Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN

MANAJEMEN KEPERAWATAN

OLEH

KELOMPOK 3 :

NISU SULFIKA
HASRIANI
INAYATU DZIL IZZATI
MUH ALAMSYAH NUR
MAHMUD

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf

keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.

Manajemen tersebut mencakup kegiatan planning, organizing, actualing,

controlling (POAC) terhadap staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai

tujuan organisasi(Nursalam, 2013).

Dalam manajemen keperawatan, ada beberapa tingkatan manajemen

antara lain sebagai berikut : top manager,middle manager,dan nursing low

manager. Kepala ruangan keperawatan merupakan bagian dari nursing low

manager yang mempunyai peran penting dalam pelayanan di suatu bangsal

atau ruangan. Kepala ruangan keperawatan yang merupakan bagian dari

manajemen keperawatan berpihak pada fungsi manajemen keperawatan yaitu

POAC (planing, organizing, actuating, controlling) dalam rangka untuk

memajukan staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara

profesional (Nursalam, 2013).

Sebuah rumah sakit yang layanan utamanya adalah ditujukan bagi pasien

atau klien. Maka peran sentral untuk mewujudkan kepuasan bagi pasien

terutama untuk kualitas pelayanan keperawatannya adalah bertumpu pada

keprofesionalitasan tenaga perawat. Dengan berbagai kendala dan tantangan

untuk kinerja seorang tenaga perawat di rumah sakit, maka diperlukan

manajemen keperawatan yang profesional pula. Artinya seorang manager


keperawatan RS harus mampu mewujudkan tercapainya kepuasan pasien dan

meningkatnya mutu layanan rumah sakit melalui kegiatan-kegaitan yang

dilakukan oleh tenaga perawat terhadap klien setiap harinya (Nursalam,

2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Garbaccio, Regis, Silva, dan Estevao

(2015) mengungkapkan bahwa 85% kecelakaan yang terjadi di rumah sakit

terjadi pada profesi perawat dan mayoritas kecelakaan kerja terjadi pada sift

siang. Hal ini dimungkinkan karena perawat adalah profesi yang paling

banyak menghabiskan waktu dengan pasien yaitu selama 24 jam serta

melakukan berbagai prosedur invasive dan perawatan langsung terutama di

siang hari. Melihat tingginya resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja

yang mengancam tenaga kerja, beberapa rumah sakit telah melakukan

beberapa upaya pencegahan dan juga penanganan ketika terjadi kecelakaan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan teori manajemen keperawatan

secara nyata dilingkup rumah sakit, terkhusus dalam konsep penerapan

manajemen keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pelaksanaan fungsi manajemen keperawatan

dilingkup rumah sakit.

b. Menetapkan prioritas masalah yang terkait fungsi manajemen

keperawatan.
c. Menyusun perencanaan program untuk menyelesaikan prioritas

masalah berdasarkan pengkajian fungsi manajemen keperawatan.

d. Melaksanakan program fungsi manajemen keperawatan yang telah

disusun berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan.

C. Manfaat

1. Bagi Rumah Sakit

Rumah sakit memberi wadah bagi mahasiswa untuk menjalankan

programnya dan mahasiswa dapat membantu rumh sakit untuk

memecahkan masalah yang berkaitan dengan manajemen keperawatan.

2. Bagi Institusi

Memperoleh suatu peningkatan kualitas dan menciptakan lulusan

berkompeten khususnya untuk program profesi ners.

3. Bagi Mahasiswa

Memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru dalam

mengaplikasikan ilmu-ilmu keperawatan khusunya manajemen

keperawatan secara langsung pada tatanan nyata rumah sakit.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Manajemen Keperawatan

1. Definisi

Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus

dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber - sumber

yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan

pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan

masyrakat [ CITATION Nur1517 \l 1033 ].

Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan

integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses

manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan

keperawatan (Huber,2000). Kelly dan Heidental (2004) menyatakan

bahwa manajemen keperawatan dapat di definisikan sebagai suatu

proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan

pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi

menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian,

kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston,

2010). Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan

adalah kelompok dari keperawatan menejer yang mengatur organisasi

dan usaha keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan

menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka.


Manajemen keperawatan adalah proses kerja setiap perawat

untuk memberikan pengobatan dan kenyamanan terhadap pasien.

Tugas manager keperawatan adalah merencanakan, mengatur,

mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan

sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan

ekonomi pada pasien (Gillies, 2000).

Sugiyono (2009) menyatakan bahwa lingkup manajemen

keperawatan adalah manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen

asuhan keperawatan. Manajemen pelayanan keperawatan adalah

pelayanan di rumah sakit yang dikelola oleh bidang perawatan melalui

tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak (kepala bidang

keperawatan), manajemen menegah (kepala unit pelayanan atau

supervisor), dan manajemen bawah (kepala ruang perawatan).

Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat dipengaruhi oleh manajer

keperawatan melaksanakan peran dan fungsinya.

2. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan

Seorang manajer keperawatan melaksanakan manajemen

keperawatan untuk memberikan perawatan kepada pasien. Swanburg

(2000) menyatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen keperawatan

sebagai berikut:

a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan

b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif

c. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan


d. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan

manajer perawat

e. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian

tujuan sosial

f. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian

g. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat

sosial, disiplin, dan bidang studi

h. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari

lembaga, dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi

i. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan

j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin

k. Manajemen keperawatan memotivasi

l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif

m. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian.

3. Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen menurut G.R. Terry adalah planning, organizing,

actuating, dan controlling, sedangkan menurut S.P. Siagian fungsi

manajemen terdiri dari planning, organizing, motivating, dan controlling[

CITATION Sua13 \l 1033 ]. fungsi manajemen adalah :

a. Perencanaan (Planning)

Menurut Suarli & Bachtiar (2013) perencanaan adalah suatu

keputusan dimasa yang akan datang tentang apa, siapa, kapan,

dimana, berapa, dan bagaimana yang akan dilakukan untuk


mencapai tujuan tertentu yang dapat ditinjau dari proses, fungsi dan

keputusan. Perencanaan sangat penting karena mengurangi

ketidakpastian dimasa yang akan datang, memusatkan perhatian

pada setiap unit yang terlibat, membuat kegiatan yang lebih

ekonomis, memungkinkan dilakukannya pengawasan. Unsur-unsur

yang terlibat dalam perencanaan, yaitu:

1) Meramalkan (forecasting), misalnya memperkirakan

kecenderungan masa depan (peluang dan tantangan)

2) Menetapkan tujuan (estabilishing objektive), menyusun acara

yang urutan kegiatannya menurut skala prioritas

3) Menyusun jadwal pelaksanaan (scheduling), misalnya

menetapkan/memperhitungkan waktu dengan tepat

4) Menyusun anggaran (budgeting), misalnya mengalokasikan

sumber yang tersedia (uang, alat, manusia) dengan

memperhitungkan waktu dengan tepat

5) Mengembangkan prosedur, misalnya menentukan tata cara yang

paling tepat

6) Menafsirkan dan menetapkan kebijakan (interpreting and

estabilishing policy), misalnya menafsirkan kebijakan atasan

dan menetapkan kebijakan operasional.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Menurut Suarli & Bachtiar (2013) Pengorganisasian dapat dilihat

secara statis dan dinamis. Secara statis merupakan wadah kegiatan


sekelompok orang untuk mencapai tujuan, sedangkan secara dinamis

merupakan suatu aktivitas dari tata hubungan kerja yang teratur dan

sistematis untuk mencapai tujuan tertentu

c. Ketenagaan (Staffing)

Ketenagaan adalah kegiatan manajer keperawatan untuk

merekrut, memimpin, memberikan orientasi, dan meningkatkan

perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi.

Ketenagaan juga memastikan cukup atau tidaknya tenaga

keperawatan yang terdiri dari perawat yang profesional, terampil,

dan kompeten. Kebutuhan ketenagaan dimasa yang akan datang

harus dapat diprediksi dan suatu rencana harus disusun secara

proaktif untuk memenuhi kebutuhan.

d. Pengarahan (Actualing)

Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer

berusaha memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik,

kerja sama, dan negosiasi.

Didalam pengarahan juga terdapat timbang terima, pre and post

konfrens, ronde keperawatan dan lain- lain.

e. Pengendalian (Controling)

Pengendalian adalah fungsi yang terus menerus dari manajemen

keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian,

ketenagaan, pengarahan.
B. Tinjauan Tentang Metode Asuhan Keperawatan Profesional

Metode Asuhan Keperawatan Profesional atau MAKP adalah suatu

kerangka kerja yang mendefenisikan empat unsur, yakni: standar, proses

keperawatan, pendidikan keperawatan, dan system MAKP. Defenisi tersebut

berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang di yakini akan menentukan kualitas

produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai

tersebut tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen,

maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan

pasien tidak akan terwujud [ CITATION Rat11 \l 1033 ].

Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan profesional yang sudah

ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren

pelayanan keperawatan (Nursalam, 2015).

1. Metode Fungsional

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan

asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.

Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat,

maka setiap perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan

kepada semua pasien di bangsal. Perawat melaksanakan tugas (tindakan)

tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada.

2. Metode Kasus

Berdasarkan pendekatan holistis dari filosofi keperawatan.

Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien

tertentu. Rasio: 1 : 1 (pasien : perawat). Setiap pasien dilimpahkan kepada


semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat mereka

dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap sif dan

tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada

hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan satu pasien

satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk

khusus seperti isolasi, perawatan insentif.

3. Metode Tim

Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang

berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang

terdiri atas tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu

kelompok kecil yang saling membantu. Berdasarkan pada kelompok

filosofi keperawatan. Terdapat enam sampai tujuh perawat profesional dan

perawat pelaksana bekerja sebagai satu tim, disupervisi oleh ketua tim.

