan hati – hati dan teliti sehingga bekerja
diri pekerja yang sifatnya abstrak, tetapi sangat esensial dalam dunia kerja.
Semangat kerja dapat dibedakan menjadi dua dimensi, yaitu semangat kerja tinggi
dan semangat kerja rendah. Semangat kerja karyawan yang tinggi akan membawa
sumbangan positif bagi temapt dia kerja. Pekerja yang mempunyai semangat kerja
dengan senang hati, menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, interaksinya sangat
dinamis, partisipasi maksimal, dapat bekerja sama dengan teman sejawat dan
tempat kerjanya kepada kehancuran. Semangat kerja yang rendah ditandai dengan
jauh berbeda dengan sifat kekanak – kanakan dengan ciri–ciri bekerja tidak
kreatif, dan bekerja dengan pola kaca mata kudaang hanya dapat memandang diri
sendiri tanpa mau bekerja sama dengan orang lain. Semangat kerja berada pada
satu rentang yang positif kesuasana batin negatif. Semangat kerja dapat berubah
22
rendah menjadi semangat kerja tinggi atau sebaliknya sesuai dengan faktor –
(Adnyani, 2008).
pengobatan yang layak seperti halnya dengan kesehatan. Semangat agak sukar
diukur karena abstrak. Semangat kerja merupakan gabungan dari kondisi fisik,
sikap, perasaan, dan sentiment. Untuk mengetahui semangat kerja yang rendah
mengetahui faktor penyebab dan berusaha untuk mengambil suatu keputusan yang
23
nunda pekerjaan, dan dapat diukur atau dibandingkan dengan waktu
sebelumnya.
Sebenarnya tingkat absensi yang naik juga merupakan salah satu indikator
Pada umumnya bila kegairahan kerja turun, maka mereka akan malas
untuk setiap hari datang bekerja dan setiap ada kesempatan untuk tidak
bekerja akan mereka pergunakan, apabila waktu yang luang tersebut dapat
Dalam suatu perusahaan tidak jarang terjadi perubahan dari sumber daya
manusia yang ada, karena ada yang keluar akibat pindah, meninggal,
hidup perusahaan.
naiknya tingkat kerusakan baik terhadap bahan baku, barang jadi maupun
24
o Kegelisahan di mana-mana
o Pemogokan
yang juga merupakan tingkat indikasi yang paling kuat tentang turunnya
pemogokan dapat dicegah karena hal ini bukannya sekedar indikasi turunnya
semangat dan kegairahan kerja tetapi juga akan dapat menimbulkan kelumpuhan
25
Menurut Nitisemito (1996), berdasarkan indikasi Yang
disiplin, kerja sama, dan kepuasan kerja. Disiplin merupakan suatu keadaan
tertip karena orang – orang yang bergabung dalam suatu organisasi tunduk
dan taat kepada aturan yang ada serta melaksanakan dengan senang hati.
Dalam disiplin ada 2 faktor yang mendukung yaitu faktor waktu Dan
tata tertib atau peraturan yang jelas juga harus ada pencabaran tugas Dan
wewenang yang jelas, tata cara, tata kerjayang sederhana dapat Dengan
jam kerja, kepatuhan pada perintah atasan, taat kepada peraturan dan tata
tertip yang berlaku, berpakaian yang baik dan sopan di tempat kerja,
orang lain yang dapat dilihat dari kesediaan para karyawan Untuk
bekerja sama dengan teman – teman sekerja dan atasan mereka Sehubung
dengan tugas masing – masing. Kerja sama adalah refleksi dari Semangat
dan akan baik jika semangat tinggi. Proses kerja sama mengandung Segi
26
Kepuasan mempunyai kontribusi yang sangat besar Terhadap
adalah kerja adalah pusat dari kehidupan dan kerja Adalah Sejumlah
kerja, serta kerja sama dengan pimpinan dan sesama pekerja. Pekerja yang
rendah, cepat lelah dan bosan, emosi tidak stabil, sering singgah, dan
harus dilakukan. Oleh karena itu, pekerja akan merasa puas atas kerja yang
relatif sifatnya. Oleh karena itu cukup di sini adalah jumlah yang mampu
27
pegawainya. Dengan gaji yang rendah, para pekerja akan malas bekerja
Perlu dicatat disini bahwa yang dimaksud gaji bukanlah imbalan jasa
dalam bentuk uang semata, tetapi dalam bentuk yang lain. Misalnya: jatah
Selain kebutuhan materi yang berbentuk gaji yang cukup, mereka juga
sebagainya.
menyediakan tempat ibadah, tetapi jauh lebih luas lagi yaitu kebutuhan
28
Banyak sekali cara-cara yang dapat dijalankan oleh perusahaan, misalnya
Pengaruh yang diakibatkan karena itu cukup besar, kegairahan kerja para
karyawan akan timbul karenanya. Mereka akan saling merasa dalam satu
dapat diandalkan. Dengan keadaan seperti itu institusi akan cepat maju
Jika prestasi karyawan itu cukup menonjol apa salahnya bila pemimpin
orang lain. Seorang pekerja akan merasa harga dirinya diperhatikan jika ia
posisi yang tepat. Artinya tempatkan mereka pada posisi yang sesuai
29
ketepatan menempatkan para karyawan pada posisi yang telah merupakan
berprestasi.
aman terhadap masa depan profesi mereka. Untuk menciptakan rasa aman
pensiun dirasakan sebagai suatu tindakan yang erat bagi perusahaan, maka
sebenarnya ada jalan lain yang cukup baik. Misalnya dengan cara
30
h. Usahakan agar para karyawan mempunyai loyalitas Kesetiaan/loyalitas
yang cukup, perhatian terhadap kebutuhan rohani dan hal-hal positif lain
31
j. Pemberian insentif yang terarah
Cara seperti ini sangat efektif untuk mendorong gairah kerja para
karyawan. Tentu saja cara itu harus juga disertai dengan kebijaksanaan
yang tepat.
32
tempat ibadah akan memudahkan mereka yang akan menjalankan ibadah
menurunnya moral kerja dari karyawan karena adanya perasaan tidak puas
menggerakkan bawahannya.
datang terlambat
f) Pessimisme
g) Appatisme
33
34
2.15 Upaya Membina Semangat Kerja
mereka menjadi terbiasa mempunyai semangat kerja yang tinggi. Dengan kondisi
dan kreatif. Pembinaan semangat kerja dalam suatu pekerjaan tentulah pimpinan
sebagai atasan. Pembinaan semangat kerja akan dapat berhasil jika pimpinan
benar – benar menempatkan dirinya bersama – sama dengan pekerja dan berusaha
memperbaiki kondisi kerja agar kondusif sehingga suasana kerja turut mendukung
adanya aturan mainan yang jelas. Selain itu teknik pengawasan dan kebijakan
kerja dalam porsi yang wajar, tetapi tidak memaksakan kemampuan , menciptakan
35
dilakukan pemberian gaji yang cukup, memperhatikan kebutuhan rohani,
Fungsi Manajemen
36
- Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
- Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
- Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b. Tahap dalam perencanaan :
- Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
- Analisis situasi, bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta.
- Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
- Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.
- Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
pelaksanaan program.
- Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)
c. Jenis Perencanaan
- Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan dan
pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan pengetahuan
yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada masa depan,
mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk melaksanakan
keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan melalui mekanisme
umpan balik yang dapat dipercaya. Perencanaan strategis dalam
keperawatan bertujuan untuk memperbaiki alokasi sumber-sumber
yang langka, termasuk uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan
divisi keperawatan.
- Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan prosedur
yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu pencapaian
tujuan, menentukan siapa orang-orang yang bertanggung jawab untuk
setiap aktivitas dan prosedur. Menggambarkan cara menyiapkan
orang-orang untuk bekerja dan juga standard untuk mengevaluasi
perawatan pasien.
37
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian yaitu
rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap adalah rencana
yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam kegiatan setiap hari,
yang terdiri dari kebijaksanaan, standard prosedur operasional dan
peraturan. Sedangkan rencana sekali pakai terdiri dari program dan
proyek.
d. Manfaat Perencanaa
- Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
- Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan
- Memudahkan kordinasi
- Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran
operasional secara jelas
- Membantu penempatan tanggungjawab lebih tepat
- Membuat tujuan lebih khusus, lebih rinci dan lebih mudah dipahami
- Meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti
- Menghemat waktu dan dana
e. Keuntungan Perencanaan
- Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak produktif.
- Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang dicapai
- Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan
- Memodifikasi gaya manajemen
- Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
f. Kelemahan Perencanaan
- Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi
dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
- Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
- Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
- Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
38
- Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu diambil
2.17 Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,
menggolongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-
tugas dan wewenang seseorang, pendelegasian wewenang dalam rangka
mencapai tujuan. Fungsi pengorganisasian merupakan alat untuk
memadukan semua kegiatan yang beraspek personil, finansial, material dan
tata cara dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya,
2004).
Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai
rangkaian aktivitas menyusun suatu kerangka yang menjadi wadah bagi
segenap kegiatan usaha kerjasama dengan jalan membagi dan
mengelompokkan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan serta
menyusun jalinan hubungan kerja di antara para pekerjanya.
a. Manfaat Pengorganisasian
Melalui fungsi pengorganisasian akan dapat diketahui :
- Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
- Hubungan organisatoris antara orang-orang di dalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
- Pendelegasian wewenang.
- Pemanfaatan staff dan fasilitas fisik.
b. Langkah-langkah Pengorganisasian
- Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi perencanaan.
- Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
- Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang
praktis.
- Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf
dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
- Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
- Mendelegasikan wewenang.\
39
2.18 Staffing (Kepegawaian)
Staffing merupakan metodologi pengaturan staff, proses yang teratur,
sistematis berdasarkan rasional yang diterapkan untuk menentukan jumlah
personil suatu organisasi yang dibutuhkan dalam situasi tertentu (Swanburg,
2000). Proses pengaturan staff bersifat kompleks. Komponen pengaturan
staff adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staff, penguasaan
rencana pengaturan staff, rencana penjadwalan, dan Sistem Informasi
Manajemen Keperawatan (SIMK). SIMK meliputi lima elemen yaitu
kualitas perawatan pasien, karakteristik dan kebutuhan perawatan pasien,
perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan, logistik dari pola program
pengaturan staf dan kontrolnya, evaluasi kualitas perawatan yang diberikan.
Dasar perencanaan untuk pengaturan staff pada suatu unit
keperawatan mencakup personil keperawatan yang bermutu harus tersedia
dalam jumlah yang mencukupi dan adekuat, memberikan pelayanan pada
semua pasien selama 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 52 minggu
dalam setahun. Setiap rencana pengaturan staff harus disesuaikan dengan
kebutuhan rumah sakit dan tidak dapat hanya dicapai dengan rasio atau
rumusan tenaga/pasien yang sederhana. Jumlah dan jenis staff keperawatan
yang diperlukan dipengaruhi oleh derajat dimana departemen lain
memberikan pelayanan pendukung, juga dipengaruhi oleh jumlah dan
komposisi staff medis dan pelayanan medis yang diberikan. Kebutuhan
khusus individu, dokter, waktu dan lamanya ronde, jumlah test, obat-obatan
dan pengobatan, jumlah dan jenis pembedahan akan mempengaruhi kualitas
dan kuantitas personel perawat yang diperlukan dan mempengaruhi
penempatan mereka.
Pengaturan staff kemudian juga dipengaruhi oleh organisasi divisi
keperawatan. Rencana harus ditinjau ulang dan diperbaharui untuk
mengatur departemen beroperasi secara efisien dan ekonomis dengan
pernyataan misi, filosofi dan objektif tertulis, struktur organisasi, fungsi dan
tanggung jawab, kebijakan dan prosedur tertulis, pengembangan program
staff efektif, dan evaluasi periodik terencana.
Komponen yang termasuk dalam fungsi staffing adalah prinsip
rekrutmen, seleksi, orientasi pegawai baru, penjadwalan tugas, dan
40
klasifikasi pasien. Pengrekrutan merupakan proses pengumpulan sejumlah
pelamar yang berkualifikasi untuk pekerjaan di perusahaan melalui
serangkaian aktivitas. Tujuan orientasi pegawai baru adalah untuk
membantu perawat dalam menyesuaikan diri pada situasi baru.
Produktivitas meningkat karena lebih sedikit orang yang dibutuhkan jika
mereka terorientasi pada situasi kerja. Penjadwalan siklus merupakan salah
satu cara terbaik yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja
dan istirahat untuk pegawai. Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk
minggu-minggu tertentu dan diulang pada siklus berikutnya. Jadwal
modifikasi kerja mingguan menggunakan shift 10-12 jam dan metode lain
yang biasa.
41
- Autokratik
Pemimpin membuat keputusan sendiri. Mereka lebih cenderung
memikirkan penyelesaian tugas dari pada memperhatikan karyawan.
Kepemimpinan ini cenderung menimbulkan permusuhan dan sifat agresif
atau sama sekali apatis dan menghilangkan inisiatif.
- Demokratis
Pemimpin melibatkan bawahannya dalam proses pengambilan
keputusan. Mereka berorientasi pada bawahan dan menitikberatkan pada
hubungan antara manusia dan kerja kelompok. Kepemimpinan
demokratis meningkatkan produktivitas dan kepuasan kerja.
- Laissez faire
Pemimpin memberikan kebebasan dan segala serba boleh, dan
pantang memberikan bimbingan kepada staff. Pemimpin tersebut
membantu kebebasan kepada setiap orang dan menginginkan setiap
orang senang. Hal ini dapat mengakibatkan produktivitas rendah dan
karyawan frustasi.
Manajer perawat harus belajar mempraktekkan kepemimpinan
perilaku yang merangsang motivasi pada para pemiliknya,
mempraktekkan keperawatan professional dan tenaga perawat lainnya.
Perilaku ini termasuk promosi autonomi, membuat keputusan dan
manajemen partisipasi oleh perawat professional.
42
sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standard yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan
dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan
(Mockler, 2002).
Pengontrolan atau pengevaluasian adalah melihat bahwa segala
sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disepakati, instruksi yang
telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah diberlakukan (Urwick,
1998).
Tugas seorang manajemen dalam usahanya menjalankan dan
mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan
beberapa prinsip berikut :
- Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staff dan hasilnya
mudah diukur, misalnya menepati jam kerja.
- Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi.
- Standard unjuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua
staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan
komitmen terhadap kegiatan program.
- Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah
tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.
- Terdapat sepuluh karakteristik suatu sistem control yang baik :
- Harus menunjukkan sifat dari aktivitas
- Harus melaporkan kesalahan-kesalahan dengan segera
- Harus memandang ke depan
- Harus menunjukkan penerimaan pada titik kritis
- Harus objektif
- Harus fleksibel
- Harus menunjukkan pola organisasi
- Harus ekonomis
- Harus mudah dimengerti
- Harus menunjukkan tindakan perbaikkan.
43
Untuk fungsi-fungsi control dapat dibedakan pada setiap tingkat
manajer. Sebagai contoh, manajer perawat kepala dari satu unit bertanggung
jawab mengenai kegiatan operasional jangka pendek termasuk jadwal harian
dan mingguan, dan penugasan, serta pengunaan sumber-sumber secara
efektif. Kegiatan-kegiatan control ditujukan untuk perubahan yang cepat.
Dua metode pengukuran yang digunakan untuk mengkaji pencapaian
tujuan-tujuan keperawatan adalah:
- Analisa tugas : kepala perawat melihat gerakan, tindakan dan prosedur
yang tersusun dalam pedoman tertulis, jadwal, aturan, catatan, anggaran.
Hanya mengukur dukungan fisik saja, dan secara relatif beberapa alat
digunakan untuk analisa tugas dalam keperawatan.
- Kontrol kualitas : Kepala perawat dihadapkan pada pengukuran kualitas
dan akibat-akibat dari pelayanan keperawatan.
44
Praktik keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional
melalui kerjasama berbentuk kolaborasi dengan klien dan tenaga kesehatan
lain dalam memberikan asuhan keperawatan atau sesuai dengan lingkungan
wewenang dan tanggungjawabnya. Sumber-sumber standar keperawatan
berupa standar yang dibuat oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI), Departemen Kesehatan RI, rumah sakit, Undang-undang , Keppres,
Peraturan Pemerintah.
45
kecepatan, biaya, modal, pajak, program, dan standard-standard yang tidak
jelas. Mereka juga menetapkan sebagai suatu pengukuran yang tidak
diketahui tentang perbandingan dari nilai-nilai kualitatif dan kuantitatif,
kriteria atau norma, dan sebagai suatu aturan standard atau tes dimana suatu
pengevaluasian atau keputusan dapat dijadikan dasar. Manajer perawat
mengembangkan kerja sama dengan perawat-perawat klinik, kriteria
keperawatan klinik dihadapkan pada pengukuran hasil pasien dan proses
keperawatan. Standar-standard ini digambarkan sebagai hasil pasien dan
sebagai proses asuhan keperawatan.
