Anda di halaman 1dari 133

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai fenomena yang harus direspon oleh perawat. Respon yang ada harus
bersifat kondusif dengan pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah
konkret dalam pelaksanaannya. Perawat harus mau mengembangkan ilmu
pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat, dan menjadi tenaga
perawat yang professional. Pengembangan  dalam berbagai aspek
keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling
mempengaruhi dan saling berkepentingan. Oleh karena itu inovasi dalam
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu keperawatan dan
kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam
proses profesionalitas. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan
terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh 
masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam sistem
pelayanan kesehataan.
Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif seperti
makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang
diselenggarakan, makin sesuainya jenis dan keahlian tenaga
kesehatan/keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat,
bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan. Oleh karena alasan-
alasan di atas maka Pelayanan keperawatan harus dikelola secara professional
karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan.
Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan merupakan organisasi
yang memiliki beragam tenaga terampil dengan produk utamanya adalah jasa
(Soeroso, 2003). Hidayat (2009) menyatakan bahwa pelayanan kesehatan
yang bermutu menjadi kebutuhan dasar yang diperlukan bagi setiap orang.
Untuk itu, rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 1


penyempurnaan guna menghasilkan pelayanan yang berkualitas dan
bermanfaat bagi masyarakat. Gillies (2000) menyatakan bahwa salah satu
upaya yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
adalah meningkatkan sumber daya manusia dan pengelolaan manajemen
keperawatan.
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya
orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah proses pengelolaan
pelayanan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga
dan masyarakat (Gillies, 2000). Marquis dan Huston (2010) menyatakan
bahwa manajemen keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yang
menggunakan fungsi-fungsi keperawatan yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian. Fungsi-fungsi
manajemen tersebut merupakan pendekatan manajemen dari pengelolaan
manajemen keperawatan (Huber, 2000).
Pengelolaan manajemen keperawatan dilakukan oleh manajer
keperawatan. Suyanto (2009) menyatakan bahwa manajer keperawatan
memiliki tiga tingkatan yaitu manajemen puncak, manajemen menengah,
manajemen bawah. Kepala ruangan berada dalam tingkatan manajemen
bawah untuk mengelola pelayanan keperawatan (Suyanto, 2009). Kepala
ruangan dituntut untuk dapat merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan
mengawasi pemberian asuhan keperawatan yang efektif dan efisien di rumah
sakit (Nursalam, 2007). Oleh karena itu, kepala ruangan harus memiliki
kemampuan dalam memimpin, agar dapat efektif dalam mengelola pelayanan
manajemen untuk mendukung pelayanan asuhan keperawatan (Marquis dan
Huston, 2010). Demikian pula yang disampaikan oleh Sullivan dan Decker
(1989 dalam Suyanto, 2009) menyatakan bahwa kepala ruangan memiliki
kemampuan dan keterampilan dalam mempengaruhi perawat di bawah
pengawasannya untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
sebagai perawat sehingga dapat tercapai tujuan pelayanan keperawatan.
Kepala ruangan berperan penting dalam mencapai tujuan pelayanan
keperawatan melalui fungsi-fungsi manajemen keperawatan (Swanburg,

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 2


2000). Marquis dan Huston (2010) menyatakan bahwa dalam fungsi
perencanaan kepala ruangan harus dapat melibatkan individu dalam
organisasi untuk merencanakan kegiatan seperti penentuan tujuan umum,
tujuan khusus, prosedur, dan peraturan. Peran kepala ruangan dalam
pengorganisasian meliputi membentuk struktur untuk melaksanakan rencana,
pengelompokan aktivitas, menentukan jenis pemberian asuhan keperawatan
yang paling tepat. Peran kepala ruangan dalam kepersonaliaan meliputi
merekrut, wawancara, penjadwalan, pengembangan perawat pelaksana,
sosialisasi perawat. Peran kepala ruangan dalam pengarahan meliputi
manajemen sumber daya manusia; memotivasi, mengatasi konflik,
mendelegasikan, mengkomunikasikan, dan memfasilitasi kolaborasi. Peran
kepala ruangan dalam pengendalian meliputi penilaian kinerja, pengawasan
mutu, pengawasan hukum dan etika, dan pengawasan hubungan profesional.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengelolahan pelayanan/asuhan
keperawatan profesional tingkat dasar secara bertanggung jawab sesuai
dengan konsep-konsep dan langkah-langkah manajemen serta
menunjukkan sikap kepemimpinan yang efektif.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam
mengelola dirinya sendiri (role model) selama melakukan praktek
profesi manajemen.
b. Mahasiswa mampu menampilkan kerjasama yang baik dalam
penerapan fungsi-fungsi manajemen pelayanan dan asuhan
keperawatan dengan metode penugasan tim maupun metode
penugasan profesional lainnya sesuai kondisi lahan praktek dengan
berperan sebagai kepala ruangan, ketua tim, atau perawat primer dan
menjadi anggota tim atau perawat asosiate.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 3


c. Mahasiswa mampu menjadi agen pembaharu dengan menampilkan
kegiatan yang mengacu pada tahapan kegiatan dalam melakukan suatu
peruabahan, yang mulai dari kajian situasi unut, menyusun rencan
strategis, mengimplementasikan rencana kegaitan berdasarkan
prioritas, evaluasi dan monitoring (feed back).

C. MANFAAT
1. Bagi Rumah Sakit
Melalui praktek ini, mahasiswa dapat membantu Rumah Sakit
untuk memecahkan masalah yang bersifat teknis operasional dari suatu
aspek manajemen layanan keperawatan tertentu, yang dapat
meningkatkan mutu layanan keeprawatan secara umum yang akhirnya
dapat meningkatkan mutu layanan kesehatan.
2. Bagi Profesi Ners Universitas Muslim Indonesia (UMI)
Peningkatan kualitas proses praktik keperawatan dengan
melibatkan mahasiswa secara aktif dalam pengelolaan unit pelayanan
keperawatan tertentu sesuai dengan konsep dan langkah-langkah
manajemen keperawatan.
3. Bagi Mahasiswa
Memperoleh pengalaman dan pengetahuan nyata dalam
pengelolaan unit pelayanan keperawatan tertentu sesuai dengan konsep
dan langkah-langkah manajemen keperawatan.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR MANAJEMEN KEPERAWATAN


1. Definisi Manajemen Keperawatan
Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Mary Parker Follet
misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif
berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara
efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,
terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencakup
kegiatan POAC (planning, organizing, actuating, controlling) terhadap
staf, sarana, dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant &
Massey, 1999 dalam Nursalam, 2007).
Muninjaya (2004) menyatakan bahwa manajemen adalah ilmu atau
seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif,
dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Istilah manajemen harus memenuhi syarat-syarat/prinsip-prinsip
tertentu yaitu adanya kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh sekelompok
manusia, adanya penataan/pengaturan dalam kerjasama, dan adanya tujuan
yang hendak dicapai dari kegiatan kerjasama tersebut.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 5


Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja dengan
melibatkan anggota staf keperawatan untuk memberikan perawatan,
pengobatan dan bantuan terhadap pasien (Gillies, 1998 dalam Parmin,
2009).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai tujuan dan objektifitas asuhan keperawatan
dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000).
Kelly & Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen
keperawatan dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan.
Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah
kelompok dari perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha
keperawatan yang pada akhirnya manajemen keperawatan menjadi proses
dimana perawat manajer menjalankan profesi mereka.
Suyanto (2009) menyatakan bahwa lingkup manajemen keperawatan
adalah manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen asuhan
keperawatan. Menurut Depkes (2001) dalam , manajemen pelayanan
keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan ketenagaan, pengarahan, eveluasi dan pengendalian mutu
keperawatan.
Manajemen pelayanan keperawatan adalah pelayanan di rumah sakit
yang dikelola oleh bidang perawatan melalui tiga tingkatan manajerial
yaitu manajemen puncak (kepala bidang keperawatan), manajemen
menegah (kepala unit pelayanan atau supervisor), dan manajemen bawah
(kepala ruang perawatan). Keberhasilan pelayanan keperawatan sangat
dipengaruhi oleh manajer keperawatan dalam melaksanakan peran dan
fungsinya.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 6


Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya
dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metode
proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan
masalah klien. Dalam manajemen asuhan keperawatan ada tiga komponen
penting yaitu manajemen sumber daya manusia dengan menggunakan
sistem pengorganisasian pekerjaan perawat, sistem klasifikasi kebutuhan
klien dan metode proses keperawatan.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen keperawatan merupakan proses
pencapaian tujuan keperawatan melalui sumber daya keperawatan melalui
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian serta
terjaganya standar asuhan keperawatan.
2. Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan
Menurut Kron (1987) dalam Muhasidah (2014) yang termasuk
lingkup manajemen keperawatan adalah manajemen operasional dan
manajemen asuhan keperawatan.
Lingkup manajemen operasional dalam manajemen keperawatan yaitu
merencakan, mengorganisir, mengarahkan dan mengawasi sumber daya
keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya yaitu mengelola sumber
daya manusia keperawatan, metode, fasilitas dan untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas (Swanburg, 1996).
a) Manajemen Operasional
Pada manajemen operasional, pelayanan keperawatan di rumah
sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan
manajerial yaitu:
1) Manajemen Puncak
Manajemen puncak adalah direktur keperawatan yang mempunyai
tugas melaksanakan kegiatan organisasi dalam lingkup luas,
perencanaan strategi berdasarkan misi organisasi.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 7


2) Manajemen Menengah
Manajemen menengah adalah pengelola keperawatan yang
membantu manajer puncak untuk menyusun kebijakan, ketentuan,
peraturan untuk karyawan dan perencanaan jangka menengah.
3) Manajemen bawah
Manajemen bawah adalah pengelola keperawatan yang langsung
mengelola pelayanan keperawatan dengan mengatur jadwal
perencanaan harian dan mingguan untuk pemberian asuhan
keperawatan dalam hal ini dilaksanakan oleh kepala ruangan dan
ketua tim (Depkes RI, 1999).
b) Manajemen Asuhan Keperawatan
Lingkup manajemen asuhan keperawatan dalam manajemen
keperawatan adalah terlaksananya asuhan keperawatan yang
berkualitas kepada klien. Keberhasilan asuhan keperawatan sangat
ditunjang oleh sumber daya tenaga keperawatan dan sumber data
lainnya. Tenaga keperawatan yang bertanggungjwaab dalam
menyediakan perawatan pasien yang berkualitas adalah perawat
pelaksana. Sebagai kunci keterampilan dalam keperawatan pasien
adalah komunikasi, koodinasi, konsultasi, pengawasan dan
pendelegasian (Loveridge & Gummimng, 1996 dalam Muhasidah,
2014).
Manajemen asuhan keperawatan merupakan pelaksanaan proses
keperawatan dengan menggunakan konsep-konsep manajemen,
seperti: perencanaan, pengorganisasi, pengarahan dan pengendalian
atau evaluasi (Gillies, 1996 dalam Muhasidah 2014).
Dalam prakteknya manajemen asuhan keperawatan
dilaksanakan melalui pendekatan proses keperawatan. Proses
keperawatan adalah metode sistematis yang dilakukan dengan fokus
respon individual yang unik terhadap seseorang, kelompok, maupun
masyarakat, baik actual maupun potensial yang berhubungan dengan
kesehatan, terdiri dari lima langkah yaitu pengkajian, diagnosa,

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 8


perencanaan, implementasi dan evaluasi (Alfaro, 1996 dalam
Muhasidah, 2014).
3. Prinsip Manajemen Keperawatan
Keberhasilan manajemen keperawatan dalam mengelola suatu
organisasi keperawatan dapat dicapai melalui penerapan prinsip-prinsip
manajemen. Menurut Swansburg (1999) dalam Muhasidah (2014) ada
beberapa prinsip yang mendasari manajemen keperawatan yaitu:
a) Manajemen keperawatan seyogyanya berlandasakan perencanaan,
karena melalui fungsi perencanaan pimpinan dapat menurunkan resiko
pengambilan keputusan, pemecahan masalah yang efektif dan
terencana.
b) Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaaan waktu
yang efektif. Manajemen keperawatan yang menghargai waktu akan
menyusun perencanaan yang ter[program dengan baik dan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
sebelumnya.
c) Manajemen keperawatan akan melibatkan pengambilan keputusan.
Berbagai situasi maupun permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan
kegiatan keperawatan memerlukan pengambilan keputusan diberbagai
tingkat menegerial
d) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien merupakan fokus
perhatian manajer perawat dengan mempertimbangkan apa yang
pasien lihat, pikir, yakini dan ingini. Kepuasan pasien merupakan poin
utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e) Manajemen keperawatan harus terorganisir. Pengorganisasian
dilakukan sesuai kebutuhan organisasi untuk mencapai tujuan.
f) Pengarahan merupakan elemen kegiatan manajemen keperawatan yang
meliputi proses pendelegasian, supervisi, koodinasi dan pengendalian
pelaksanaan rencana yang telah diorganisasikan.
g) Divisi keperawatan yang baik memotivasi karyawan untuk
memperlihatkan penampilan kerja yang baik.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 9


h) Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan mengurangi kesalapahaman dan
memberikan kesamaan pandangan, arah dan pengertian diantara
pegawai.
i) Pengembangan staf penting untuk dilaksanakan sebagai upaya
persiapan perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih tinggi
ataupun upaya manajer untuk meningkatkan pengetahuan karyawan.
j) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang
meliputi penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat,
pemberian instruki dan menetapkan prinsip-prinsip melalui penetapan
standar, membandingkan penampilan dengan standard an memperbaiki
kekurangan.
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas maka para manajer dan
administrator seyogyanya bekerja bersama-sama dalam perencanaan dan
pengorganisasian serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (Muhasidah, 2014).
4. Fungsi Manajemen Keperawatan
Swansburg (2000) menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri atas lima
fungsi yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),
pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan pengendalian
(controlling).
4.1 Planning (Perencanaan)
Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali
dengan merumuskan tujuan, dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses dan kriteria
hasil, memberikan umpan balik pada perencanaan yang sebelumnya
dan memodifikasi rencana yang diperlukan (Swanburg, 1999). Fungsi
planning (perencanaan) adalah fungsi terpenting dalam manajemen,
oleh karena fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Menurut Muninjaya, (1999) fungsi perencanaan merupakan
landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 10


fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen lainnya akan
dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan akan memberikan pola
pandang secara menyeluruh terhadap semua pekerjaan yang akan
dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan akan dilakukan.
Perencanaan merupakan tuntutan terhadap proses pencapaian tujuan
secara efektif dan efesien.
Di dalam proses keperawatan, perencanaan dapat membantu
menjamin klien atau pasien akan menerima pelayanan kesehatan yang
mereka butuhkan. Pelayanan ini diberikan oleh tenaga keperawatan
agar mendapat hasil yang memuaskan sesuai tujuan yang diharapkan
(Swanburg, 1999).
a) Tujuan Perencanaan
Adapun tujuan dari perencanaan adalah :
1) Meningkatkan keberhasilan untuk mencapai sasaran dan tujuan
2) Mengefektifkan penggunaan personel dan fasilitas yang
tersedia
3) Membantu koping dengan situasi kritis
4) Meningkatkan efektivitas dalam hal biaya
5) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan yang akan datang.
6) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah
7) Penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
b) Tahap dalam perencanaan :
1) Menetapkan tujuan dalam mengumpulkan data dan fakta
2) Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah
3) Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin
dicapai.
4) Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam
5) pelaksanaan program.
6) Menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO)

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 11


c) Prasyarat perencanaan
Prasyarat perencanaan yang dibutuhkan adalah sederhana, tujuan
dan hasil yang akan dicapai jelas, berdasarkan kebijakan dan
prosedur yang berlaku, sesuai prioritas, pelibatan aktif, praktis,
fleksibel, berkesinambungan, dan mempunyau kejelasan metode
evaluasi.
d) Dasar pertimbangan/Unsur Perencanaan
5 W + 1 H : What, Where, When, Why, Who, dan How
e) Langkah-langkah dalam perencanaan
1) Pengumpulan data
2) Analisa lingkungan (SWOT: strength, weakness, opportunities,
threatened)
3) Pengorganisasian data: pilih data yang mendukung dan yang
menghambat
4) Pembuatan rencana: tentukan obyektivitas, uraian kegiatan,
prosedur, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya,
metode yang digunakan.
f) Jenis Perencanaan
1) Perencanaan Strategi
Perencanaan strategis merupakan suatu proses
berkesinambungan, proses yang sistematis dalam pembuatan
dan pengambilan keputusan masa kini dengan kemungkinan
pengetahuan yang paling besar dari efek-efek perencanaan pada
masa depan, mengorganisasikan upaya-upaya yang perlu untuk
melaksanakan keputusan ini terhadap hasil yang diharapkan
melalui mekanisme umpan balik yang dapat dipercaya.
Perencanaan strategis dalam keperawatan bertujuan untuk
memperbaiki alokasi sumber-sumber yang langka, termasuk
uang dan waktu, dan untuk mengatur pekerjaan divisi
keperawatan.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 12


2) Perencanaan Operasional
Perencanaan operasional menguraikan aktivitas dan
prosedur yang akan digunakan, serta menyusun jadwal waktu
pencapaian tujuan, menentukan siapa orang-orang yang
bertanggung jawab untuk setiap aktivitas dan prosedur.
Menggambarkan cara menyiapkan orang-orang untuk bekerja
dan juga standard untuk mengevaluasi perawatan pasien.
Di dalam perencanaan operasional terdiri dari dua bagian
yaitu rencana tetap dan rencana sekali pakai. Rencana tetap
adalah rencana yang sudah ada dan menjadi pedoman di dalam
kegiatan setiap hari, yang terdiri dari kebijaksanaan, standard
prosedur operasional dan peraturan sedangkan rencana sekali
pakai terdiri dari program dan proyek.
g) Manfaat Perencanaan
1) Memperkenalkan tujuan perencanaan sebagai alat untuk
mencapai kebersihan tujuan dan sasaran. Oleh karena itu
seorang kepala ruangan harus membuat perencanaan yang
terdokumentasi dengan baik.
2) Perencanaan berguna untuk menilai efektifitas suatu pekerjaan
dan juga efisiensi dalam penggunaan sumber daya manusia
dan alat.
3) Tujuan perencanaan adalah membantu kepala ruangan ketika
terjadi situasi krisis sehingga kepala ruangan mampu melihat
prioritas tugas yang akan didahulukan atau tidak.
4) Perencanaan membantu kepala ruangan dalam mengatur biaya
operasinal di ruang keperawatan. Sehingga bermanfaat
membantu kepala ruangan untuk melihat kembali apa yang
telah dilakukan pada waktu lampau dan yang akan datang
sehingga akan melalui perencanaan yang baik membantu
situasi perubahan dan inovasi.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 13


5) Perencanaan sebagai alat pengontrol yang baik, melihat
penyimpangan-penyimpangan dari awal dan mengarahkan
pada alternatif pemecahan masalah.
h) Keuntungan Perencanaan
1) Mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang tidak
produktif.
2) Dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang
dicapai
3) Memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainnya
terutama fungsi keperawatan
4) Memodifikasi gaya manajemen
5) Fleksibilitas dalam pengambilan keputusan
i) Kelemahan Perencanaan
1) Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan
informasi dan fakta-fakta tentang masa yang akan datang
2) Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak
3) Perencanaan mempunyai hambatan psikologis
4) Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif
5) Perencanaan menyebabkan terhambatnya tindakan yang perlu
diambil
4.2 Organizing (Pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-
orang, alatalat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan
(Siagian, 1983 dalam Nurhidayah, 2007). Menurut Swanburg (2000),
pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk
tujuan mencapai objektif, penugasan suatu kelompok manajer dengan
autoritas pengawasan setiap kelompok, dan menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat dengan unit lainya, baik