4. Metode Primer

Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab

penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari

pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Medorong praktik kemandirian

perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana.

Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-

menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan,

melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.

Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan.


5. Metode Manajemen Kasus

Dalam metode ini perawat mrawat 10-15 pasien dari awa masuk

sampai pulang. Dalam metode ini terdapat clinical pathways dan

menentukan lama hari rawat pasien. Metode ini juga memiliki case

manajer dan fokus pada pembiayaan daripada asuhan keperawatan.

Beberapa kegiatan Manajemen Keperawatan

a. Operan

Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) timbang terima

adalah proses menimbang - terimakan tugas (pasien yang menjadi

tanggung jawabnya) dari shif satu ke shif berikutnya, antar unit

meliputi identitas pasien, diagnosa dan kondisi saat ini (terkini),

program pemeriksaan diagnostik, program terapi, antisipasi

perubahan kondisi dan perubahan terapi dan hal-hal yang harus

dimonitoring/diobservasi untuk perawatan selanjutnya.

Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) tujuan operan

adalah :

1.) Memberikan informasi akurat tentang kondisi pasien terkini,

program terapi dan perawatan untuk menfasilitasi

kesinambungan dan keselamatan pelayanan pasien.

2.) Mencegah terjadinya Kejadian Nyaris Cedera (KNC) dan atau

Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang disebabkan

komunikasi tidak efektif pada saat timbang terima.


Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) mengatakan

prosedur dalam pelaksanaan operan adalah :

1) Kedua tim dalam keadaan sudah siap

2) Ketua Tim dan anggota menyerahkan pasien-pasien yang

dalam perawatannya kepada Ketua Tim dan anggota tim

berikutnya dengan cara menyebutkan identitas pasien dengan 4

identitas, yaitu;

a) Nama pasien

b) Jenis kelamin

c) Tanggal lahir (tanggal, bulan dan tahun)

d) Nomor rekam medis

3) Selanjutnya timbang terima secara individu (setiap pasien)

menggunakan model SBAR:

a) Situation : Diagnosis, Co-Morbiditas, Alergi, DNR,

DPJP

b) Background:

(1) Jelaskan alasan perubahan kondisi pasien

(2) Penatalaksanaan terkini

c) Assessment:

(1) Penjelasan tentang kondisi pasien saat ini

(2) Kebutuhan penatalaksanaan saat ini

d) Rekomendation:

(1) Kemungkinan perubahan kondisi yang dapat terjadi


(2) Kemungkinan perubahan penatalaksanaan

(3) Parameter kritis yang harus diobservasi/monitoring

4) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan

timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif yang

berkaitan dengan masalah keperawatan klien, rencana tindakan

yang belum dan sudah dilaksanakan serta hal-hal penting

lainnya yang perlu dilimpahkan

5) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang

lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian

diserah terimakan kepada perawat berikutnya

6) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan

klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-

hal yang kurang jelas

7) Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas

8) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit

kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan

lengkap dan rinci.

9) Lakukan pula pada pasien selanjutnya

10) Waktu timbang terima dilakukan pada pagi /shif malam ke

pagi jam 07.30-08.30, pagi ke sore jam 13. 30-14.00 dan sore

ke malam 20.30-21.00 (sesuai ketentuan rumah sakit)

11) Catatan timbang terima dicatat dibuku timbang terima perawat.


b. Pre dan post conference

Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) Konfrensi

merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konfrensi

dilakukan setelah melakukan operan dinas sesuai dengan jadwal

dinas PP (setiap shift). Conference terbagi dua

1) Pre-conference yaitu komunikasi PP dan perawat pelaksana

setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut

yang dipimpin oleh PP. Jika yang dinas pada shift tersebut

hanya satu orang, maka pre-conference ditiadakan.

2) Post-conference yaitu komunikasi PP dan perawat pelaksana

tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan

kepada shift berikutnya.

Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) tujuan dari

Conference adalah :

1) Membahas masalah setiap klien berdasarkan renpra yang telah

dibuat oleh PP.

2) Menetapkan klien yang menjadi tanggung jawab masing-masing

PA.

3) Membahas rencana tindakan keperawatan untuk setiap klien

pada hari itu, rencana tindakan didasarkan pada renpra yang

ditetapkan oleh PP.

4) Mengidentifikasi tugas PA untuk setiap klien yang menjadi

tanggung jawabnya.
Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) mengatakan

prosedur Conference adalah :

Pre-Conference

a) PP membuka acara dengan salam.

b) PP mempersilahkan PA untuk menjelaskan kondisi pasien

yang ditangani:

(1) Keadaan umum klien.

(2) Keluhan utama.

(3) TTV dan kesadaran.

(4) Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnostic terbaru.

(5) Masalah keperawatan.

(6) Perubahan terapi medis.