46
2.20.2 Standard II : Diagnosa keperawatan
47
- Bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan
- Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
- Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi
kesehatan pasien.
- Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri, serta membantu
pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan
- Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan
keperawatan berdasarkan respon pasien.
48
Dokumentasi merupakan penulisan dan pencatatan suatu
kejadian/aktivitas tertentu secara sah/legal (Carpenito, 1998). Dokumentasi
keperawatan adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti
dari segala macam tuntutan, yang berisi data lengkap, nyata dan tercatat
bukan hanya tentang tingkat kesakitan dari pasien, tetapi juga jenis/tipe,
kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
pasien. (Fisbach, 1991 dalam Tyo, 2009).
- Hukum :
Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi
resmi dan bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan
dengan profesi keperawatan dimana perawat sebagai pemberi jasa dan
pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan sewaktu-
waktu. Dokumentasi tersebut dapat digunakan sebagai barang bukti di
pengadilan. Oleh karena itu data-data harus diidentifikasi secara lengkap,
jelas, objektif, dan ditandatangani oleh tenaga kesehatan (perawat),
49
tanggal dan perlu dihindari adanya interpretasi yang salah (Nursalam,
2001).
50
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana
peran dan fungsi perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kepada Pasien. Dengan demikian akan dapat diambil kesimpulan tingkat
keberhasilan pemberian Asuhan Keperawatan yang diberikan, pembinaan
dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat bagi
peningkatan mutu sendiri, juga bagi individu perawat dalam mencapai
tingkat kepangkatan yang lebih tinggi (Nursalam, 2001).
51
2.21.3 Proses dokumentasi keperawatan
a. Pengkajian
- Mengumpulkan Data
- Validasi data
- Organisasi data
- Mencatat data
b. Diagnosa Keperawatan
- Analisa data
- Identifikasdi masdalah
- Formulasi diagnosa
c. Perencanaan / Intervensi
- Prioritas Masalah
- Menentukan tujuan
d. Pelaksanaan/implementasi
52
- Mendokumentasikan asuhan keperawatan: mencatat waktu dan
tanggal pelaksanaan, mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa
yang dilakukan intervensi tersebut, mencatat semua jenis intervensi
keperawatan termasuk hasilnya, berikan tanda tangan dan nama jelas
perawat satu tim kesehatan yang telah melakukan intervensi.
e. Evaluasi
53
Sistem klasifikasi klien didasarkan pada dokumentasi tindakan
keperawatan yang sudah ada, untuk selanjutnya digunakan dalam
menentukan jurnal perawat yang harus bartugas dalam setiap shift jaga
54
Kepala Ruangan
Pasien/klien
Skema 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional
55
membutuhkan waktu, yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu
sibuk. Hal pokok dalam metode tim adalah ketua tim sebagai perawat
profesonal harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan,
pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin, anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim, model tim
akan berhasil bila didukung oleh kepala ruang.
Tujuan metode keperawatan tim adalah untuk memberikan perawatan
yang berpusat pada klien. Perawatan ini memberikan pengawasan efektif
dari memperkenalkan semua personel adalah media untuk memenuhi upaya
kooperatif antara pemimpin dan anggota tim. Melalui pengawasan ketua tim
nantinya dapat mengidentifikasi tujuan asuhan keperawatan,
mengindentifikasi kebutuhan anggota tim, memfokuskan pada pemenuhan
tujuan dan kebutuhan, membimbing anggota tim untuk membantu
menyusun dan memenuhi standard asuhan keperawatan.
Walaupun metode tim keperawatan telah berjalan secara efektif,
mungkin pasien masih menerima fragmentasi pemberian asuhan
keperawatan jika ketua tim tidak dapat menjalin hubungan yang lebih baik
dengan pasien, keterbatasan tenaga dan keahlian dapat menyebabkan
kebutuhan pasien tidak terpenuhi.
Kepala Ruangan
56
Skema 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Team nursing
Perawat Primer
Pasien / Klien
57
Perawat Perawat Perawat pelaksana
pelaksana pelaksana jika diperlukan days
evening night
Kepala Ruangan
58
Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP
ini didasarkan pada beberapa alasan :
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
59
7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien
Pengobatan
1. Kualitas pelayanan
2. Kepercayaan masyarakat
3. Patient safety ervirontment safety
60
4. Staff safety
5. Revenue
6. Margin
7. Kesejahteraan karyawan
8. Daya saing
1. Izin operasi
2. Ingin meningkatkan kualitas pelayanan
3. Mengikuti standar JCI
61
b. Goverments, leadership and direction
c. Fasility management and savety
d. Management of comunication and information
e. Quality improvement and patient savety
f. Prevention and control of infection
Kedudukan
Perawat ketua grup/TIM adalah seorang perawat professional
dalam melaksanakan tugas, bertanggung jawab kepada kepala ruangan.
Tugas Pokok :
Melaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
standar profesi serta menggunakan dan memelihara logistic keperawatan
secara efisien dan efektif.
Uraian Tugas :
62
1. Bersama anggota group melaksanakan Askep sesuai standar
2. Bersama anggota group mengadakan serah terima dengan
group.tim (group petugas ganti) mengawasi : kondisi klien/anggota
keluarga, logistic keperawatan, administrasi rekam medic,
pelayanan pemeriksaan penunjang, kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter.
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter.
7. Membantu pelaksanaan rujukan
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga baru
mengenai : tata tertib ruangan RS, perawat yang bertugas.
9. Menyiapkan orientasi pulang dan memberi penyuluhan kesehatan
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas
cleaning service, mengatur tugas peserta didik, mengatur tata tertib
ruangan yang ditunjukkan kepada semua petugas, peserta didik dan
pengunjung ruangan.
11. Membantu karu membimbing peserta didik keperawatan
12. Membantu karu untuk menilai mutu pelayanan askep serta tenaga
keperawatan
13. Menulis laporan tim mengenai klien/anggota keluarga dan
lingkungan.
Uraian tugas :
1. Melihat dan membaca laporan pendahuluan peserta didik
2. Melakukan pre conference.
3. Memberi waktu kepada peserta didik untuk membaca rekam medis
pasien
63
4. Membimbing peserta didik untuk meningkatkan komunikasi
terapeutik
5. Membimbing peserta didik dalam menerapkan rencana tindakan
keperawatan
6. Melakukan bedside teaching
7. Melakukan ronde keperawatan
8. Mengambil alih yang dilakukan peserta didik dalam situasi tertentu
9. Melakukan post konfrens yang membahas tentang kegiatan peserta
didik dalam melakukan asuhan keperawatan selama dinas.
10. Membimbing peserta didik dalam rangka mengakhiri praktek di
suatu ruangan
11. Mengontrol kehadiran peserta didik dan melaporkan kepada diklat
apabila peserta didik tidak hadir memberi bimbingan peserta didik
sesuai dengan tingkat pendidikannya dalam hal : melaksanakan
asuhan keperawatan dengan penerapan proses keperawatan
membimbing pembuatan laporan kasus.
12. Mengkoordinasi bimbingan kepada penanggung jawab tugas sore
dan malam.
Uraian tugas :
1. Melakukan asuhan keperawatan sesuai standar
2. Mengadakan serah terima dengan group/tim lain (group petugas ganti)
mengenai kondisi klien/anggota keluarga, logistic keperawatan,
administrasi rekam medic, pelayanan pemeriksaan penunjang,
kolaborasi program pengobatan.
3. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan oleh group
sebelumnya.
4. Merundingkan pembagian tugas dalam groupnya.
5. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite dokter
6. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan program
pengobatan dokter
64
7. Membantu pelaksanaaan rujukan
8. Melakukan orientasi terhadap klien/anggota keluarga/keluarga baru
mengenai : tata tertib ruangan/RS, perawat yang bertugas
9. Menyiapkan klien/anggota keluarga pulang dan memberikan
penyuluhan kesehatan
10. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan : mengatur tugas cleaning
service dan peserta didik
11. Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada semua petugas,
peserta didik dan pengunjung ruangan
12. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik keperawatan
13. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan asuhan
keperawatan serta tenaga keperawatan
14. Menulis laporan tim/group mengenai kondisi klien/anggota keluarga
dan lingkungannya.
15. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien/anggota
keluarga/keluarga
65
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
RSU Dr. Soedono Madiun adalah rumah sakit umum tipe B pendidikan, saat ini
sebagai wahana pendidikan kepanipatraan klinik madya fakultas kedokteran universitas
indonesia Yogyakarta juga program pendidikan dokter sepesialis (PPDS I) bedah, OBG,
IPD, paru, mata, THT, patologi klinik, emergenci medicine, kulit kelamin, neorologi,
radiologi. Selain itu berbagai institusi pendidikan baik pemerintah maupun suasta juga
bekerja sama dengan RSU Dr. Soedono Madiun seperti program studi ilmu keperawatan
dan ilmu gizi D4 gizi, akademi keperawatan, akademi Gizi, akademi farmasi, akademi
kebidanan, dan lain-lain.
RSSM adalah rumah sakit umum tipe B pendidikan milik pemerintah daerah
profinsi jawa timur, propinsi setingkat dengan badan yang menyelenggarakan kurusan di
bidang pelayanan kesehatan di pimpin oleh seorang kepala yang disebut direktur, berada
di bawah dan bertanggungjawab kepada gubernur melalui sekertaris daerah. RSSM
madiun merupakan rumah sakit tepe B pendidikan dengan fisi dan misi sebagai berikut :
Visi
Menjadi rumah sakit pilihan utama, seluh lapisan masyarakat dan rumah sakit pendidikan
yang unggul.
Misi
Tujuan
66
3. Memberikan kesejahteraan karyawan
Fasilitas
1. Pelayanan medis
2. Pelayanan penunjang
3. Medikal cek up
4. Dokter umum
5. Dokter gigi
6. Dokter sepesialis atau sup sepesialis
7. Laboratorium patologi klinik
8. Laboratoriun patologi anatomi
9. Radiologi
10. Fasilitas
11. UGD 24 jam
12. Rawat inap
13. Rawat jalan
14. Kamar bedah
15. ICCU
16. ICU
17. PICU
18. NICU
Instalasi Rawat Jalan IRJ
Instalasi rawat jalan (IRJ) berada di lantai 1 dan 2 gedung utama dengan 19
,’’poli klinik yang siap melayani klien sesuai dengan pedoman pelayanan
klien. IRJ terbagi atas:
1. Poli peyakit dalam
2. Poli jantung
3. Poli THT
4. Poli kulit dan kelamin
5. Poli onkologi
6. Poli bedah ortopedi
7. Poli kebidanan
8. Poli saraf
9. Poli gigi dan mulut
10. Poli mata
67
11. Poli paru
12. Poli rehabilitasi medik
13. Poli VCT
14. Poli tumbang
15. Poli Gizi
16. Poli peyakit dalam
17. Poli bedah umum
Instalasi Rawat Inap (IRNA)
Pelayanan rawat inap terdiri dari 4 IRNA (instalasi rawat inap) :
1. Wijaya Kusuma A
2. Wijaya Kusuma B
3. Wijaya Kusuma C
4. Wijaya Kusuma D
5. Anggrek
6. Intalasi Merpati
3.2 Gambaran Umum Ruang Wijaya Kusuma B RSUD dr. Soedono Madiun
RSUD Dr. Soedono madiun merupakan rumah sakit tipe B pendidikan yang juga
merupakan rumah sakit rujukan harus mempunyai ruang Wijaya Kusuma B yang
memberikan pelayanan yang professional dan berkualitas dengan mengedepankan
keselamatan pasien. Pada instalasi perawatan inap di Wijaya Kusuma B, perawatan
untuk pasien dilaksanakan dengan melibatkan berbagai tenaga profesional yang terdiri
dari multidisiplin ilmu yang bekerja sama dalam tim dengan single management.
Pengembangan tim multidisiplin yang kuat sangat penting dalam meningkatkan
keselamatan pasien. untuk itu diperlukan dukungan sarana, prasarana serta peralatan demi
meningkatkan,pelayanan Wijaya Kusuma B.
Mengingat diperlukannya tenaga khusus,mahalnya sarana dan prasarana serta
mahalnya biaya perawatan, maka demi,efisiensi keberadaan Wijaya Kusuma B dalam
rumah sakit perlu dikonsentrasikan dalam satu tempat dalam unit yang terintegrasi
berbentuk instalasi. Oleh sebab itu, disusunlah panduan penyerenggaraan pelayanan
Wijaya Kusuma B di RSUD Dr. Soedono Madiun, yang akan menjadi acuan dalam
membantu peningkatan pelayanan Wijaya Kusuma B yang bermutu dan berkualitas serta
selalu mengedepankan keselamatan pasien (patient safety)
68
3.3 Data Kegiatan Pelayanan Standart Ruang Wijaya Kusuma B
a. Pemeliharaan terencana
69
3.4 Kondisi SDM Ruang Wijaya Kusuma B
1. Ketenagaan
Pola ketenagaan ruang Wijaya Kusuma B berdasarkan penghitungan kebutuhan
tenaga dari depkes dibutuhkan tenaga sejumlah 16 orang.
Belum pelatihan : 15 10
70
3.5 Kondisi Sarana dan Prasarana di Ruang Wijaya Kusuma B
Untuk prasarana gedung di ruang Wijaya Kusuma B menyesuaikan standart level I,II,
& III. Mengingat gedung ruang Wijaya Kusuma B yang sekarang belum standart
Wijaya Kusuma B dan masih berada di ruang Intermidiet-nya Wijaya Kusuma B.
71
8 Angka kesalahan pemberian obat 0% 0%
9 Angka ketidakpuasan pelanggan 2% 10%
10 Angka ketidaklengkapan 1% ≤ 5%
dokumen
NO BULAN JUMLAH
1. OKTOBER 128
2. NOVEMBER 124
3. DESEMBER 129
Jumlah kunjungan pasien di ruang WK B dalam tiga bulan terakhir terdapat perbedaan. Di
bulan Desember angka kunjungan pasien tertinggi yaitu sebanyak 129 pasien. Pada bulan
November angka kunjungan pasien paling sedikit dalam tiga bulan terakhir yaitu 124
orang. Fluktuasi angka kunjungan ini masih dalam batas rentang rata-rata kunjungan pasien
di ruang WK B.
72
3.8 DAFTAR 10 BESAR PENYAKIT DI RUANG WK B
No Urut 1 2
Fasilitas/
Pelayanan
Responde sarana SP SM NILAI
tenaga
n Prasaran
kesehatan
a
No
1 1 42 18 60 76 78,94737
2 2 40 19 59 76 77,63158
76 77,6315
3 3 41 18 59 8
73
76 80,2631
4 4 43 18 61 6
47 19 66 76 86,8421
5 5 1
50 23 73 76 96,0526
6 6 3
7 7 42 18 60 76 78,94737
49 22 71 76 93,4210
8 8 5
9 9 52 24 76 76 100
46 22 68 76 89,4736
10 10 8
46 23 69 76 90,7894
11 11 7
36 15 51 76 67,1052
12 12 6
74
75
76
2. 10 MAN
a. Keperawatan
Tenaga Keperawatan di Ruang ICU RSUD dr. Soedomo Madiun
b. Non Keperawatan
77
STRUKTUR ORGANISASI RUANG WK B
78
RUANG ICU RSUD dr.SOEDONO MADIUN
MANAGER PELAYANAN
79
Kajian Pustaka
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan suatu proses membuat
perencanaan untuk menentukan berapa banyak tenaga yang dibutuhkan dan
dengan kriteria seperti apa pada suatu unit untuk setiap shiftnya. Untuk penetapan
ini ada beberapa rumus yang dikembangkan oleh para ahli. Selain untuk
menetapkan rumus ini juga dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan
apakah tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih. Rumus tersebut
antara lain:
Kebutuhan Tenaga
Penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan dengan formula yaitu:
a. Metode Rasio
Ruang ICU di RSUD dr. Soedono madiun dengan jumlah tempat tidur 6 buah,
maka pimpinan tenaga keperawatan akan memperhitungkan jumlah tenaga
keperawatan adalah:
1/1 x 6= 6
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan untuk ruang ICU tersebut adalah 6
orang.
b. Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat dirumuskan dengan
Keterangan :
Ruang ICU RSUD dr. Soedono Madiun berkapasitas tempat tidur 31 tempat tidur,
jumlah rata-rata pasien yang dirawat 12,064
80
Kriteria pasien yang dirawat yaitu perawatan minimal. Tingkat pendidikan
perawat yaitu S-1 dan D-3 Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6 hari
perminggu. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan
tenaga perawat diruang tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menentukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan pasien per
hari, yaitu:
a. Keperawatan langsung
Keperawatan total 12,064 orang pasien 12 x 6 jam = 72,384 Jam
b. Keperawatan tidak langsung 12,064 x 1 jam = 12,064 Jam
c. Penyuluhan kesehatan 12,064 x 0,25 = 3,016 Jam
Jumlah = 87,4 Jam
2) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan per pasien per
hari adalah 72,384+12,064+3,016= 87,4 Jam/ 48 jam : 7 jam = Jam
3) Menetukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut
adalah langsung dengan menggunakan rumus gillies diatas sehingga
didapatkan hasil sebagai berikut:
7 Jam/pasien/hari x 6 pasien/ hari x 365 hari = 15330 = 7 Orang
(365 hari – 76) x 7 Jam 2023
20% x 20 = 4 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 7 + 4 = 11 Orang/hari.
4) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan per hari,
yaitu:
6 orang x 7 jam = 6 orang
7 jam
5) Menentukan jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shif, yaitu
dengan ketentuan menurut Eastler (Swansburg, 1990)
a) Shif pagi
b) Shif sore
c) Shif malam
81
Penghitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas dihitung berdasarkan
tingkat ketergantungan setiap shift klien seperti pada tabel berikut:Jumlah
Tenaga Keperawatan Berdasarkan Klasifikasi Ketergantungan Klien
Waktu Kebutuhan Perawat
Pagi Sore Malam
Klasifikasi
Minimal 0.17 0.14 0.07
Intermediate 0.27 0.15 0.10
Maksimal 0.36 0.30 0.20
Sumber: Douglas,1984
Jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga adalah pagi, sore, dan
malam, sedangkan klasifikasi derajat ketergantungan klien terhadap
keperawatan menurut Douglas berdasarkan kriteria sebagai berikut :
Perawatan minimal memerlukan waktu selama 1-2 jam/24 jam, dengan
kriteria:
o Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
o Ambulasi dengan pengawasan.
o Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift.
o Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
o Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.
Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan
kriteria:
o Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu.
o Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
o Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali.
o Folley catheter/intake output dicatat.
o Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan
memerlukan prosedur.
82
o Pemakaian suksion.
o Gelisah, disorientasi.
HASIL
Metode Jumlah tenaga Jumlah tenaga yang Keterangan
yang dibutuhkan Ada
Gillies 13 orang 16 orang Lebih 3
Douglas 15 orang 16 orang Lebih 1
Rasio 7 orang 16 orang Lebih 9
83
4. BOR (Bed Occupacy Rate)
Data yang didapat pada bulan Mei 2017 sebagai berikut : Syok
Hipovolemik sebanyak 1 pasien, Crush Injury Antebrachi sebanyak 1 pasien,
Laparatomy sebanyak 6 pasien, Post Kejang sebanyak 1 pasien, Repair Lidah
sebanyak 1 pasien, COB Kraniotomy sebanyak 2 pasien, Pasang CVP/HD Cath
Non ICU sebanyak 6 pasien, Syok Septik sebanyak 1 pasien, CVA Kraniotomy
sebanyak 1 pasien, Internal Bleeding sebanyak 1 pasien, Fraktur Femur
sebanyak 1 pasien, Krisis Hipoglikemia sebanyak 1 pasien, VP Shunt
84
sebanyak 3 pasien, Ileus Obstruktif sebanyak 1 pasien, PEB sebanyak 3
pasien, Drowing sebanyak 1 pasien, Post Cadiac Arrest sebanyak 1 pasien,
Edema Paru sebanyak 3 pasien, Hidrocephalus Boorhole sebanyak 1 pasien,
Tumor Otak VP Shunt sebanyak 2 pasien, COB Konservatif sebanyak 5
pasien, CKD sebanyak 3 pasien, PJK IMA sebanyak 1 pasien, DM sebanyak
2 pasien, Tumor Otak Kraniotomy sebanyak 3 pasien, GBS sebanyak 2
pasien, Decompensasi Kordis sebanyak 1 pasien, Post AMP sebanyak 1
pasien.
85
8. Memenuhi kebutuhan rasa 0,249 3 0,083
nyaman dan aman
9. Observasi pasien 0,25 3 0,083
10. Melakukan resusitasi 0,5 1 0,5
11. Perawatan jenazah 0,75 3 0,25
12. Mengukur TTV 4,9 59 0,083
13. Menerima pasien baru 1,6 10 0,16
14. Pendidikan kesehatan 0,48 3 0,16
15. Persiapan operasi 0,5 2 0,25
Pelaksanaan kegiatan non produktif pada shift pagi di Ruang ICU tanggal
86
a. Langsung 24,284 17,205 20,847
b. Tidak langsung 22,375 18,498 18,741
Kegiatan non 30,981 48,245 86,4
produktif
Total 78 84 126
N KEMAMPUAN PELAYANAN
O PRIMER SEKUNDER TERSIER
1 Resusitasi jantung Resusitasi jantung Resusitasi jantung
Ö
paru. paru. paru.
2 Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan
napas, termasuk napas, termasuk napas, termasuk
Ö
intubasi trakeal dan intubasi trakeal dan intubasi trakeal dan
ventilasi mekanik. ventilasi mekanik. ventilasi mekanik.
3 Terapi oksigen. Terapi oksigen. Ö Terapi oksigen.
4 Pemasangan kateter Pemasangan kateter Pemasangan kateter
vena sentral. vena vena sentral, arteri,
Ö
sentral dan arteri. Swan Ganz dan
ICPmonitor.
5 Pemantauan EKG, Pemantauan EKG, Pemantauan EKG,
puls- oksimetri dan puls- puls- oksimetri,
tekanan darah oksimetri, tekanan tekanan darah non
noninvasif. darah Ö invasif dan invasif,
non invasif Swan Ganz dan ICP
daninvasif. serta ECHO
Monitor.
6 Pelaksanaan terapi Pelaksanaan terapi Ö Pelaksanaan terapi
87
secara titrasi. secara titrasi. secara titrasi.
7 Pemberian nutrisi Pemberian nutrisi Pemberian nutrisi
enteral dan parenteral. enteral dan Ö enteral dan
parenteral. parenteral.
8 Pemeriksaaan Pemeriksaaan Pemeriksaaan
laboratorium khusus laboratorium khusus laboratorium khusus
Ö
dengan cepat dan dengan cepat dan dengan cepat dan
menyeluruh. menyeluruh. menyeluruh.
9 Memberikan tunjangan Memberikan Memberikan
fungsi vital dengan alat tunjangan fungsi vital tunjangan fungsi
- alat portabel selama dengan alat - alat vital dengan alat -
Ö
transportasi pasien portabel selama alat portabel selama
gawat. transportasi pasien transportasi pasien
gawat. gawat.
10 Kemampuanmelakukan Kemampuan Kemampuanmelaku
fisioterapi dada. melakukan fisioterapi Ö kan fisioterapi dada.
dada.
11 melakukan prosedur melakukan prosedur
Ö
isolasi isolasi
12 melakukan melakukan
hemodialisis hemodialisis
Ö
intermiten dan intermiten dan
kontinyu. kontinyu.
2. Ketenagaan
Tenaga yang terlibat dalam pelayanan lCU terdiri dari tenaga dokter intensivis
dokter spesialis dan dokter yang telah mengikuti pelatihan lCU dan perawat terlatih lCU.
Tenaga tersebut menyelenggarakan pelayanan lCU sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan yang diatur oleh masing-masing RS sesuai jenis dan klasifikasi rumah sakit.
NO JENIS STRATA/KLASIFIKASI PELAYANAN
PRIMER SEKUNDER TERSIER
TENAGA
1 Kepala - Dokter - Dokter Ö - Dokter intensivis
ICU spesialis intensivis
Anestesiolo - Dokter spesialis
gi anestesiologi
- dokter (jika belum ada
spesialis lain dokter
yang terlatih intensivis)
88
ICU (jika
belum ada
dokter
spesialis
anestesiolog
i)
2 Tim Medis - Dokter - Dokter spesialis - Dokter spesialis
spesialis (yang dapat (yang dapat
sebagai memberikan memberikan
konsultan pelayanan pelayanan setiap
(yang dapat setiap diperlukan)
dihubungi diperlukan) - Dokter jaga 24
setiap - Dokter jaga 24 jam dengan
diperlukan) jam dengan kemampuan
- Dokter jaga kemampuan ALS/ACLS,dan
24 jam ALS/ACLS,dan FCCS
Ö
dengan FCCS
kemampuan
resusitasi
jantung paru
yang
bersertifikat
bantuan
hidup dasar
dan bantuan
hidup lanjut
3 Perawat Perawat Minimal 50% Minimal 75% dari
terlatih yang dari jumlah jumlah seluruh
bersertifikat seluruh perawat perawat di ICU
bantuan hidup di ICU merupakan perawat
Ö
dasar dan merupakan terlatih dan
bantuan hidup perawat terlatih bersertifikat ICU
lanjut dan bersertifikat
ICU
4 Tenaga Tenaga Tenaga Ö Tenaga administrasi
non administrasi di administrasi di di ICU harus
89
kesehatan ICU harus ICU harus mempunyai
mempunyai mempunyai kemampuan meng-
kemampuan kemampuan operasikan
meng- meng-operasikan komputer yang
operasikan komputer yang berhubungan dengan
komputer yang berhubungan masalah
berhubungan dengan masalah administrasi.
dengan administrasi. Tenaga
masalah Tenaga pekarya laboratorium
administrasi. Tenaga Tenaga
Tenaga pekarya kebersihan kefarmasian
Tenaga Tenaga pekarya
kebersihan Tenaga
kebersihan
Tenaga rekam
medik
Tenaga untuk
kepentingan ilmiah
dan penelitian
90
3.12 Material
6 TENSIM 1
ETER
TERMO
8 2
METER
STETOS
9 3
KOP
10 TEMPA 10
T (BED)
LAMPU
11 1
TINDA
KAN
12 E 40
CARE
HANDS
91
RUF
MANO
13 METER 10
DINDIN
G
SPIL
KIT
15 1
CHEMI
CAL
SPIL
KIT
16 1
CYTOT
OXO
SPIL
KIT
17 1
INFEKS
IUS
18 TENSIM 2
ETER
19 LAMPU 1
UV
20 4
92
LEMAR
I
INSTRU
MEN
21 AC 1
MANO
22 METER 5
DINDIN
G
23 WSD 1
TRANS
FER
24 2
STREC
HER
TROLY
93
TER
NEBULI
1
ZER
TENSIM
ETER 2
DUDUK
CARDI
OLOGI
4
STETOS
KOP
TROYC
1
ATH
PRINTE
1
R
KOMPU
TER 1
SET
LCD
MONIT 1
OR
LCD
MONIT 1
OR
KOMPU 1
TER 1
94
SET
KON KETERANG
TAHUN
DISI AN
MERK / J
N NAMA 2 2 2
TYPE / M
O ALAT 0 20 0 20 0
NO.SERI L BAIK
1 11 1 13 1
0 2 4
TENSIME
1 TER RIESTER 1 1
BERDIRI
TENSIME
2 TER RIESTER 1 1 1 1 Ѵ
DUDUK
WASKOM
3 STAINLESS 2 2
SIBIN
4 BENGKOK STAINLESS 1 1 Ѵ
ANATO
5 MIES 1 1 Ѵ
PINSET
CHIRU
6 GICAL 1 1 Ѵ
PINSET
7 BAK 1 1 Ѵ
95
INSTRU
MENT
TROMO
8 L 2 2 Ѵ
KECIL
TROMO
9 L 1 1 Ѵ
BESAR
STAND
10 ART 6 6 Ѵ
INFUS
TEMPA
T
11 2 2 Ѵ
KOREN
TANG
KOREN
12 2 2 Ѵ
TANG
ANTI
DIKUBI TURBO
13 TUS PLUS/05 1 1 Ѵ
MATRA 9842
S
BAK
14 INJEKSI 1 1 Ѵ
KECIL
96
BAK
15 INJEKSI 1 1 Ѵ
BESAR
CUFF
16 INFLAT 1 1 Ѵ
OR
CANUL
E
17 1
SUCTIO
N
FILTER
GUARD
18 1
BREATI
NG
PM-50
PULSE
19 1 Ѵ
OXIME
TER
TRACH
EOSTO
20 1
MY
MASK
GLUCO
21 1 1 Ѵ
CHEK
22 TRAND 1
97
USER
FACE
MASKE
R
TROLY
23 OKSIGE 1 1 Ѵ
N
MAYO
24 RUSCH 1
TUBE 4
MAYO
25 RUSCH 1
TUBE 5
PISPOT
26 STAINL 1
ESS
OXIGE
N
27 5
FLOW
METER
2 OXIGEN
1
8 TERAPHI
BREATIN
2 G
XY-3 / XY-3 1
9 SUCTION
SIRCUIT
3 SECTION ACOMA 2 1
98
UNIT SB-
0
10
3 BLOOD ANIMEC /
1 1 Ѵ
1 WARMER AM2S5A
3 BLOOD ANIMEC AM -
1 1 Ѵ
2 WARMER 301
LAMPU
3
SOROT TLA / 100 H 1
3
TLA 100
SCHILLER
3 DEFIBRIL
DEFIGARD 1
4 ATOR
3002
PATIENT
3 INFINUM/ALT
MONITO 7 5 Ѵ
5 US.OMNI III
R
3 JACKSON
KIMURA 1
6 REESE
3 JACKSON
KIMURA 2 2 Ѵ
7 RISK
MANOME SCREW
3
TER CONECT KAP 2 2 Ѵ
8
DINDING 15 LPM
3 SYRINGE TERUMO / TE
3 Ѵ
9 PUMP 331
4 SYRINGE
B.BROUN / 1 Ѵ
0 PUMP
99
4 SYRINGE B.BROUN
8 8 Ѵ
1 PUMP /8713030
4 INFUS
ATOM 2
2 PUMP
4 NEBULIZ COMFORT /
1
3 ER II / 04075024
FUKUDA M-E
4
ECG CARDISUNY 1 1 Ѵ
4
120
CENTRAL
4 INFINUM/ALT
MONITO 1 Ѵ
5 US.OMNI III
R
4 TROLY
2090293307 1 Ѵ
6 STENLIS
BED 3
4 HOPEFULL/
CRANK 3 3 Ѵ
7 B868Y
ELEKTIK
GUNTING
4
VERBAN 1 Ѵ
8
D
4 VENTILA HAMILTON
1 1 Ѵ
9 TOR C2
5 VENTILA HAMILTON
1 1 Ѵ
0 TOR C2
.
100
Analisis Data
Ruang ICU sudah memiliki kelengkapan alat medis ataupun alat non medis sudah sesuai dengan tandar RSUD dr. Soedono
Madiun. Ruangan ini sudah memiliki buku bantu yang lengkap
101
DAFTAR OBAT DI RUANG ICU
102
48. Mexpharm Sup -
49. Milos 1
50. Natrium 5
51. Asteloksit 1
52. Noveram 1
53. Rocaroni 1
54. Asering 2
55. Pz 3% 4
56. RL 2
57. Farmahes 2
58. Vimahes 2
59. NS 100 ml 13
60. NS 25 ml 17
61. Aquabides 4
62. Nitronidasol 100 ml 2
63. Manitol 1
64. Flifofioxasin 1
65. Paracetamol Inf 2
66. Ecencial Aminoacite 7% 2
2) Prasana Yang Terdapat di Ruang ICU
Tabel Desain berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU.
DESAIN ICU PRIMER ICU SEKUNDER ICU
TERSIER
Area Pasien -
Unit terbuka 1 tempat cuci 1 tempat cuci tangan 1 tempat cuci
12–16 m2 tangan Tiap 2 tempat tidur tangan
Tiap 2 tempat Tiap 2 tempat
tidur tidur
Unit 1 tempat cuci 1 tempat cuci tangan - 1 tempat cuci
tertutup16-20 tangan tiap1 tempat tidur tangan
m2 tiap1 tempat tiap1 tempat
tidur tidur
Outlet Oksigen 1 2 Ö 3/tempat tidur
Vakum - 1 3/tempat tidur
Stop kontak 2 2 16/tempat
tidur
Area Kerja:
Lingkungan Air Air Conditioned Ö Air
Conditioned Conditioned
Suhu 23-25ºC 23-25ºC Ö 23-25ºC
Humiditas 50–70% 50–70% Ö 50–70%
Ruang isolasi - + Ö +
Ruang - + Ö +
penyimpanan
103
peralatan dan
barang
bersih
Ruang tempat - + Ö +
buang
Kotoran
Ruang perawat + + Ö +
Ruang staf - + - +
dokter
Ruang tunggu - + +
keluarga pasien
Laboratorium Terpusat 24jam Ö 24jam
1. Peralatan
Peralatan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas sangat membantu kelancaran
pelayanan. Uraian peralatan berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU dapat dilihat pada
tabel Berikut ini adalah ketentuan umum mengenai peralatan :
a. Jumlah dan macam peralatan bervariasi tergantung tipe, ukuran dan fungsi ICU
dan harus sesuai dengan beban kerja ICU, disesuaikan dengan standar yang
berlaku.
b. Terdapat prosedur pemeriksaan berkala untuk keamanan alat.
c. Peralatan dasar meliputi:
1) Ventilasi mekanik.
