Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN

Laporan Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Departemen Manajemen Keperawatan
Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :
Nama : Egis Sugiarti
NPM : 4012220018

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XVII


STIKES BINA PUTERA BANJAR
TAHUN 2022
A. Definisi Manajemen

Manajemen melibatkan orang-orang sebagai upaya untuk


bekerja dan mengelola suatu pekerjaan untuk memperoleh hasil
dan mencapai tujuan yang telah ditentukan (Herujito, 2001).
“to manage” adalah kata kerja yang sering digunakan
mengandung arti “control” yang diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi mengelola, menangani atau mengendalikan.
Manajemen menggunakan manusia maupun sumber daya
lainnya untuk mencapai sebuah tujuan melalui proses yang
meliputi: planning, organizing actuating and controlling (Terry, 1997
dalam Herujito, 2001)
Terry, 1997 dalam Herujito, 2001 membagi fungsi-fungsi
pokok manajemen ke dalam empat proses, yaitu:
a. Planning
Planning merupakan kegiatan untuk mengetahui penyebab dan
tujuan dalam melakukan tindakan-tindakan selanjutnya.
b. Organizing
Organizing merupakan pembagian pekerjaan antar sesama
anggota kelompok dan membuat ketentuan yang berlaku.
c. Actuating
Kegiatan memotivasi setiap anggota kelompok untuk
melakukan pekerjaan berdasarkan tugas yang ditetapkan.
d. Controlling
Penyesuaian rencana yang sudah dibuat dengan
pelaksanaannya.

B. Manajemen Kesehatan

Manajemen kesehatan menempatkan rumah sakit sebagai


tempat dimana perawat mampu mengaplikasikan pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu perawat harus memahami konsep dan
aplikasinya.
Konsep yang dimaksud dalam hal ini menurut Arwani, 2005
adalah konsep manajemen keperawatan, dimana dilakukan
perencanaan, pengumpulan data, analisa dan menyusun langkah-
langkah perencanaan, melakukan pengendalian, pengawasan dan
pelaksanaan model keperawatan profesional.
Sebuah pelayanan keperawatan disebut profesional apabila tim
keperawatan mengelola dan menjalankan empat fungsi dalam
manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan
motivasi (Nursalam, 2000).