(7) Rencana medis.

c) PP menanyakan rencana harian masing-masing perawat

pelaksana

d) PP memberikan masukan dan tindak lanjut terkait dengan

asuhan yang diberikan saat itu.

e) PP memberikan reinforcement.

f) PP menutup acara

Post-Conference

a) PP membuka acara dengan salam.


b) PP menanyakan hasil asuhan keperawatan masing-masing
pasien:
(1) Keadaan umum klien.
(2) Keluhan utama.
(3) TTV dan kesadaran.
(4) Hasil pemeriksaan laboratorium/diagnostic terbaru.
(5) Perubahan terapi medis.
(6) Rencana medis.
c) PP menanyakan masalah keperawatan.
d) PP menanyakan kendala dalam asuhan keperawatan yang
telah diberikan.
e) PP menanyakan tindak lanjut asuhan keperawatan pasien
yang harus dioperkan kepada perawat shift berikut.
f) PP menutup acara
c. Orientasi pasien baru

Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) mengatakan

Orientasi pasien baru mengenalkan segala sesuatu tentang rumah

sakit meliputi lingkungan rumah sakit, tenaga kesehatan, peraturan

prosedur dan pasien lain. Kontrak ini diperlukan agar hubungan

saling percaya antara perawat dank lien/keluarga dapat terbina

(trust). Tujuan Orientasi Pasien Baru

1) menghilangkan kebingungan.

2) Memberikan gambaran ringkas tentang ruang perawatan.

3) Memberikan pemahaman tentang hal-hal apa saja yang mesti

mereka lakukan

Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) prosedur

orientasi pasien baru adalah :

1) Orientasi dilakukan saat pertama kali oleh klien datang (24 jam

pertama) dan kondisi klien sudah tenang.


2) Orientasi dilakukan oleh ketua tikm/PP, bila ketua tim/PP tidak

ada anggota tim atau PA dapat memberikan orientasi untuk klien

dan keluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi kembali

oleh PP sesegera mungkin. Hal ini penting karena PP yang

bertanggung jawab terhadap semua kontrak atau orientasi yang

dilakukan.

3) Orientasi diberikan pada klien didampingi anggota keluarga,

yang dilakukan di kamar klien dengan menggunakan format

orientasi.

4) Selanjutnya klien diinformasikan untuk membaca lebih lengkap

format orientasi yang ditempelkan di kamar klien.

5) Setelah orientasi, berikan daftar nama tim kepada klien dan

keluarga kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci

klien.

6) Orientasi diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau

yang mewakili, terutama tentang daftar nama tim yang sudah

diberikan, sekaligus mengkonfirmasikan perkembangan kondisi

keperawatan klien dengan mengidentifikasikan kebutuhan klien.

7) Saat penggantian dinas (dikamar klien), ingatkan klien nama

perawat yang bertugas saat itu, bila perlu anjurkan klien atau

keluarga melihat pada daftar nama tim.

8) Hal-hal yang perlu disampaikan

a) Nama perawat PP dan PA (TIM) serta dokter yang bertugas


pada saat itu termasuk kontrak waktu jaga.
b) Fasilitas ruangan.
c) Hak dan kewajiban.
d) Tata tertib RS.
e) Identitas klien sekamarnya (buat dalam bentuk format)
d. Transfer pasien

Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) transfer pasien

adalah mindahkan pasien dari satu unit pelayanan ke unit pelayanan

lain di dalam rumah sakit (intra rumah sakit) atau memindahkan

pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain (inter rumah sakit).

Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) mengatakan

tujuan dari transfer pasien adalah:

1) agar proses transfer/ pemindahan pasien berlangsung dengan

aman dan lancar serta pelaksanaannya sesuai dengan prosedur

yang telah ditetapkan.

2) Memberikan pelayanan di butuhkan pasien sesuai dengan

kondisinya

Prosedur menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019)

adalah :

1) Persiapan

a) pastikan bahwa pasien layak ditransfer (Hemodinamik


stabil)
b) Resume perawat pasien
c) Hasil pemeriksaaan penunjang
d) Formulir transfer/ serah terima
e) Formulir monitor pasien
f) Peralatan medis yang digunakan selama transfer sesuai
kondisi pasien
2) Pelaksanaan

a) Ucapan salam

b) Informasikan pada pasien dan keluarga tentang rencana dan

maksud transfer yang dilakukan.

c) Lakukan koordinasi dengan petugas (dokter/ perawat)

ruangan yang dituju dan komunikasikan dengan rencana

pemindahan pasien yang meliputi:

(1) Identitas pasien

(2) Diagnose medis dan riwayat penyakit

(3) Keadaan umum pasien

(4) Alasan pasien dipindahkan

d) Sarankan pada pasien keluarga untuk mendapatkan

informasi lebih lanjut kepada dokter medical informasi

klinis (bila perlu)

e) Pastikan ada tempat dan pelayanan yang dibutuhkan pasien.

f) Pastikan siapa yang akan menerima saat transfer dilakukan.

g) Periksa kelayakan kondisi pasien untuk ditransfer (oleh

DPJP/ Dokter Anestesi/ Dokter IGD/ Dokter ruangan)

h) Tentukan SDM yang akan mendampingi pasien selama

transfer dengan ketentuan sebagai berikut:

(1) Pasien Level 0: didampingi oleh perawat yang memiliki

kompetensi minimal kemampuan BLS.