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 14


menurut vertical maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk
mencapai objektif organisasi.
Dari beberapa penjelasan pada pengertian tersebut diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa pengorganisasian disusun dengan tujuan
agar pekerjaan yang dikehendaki dapat tercapai dan dibagi-bagi
diantara anggota organisasi degan rentang tugas, wewenang dan
tangggung jawab yang jelas sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien.
a) Prinsip Pengorganisasian
1) Rantai komando (Chain of comand)
Kepuasaan anggota, efektif dan sukses mancapai tujuan,
organisasi ditetapkan sesuai dengan hubungan hierarki dan
kewenangan dari atas kebawah.
2) Unity of command
Karyawan mempunyai satu sipervisor dan satu pimpinan
dengan satu perencanaan untuk sekelompok kegiatan dengan
tujuan yang sama.
3) Span of control / rentang kendali
Prinsip pembimbing, dimana seorang supervisor dapat
membimbing secara efektif dalam hal jumlah, fungsi, dan
geografi
4) Specialization
Setiap orang masing-masing memiliki keahlian tertentu.
b) Langkah-langkah Pengorganisasian
1) Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah
tertuang dalam fungsi perencanaan.
2) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
3) Menggolongkan kegiatan pokok kedalam satuan-satuan
kegiatan yang praktis.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 15


4) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
staf dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
5) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
6) Mendelegasikan wewenang.
4.3 Directing (Pembinaan/pengarahan)
Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer
berusaha memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja
sama, dan negosiasi (Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan adalah
proses memberikan bimbingan kepada staff agar mereka mampu
bekerja secara optimal dalam melaksanakan tugas-tugasnya sesuai
dengan keterampilan yang mereka miliki. Pengarahan ini termasuk
didalamnya adalah kejelasan komunikasi dan pengembangan motivasi
yang efektif. Pengarahan (actuating) merupakan fungsi yang paling
fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan
berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok
mulai dari tingkat teratas sampai terbawah berusaha mencapai sasaran
organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula dengan cara
terbaik dan benar.
Hakikat dari pengarahan adalah sebagai keseluruhan usaha, cara,
teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar
mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya
tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan produktif. Pengarahan di
ruang perawatan dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu
operan pasien, program motivasi, manajemen konflik, melakukan
supervisi dan lainnya.
a) Fungsi pengarahan
Menurut Wijoyono (1997) dalam Parmin (2009) ada dua belas
fungsi pengarahan mmanahjemen tingkat pertama yaitu:
1) Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk klinik
kesehatan, pasien dan personel keperawatan.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 16


2) Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan pasien atau
klien sehubungan dengan tugas-tugas staf perawatan
3) Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan yang
diberikan oleh bagian penunjang.
4) Mengidentifikasi tanggung jawab untuk seluruh kegiatan
yang dilakukan oleh staf perawatan
5) Memberikan perawatan yang aman dan berkesinambungan
6) Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas yang
bervariasi dan pengembangan staf perawatan.
7) Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas yang
bervariasi dan pengembangan staf keperawatan.
8) Memberikan kepemimpinan terhadap anggota staf untuk
bantuan dalam hal pengajaran, konsultasi dan evaluasi.
9) Mempercayai anggota untuk mengikuti perjanjian yang telah
mereka sepakati
10) Menginterpretasikan protokol untuk berespon terhadap hal-
hal insidental
11) Menjelaskan prosedur yang harus diikuti dalam keadaan
darurat
12) Menggunakan proses kontrol manajemen untuk mengkaji
kualitas pelayanan yang diberikan dan mengevaluasi
penampillan kerja individu dan kelompok staf keperawatan.
c) Syarat-syarat pengarahan
Agar pengarahan dapat dilaksanakan dengan mudah,
perlu-perlu syarat antara lain; 1) adanya keinginan bekerja sama
(sense of cooperation); 2) adanya rasa persaingan (rivalry); 3)
semangat tim (team spirit); 4) semangat korps, perasaan
menghargai kesatuan korps, atau organisasi (spirit de corps)
(Wijoyo, 1997).

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 17


d) Sifat-sifat pengarahan
Sifat-sifat dari pengarahan antara lain; 1) dinamis bukan
statis; 2) merupakan pandangan menyeleruh terhadap organisasi
guna mencapai tujuan; 3) meninjau pekerjaan secara keseluruhan
yang merupakan pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai tujuan
umum yang sama.
Pengarahan dapat menciptakan iklim kerja yang baik.
Kinerja staf dapat meningkat dengan pengarahan diantaranya
melalui motivasi serta memberikan bimbingan kepada staf.
Pemberian pengarahan secara berkesinambungan oleh para
manajer berdampak pada terjalin suatu komunikasi efektfif.
4.4 Controlling (Pengawasan/Evaluasi)
Pengawasan merupakan pemeriksaan apakah segala
sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati,
instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan yang
bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat
diperbaiki dan tidak terjadi lagi.
Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik
untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan,
merancang sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan
dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil
tindakan yang digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Pengawasan memungkinkan rencana yang telah disepakati
oleh sumber daya secara efektif dan efisien sesuai standar yang
ditetapkan serta melakukan koreksi pelaksanaan kegiatan yang
menyimpang.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 18


5. Aspek Manejemen Kepala Ruangan
a) Pengertian
Kepala ruangan sebagai first line manajer merupakan salah
satu tingkat manajer operasional yang melalui peran dan fungsinya
sangat menentukan mutu pelayanan keperawatan.
Berdasarkan pengertiannya kepala ruangan adalah seorang
tenaga keperawatan professional yang diberikan tanggung jawab serta
kewenangan dalam mengelola/mengatur kegiatan pelayanan
keperawatan di ruang rawat (Depkes, 1999).
Kepala ruangan disebuah ruangan keperawatan, perlu
melakukan kegiatan koordinasi kegiatan unit yang menjadi tanggung
jawabnya dan melakukan kegiatan evaluasi kegiatan penampilan kerja
staf dalam upaya mempertahankan kualitas pelayanan pemberian
asuhan keperawatan. Berbagai metode pemberian asuhan keperawatan
dapat dipilih disesuaikan dengan kondisi dan jumlah pasien, dan
kategori pendidikan serta pengalaman staf di unit yang bersangkutan
(Arwani, 2005).
b) Persyaratan kepala ruangan
Berdasarkan Depkes (1999), syarat menjadi kepala ruangan
yaitu:
1) Minimal ahli madya keperawatan/kebidanan
2) Pernah mengikuti kursus/pelatihan manajemen pelayanan
keperawatan ruang/bangsal,
3) Memiliki pengalaman kerja sebagai perawat pelaksana 3-5 tahun
serta
4) Sehat jasmani dan rohani
Persyaratan sebagai kepala ruangan memberikan gambaran
kepada kita bahwa jabatan kepala ruangan diberikan bukan
berdasarkan kesenioran tetapi lebih pada kemampuan seseorang dalam
mencapai tujuan melalui orang lain.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 19


c) Tanggung jawab kepala ruangan
Kepala ruangan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung
jawab kepada kepala instalasi perawatan/kepala instalasi terhadap hal-
hal seperti kebenaran dan ketepatan rencana kebutuhan tenaga
keperawatan dan program pengembangan pelayanan keperawatan
secara objektif dan benar, melakukan orientasi bagi perawat baru,
memastikan kebenaran dan ketepatan kebutuhan dan penggunaan alat,
kebenaran dan ketepatan pelaksanaan program bimbingan
siswa/mahasiswa institusi pendidikan keperawatan.
d) Wewenang kepala ruangan
Dalam menjalankan tugasnya kepala ruangan mempunyai
wewenang sebagai berikut: meminta informasi dan pengarahan kepada
atasan, memberi petunjuk dan bimbingan pelaksanaan tugas staf
keperawatan, mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan
tenaga keperawatan, peralatan dan mutu asuhan keperawatan di ruang
rawat menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi
wewenang kepala ruangan, menghadiri rapat berkala dengan kepala
instalasi/kepala rumah sakit untuk kelancaran pelaksanaan pelayanan
keperawatan.
e) Uraian tugas kepala ruangan
Berdasarkan Depkes (1999), uraian tugas kepala ruangan adalah:
1) Melaksanakan fungsi perencanaan (P1) meliputi :
a) Menyusun rencana kerja kepala ruangan
b) Berperan serta menyusun falsafah dan tujuan pelayanan
keperawatan di ruang rawat yang bersangkutan
c) Menyusun rencana kebutuhan tenaga keperawatan dari segi
jumlah maupun kualifikasi untuk di ruang rawat, koordinasi
dengan kepala perawat instalasi/kepala instalasi.
2) Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi:

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 20


a) Mengatur dan mengkordinasikan seluruh kegiatan pelayanan di
ruang rawat, melalui kerja sama dengan petugas lain yang
bertugas di ruang rawatnya.
b) Menyusun jadwal/daftar dinas tenaga keperawatan dan tenaga
lain sesuai kebutuhan pelayanan dan peraturan yang berlaku di
rumah sakit.
c) Melaksanakan orientasi kepada tenaga perawatan baru atau
tenaga lain yang akan bekerja di ruang rawat.
d) Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa keperawatan
atau yang menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan praktek.
e) Memberikan orientasi kepada pasien/keluarga meliputi:
penjelasan tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruang
rawat, fasilitas yang ada dan cara penggunaannya serta kegiatan
rutin sehari-hari.
f) Membimbing tenaga keperawatan untuk melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan sesuai standar.
g) Mengadakan pertemuan berkala/sewaktu-waktu dengan staf
keperawatan dan petugas lain yang bertugas di ruang rawatnya.
h) Memberi kesempatan/izin kepada staf keperawatan untuk
mengikuti kegiatan ilmiah/penataran dengan koordinasi kepala
instalasi/kepala bidang keperawatan.
i) Mengupayakan pengadaan peralatan dan obat-obatan sesuai
kebutuhan berdasarkan ketentuan/kebijakan rumah sakit.
j) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan alat agar
selalu dalam keadaan siap pakai.
k) Mendampingi visite dokter dan mencatat instruksi dokter,
khususnya bila ada perubahan program pengobatan pasien.
l) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di
ruang rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi,
untuk kelancaran pemberian asuhan keperawatan.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 21


m) Mengendalikan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan
asuhan keperawatan dan kegiatan lain secara tepat dan benar.
Hal ini penting untuk tindakan keperawatan.
n) Memberi motivasi kepada petugas dalam memelihara
kebersihan lingkungan ruang rawat.
o) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien di ruang
rawat.
p) Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan
pasien berdasarkan macam dan jenis makanan pasien.
q) Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien
sesuai dengan program dietnya.
r) Meneliti/memeriksa pengisian daftar permintaan makanan
pasien berdasarkan macam dan jenis makanana pasien.
s) Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien
sesuai dengan program dietnya.
t) Menyimpan berkas catatan medik pasien dalam masa
perawatan di ruang rawatnya dan selanjutnya mengembalikan
berkas tersebut ke bagian medical record bila pasien
keluar/pulang dari ruang rawat tersebut.
u) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan asuhan
keperawatan serta kegiatan lainnya di ruang rawat,
disampaikan kepada atasannya.
v) Membimbing siswa/mahasiswa keperawatan yang
menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan praktek.
w) Memberi penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga sesuai
kebutuhan dasar dalam batas wewenangna.
x) Melakukan serah terima pasien dan lain-lain pada saat
pergantian dinas.
3) Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian, dan penilaian
meliputi:

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 22


a) Mengendalikan dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan
yang telah ditentukan.
b) Mengawasi dan menilai siswa/mahasiswa keperawatan untuk
memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan program
bimbingan yang telah ditentukan.
c) Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan yang berada
dibawah tanggung jawabnya.
d) Mengawasi, mengendalikan dan menilai pendayagunaan tenaga
keperawatan, peralatan dan obat-obatan.
e) Mengawasi dan menilai mutu asuhan keperawatan sesuai
standar yang berlaku secara mandiri atau koodinasi dengan tim
pengendalian mutu asuhan keperawatan.

B. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
professional. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan
pelayanan keperawatan dan tuntutan perkembangan iptek, maka metode
sistem pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien (Nursalam,
2014).
Ada beberapa metode sistem pemberian asuhan keperawatan kepada
pasien. Mc Laughin, Thomas dan Barterm (1995) mengidentifakasi delapan
model pemberian asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di
rumah sakit adalah asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan
keperawatan primer. Dari beberapa metode yang ada, institusi pelayanan perlu
mempertimbangkan kesesuaian metode tersebut untuk diterapkan. Tetapi,
setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi model untuk
mengelola asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan,
sarana, dan prasarana dan kebijakan rumah sakit. Oleh karena itu setiap
perubahan akan berakibat suatu stress sehingga perlu adanya antisipasi (Kurt
Lewin, 1951 dalam Nursalam, 2014). Terdapat enam unsur utama dalam

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 23


penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis &
Hudson, 1998).
a) Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Metode Asuhan Keperawatan
(MAKP)
1) Sesuai dengan visi dan misi institusi
Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus
didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.
2) Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan
asuhan keperawatan kepada pasien. Keberhasilan dalam asuhan
keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan.
3) Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan
efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya
suatu model tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan
didapat hasil sempurna.
4) Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat. Tujuan akhir
asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap
asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu model yang baik
adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan
pelanggan.
5) Kepuasan dan kinerja perawat
Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi
dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan
kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustasi
dalam pelaksanaannya.
6) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
Komunikasi secara professional sesuai dengan lingkup tanggung jawab
merupakan dasar pertimbangan penentuan model. Model asuhan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 24


keperawatan diharapkan akan dapat meningkatkan hubungan
interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
b) Jenis Model Metode Asuhan Keperawatan (MAKP)
Ada lima metode pemberian asuhan keperawatan professional yang sudah
ada dan akan terus dikembangkan di masa depan dalam menghadapi tren
pelayanan keperawatan.
1) Fungsional (bukan model MAKP)
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia
kedua. Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat, maka setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis
intervensi keperawatan saja (misalnya, merawat luka) kepada semua
pasien di bangsal.

Gambar 1. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional


(Marquis & Huston, 1998 dalam Nursalam, 2014)
Kelebihan:
a. Manajemen klasik yang menekan efisiensi, pemmbagiab tugas
yang jelas dan pengawasan yangg baik
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial,
sedangkan perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/
atau belum berpengalaman.
Kelemahan:
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat:

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 25


b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan
proses keperawatan
c. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja
2) MAKP Tim
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas
tenaga profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil
yang saling membantu. Metode ini biasa digunakan pada pelayanan
keperawatan di unit rawat inap, unit rawat jalan, dan unit gawat
darurat.

Gambar 2. Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Team Nursing”


Marquis & Huston, 1998 dalam Nursalam, 2014)
Konsep metode tim:
a. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran kepala ruangan penting dalam model tim, model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruangan.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 26


Kelebihannya:
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah di
atasi dan memberi kepuasaan kepada anggota tim
Kelemahan: Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam
bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu yang sulit
untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Tanggung jawab anggota tim:
a. Memberikan asuhan keperawat pada pasien di bawah tanggung
jawabnya
b. Kerja sama dengan anggota tim dan antartim
c. Memberi laporan
Tanggung jawab ketua tim:
a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi
c. Mengenal/ mengetahui kondisi pasien dan parah menilai tingkat
kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota menyelenggarakan
konferensi
Tanggung jawab kepala ruangan:
a. Perencanaan:
 Menunjukkan ketua tim yang akan bertugas di ruangan masing-
masing
 Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya
 Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien, gawat, transisi
dan persiapan pulang, bersama ketua tim
 Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkna berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan pasien bersama ketua tim , mengatur
penugasan/ penjadwalan
 Merencanakan strategis pelaksanaan keperawatan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 27


 Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologis, tindakan medis yang dilakukan, program
pengobatan, dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan
yang akan dilakukan terhadap pasien
 Mengatur dan mengendalikan asuka keperawatan, termasuk
kegiatan membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan,
membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan, mengadakan diskusi untuk pemecahan
masalah, serta memberikan informasi kepada pasien atau
keluarga yang baru masuk
 Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
 Membantu membimbing peserta didik keperawatan
 Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah
sakit.
b. Pengorganisasian
 Merumuskan metode penugasan yang digunakan
 Merumuskan tujuan metode penugasan
 Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
 Membuat rentang kendali , kepala ruangan membawahi 2 ketua
tim, dan ketua tim membawah 2-3 perawat.
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain
 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
 Mengatur dan menegndalikan situasi tempat praktik
 Mendelegasikan tugas, saat kpala tata kepala rungan tidak
berada di tenpat kepad aketua tim
 Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
 Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
 Identifikasi masalah dan cara penangnanya.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 28


c. Pengarahan
 Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
 Memberikan pujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik
 Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
 Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien.
 Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
 Membimbing bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
 Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
d. Pengawasan
 Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien;
 Melalui supervisi:
1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri, atau melalui laporan langsung secara
lisan, dan memperbaiki/mengawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga;
2) Pengawasan tidak langsung, yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas;
3) Evaluasi; Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah
disusun bersama ketua tim;
4) Audit keperawatan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 29


3) MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai
dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana asuhan
dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan
kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.

Gambar 3. Diagram Sistem Asuhan Keperawatan Primer (Marquis &


Huston, 1998 dalam Nursalam, 2014)

Konsep dasar metode primer :


a. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat;
b. Ada otonomi
c. Ketertiban pasien dan keluarga
Kelebihan :
a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif;
b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap
hasil, dan memungkinkan pengembangan diri;

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 30


c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan
rumah sakit (Gillies, 1989).
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa
dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.
Selain itu, asuhan yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi dan advokasi. Dokter juga merasakan kepuasan dengan
model primer karena senantiasa mendapatkan informasi tentang
kondisi pasien yang selalu diperbarui dan komprehensif.
Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat
yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan
kriteria asertif, self direction, kemampuan mengambil keputusan yang
tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta
berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
Tugas perawat primer :
a. Mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif;
b. Membuat tujuan dan rencana keperawatan;
c. Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas;
d. Mengkomunikasikan dan mengordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain maupun perawat lain
e. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai;
f. Menerima dan menyesuaikan rencana;
g. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang;
h. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat;
i. Membuat jadwal perjanjian klinis;
j. Mengadakan kunjungan rumah.
Peran keluarga ruang/bangsal dalam metode primer :
a. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
b. Orientasi dan merencanakan karyawan baru;

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 31


c. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat
asisten;
d. Evaluasi kerja, merencanakan/menyelenggarakan pengembangan
staf;
e. Membuat 1-2 paien untuk model agar dapat mengenal hambatan
yang terjadi
Ketenagaan metode primer :
a. Setiap perawat primer adalah perawatan bed side atau selalu berada
selalu deket dengan pasien
b. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
c. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
d. Perawat dibantu oleh perawat profesional lain maupun non
profesional sebagai perawat asisten.
4) MAKP Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas, pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift, dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterarapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat private/pribadi dalam memberikan asuhan
keperawatan khusus seperti kasus isolasi dan perawatan intensive
(intensive care).

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 32


Gambar 4. Sistem Asuhan Keperawatan “Case Method Nursing”
(Marquis & Huston, 1998 dalam Nursalam, 2014)
Kelebihannya :
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus
b. Sistem evaluasi dari menejerial menjadi lebih mudah
Kekurangannya :
a. Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung jawab
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan
dasar yang sama.
5) Modifikasi : MAKP Tim-Primer
Model MAKP Tim dan Primer diguankan secara kombinasi dari kedua
sistem. Menurut Sitorus (2002) penetapan sistem model MAKP ini
didasarkan pada beberapa alasan berikut.
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1
Keperawatan atau setara.
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
c) Melalui kombinassi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer, karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit
sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan asuhan keperawatan
diberikan oleh perawat primer/ ketua tim.
Contoh (dikutip dari Sitorus, 2002) :
Model MAKP ini ruanbgan memerlukan 26 perawat. Dengan
menggunakan modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 orang
perawat primer (PP) dengan kualifikasi Ners, disamping kepala
seorang kepala ruangan rawat yang juga Ners. Perawat pelaksana (PA)
21 orang, kualifikasi pendidikan perawat pelaksana terdiri atas lulusan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 33


D-3 keperawatan (3 orang) dan SPK (18 orang). Pengelompokkan
pada setiap shift jaga.