2) Alat ventilasi manual dan alat penunjang jalan nafas.
3) Alat hisap.
4) Peralatan akses vaskuler.
5) Peralatan monitor invasif dan non-invasif.
6) Defibrilator dan alat pacu jantung.
7) Alat pengatur suhu pasien.
8) Peralatan drain thorax.
9) Pompa infus dan pompa syringe.
10) Peralatan portable untuk transportasi.
11) Tempat tidur khusus.
12) Lampu untuk tindakan.
13) Continous Renal Replacement Therapy.
104
d. Peralatan lain (seperti peralatan hemodialisa dan lain-lain) untuk prosedur
diagnostik dan atau terapi khusus hendaknya tersedia bila secara klinis ada
indikasi dan untuk mendukung fungsi ICU.
e. Protokol dan pelatihan kerja untuk staf medik dan para medik perlu tersedia
untuk penggunaan alat-alat termasuk langkah-langkah untuk mengatasi apabila
terjadi malfungsi.
Peralatan berdasarkan klasifikasi pelayanan ICU.
Peralatan ICU Primer ICU Sekunder ICU Tersier
Ventilasi mekanik Sederhana Canggih Ö Canggih
Alat hisap + + Ö +
Alat ventilasi + + Ö +
manual dan alat
penunjang jalan
nafas
Peralatan akses + + Ö +
vaskuler
Peralatanmonitor :
-Monitor tekanan - + Ö +
darah invasif
-Tekanan vena + + +
sentral
-Tekanan baji a. - - +
Pulmonalis
(Swan
Ganz)
Non invasif : Ö
-Tekanan darah + + +
-EKG dan laju + + +
jantung -Saturasi + + +
oksigen (pulse - + +
oxymeter)
-Kapnograf
Suhu + + Ö +
EEG - + Ö +
Defibrilator dan + + Ö +
alat pacu jantung
Alat pengatur + + Ö +
105
suhupasien
Pompa infus dan - + Ö +
pompa syringe
Bronchoscopy - + - +
Echokardiografi - + Ö +
Peralatan portable + + Ö +
untuk transportasi
Tempat tidur + + - +
khusus
Lampu untuk + + Ö +
tindakan
Hemodialisis - + Ö +
CRRT - + Ö +
106
Apabila pasien sedang menjalani hemodialisis, plasmaferesis, atau alat
perfusi, harus ada pemantauan untuk emboli udara.
Bila ada indikasi klinis harus tersedia peralatan untuk mengukur variabel fisiologis lain
seperti tekanan intra arterial dan tekanan arteri pulmonalis, curah jantung, tekanan
inspirasi dan aliran jalan nafas, tekanan intrakranial, suhu, transmisi neuromuskular,kadar
CO2 ekspirasi
Analisa Hasil :
Masih terdapat beberapa perlatan dan yang belum ada di ruangan dan khsusnya di
bagian unit prasarana.
2. Metode
Standar
Standar adalah suatu tingkat kinerja yang secara umum dikenal sebagai
sesuatu yang dapat diterima, adekuat, memuaskan dan digunakan sebagai
tolak ukur atau titik acuan yang digunakan sebagai pembanding (Marr dan
Biebing, 2001). Menurut Asrul Azwar (1994) standar menunjukkan pada
tingkat ideal tercapai yang diinginkan, diukur dalam bentuk minimal dan
maksimal, penyimpangan masih dalam batas atas yang dibenarkan toleransi.
Menurut Nursalam (2002) standar merupakan pernyataan yang absah, model
yang disusun berdasarkan wewenang, kebiasaan atau kesepakatan mengenai
apa yang memadai dan sesuai, dapat diterima dengan layak.
Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar, yang
dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan serta sebagai
tolak ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat (Nursalam,
2002). Menurut Gillies (1994) Standar Asuhan Keperawatan mempunyai tiga
tujuan, yaitu:
107
o Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan dengan
mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar asuhan
keperawatan serta menentukan bahwa kegaggalan dari perawat untuk
memenuhi standar, membahayakan pasien.
108
Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodic, sistematis, terencana untuk
menilai perkembangan pasien.
109
SAK berisi penjelasan/informasi tentang penyakit dan rencana asuhan
keperawatan. Informasi tentang penyakit meliputi Pengertian, Tanda dan
Gejala, Etiologi, Patofisiologi, Pemeriksaan penunjang, dan Manajemen
terapi, serta Prinsip pengkajian kasus penyakit (Brunner, 2002).
Standar asuhan keperawatan adalah acuan dalam proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan wewenang
dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan llmu dan kiat keperawatan. Mulai
dari pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah keperawatan,
perencanaan, implementasi evaluasi dan pencatatan asuhan keperawatan.
STANDAR I : Pengkajian
Pernyataan standar
Perawat mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Kriteria pengkajian
o Data tepat, akurat dan lengkap
o Terdiri dari data subjektif
110
masalah yang ditegakkan.
Kriteria perencanaan
Pernyataan Standar
Perawat melaksanakan rencan asuhan keperawatan secara komprehensif.
Efektif, efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/pasien
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
Kriteria
o Memperhatikan keunikan klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial – spiritual
– kultural
o Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien atau
keluarganya
o Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidence based
o Melibatkan klien dalam setiap tindakan
o Menjaga privacy klien
o Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
o Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
o Menggunakan sumberdaya, sarana dan fasilitas yang ada dan sesuai
o Melakukan tindakan sesuai standar
o Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan
111
STANDAR V : Evaluasi
Pernyataan Standar
Perawat melakukan evaluasi secara sistimatis dan berkesinambungan untuk
melihat kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien.
Kriteria evaluasi
o Penilaian dilakukan segera setelah selesai melaksanakan asuhan sesuai
kondisi klien
o Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan pada klien
Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
o Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien
112
Struktur Organisasi
113
26. PRWT/SPO/005 Pencucian alat endoskopi
27. PRWT/SPO/006 Pengambilan korpus alienum dengan
gastroskopi local anastesi
28. PRWT/SPO/008 Pemeriksaan FEES (Filexible Endoscopy
Evaluastion Of Swallowing)
29. PRWT/SPO/024 Menyiapkan tempat tidur
30. PRWT/SPO/027 Penempatan pasien anak di rawat inap
31. PRWT/SPO/028 Mengantar pasien rawat inap
32. PRWT/SPO/029 Pengelolaan pasien baru yang perlu rawat inap
33. PRWT/SPO/031 Penerimaan pasien isolasi ruang infeksius
34. PRWT/SPO/032 Pemeriksaan fisik
35. PRWT/SPO/033 Menghitung denyut nadi
36. PRWT/SPO/034 Menghitung pernafasan
37. PRWT/SPO/035 Mengukur tekanan darah pasien
38. PRWT/SPO/037 Mengukur tinggi badan pasien
39. PRWT/SPO/038 Mengukur suhu melalui anus pada bayi/anak
40. PRWT/SPO/039 Mengukur suhu melalui aksila
41. PRWT/SPO/041 Pengambilan urin untuk pemeriksaan
laboratorium
42. PRWT/SPO/042 Pengambilaan urin dengan cara midstream
43. PRWT/SPO/043 Pengambilan feses untuk pemeriksaan
laboratoriu
44. PRWT/SPO/044 Pembuatan rekaman elektrokardiografi
45. PRWT/SPO/045 Persiapan pemeriksaan USG
46. PRWT/SPO/046 Persiapan pemeriksaan IVP
47. PRWT/SPO/047 Pemeriksaan radio diagnostic
48. PRWT/SPO/048 Memandikan pasien ditempat tidur
49. PRWT/SPO/049 Memandikan pasien dalam keadan duduk
50. PRWT/SPO/050 Menyikat gigi
51. PRWT/SPO/051 Membersihkan mulut
52. PRWT/SPO/052 Memelihara gigi palsu
53. PRWT/SPO/052 Sesudah rawat inap/pulang
54. PRWT/SPO/068 Pengadaan nutrisi pasien rawat inap
55. PRWT/SPO/070 Pemberian obat tetes hidung
56. PRWT/SPO/071 Pemberian obat tetes telinga
57. PRWT/SPO/072 Pemberian obat tetes mata
58. PRWT/SPO/180 Timbang terima pasien baru diruangan
59. PRWT/SPO/093 Membantu pasien pindah dari empat tidur
kekursi roda dan sebaliknya
60. PRWT/SPO/096 Mengukur jumlah cairan masuk dan keluar
61. PRWT/SPO/097 Mengeluarkan feses secara manual (Rectal
Taucher)
62. PRWT/SPO/098 Pemasangan kateter sementara
63. PRWT/SPO/099 Pemasangan kateter tetap
114
64. PRWT/SPO/100 Perawatan kateter tetap/ DC
65. PRWT/SPO/101 Melepas kateter tetap/DC
66. PRWT/SPO/102 Menampung urin pada bayi/anak dengan cara
memasang urin kolektor
67. PRWT/SPO/103 Memasang kondom kateter
68. PRWT/SPO/105 Pemberian huknah rendah/tinggi
69. PRWT/SPO/106 Melakukan lavemen colonostomy
70. PRWT/SPO/107 Pemberian semprit glyserin
71. PRWT/SPO/108 Penggunaan darm buis/cerobong angin
72. PRWT/SPO/109 Pemberian kompres es
73. PRWT/SPO/110 Pertolongan pertama pada pasien kejang
74. PRWT/SPO/111 Mengeluarkan benda asing dari jalan nafas
75. PRWT/SPO/112 Merawat colostomy
76. PRWT/SPO/113 Mengangkat jahitan
77. PRWT/SPO/114 Perawatan luka operasi
78. PRWT/SPO/115 Merawat pasien pasca tracheostomy
79. PRWT/SPO/116 Pembalutan
80. PRWT/SPO/117 Hisap lendir pasien dengan respirator
81. PRWT/SPO/118 Penghisapan lendir dari mulut, hidung dan
tracheastomy
82. PRWT/SPO/120 Pemasang maag slang
83. PRWT/SPO/125 Memakai masker
84. PRWT/SPO/126 Memakai skort
85. PRWT/SPO/127 Memakai sarung tangan
86. PRWT/SPO/128 Pemantauan pasien post operasi
87. PRWT/SPO/129 Mendampingi visite dokter
88. PRWT/SPO/130 Pertolongan pada pasien muntah
89. PRWT/SPO/131 Persiapan operasi di IRD (Pre Emergency
Surgery)
90. PRWT/SPO/132 Pendampingan pasien dalam keadaan terminal
91. PRWT/SPO/133 Perawatan pasien yang baru meninggal
92. PRWT/SPO/134 Membantu pelaksanaan DC syok
93. PRWT/SPO/173 Deteksi dini tumbuh kembang anak
94. PRWT/SPO/174 Kuisioner pra skrining perkembangan
95. PRWT/SPO/143 Penggunaan zuigh aparat
96. PRWT/SPO/ 144 Penggunaan ruang tindakan dan perawatan
97. PRWT/SPO/145 Perencanaan dan pengadaan alat
98. PRWT/SPO/149 Perawatan ruang intensif
99. PRWT/SPO/150 Pelaksanaan informed consent keperawatan
100 PRWT/SPO/152 Mengkonsulkan pasien
.
101 PRWT/SPO/158 Pelayanan pasien tak dikenal
.
102 PRWT/SPO/159 Alur jenazah RSUD Dr. Soedono madium
115
.
103 PRWT/SPO/160 Penyimpanan jenazah
.
104 PRWT/SPO/161 Jenazah pulang dengan visum
.
105 PRWT/SPO/162 Visum peralihan (visumm lengkap ke
. pemeriksaan luar)
106 PRWT/SPO/163 Visum yang dicabut
.
107 PRWT/SPO/164 Prosedur persiapan pemeriksaan IVP
.
108 PRWT/SPO/165 Pasien pulang
.
109 PRWT/SPO/166 Pasien terlantar yang KRS
.
110. PRWT/SPO/167 Pasien pulang dirujuk
111. PRWT/SPO/168 Pasien pulang melarikan diri
112. PRWT/SPO/169 Pasien pulang meninggal
113. PRWT/SPO/170 Pasien pulang paksa
114. PRWT/SPO/171 Pasien menolak dirawat inap di RSUD Dr.
Soedono
115. PRWT/SPO/172 Menyiapkan fasilitas sesudah pasien rawat
inap/pulang
116. PRWT/SPO/173 Penanganan pada pasien tidak sadar
117. PRWT/SPO/174 Pelaksanaan beagging
118. PRWT/SPO/175 Perawatan pada control oksigenasi
119. PRWT/SPO/176 Pengguanaan alat blanket warmer
120 PRWT/SPO/177 Pengguanaan alat blanket rool
.
121 PRWT/SPO/178 Asistensi pelaksanaan intubasi
.
116
Tanggung Jawab Kepala Ruangan
1. Menetapkan standar kerja yang diharapkan sesuai denganstandar asuhan
keperawatan
2. Mengorganisir pembagian tim dan pasien
3. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan
4. Menjadi narasumber bagi ketua tim
5. Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode atau model
tim dalam pemberian asuhan keperawatan
6. Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada diruangannya
7. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada diruangannya
8. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya
9. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya,
kemudian menindak lanjutinya
10. Memotivasi staf untuk meningkatkan kemempuan melalui riset keperawatan
11. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf
Tanggung Jawab Ketua Tim
1. Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan denagn kepala ruangan
2. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan
3. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan
keperawatan bersama-sama anggota tim
4. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik
5. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan
melalui konferens
6. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang
diharapkan serta mendokumentasikannya
7. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan
keperawatan
8. Menyelenggarakan konferensi
9. Melakukan kolaborasi denagn tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan
10. Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggung jawab timnya
117
11. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan
Tanggung Jawab Anggota Tim
1. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan
2. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan
berdasarkan respon klien
3. Berpartisipasi dalam setiap memberikan masukan untuk meningkatkan
asuhan keperawatan
4. Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim
5. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim
6. Memberikan laporan
Pengkajian metode dilakukan yang bersumber dari perawat ruangan,
pekarya, petugas administrasi, atau rumah tangga, buku dokumentasi atau
catatan petugas farmasi dan bagian gizi. Berdasarkan pengkajian yang
didapatkan adalah metode gabungan primer dan tim dimana dalam pembagian
tugasnya dibagi menjadi 3 kleopmpok dan tim yang tiap tim dipimpin oleh
salah satu perawat.
1. Struktur Organisasi
Kepala Ruangan
Kadang- Tidak
No Tugas Selalu
kadang Pernah
1 Membuat perencanaan untuk
kebutuhan oerawatan yangdiruangan
√
baik dari segi jumalh, jenis dan
kualitas
2 Membuat perencanaan untuk
√
pemeliharaan sarana dan prasarana
3 Membuat perencanaan kebutuhan
tenaga di ruangan baik dari segi √
kualitas maupun kuantitas
4 Membuat rencana untuk √
pengembangan untuk staaff
perawatan sesuai dengan kebutuhan
118
pelayanan di ruangan
5 Membuat rencana dan melaksanakan
orientasi kepada tenaga baru dan √
praktikan
6 Membuat perencanaan berkala untuk
√
dengan para staaff di ruanagan
7 Merencanakan peningkatan
√
kenyamanan di ruangan
8 Membuat perencanaan tentang
metode pelayanan yang sesuai
√
dengan kondisi ndan situasi di
ruangan
9 Menyusun daftar dinas √
10 Mengatur dan mengkoordinasikan
√
kegiatan pelayanan di ruangan
11 Memberi orientasi kepada pasien dan
keluargha tentang tata tertib serta
√
fasililitas yang disediakan di rumah
sakit
12 Melaksanakan pertemuan berkala
atau sewaktu-waktu dengan staff dan √
tenag lain di ruangan
13 Memberi kesempatan atau izin
kepada stadf ruangan untuk
√
mengikuti kegiatan ilmiah atau
pelatihan
14 Mengupayakan pengfadaan pelaratan
dan bahan habis pakai sesuai √
kebutuhan ruangan
15 Mengature dan mengkoordinasikan
pemeliharaan alat agar selalu dalam √
keadaan siap pakai
16 Mengelompokkan pasien dan √
mengatur penempatnya diruangan
sesuai tingkat kegawatan, infeksi,
non infeksi untuk kelnacaran
119
pemberian asuhan keperawatan
17 Mengendalikan sistem pencatatn dan
pelaporan asuhan keperawatan dan √
kegiatan secara tepat dan benar
18 Memberi motivasi kepada petugas
dalam memelihara kebersihan √
lingkungan ruangan
19 Membuat laporan harian mengenai
pelaksanaan asuhan keperawatan di √
ruangan
20 Melakukan serah terima pada saat
√
pergantiajn dinas
21 Mengendalikan dan menilai
pelaksanaan asuhan keperawatan di √
ruangan
22 Melakukan penilaian kinerja staff di
√
ruangan
23 Mengawasi, mengendalikan dan
menilai penyalahguan tenaga
√
keperawatan peralatanj dan obat-
obatan
24 Mengawasi dan menilai asuhan
keperawatyan sesuai prosedur ketat √
SOP
2. IPCLN
Kadang- Tidak
No Tugas Selalu
kadang Pernah
1 Memantau hal-hal yang berhubungan
√
dengan nosokomial
2 Laporan tentang pemasangan infuse,
√
kateter, NGT dll
3 Melakuakn perawatan infuse, NGT,
√
kateter sesuai jadwal
4 Mendokumentasikan hasil perawatan
√
infuse, kateter NGT.