(2) Pasien Level 1: perawat yang memiliki kompetensi dan

cara pemberian oksigen. Sudah berpengalaman dalam

memberikan obat-obatan yang spesifik, dapat

melakukan suction dan perawatan tracheostomi bila

memungkinkan

(3) Pasien Level 2: didampingi oleh perawat yang

mempunyai kompetensi seperti level 1 ditambah

dengan kompetensi pengalaman kerja 2 tahun merawat

pasien kritis. Dapat memberikan bantuan pernafasan

menggunakan ambu bag, dapat menggunakan

defibrilator, dapat melakukan perawatan CVP.

(4) Pasien Level 3: didampingi oleh petugas yang memiliki

kompetensi seperti pada level 2 ditambah oleh dokter

yang memiliki kompetensi ACLS dan pengetahuan

tentang panduan monitor pasien saat transfer

Sikap pelayanan yang harus disertakan saat transfer pasien

sesuai dengan kondisi pasien berdasakan Level yaitu:

(1) Pasiean Level 0: Status rekam medis pesien, hasil

pemeriksaan menunjang (foto rontgen, dll) formulir

pemindahan antar ruangan yang sudah diisi dengan

lengkap, kursi roda/tempat tidur.

(2) Pasien Level 1: Semua peralatan yang disertakan level

0 ditambah dengan tabung oksigen dan canul, standar


infuse, mesin suction dan pulse oximetri bila

memungkinkan.

(3) Pasien Level 2: peralatan yang disertakan pada level 1

ditambah dengan monitor EKG dan mesin defibrillator

bila memungkinkan.

(4) Pasien Level 3: Peralatan yang disertakan pada level 2

ditambah dengan alat bantu pernafasan.

i) Hubngi petugas evakuator atau ambulans dan informasikan

tentang rencana transfer pasien.

j) Isi formulir dengan transfer/ serah terima dengan lengkap.

k) Observasi keadaan umum dan tanda-tanda viral pasien

sebelum pasien ditransfer oleh perawat pendamping

l) Informasikan pada pasien dan keluarga saat pasien akan

ditransfer

m) Antar pasien ke ruangan/ rumah sakit yang dituju

n) Monitor kondisi pasien (keadaan umum, kesadaran , tanda-

tanda vital) selama transfer. Jika terdapat WSD, harus

terpasang dan tidak boleh diklem.

o) Pasang kateter urine dan NGT jika diperlukan.

p) Pemberian terapi atau tatalaksana tidak boeh ditunda saat

menunggu pelaksanaan transfer.

q) Catat hasil monitor kondisi pasien pada format monitor

pasien
r) Lakukan serah terima dengan petugas (dokter/perawat)

rumah sakit yang dituju. Hal-hal yang diserah terimakan

adalah:

(1) Identitas pasien

(2) Dokter yang merawat

(3) Diagnose medis dan riwayat penyakit

(4) Keadaan umum : kesadaran dan hasil observasi TTV

(5) Tindakan yang telah digunakan

(6) Terapi yang telah diberikan

(7) Alergi obat

(8) Rencana tindakan pemeriksaan penunjang

(9) Status rekam medis pasien

(10) Daftar barang pasien

(11) Informasi lain yang dianggap penting

(12) Formulir serah terima

e. Ronde keperawatan

Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) mengatakan

Ronde keperawatan merupakan kegiatan dimana dua atau lebih

perawat mengunjungi klien untuk mendapat informasi yang akan

membantu merencanakan pelayanan keperawatan, dan memberikan

kesempatan pada klien untuk mendiskusikan masalah

keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan.


Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) mengatakan

tujuan dari ronde keperawatan adalah :

1) Menjustifikasikan masalah-masalah yang belum teratasi.

2) Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer

lain.

3) Melaksanakan pelayanan kesehatan dengan memberi kepuasan

kepada konsumen sehingga melebihi apa yang diharapkannya

dan menjadi perawat professional.

4) Menemukan masalah dan merumuskan intervensi keperawatan

yang tepat sesuai dengan masalah pasien.

5) Menumbuhkan cara berfikir secara kritis

Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) prosedur ronde

keperawatan adalah :

1) Menentukan topic karena kasus yang akan dibahas dalam ronde

keperawatan harus ditetapkan paling lambat satu hari sebelum

pelaksanaan.

2) Penentuan tugas dan peran:

a) Peran ketua tim dan perawat pelaksana:

(1) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien

(2) Menjelaskan masalah keperawatan utama

(3) Menjelaskan intervensi yang dilakukan

(4) Menjelaskan hasil yang didapat

(5) Menetukan tindakan selanjutnya


(6) Menjelaskan alasan ilmiah tidakan yang diambil

b) Peran kepala ruangan atau konsuler.

(1) Memberikan justifikasi

(2) Memberikan reinforcement

(3) Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi

keperawatan serta rasional tindakan

(4) Mengarahkan dan mengoreksi

(5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah

dipelajari

3) Langkah-lengkah kegiatan

a) Tahap Pra Ronde

(1) Cek catatan keperawatan dan medis pasien.