C. Model Pelaksanaan Praktek Profesional


1. Pre Post Conference
a. Definisi Conference
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari.
Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan
dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan
pelaksanaan. Conference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri
sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
b. Jenis Conference
Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :
1. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut
yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika
yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap
perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari katim dan
PJ tim.
Waktu : setelah operan
Tempat : Meja masing – masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
a) Ketua tim atau Pj tim membuka acara
b) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing –
masing perawat pelaksana
c) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan
lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.
d) Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 34


e) Ketua tim atau Pj tim menutup acara
2. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana
tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan
kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil askep tiap
perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh katim atau Pj tim .
Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya.
Tempat : Meja masing-masing tim.
Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
a) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.
b) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan
yang telah diberikan.
c) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut
asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift
berikutnya
d) Ketua tim atau Pj menutup acara.
Tujuan Pre dan Post Conference
Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa
masalah- masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif
penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi
lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana
antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam
pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif
untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962).
Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan
keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan,
kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan.
Tujuan pre conference adalah:

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 35


a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,
merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil
b. Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan
c. Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan
pasien
Tujuan post conference adalah:
Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan penyelesaian
masalah dan membandingkan masalah yang dijumpai.
Syarat Pre dan Post Conference
a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan
keperawatan dan post conference dilakukan sesudah
pemberian asuhan keperawatan
b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang
keadaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data
yang perlu ditambahkan
d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua
tim dan anggota tim
Pedoman pelaksanaan conference
1) Sebelum dimulai, tujuan conference harus dijelaskan
2) Diskusi harus mencerminkan proses dan dinamika kelompok
3) Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi
tanpa mendominasi dan memberi umpan balik
4) Pemimpin harus merencanakan topik yang penting secara
periodic
5) Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta,
keinginanm mengambil tanggung jawab dan menerima
pendekatan serta pendapat yang berbeda
6) Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat
diskusi Pada saat menyimpulkan conference, ringkasan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 36


diberikan oleh pemimpin dan kesesuaiannya dengan situasi
lapangan
Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferens
Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah
sebagai berikut:
a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan
pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal
perawatan pelaksana.
b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam
timnya masing – masing.
c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan
hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh
dinas malam.
Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
1) Keluhan utama klien
2) Keluhan klien
3) TTV dan kesadaran
4) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
5) Masalah keperawatan
6) Rencana keperawatan hari ini.
7) Perubahan keadaan terapi medis.
8) Rencana medis.
2. Timbang Terima/ Operan
Nursalam (2014), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien.
Handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer
tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang
lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang
akurat tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan
perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 37


Tujuan Operan
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,
mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan
yang digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan
dalam bekerja.Timbang terima (handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu:
a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan
perasaan perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.
Langkah-Langkah dalam Timbang Terima
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab
shift selanjutnya meliputi:
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
d. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu-buru.
e. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.
(Nursalam, 2011)
Metode dalam Timbang Terima
a. Timbang terima dengan metode tradisional

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 38


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo
(2005) di sebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih
tradisional adalah:
1) Dilakukan hanya di meja perawat.
2) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
3) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi
secara umum
4) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga,
sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status
kesehatannya tidak up to date.
b. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan sekarang
sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover yang
dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien
atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.
Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga baik
secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda, hanya
pada handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:
a) Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan
terkait kondisi penyakitnya secara up to date.
b) Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien
dengan perawat.
c) Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi
pasien secara khusus.
Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan
pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi
penyakit atau persepsi medis yang lain
Dokumentasi dalam Timbang Terima
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 39


keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan
dokumen pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan
apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.
Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
j. Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.
b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan
lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai
informasi mengenai pasien telah dicatat.
(Suarli & Yayan B, 2009)
3. Ronde Keperawatan
Beberapa ahli mengungkapkan pengertian dari ronde keperawatan.
Chambliss (1996), ronde keperawatan adalah pertemuan antara staff yang
usai kerja melaporkan pada staf yang mulai kerja tentang kondisi pasien,
dengan staf menjelaskan apa yang telah dilakukan dan mengapa dilakukan
yang membawa setiap kasus ke dalam kerangka kerja berfikir staf, dan
secara sistematis menegakkan kemampuan sistem untuk menangani
masalah medis.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 40


Didalam ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara perawat
dengan perawat, perawat dengan pasien. Kozier et al. (2004) menyatakan
bahwa ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih
perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan
membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan
kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya
serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan
perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde
keperawatan dilakukan oleh teacher nurse atau head nurs dengan anggota
stafnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek
perawatan untuk setiap pasien (Clement, 2011).
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan
pasien untuk membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang
dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan
Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim.
Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik
yang memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan
pengetahuan teoritis ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.
Tujuan Ronde Keperawatan
Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan terbagi menjadi 2 yaitu:
tujuan bagi perawat dan tujuan bagi pasien. Tujuan ronde keperawatan
bagi perawat menurut Armola et al. (2010) adalah:
a. Melihat kemampuan staf dalam managemen pasien

b. Mendukung pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan


c. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format
studi kasus
d. Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar
meningkatkan penilaian keterampilan klinis
e. Membangun kerjasama dan rasa hormat, serta

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 41


f. Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan
kebanggaan dalam profesi keperawatan
Ronde keperawatan selain berguna bagi perawat juga berguna bagi pasien.
Hal ini dijelaskan oleh Clement (2011) mengenai tujuan pelaksanaan
ronde keperawatan bagi pasien, yaitu:
a. Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan hari
ke hari
b. Untuk mengamati pekerjaan staff
c. Untuk membuat pengamatan khusus bagi pasien dan memberikan
laporan kepada dokter mengenai, missal: luka, drainasi, perdarahan,
dsb.
d. Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya
e. Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien
f. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien
g. Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diberikan
kepada pasien
h. Untuk memeriksakan kondisi pasien sehingga dapat dicegah, seperti
ulcus decubitus, foot drop, dsb
i. Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien
sehingga perawat memperoleh wawasan yang lebih baik
j. Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan
Manfaat Ronde Keperawatan
Banyak manfaat dengan dilakukannya ronde keperawatan oleh perawat,
diantaranya:
a. Ronde keperawatan dapat meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan pada perawat. Clement (2011) menyebutkan manfaat
ronde keperawatan adalah membantu mengembangkan keterampilan
keperawatan, selain itu menurut Wolak et al. (2008) denga adanya
ronede keperawatan akan menguji pengetahuan perawat. Peningkatan
ini bukan hanya keterampilan dan pengetahuan keperawatan saja,
tetapi juga peningkatan secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan oleh

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 42


Wolak et al. (2008) peninkatan kemampuan perawat bukan hanya
keterampilan keperawatan tetapi juga memberikan kesempatan pada
perawat untuk tumbuh dan berkembang secara profisonal.
b. Melalui kegiatan ronde keperwatan, perawat dapat mengevaluasi
kegiatan yang telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement
(2011) melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan,rintangan yang
dihadapi oelh perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan
dapat dinilai. Hal ini juga ditegaskan oleh O’connor (2006) pasien
sebagai alat untuk menggambarkan parameter penilaian atau teknik
intervensi.
c. Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan
mahasiswa perawat. Ronde keperawatan merupakan studi percontohan
yang menyediakan sarana untuk menilai pelaksanaan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat (Wolak et al, 2008). Sedangkan bagi
mahasiswa perawat dengan ronde keperawatan akan mendapat
pengalaman secara nyata dilapangan (Clement, 2011).
d. Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membanu
mengorientasikan perawat baru pada pasien. Banyak perawat yang
baru masuk tidak mengetahui mengenai pasien yang dirawat di
ruangan. Dengan ronde keperawatan hal ini bisa dicegah, ronde
keperwatan membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien
(Clement, 2011).
e. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian
Febriana (2009) ronde keperwatan meningkatkan kepuasan pasien
lima kali dibanding tidak lakukan ronde keperawatan. Chaboyer et al.
(2009) dengan tindakan ronde keperawatan menurunkan angka
insiden pada pasien yang dirawat.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 43


Tahapan Ronde Keperawatan
Ramani (2003), tahapan ronde keperawatan adalah :
a. Pre-rounds, meliputi: preparation (persiapan), planning
(perencanaan), orientation (orientasi).
b. Rounds, meliputi: introduction (pendahuluan), interaction
(interaksi), observation (pengamatan), instruction (pengajaran),
summarizing (kesimpulan).
c. Post-rounds, meliputi: debriefing (tanya jawab), feedback (saran),
reflection (refleksi), preparation (persiapan).
Langkah-langkah Ronde Keperawatan
1) Persiapan
a) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan
ronde.
b) Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga.
2) Pelaksanaan
a) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini
penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana
tindakan yang akan/ telah dilaksanakan dan memilih prioritas
yang perlu didiskusikan.
b) Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut.
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/
kepala ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang akan
dilakukan.
d) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan
yang akan ditetapkan.
3) Pasca Ronde
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut
serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan.
4) Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah
sebagai berikut.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 44


a) Struktur
 Persyaratan administratif (informed consent, alat dan
lainnya).
 Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
 Persiapan dilakukan sebelumnya.
b) Proses
 Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
 Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai
peran yang telah ditentukan.
c) Hasil
 Klien merasa puas dengan hasil pelayanan.
 Masalah klien dapat teratasi.
 Perawat dapat :
 Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
 Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
 Meningkatkan kemampuan validitas data klien.
 Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
keperawatan.
 Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan
keperawatan yang berorientasi pada masalah klien.
 Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana
asuhan keperawatan.
 Meningkatkan kemampuan justifikasi.
 Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
Hal Yang Dipersiapkan Dalam Ronde Keperawatan
Supaya ronde keperawatan yang dilakukan berhasil, maka bisa
dilakukan persiapan sebagai berikut:
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka).

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 45


b. Menentukan tim ronde keperawatan.
c. Mencari sumber atau literatur.
d. Membuat proposal.
e. Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian.
f. Diskusi : apa diagnosis keperawatan ? Apa data yang mendukung ?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? Apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan?
Komponen Dalam Ronde Keperawatan
Komponen yang terlibat dalam kegiatan ronde keperawatan ini adalah
perawat primer dan perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate,
yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan lainnya.
a. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim
a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien.
b) Menjelaskan masalah keperawata utama.
c) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan.
d) Menjelaskan tindakan selanjutnya.
e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil.
b. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor
a) Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim)
Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang
bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara
lain :
 Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien
 Menjelaskan masalah keperawatan utama
 Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
 Menjelaskan tindakan selanjtunya
 Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
b) Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
1) Memberikan justifikasi
2) Memberikan reinforcement

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 46


3) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan
serta tindakan yang rasional
4) Mengarahkan dan koreksi
5) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
Selain perawat, pasien juga dilibatkan dalam kegiatan ronde
keperawatan ini untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan.
Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah
pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan
2) Pasien dengan kasus baru atau langka.

4. Discarge Planning
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian
keputusan dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian
asuhan keperawatan yang kontinu dan terkoordinasi ketika pasien
dipulangkan dari lembaga pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2006).
Menurut Kozier (2011), discharge planning didefenisikan sebagai
proses mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan
kepada unit yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan
kesehatan umum.
Discharge planning yang efektif seharusnya mencakup pengkajian
berkelanjutan untuk mendapatkan informasi yang komprehensif tentang
kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan diagnosa keperawatan,
perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang
dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2011). Program
discharge planning (perencanaan pulang) pada dasarnya merupakan
program pemberian informasi atau pemberian pendidikan kesehatan
kepada pasien yang meliputi nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 47


instruksi khusus yaitu tanda dan gejala penyakit pasien (Potter & Perry,
2006).
Informasi diberikan kepada pasien agar mampu mengenali tanda
bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan,
pasien dan keluarganya harus mengetahui bagaimana cara manajemen
pemberian perawatan di rumah dan apa yang diharapkan di dalam
memperhatikan masalah fisik yang berkelanjutan karena kegagalan untuk
mengerti pembatasan atau implikasi masalah kesehatan (tidak siap
menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan meningkatknya komplikasi
yang terjadi pada pasien (Potter & Perry, 2006).
Program yang dilakukan oleh perawat ini, tidak selalu sama antara
satu rumah sakit dengan rumah sakit lainnya. Hal ini bisa terjadi ketika
sistem perawatan yang digunakan adalah berbeda, misalnya menggunakan
sistem keperawatan utama (primer). Sistem ini mewajibkan seorang
perawat bertanggung jawab melakukan koordinasi perawatan untuk
kelompok klien tertentu, mulai dari mereka masuk sampai pulang (Potter
& Perry, 2006).
Tujuan Discharge Planning
Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan
spesifik untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah
pulang (Carpenito, 1999 dalam Rahmi, 2011:10). Tindakan ini juga
bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan
asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi
komunikasi yang efektif (Discharge Planning Association, 2008 dalam
Siahaan, 2009:12).
Secara lebih terperinci The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan
(2009:12-13) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge planning
adalah:
a. Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis
untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang dapat
disetujui.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 48


b. Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan
pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka
dalam proses pemulangan.
c. Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan
semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah
dipersiapkan untuk menerima pasien.
d. Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan
keluarga dengan menyediakan serta memandirikan aktivitas perawatan
diri.
Manfaat Discarge Planning
Menurut Spath (2003) dalam Nursalam & Efendi (2008:229), perencanaan

pulang mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada


pasien yang dimulai dari rumah sakit
b. Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan
untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien
c. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada
penyembuhan pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau
kebutuhan perawatan baru
d. Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan
perawatan di rumah
Pelakasanaan Discharge Planning dan Proses Keperawatan
Proses discharge planning memiliki kesaman dengan proses
keperawatan. Kesamaan tersebut bisa dilihat dari adanya pengkajian pada
saat pasien mulai di rawat sampai dengan adanya evaluasi serta
dokumentasi dari kondisi pasien selama mendapatkan perawatan di rumah
sakit. Pelaksanaan discharge planning menurut Potter & Perry (2006)
secara lebih lengkap dapat di urut sebagai berikut:
a. Sejak waktu penerimaan pasien, lakkukan pengkajian tentang
kebutuhan pelayanan kesehatan untuk pasien pulang, dengan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 49


menggunakan riwayat keperawatan, rencana perawatan dan pengkajian
kemampuan fisik dan fungsi kognitif yang dilakukan secara terus
menerus.
b. Kaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga yang
berhubungan dengan terapi di rumah, hal-hal yang harus dihindarkan
akibat dari gangguan kesehatan yang dialami, dan komplikasi yang
mungkiin terjadi.
c. Bersama pasien dan keluarga, kaji faktor-faktor lingkungan di rumah
yang dapat mengganggu perawatan diri (contoh: ukuran kamar, lebar
jalan, langkah, fasilitas kamar mandi). (Perawat yang melakukan
perawatan di rumah hadir pada saat rujukan dilakukan, untuk
membantu pengkajian).
d. Berkolaborasi dngan dokter dan disiplin ilmu yang lain dalam
mengkaji perlunya rujukan untuk mendapat perawatan di rumah atau
di tempat pelayanan yang lainnya.
e. Kaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang
berhubungan dengan masalah kesehatan tersebut.
f. Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai
kebutuhan klien setelah pulang.
g. Tetapkan diagnosa keperawatan yang tepat, lakukan implementasi
rencana keperawatan. Evaluasi kemajuan secara terus menerus.
Tentukan tujuan pulang yang relevan, yaitu sebagai berikut:
1) Pasien akan memahami masalah kesehatan dan implikasinya.
2) Pasien akan mampu memenuhi kebutuhan individualnya.
3) Lingkungan rumah akan menjadi aman
4) Tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah Persiapan
Sebelum Hari Kepulangan Pasien
h. Anjurkan cara-cara untuk merubah pengaturan fisik di rumah sehingga
kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
i. Berikan informasi tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan di
masyarakat kepada pasien dan keluarga.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 50


j. Lakukan pendidikan untuk pasien dan keluarga sesegera mungkin
setelah pasien di rawat di rumah sakit (contoh: tanda dan gejala,
komplikasi, informasi tentang obat-obatan yang diberikan, penggunaan
perawatan medis dalam perawatan lanjutan, diet, latihan, hal-hal yang
harus dihindari sehubungan dengan penyakit atau oprasi yang dijalani).
Pasien mungkin dapat diberikan pamflet atau buku.Pada Hari
Kepulangan Pasien
k. Biarkan pasien dan keluarga bertanya atau berdiskusi tentang berbagai
isu berkaitan dengan perawatan di rumah (sesuai pilihan).
l. Periksa order pulang dari dokter tentang resep, perubahan tindakan
pengobatan, atau alat-alat khusus yang diperlukan pesan harus ditulis
sedini mungkin).
m. Tentukan apakah pasien atau keluarga telah mengatur transportasi
untuk pulang ke rumah.
n. Tawarkan bantuan ketika pasien berpakaian dan mempersiapkan
seluruh barang-barang pribadinya untuk dibawa pulang. Berikan
privasi jika diperlukan.
o. Periksa seluruh kamar mandi dan lemari bila ada barang pasien yang
masih tertinggal. Carilah salinan daftar barang-barang berharga milik
kpasien yang telah ditandatangani dan minta satpam atau administrator
yang tepat untuk mengembalikan barang-barang berharga tersebut
kepada pasien. Hitung semua barang-barang berharga yang ada.
p. Berikan pasien resep atau obat-obatan sesuai dengan pesan dokter.
Periksa kembali instruksi sebelumnya.
q. Hubungi kantor keuangan lembaga untuk menentukan apakah pasien
masih perlu membayar sisa tagian biaya. Atur pasien atau keluarga
untuk pergi ke kantor tersebut.
r. Gunakan alat pengangkut barang untuk membawa barang-barang
pasien. berikan kursi roda untuk pasien yang tidak bisa berjalan
sendiri. Pasien yang 26meninggalkan rumah sakit dengan mobil
ambulans akan dipindahkan dengan kereta dorong ambulans.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 51


s. Bantu pasien pindah ke kursi roda atau kereta dorong dengan
mengunakan mekanika tubuh dan teknik pemindahan yang benar.
Iringi pasien masuk ke dalam lembaga dimana sumber transaportasi
merupakan hal yang diperhatikan.
t. Kunci kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil atau alat transportasi
lain. Bantu keluarga memindahkan barang-barang pribadi pasien ke
dalam kendaraan tersebut.
u. Kembali ke unit dan beritahukan departemen penerimaan dan
departemen lain yang berwenang mengenai waktu kepulangan pasien.
v. Catat kepulangan pasien pada format ringkasan pulang. Pada beberapa
institusi pasien akan menerima salinan dari format tersebut.
w. Dokumentasikan status masalah kesehatan saat pasien pulang.