120
3. TIM PKRS RS
Kadang- Tidak
No Tugas Selalu
kadang Pernah
1 Mengkoordinir PKRS √
2 Membaut SAP √
3 Membuat jadwal penyuluhan √
4 .Menyiapkan SOP tindakan yang
√
dibacakan pada saat pre konferens
4. Seksi Askep
Kadang- Tidak
No Tugas Selalu
kadang Pernah
1 Mengkoordinir Askep √
2 Mengecheck kelengkapan dokumen
√
askep masing-masing pasien
3 Menyediakan format askep discharge
√
planning
121
pot, perlak, kateter, dll
e. Memelihara kebersihan, keindahan
lingkungan di sekitar ruang √
perawatan
Terhadap penderita, antara lain
a. Membantu perawat membersihkan √
pispot dan urinal
b. Mengganti baju penderitac. √
c. Membantu menjaga tata tertib
√
ruangan / lingkungan
Keterangan :
Tugas dikerjakan dengan kurang baik : 0-49%, baik : >49%-77%, sangat
baik : >77%
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Kepala ruangan melakukan tugasnya 92% (sangat baik)
b. IPCLN melakukan tugasnya 100% (sangat baik)
c. Tim PKRS RS melakukan tugasnya 50% (baik)
d. Sie askep melakukan tugasnya 100% (sangat baik)
e. Pekarya atau rumah tangga melakukan tugasnya 100% (sanagtbaik)
Jadi dapat disimpulkan bahwa pegawai ruang unit ICU telah melaksanakan tugas
sesuai tugasnya dengan sangat baik hanya saja dalam PKRS perlu adanya
peningkatan kerja.
Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan di ruang ICU.
1. Operan atau timbang terima
Proses timbang terima dilakukan langsung pada kamar-kamar pasien.
Timbang terima dari shift malam ke pagi.
No. Pernyataan Ya Tidak Keterangan
1. Kedua kelompok shift sudah siap √
2. Shift yang akan menyerahkan dan
mengoperkan mempersiapkan hal-hal √
apa yang harus disampaikan
3. Perawat primer menyampaikan kepada √
penanggung jawab shifth selanjutnya
meliputi :
122
a. Keadaan umum klien,
b. Tindak lanjut untuk dinas yang
menerima operan selanjutnya
c. Rencana kerja untuk dinas
yang menerima operan.
123
yang menerima operan.
4. Penyampaian operan diatas harus
√
secara jelas dan tidak terburu-buru
5. Perawat primer dan anggota kedua
shift dinas bersama.sama secara √
langsung melihat keadaan klien.
124
keperawatan, diikuti oleh semua perawat dan mahasiswa yang dinas pagi.
Namun yang memimpin pre conference adalah perawat primer 1,
sedangkan dari kepala ruang hanya menambahkan hal-hal yang perlu
disampaikan.
125
oleh apoteker ke ruangan dan berikan kepada pasien sesuai jam
pengobatan, kemmudian di timabng terikamkan kepada perawat ytang
berjaga di ruangan.
5) Sistem Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Pendokumentasian buku status pasien dengan lembar asuhan keperawatan
(pengkajian-catatatan perkembangan) tidak ada pemisahan. Sehungga jika
status pasien dibawa untuk konsul maka asuhan keperawatan dan catatatn
perkembangan tidak biasa dilakukan. Pengisisan asuhan keperawatan
dicatatat paling lambat 24 jam setelah pasien masuk ruangan. Namun
pengisian asuhan keperawatan terutama pada catatatn perkembangan
masih ada poin-poin yang tidak lengkap seperti evaluasi pada catatatan
perkembangan.
126
. dilakukan
1. Mencatat data yang dikaji sesuai √
dengan pedoman pengkajian
2. Data dikelompokkan bio-psiko-sosio- √
spiritual
3. Data dikaji sejak pasien masuk √
sampai pulang
4. Diagnose dirumuskan berdasarkan √
masalah yang telah diturunkan
Jumlah 75% 25%
6. Diagnosa Keperawatan
Tabel Rekapitulasi Diagnosa di Ruang ICU RSUD dr. Soedono Madiun Juni
2017.
No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak Dilakukan
.
1. Diagnose keperawatan √
berdasarkan masalah yang
diturunkan
2. Diagnose keperawatan meliputi √
PE/PES
3. Merumuskan diagnose √
keperawatan actual/potensial
Jumlah 66,7% 33,%
7. Perencanaan
Tabel Rekapitulasi Perencanaan di Ruang ICU RSUD dr. Soedono Madiun
Juni 2017
No. Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak Dilakukan
1. Berdasarkan diagnose √
127
keperawatan
2. Disusun menurut prioritas √
3. Rumusan tujuan mengandung √
komponen pasien (subjek),
perubahan perilaku, kondisi
pasien/keluarga.
4. Rencana tindakan mengacu pada √
tujuan dengan kalimat perintah,
terinci, jelas dan melibatkan
pasien
5. Rencana tindakan √
menggambarkan keterlibatan
pasien/keluarga
6. Rencana kegiatan √
menggambarkan kerjasama
dengan tim kesehatan lain.
Jumlah 100% 100%
8. Tindakan
Tabel Rekapitulasi Tindakan di Ruang ICU RSUD dr. Soedono Madiun Juni
2017
128
jelas
5. Tindakan keperawatan dilakukan √
sesuai dengan SOP
Jumlah 80% 20%
9. Evaluasi
Tabel rekapitulasi evaluasi diruang ICU RSUD dr,Soedono Madiun juni 2017
No Aspek yang dinilai Dilakukan Tidak dilakukan
1. Evaluasi mengacu pada tujuan √
2. Hasil evaluasi dicatat (di √
lembar observasi dan L5)
Jumlah 100% 100%
129
mencantumkan paraf/nama
jelas,tanggal dan jam
dilakukannya tindakan
Jumlah 100% 100%
130
Metode penugasan ruangan menggunakan metode primer dengan 2
perawat primer (1 pendidikan Ners, 1 perawat D3. Serta 8 perawat associet dan 1
non medis dengan pembagian tugas perawat primer masuk pagi sedangkan sift
sore dan malam masing-masing ditugaskan 2 perawat associet. Perawat tersebut
memiliki tanggung jawab penuh terhadap seluruh pasien,
NO Dilakukan
Aspek Yang Diobeservasi
Ya Tidak
1 Kepala Ruangan
a. Mengatur pembagian tugas jaga √
perawat (jadwal dinas)
b. Mengatur dan mengendalikan
√
kebersihan dan ketertiban ruangan
c. Mengadakan diskusi dengan staff
untuk memecahkan masalah di √
ruangan
d. Membimbing mahasiswa √
(bekerjasama dengan pembimbing
131
klinik) dalam asuhan keperawatan di
ruangan
e. Melakukan kegiatan administrasi dan
√
surat menyurat
f. Menciptakan dan memelihara
hubungan kerja yang harmonis dengan
klien atau keliuarga dan tim kesehatan
antara lain : kepala ruangan rawat
√
mengingatkan kembali klien keluarga
tentang perawat tim yang
bertanggungjawab terhadap mereka
diruangan yang bersangkutan
g. Melaksanakan pembinaan terhadap PP
dan PA dalam hal implementasi MPKP
√
termasuk singkap dan tingkah laku
proffesional
h. Bila PP cuti, tugas dan tanggungjawab
PP dan didelegasikan kepala PA senior
(wakil PP pemula yang ditunjuk) √
tetapi, tetap dibawah pengawasan
kepala ruangan dan CCM
i. Merencanakan dan memfalitisasi
ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan √
di ruangan
j. Memantau dan mengevaluasi
penampilan kerja semua tenaga yang
√
ada di ruangan, membuat DP3, dan
usulan kenaikan pangkat
k. Melakukan pertemuan rutin dengan
perawat setiap bulan untuk membahas √
pelayanan di ruangan
2. Perawat primer
a. Melakukan kontak dengan klien dan
keluarga pada awal masuk ruangan √
sehingga tercipta hubungan terapiutik
132
b. Melakukan pengkajian pada pasien
baru yang sudah dilakukan PP pada √
sore, malam atau libur.
c. Menetapkan rencana asuhan
keperawatan berdasarkan
√
analisisstandard renpra sesuai dengan
hasil pengkajian
d. Menjelaskan renpra yang sudah
ditentukan oleh PA dibawah tanggung
√
jawabnya sesuai klien yang
dirawatnya (pre konference)
e. Menetapkan PA yang bertanggung
jawab pada setiap klien, setiap kali
giliran jaga. Pembagian klien
√
didasarkan pada jumlah klien, tempat
ketergantungan klien dan tempat tidur
yanng berdekatan
f. Melaksanakan bimbingan dan evaluasi
PA dalam melakukan tindakan
√
keparawatan, apakah sesuai dengan
SOP.
g. Memonitor dokumentasi yang telah
√
dilaksanakan oleh PA
h. Membantu dan memfasilitasi
√
terlaksananta kegiatan PA
i. Melakukan tindakan keperawatan yag
bersifat terapi keperawatan dan
√
tindakan keperawatan yang tidak
dapat dilakukan oleh PA
j. Mengatur pelaksanaan konsul dan
√
pemeriksaan laboratorium
k. Melakukan kegiatan serah terima klien
dibawah tanggung jawab bersama √
dengan PA
l. Mendampingi dokter visite klien √
133
dibawah tanggung jawabnya, bila
tidak ada visite didampingi oleh PA
m. Melakukan evaluasi keperawatan dan
membuat catatan perkembangan klien √
setiap hari
n. Melakukan pertemuan dengan klien/
kluarga minimal setiap 2 hari untuk √
membahas kondisi keperawatan klien.
o. Memberikan pendkes pada klien dan
√
keluarga
p. Membuat perencanaan pulang √
134
dan tim kesehatan antara lain : kepala ruang
rawat mengingatkan kembali klien/keluarga
tentang perawat/tim yang bertanggung
jawab terhadap mereka di ruangan yang
bersangkutan
g. Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan Ö
PA dalam hal implementasi MPKP
termasuk sikap dan tingkah laku
profesional
h. Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP Ö
dapat di delegasikan kepada PA senior
(wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi,
tetap dibawah pengawasan kepala ruang
rawat dan CCM
i. Merencanakan dan memfasilisasi Ö
ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan
ruangan
j. Memantau dan mengevaluasi penampilan Ö
kerja semua tenaga yang ada di ruangan,
membuat DP3, dan usulan kenaikan
pangkat
k. Melakukan pertemuan rutin dengan Ö
perawat setiap bulan untuk membahas
pelayanan di ruangan.
Rata- rata 100 % 0%
2. Perawat primer
a. Melakukan kontak dengan klien dan
keluarga pada awal masuk ruangan sehingga Ö
tercipta hubungan terapiutik
b. Melakukan pengkajian pada pasien baru
yang sudah dilakukan PP pada sore, malam Ö
atau libur.
c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan Ö
berdasarkan analisisstandard renpra sesuai
135
dengan hasil pengkajian
d. Menjelaskan renpra yang sudah ditentukan
oleh PA dibawah tanggung jawabnya sesuai Ö
klien yang dirawatnya (pre konference)
e. Menetapkan PA yang bertanggung jawab
pada setiap klien, setiap kali giliran jaga.
Pembagian klien didasarkan pada jumlah Ö
klien, tempat ketergantungan klien dan
tempat tidur yanng berdekatan
f. Melaksanakan bimbingan dan evaluasi PA
dalam melakukan tindakan keparawatan, Ö
apakah sesuai dengan SOP.
g. Memonitor dokumentasi yang telah
Ö
dilaksanakan oleh PA
h. Membantu dan memfasilitasi terlaksananta
Ö
kegiatan PA
i. Melakukan tindakan keperawatan yag
bersifat terapi keperawatan dan tindakan
Ö
keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh
PA
j. Mengatur pelaksanaan konsul dan
Ö
pemeriksaan laboratorium
k. Melakukan kegiatan serah terima klien
Ö
dibawah tanggung jawab bersama dengan PA
l. Mendampingi dokter visite klien dibawah
tanggung jawabnya, bila tidak ada visite Ö
didampingi oleh PA
m. Melakukan evaluasi keperawatan dan
membuat catatan perkembangan klien setiap Ö
hari
n. Melakukan pertemuan dengan klien/ kluarga
minimal setiap 2 hari untuk membahas Ö
kondisi keperawatan klien.
o. Memberikan pendkes pada klien dan
Ö
keluarga
p. Membuat perencanaan pulang Ö
136
3. Perawat Associate √
a. Membuat renpra yang telah ditetapkan PP √
b. Membina hubungan terapeutik dengan klien
dan keluarga sebagai lanjutan kontrak yang √
sudah dilakukan PP
c. Menerima klien baru dan memberikan
informasi berdasarkan format orientasi klien √
jika PP tidak ada di tempat
d. Melakukan tindakan keperawatan pada
√
kliennya berdasarkan renpra
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang
telah dilakukan dan mendokumentasikannya √
pada format yang tersedia
f. Mengikuti visite dokter bila PP tidak di
√
tempat
g. Memeriksa kerapian dan kelengkapan status
√
keperawatan
h. Membuat laporan pergantian dinas dan
√
setelah dinas selesai di paraf
i. Mengkomunikasikan kepada PP dinas bila
√
menemukan masalah yang perlu diselesaikan
j. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan
diagnostic, laboraturium, pengobatan, dan √
tindakan
k. Berperan serta dalam memberikan
pendidikan kesehatan pada klien dan √
keluarga dilakukan oleh PP
l. Melakukan inventrisasi fasilitas yang terkait
√
dengan timnya
m. Membantu tim lain yang membutuhkan √
n. Memberikan resep dan menerima obat dari
keluarga klien yang menjadi tanggung √
jawabnya berkoordinasi dengan PP
Rata-rata
3.13 Marketing
JUMLAH PENJAMIN PASIEN DI RUANG ICU
137
PENJAMIN
BULAN
UMUM BPJS NON PBI BPJS PBI SPM
JANUARI 10 28 9 0
FEBRUARI 7 20 6 0
MARET 11 11 8 0
Angka kunjungan tiga bulan terakhir menunjukkan pasien yang dirawat inap
di ICU jika dikelompokkan menurut penjamin tebanyak adalah pasien yang
dijamin oleh BPJS NON PBI yaitu sebanyak 49 pasien diikuti urutan kedua
adalah pasien dengan penjamin UMUM yaitu sebanyak 28 pasien. Di urutan
ketiga adalah pasien dengan penjamin BPJS PBI yaitu sebanyak 23 pasien. Pada
bulan Januari sampai Maret 2017 tidak terdapat pasien dengan penjamib SPM.
Dari data diatas menunjukkan pasien yang meninggal kurang dari 48 jam
terbanyak pada bulan Maret yaitu sejumlah 12 orang. Sedangkan pasien yang
meninggal lebih dari 48 jam terbanyak pada bulan Januari yaitu 11 orang. Angka
kematian di ICU cukup tinggi karena pasien yang masuk ICU mayoritas sudah
dalam kondisi kritis dengan nilai GCS kurang dari 7 sehingga hal ini menjadi
ruang perawatan biasa paling banyak pada bulan februari yaitu sebanyak 17
orang. Di bulan februari, ICU melakukan rujuk pasien sejumlah 1 orang ke RSUD
Dr. SOETOMO Surabaya sebagai rumah sakit rujukan primer.