C. Manajemen Keperawatan
1. Definisi Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan didefinisikan sebagai sebuah
integrasi sumber-sumber keperawatan, kerjasama/koordinasi
sehingga proses manajemen dapat mencapai tujuan, pelayanan
keperawatan dan objektivitas asuhan keperawatan (Huber,2000).
Ketrampilan manajemen diklasifikasikan menjadi tiga
tingkatan sebagai berikut (Swanburg, 2000):
a. Keterampilan intelektual meliputi keterampilan berfikir, penguasaan
teori dan kemampuan.
b. Keterampilan teknikal dibagi menjadi prosedur, teknik atau metode.
c. Keterampilan interpersonal dipengaruhi oleh jiwa untuk memimpin
dan berinteraksi dengan individu atau kelompok.
Adapun definisi manajemen keperawatan yang diungkapkan
Gillies (1994) bahwa manajemen keperawatan merupakan proses
bekerja untuk memberikan pelayanan keperawatan melalui anggota
staf keperawatan, memberikan bantuan dan pengobatan kepada
pasien. Sedangkan tugas manajer keperawatan adalah memberikan
pelayanan keperawatan efektif bagi pasien dan keluarga dengan
melakukan perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan
mengontrol material, keuangan dan sumber daya manusia yang ada.
2. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan
Adapun prinsip-prinsip manajemen keperawatan menurut
Swanburg (2000), yaitu: Perencanaan; pengorganisasian;
mengarahkan dan pemimpin; memotivasi; pembuatan
keputusan; Penggunaan waktu yang efektif; Manajer perawat
bertugas memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien;
Pencapaian tujuan sosial dan perumusan; bagian aktif dari lembaga
dimana organisasi itu berfungsi dan divisi keperawatan; sebuah
tingkat sosial, disiplin, fungsi dan bidang studi; Budaya organisasi
mencerminkan nilai-nilai kepercayaan; pengendalian atau
pengevaluasian dan komunikasi yang efektif.
3. Perawat
a. Peran Perawat
Liliweri (2002) dalam Asmadi (2008) mendefinisikan peran
sebagai harapan seseorang terhadap tingkah laku yang sesuai
dengan kedudukan atau posisi dalam sebuah sistem. Peran
adalah seseorang yang diharapkan memiliki pemahaman dasar
terhadap prinsip yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan
tanggung jawab secara efektif dan efisien dalam sebuah sistem
(Bastable, 2002).
Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 berbunyi
bahwa Perawat merupakan seseorang yang memiliki kemampuan
dan memiliki wewenang untuk melaksanakan tindakan
keperawatan berdasarkan ilmu yang diperoleh dalam tahap
pendidikan keperawatan Asmadi (2008) membagi peran perawat
menjadi 4 peran utama: pengelola, pelaksana, pendidik dan
peneliti.
1. Pelaksana layanan keperawatan (care provider)
Pemberian layanan kesehatan yang diberikan oleh perawat
berdasarkan kewenangan yang dimiliki dengan memberikan
asuhan keperawatan secara langsung terhadap klien (keluarga,
individu dan komunitas). Asuhan keperawatan tersebut
diberikan di semua tatanan layanan kesehatan kepada klien
yang berada dalam lingkup wewenang, berpedoman pada
standar keperawatan, penggunaan metodologi proses
keperawatan, tanggung jawab, berlandas pada etika
keperawatan dan kode etik. Asuhan keperawatan diberikan
kepada pasien yang mengalami kelemahan mental dan fisik,
tidak memiliki kemauan untuk melaksanakan kegiatan mandiri
dalam kehidupan sehari- hari dan mengalami keterbatasan
pengetahuan. Asmadi juga menjelaskan bahwa peran perawat
sebagai care provider adalah sebagai berikut:
- Hak dan kewajiban klien selalu dilindungi agar tetap
terlaksanan dengan seimbang;
- Memberi rasa aman dan nyaman bagi klien;
- Membantu memfasilitas klien dan anggota tim kesehatan
lainnya; dan
- Mengupayakan mengembalikan kesehatan klien.
2. Pengelola (manager)
Sebagai pengelola perawat bertanggung jawab dan berperan
mengelola layanan keperawatan pada tatanan pelayanan
kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, puskesmas dan
penunjang kesehatan lainnya.
Selain itu, tatanan pendidikan juga merupakan tanggung jawab
manager berdasarkan konsep manajemen keperawatan. Oleh
karena itu, fungsi manajerial keperawatan perawat antara lain:
planning, organizing, actuating, staffing, directing, dan
controlling.
a. Planning (Perencanaan)
Kemampuan menetapkan pekerjaan yang wajib
dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dengan didasarkan atas rencana yang logis dan bukan
perasaan merupakan perencanaan yang harus dimiliki
seorang menejer keperawatan.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Proses ini merupakan mengalokasikan pekerjaan,
wewanang, mengatur dan pengelolaan sumber daya
keperawatan dalam mencapai tujuan keperawatan.
c. Actuating (Gerak aksi)
Actuating adalah kegiatan yang dilakukan oleh menejer
keperawatan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan
yang sudah ditetapkan menggunakan perencanaan dan
pengorganisasian untuk mendapatkan tujuan yang sudah
direncanakan.
d. Staffing (Pengelolaan staf)
Fungsi staffing meliputi mempertahankan anggota/staff
sesuai posisi yang dibutuhkan dalam pekerjaan keperawatan,
menempatkan dan memperoleh.
e. Directing (Pengarahan)
Kemampuan seorang menejer keperawatan untuk
mengarahkan staff keperawatan (perawat) yang berintelektual
dan mampu bekerja secara efektif untuk mencapai sasaran
yang telah ditetapkan.
f. Controlling (Pengendalian)
Merupakan pemantauan kelanjutan tugas staff
keperawatan apakah sudah berjalan sesuai rencana.

3. Educator (Pendidik dalam keperawatan)


Peran perawat bukan hanya sebagai pemberi asuhan
keperawatan melainkan juga sebagai pendididkan. Dimana peran
perawat tersebut antara lain mendidik masyarakat, keluarga,
individu individu dan tenaga keperawatan/kesehatan lainnya.
Pendidikan kesehatan yang diberikan perawat diharapkan mampu
menciptakan kesehatan yang kondusif bagi individu/masyarakat.
Adapun tujuan diberikannya pendidikan kesehatan adalah untuk
membangun perilaku kesehatan individu dan masyarakat.