D. Metode Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan


1) Metode Rasio (SK Menkes RI No. 262 Tahun 1979)
Metode perhitungan dengan cara rasio menggunakan
jumlah tempat tidur sebagai pembanding dari kebutuhan perawat yang
diperlukan. Metode ini paling sering digunakan karena sederhana dan
mudah. Kelemahan dari metode ini adalah hanya mengetahui jumlah
perawat secara kuantitas tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas
perawat di rumah sakit dan kapan tenaga perawat tersebut dibutuhkan
oleh setiap unit di rumah sakit. Metode ini bisa digunakan jika
kemampuan dan sumber daya untuk perencanaan tenaga terbatas,
sedangkan jenis, tipe, dan volume pelayanan kesehatan relative stabil.
Table 1. Rasio Jumlah Tempat Tidur dan kebutuhan perawat
Rumah Sakit Perbandingan
Kelas A dan B TT : Tenaga Medis = ( 4 - 7) : 1
TT : Tenaga Keperawatan = 1:1
TT : Nonkeperawatan = 3:1
TT : Tenaga Nonmedis = 1:1
Kelas C TT : Tenaga Medis = 9:1
TT : Tenaga Keperawatan = (3–4):2
TT : Nonkeperawatan = 5:1
TT : Tenaga Nonmedis = 3:4

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 52


Kelas D TT : Tenaga Medis = 15 : 1
TT : Tenaga Keperawatan = 2:1
TT : Tenaga Nonmedis = 6:1
Khusus Disesuaikan

Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun


banyak rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena
adanya beberapa alternative perhitungan yang lain yang lebih sesuai
dengan kondisi rumah sakit dan professional.
2) Metode Need
Metode ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut beban kerja.
Untuk menghitung kebutuhan tenaga, diperlukan gambaran tentang
jenis pelayanan yang diberikan kepada pasien selama di rumah sakit.
sebagai contoh untuk pasien yang menjalani rawat jalan, ia akan
mendapatkan pelayanan, mulai dari pembelian karcis, pemeriksaan
perawat/dokter, penyuluhan, pemeriksaan, laboratorium, apotek dan
sebagainya. Kemudian dihitung standar waktu yang diperlukan agar
pelayanan itu berjalan dengan baik.
a) Hudgins
Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan di ruang rawat jalan
menggunakan metode dari Hudgins, yaitu menetapkan standar
waktu pelayanan pasien rawat jalan.
Table 2. Standar Pelayanan Pasien Rawat Jalan
Lama waktu (menit) untuk pasien
Kegiatan
Baru Lama
Pendaftaran 3 4
Pemeriksaan dokter 15 11
Pemeriksaan asisten dokter 18 11
Penyuluhan 51 0
Laboratorium 5 7

Perhitungan menggunakan rumus:


Rata−rata jam perawatan × Jumlahrata−rata pasien/hari
Jumlah jam kerja/hari

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 53


b) Douglas
Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien
rawat inap sebagai berikut:
1) Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/ 24 jam
2) Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/ 24 jm
3) Perawatan maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/ 24 jam
Penerapan sistem klasiikasi pasien dengan tiga kategori tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Kategori I: perawatan mandiri
a) Dapat memerlukan kebersihan diri sendiri seperti mandi
dan ganti pakaian
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan
d) Observasi tanda vital setiap siff
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
f) Persiapan prosedur pengobatan
2) Kategori II: perawatan intermediate
a) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum,
ambulasi
b) Observasi tanda vital tiap 4 jam
c) Pengobatan lebih dari 1 kali
d) Pakai kateter poli
e) Pasang infuse intake ouput di catat
f) Pengobatan perlu prosedur
3) Kategori III: perawatan total
a) Dibantu segala sesuatunya, posisi di atur
b) Observasi tanda vital tiap 2 jam
c) Pemakaian selang NGT
d) Terapi intravena
e) Pemakaian suction
f) Kondisi gelisah/ disorientasi atau tidak sadar

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 54


Catatan:
 Dilakukan satu kali sehari pada wwaktu yang sama dan
sebaiknya dilakukan oleh perawata yang sama selamaa 22 hari
 Setiap pasien minimal memenuhi tiga criteria berdasarkan
klasifikasi pasien
 Bila hanya memenuhi satu criteria maka pasien di
kelompokkan pada klasifikasi di atasnya
Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam satu
unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien, dimana masing-
masing kategori mempunyai nilai standar persiff.
Table 3. Nilai Standar Jumlah Perawat Per Sif Berdasarkan
Klasifikasi Pasien
Klasifikasi Pasien
Jumlah Minimal Parsial Total
P S M P S M P S M
Pasien
1. 0.17 014 0.07 0.27 0.15 0.10 0.36 0.30 0.20
2. 0.34 0.28 0.20 0.54 0.30 0.14 0.72 0.60 0.40
3. 0.51 0.42 0.30 0.81 0.45 0.21 1.08 0.90 0.60
Dst.

4) Metode Demand
Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga menurut kegiatan yang
memang nyatadilakukan oleh perawat. Setiap pasien yang masuk
ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:
a. Untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit
b. Untuk kasus mendesak : 71, 28 menit
c. Untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit
Hasil penelitian di RS provinsi di Filipina, menghasilkan data
sebagaimana tercantum dalam Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata jam perawatan yang dibutuhkan selama 24 jam
Jenis Pelayanan Rata-Rata Jam
Perawatan/Hari/Pasien

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 55


Nonbedah 3,4
Bedah 3,5
Campuran bedah dan non bedah 3,5
Postpartum 3
Bayi baru lahir 2,5

5) Metode Gilles
a. Rumus kebutuhan tenaga keperawatan di satu unit perawatan
adalah:
A x B xC F
= =H
( C− D ) x E G
Keterangan :
A = Rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari
B = rata-rata jumlah pasien/hari (BOR x jumlah tempat tidur)
C = jumlah hari/tahun
D = jumlah hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang di berikan perawat per tahun
G = jumlah jam kerja efektif per tahun
H = jumlah perawat yang di butuhkan untuk unit tersebut
b. Jumlah tenaga yang bertugas setiap hari;
Rata – rata jumlah perawaatan/hari x rata – rata jumlah jam
perawatan/hari
Jumlah jam kerja efektif/hari
c. Asumsi jumlah cuti hamil 5 % ( usia subur ) dari tenaga yang di
butuhkan maka jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil = 5% x
jumlah hari cuti hamil x jumlah jam kerja/hari
Tambahan tenaga:
5% x jumlah tenaga x jumlah jam kerja cuti hamil
Jumlah jam kerja efektif/ tahun
Catatan :
1) Jumlah hari tak kerja/ tahun

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 56


Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12 hari) + hari besar ( 12
hari) + cuti sakit / izin (10 hari) = 86 hari
2) Jumlah hari kerja efektif/ tahun
Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah hari tak kerja = 365 – 86 = 279
hari
3) Jumlah hari efektif/ minggu = 279 : 7 = 40 minggu
Jumlah jam kerja perawat perminggu = 40 jam
4) Cuti hamil = 12 x 6 = 72 hari
5) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus
ditambah 20% (untuk antisipasi kekurangan/ cadangan).
6) Jumlah tenaga keperawatan yang di butuhkan per shit, yaitu
dengan ketentuan. Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan malam
17 %
7) Kombinasi jumlah tenaga menurut abdellah dan Levinne adalah 55
% tenaga professional dan 45 % tenaga non professional.
Prinsip perhitungan rumus Gillies:
Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk
pelayanan yaitu sebagai berikut:
a. Perawatan langsung, adalah perawatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan pasien baik fisik, psikologis, social dan
spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien pada
perawatn dapat di klasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self
care, partial care, dan intensive care. Rata – rata kebutuhan
perawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari.
Adapun waktu perawatan berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien adalah:
1) Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
2) Partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
3) Total care dibutuhkan 1- 1 ½ x 4 jam : 4 – 6 jam
4) Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 57


b. Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat
rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, konsultasi dengan
anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan
kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detrioit = 8 menit /
pasien / hari, sedangkan menurut Wolfe dan Young = 60 menit/
pasien/ hari, sedangkan menurut Hopkins dibutuhkan 60 menit/
pasien ( Gillies, 1996).
c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi:
aktivitas pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut
Mayer dalam Gilleis (1996), waktu yang dibutuhkan untuk
pendidikan kesehatan ialah 15 menit/hari/pasien.
6) Metode Formulasi Nina
Dalam metode ini terdapat lima tahapan dalam menghitung kebutuhan
tenaga:
a. Tahap I
Dihitung A = jumlah jam perawatan pasien dalam 24 jam pasien
b. Tahap II
Dihitung B = jumlah rata – rata jam perawatan untuk seluruh pasien
dalam satu hari
B = A x tempat tidur
c. Tahap III
Dihitung C = jumlah jam perawatan seluruh pasien selama setahun
C = B x 365 hari
d. Tahap IV
Didapatkan D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang
dibutuhkan selama setahun. D = C x BOR/80, 80 adalah nilai tetap
untuk perkiraan realistis jam perawtan
e. Tahap V
Didapatkan E = jumlah tenaga perawat yang diperlukan
E = D/ 1878

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 58


Angka 1878 didapatka dari hari eektif per tahun (365- 52 hari
minggu = 313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif per hari
(6 jam)
7) Metode hasil lokakarya keperawatan
Penentuan kebutuhan tenaga perawt menurut lokakarya keperawatan
dengan mengubah satuan hari dengan minggu. Rumus untuk
perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut :
Jam Perawatan 24 jam× 7(tempat tidur × BOR)
+25 %
hari kerja efektif × 40 jam
Formula ini memperhitungkan hari kerja efeektif yaitu 41 minggu
yang dihitung dari : 365 – ( 52 hari minggu + 12 hari libur nasionl + 12
hari cuti tahunan) = 289 hari atau 41 minggu. Angka 7 pada rumus
tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu. Nilai 40 jaam
didapatkan dari jumlah jam kerja dalam seminggu. Tambahan 25%
adalah untuk penyesuaian terhadap produktivitas.
8) Menghitung tenaga perawat berdasarkan full Time Equivalent (FTE)
Keputusan untuk penentuan jumlah dan jenis perawat adalah
berdasarkan pada populasi pasien yang mendapatkan perawatan,
tingkat pendidikan dan Keterampilan perawat serta filosofi organisasi
tentang perawat dan perawatan pasien. Penentuan jumlah dan jenis
perawat dilakukan berdasarkan full time equivalent (FTE). Konsep
FTE didasarkan bahwa seorang perawat bekerja penuh waktu dalam
setahun, artinya bekerja selama 40 jam/minggu atau 2.080 jam dalam
periode 52 minggu. Jumlah waktu tersebut meliputi waktu produktif
yang digunakan untuk perawatan pasien. Cara ini juga
mempertimbangkan hari perawatan dan klasifikasi pasien berdasarkan
tingkat ketergantungannya karena akan memengaruhi jumlah jam
perawatan yang dibutuhkan.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 59


Contoh penghitungan FTE dan tenaga perawat:
Total beban kerja unit (W) atau jumlah jam kerja perawat dapat
ditentukan berdasarkan jumlah rerata jam perawatan dalam 24 jam
(ACH) dan hari perawatan pasien (PD) menggunakan rumus berikut
5
W= (PDi x ACHi)

Keterangan :
W : Beban Kerja (Workload)
PD : Hari perawatan pasien (Patient Days)
ACH : Rerata jumlah jam kerja perawat (Average Care Hours Per
24 hors)
∑ : Jumlah tingkat klasifikasi pasien
5 : Konstanta sesuai tingkat klasifikasi pasien
Table 4. Rerata jam perawatan dan hari rawat pasien
Tingkat Rerata jam Proyeksi jumlah
klasifikasi perawatan hari
pasien Dalam 24 jam Rawat pasien
1 3,5 1.500
2 5.0 2.500
3 9.0 3.000
4 13,0 2.100
5 17,5 1.100
Berdasarkan table hasil di atas dapat dihitung bahwa total beban kerja
unit adalah 91.300 jam
Informasi tambahan yang didapatkan adalah :
a. 1 FTE = 2.080
b. Persentase jam produktif perawat adalah 85% (jadi rerata jam
produktif adalah 1.768/FTE
c. Tenaga perawat di unit ini dijadwalkan untuk bekerja sesuai
standar yaitu 55% untuk sif siang dan 45% untuk sif malam
d. Kualifikasi tenaga perawat adalah 75% Register Nurse (RN), 15%
Licensed Practial Nurse (LPN), 10% Nurse Assistants (NA)
e. Tenaga perawat keseluruhan yang dibutuhkan adalah sebagai
berikut.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 60


91.300 jam yang dibutuhkan dalam setahun
= 51.64 FTE
1.769 jam produktif / FTE
51.64 FTE yang dibutuhkan dalam setahun
Jumlah perawat yang dibutuhkan pada sif siang dan malam
dihitung dengan cara berikut.
a. Siang: 51,64 FTE × 55% = 28,4 FTE
b. Malam: 51,64 FTE × 45% = 23,2 FTE
Jenis tenaga perawat yang dibutuhkan ditentukan dengan cara
berikut:
a. Siang
- RN: 28,4 × 75%= 21,3
- LPN: 28,4 × 15%= 4,26
- NA: 28,4 × 10%= 2,84
b. Malam
- RN: 23,2 × 75%= 17,4
- LPN: 23,2 × 15%= 3,48
- NA: 23,2 × 10%= 2,32
9) Berdasarkan pengelompokan unit kerja dirumah sakit (Depkes 2011)
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan) harus
memperhatikan unit kerja yang ada di rumah sakit. Secara garis besar
terdapat pengelompokan unit kerja di rumah sakit sebagai berikut :
a. Rawat inap
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
- Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
- Jumlah perawatan yang diperlukan yang diperlukan/hari/pasien
- Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
- Jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari
Jumlah tenaga keperawatan yang di perlukan adalah:
Jumlah jam perawatan
Jam kerja efektif per sif

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 61


Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (factor
koreksi dengan hari libur/cuti/hari besar (loss day).
Loss day =
Jumlah hari minggu 1tahun +cuti+hari besar
x Jumlah perawat tersedia
jumlah hari kerja efektif
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non
keperawatan (non-nursing jobs), seperti: membuat perincian pasien
pulang, kebersihan ruangan kebersihan alat-alat makan pasien dan
lain-lain, diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan
(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) × 25%
Jumlah tenaga: tenaga yang tersedia + factor koreksi
Tingkat ketergantungan pasien :
Pasien di klasifikasikan dalam beberapa kategori yang didasarkan
pada kebutuhan terhadap asuhan keperawatan/kebidanan
1) Asuhan keperawatan minimal (minimal care), dengan kriteria:
a) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
b) Makan dan minum dilakukan sendiri
c) Ambulasi dengan pengawasan
d) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap sif
e) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
2) Asuhan keperawatan sedang, dengan criteria
a) Kebersihan diri dibantu makan minum dibantu
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
c) Ambulasi di bantu, pengobatan lebih dari sekali
3) Asuhan keperawatan agak berat, dengan criteria
a) Sebagian besar aktivitas di bantu
b) Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali
c) Terpasang kateter foley, intake dan output dicatat
d) Terpasang infus
e) Pengobatan lebih dari sekali
f) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 62


4) Asuhan keperawatan maksimal, dengan criteria:
a) Segala aktivitas dibantu oleh perawat
b) Posisi pasien diatur dan observasi tanda-tanda vital tiap 2
jam
c) Makan memerlukan NGT dan menggunakan suction
d) Gelisah atau disorientasi
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah :
Jumlah jam perawatan di ruangan hari

Jumlah jam perawatan di ruangan hari


jam efektif perawat
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah
(faktor koreksi) dengan : hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss day =
Jumlah hari minggu dalam satu tahun+cuti+ hari besar
+
jumlah hari kerja efektif
Jumlah
perawat yang
diperlukan
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non
keperawatan (non nursing jobs) seperti contohnya: membuat
perencian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-
alat makan pasien dll diperkirakan 25% dari jam pelayanan
keperawatan (jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25 %.
b. Jumlah tenaga untuk kamar operasi
1) Dasar penghitungan tenaga di kamar operasi
a) Jumlah dan jenis operasi
b) Jumlah kamar operasi
c) Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam per hari) pada
hari kerja
d) Tugas perawat dikamar operasi : instrumentator, perawat
sirkulasi (2 orang/tim)

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 63


e) Tingkat ketergantungan pasien :
- Operasi besar : 5 jam/operasi
- Operasi sedang : 2 jam/operasi
- Operasi kecil : 1 jam/operasi
Rumus :
Jumlah jam perawatan/hari jumlah operasi× jumlah perawat dalam tim
jam kerja efektif /hari
c. Jumlah tenaga di ruang penerimaan
1) Ketergantungan pasien diruang penerimaan: 15 menit
2) Ketergantungan di RR: 1 jam
Jumlah jam perawatan ×rata−rata jumlah perawat dalamtim
jam kerja efektif /hari
Perhitungan di atas dengan kondisi: alat tenun dan set operasi
dipersiapkan oleh CSSD
d. Jumlah tenaga di instalasi gawat darurat
Dasar perhitungan di gawat darurat adalah:
1. Rata-rata jumlah pasien per hari
2. Jumlah jam perawatan
3. Jam efektif per hari
rata−rata jumlah pasien× jumlah jam perawatan /hari
jam kerjaefektif /hari
Di tambah lost day 86/279 × jumlah kebutuhan
e. Critical care
Rata-rata jumlah pasien/hari = 10
Jumlah jam perawatan/hari = 12
rata−rata jumlah pasien/ hari× jumlah jam perawatan /hari
jam kerja /hari
Ditambah lost day 86/279 × jumlah kebutuhan
f. Rawat jalan
Jumlah pasien/hari = 100 orang
Jumlah jam perawatan/hari = 15 menit

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 64


rata−rata jumlah pasien/ hari× jumlah jam perawatan /hari
jam efektif /hari(7 jam)× 60 menit
Di tambah koreksi 15%

g. Kamar bersalin
Waktu pertolongan kala I-IV = 4 jam/pasien
Jam kerja efektif = 7 jam/hari
Rata-rata jumlah pasien setiap hari = 10 orang
jumlah setiap hari rata−rata× 4 jam
jam efektif /hari
Ditambah loss day.
h. BOR (Bed Occupary Rate)
jumlah hari perawatan pada episode tertentu x 100 %
KapasitasTT x Jumlah Hari pada periode waktu yang sama
Sumber : Data Rekam Medik RSUD Syekh Yusuf Gowa
i. LOS (Leght Of Stay)
jumlah lama dirawat pasien keluar
Jumlah Pasien Kelauar (Hidup+ Mati)
Sumber : Data Rekam Medik RSUD Syekh Yusuf Gowa
j. BTO (Bed Turn Over)
Jumlah Pasien Keluar (Hidup+ Mati)
Kapasitas Tempat Tidur
Sumber : Data Rekam Medik RSUD Syekh Yusuf Gowa
k. TOI (Turn Over Interval)
( KapasitasTT x Jumlah hari ) −Jumlah Hari perawatan
Jumlah Pasien Keluar (Hidup+ Mati)
Sumber : Data Rekam Medik RSUD Syekh Yusuf Gowa
l. NDR (Net Death Rate)
Jumlah Pasien Meninggal> 48 Jam x 1000 %
Jumlah Pasien Keluar ( Hidup+ Mati)
Sumber : Data Rekam Medik RSUD Syekh Yusuf Gowa
m. GDR (Gross Death Rate)

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 65


Jumlah Pasien Meninggal Seluruhnya x 1000 %
Jumlah Pasien Keluar (Hidup+ Mati)
Sumber : Data Rekam Medik RSUD Syekh Yusuf Gowa

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 66


STANDAR PERALATAN KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN DI SARANA
KESEHATAN

1. Alat Keperawatan dan Kebidanan di Ruang Rawat Inap dengan Kapasitas 30


Orang Pasien per Ruangan
No Nama Alat Rasio (Pasien + Alat)
1. Tensi Meter 2/Ruangan
2. Stetoscop 2/Ruangan
3. Timbangan Berat Badan/ Tinggi 1/Ruangan
Badan
4. Irigator Set 2/Ruangan
5. Sterilisator 1/Ruangan
6. Tabung oksigen + Flow Meter 2/Ruangan (R Bedah
3/Ruangan, R Penyakit
dalam 6/Ruangan)
7. Slym Zuiger 2/Ruangan
8. V C Set 2/Ruangan
9. Gunting Verband 2/Ruangan
10. Korentang dan Semptung 2/Ruangan
11. Bak Instrumen Besar 2/Ruangan
12. Bak Instrumen Sedang 2/Ruangan
13. Bak Instrumen Kecil 2/Ruangan
14. Blas spuit 2/Ruangan
15. Gliserin Spuit 2/Ruangan
16. Bengkok 2/ruangan
17. Pispot 1:1/2
18. Urinal 1:1/2
19. Set Angkat Jahitan 1:1/2
20. Set Ganti Balutan 5/Ruangan (R Bedah 1: 1/3)
21. Termometer 5/Ruangan (R Bedah 1:1)
22. Standar Infus 1:1
23. Eskap 1: 1/4
24. Masker O2 2/Ruangan, R Bedah:
3/Ruangan, R Penyakit
Dalam: 6/Ruangan
25. Nasal Kateter 2/Ruangan, R. Bedah:
3/Ruangan, R. Penyakit
dalam: 6/Ruang.
26. Reflek hammer 1/Ruangan
Sumber : Dokumen Menteri Kesehatan RI