(2) Tetapkan pasien atau kasus minimal satu hari sebelum

waktu pelaksanaan ronde perawat.

(3) Berikan inform consent pada keluarga pasien.

(4) Membuka kegiatan ronde dengan mengucapkan salam

(5) Menjelaskan tentang hasil yang diharapkan dari hasil

ronde.

(6) Menjelaskan tentang pasien oleh perawat primer yang

difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana

tindakan yang akan dilaksanakan atau yang telah

dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu

didiskusikan.
(7) Memberi kesempatan anggota tim untuk diskusi,

mengajukan pendapat dan pertanyaan.

(8) Mengajak peserta menuju ruang pasien.

b) Tahap Ronde di Bed Pasien

1) Lakukan five moment.

2) Lakukan 4 S (senyum, salam, sapa, sopan) dengan

sikap 4 SGRT dan memperkenalkan diri.

3) Salam dan panggil klien dengan namanya.

4) Menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan oleh

ketua tim atau perawat primer.

5) Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya

sebelum kegiatan dilakukan.

6) Mulai dengan cara yang baik dan sopan.

7) Jaga privasi klien.

8) Mempersilahkan tim untuk validasi, intervensi, dan

edukasi sesuai dengan kebutuhan pasien.

9) Memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk

menyampaikan permasalahannya.

10) Diskusi antara anggota tim tentang kasus tersebut.

11) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau perawat

konsuler/kepala ruangan tentang masalah klien serta

rencana tindakan yang akan dilakukan.

12) Evaluasi perasaan klien


c) Tahap Pasca Ronde

1) Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien

tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu

dilakukan.

2) Beri reinforcement positif pada tim.

3) Buat rencana tindak lanjut setelah kegiatan ronde

keperawatan

4) Kontrak pertemuan selanjutnya.

5) Menutup kegiatan ronde keperawatan

6) Doa

7) Dokumentasi

8) Catat dalam notulen ronde keperawatan

f. Supervise

Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) Supervisi

adalah memberikan bantuan, bimbingan/ pengajaran, dukungan pada

seseorang untuk menyelesaikan pekerjaanya sesuai kebijakan dan

prosedur, mengembangkan keterampilan baru, pemahaman yang

lebih luas tentang pekerjaanya sehingga dapat melakukannya dengan

lebih baik

Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) mengatakan

tujuan supervisi adalah :


1) Mengorientasi, melatih, membimbing staf sesuai kebutuhan dan

mengarahkan untuk menggunakan kemampuan dan

mengembangkan keterampilan baru

2) Memfasiliasti staf untuk mengembangkan kemampuan dirinya.

3) Menolong dan menbgarahkan staf untuk ,meningkatkan minat,

sikap, dan kebiasaan yang baik dalam bekerja.

4) Memberikan bimbingan langsung kepada staf dalam

memberikan askep

5) Mendorong dan meningkatkan perkembangan profesional secara

terus menerus dan menjamin standar asuhan

Menurut Yulianita, Yulis, dan Zulkarnain (2019) prosedur

supervisi adalah :

1) Tahap Persiapan

a) Persiapan supervisor: alat tulis, SOP, format penilaian

supervisi.

b) Persiapan perawat : kelompok atau individu menyiapkan

alat untuk melakukan tindakan.

c) Persiapan pasien: pasien dalam kondisi stabil dan tenang.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Supervisor membuka dan menjelaskan kegiatan dan tujuan

kegiatan

b) Supervisor menjelaskan format penilaian yang akan

digunakan.
c) PP mempersiapkan diri terhadap kegiatan supervisi

( lembar-lembar dokumen perawatan atau memberikan

asuhan keperawatan kepada klien)

d) Supervisor melakukan pengawasaan dan koordinasi.

e) Supervisor menilai berdasarkan format supervise.

f) Supervisor mencatat jika ditemukan hal-hal yang perlu

didiskusikan bersama PP

g) Supervisor member masukan atau saran kepada PP.

h) PP menerima dan kritik perbaika

3) Evaluasi

a) Menginformasikan hasil dari penilaian

b) Melakukan evaluasi hasil bimbingan

c) Memebrikan solusi dan feed back

d) Memberikan reinforcement dan feed back.


BAB III

GAMBARAN UMUM

a. Gambaran Umum Ruangan

Mahasiswa sedang melakukan praktik di Ruang Cempaka selama tiga

minggu pada bulan Juli. Ruang Cempaka merupakan kamar bersalin,

terdiri dari 20 tempat tidur dan jumlah rata-rata pasien perhari 18 pasien.

b. Hasil Pengkajian

1. Hasil pengkajian berdasarkan 5 fungsi manajemen :

a) Planning (Fungsi Perencanaan) :

1) Belum ada SPO orientasi pasien baru

2) SOP perawatan metode kangguru pada BBLR belum ada.