3. 14 Money
Tidak ada sumber dana khusus dari ruangan, segala keuangan diatur secara
terpusat oleh rumah sakit.
138
Alur pengajuan anggaran pengadaan alat, ruang ICU memberikan daftar
alat kepada bagian sarana dan prasarana rumah sakit. Sumber dana
tersebut berasal dari DPA RSUD dr. Soedono Madiun.
2. Pendapatan Karyawan
Setiap bulannya karyawan diruang mendapatkan dana hak karyawan
berupa tunjangan yang berupa :
1) Gaji yang disesuaikan dengan status karyawan yaitu :
a. PNS
Untuk memberikan gaji pada karyawan yang berstatus PNS
disesuaikan berdasarkan dengan golongannya.
b. BLUD
Untuk pemberian gaji pada karyawan dengan status BLUD
disesuaikan dengan peraturan pemerintah daerah propinsi jawa
timur.
2) Remonerasi
Pemberian remonerasi diberikan sesuai dengan beban karyawan. Yang
diberikan pada karyawan satu tahun sekali.
139
BAB IV
MASALAH DAN PERENCANAAN
2. Jenis Ketenagaan
a) S-I Kep : 4 0,3 3 0,9
b) D-3 : 14
S-W
c) Non Medis : 1 orang
5,4-4,4 = 1,0
d) Cleaning Service : 1 orang
3. Masa Kerja perawat yang berada di Icu rata-rata >5 tahun
4. Ruangan memiliki struktur organisasi dan uraian tugas yang jelas untuk
0,2 3 0,6
kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana
5. Perawat mendampingi visite dokter
140
6. Kepala ruangan selalu memotivasi perawat untuk membuat 0,1 3 0,3
pendokumentasian asuhan keperawatan
7. Adanya pelatihan perawat yang diberikan oleh rumah sakit untuk tenaga
0,3 4 1,2
perawat yang ada di ICU 0,2 3 0,6
TOTAL
0,2 3 0,6
5,4
Wekness.
1. Beban kerja perawat diruangan cukup tinggi 0,5 1 0,5
141
1. Adanya program pelatihan / seminar khusus tentang manajemen
keperawatan dari diklat, serta pelatihan.
2. Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
0,2 2 0,4
tinggi.
3. Adanya kerja sama yang baik anta mahasiswa keperawatan dengan
0,2 2 0,4
perawat klinik.
4. Rekruitmen perawat melalui uji pegawai negeri sesuai dengan aturan
rumah sakit dan perekurtan tenaga honorer melalui direktorat rumah 0,2 2 0,4 O-T
2,6 - 2,6 = 0,0
sakit yang disesuaikan dengan tingkat keebutuhan masing-masing.
5. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisasi perawat. 0,3 2 0,6
6. Adanya program akredtasi RS dari pemerintah di mana MAKP
merupakan salah satu penilaian.
TOTAL 0,2 2 0,4
142
4. Adanya program akreditasi RS dari pemerintah di mana MAKP 0,3 2 0,6
merupakam slah satu penilaian.
0,3 2 0,6
5. Anggapan masyrakat bahwa rumah sakit merupakan rumah sakit
merupakan RS pendidikan yang menjadikan pasien sebagai lahan 0,3 2 0,6
praktek
0,2 2 0,4
TOTAL
0,2 2 0,4
2,6
2 Sarana dan prasarana (M2).
a. Internal Faktor (IFAS).
Strength.
1. Mempunyai sarana dan prasarana yang memadai untuk pasien,
tenaga, kesehatan dan keluarga pasien termasuk sarana prasarana 0,5 3 1,5
S-W
universal precaution untuk perawat.
5,8-1,9 = 3,9
2. RS pemerintah type B sekaligus sebagai RS pendidikan dan rujukan.
3. Terdapat administrasi penunjang (missal : buku injeksi ,buku 0,3 2 0,6
143
TTV,buku visite,SOP,dan lain-lain) yang memadai. 0,3 2 0,6
4. Tersedia nurse station.
0,4 2 0,8
5. Ruangan memiliki tempat pembuangan sampah yang terpisah
sampah non medis dan medis 0,3 3 0,9
6. Persediann obat-obatan emergency selalu tersedia
7. Pemeliharaan dan perawatan dari sarana dan prasarana penunjang
0,5 2 0,6
kesehatan sudah ada.
TOTAL 0,4 2 0,8
Weakness.
5,8
1. Sarana administrasi penunjang untuk dokumentasi belum
dimanfaatkan.
2. Anggota keluarga yang menjaga pasien belum mendapatkan
0,2 3 0,6
/menggunakan tanda pengenal
3. Pendokumentasian asuhan keperawatan belum optimal, masih
terdapatnya kekosongan status di dokumentasi pasien 0,2 2 0,4
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS) 0,3 3 0,9
Opportunity.
1.9
1. Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang rusak dari bagian
144
pengadaan barang ( AC,Syringe pump,ventilator, infus pump).
2. Adanya program pelatihan / seminar khusus tentang pengoperasian
alat.
0,5 3 1,5
3. Adanya kerjasama dengan pihak RS untuk pengadaan bahan untuk
perawatan pasien
0,3 2 0,6 O-T
4. Adanya alat-alat khusus yang memadai di ruang ICU
3,3 - 2,9 = 0,4
TOTAL
0,3 2 0,6
Threathened.
0,3 2 0,6
1. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
2. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk melengkapi sarana dan 2,2
prasarana.
3. Adanya persaingan mutu dan pelayanan antar rumah sakit
4. Semakin banyaknya tuntutan ilmu terbaru dan peralatn canggih yang 0,3 2 0,6
mengharuskan RS untuk terus melakukan perbaharuan
0,4 2 0,8
TOTAL
0,3 2 0,6
0,3 3 0,9
145
2,9
3 Methode (M3)
1. MAKP.
a. Internal Faktor (IFAS).
Strength.
1. RS memiliki visi, misi sebagai acuan melaksanakan kegiatan pelayanan.
2. Sudah ada Model MPKP yang digunakan yaitu MPKP primer.
3. Ada kemauan perawat untuk berubah.
4. Mempunyai standar asuhan keperawatan.
5. Mempunyai protap setiap tindakan.
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat: perawat dan tim kesehatan lain.
7. Ketenagaan keperawatan sudah memenuhi syarat untuk MAKP (SI
Keperawatan 4 orang
TOTAL
Weakness
1. Pelaksanaan model MPKP sudah dilaksanakan tetapi sosialisasi kepada
146
semua tim masih kurang.
2. Supervisi kadang dilakukan kadang tidak oleh kepala ruangan.
3. Ada perawat yang tidak puas dengan pelaksanaan tugas yang tugaskan
4. Berdasarkan hasil observasi discharge planning telah dilaksanakan secara
lisan tapi kadang tidak didokumentasikan
TOTAL
Eksternal Faktor (EFAS)
Opportunity
1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang praktek manajemen di ruang
ICU
2. Kerjasama yang baik antara perawat mahasiswa S-1 keperawatan
TOTAL
Treathened
1. Persaingan dengan rumah sakit yang semakin ketat.
2. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap peningkatan
pelayanan keperawatan yang lebih professional.
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan hukum.
4. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
147
5. Persaingan dengan masuknya perawat asing.
6. Bebasnya pers yang dapat langsung menyebarkan informasi dengan
cepat.
TOTAL
4 Sentralisasi Obat.
a. Internal Faktor (IFAS).
Strengt.
1. Tersedianya sarana dan prasarana untuk pengelolaan sentralisasi obat. 0,2 3 0,6 S–W=
2. Sudah dilaksanakan kegiatan sentralisasi obat oleh perawat berkolaborasi 4,5 – 0,9 =
0,2 3 0,6 3,6
dengan depo farmasi.
3. Adanya kemauan perawat untuk melakukan sentralisasi obat.
4. Adanya buku injeksi dan obat oral bekerja sama dengan depo farmasi. 0,3 3 0,9
5. Ada lembar pendokumentasian obat yang diterima di setiap status pasien.
0,3 4 1,2
TOTAL 0,3 4 1,2
Weakness
1. Pelaksanaan sentralisasi obat di ICU menggunakan sistem unit dose 4,5
148
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS).
Opportunity.
0,9
1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang praktik manajemen
keperawatan
2. Kerjasama yang baik antar perawat dan mahasiswa S1 keperawatan.
0,3 2 0,6
TOTAL
0,3 2 0,6 O–T=
1,2 – 1,5 =
Threatened - 0,3
1. Adanya tuntutan pasien untuk mendapatkan pelayanan professional. 1,2
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan hukum.
0,3 2 0,6
1,5
5 Supervisi.
149
a. Internal Faktor (IFAS).
Strength.
1. Supervisi telah dilaksanakan secara rutin.
0,2 3 0,6 S–W=
2. Telah ada program pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi. 1,2 – 1,2 =
TOTAL 0,2 3 0,6 0,0
Weakness.
1,2
1. Belum mempunyai format yang baku dalam pelaksanaan supervisi.
2. Supervisi belum terstruktur dan tidak ada formulir penilaian yang tetap. 0,2 2 0,4
3. Belum adanya dokumentasi supervisi yang jelas.
0,2 2 0,4
TOTAL
b. Eksternal Faktor (EFAS) 0,2 2 0,4
Opportunity. 1,2
150
Prestasi Pegawai (DP3). 0,3 2 0,6
TOTAL
Treatened.
0,2 2 0,4
1. Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang
professional.
2,0
TOTAL
0,3 2 0,6
0,6
6. Timbang Terima.
a. Internal Faktor (IFAS).
Strenght.
1. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima setiap pagi.
2. Adanya laporan jaga setiap sif. 0,1 2 0,2 S–W=
0,3 3 0,9 4,1 – 3,3 =
3. Timbang terima sudah merupakan kegiatan rutin yang telah dilaksanakan.
0,8
4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan timbang terima. 0,3 3 0,9
5. Adanya buku khusus untuk pelaporan timbang terima.
0,3 3 0,9
TOTAL
151
Weakness. 0,3 4 1,2
1. Belum ada protap timbang terima diruangan.
4,1
2. Timbang terima sudah dilakukan dengan baik (PP melaporkan identitas
pasien, keluhan utama, DS, DO, MK, dan intervensi) tetapi intervensi 0,3 3 0,9
masih bersifat umum tidak berdasarkan MK dan evaluasi tidak lengkap.
0,3 3 0,9
3. Format timbang terima sudah mencakup nama dan paraf perawat pada
kedua sif.
4. Pelaksanaan timbang terima masih belum optimal, khususnya dari sif
sore ke malam.
0,3 3 0,9
TOTAL
Opportunity. 3,3
1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan yang praktik manajemen
keperawatan.
2. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa S1 keperawatan yang
praktik dengan perawat ruangan.
3. Kebijakan RS (bidang keperawatan) tentang timbang terima. 0,3 2 0,6 O–T=
1,8 – 1,5 =
TOTAL
0,3
152
Treathened 0,3 2 0,6
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang professional.
0,3 2 0,6
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan. 1,8
TOTAL
0,3 3 0,9
0.3 2 0,6
1,5
7. Discharge Planning.
a. Internal Faktor (IFAS)
Strenght.
1. Tersedianya sarana dan prasarana discharge planning diruangan untuk S–W=
pasien pulang (format atau kartu DP). 0,3 3 0,9 4,1 – 3 =
1,1
2. Adanya kartu kontrol berobat.
0,4 4 1,6
3. Perawat memberikan pendidikan kesehatan secara informal kepada
pasien / keluarga selama dirawat atau pulang. 0,4 4 1,6
153
TOTAL
Weakness. 4,1
154
TOTAL
0,3 2 0,6
0,3 2 0,6
2,1
8. Ronde Keperawatan
a. Internal Faktor (IFAS)
Strength.
1. Bidang perawatan dan ruangan mendukung adanya kegiatan ronde
keperawatan. 0,2 2 0,4 S–W=
2,8 – 3,4 =
2. Banyaknya kasus yang memerlukan perhatian khusus.
0,3 3 0,9 -0,6
3. SDM banyak mempunyai pengalaman dalam bidang keperawatan bedah
medis. 0,3 2 0,6
4. Sertifikasi perawat sesuai keahliannya.
TOTAL 0,3 3 0,9
2,8
Weakness.
1. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dilaksanakan secara
0,4 4 1,6
teratur di ruang ICU
155
2. Karakteristik tenaga yang memenuhi kualifikasi belum merata. 0,3 3 0,9
3. Jumlah tenaga yang tidak seimbang dengan jumlah tingkat
0,3 3 0,9
ketergantungan pasien.
TOTAL 3,4
b. Eksternal Faktor (EFAS).
Opportunity.
1. Adanya pelatihan dan seminar tentang manajemen keperawatan.
2. Adanya kesempatan dari kepala ruangan untuk mengadakan ronde 0,2 2 0,4 O–T=
0,8 – 0 =
keperawatan pada perawat dan mahasiswa praktik.
0,2 2 0,4 0,8
TOTAL
0,8
MONEY
a. Internal Faktor (IFAS).
Strength.
1. Pembayaran jasa pelayanan Umum, BPJS dan Jamkesmas melalui
transaksi sesuai dengan rincian tindakan yang dikirim dari ruang ICU 0,3 4 1,2 S–W=
2,1 – 1,8 =
2. Sistem keuangan ruang ICU memiliki sistem budgeting yang diatur
0,3
langsung rumah sakit untuk pelayanan maupun pendanaan kesehatan 0,3 3 0,9
bagi petugas kesehatan.
156
TOTAL
2,1
Wekness.
1. Sistem budgeting dikelola langsung oleh rumah sakit sehingga
0,3 3 0,9
kepala ruangan mengetahui berapa tarif yang diberlakukan setiap
pelayanan yang dilakukan setiap pasien.
2. Ruang ICU tidak terlibat dalam pengelolaan keuangan
0,3 3 0,9
TOTAL
1,8
c. Eksternal Faktor (EFAS).
Opportunity.
1. Bantuan atau jaminan pembayaran oleh pasien dilakukan oleh BPJS
yang dikoordinasi oleh rumah sakit. O–T=
0,3 3 0,9 0,9 – 1,0 =
-0,1
TOTAL
Treathened.
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk 0,9
157
0,2 2 0,4
1,0
158
-5
159
KETERANGAN :
1. Kuadran I (positif,positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang.
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi
dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus
melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara
maksimal.
2. Kuadran II (posistif,negative)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat nmaun menghadapi
tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun
menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi
akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada
strategi sebelumnya. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk segera
memperbanyak ragam strategi taktisnya.
3. Kuadran III
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi,
artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab,
strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang
ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
4. Kuadran IV
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi
tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi
Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis.
160
Oleh karenanya organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan,
mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini
dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.
161
Belum adanya panduan cara
cuci tangan untuk keluarga
3 5 5 4 2 5 21 1
pasien dengan menggunakan
handscrub
Pasien/keluarga belum
mendaptkan informasi tentang
4 7 benar pemberian obat dari 2 3 4 1 5 15 7
perawat kepada
pasien/keluarga
Belum optimalnya promosi
kesehatan melalui edukasi dan
penyuluhan atau dengan
5 4 3 4 2 5 18 5
menggunakan media leaflet
kepada pasien atau keluarga
pasien
Pelaksanaan timbang terima
perawat belum sesuai standart
6 yang seharusnya dilakukan 4 3 4 2 5 18 4
berkeliling tetapi hanya
dilakukan di nurse station
Kurangnya prasarana yang
7 2 4 3 3 4 16 6
tersedia di ruang ICU
Keterangan :
5 : sangat sering/sangat besar kerugian/sangat mudah dipecahkan/sangat
diperhatikan
4 : sering/besar kerugiian/mudah dipecahkan /diperhatikan
3 : kadang-kadang/kerugian sedang/agak mudah dipecahkan/jarang diperhatikan
2 : jarang/sedikit kerugian/agak sulit dipecahkan/kurang diperhatikan
1 : entasitidak terjadi/tidak ada kerugian/sulit dipecahkan/tidak diperhatikan
162
kelompok membuat struktur organisasi yang bersifat umum bertujuan untuk
menentukan kebijakan-kebijakan internal. Adalah sebagai berikut :
Ketua : Nur Rahmat Romadon
Wakil : Afrila Grenada F.
Sekretaris : Riska Ayu T.
Devita Indah Permata S.
Fenny F. Anggraini
Bendahara : Meilani Dwi Astuti
Siti Halimatus Z.