Peran perawat sebagai pendidik (educator) harus memiliki


kemampuan sebagai berikut:
a. Memiliki wawasan ilmu pengetahuan
Pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh seorang
educator untuk memengaruhi orang lain agar dapat
berperilaku atau memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
sesuai dengan yang diharapkan.
b. Komunikasi
Komunikasi dibagi menjadi komunikasi dua, yaitu verbal
dan non-verbal. Kemampuan perawat dalam berkomunikasi
akan mempengaruhi keberhasilan proses pendidikan.
Keberhasilan tersebut dapat dilihat saat perawat memberikan
penjelasan/ informasi kepada klien, menghibur klien,
membujuk dan melakukan tugas lainnya. Saat proses
komunikasi berlangsung perawat diharapkan mampu
meyakinkan dan mempengaruhi pihak lain baik itu klien,
teman sejawat, maupun tenaga kesehatan lain tentang fungsi,
peran serta eksistensi profesi keperawatan.
c. Pemahaman psikologis
Klien (manusia) adalah sasaran utama dalam
pelayanan keperawatan, hal ini berkaitan dengant
masyarakat, keluarga dan juga individu. Memengaruhi orang
lain Ttidaklah mudah, oleh sebab itu perawat harus mampu
memahami psikologis situasi dan orang lain. Oleh karena itu,
perawat harus meningkatkan kepeduliannya dan sensitivitas.
Perawat melakukan komunikasi terapeutik sehingga
menyentuh hati orang lain.
d. Menjadi role model/contoh
Luasnya wawasan, ilmu pengetahuan dan komunikasi
perawat dibuktikan dengan tindakan yang dilakukan. Penilaian
orang lain akan meningkat terhadap profesi perawat apabila
perkataan yang disampaikan perawat sesuai dengan citra
perawat dan perbuatannya.
4. Peneliti dan pengembang ilmu keperawatan
Keperawatan merupakan cabang ilmu pengetahuan dan
profesi yang harus mengembangkan diri melalui upaya riset.
Diharapkan riset keperawatan menjadi referensi meningkatkan
praktik keperawatan bagi pasien dan dasar pengetahuan ilmiah
keperawatan. Menjalankan kewajiban pada masyarakat dengan
melakukan perawatan yang efektif dan efisien yaitu dengan
praktik berdasarkan riset keperawatan (Patricia dan Arthur, 2002
dalam Asmadi, 2008).
b. Peran Perawat di Rumah sakit
Menurut Konsorium Ilmu Kesehatan (1989) dalam Hidayat
(2008) peran perawat terdiri atas peran sebagai advokat pasien,
educator (pendidik), pemberi asuhan keperawatan, konsultan,
koordinator, kolaborator dan pembaharu/peneliti.
a. Peran Sebagai Advokat Pasien
Peran sebagai advokat adalah membantu keluarga dan
pasien dalam menerima informasi ataupun pengambilan
persetujuan atas tindakan yang diterima pasien. Selain itu,
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien atas
pelayanan yang baik, hak atas informasi penyakit dan hak
privasi
b. Peran Sebagai Educator
Perawat sebagai educator bertujuan menjelaskan
tindakan yang diberikan, gejala penyakit yang diderita serta
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan, sehingga
terjadi perubahan perilaku pasien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan.
c. Peran Sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan
Pemberian pelayanan keperawatan dilakukan dengan
menggunakan proses keperawatan, dimana perawat
memperhatikan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
pasien.
d. Peran Sebagai Konsultan
Perawat berperan menjadi tempat konsultasi terhadap
masalah yang dialami pasien dan keluarga dan memberikan
tindakan keperawatan yang tepat. Peran sebagai konsultan
akan berfungsi apabila ada permintaan pasien mengenai tujuan
pelayanan keperawatan ataupun informasi.
e. Peran Sebagai Koordinator
Tim tenaga kesehatan mengarahkan, mengorganisasi
pelayanan kesehatan dan merencanakan sehingga
pelaksanaan pelayanan kesehatan lebih optimal dan terarah
sesuai kebutuhan yang diperlukan pasien.
f. Peran Sebagai Kolaborator
Peran sebagai kolaborator yaitu dengan
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
pasien termasuk tukar
pendapat atau diskusi untuk menentukan bentuk pelayanan
selanjutnya. Peran tersebut dilakukan melalui kerjasama tim
kesehatan yang terdiri dari perawat, dokter, ahli gizi,
fisioterapis, dan tenaga medis lainnya dengan berupaya.
g. Peran Sebagai Pembaharu/Peneliti
Perawat berperan mengadakan kerja sama,
perencanaan, perubahan yang terarah dan sistematis sesuai
berdasarkan metode dalam pemberian pelayanan
keperawatan.
c. Peran Perawat Terhadap Discharge Planning
Di rumah sakit, discharge planning merupakan proses
pengobatan pasien dan menempatkan perawat sebagai team
discharge planner. Kontinuitas perawatan melalui proses
discharge planning ditentukan oleh kemampuan dan pengetahuan
perawat dalam memberikan proses keperawatan (Naylor, 1990
dalam Yuliana, 2013).
Discharge planning dapat mencegah kekambuhan,
mengurangi hari/lama perawatan pasien, menurunkan beban
keluarga pasien, menurunkan angka mortalitas dan morbiditas
serta meningkatkan kondisi kesehatan pasien (Pemila, 2011
dalam Yuliana, 2013).
Oleh karena itu, pelaksanaan discharge planning
membutuhkan peran dan pengetahuan perawat yang baik
sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti dan berguna
untuk proses perawatan di rumah (Nursalam, 2009).
d. Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
1. Definisi Perencanaan Pulang (Discharge Planning)
Perencanan pulang merupakan suatu proses yang
dinamis dan sistematis dari persiapan koordinasi dan
penilaian untuk memudahan pengawasan pelayanan
kesehatan juga pelayanan sosial sebelum dan sesudah
pulang (Carpenito, 1990 dalam Nursalam dan Efendi, 2008).
Menurut Hurts (1996) dalam Nursalam dan Efendi
(2008) perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis
yaitu memberikan kesempatan yang cukup bagi tim kesehatan
agar di rumah pasien dipersiapkan melakukan perawatan
mandiri. Perencanaan pulang didapatkan dari proses
interaksi antara perawat profesional, keluarga dan pasien
melakukan kolaborasi untuk mengatur kontinuitas dan