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 67


2. Alat Tenun
No Nama Barang Ratio
1. Gurita 1:1 1/3
2. Gordyn 1:2
3. Kimono/ baju pasien 1:5
4. Sprei Besar 1:5
5. Manset dewasa 1: 1/4
6. Manset Anak 1:1/3
7. Mitela/ topi 1: 1/3
8. Penutup sprei 1:5
9. Piyama 1:5
10. Selimut wool 1:1
11. Selimut Biasa 1:5
12. Selimut Anak 1:6-8
13. Sprei Kecil 1: 6-8
14. Sarung Bantal 1:6
15. Sarung guling 1:3
16. Sarung Kasur 1:1
17. Sarung Buli-buli panas 1: 1/4
18. Sarung Eskap 1: 1/4
19. Sarung Windring 1: 1/10
20. Sarung O2 1: 1/3
21. Taplak Meja Pasien 1:3
22. Taplak Meja Teras 1:3
23. Vitrase 1:2
24. Tutup Alat 1:2
25. Steek Laken 1:6-8
26. Handuk 1:3
27. Waslap 1:5
28. Banak Short 1: 1/2
29. Gurita Dewasa 1: 1/2
30. Handuk Fontanin 1:1/5
31. Lap Piring 1:1/4
32. Lap Kerja 1:1/2
33. Masker 1:1/2
34. Popok Bayi 1:15
35. Baju Bayi 1:8
36. Duk 1:1/3
37. Duk Bolong 1:1/3
Sumber : Dokumen Menteri Kesehatan RI

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 68


3. Daftar Peralatan Kesehatan di Pelayanan Penyakit Dalam (Rawat Inap)
RUMAH SAKIT
No Nama Barang
Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
1 Bed side monitor / bed √ √ √ √
patient monitor / patient
monitor
2 Defibrilator √ √ √ √
3 ECG / EKG / √ √ - -
Electrocardiograph 12
channels
4 ECG / EKG / - - √ √
Electrocardiograph 6
channels
5 Emergency trolly / √ √ √ √
resucitation Crash Cart
6 ENT Examination Set √ √ √ √
7 Film Viewer √ √ √ √
8 Infusion pump √ √ √ √
9 Lampu pemeriksa / √ √ √ √
Examination Lamp /
Hanging lamp
10 Matras dekubitus √ √ √ √
11 Minor surgery set √ √ √ √
12 Nebulizer √ √ √ √
13 Pen light / Medical √ √ √ √
Flash Light
14 Pulse oximetry / pulse √ √ √ √
oximetry/ oksigen
saturasi
15 Stethoscope / stetoskop √ √ √ √
16 Suction pump portable / √ √ √ √
aspirator / vacuum
17 Syringe pump √ √ √ √
18 Bed patient manual / √ √ √ √
tempat tidur pasien
electric
19 Bed patient manual / √ √ √ √
tempat tidur pasien
manual
20 Sphymomanometer √ √ √ √
aneroid / tensimeter
anaeroid

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 69


21 Sphygnomanometer √ √ √ √
digital / tensimeter
digital
22 Termometer digital √ √ √ √
23 Timbangan pasien √ √ √ √
Sumber : Dokumen Menteri Kesehatan RI

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 70


BAB III
HASIL PENGKAJIAN

A. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT


1. Sejarah Rumah Sakit
Rumah Sakit Syekh Yusuf Kabupaten Gowa, merupakan Rumah Sakit
klasifikasi B yang terletak di Ibu Kota Kabupaten Gowa ± 500 m ke timur
dari jalan raya menghubungkan kota-kota berada di Sulawesi Selatan, ±
10 Km dari arah timur kota makassar yang luasnya 4,62 Ha dengan batas-
batasnya :
a. Sebelah timur, berbatasan dengan Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo
Sungguminasa.
b. 1qSebelah barat, berbatasan dengan Jl. Dahlia Sungguminasa.
c. Sebelah utara, berbatasan dengan Jl. Perintis AMD Sungguminasa.
d. Sebelah selatan, berbatasan dengan Jl. Kamboja Sungguminasa.
Rumah Sakit Umum Darah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa terletak di
Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo No. 48 Sungguminasa pada wilayah
Kelurahan Batangkaluku Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa,
dengan Kode Pos 92111 telp. 0411- 866536 Fax 0411- 840892.
Wilayah cakupan Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
kabupaten gowa meliputi seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten
Gowa. Jumlah pasien sebagian berasal dari 4 (empat) kecamatan yang
terdekat dari 18 (delapan belasa) kecamatan dengan radius 10 KM dari
pusat kota dan terdapat pola pasien yang berasal dari pinggiran wilayah
kota makassar.
2. Visi Misi Rumah Sakit
a. Visi
“Terwujudnya Rumah Sakit yang Bekualitas dan Berdaya Saing”
b. Misi
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif, bermutu
yang berorientasi pada keselamatan pasien

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 71


2) Meningkatkan tata kelola administrasi rumah sakit yang
akuntabel, efektif dan efisien
3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
humanis dan berdaya saing
4) Meningkatkan sarana dan prasana sesuai standart rumah sakit
klasifikasi B pendidikan
c. Tujuan
1) Meningkatnya pelayanan kesehatan yang bermutu, cepat, akurat
dan aman berorientasi pada kepuasan pelanggan
2) Meningkatnya tata kelola administrasi rumah sakit yang
akuntabel, efektiv dean efisien.
3) Meningkiatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
berdaya humanis dan berdaya saing.
Meningkatnya sarana dan prasana sesuai standar rumah sakit klasifikasi B
pendidikan.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 72


3. Struktur Organisasi Rumah Sakit
4.
DIREKTUR UTAMA
Dr. H. Salahudin, M.Kes

WADIR UMUM WADIR PELAYANAN MEDIK DAN KEPERAWATAN


Dr. Hj. Rahmaniar,M.Si dr. Magdalena Maya Khubani, M.Kes

Bagian Umum Bagian Program & Informasi Bidang Pelayanan Medik Bidang Pelayanan Keperawatan
Zainuddin Jufri, SKM, MARS Hj. Kasrani, SKM, M.Kes dr. Ummu Salamah, MARS Dra. Hj. Ramlah Rauf, B.Sc.,MMRS

Seksi Pelayanan Medik


Seksi Asuhan Etika & Profesi
Sub. Bagian Tata Usaha &
dr. Suryadi Keperawatan
Rumah Tangga Sub. Bagian Penyusunan Program
Hj. Indriani, S.Sos Muh. Taslim, SKM, M.Kes Eliati Paturungi,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Seksi Pelayanan Penunjang


Sub. Bagian Kepegawaian Medik Seksi logistik keperawatan
Mardiah, S.Kep.Ns.,M.Kep Sub. Bagian Rekam Medis dan Hj. Nursiah, S.Kep.,Ns
Muh. Saleh, SKM.,M.Kes
Informasi
Usfiana Akib, SKM.,MMRs
Sub. Bagian Keuangan
H. Amra Suaib, SE, MM

INSTALASI

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 73


5. Fasilitas Pelayan Rumah Sakit
Adapun fasilitas pelayan di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa adalah :
a. Instalasi Gawat Darurat (IGD)
b. Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
1) Poliklinik Penyakit Dalam
2) Poliklinik Bedah
3) Poliklinik THT
4) Poliklinik Syaraf
5) Poliklinik Anak
6) Poliklinik Gigi dan Mulut
7) Poliklinik Mata
8) Poliklinik Jiwa
9) Poliklinik Kulit dan Kelamin
10) Poliklinik Orthopedi
11) Poliklinik KIA/Obgyn
12) Poliklinik Gizi
c. Instalasi Rawat Inap (IRNA)
1) Rawat Inap Perawatan I Penyakit Dalam/Interna (Asoka)
2) Rawat Inap Perawatan II Penyakit Anak ( Melati)
3) Rawat Inap Perawatan III Obstetri, Gynekologi, Perinatologi
(Mawar)
4) Rawat Inap Perawatan IV Penyakit Bedah (Kamboja)
5) Rawat Inap Perawatan VII Penyakit Dalam/Interna (Tulip)
d. Instalasi Penunjang yang terdiri dari :
1) Instalasi Farmasi
2) Instalasi Radiologi
3) Instalasi Laboratorium
4) Instalasi Kamar Operasi
5) Instalasi Rehabilitasi Medik/Fisioterapi
6) Pelayanan Jenazah

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 74


7) Intensive Unit (ICU)
8) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS)
9) Instalasi Central Sterile Supply Department (CSSD)
10) Instalasi Laundry

B. GAMBARAN UMUM RUANGAN


1. Latar Belakang Ruangan
Perawatan Tulip merupakan salah satu bagian dari beberapa gedung
perawatan rawat di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yususf Kabupaten
Gowa yang diresmikan oleh Bapak Bupati pada Tahun 2013 dan
merupakan gedung yang berlantai tiga. Lantai satu digunakan oleh Rekam
Medis dan Poli Kartu sedangkan untuk lantai dua dan tiga digunakan
untuk perawatan Tulip Interna.
Ruangan perawatan Tulip adalah ruangan keperawatan rawat inap di
Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yususf Kabupaten Gowa. Yang
melayani perawatan khusus Interna dewasa dan melayani pasien-pasien
Askes, Umum, Jamkesmas, dan Yankestis.
Ruangan perawatan Interna (Tulip) juga berfungsi dalam pelyanan
pendidikan, penelitian serta mencakup berbagai tingkatan maupun disiplin
ilmu. Salah satu bentuk pelayanan profesional merupakan bagian integral
yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 75


2. Struktur Organisasi Ruangan

KEPALA BIDANG
PELAYANAN KEPERAWATAN
Dra Hj. RAMLAH RAUF, B.Sc.,MMRS

KEPALA RUANGAN

Hj. WAHYUNI HARDIMAN, S.ST

KETUA TIM A KETUA TIM B KETUA TIM C

MURSALIM,S.Kep.Ns Hj. ARTATI,S.Kep.Ns MUH. SUKRI,S.Kep.Ns

PERAWAT ASOSIASI PERAWAT ASOSIASI PERAWAT ASOSIASI

A. SUDIRMAN B. S.Kep NS. NUR AISYAH,S.Kep.Ns AKMAL,S.Kep.Ns

MUTMAINNAH,S.Kep.Ns AYUNITA,S.Kep.Ns IRMAWATI,S.Kep.Ns

ASRIANI,S.Kep.Ns NASRIAH,S.Kep WAHDANIAH,S.Kep.Ns

NASRAWATI,S.Kep.Ns SRI WAHYUNI JUM, AMK SAMINAH, S.KeP. Ns

VERAWATI,S.Kep.Ns HASRIANY ARIEF, Amk ROSMITA SARI ,Amk

NURAENI, AMK RISNAWATI, S.Kep. Ns AISYAH ,Amk

SUKMAWATI, S.Kep. Ns RIDHO HAMID, Amk HERAWATI, Amd.Kep

SUPRIANI, Amd. KeP RISKYANTI, S.Kep. Ns MAGFIRAH, Amd.Kep

ADMINISTRASI
Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 76
JUHRA, S.Kep. Ns
3. Ketenagakerjaan
a. Jumlah Tenaga Perawat

No Nama JK Pendidikan Status Kepegawaian Jabatan

Pegawai Honorer Harian


Tetap lepas
1 Hj.wahyuni Hardiman,S.ST P D IV Keperawatan PNS - - Kepala Ruangan
2 Mursalin,S.Kep. Ns L Ners PNS - - Ketua Tim A
3 Hj. Artati,S.Kep. Ns P Ners PNS - - Ketua Tim B
4 Muh. Sukri, S.Kep. Ns L Ners PNS - - Ketua Tim C
5 Verawati, S.Kep. Ns P Ners PNS - - Anggota
6 Nasrawati, S.Kep, Ns P Ners PNS - - Anggota
7 Nuraeni ,Amd. Kep P D lll Keperawatan PNS - - Anggota
8 Asriani , Amd. Kep P D lll Keperawatan PNS - - Anggota
9 Nuraisyah Halim, S.Kep,Ns P Ners PNS - - Anggota
10 Sri wahyuni Jum,Amd. Kep P D lll Keperawatan PNS - - Anggota
11 Nasriah ,S.Kep P S1 Keperawatan PNS - - Anggota
12 Ayunita, S.Kep, Ns P Ners PNS - - Anggota
13 Mutmainnah, S.Kep, Ns P Ners PNS - - Anggota
14 Sudirman badwy, S.Kep.Ns L Ners PNS - - Anggota
15 Akmal, S.Kep, Ns L Ners PNS - - Anggota
16 Irmawati, S.Kep, Ns P Ners PNS - - Anggota
17 Wahdaniah, S.Kep, Ns P Ners PNS - - Anggota
18 Hasmirah ,Amd.Kep P D lll Keperawatan PNS - - Anggota
19 Saminah,S.Kep,Ns P Ners PNS - - Anggota
20 Muhammad, S.Kep,Ns L Ners PNS - - Anggota
21 Risnawati ,S.Kep.Ns P Ners - Sukarela - Anggota

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 77


22 Hasriani Arif ,Amd.Kep P D lll Keperawatan - Sukarela - Anggota
23 Ridho Hamid ,Amd.Kep L D lll Keperawatan - Sukarela - Anggota
24 Sukmawati ,S.Kep,Ns P Ners - Sukarela - Anggota
25 Rosmita Sari ,Amd.Kep P D lll Keperawatan - Sukarela - Anggota
26 Aisyah, Amd. Kep P D lll Keperawatan - Sukarela - Anggota
27 Rizkyanti, S.Kep, Ns P Ners - Sukarela - Anggota
28 Supriani syamsul, Amd.Kep P D lll Keperawatan - Sukarela - Anggota
29 Herawati, Amd.Kep P D lll Keperawatan - Sukarela - Anggota
30 Juhra, SKM P SKM - Sukarela - Administrasi

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 78


b. Jumlah Tenaga Dokter
Tenaga medis di ruang Perawatan Tulip RSUD Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa terdiri dari :
Tabel 3.1 Jumlah Tenaga Dokter
No Kualifikasi Jumlah
.
1. Dokter Interna 3
2. Dokter Mata 2
3. Dokter Syaraf 2
4. Dokter Kulit dan Kelamin 2
c. Tenaga Non Keperawatan
Tenaga Non Keperawatan di Ruang Perawatan Tulip RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa terdiri dari :
Tabel 3.2 Jumlah Tenaga Non Keperawatan
No. Kualifikasi Jumlah
1. Tenaga Logistik 1
2. Tenaga Administrasi 1
3. Cleaning Service 2
4. Pengaturan Ketenagakerjaan
Kebutuhan tenaga perawat di Ruang Pearawatan Tulip RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa dari hasil pengkajian adalah sebagai berikut : Perhitungan
kebutuhan tenaga keperwatan di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
mengacu pada buku Standar Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit yang
diterbitan ooleh Direktorat Keperawatan dan ketehnisan Medik, Dirjen
Pelayanaan Medik Depkes RI, Tahun 2005. Dan untuk rawat Inap
“Berdasarkan Tingkat Ketergantungan Pasien (Douglas, 1984)”
Pasien di klasifikasikan dalam beberapa kategori yang berdasarkan pada
kebutuhan pasien terhadap asuhan keperawatan/kebidanan meliputi : Asuhan
kepeerawatan minimal (Minimal Care), Asuhan keperawatan partial (Partial
care) dan Asuhan keperawatan total ((Total Care).
Penjelasan tiap kategori asuhan keperawatan, yaitu :
a. Asuhan keperawatan minimal, kriteria ;
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian, dilakukan sendiri
2) Makan dan minum dilakukan sendiri

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 79


3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi dengan pengawasan
5) Pengobatan minimal, status psikologis stabil
6) Persiapan prosedur memerlukan pengobatan
b. Asuhan keperawatan partial, kriteria :
1) Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Volley kateter, intake-output dicatat
5) Klien dengan infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur
c. Asuhan keperawatan total, kriteria :
1) Segalanya diberi bantuan
2) Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
3) Makan memerlukan NGT, intravena terapi
4) Pemakaian suction
5) Gelisah/disorientasi
Jumlah tempat tidur : 34 buah
a. Tingkat ketergantungan pasien pada tanggal 14 Maret 2017
Tabel 3.3 Tingkat ketergantungan pasien
Klasifikasi Kebutuhan Tenaga Perawat
Pasien Pagi Siang Malam
Minimal care 13x0,17= 2,21 13x0,14=1,82 13x0,07=0,91
Partial Care 11x0,27= 2,2 11x0,15=1,65 11x0,10=1,1
Total Care 4,41 (5 orang) 3,47 (4 orang) 2,01 (2 0rang)

b. Kesimpulan jumlah tenaga perawat yang bertugas :


- Pagi : 5 Orang
- Sore : 4 Orang
- Malam : 2 Orang
11 Orang
Jumlah Tenaga Lepas dinas per hari:
86 x 11
= 3,39 (Dibulatkan 4 orang)
279

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 80


Keterangan: angka 86 merupakan jumlah hari
tak kerja dalam 1 tahun, sedangkan 279
adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di ruang
Tulip adalah 11 orang + 4 orang lepas dinas + 4 Orang tenaga; 3 ketua
Tim dan 1 karu = 22 Orang
d. Tenaga lainnya
- Pengelolaan logistic pada lantai bawah dan atas maka diperlukan
tenaga logistic sebanyak 1 orang merangkap keperawatan
- Pengelolaan administrasi sebanyak 1 orang.
5. Sarana dan Prasarana
a. Sarana
Perawatan tulip terdiri dari 2 lantai dengan uraian sebagai berikut :
Tabel 3.4 Sarana Perawatan Tulip
Lantai 3 Lantai 2
Jumlah Tempat Jumlah Tempat
Jenis Kamar Jenis Kamar
Tidur Tidur
Ruangan Vip A 1 tempat tidur Kelas I E 2 tempat tidur
Ruangan Vip B 1 tempat tidur Kelas I F 2 tempat tidur
Ruangan Vip C 1 tempat tidur Kelas II A 3 tempat tidur
Ruangan Vip D 1 tempat tidur Kelas II B 3 tempat tidur
Kelas I A 2 tempat tidur Kelas II C 3 tempat tidur
Kelas I B 2 tempat tidur Kelas II D 3 tempat tidur
Kelas I C 2 tempat tidur Kelas II E 3 tempat tidur
Kelas I D 2 tempat tidur Kelas II F 3 tempat tidur
Kamar Coas 1 tempat tidur -
R. Pertemuan Meja/kursi -
R. Tindakan - 1 tempat tidur
Ners Station 1 set 1 set
Gudang Ya Ya
Pentry Ya Ya
R. Dokter Ya Ya

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 81


Sarana dan fasilitas diruangan perawatan Tulip adalah :
Tabel 3.5 Fasilitas Ruang Perawatan Tulip
No Ruangan Kamar Sarana
1. R. VIP VIP A  1 tempat tidur  1 AC Panasonic
pasien  1 set meja makan
 1 lemari pasien  1 kursi lipat
 1 lemari pakaian  1 rak handuk
 1 sofa  1 pispot plastik
 1 TV LCD 32  1 urinal plastik
inci  Sheren pemisah
 1 Kulkas 1 Pintu  WC
VIP B  1 tempat tidur  1 AC Panasonic
pasien  1 set meja makan
 1 lemari pasien  1 kursi lipat
 1 lemari pakaian  1 rak handuk
 1 sofa  1 pispot plastik
 1 TV LCD 32  1 urinal plastik
inci  Sheren pemisah
 1 kulkas 1 pintu  WC
VIP C  1 Tempat tidur  1 AC Panasonic
pasien  1 set meja makan
 1 Lemari pasien  1 kursi lipat
 1 Lemari pakaian  1 rak handuk
 1 Sofa  1 pispot plastik
 1 TV LCD 32  1 urinal plastik
inci  Sheren pemisah
 1 kulkas 1 pintu  WC
VIP D  1 tempat tidur  1 AC Panasonic
pasien  1 set meja makan
 1 lemari pasien  1 kursi lipat
 1 lemari pakaian  1 rak handuk
 1 sofa  1 pispot plastik
 1 TV LCD 32  1 urinal plastik
inci  Sheren pemisah
 1 kulkas 1 pintu  WC
2. Kelas KLS I A  2 tempat tidur  1 kulkas 1 pintu
Satu pasien  1 AC
 2 lemari pasien  2 sheren pemisah
 2 kursi lipat  Km / WC
 1 TV LCD 32
inci
KLS I B  2 tempat tidur  1 kulkas 1 pintu
pasien  1 AC