Sie Perlengkapan : Dimas Tri C.
Vella Riandini
Riske Dwi H.
Sie Konsumsi : Maria Budi N.
Yessi Arliastian
Sie KSK Dokumentasi : Rifal Anggara P.
Hariyanto
163
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif antar
perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk komunikasi yang
harus ditingkatkan efektifitasnya adalah saat pergantian shift, yaitu saat timbang
terima klien.Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (informasi) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima
klien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan klien saat itu. Informasi yang disampaikan harus
akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan
sempurna. Timbang terima dilakukan oleh perawat primer antar shift secara tulisan
dan lisan.
Timbang terima merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima
informasi yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima harus dilakukan
seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan komplit tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat primer antar shift secara tulisan dan lisan.
Selama ini timbang terima sudah dilakukan. Isi dan substansi timbang terima
yang dilakukan selama ini adalah identitas pasien, diagnosa medis, diagnosa
keperawatam, program terapi yang sudah dilakukan dan rencana tindakan yang akan
dilakukan.Timbang terima dilakukan secara lisan dan tertulis kemudian keliling ke
semua pasien. Timbang terima perlu terus ditingkatkan baik teknik maupun alurnya
karena timbang terima merupakan bagian penting dalam menginformasikan
permasalahan klien sehari- hari.
Keakuratan data yang diberikan saat timbang terima sangat penting, karena
dengan timbang terima ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan
bisa dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggungjawab dan
tanggunggugat dari seorang perawat. Bila timbang terima tidak dilakukan dengan
baik, maka akan muncul kerancuan dari tindakan keperawatan yang diberikan karena
tidak adanya informasi yang bisa digunakan sebagai dasar pemberian tindakan
keperawatan. Hal ini akan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan dan
menurunkan tigkat kepuasan pasien. Kegiatan timbang terima yang telah dilakukan
perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka mahasiswa Program Profesi Ners Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun akan melaksanakan timbang terima pasien berdasarkan konsep
164
Model Asuhan Keperawatan Profesional Primary Nursing di ruang ICU RSUD dr.
Soedono Madiun
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan timbang terima, maka mahasiswa dan ICU mampu
mengkomunikasikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan klien dengan baik,
sehingga kesinambungan informasi mengenai keadaan klien dapat dipertahankan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menyampaikan masalah, kondisi dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah/belum dilakukan dalam asuhan keperawatan
pada klien.
c. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
1.3 Manfaat
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Bagi Klien
Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.
3. Bagi Rumah Sakit
Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara komprehensif.
BAB 2
MATERI TIMBANG TERIMA
2.1 Pengertian
Timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan
yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang
harus dilakukan sebelum pergantian shift. Selain laporan antar shift, dapat
disampaikan juga informasi-informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang
telah atau belum dilaksanakan.
2.2 Tujuan.
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan klien secara umum.
b. Menyampaikan hal-hal yang penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
c. Tersusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
165
2.3 Langkah-langkah
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang akan
disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada penanggungjawab shift selanjutnya
meliputi :
1) Kondisi atau keadaan klien secara umum.
2) Tindak lanjut atau dinas yang menerima operan.
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan.
d. Penyampaian operan di atas harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung
melihat keadaan klien.
2.4 Prosedur Timbang Terima
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
a. Persiapan
1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan
Timbang terima dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer yang
mengganti jaga pada shift berikutnya :
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift.
2) Di nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan klien,
rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya
dicatat untuk kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
a. Identitas klien dan diagnosa medis.
b. Masalah keperawatan yang masih ada.
c. Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif).
d. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan .
e. Intervensi kolaboratif dan dependensi.
f. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya.
5) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi tanya jawab
terhadap hal-hal yang ditimbang-terimakan dan berhak menanyakan mengenai hal-hal
yang kurang jelas.
6) Penyampaian saat timbang terima secara jelas dan singkat.
166
7) Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
8) Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan melakukan validasi
data.
9) Pelaporan untuk timbang terima ditulis secara langsung pada buku laporan ruangan
oleh perawat primer
BAB 3
KEGIATAN
3.1 Pelaksanaan Kegiatan
Hari / tanggal :
Pukul :
Pelaksana :
Topik :.
Tempat :
Sasaran :.
3.2 Pengorganisasian
Kepala Ruangan :
PP1 (Pagi) :
PA (Pagi) :
PP2 (Sore) :
PA (Sore) :
3.3 Metode dan Media
Metode :
- Karu memimpin proses Timbang Terima
- Melakukan timbang terima antara Perawat Primer pagi dengan Perawat Primer sore.
- Melaporkan status keadaan klien dari PP pagi ke PP sore.
- Diskusi, tanya jawab dan validasi data kembali.
Media :
- Materi disampaikan secara lisan.
- Dokumentasi klien (status).
- Buku Timbang Terima
3.7 Evaluasi
- Evaluasi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia antara
lain : Catatan timbang terima, status klien dan kelompok shift
timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang
dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan timbang
terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.
167
- Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan oleh seluruh
perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift. Perawat primer malam
menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan mengganti
shift. Timbang terima pertama dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien dan
kembali lagi ke nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah
keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum dilakukan serta pesan
khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat
klarifikasi ke klien.
- Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian
shift. Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar
perawat berjalan dengan baik
3.8 Resume Pelaksanaan Timbang Terima
Hari/tanggal :
Jam :
Tempat :
Acara : Timbang Terima
2. SENTRALISASI OBAT
1. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan yang prima
dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus segera direspon oleh perawat. Respon
yang ada harus bersifat kondusif dengan mempelajari langkah-langkah konkrit dalam
pelaksanaannya (Nursalam, 2002). Salah satunya adalah dalam pengelolaan obat
pasien. Teknik pengelolaan obat secara sentralisasi merupakan pengelolaan obat
dimana seluruh obat yang akan diberikan pada pasien diserahkan sepenuhnya kepada
perawat. Pengeluaran dan pembagian obat juga sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
Sentalisasi obat diharapkan dapat diberikannya terapi farmakologi (pengobatan)
secara tepat pasien, tepat waktu, tepat dosis, tepat cara pemberian sehingga akan
memperpendek waktu rawat inap. Sentralisasi obat di ruang Irna 2 dilaksanakan pada
obat injeksi yang disimpan oleh petugas ditempat khusus di ruang perawat dan
diberikan menurut jadwal pemberian, sedangkan obat oral diberikan kepada
pasien/keluarganya dan perawat hanya memberitahukan cara pemberiaannya. Resep
dari dokter diberikan keluarga pasien untuk dibelikan di apotek, setelah mendapatkan
obatnya diserahkan ke perawat untuk dicatat pada buku penerimaan obat. Karena hal
tersebut diatas, kelompok 2 berencana akan mensosialikan dan melaksanakan
sentralisasi obat yang mencakup obat injeksi maupun oral karena pengelolaan
168
sentralisasi yang optimal merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
Penggunaan obat yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai kerugian pada
pasien. Resistensi tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat
terjadi jika konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik. Kerugian lain
yang bisa terjadi adalah terjadinya kerusakan organ tubuh atau timbulnya efek
samping obat yang tidak diharapkan. Selain itu penggunaan obat yang tidak tepat
dapat menimbulkan kerugian pasien secara ekonomi. Oleh karena itu diperlukan
suatu cara yang sistematis sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol
oleh perawat dan pasien/keluarga serta resiko kerugian baik secara material maupun
non material dapat dihindari, pada akhirnya kepercayaan pasien terhadap perawat
juga semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut, untuk lebih mengoptimalkan
pelaksanaan sentralisasi keperawatan di Ruang ICU, kami akan melaksanakan
sentralisasi obat oral di ruangan tersebut.
2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2. Tujuan Khusus
- Mampu meningkatkan pemahaman perawat Ruang ICU dan mahasiswa dalam
menerapkan pemberian obat secara tepat dan benar sesuai dengan prinsip 6 T dan
1 W ( tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara pemberian,
tepat dokumentasi dan waspada efek samping obat) serta mendokumentasikan
hasil pengelolaan.
- Mampu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan perawat
Ruang ICU dan mahasiswa dalam mengelola sentralisasi obat
- Mampu meningkatkan kepatuhan pasien di Ruang ICU dalam penggunaan obat
sesuai dengan program terapi.
- Mampu meningkatkan kepuasan dan pasien dan keluarga atas asuhan
keperawatan yang diberikan.
- Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam
pengelolaan sentralisasi obat.
3. Manfaat
1. Bagi Klien
a. Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan
b. Klien dapat terhindar dari resiko resistensi tubuh terhadap obat
2. Bagi perawat
169
a. Tercapainya kepuasan kerja yang optimal
b. Dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang dikonsumsi klien
c. Meningkatkan kepercayaan klien dan keluarga kepada perawat.
3. Bagi institusi
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat
b. Terciptanya model asuhan keperawatan professional
4. PERAN
a. Kepala Ruangan
1) Memberikan perlindungan pada pasien terhadap tindakan malpraktek.
2) Memotivasi klien untuk mematuhi program terapi.
3) Menilai kepatuhan klien terhadap program terapi.
b. Katim
1) Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat.
2) Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat.
3) Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi.
c. Anggota Tim
Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selama klien dirawat.
5. Pelaksanaan
Kegiatan sentralisasi obat dilaksanakan pada minggu pertama sampai dengan minggu
kedua selama mahasiswa praktek di ruang anak. Ruangan yang digunakan dalam
mengelola sentralisasi obat adalah ruang nurse station dan ruang perawatan. Metode
yang digunakan adalah ODD (One Day Dose ), dengan melibatkan depo farmasi
ruangan.
1. Teknik Pengelolaan Sentralisasi Obat
Teknik pengelolaan sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh
obat yang diberikan kepada pasien baik obat oral maupun obat injeksi diserahkan
sepenuhnya kepada perawat. Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala
ruangan yang secara operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
Pengeluaran dan pembagian obat tersebut dilakukan oleh perawat dimana pasien atau
keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat tersebut.
a. Penerimaan obat
1) Resep obat dari dokter yang diserahkan pada klien/ keluarga diberikan pada
depo farmasi. Obat yang telah diresepkan kemudian disediakan oleh depo
farmasi ruangan dan disimpan.
2) Obat diberikan pada perawat oleh petugas farmasi dengan model ODD (One
Day Dose ). Obat yang telah diterima oleh perawat dicatat di format serah
terima obat dan format pemberian obat oral dan injeksi yang meliputi, identitas
klien, no. reg, diagnosa medis, nama obat, dosis, rute pemberian, tanggal
170
penerimaan dan jumlah obat yang diterima dan kemudian diberikan paraf.
Kolom paraf pada format pemberian obat ditanda tangani oleh perawat.
Sementara kolom paraf di format serah terima obat ditandatangani oleh perawat
dan petugas farmasi.
3) Kemudian obat yang sudah diterima disimpan di dalam kotak obat dan dikelola
oleh perawat.
b. Pembagian obat
1) Obat-obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam format pemberian obat oral/
injeksi dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi yang diinstruksi dokter
(status rekam medik / DMK 7).
2) Sebelum obat diberikan pada pasien, sebelumnya perawat harus melakukan
cross check dengan perawat lain untuk meminimalkan kesalahan dalam
pemberian obat. Kemudian perawat menjelaskan macam obat, manfaat, dosis
obat, cara pemberian, kontra-indikasi dan jumlah obat pada klien/ keluarga.
Usahakan tempat obat kembali ke perawat setelah obat dikonsumsi oleh klien
dan observasi adanya efek samping setelah minum obat. Kemudian perawat
yang memberikan obat dan melakukan cross check obat membubuhkan tanda-
tangan pada kolom paraf.
3) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap shift oleh perawat yang
bertugas berdasarkan format pemberian obat. Obat yang hampir habis akan
diinformasikan oleh depo farmasi kepada perawat dan kemudian oleh perawat
akan dimintakan resep kepada dokter penanggung jawab klien.
c. Penambahan Obat Baru
1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau jadwal
pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan dalam format pemberian
obat oral/ injeksi dan diinformasikan pada depo farmasi.
2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja), maka
dokumentasi dilakukan pada format pemberian obat oral / injeksi.
d. Obat Khusus
1) Obat disebut khusus apabila sediaan yang memiliki harga yang cukup mahal,
memiliki jadwal pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang
cukup besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu atau sewaktu saja.
2) Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan format pemberian obat
oral/ injeksi khusus untuk obat tersebut dan dilakukan oleh perawat primer.
3) Informasi yang diberikan kepada klien/keluarga meliputi nama obat, kegunaan
obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan
tempat obat, sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan kepada keluarga setelah
171
pemberian obat. Usahakan terdapat saksi dari keluarga pada saat pemberian
obat.
e. Pengembalian Obat
Bila klien pulang atau pindah ruangan dan obat masih sisa maka obat
dikembalikan kepada klien/keluarga dengan ditandatangani oleh klien/keluarga serta
tanggal dan waktu penyerahan.
2. Instrumen
a. Surat persetujuan pengelolaan sentralisasi obat
b. Lemari / kotak sentralisasi obat, tempat obat dan baki
c. Tanda bukti serah terima obat dari farmasi
d. Format pemberian obat oral dan injeksi
172
· Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di ruang Irna 2 RS Bhayangkara
Lumajang
· Persiapan dilakukan sebelumnya.
· Perawat yang betugas.
2. Proses
Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang telah ditentutan
dan pasien yang menyetujui informed consent untuk dilkukan sentralisasi obat.
Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah ditentukan.
3. Hasil
Pasien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat.
Obat dapat diberikan secara tepat dan benar.
Perawat mudah mengontrol pemberian obat.
Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar.
Nursalam (2002) Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam praktek Keperawatan
Profesional, Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam (2001) Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan praktek . Jakarta
: Salemba Medika.
3. DISCHARGE PLANNING
Pengertian Discharge Planning
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan dan
aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang
kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga pelayanan
kesehatan (Potter & Perry, 2005:1106).
Menurut Kozier (2004), discharge planning didefenisikan sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain
di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.
National Council of Social Service (2006) dalam Wulandari (2011:9),
mendefinisikan bahwa “discharge planning is aprocess used to decide what client
needs to maintain his present level of well-being or move to the next level of care”.
173
dengan pelayanan sosial yang ada di komunitas, sebelum dan sesudah pasien
pindah/pulang (Carpenito, 2002 dalam Hariyati dkk, 2008:54).
Discharge planning dilakukan sejak pasien diterima di suatu pelayanan
kesehatan di rumah sakit dimana rentang waktu pasien untuk menginap semakin
diperpendek (Sommerfeld, 2001 dalam Rahmi, 2011:10). Discharge planning yang
efektif seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi
yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan
diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai
dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).
Program discharge planning (perencanaan pulang) pada dasarnya merupakan
program pemberian informasi atau pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien
yang meliputi nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan instruksi khusus yaitu tanda
dan gejala penyakit pasien (Potter & Perry, 2005 dalam Herniyatun dkk, 2009:128).
Informasi diberikan kepada pasien agar mampu mengenali tanda bahaya untuk
dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan, pasien dan keluarganya harus
mengetahui bagaimana cara manajemen pemberian perawatan di rumah dan apa yang
diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena
kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi masalah kesehatan (tidak siap
menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan meningkatknya komplikasi yang
terjadi pada pasien (Potter & Perry, 2006). Program yang dilakukan oleh perawat ini,
tidak selalu sama antara satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Hal ini bisa
terjadi ketika sistem perawatan yang digunakan adalah berbeda, misalnya
menggunakan sistem keperawatan utama (primer). Sistem ini mewajibkan seorang
perawat bertanggung jawab melakukan koordinasi perawatan untuk kelompok klien
tertentu, mulai dari mereka masuk sampai pulang (Potter & Perry, 2005:96).
National Council of Social Service, (2006) dalam Wulandari (2011:9)
menyatakan bahwa “discharge planning merupakan tujuan akhir dari rencana
perawatan, dengan tujuan untuk memberdayakan klien untuk membuat keputusan,
untuk memaksimalkan potensi klien untuk hidup secara mandiri, atau agar klien dapat
memanfaatkan dukungan dan sumber daya dalam keluarga maupun masyarakatnya”.
174
kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan dan memotivasi staf rumah sakit untuk
merencanakan serta mengimplementasikan discharge planning (Discharge Planning
Association, 2008 dalam Siahaan, 2009:11).
Seorang discharge planners bertugas membuat rencana, mengkoordinasikan,
memonitor dan memberikan tindakan dan proses kelanjutan perawatan. Discharge
planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses perawatan
pasien dan dalam tim discharge planner rumah sakit, karena pengetahuan dan
kemampuan perawat dalam proses keperawatan sangat berpengaruh dalam
memberikan kontinuitas perawatan melalui proses discharge planning (Caroll &
Dowling, 2007 dalam Rahmi, 2011:12).