3) Belum ada SOP memandikan bayi

b) Organisation (Fungsi Pengorganisasian)

1) Belum ada struktur organisasi dan uraian tugas untuk perawat.

c) Staffing (Fungsi Ketenagaan)

1) Perawat dan bidan dalam ruangan tersebut sudah cukup.

d) Actuating (Fungsi Pengarahan)

1) Supervisi belum rutin dilaksanakan.

2) Pemberian edukasi pada pasien belum rutin dilaksanakan

3) Ronde keperawatan belum pernah dilaksanakan karena belum

ada pasien yang memenuhi untuk dilakukan timbang terima.

e) Controlling (Fungsi Pengendalian)

1) Timbang terima sudah rutin dilakukan.


2. Identifikasi Masalah

a) Belum ada struktur organisasi dan uraian tugas untuk perawat.

b) Belum ada SPO orientasi pasien baru.

c) Supervisi belum rutin dilaksanakan.

d) SOP memandikan bayi belum ada

e) Ronde keperawatan belum pernah dilaksanakan karena belum ada

pasien yang memenuhi untuk dilakukan timbang terima

f) SOP perawatan metode kangguru pada BBLR belum ada

g) Pemberian edukasi pada pasien belum rutin dilaksanakan

3. Prioritas Masalah

Matriks Prioritas Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan di

Ruang Cempaka

No Masalah M S Mn Nc Af Skor Prioritas


Belum ada struktur
organisasi dan uraian
1 5 4 5 5 5 2500 2
tugas untuk perawat.

Belum ada SPO orientasi


2 pasien baru. 5 5 5 5 5 3125 1

Supervisi belum rutin


3 dilaksanakan. 3 4 4 4 5 960 5

SOP memandikan bayi


4 belum ada 4 4 5 5 5 2000 3

Ronde keperawatan
belum pernah
dilaksanakan karena
5 belum ada pasien yang 3 4 3 4 3 432 6
memenuhi untuk
dilakukan timbang terima
SOP perawatan metode
kangguru pada BBLR
6 4 3 4 3 4 576 7
belum ada

Pemberian edukasi pada


pasien belum rutin
7 4 4 5 5 3 1200 4
dilaksanakan

Keterangan:
a.) Magnitude (M) : prevalensi masalah, sering atau tidak kejadiannya.
b.) Severity (S), : akibat yang ditimbulkan, tingkat keseriusannya.
c.) Manageable (Mn : kemungkinan masalah dapat diselesaikan.
d.) Nursing concern (Nc): seberapa besar peran perawat dalam
penyelesaiannya.
e.) Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya (dana, tenaga dan sarana).

Berdasarkan identifikasi dan prioritas masalah, yang menajadi prioritas yang

perlu diselesaikan adalah :

a) Belum ada SPO orientasi pasien baru.


b) Belum ada struktur organisasi dan uraian tugas untuk perawat.
c) SOP memandikan bayi belum ada
d) Pemberian edukasi pada pasien belum rutin dilaksanakan
e) Supervisi belum rutin dilaksanakan.
f) Ronde keperawatan belum pernah dilaksanakan karena belum ada pasien
yang memenuhi untuk dilakukan timbang terima
g) SOP perawatan metode kangguru pada BBLR belum ada.
4. Plan of action
Penanggung
No Kegiatan Uraian Tujuan Indikator Sasaran Waktu Biaya
jawab
1. Membuat draf
SOP tentang
orientasi pasien
Mengusulkan Untuk
baru Draf telah
penyusunan mempermudah
2. Mengusulkan ke diserahkan Kepala
1 SPO orientasi pelaksanaan Maahmud Minggu ke-3 Rp. 50.000
kepala ruangan ke kepala ruangan
pasien baru. tindakan
3. Melakukan ruangan
keperawatan
sosialisasi orientasi
penerimaan pasien
baru.
1. Membuat struktur
organisasi beserta
Membuat uraian tugas Tampak
Sebagai acuan
struktur dan perawat. untuk di terpasang Kepala
dalam
uraian tugas usulkan kepada struktur dan ruangan
2 melakukan Hasriani Minggu Ke -3 Rp. 200.000
perawat.untu kepala ruangan uraian tugas dan
tugas masing-
kk di usulkan 2. memasang struktur di ruangan Perawat
masing.
organisasi dan tersebut.
uraian tugas
perawat.
3 Membuat 1. Membuat draft SOP Untuk Draf telah Kepala Inayatu dzil izzati Minggu ke-3 Rp.50.000
SOP cara memandikan bayi mempermudah diserahkan ruangan
memandikan 2. mengusulkan ke perawat dan ke kepala
bayi kepala ruangan. bidan ruangan
2.Melakukan pelaksanaan
tindakan
sosialisasi cara
keperawatan
memandikan bayi
memandikan
sesuai dengan SOP.
bayi
1. Mengusulkan
kepada perawat
untuk selalu
melakukan edukasi
setiap melakukan untuk
Mengusulkan Memasang
asuhan menambah
pemberian poster–
keperawatan. wawasan
edukasi pada poster Perawat
2. Menempelkan dalam
4 pasien belum terkait dan Nisu sulfika Minggu ke-3 Rp. 70.000
poster-poster melakukan
rutin kesehatan bidan
informasi di perawatan
dilaksanakan ibu dan
ruangan bersalin. mandiri
anak
3. Membuat liflet
edukasi dan
disimpan di meja
nurse station

Mengusulkan
untuk
melakukan
supervisi
5 1.
yang belum
rutin
dilaksanakan
a.