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 82


 2 lemari pasien  2 sheren pemisah
 2 kursi lipat  WC
 1 TV LCD 32
inci
KLS I C  2 tempat tidur  1 kulkas 1 pintu
pasien  1 AC
 2 lemari pasien  2 sheren pemisa
 2 kursi lipat  WC
 1 TV LCD 32
inci
KLS I D  2 tempat tidur  1 kulkas 1 pintu
pasien  1 AC
 2 lemari pasien  2 sheren pemisah
 2 kursi lipat  WC
 1 TV LCD 32
inci
3. Kelas KLS I E  2 tempat tidur  1 kulkas 1 pintu
I/Lantai pasien  1 AC
dua  2 lemari pasien  2 sheren pemisah
 2 kursi lipat  WC
 1 TV LCD 32
inci
KLS I F  2 tempat tidur  1 kulkas 1 pintu
pasien  1 AC
 2 lemari pasien  2 sheren pemisah
 2 kursi lipat  WC
 1 TV LCD 32
inci
4. Kelas II KLS II A  3 tempat tidur  1 AC
(dua) pasien  Km / WC
 3 lemari pasien  Sheren pemisah
 3 kursi bundar
KLS II B  3 tempat tidur  1 AC
pasien  Km / WC
 3 lemari pasien  Sheren pemisah
 3 kursi bundar
KLS II C  3 tempat tidur  1 AC
pasien  Km / WC
 3 lemari pasien  Sheren pemisah
 3 kursi bundar

KLS II D  3 tempat tidur  1 AC


pasien  Km / WC
 3 lemari pasien  Sheren pemisah
 3 kursi bundar
KLS II E  3 tempat tidur  1 AC

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 83


pasien  Km / WC
 3 lemari pasien  Sheren pemisah
 3 kursi bundar
KLS II F  3 tempat tidur  1 AC
pasien  Km / WC
 3 lemari pasien  Sheren pemisah
 3 kursi bundar
5. Kamar Kamar  1 tempat tidur  1 alat suction
Tindakan tindakan pasien  1 alat autoclap
lantai 2  1 lemari obat/alat  1 troli alat GV
 1 lemari obat oral 1 alat nebulizer
 1 alat EKG  2 tempat sampah
 1 sepi box
Tindakan  1 lemari obat/alat  1 septi box
lantai 3  1 alat EKG  1 meja kerja
 1 alat nebulizer  1 kursi kayu
 1 troly obat oral  2 loker petugas
 2 tempat sampah  1 lemari pasien
6. Ruang Ruang  2 meja kerja  1 TV 14 inchi
kepala KARU  2 kursi  1 sofa
ruangan  2 kursi bundar  1 lemari kayu
 1 kulkas  1 set CCTV
 4 loker petugas  Km / WC
7. Ners Lantai dua  3 meja kerja  1 wastafel
Station  1 kursi tunggu  1 tempat tissu
 2 kipas angin  1 tempat sampah
domestik
Ners Lantai tiga  1 meja kerja  1 sofa
Station  1 kursi kerja  4 kursi lipat
 1 kipas angin  1 tempat sampah
8. Ruangan Lantai dua  2 meja kerja  1 AC
dokter  2 kursi kerja  1 tempat sampah
 4 kursi lipat
Ruangan Lantai tiga  1 meja kerja  2 kursi lipat
dokter  1 kursi kerja  1 tempat sampah
 1 meja panjang  AC
 1 lampu baca foto
X Ray
9. Pentri Lantai dua  1 wastafel  1 tempat sampah
 1 kulkas
Lantai tiga  1 wastafel  1 tempat sampah
 1 kulkas
Gudang  1 lemari tempat  1 lemari kaca
linen seprei  1 ember tempat
lantai dua  2 lemari pasien seprei kotor
Gudang  1 lemari seprei  1 lemari pasien

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 84


linen  1 lemari kayu  1 tempat linen
lantai tiga kotor
Gudang  1 kursi roda  2 kursi kayu
O2 lantai  1 troli O2  1 brankar
dua  1 sheren
Gudang  1 kursi roda
O2 lantai
tiga
10. Lif  2 AC
Kamar Lantai 3  1 tempat tidur  2 kursi lipat
Coas spring bed  1 meja panjang
 1 lemari kaca  1 tempat sampah
 2 meja kerja  1 AC
Ruang Lantai 3  1 meja  1 AC
pertemuan  10 kursi  1 dispenser
 1 papan info  1 tempat sampah

Secara umum, fasilitas yang terdapat di ruang perawatan tulip baik lantai
2 dan 3 telah memadai namun masih terdapat beberapa hal yang perlu
diefisienkan diantaranya yaitu bel ruangan yang tidak ddigunakan secara
maksimal. Bel tersebut ada, namun tidak berfungsi dengan baik. Bel
ruangan merupakan alat yang semestinya difungsikan dengan baik karena
dapat membantu mengetahui keluhan atau masalah yang terjadi pada
pasien di kamar.
b. Peralatan
Rujukan SK Direktur RSUD Syekh Yusuf Gowa No. 445.4 / 103 /
RSUD-SY / IX / 2010, tentang Standar Peralatan Keperawatan dan
Kebidanan RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa , yang meliputi : Alat
Linen, Alat Keperawatan, Alat Rumah Tangga, Alat Pencatatan dan
Pelaporan.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 85


5) Alat Linen (Standar) dan Situasi Pada Perawatan Tulip Tahun 2017.
Situasi alat linen (standar) sesuai Depkes RI dan kondisi ruang Tulip.
Tabel 3.6 Peralatan/Linen Ruang Perawatan Tulip
NO NAMA SPESIFIKASI RASIO LAMA SITUASI
BARANG PAKAI SEKAR
BAHAN UKURAN WARNA PASIEN:
ANG
ALAT

1 Seprei Dril jpang 275X160 Standar 1 6


dewasa : b
0 l
3 n

2 Selimut Planel 2 Standar 1:04 6 bln T


biasa 2 d
0 k
x
1 T
8 e
0 r
s
e
d
i
a

3 Selimut W 2 Standar 1 :1 6 bln T


Wool o 2 d
o 0 k
l x
1 T
8 r
0 e
s
e
d
i
a
4 Sarung Dril 50x70 Standar 1:04 6
bantal jepang b
l
n

5 Sarung Drill Srandar Standar 1 :2 6 bln T


guling d
k

T
e
r
s
e
d

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 86


i
a
6 Baju Katun XL,L,M Standar 1:03 6 T
pasien b i
l d
n a
k

T
e
r
s
e
d
i
a

7 Sarung Drill Standar Standar 4/R 6 T


Buli buli b d
l k
n
T
r
e
s
e
d
i
a
8 Sarung Drill Standar Standar 4/R 6 T
EsCap b d
l k
n
T
r
e
s
e
d
i
a
9 Sarung Drill Standar Standar 1:02 6 -1/ R
Tabung O2 jepang b
l
n
10 Gorden     Standar 1:1,5 2 Kelas 1,
penyekat t 2 dan
h vip
n

11 Sarung Drill S Standar 1 :1 6 T


Kasur t B d
a l k
n n

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 87


d T
a e
r r
s
e
d
i
a
12 Taplak Plastik S Standar 1:3 6 Bln T
Meja t d
a k
n
d T
a e
r r
s
e
d
i
a
13 Kain Drill Standar Putih 4/R 6 T
Sheren B d
l k
n
T
r
e
s
e
d
i
a
14 Sarung D  Standar Standar  1:02 6 bln Tdk
Tempa ri Tersedia
Kotentang l
J
e
p
a
n
g
15 Perlak PLASTIK Sesuai Standar 1:2 6 -Hanya
Pasien kebutuha b 5 lmr
n l
n
16 Waslap WOOL Sesuai Standar 1:5- 3 bln -Cuma 5
standar psg
17 Handuk Besar Standar 1:3 6 -Cuma 2
Besar B Lmr
l
n
18 Handuk Standar 1 :1 6 Tdk
Kecil B Tersedia
l

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 88


n

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 89


6) Jumlah dan jenis alat linen di ruang perawatan Tulip serta keadaannya
saat ini:
Tabel 3.7 Keadaan Alat di Ruang Perawatan Tulip
No Nama Tahun Fungsi Rusak Rusak Terpa Ket
Alat Line perolehan baik ringan berat kai/
belum
1. Seprei 2013/2015 62 lbr 25 lbr 25 lbr Ya 100
dewasa lembar
2. Selimut 2016 6 lbr - - Ya 6
biasa lembar
3. Sarung 2016 62 lbr - - Ya 62
bantal lembar
4. Gorden 2016 34 - - Ya 34
penyekat
5. Taplak 2015 - - 4 lbr Ya 4
meja lembar
plastik
besar
6. Taplak 2014 - - 34 lbr Ya 34
meja lembar
kecil
7. Perlak 2014 10 lmr 10 lmr 15 lbr Ya 35
pasien lembar
8. Waslap 2014 - - 20 lbr - 20
lembar

Dari tabel tersebut diatas menggambarkan bahwa masih banyak


alat linen yang perlu disiapkan diruang perawatan agar sesuai dengan
standar Depkes.
7) Alat Keperawatan
Tabel 3.8 Alat Keperawatan
No Nama barang Spesifika Rasio Lama Situasi
si pakai sekarang
1 Tempat tidur Baja+ber 1:01 15 thn Tersedia
dewasa oda
2 Termometer dewasa Manual 1:01 1 -rasio .7:1
-jmh 4 buah
t
a
h
u
n

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 90


3 Tensimeter dewasa Manual 2/r 2 Tersedia (rusak
1)
t
a
h
u
n

4 Steteskop Standar 4/r 2 Tersedia

t
a
h
u
n

5 Tabung o2 + masker K 1/r 10 thn Tersedi


e a
c
il
6 Tabung oksigen Besar 6/r 10 thn Tersedia /
masih manual
7 Mesin suction slym   2/r 5 Tersedia
(1rusak )
t
a
h
u
n

8 Timbangan badan Standar  1/r 3 Tersedia

t
a
h
u
n

9 Nerbekken besar Stainless 1:1 3 Rasio 7:1


-jml 4 buah
t
a
h
u
n

10 Nebekken sedang Stainless 4/r 3 -1 buah

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 91


t
a
h
u
n
11 Nerbekken kecil Stainless 2/r 3 -buah
t
a
h
u
n
12 Pispot dewasa Stainlless 1:1 3 -rasio 2:1
t -bahan 10
a plastik dan 4
h steinless (1 rsk
u
n
13 Urinal Stainlless 1: 1 3 -rasio 3:1
-jml 10 bh
t -bahan plastik
h
n

14 Spoit gliserin Stainlless 2/r 3 -1/r

t
h
n

15 Kom kecil S 4/r 3 -rasio 2/r


t - 2 rusak
a t
i h
n n
ll
e
s
s
16 Kom sedang Stainlless 4/r 3 -rasio 2/r
-2 rusak
t
h
n

17 Pinset anatomi Steinlless 4/r 3 -tersedia

t
h
n

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 92


18 Pinset cirurgi Stailless 4/r 3 -tersedia

t
h
n

19 Gunting verban Stailless 2/r 3 -tersedia

t
h
n

20 Gunring jaringan Stainless 2/r 3 - 1/r


t
h
n
21 Tromol kecil Stainless 1/r 3 Tersedia

t
h
n

22 Stuwing Karet 5/r 1 -rasio 2/r

t
h
n

23 Standar infus Stainless 10/r,p 5 Tersedi


wt a
t
h
n

24 Reflex hammer Stainless 1/r 1 Tersedi


/ a
r

25 Senter /pen laigh Stainless 2/r 1 Tersedia


(rusak 1 bh)
t
h
n

26 Meteran kain P 1/r 1 Tdk


l 0 tersedi
a a
s t
ti h

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 93


c n

27 X- rya 1/r 1 Tersedia


0

t
t
n
28 Ekg /standar 1/r 1 Tersedia
0

t
h
n
29 Korentang /tempat Stainless 1/r 3 Rusak

t
h
n
30 Nebulaizer 2/r 3 -rasio 1/r

t
a
h
u
n
32 Ambu bag 2/r 3 -rasio 1/r
t
a
h
u
n
33 Bak spoit S 4/r 3 -rasio 1/r
t t
a a
il h
e u
s n
s
34 Buli buli panas K 4/r 3 -rasio 2/r
a
r t
e a
t h
u
n
35 Auto clap 1/r 3 Tersedia

t
a

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 94


h
u
n
36 Vena ceksi set Stainless 2/r 3 Tdk tersedia

t
a
h
u
n
37 Spatel S 6/r 3 -tersedia
t t
a a
i h
n u
l n
e
s
s
38 Klem anatomi S 2/r 3 -tersedia
t
a t
i a
n h
l u
e n
s
s
39 Klem chirrugie S 2/r 3 -tersedia
t
a t
i a
n h
l u
e n
s
s
40 Pot muntah S 1:1 3 Tdk tersedia
t
a t
i a
n h
l u
e n
s
s
41 Bak istrumen besar S 2/r 3 1/r
t
a t
i a

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 95


n h
l u
e n
s
s
42 Bak instrumen S 2/r 3 1/ r
sedang t
a t
i a
n h
l u
e n
s
s
43 Bak instrumen kecil S 2/r 3 Tdk tresedia
t
a t
i a
n h
l u
e n
s
s
8) Daftar Alat Rumah Tangga
Tabel 3.9 Alat Keperawatan

NO NAMA BARANG SPESIFIK RASIO LAMA SITUASI


ASI PAKAI SEKARANG
Kursi roda Ban mati 2/R ` TERSEDIA
Lemari obat darurat Stainless 1/R 10 thn TERSEDIA
Meja pasien 1:01 10 thn TDK ADA
Lemari pasien 1:01 10 thn TERSEDIA
Nampang 1/R 10 thn TDK ADA
Troli obat Stainliss 1:01 10 thn TERSEDIA
Troli suntik Stainless 1/R 5 thn TDK ADA
Dorongan O2 kecil Stainless 2/R 5 thn TERSEDIA
Dorongan O2 Besar Besi 4/R 5 Tahun 1/R
10 Tempat sampah Plastik 1:01 1 thn -Rasio 7:1
11 Tempat sampah Plastik 2/R 1 thn TERSEDIA
besar tutup
12 Kasur dewasa busa/matras 1:01 3 thn TERSEDDIA
13Papan nama pasien 1:01 1 thn TERSEDIA
14 Kursi pasien 1:01 3 thn TDK ADA

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 96


dewasa
15 TV 1/ KMR 5 thn -hanya klas
-4 buah
16 Brankar Besi/ Baja 2/R 5 tahun -Rasio 1/R
17 Tirai/Sheren Besi/kain 2/R 3 tahun -Tersedia
18 Waskom Mandi Stainless 4/R 1Tahun Bahan Plastik
19 Standar Waskom Stainless 2/R 5Tahun 1/R
20 Troli Pispot Besi 1/R 5 Tahun 1/R
21 Lampu Chass Standar 1/1 1Tahun Rusak
23 Kulkas R Tangga 1/R 5 thn TERSEDIA
( Penyimpanan /portaibel
obat)

C. PENGKAJIAN FUNGSI MANAJERIAL DI RUANGAN


Setelah dilakukan survei dengan membagikan kuesioner pada masing-
masing tenaga perawat yang berjumlah 20 orang perawat pelaksana, 3 orang
ketua tim dan 1 kepala ruangan, ditemukan hasil pengkajian sebagai berikut :
1. Jumlah Tenaga perawat

Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Perawat Pelaksana berdasarkan


Karakteristik perawat Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa

Karakteristi Jenis Jumlah Persen


k Perawat
Umur 17-25 Tahun 9 45.0
26-35 Tahun 8 40.0
36-45 Tahun 2 10.0
46-55 Tahun 1 5.0
Total 20 100.0
Jenis Kelamin Laki-laki 2 10.0
Perempuan 18 90.0
Total 20 100.0
Pendidikan Ners 9 45.0
Terakhir S. Kep 3 15.0
Amd. Kep 8 40.0
Total 20 100.0
Lama Kerja PK 1 (DIII : 2 Tahun 9 45.0
& NERS : 0 Tahun)
PK 2 (DIII 5 Tahun 10 50.0

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 97


& NERS : 3 Tahun)
PK 3 (DIII : 9 Tahun 1 5.0
& NERS : 6 Tahun)
Total 20 100.0
Status PNS 10 50.0
Kepegawaian Honorer 10 50.0
Total 20 100.0
Tabel di atas menunjukkan perawat pelaksana yang paling banyak
berumur diantara 17-25 tahun sebanyak 9 orang (45%) dan perawat yang
paling sedikit berumur 45-55 tahun sebanyak 1 orang (5 %). Perawat
pelaksana berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang (10 %) dan perawat
berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (90 %). Berdasarkan
tingkat pendidikan terakhir, perawat pelaksana paling banyak yaitu
dengan pendidikan Ners sebanyak 9 orang (45%), DII sebanyak 8 orang
(40%) dan perawat dengan pendidikan S1 sebanyak 3 orang (15 %).
Perawat pelaksana dengan lama kerja paling banyak yaitu PK II sebanyak
10 orang (50%), PK I sebanyak 9 orang (45%) dan PK III sebanyak 1
orang (15 %). Selanjutnya, karakteristik perawat pelaksana berdasarkan
status kepegawaian sebanding antara PNS dan honorer yakni sebanyak 10
orang (50%).

2. Planning
Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Fungsi Perencanaan Kepala
Ruangan Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Planning

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 14 70.0 70.0 70.0

ya 6 30.0 30.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh perawat


pelaksana tenang fungsi perencanaan, ada 6 orang perawat yang
mengatakan bahwa ia terlibat dalam pembuatan visi dan misi ruangan
dengan persentase 30%, sedangkan yang mengatakan tidak terlibat dalam

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 98


pembuatan visi dan misi ruangan sebanyak 14 orang perawat dengan
persentase 70%.

Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Fungsi Perencanaan Kepala


Ruangan Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Planning

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 13 65.0 65.0 65.0

ya 7 35.0 35.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh


perawat pelaksana tenang fungsi perencanaan, ada 7 orang perawat yang
mengatakan bahwa ia terlibat dalam pembuatan Standar Operasional
Prosedur ruangan dengan persentase 35%, sedangkan yang mengatakan
tidak terlibat dalam pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP)
ruangan sebanyak 13 orang perawat dengan persentase 65%.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMI Page 99


Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Fungsi Perencanaan Kepala
Ruangan Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Planning

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 10 50.0 50.0 50.0

ya 10 50.0 50.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh perawat


pelaksana tenang fungsi perencanaan, ada 10 orang perawat yang
mengatakan bahwa ia terlibat dalam Penyusunan Standar Asuhan
Keperawatan dengan persentase 50%, sedangkan yang mengatakan tidak
terlibat dalam Penyusunan Standar Asuhan Keperawatan sebanyak 10
orang perawat dengan persentase 50%.

3. Pengorganisasian
Tabel 3.14 Distribusi Frekuensi Fungsi Perencanaan Kepala
Ruangan Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Pengorganisasian

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 14 70.0 70.0 70.0

ya 6 30.0 30.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 100


Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh perawat
pelaksana tentang fungsi perencanaan, ada 6 orang perawat yang
mengatakan terlibat dalam pembuatan jadwal dinas dengan persentase
30%, sedangkan yang mengatakan tidak terlibat dalam pembuatan jadwal
dinas sebanyak 14 orang perawat dengan persentase 70%.