memberikan keperawatan yang diperlukan oleh pasien dan
keluarga dimana perencanaan berpusat pada masalah
pasien yaitu pencegahan, rehabilitative, terapeutik serta
perawatan rutin (Swenbergh, 2002 dalam Nursalam &
Efendi 2008).
2. Tujuan
Menurut Jipp dan Siras (1986) dalam Nursalam dan
Efendi (2008) tujuan perencanaan pulang adalah sebagai
berikut.
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara sosial, psikologis
dan fisik.
2. Meningkatkan kemandirian keluarga dan pasien.
3. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.
4. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.
5. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan
masyarakat.
6. Membantu keluarga dan pasien mendapatkan
keterampilan, pengetahuan dan sikap untuk
mempertahankan status kesehatan pasien.
3. Manfaat
Menurut Spath (2003) dalam Nursalam dan Efendi
2008 perencanaan pulang mempunyai mempunyai manfaat
sebagai berikut.
1. Memberikan kesempatan pengajaran kepada pasien sejak
keluar rumah sakit.
2. Membantu kesiapan pasien dan kemandirian selama
perawatan di rumah.
3. Memberikan tindak lanjut secara sistematis yang
digunakan untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien.
4. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana
pada penyembuhan pasien, mengidentifikasi kekambuhan
dan kebutuhan perawatan baru.
4. Prinsip-prinsip
Menurut Nursalam dan Efendi (2008) prinsip-prinsip
yang diterapkan dalam perencanaan pulang adalah sebagai
berikiut:
1. Klien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai
keinginan dan kebutuhan dari klien perlu dikaji dan
dievaluasi.
2. Kebutuhan dari klien diidenfikasi, kebutuhan ini dikaitkan
dengan masalah yang mungkin muncul pada saat klien
pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang
muncul di rumah dapat segera diantisipasi.
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif.
Perencanaan pulang merupakan pelayanan multidisiplin
dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya
dan fasilitas yang ada. Tindakan atau rencana yang akan
dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan pengetahuan
dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia
di masyarakat.
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem
pelayanan kesehatan. Setiap klien masuk tatanan
pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.
5. Proses Discharge Planning
Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik
pasien, psikologis, sosial, budaya, dan ekonomi. Potter dan
Perry (2006) dalam Ardiyanti (2014) membagi proses
discharge planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional,
dan pelayanan berkelanjutan.
Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus pada
usaha discharge planning. Pada fase transisional, kebutuhan
pelayanan akut selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya
semakin berkurang, pasien mulai dipersiapkan untuk pulang
dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada
fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk
berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas
perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah
pemulangan.
Potter dan Perry (2006) dalam Ardiyanti (2014)
menyusun format discharge planning sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis
dari pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang
klien (Potter dan Perry, 2005 dalam Ardiyanti, 2014).
Menurut Slevin (1986) dalam Ardiyanti (2014)
pengkajian discharge planning berfokus pada 4 area yang
potensial, yaitu pengkajian fisik dan psikososial, status
fungsional, kebutuhan health education dan konseling.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan didasarkan pada
pengkajian discharge planning, dikembangkan untuk
mengetahui kebutuhan pasien dan keluarga, mengetahui
problem, etiologi (penyebab), support sistem (hal yang
mendukung pasien sehingga dilakukan discharge
planning).
3. Perencanaan (Intervensi)
Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan
identifikasi kebutuhan pasien. Kelompok perawat
berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik
untuk persiapan pulang pasien, yang disingkat dengan
METHOD yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus
dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat pasien akan pulang dari rumah sakit
sebaiknya aman. Pasien juga sebaiknya memiliki
fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan
perawatannya.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat
berlanjut setelah pasien pulang, yang dilakukan oleh
pasien dan anggota keluarga.
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Pasien yang akan pulang sebaiknya diberitahu
bagaimana mempertahankan kesehatan, termasuk
tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan
perawatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient Referal
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit
atau agen komunitas lain yang dapat meningkatkan
perawatan yang kontinu.
f. Diet Pasien
Sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya
dan pasien sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai
untuk dirinya.
4. Pelaksanaan (Implementasi)
Implementasi dalam discharge planning adalah
pelaksanaan rencana pengajaran referal. Seluruh
pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada
catatan perawat dan ringkasan pulang (discharge
summary). Intruksi tertulis diberikan kepada pasien.
Demontrasi ulang harus memuaskan, pasien dan pemberi
perawatan harus memiliki keterbukaan dan melakukannya
dengan alat yang digunakan dirumah.
5. Evaluasi
Evaluasi sangat penting dalam proses discharge
planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti
dengan cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan
yang sesuai. Keberhasilan program rencana pemulangan
tergantung pada enam variabel:
a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan

d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan


e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai
pemulihan.

i. Alur Pelaksanaan Discharge Planning

Menurut Nursalam dan Efendi (2008) alur pelaksanaan

discharge planning adalah sebagai berikut:


Perawat PP dibantu Perawat PP
PA dibantu PA

Keadaan pasien
Klinis & pemeriksaan penunjang lain
Tingkat ketergantungan klien

Perencanaan Pulang

Program Health Education


Control & obat/perawatan Lain-lain
Penyelesaian
administrasi Nutrisi
Aktivitas dan istirahat
Perawatan diri

Monitor (sebagai program service savety)


Oleh:

keluarga & petugas


Gambar 2.1 Alur Pelaksanaan Discharge Planning

Keterangan:
PP: Perawat Primer PA: Perawat Associate

Tugas Perawat Primer: Tugas perawat Associaet:


- Membuat perencanaan pulang
(discharge planning) kesehatan.
- Membuat leaflet. - Menyediakan format
- Memberikan konseling. discharge
- Memberikan pendidikan - planning.
- Mendokumentasikan Melaksanakan agenda
discharge planning. discharge planning (pada
saat perawatan dan
ii. Hal-Hal yang Harus Diketahui Klien Sebelum Pulang

Menurut Nursalam dan Efendi (2008) hal-hal yang harus


diketahui sebelum klien pulang adalah sebagai berikut:
1. Instruksikan tentang penyakit yang diderita, pengobatan
yang harus dijalankan serta masalah-masalah atau
komplikasi yang dapat terjadi.
2. Informasi tertulis tentang perawatan yang harus dilakukan di

rumah.

3. Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus


dijalankan.
4. Jelaskan masalah yang mungkin muncul dan cara
mengantisipasi.
5. Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga
maupun klien sendiri dapat digunakan metode ceramah,
demonstrasi dan lain-lain.
6. Informasi tentang nomor telepon layanan perawatan, dokter
dan kunjungan rumah apabila klien memerlukan.

Anda mungkin juga menyukai