1.1 Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk di
transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat disetujui.
1.2 Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan
175
kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses pemulangan.
1.3 Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua
fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk menerima
pasien.
1.4 Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan keluarga
dengan menyediakan serta memandirikan aktivitas perawatan diri.
176
atau Puskesmas terdekat.
b. Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge). Cara ini merupakan akhir
dari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu dirawat
kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
c. Pulang paksa (judicial discharge). Kondisi ini klien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien
harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas terdekat.
177
pengetahuan sebelumnya, kemampuan dalam belajar, serta tingkat pendidikan.
178
e. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap
pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaaan pulang harus dilakukan.
179
a. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan,
dan pengobatan yang harus dihentikan.
b. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang
umum terjadi.
c. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain,
dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu akan
diadakannya.
180
c. Bersama pasien dan keluarga, kaji faktor-faktor lingkungan di rumah yang dapat
mengganggu perawatan diri (contoh: ukuran kamar, lebar jalan, langkah, fasilitas
kamar mandi). (Perawat yang melakukan perawatan di rumah hadir pada saat
rujukan dilakukan, untuk membantu pengkajian).
d. Berkolaborasi dngan dokter dan disiplin ilmu yang lain dalam mengkaji perlunya
rujukan untuk mendapat perawatan di rumah atau di tempat pelayanan yang
lainnya.
e. Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang berhubungan
dengan masalah kesehatan tersebut.
f. Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai kebutuhan klien
setelah pulang.
g. Tetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, lakukan implementasi rencana
keperawatan. Evaluasi kemajuan secara terus menerus. Tentukan tujuan pulang
yang relevan, yaitu sebagai berikut:
k. Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai isu
berkaitan dengan perawatan di rumah (sesuai pilihan).
l. Periksa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan pengobatan,
181
atau alat-alat khusus yang diperlukan pesan harus ditulis sedini mungkin).
m. Tentukan apakah pasien atau keluarga telah mengatur transportasi untuk pulang
ke rumah.
n. Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian dan mempersiapkan seluruh barang-
barang pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan privasi jika diperlukan.
o. Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang pasien yang masih
tertinggal. Carilah salinan daftar barang-barang berharga milik kpasien yang telah
ditandatangani dan minta satpam atau administrator yang tepat untuk
mengembalikan barang-barang berharga tersebut kepada pasien. Hitung semua
barang-barang berharga yang ada.
p. Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai dengan pesan dokter. Periksa
kembali instruksi sebelumnya.
q. Hubungi kantor keuangan lembaga untuk menentukan apakah pasien masih perlu
membayar sisa tagian biaya. Atur pasien atau keluarga untuk pergi ke kantor
tersebut.
r. Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang pasien. berikan
kursi roda untuk pasien yang tidak bisa berjalan sendiri. Pasien yang
meninggalkan rumah sakit dengan mobil ambulans akan dipindahkan dengan
kereta dorong ambulans.
s. Bantu pasien pindah ke kursi roda atau kereta dorong dengan mengunakan
mekanika tubuh dan teknik pemindahan yang benar. Iringi pasien masuk ke
dalam lembaga dimana sumber transaportasi merupakan hal yang diperhatikan.
t. Kunci kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil atau alat transportasi lain. Bantu
keluarga memindahkan barang-barang pribadi pasien ke dalam kendaraan
tersebut.
u. Kembali ke unit dan beritahukan departemen penerimaan dan departemen lain
yang berwenang mengenai waktu kepulangan pasien.
v. Catat kepulangan pasien pada format ringkasan pulang. Pada beberapa institusi
pasien akan menerima salinan dari format tersebut.
w. Dokumentasikan status masalah kesehatan saat pasien pulang
182
meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Potter & Perry, 2006).
Discharge planning yang berhasil adalah suatu proses yang terpusat
terkoordinasi dan terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang memberi kepastian bahwa
pasien mempunyai suatu rencana untuk memperoleh perawatan yang berkelanjutan
setelah meninggalkan rumah sakit (American Hospital Association, 1983 dalam
Potter & Perry, 2005:90). Discharge planning membantu proses transisi pasien dari
satu lingkungan ke lingkungan yang lain. Proses tersebut dapat dilihat
keberhasilannya dengan beberapa indikator (Potter & Perry, 2005:93). Indikator hasil
yang diperoleh harus ditujukan untuk keberhasilan discharge planning pasien, yaitu:
a. Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan
dan tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi keperawatan tingkat lanjut,
dan respon ynag diambil pada kondisi kedaruratan.
b. Pendidikan khusus diberikan kepada pasien dan keluarga untk memastikan
perawatan yang tepat setelah klien pulang
c. Sistem pendukung di masyarakat dikoordinasikan agar memungkinkan pasien
untuk kembali ke rumahnya dan untuk membantu klien dan keluarga membuat
koping terhadap perubahan dalam status kesehatan pasien.
d. Melakukan relokasi pasien dan koordinasi sistem pendukung atau memindahkan
pasien ke tempat pelayanan kesehatan lain.
4. RONDE KEPERAWATAN
Pengertian
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien
yang dilaksanakan oleh perawat, di samping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh perawat perimer dan atau konsulen, kepala ruangan, perawat assosciate, yang
perlu juga melibatkan seluruh anggota tim.
Karakteristik:
e. Tujuan
183
a. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis
b. Menumbuhkan pemikiran tentang keperawatan yang berasal dari masalah
klien
c. Meningkatkan validitas data klien
d. Menilai kemampuan justifikasi
e. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
184
Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana keperawatan
5) Peran
Perawat Primer dan Perawat Assosciate
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang dapat
memaksimalkan kebersihan, antara lain:
Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
Menjelaskan masalah keperawatan utama
Menjelaskan intervensi yang belum dan akan dilakukan
Menjelaskan tindakan selanjutnya
Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
Peran Perawat Primer lain dan atau Konsulen
Memberikan Justifikasi
Memberikan Reinforcement
Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keparawatan serta
tindakan yang rasional
Mengarahkan dan koreksi
Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajar.
5. SUPERVISI KEPERAWATAN
Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan
(Nursalam, 2007). Teknik supervisi antara lain:
Secara langsung
Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang sedang berlangsung,
dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan.
Proses supervisi meliputi:
Perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan keperawatan didampingi
oleh supervisor.
Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcement dan petunjuk.
Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi yang bertujuan
untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki yang kurang. Reinforcement
pada aspek yang positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.
Secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Supervisor tidak
melihat langsung apa yang terjadi di lapangan, sehingga mungkin terjadi kesenjangan
fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.
185
Supervisi keperawatan adalah suatu proses pemberian sumber-sumber yang
dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka mencapai tujuan
(Nursalam, 2007)
Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengaplikasikan peran supervisor dalam supervisi
keperawatan dan mendokumentasikan hasil pengolaan supervisi keperawatan
sehingga tercapai pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada pasien dan keluarga
yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan dan kemampuan perawat dalam
melaksanakan tugas.
Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dalam melaksanakan
supervisi keperawatan.
Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan keperawatan yang
diberikan.
Meningkatkan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Rencana Pelaksanaan
Rencana Strategi
Menyusun konsep keperawatan
Menentukan supervisi keperawantan
Menyiapkan format supervisi
Melaksanakan supervisi bersama-sama kepala ruangan
Mendokumentasikan hasil supervisi keperawatan
Alur Supervisi Keperawatan (Nursalam, 2007)
186
Ka. Bid Perawatan
Kasil Perawatan
Supervisi
Delegasi
Fair PA PA
Feed Back
Follow Up,
pemecahan masalah,
reward / Kualitas Pelayanan
reinforcement Meningkat
Keterangan
Kegiatan supervisi
Delegasi dan supervisi
Kriteria Evaluasi
Struktur
Menentukan penanggung jawab supervisi keperawatan.
Menyusun konsep supervisi keperawatan.
Koordinasi dengan pembimbing klinik dan akademik.
Menentukan materi supervisi.
Persiapan alat dan pasien.
Proses
Melaksanakan supervisi keperawatan oleh Karu kepada perawat primer dan perawat
pelaksana.
Perawat primer dan perawat pelaksana melaksanakan tugas sesuai dengan diskripsi
tugas masing-masing.
Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervisi keperawatan.
Karu mengisi lembar penilaian sesuai petunjuk teknis pengisian.
Hasil
Mahasiswa mampu melaksanakan supervisi secara optimal.
187
Supervisi dilaksanakan sesuai rencana.
Supervisor mengevakuasi hasil supervisi.
Supervisor memnberikan reward/feed back pada perawat primer dan perawat
pelaksana.
6. DOKUMENTASI KEPERAWATAN
1. Tujuan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan system dokumentasi keperawatan
dengan benar.
b. Tujuan khusus
Mendokumentasikan asuhan keperawatan :
1) Mendokumentasikan pengkajian keperawatan
2) Mendokumentasikan diagnosis keperawatan
3) Mendokumentasikan perencanaan keperawatan
4) Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan
5) Mendokumentasikan evaluasi keperawatan
6) Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat
7) Mendokumentasikan HE (health education) melalui kegiatan perencanan pulang
8) Mendokumentasikan timbang terima
9) Mendokumentasikan kegiatan supervise
2. Rencana Strategi
a. Menyusun format pengkajian model ROS ( Review Of System )
b. Mendiskusikan format pengkajian dan pendokumentasian yang telah dibuat
sesuai demham diagnose keperawatan yang ada.
c. Menyiapkan petunjuk teknis pengisian format dokumentasi keperawatan
d. Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan
e. Mendokumentasikan hasil pelaksanaan dokumentasi keperawatan.
3. Metode
Melakukan pendokumentasian asuha keperawatan yang terdiri dari :
a. Lembar penerimaan pasien baru
b. Lembar format pengkajian menggunakan ROS (Review Of System)
c. Lembar advice dokter
d. Analisa data (disesuaikan berdasarkan prioritas)
e. Asuhan keperawatan (diagnose, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, evaluasi )
f. Lembar observasi
g. Discharge planning
h. Resume keperawatan
i. Surat persetujuan sentralisasi obat (informed concent)
j. Lembar serah terima obat
k. Daftar pemberian obat
l. Surat persetujuan tindakan medis
m. Surat permintaan konsultasi
4. Media
188
a. Lembar penerimaan pasien baru
b. Lembar format pengkajian menggunakan ROS (Review Of System)
c. Lembar advice dokter
d. Lembar analisa data (disesuaikan berdasarkan prioritas)
e. Lembar standart asuhan keperawatan (diagnose, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi)
f. Lembar observasi
g. Lembar discharge planning
h. Lembar resume keperawatan
i. Lembar surat persetujuan sentralisasi obat (informed concent)
j. Lembar serah terima obat
k. Lembar daftar pemberian obat
l. Lembar surat persetujuan tindakan medis
m. Lembar surat penolakan tindakan medis
n. Lembar surat permintaan konsultasi
6. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Sarana dan prasarana yang menunjang antara lain lembar penerimaan
pasien baru, lembar pengkajian keperawatan, lembar advice dokter, analisa data
(disesuaikan berdasarkan prioritas). Asuhan keperawatan (diagnose, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi), lembar observasi discharge
planning, resume keperawatan, surat persetujuan sentralisasi obat, lembar serah
terima medis, surat penolakan tindakan medis dan surat permintaan konsultasi.
b. Evaluasi proses
1. Perawat primer melakukan pengkajian, menentukan problem dan intervensi
sesuai SAK
2. Perawat primer mendelegasikan penulisan implementasi kepada perawat asosiate
3. Perawat primer melakukan evaluasi setiap diagnose keperawatan yang dilakukan
setiap shif.
c. Evaluasi Hasil
189
1. Format dokumentasi didokumentasikan dengan lengkap, akurat, relevan dan
baru.
190
Job description yang jelas antara perawat primer dan perawat associate.
191
PERENCANAAN (PLANNING OF ACTION)
Indikator/Target
No Masalah Tujuan Program/Kegiatan PJ Waktu
Keberhasilan
1 Belum adanya panduan cara Terciptanya 1. Identifikasi kebutuhan 1. Adanya panduan cuci Meilani, Minggu ke
cuci tangan untuk keluarga panduan cuci sarana dan prasarana yang tangan untuk keluarga Riske 4-5
pasien dengan menggunakan tangan khususnya dibutuhkan pasien praktek
handscrub untuk keluarga 2. Membuat leaflet atau brosur 2. Keluarga mampu profesi
pasien cuci tangan yang khusus mempraktekkan cuci tangan ners
diberikan oleh keluarga dengan handscrub yang
pasien benar
3. Membagikan kepada 3. Tidak terjadinya
kelurga pasien yang penyebaran infeksi
berkunjung
2 Belum optimalnya Meningkatkan 1. Mendiskusikan setiap 1. Meningkatnya kesadaran Maria, Selama
penerapan hand hygiene kesadaran tenaga hambatan dalam penerapan tenaga kesehatan di ruang Rifal praktek
perawat baik dengan kontak kesehatan tentang hand hygiene di ruangan ICU untuk melakukan hand profesi
lingkungan dan menyentuh hand higyene 2. Sosialisasi hasil deseminasi hygiene setiap kontak ners
pasien yang optimal 3. Menganjurkan tenaga lingkungan dan menyentuh
kesehatan di ruangan untk pasien
192
menerapkan hand hygiene 2. Terciptanya 5 waktu cuci
sesuai prosedur tangan yang sesuai
3 Struktur organisasi di Tersusunya Mengusulkan : Adanya struktrur organisasi Devita, Minggu ke
ruangan belum diperbaharui struktur 1. Pembaharuan struktur yang jelas sesuai jumlah tenaga Riska 4 praktek
sesuai dengan tenaga organisasi yang organisasi di ruangan kesehatan dan jenis MAKP profesi
perawat yang ada pada saat sesuai di ruangan 2. Meningkatkan proses yang digunakan saat ini ners
ini inventarisasi
3. Penanggungjawab
inventarisasi
4 Belum optimalnya promosi Pemberian 1. Menentukan keluarga 1. Terlaksananya promosi Afrila, Selama
kesehatan melalui edukasi edukasi kepada pasien untuk penyuluhan kesehatan kepada pasien Dimas praktek
dan penyuluhan atau dengan keluarga pasien dan pemberian edukasi atau kelurga pasien melalui profesi
menggunakan media leaflet dapat terlaksana 2. Membuat sebuah penyuluhan dan edukasi ners
kepada pasien atau keluarga dengan baik dan penyuluhan pada hari 2. Adanya feedback dari
pasien sesuai prosedur tertentu keluarga pasien tentang
3. Memberikan leaflet kepada penyuluhan yang diberikan
keluarga pasien
4. Menyediakan tempat leaflet
5 Pelaksanaan timbang terima Timbang terima 1. Menentukan 1. Timbang terima Nur
perawat belum sesuai dapat dilakukan penanggungjawab timbang dilaksanakan di bed pasien Rahmat,
193
standart yang seharusnya secara efektif dan terima 2. Isi timbang terima sesuai Yesi
dilakukan berkeliling tetapi sesuai konten 2. Menyusun format timbang dengan masalah
hanya dilakukan di nurse terima pasien serta petunjuk keperawatan yang dialami
station teknis pengisianya yang pasien
lebih menekankan pada 3. Timbang terima
aspek keperawatan terdokumentasi dengan baik
3. Melaksanakan timbang
terima tiap pergantian shift
4. Dokumentasi
6 Pasien/keluarga belum Pasien atau 1. Pemberian informasi Keluarga pasien tahu atau Feny, Selama
mendaptkan informasi keluarga pasien kepada keluarga pasien memahami tentang 7 benar Vella praktek
tentang 7 benar pemberian mengetahui tentang 7 benar pemberian pemberian obat sesuai prosedur profesi
obat dari perawat kepada tentang 7 benar obat ners
pasien/keluarga pemberian obat 2. Pemberian leaflet tentang 7
benar pemberian obat
kepada keluarga pasien
7 Kurangnya prasarana yang Terlengkapinya Mengusulkan : Terlengkapinya sarana dan Harianto, Selama
tersedia di ruang ICU sarana dan 1. Penambahan sarana dan prasarana ruang ICU sesuai Siti praktek
prasana yang ada prasana yang berada di pedoman tingkatan ICU Halimatus profesi
di ruang ICU ruang ICU sesuai standart ners
194
pelayanan di ICU
2. Meningkatkan fasilitas
saran dan prasarana yang
memadai
195
DAFTAR PUSTAKA
Swansburg, R.C. (1995). Nursing Staff Development. Jones and Bartlett Publisher,
Toronto
196