4. Koordinasi
Tabel 3.15 Distribusi Frekuensi Fungsi Perencanaan Kepala
Ruangan Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Koordinasi 1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 5 25.0 25.0 25.0

ya 15 75.0 75.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh perawat


pelaksana tentang fungsi Koordinasi, ada 15 orang perawat yang
mengatakan pernah didelegasikan tugas oleh kepala ruangan dengan
persentase 75%, sedangkan yang mengatakan tidak pernah didelegasikan
tugas oleh kepala ruangan sebanyak 5 orang dengan persentase 25%.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 101


Tabel 3.16 Distribusi Frekuensi Fungsi Perencanaan Kepala Ruangan
Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Koordinasi2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 6 30.0 30.0 30.0

Ya 14 70.0 70.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh perawat


pelaksana tentang fungsi Koordinasi, ada 14 orang perawat yang
mengatakan tugas yang didelegasikan didiskusikan terlebih dahulu dengan
perawat dengan persentase 70%, sedangkan yang mengatakan tugas
pendelegasian tidak didiskusikan sebanyak 6 orang dengan persentase 30%.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 102


5. Pelaksanaan MPKP
a) Operan/ Timbang Terima
Tabel 3.17 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan MPKP
(Operan/Timbang Terima) Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf
Gowa
Operan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 20 100.0 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh perawat


pelaksana tentang pelaksanaan MPKP dalam hal ini pelaksanaan
Operan atau timbang terima, diperoleh semua perawat pelaksana (20
orang) mengatakan pelaksanaan operan atau timbang terima
dilakukan pada seluruh pasien disetiap pergantian shift dengan
persentase 100%

b) Ronde Keperawatan
Tabel 3.18 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan MPKP (Ronde
Keperawatan) Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Ronde 1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid ya 20 100.0 100.0 100.0

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 103


Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh perawat
pelaksana tentang pelaksanaan MPKP dalam hal ini pelaksanaan
Ronde Keperawatan, diperoleh semua perawat pelaksana (20 orang)
mengatakan pelaksanaan Ronde Keperawatan selalu dilakukan dengan
persentase 100%.

Tabel 3.19 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan MPKP (Ronde


Keperawatan) Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa

Ronde 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 6 30.0 30.0 30.0

ya 14 70.0 70.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh perawat


pelaksana tentang pelaksanaan MPKP dalam hal ini pelaksanaan
Ronde Keperawatan, diperoleh 14 orang perawat pelaksana
mengatakan bahwa Ronde Keperawatan dilakukan dilakukan setiap
hari dengan persentase 70%, sedangkan 6 orang perawat yang
mengatakan pelaksanaan ronde keperawatan tidak dilakukan setiap
hari dengan presentase 30%.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 104


Tabel 3.20 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan MPKP (Ronde
Keperawatan) Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Ronde 3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 2 10.0 10.0 10.0

ya 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh perawat


pelaksana tentang pelaksanaan MPKP dalam hal ini pelaksanaan
Ronde Keperawatan, diperoleh 18 orang perawat pelaksana
mengatakan pada saat pelaksanaan ronde keperawatan mereka
mempresentasikan kondisi klien dan tindakan yang dilakukan
dengan persentase 90%, sedangkan 2 orang perawat mengatakan
pada saat pelaksanaan ronde keperawatan mereka tidak
mempresentasikan kondisi klien dan tindakan yang dilakukan
dengan persentase 10%.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 105


Tabel 3.21 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan MPKP (Ronde
Keperawatan) Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Ronde 4

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 1 5.0 5.0 5.0

ya 19 95.0 95.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh perawat


pelaksana tentang pelaksanaan MPKP dalam hal ini pelaksanaan Ronde
Keperawatan, diperoleh 19 orang perawat pelaksana, mengatakan
kepala ruangan memberikan masukan dan Reinforcement terkait
pelaksanaan ronde keperawatan dengan persentase 95%, sedangkan 1
orang perawat mengatakan kepala ruangan tidak memberikan
reinforcement terkait pelaksanaan ronde keperawatan dengan persentase
5%.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 106


c. Conference
Tabel 3.22 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan MPKP (Pre & Post
Conference) Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Conference 1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 2 10.0 10.0 10.0

ya 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh perawat


pelaksana tentang pelaksanaan MPKP dalam hal ini pelaksanaan Pre
dan Post Conference, diperoleh 18 orang perawat pelaksana,
mengatakan pelaksanaan Pre dan post conference dilakukan setiap hari
diruangan dengan persentase 90%, sedangkan 2 orang perawat
mengatakan tidak dilakukan Pre dan Post Conference setiap hari dengan
persentase 10%.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 107


Tabel 3.23 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan MPKP (Pre &
Post Conference) Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Conference 2

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 4 20.0 20.0 20.0

ya 16 80.0 80.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh perawat


pelaksana tentang pelaksanaan MPKP dalam hal ini pelaksanaan Pre
dan Post Conference, diperoleh 16 orang perawat pelaksana,
mengatakan pelaksanaan Pre dan Post conference dihadiri oleh
semua perawat yang bertugas di ruangan dengan persentase 80%,
sedangkan 4 orang perawat mengatakan pelaksanaan Pre dan Post
Conference tidak dihadiri oleh semua perawat yang bertugas dengan
persentase 20%.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 108


Tabel 2.24 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan MPKP (Pre & Post
Conference) Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Conference 3

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 2 10.0 10.0 10.0

ya 18 90.0 90.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh perawat


pelaksana tentang pelaksanaan MPKP dalam hal ini pelaksanaan Pre
dan Post Conference, diperoleh 18 orang perawat pelaksana,
mengatakan ketika pelaksanaan Pre dan Post conference mereka
menyampaikan perkembangan dan masalah klien berdasarkan
evaluasi per shift dengan persentase 90%, sedangkan 2 orang
perawat mengatakan saat pelaksanaan Pre dan Post Conference
mereka tidak menyampaikan perkembangan dan masalah klien
berdasarkan evaluasi per shift dengan persentase 10%.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 109


d. Presentasi Kasus
Tabel 2.25 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan MPKP (Presentasi
Kasus) Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Presentasi kasus

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak 9 45.0 45.0 45.0

ya 11 55.0 55.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh perawat


pelaksana tentang pelaksanaan MPKP dalam hal ini Kegiatan
Presentasi Kasus, diperoleh 11 orang perawat pelaksana, mengatakan
selalu dilakukan presentasi kasus dalam sekali sebulan dengan
persentase 550%, sedangkan 9 orang perawat mengatakan kegiatan
Presentasi kasus tidak selalu dilakukan dalam sekali sebulan dengan
persentase 45%.
e. Discarger Planning Menurut Ketua Tim
Tabel 3.26 Distribusi Frekuensi Discarger Planning oleh Ketua Tim
Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Discarger Planning

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kadang-kadang 1 33.3 33.3 33.3

selalu 2 66.7 66.7 100.0

Total 3 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh Ketua tim
tentang Pendidikan kesehatan ketika dilakukan discarger planning,
diperoleh 1 orang ketua tim, mengatakan kadang-kadang dilakukan
pertemuan dengan keluarga/klien untuk membahas kondisi keperawatan
klien dengan persentase 33,3%, sedangkan 2 orang ketua tim
mengatakan selalu dilakukan pertemuan dengan keluarga/klien untuk
membahas kondisi keperawatan klien dengan persentase 45%.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 110


Tabel 3.27 Distribusi Frekuensi Discarger Planning oleh Ketua Tim
Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Discarger Planning

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kadang-kadang 1 33.3 33.3 33.3

sering 1 33.3 33.3 66.7

selalu 1 33.3 33.3 100.0

Total 3 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh Ketua tim
tentang Pendidikan kesehatan ketika dilakukan discarger planning,
diperoleh 1 orang ketua tim, mengatakan kadang-kadang dilakukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga/klien dengan persentase
33,3%, sedangkan 1 orang ketua tim mengatakan sering dilakukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga/klien dengan persentase
33,3%. Sedangkan 1 orang katim mengatakan selalu dilakukan
pemberian pendidikan kesehatan pada keluarga/klien dengan presentase
33,3%.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 111


f. Kepuasan Kerja Perawat
Tabel 3.28 Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja Perawat
Diruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa
Kepuasan kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat setuju 3 15.0 15.0 15.0
setuju 11 55.0 55.0 70.0
tidak setuju 3 15.0 15.0 85.0
sangat tidak setuju 3 15.0 15.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

Berdasarkan tabel diatas dari hasil pengisian kuesioner oleh Perawat


pelaksana tentang Kepuasan kerja perawat, diperoleh 3 orang perawat,
mengatakan sangat setuju jika perawat yang bekerja lebih keras
memperoleh insentif yang memadai dengan persentase 15%, sedangkan
11 orang perawat mengatakan setuju jika perawat yang bekerja lebih keras
memperoleh insentif yang memadai dengan persentase 55%. Sedangkan 3
orang perawat mengatakan tidak setuju jika perawat yang bekerja lebih
keras memperoleh insentif yang memadai dengan presentase 15%, 3 orang
perawat mengatakan sangat tidak setuju jika perawat yang bekerja lebih
keras memperoleh insentif yang memadai dengan presentase 15%.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 112


6. Pelaksanaan Fungsi Manajemen Keperawatan
a) Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali
dengan merumuskan tujuan dan rencana tindakan yang akan
dilaksanakan, menentukan personal, merancang proses dan kriteria
hasil, memberikan umpan balik pada perencanaan yang sebelumnya
dan memodifikasi rencana yang diperlukan. Termasuk dalam fungsi
perencanaan adalah pembuatan visi dan misi serta penyusunan SOP
dan SAK.
Masalah:
- Visi & Misi Ruangan
Dari hasil pengkajian melalui kuesioner yang dibagikan kepada
setiap perawat pelaksana di ruang tulip terdapat sebanyak 14
orang tidak terlibat dalam pembuatan visi & misi ruangan dan
hanya 6 orang yang terlibat. 1 orang perawat mengatakan iya
terlibat dalam pembuatan visi misi namun tidak mengetahui isi
dari visi misi tersebut, kemudian ada 2 orang yang tidak terlibat
dalam pembuatan visi misi mengatakan tidak pernah
disosialisasikan tentang visi misi ruangan. Hal ini tidak sejalan
dengan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa orang
perawat pelaksana yang menyatakan ketidaktahuan mereka

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 113


tentang isi dari visi & misi tersebut. Selain itu, ketika dilakukan
observasi tidak ditemukan adanya bentuk fisik dari visi & misi
ruangan seperti dalam bentuk tulisan, poster maupun banner yang
ada dalam ruangan. Hal ini dapat dikatakan sebagai masalah
karena tugas kepala ruangan dalam fungsi perencanaan yaitu
menjaga terwujudnya visi & misi keperawatan di rumah sakit
belum dilaksanakan secara optimal.
- SOP
Dari hasil pengkajian melalui kuesioner yang dibagikan kepada
setiap perawat pelaksana di ruang tulip ada 7 orang perawat yang
mengatakan bahwa ia terlibat dalam pembuatan Standar
Operasional Prosedur ruangan dengan persentase 35%, sedangkan
yang mengatakan tidak terlibat dalam pembuatan Standar
Operasional Prosedur (SOP) ruangan sebanyak 13 orang perawat
dengan persentase 65%. 20 orang perawat yang terlibat maupun
tidak terlibat dalam pembuatan SOP mengatakan sudah
melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan SOP yang
ditetapkan. Namun dari hasil observasi masih terdapat masalah
atau kekurangan dalam pelaksanaannya. Sebagai contoh yaitu
ketika melakukan injeksi perawat hanya membawa kapas alcohol
dan spuit yang berisi obat tanpa membawa bak instrument atau
kotak obat sebagai tempat obat.
b) Koodinasi (Pengarahan)
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar
mereka mampu bekerja secara optimal dalam melaksanakan tugas-
tugasnya sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki. Pengarahan
ini termasuk didalamnya adalah kejelasan komunikasi dan
pengembangan motivasi yang efektif. Pengarahan (actuating)
merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena
merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar
semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 114


berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah
ditetapkan semula dengan cara terbaik dan benar.
Masalah:
Dari hasil pengkajian melalui kuesioner yang dibagikan kepada setiap
perawat pelaksana di ruang tulip tentang tugas kepala ruangan dalam
fungsi pengarahan, ada 15 orang perawat yang mengatakan pernah
didelegasikan tugas oleh kepala ruangan dengan persentase 75%,
sedangkan yang mengatakan tidak pernah didelegasikan tugas oleh
kepala ruangan sebanyak 5 orang dengan persentase 25%. Kemudian
ada 14 orang perawat yang mengatakan tugas yang didelegasikan
didiskusikan terlebih dahulu dengan perawat dengan persentase 70%,
sedangkan yang mengatakan tugas pendelegasian tidak didiskusikan
sebanyak 6 orang dengan persentase 30%. Hal ini merupakan masalah
karena pelimpahan tugas dari kepala ruangan kepada perawat
pelaksana tidak serta merta hanya diberikan begitu saja tanpa ada
pengarahan sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa tugas kepala
ruangan dalam menjalankan fungsi pengarahan manajemen
keperawatan di ruang tulip belum dilakukan secara optimal.
7. Pelaksanaan MPKP
- Timbang Terima (Operan)
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan pasien.
Masalah:
Berdasarkan pengkajian melalui kuesioner terkait pelaksanaan
operan/timbang terima pasien, semua perawat pelaksana (20 orang)
mengatakan pelaksanaan operan atau timbang terima dilakukan pada
seluruh pasien disetiap pergantian shift dengan persentase 100%.
Dari hasil observasi, terlihat pelaksanaan timbang terima di ruang
tulip telah berjalan dengan semestinya yaitu dilakukan pada setiap
pergantian shift di tiap-tiap kamar pasien. Namun, ditemukan pula

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 115


beberapa masalah atau kekurangan dalam pelaksanananya, yaitu
antara lain:
1) Tidak dihadiri oleh semua perawat yang dinas/bertugas
2) Tahap persiapan kegiatan timbang terima berupa penyampaian
tentang keadaan pasien, masalah keperawatan dan rencana
tindakan secara menyeluruh tidak dilaksanakan di ruang perawat
(nurse station)
3) Tahap pelaksanaan kegiatan timbang terima hanya dilakukan
langsung kepada pasien (bed pasien). Tidak diawali dengan
pelaksanaan di ruang perawat (nurse station) terlebih dahulu.
- Pre dan Post Conference
Masalah:
Berdasarkan pengkajian melalui kuesioner pada perawat pelaksana
terkait pelaksanaan Pre Post Conference, ada 18 orang perawat,
mengatakan pelaksanaan Pre dan post conference dilakukan setiap
hari diruangan dengan persentase 90%, sedangkan 2 orang perawat
mengatakan tidak dilakukan Pre dan Post Conference setiap hari
dengan persentase 10%. Sedangkan Dari hasil wawancara kepada
ketua tim didapatkan informasi bahwa pelaksanaan pre dan post
conference di ruang tulip telah dilaksanakan. Namun dari hasil
observasi belum terlaksana secara maksimal. Hal ini ditandai dengan
masih adanya masalah sebagai berikut:
 Waktu pelaksanaan pre dan post conference belum terlaksana
sesuai dengan waktu yang telah disepakati.
 Penyampaian prioritas diagnosa atau masalah keperawatan belum
dilaksanakan dengan maksimal.
Beberapa perawat pelaksana dalam suatu shift yang ikut serta dalam
kegiatan pre conference tidak hadir tepat waktu, sehingga
pelaksanaan pre conference yang dipimpin oleh ketua tim mengalami
kemunduran atau tidak berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan sebelumnya. Begitu pula dengan kegiatan post conference,

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 116


dimana waktu pelaksanaan yang telah disepakati pada saat pre
conference oleh perawat yang bertugas tidak dilakukan sama sekali.
Selain waktu pelaksanaan, ditemukan pula masalah dalam jalannya
proses pre conference yaitu penyampaian perkembangan masalah
klien hanya difokuskan pada masalah medis saja, belum kepada
prioritas masalah atau diagnosa keperawatan yang sebaiknya
dijabarkan terlebih dahulu.
- Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu metode untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada
pasien dan kebutuhan pasien akan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat primer, konselor, kepala ruangan dan seluruh tim
keperawatan dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus
kegiatan.
Masalah:
Dari hasil pengkajian melalui pembagian kuesioner pada perawat
pelaksana terkait kegiatan Ronde Keperawatan, diperoleh 14 orang
perawat pelaksana mengatakan bahwa Ronde Keperawatan dilakukan
dilakukan setiap hari dengan persentase 70%, sedangkan 6 orang
perawat yang mengatakan pelaksanaan ronde keperawatan tidak
dilakukan setiap hari dengan presentase 30%. Hal ini dapat
disebabkan karena perawat belum mengetahui dan memahami apa itu
Ronde keperawatan dan bagaimana pelaksanaannya. Hal ini
ditunjukkan dengan masih ada beberapa perawat dengan latar
pendidikan DIII dan Sarjana Keperawatan. Semakin tinggi jenjang
pendidikan seseorang maka tingkat pengetahuannya pula semakin
baik. Waktu pelaksanaan ronde keperawatan tidak dilakukan setiap
hari melainkan hanya jika terdapat masalah keperawatan pada klien
yang belum teratasi meskipun telah dilakukan tindakan keperawatan
dan atau jika ditemukan kasus baru atau langka pada pasien.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 117


Maka dari itu, masalah yang didapatkan sehubungan dengan kegiatan
ronde keperawatan di ruang tulip adalah kurangnya pengetahuan
perawat tentang waktu pelaksanaannya.
- Presentasi Kasus
Masalah:
Dari hasil pengkajian melalui pembagian kuesioner kepada 20 orang
perawat di ruang tulip tentang perlunya pelaksanaan presentasi kasus
dalam sebulan sekali didapatkan hasil masih ada sebanyak 9 orang
perawat yang menjawab tidak perlu dilakukan. Salah satu tugas
kepala ruangan dalam fungsi perencanaan yaitu mengadakan diskusi
untuk pemecahan masalah. Presentasi kasus merupakan salah satu
kegiatan diskusi. Perawat pelaksana secara teratur diharapkan dapat
mempresentasikan kasus-kasus klien yang dirawatnya. Melalui kasus
ini PP dan PA dapat lebih mempelajari kasus yang ditanganinya
secara mendalam.
- Discharge Planning (Perencanaan Pulang)
Perencanaan pulang (Discharge Planning) merupakan salah satu
kegiatan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien di rumah
sakit yang akan memberikan dampak terhadap pemendekan lama
perawatan pasien di rumah sakit dan akan dapat menurunkan angka
kekambuhan pasien.
Masalah:
Berdasarkan pengkajian melalui kuesioner diperoleh 1 orang ketua
tim, mengatakan kadang-kadang dilakukan pertemuan dengan
keluarga/klien untuk membahas kondisi keperawatan klien dengan
persentase 33,3%, sedangkan 2 orang ketua tim mengatakan selalu
dilakukan pertemuan dengan keluarga/klien untuk membahas kondisi
keperawatan klien dengan persentase 45%. Kemudian diperoleh 1
orang ketua tim, mengatakan kadang-kadang dilakukan pemberian
pendidikan kesehatan pada keluarga/klien dengan persentase 33,3%,
sedangkan 1 orang ketua tim mengatakan sering dilakukan pemberian

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 118


pendidikan kesehatan pada keluarga/klien dengan persentase 33,3%.
Sedangkan 1 orang katim mengatakan selalu dilakukan pemberian
pendidikan kesehatan pada keluarga/klien dengan presentase 33,3%.
Discarge planning adalah kegiatan yang harus dilakukan pada setiap
pasien yang akan pulang yang berisi tentang pemberian edukasi
terkait obat-obatan, 7 benar dalam pemberian obat, penkes terkait
masalah-masalah kesehatan, dll. Namun dalam pelaksanaannya,
perencanaan pulang belum sesuai dan belum optimal. Seperti yang
didapatkan di ruang tulip, masalah atau kekurangan dalam
pelaksanaan discharge planning antara lain:
 Pelaksanaan perencanaan pulang hanya sekedar permintaan tanda
tangan oleh perawat kepada pasien melalui format atau lembaran
discharge planning yang berisi tentang hal-hal yang perlu
dilakukan pasien tanpa ada penjelasan mengenai isi dari lembar
tersebut kepada pasien.sebelumnya
 Pelaksanaan perencanaan pulang oleh beberapa perawat baru pada
tahapan-tahapan yang penting saja. Detail-detail kecil perencanaan
pulang seperti menginformasikan mengenai bagaimana manajemen
pemberian perawatan di rumah, informasi menyangkut obat-
obatan, nutrisi, aktivitas dan istirahat serta sumber pelayanan
kesehatan di sekitar rumah tidak disampaikan kepada pasien.
 Media discharge planning berupa leaflet yang tersedia di ruang
perawatan tidak digunakan dengan maksimal.
8. Supervisi
Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar
mengobeservasi, mendorong, memperbaiki, memerintah, mengevaluasi
secara terus menerus. Supervisi merupakan upaya untuk membantu
pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak yang disupervisi agar
mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan secara
efisien dan efektif supervisi. Supervisi keperawatan adalah kegiatan
pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 119


oleh supervisor mencakup pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan
dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.
Masalah:
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan di ruang tulip
didapatkan informasi bahwa supervisi telah dilakukan. Namun, fungsi
supervisi yang dilakukan belum maksimal karena pelaksanaannya tidak
langsung dilakukan oleh kepala ruangan di ruang perawatan yang ada
(tulip) dengan tujuan untuk menilai kinerja dari tim (ketua dan
anggota/perawat pelaksana) dalam melakukan asuhan keperawatan.
Kepala ruangan menjelaskan bahwa tugas sebagai supervisor di ruang
perawatan tulip dialihkan kepada pihak atau pelaksana supervisi yang
lain. Dalam pelaksanaannya supervisi sebaiknya dilakukan langsung oleh
kepala ruangan yang bersangkutan kepada perawat pelaksananya terkait
dengan jaminan mutu pelayanan keperawatan di ruangan.
9. Kepuasan kerja Perawat
Tim keperawatan merupakan tim kesehatan garda depan yang
menghadapi masalah kesehatan pasien selama 24 jam secara terus
menerus, oleh karena itu kepuasan kerja perawat merupakan sasaran
penting dalam manajemen sumber daya manusia, karena secara langsung
atau tidak langsung dapat mempengaruhi produktivitas kerja yang pada
akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan kepada
pasien.
Masalah:
Berdasarkan pengkajian melalui kuesioner mengenai kepuasan kerja
perawat, ada 3 orang perawat mengatakan tidak setuju jika perawat yang
bekerja lebih keras memperoleh insentif yang memadai dengan presentase
15%, 3 orang perawat mengatakan sangat tidak setuju jika perawat yang
bekerja lebih keras memperoleh insentif yang memadai dengan presentase
15%. Kemudian ada 6 orang perawat yang mengatakan gaji yang ia
terima tidak sesuai dengan pekerjaannya. Hal ini berdampak pada asuhan
keperawataan yang diberikan kepada pasien. 6 orang keluarga/pasien

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 120


yang dibagikan kuesioner mengatakan tidak memperoleh penjelasan yang
memuaskan terkait penyakit/ masalah kesehatannya.
Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja, menurut
Munandar (2001) menyatakan faktor tersebut antara lain karakteristik
pekerjaan, gaji, penyediaan, rekan sejawat yang menunjang dan kondisi
kerja yang menunjang. Menurut Greenberg & Baron  (2003) ada dua
kelompok faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor pertama
yaitu faktor organisasi yang berisi kebijaksanaan perusahaan dan iklim
organisasi. Faktor kedua yaitu faktor individual atau karakteristik
karyawan. 
Kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
produktivitas organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ketidakpuasan merupakan titik awal dari masalah-masalah yang muncul
dalam suatu organisasi. Seperti hal nya diatas bahwa kepuasan kerja
menurun Karena insentif yang diberikan tidak sesuai dengan harapan
mereka, sehingga berdampak pada pelayanan kesehatan yang diberikan.