Mengusulkan 1. menyarankan kepada Untuk melatih


pembuatan kepala ruangan untuk keterampilan
Ronde tetap membuat peerawat
agenda ronde
keperawatan dalam
keperawatan ketika Ronde
belum pernah menhadapi
ada dan tidaknya keperawata
dilaksanakan masalah
pasien yang n dilakukan
karena belum keperawatan Kepala
6 memenuhi untuk sesuai Kk nur alam Minggu ke-4 Rp. 100.000
ada pasien ketika ada ruangan
dilakukan timbang agenda
yang pasien yang
terima yang telah
memenuhi telah
2. menerapkan ronde ditentukan
untuk keperawatan sesuai memenuhi
dilakukan dengan sop untuk
timbang dilakukan
terima timbang terima

7 Mengusulkan 1. Membuat draft SOP Untuk Draf telah Kepala Babang tamvan Minggu ke-4 Rp. 50.000
pembuatan cara perawatan mempermudah diserahkan ruangan
SOP metode kangguru perawat dan ke kepala
perawatan pada BBLR bidan ruangan
metode 2. mengusulkan ke pelaksanaan
kangguru kepala ruangan. tindakan
pada BBLR 2.Melakukan keperawatan
belum ada. sosialisasi cara metode
perawatan metode
kangguru pada
kangguru pada BBLR
BBLR.
sesuai dengan SOP
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, ditemukan 5 prioritas

masalah yang perlu diselesaikan berdasarkan fungsi manajemen keperawatan

yaitu :

1. Belum ada SOP cara menyuntik yang aman dan belum ada SOP personal

hygiene.

Penyelesaian : membuat draf SOP cara menyuntik yang aman dan SOP

personal hygiene, melakukan sosialisasi vara menyuntik yang aman dan

personal hygiene

2. Belum ada struktur dan uraian tugas untuk perawat

Penyelesaian : mengusulkan pembuatan struktur dan uraian tugas

perawat ke kepala ruangan, membuat struktur dan uraian tugas perawat

dan memasang diruangan tersebut.

3. Pemberian edukasi pada pasien belum rutin dilaksanakan

Penyelesaian : mengusulkan kepada perawat untuk selalu melakukan

edukasi saat melakukan ashuan keperawatan, menempel poster-poster

informasi disetiap ruangan pasien, membuat liflet untuk pasien.

4. Belum ada SPO ronde keperawatan

Penyeleasaian : membuat draf SPO ronde keperawatan dan mengusulkan

ke kepala ruangan, melakukan roleplay keperawatan.


5. Supervisi belum rutin dilaksanakan

Penyelesaian : mengusulkan ke kepala ruangan membuat jadwal

supervisi 1x dalam sebulan untuk menilai kinerja perawat diruangan

tersebut, membuat draf instrumen penilaian supervisi.

A. Saran

1. Pihak Rumah Sakit

Rumah sakit sebaiknya selalu memperhatikan upaya-upaya yang

perlu dilakukan untuk pemecahan masalah yang erkaitan dengan fungsi

manajemen keperawatan.

2. Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan mampu lebih aktif, komunikatif, dan lebih

kritis dalam menganalisis permasalahan dirumah sakit dalam melakukan

manajemen keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Gillies, 2002. Nursing Management: a system approach 3th Edition. Philadelpia:

W.B. Saunders

Nursalam. 20013. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek

Keperawatan  Profesional. Edisi III. Jakarta : EGC

Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Edisi IV. Jakarta: Salemba Medika

Priharjo, R 1995, Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar dan

Rahmulyono. A. 2008. Analisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan

pasien Puskesmas Depok I Sleman, Fakultas Ekonomi.Yogyakarta:

Universitas Islam Indonesia

Swansburg, R.C. 2000. Nursing Staff Development. Jones and Bartlett Publisher,

Toronto

Swanburg,russel c. pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk

perawat klinis. Jakarta. 1994. Penerbit buku kedokteran EGC.

Satrianegara m.fais. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan.

Jakarta. 2009. Salemba Medika.

M.Nurs, Nursalam. Manajemen Keperawatan. Jakarta. 2002. Salemba Medika.

Suryono, S., 2009Manajemen Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit Sukmarini,

L. (1999). Mekanisme Kerja Tim Keperawatan Di Ruang Model Praktek

keperawatan Profe- sional (MPKP) Irna B Lt. IV Kanan RSUPN- Cipto

Mangunkusumo. Jurnal Keperawatan Indone- sia.Volume II,6(222-228).

Anda mungkin juga menyukai