D. SKORING DAN PRIORITAS MASALAH


Masalah yang ditemukan :
1. Tidak Efektifnya fungsi perencanaan kepala ruangan di ruang perawatan
tulip ditandai dengan :
a. Tidak terdapatnya visi misi ruangan
b. Tidakefisiennya pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan SOP
yang ada
c. Ketidakefektifannya pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan sesuai dengan SAK yang ada
2. Tidakefektifnya fungsi pengarahan oleh kepala ruangan ditandai dengan:
Proses pendelegasian yang tidak maksimal
3. Tidak efektifnya tugas kepala ruangan sebagai supervisor dalam
melakukan supervisi ditandai dengan : Kepala ruangan tidak melakukan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 121


supervisi langsung pada perawat pelaksana melainkan menyerahkan
pelaksanaan supervisi kepada tim pengawas rumah sakit.
4. Belum efektifnya fungsi pre dan post confrence diruangan tulip ditandai
dengan
a. Pre confrence dilakukan kurang maksimal sesuai dengan waktu dan
standart pelaksanaannya
b. Post confrence hanya dilakukan pada waktu tertentu
5. Kurang efektifnya pelaksanaan Ronde Keperawatan ditandai dengan :
Hasil pengisian kuesioner perawat pelasana yang mengatakan
6. Kurang efektifnya pelaksanaan disharge planning pada pasien dan
keluarga ditandai dengan :
a. Pendidikan kesehatan yang kurang maksimal dilaksanakan serta
penggunaan media leaflet yang kurang di optimalkan
7. Kurangnya kepuasan kerja perawat ditandai dengan pemberian insentif
yang tidak sesuai dan berdampak terhadap pelayanan yang diberikan
ditandai dengan :
a. Terdapat sebanyak 6 perawat yang memberikan jawaban tidak setuju
dan 3 perawat lainnya dengan jawaban sangat tidak setuju terhadap
penyataan jika gaji yang diterima tidak sesuai dengan pekerjaan dan
harapan perawat (Pernyataan No. 31 pada kuesioner)
b. Terdapat sebanyak 3 perawat yang memberikan jawaban tidak setuju
dan 3 perawat lainnya dengan jawaban sangat tidak setuju terhadap
penyataan jika perawat yang bekerja lebih keras memperoleh insentif
yang memadai (Pernyataan No. 35 pada kuesioner)
c. Terdapat 6 pasien yang memberikan jawaban tidak pernah serta 3
pasien yang mejawab jarang mendapat penjelasan yang tepat dari
perawat tentang kondisi penyakitnya ( Kuesioner kepuasan pasien no.
6)
d. Terdapat 5 pasien yang memberikan jawaban tidak pernah dan 2
pasien yang menjawab jarang untuk pernyataan bahwa perawat

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 122


memberikan penjelasan tena]tang bagaimana cara meningkatkan
kesehatan
Tabel 3.29 Skoring Masalah
No Masalah M S Mn Nc Af Total

1. Tidak Efektifnya fungsi 3 5 5 3 5 1125


perencanaan kepala
ruangan
2. Tidakefektifnya fungsi 2 4 3 3 4 288
pengarahan oleh kepala
ruangan
3. Tidak efektifnya tugas 3 3 3 3 3 243
kepala ruangan sebagai
supervisor
4. Belum efektifnya fungsi 4 5 4 3 5 1200
pre dan post confrence
5. Kurang efektifnya 3 4 3 3 4 432
pelaksanaan Ronde
Keperawatan
6. Kurang efektifnya 1 3 3 3 4 108
pelaksanaan disharge
planning pada pasien dan
keluarga
7. Kurangnya kepuasan kerja 2 4 4 3 4 384
perawat ditandai dengan
pemberian insentif yang
tidak sesuai dan berdampak
terhadap pelayanan yang
diberikan

Berdasarkan perhitungan skoring masalah, ditemukan :


1. Belum efektifnya fungsi pre dan post confrence diruangan tulip
2. Tidak Efektifnya fungsi perencanaan kepala ruangan di ruang
perawatan tulip
3. Kurang efektifnya pelaksanaan Ronde Keperawatan
4. Kurangnya kepuasan kerja perawat ditandai dengan pemberian insentif
5. Tidakefektifnya fungsi pengarahan oleh kepala ruangan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 123


6. Tidak efektifnya tugas kepala ruangan sebagai supervisor dalam
melakukan supervisi
7. Kurang efektifnya pelaksanaan disharge planning pada pasien dan
keluarga

E. SKORING DAN PRIORITAS ALTERNATIF PEMECAHAN


MASALAH
a. Mengadakan visi misi ruangan dalam Bentuk banner (Ditolak)
b. Kepala ruangan untuk lebih meningkatkan peran supervisi baik dalam
mengarahkan, membimbing, memotivasi dan mengawasi perawat
pelaksana
c. Role play manajemen keperawatan yang meliputi :
 Peran sebagai kepala ruangan, perawat primer dan perawat supervisor
 Pre & post comference serta operan jaga
 Supervisi
 Ronde keperawatan
 Discharge Planning dan pendidikan kesehatan pada pasien rencana
pulang

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 124


BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan kegiatan yang dilaksanakan sebelum
membuat dan melaksanakan program kerja. Pengumpulan data dilakukan pada
minggu pertama sebelum menyusun program kerja. Kegiatan ini dilakukan
tanggal 13-15 Maret 2017. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
membagikan kuesioner pada kepala ruangan, ketua tim, perawat pelaksana dan
pasien serta observasi secara langsung di Ruang Tulip RSUD Syekh Yusuf
Gowa.
Pengumpulan data dilakukan bertujuan selain untuk mengetahui
karakteristik lingkungan praktek manajemen juga untuk mengetahui masalah
manajemen apa yang terdapat pada Ruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa.

B. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan pada tanggal 15-16 Maret 2017, pengolahan
data dilakukan untuk mempermudah dalam mengidentifikasi masalah
manajemen yang ada di Ruang Tulip RSUD Syekh Yusuf Gowa.

C. Seminar Awal
Seminar awal dilakukan pada tanggal 17 Maret 2017 di Aula CSSD
Rumah Sakit Umum Syekh Yusuf Gowa.

D. Perencanaan Program Kerja


Perencanaan program kerja dilakukan setelah melakukan skoring
masalah terhadap data yang telah dikumpulkan. Adapun Program Kerja yang
telah direncanakan dan disepakati bersama adalah sebagai berikut :
1. Role Play
a. MPKP
- Pre dan Post Comfrence
- Operan/Timbang Terima

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 125


b. Ronde Keperawatan
c. Supervisi
d. Discharge Planning atau Pendidikan Kesehatan
2. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dengan pengadaan map obat
pasien dan gantungan handrub
E. Pelaksanaan Program Kerja
1. Metode
a. Pre dan Post Comfrence
Pre dan Post Comfrence dilakukan pada tanggal 20-25 Maret 2017. Pre
dan post comfrence dilakukan dengan tujuan untuk menginformasikan
kondisi pasien pada perawat pelaksana yang akan bertugas serta
mengevaluasi intervensi yang telah diberikan pada setiap shiftnya.
b. Operan Keperawatan
Operan (Timbang Terima) dilakukan pada tanggal 20-25 Maret 2017.
Operan dilakukan dengan tujuan menyampaikan kondisi dan kedaan
pasien, serta menyampaikan hal yang sudah atau belum dilakukan
dalam asuhan keperawatan pasien kepada perawat pelaksana dalam
pergantian shift jaga.
c. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan dilakukan pada tanggal 31 Maret 2017. Ronde
keperawatan dilakukan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah
keperawatan pasien yang belum teratasi dengan melibatkan pasien,
kepala ruangan, perawat primer, dan konselor perawat.
d. Supervisi
Supervisi Keperawatan dilakukan pada tanggal 30 Maret 2017.
Supervisi keperawatan dilakukan bertujuan untuk mempelajari dan
memperbaiki mutu pelayanan secara bersama-sama.
e. Discharge Planning
Discharge Planning dilakukan mulai tanggal 29 Maret 2017. Discharge
planning dilakukan pada setiap pasien akan pulang. Pelaksanaan
discharge planning belum dilakukan secara optimal karena dilakukan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 126


hanya dengan memberikan brosur tanpa disertakan dengan leaflet yang
meliputi penjelsan penyakit yang terkait dengan pasien.
2. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Peningkatan kualitas Pelayananan dilakukan dengan cara
menyediakan format pengambilan Obat bagi pasien sesuai kamar dan bed
masing-masing di Ruang Tulip lantai 2 dan 3 RSUD Syekh Yusuf Gowa.

F. Evaluasi Program Kerja


1) Pelaksanaan Role Play MPKP dengan Metode TIM mencakup:
a) Role Play Pre Confrence
Dilaksanakan sebleum melakukan asuhan keperawatan pada pasien di
awal waktu shift selama seminggu mulai dari tanggal 20-25 Maret
2017. Role Play pre confrence dilaksanakan setelah operan/timbang
terima untuk membahas rencana tindak lanjut terkait asuhan
keperawatan yang diberikan dan membagi penugasan kepada perawat
pelaksana/perawat assosiate oleh ketua tim dan atau penanggung jawab
shift.
- Faktor Pendukung :
Kepala ruangan dan Ketua Tim ikut berperan serta , membimbing
dan memberi saran atau masukan pada mahasiswa dalam
pelaksanaan role play pre confrence sebelum memulai jadwal dinas
setiap harinya.
- Faktor Penghambat :
Tidak ditemukan adanya faktor penghambat dalam pelaksanaan
role play pre confrence.
b) Role Play Post Confrence
Dilaksanakan setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien
diakhir shift selama seminggu mulai dari tanggal 20-25 Maret 2017.
Role Play pre confrence dilaksanakan sebelum operan/timbang terima
untuk membahas hasil dari kegiatan yang sudah dilakukan oleh
angggota tim atau perawat pelaksana, dan mengevaluasi kelengkapan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 127


dokumentasi asuhan keperawatan. Mahasiswa yang berperan sebagai
ketua tim dan atau penanggung jawab shift membuka post comfrence
dan menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien kepada perawat
pelaksana. Selain itu ketua tim atau penanggung jawab shift juga
menanyakan kendala yang dihadapi perawat pelaksana dalam
memberikan asuhan keperawatan dan tindak lanjut dari pasien yang
akan dioperkan ke shift berikutnya.
- Faktor Pendukung :
Kepala ruangan dan Ketua Tim ikut berperan serta , membimbing
dan memberi saran atau masukan pada mahasiswa dalam
pelaksanaan role play post confrence.
- Faktor Penghambat :
Tidak ditemukan adanya faktor penghambat dalam pelaksanaan
role play pre confrence.
c) Role Play Operan atau Timbang Terima
Dilaksanakan setiap pergantian shift selama seminggu dari tanggal 20-
25 Maret 2017. Mahasiswa berperan sebagai kepala ruangan, ketua
tim dan perawat pelaksana secara bergantian setiap hari. Jadwal dinas
terbagi atas tiga shift, yaitu pagi, siang dan malam. Operan atau
timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan di shift pagi sedangkan
di shift siang dan malam dipimpin oleh penanggung hawab shift.
Ketua Tim atau penanggung jawab shift melaporkan jumlah pasien
dan tingkat kebutuhan dari pasien, serta memberikan kesempatan pada
perawat pelaksana untuk menyampaikan kondisi atau keadaan pasien,
seperti diagnosa medis, diagnosa keperawatan, tujuan yang sudah
dicapai, tindakan yang sudah dilakukan dan hasil asuhan keperawatan,
serta menyampaikan rencana tindak lanjut untuk shift berikutnya.
- Faktor Pendukung :
o Respon yang baik dari kepala ruangan, ketua tim dan perawat
pelaksana

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 128


o Kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana berperan
serta dalam kegiatan secara aktif.
o Kepala ruangan dan ketua tim telah membimbing dan memberi
saran atau masukan pada mahasiswa dalam pelaksanaan role
play operan.
- Faktor Penghambat :
Masih terdapat perawat pelaksana yang tidak ikut dalam operan
atau timbang terima dikarenakan terlambat dan mengikuti visite
dokter.
d) Role Play Discharge Planning
Role Play Discharge Planning dilaksanakan pada saat perencanaan
pasien pulang pada tanggal 24 Maret 2017. Mahasiswa yang berperan
sebagai ketua tim dan atau penanggung jawab shift bersama dengan
perawat pelaksana melakukan discharge planning dengan mengisi
form discharge planning mulai dari keadaan umum klien saat pulang,
obat-obatan yang masih diminum dan sisa obat yang ada, tindakan
perawatan dirumah dan pendidikan kesehatan yang diberikan. Ketua
tim atau perawat primer mengisi form discharge planning sebanyak 1
lembar sebagai dokumentasi di status pasien,
Faktor pendukung:
1. Respon yang baik dari kepala ruangan dan ketua tim
2. Ketua tim membimbing atau memberi saran dalam pelaksanaan
discharge planning
Faktor Penghambat:
Perawat pelaksana ruangan kurang berperan dalam pelaksanaan
discharge planning kepada pasien yang direncanakan pulang.
e) Role Play Supervisi
Dilaksanakan pada hari jumat, tanggal 31 maret 2017 pada
pasien Ny. H dengan diagnosa medis intoksikasi. Supervisi yang
dilakukan adalah sejenis supervisi klinis yaitu melepas infus dan
pemberian pendidikan kesehatan (Edukasi). Mahasiswa yang berperan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 129


sebagai kepala ruangan dan ketua tim sebagai supervisor. Sedangkan
yang disupervisi adalah yang berperan sebagai perawat
pelaksana/perawat assosiate. Supervisor memberikan reward berupa
ucapan pujian sebelum memberikan masukan. Adapun saran dan
masukan yang diberikan adalah mengenai validasi data dan teknik
desinfeksi yang dilakukan.
Faktor pendukung :
o Respon yang baik dari kepala ruangan dan ketua tim
o Ketua tim membimbing atau memberi saran dan masukan.
Faktor penghambat :
Tidak ada faktor penghambat dalam pelaksanaan supervisi
keperawatan.
f) Role Play Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 31 Maret
2017 bertempat di ruang perawatan tulip lantai II kamar II F Bed 1
yang berlangsung selama 60 menit pada Ny”H” berusia 49 tahun
dengan diagnosa medis Diabetes Mellitus. Adapun diagnosa
keperawatan pada Ny. H adalah:
1) Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan gangguan
sirkulasi ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah.
2) Resiko Infeksi dengan faktor resiko adanya luka terbuka pada pipi
kiri disertai pengeluaran pus
Sebelum pelaksanaan ronde dilakukan, penentuan permasalahan
berdasarkan keluhan pasien telah dilakukan beberapa hari
sebelumnya. Dalam pelaksanaannnya, seluruh tim yang terlibat dalam
kegiatan ronde mendiskusikan keluhan pasien, menyampaikan
intervensi yang telah dilakukan, memaparkan saran serta memberikan
edukasi kepada pasien terkait hal-hal yang tidak boleh dilakukan.
Permasalahan yang dialami pasien Ny.H adalah gula darah yang
terus naik dan luka di pipi yang tidak kunjung sembuh. Dari hasil
diskusi disimpulkan bahwa pengaturan diet pasien belum dilakukan,

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 130


maka dari itu disarankan untuk kemudian berkolaborasi dengan tim
ahli gizi untuk mengatur jenis dan jadwal makanan pasien. Selain itu,
intervensi perawatan luka akan terus dilakukan, pasien juga diberikan
pendidikan kesehatan mengenai nutrisi dan pola hidup pasien DM.
- Faktor pendukung :
Berjalannya ronde keperawatan dengan tertib yang diikuti oleh
beberapa staf yang terdiri atas: Kepala Ruangan, Ketua TIM, dan
Perawat Pelaksana, yang juga berperan aktif dalam memberikan
bimbingan yang berupa masukan untuk perbaikan pelaksanaan role
play ronde keperawatan.
- Faktor Penghambat :
Berupa kurangnya pasien yang memenuhi kriteria untuk digunakan
dalam melaksanakan ronde keperawatan.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 131


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengkajian data yang dilakukan pada tanggal 13- 16 Maret 2017 dengan
menggunakan kuesioner, wawancara dan dari hasil analis ditemukan 6
masalah yang perlu dilakukan diruang Tulip antara lain Belum efektifnya
fungsi pre dan post confrence diruangan tulip, Tidak Efektifnya fungsi
perencanaan kepala ruangan di ruang perawatan tulip, Kurang efektifnya
pelaksanaan Ronde Keperawatan, Kurangnya kepuasan kerja perawat
ditandai dengan pemberian insentif, Tidakefektifnya fungsi pengarahan
oleh kepala ruangan, Tidak efektifnya tugas kepala ruangan sebagai
supervisor dalam melakukan supervisi, Kurang efektifnya pelaksanaan
disharge planning pada pasien dan keluarga.
2. Model yang digunakan dalam asuhan keperawatan di ruang Tulip yakni
model TIM dengan pembagian tim menjadi 2 kelompok besar yang
diketuai oleh kepala tim dan beberapa perawat pelaksana sebagai anggota.
3. Kegiatan manajemen dilakukan dengan mengikuti standar operasional
prosedur dengan rutinitas kegiatan antara lain Timbang Terima, Pre dan
Post konference, Ronde keperawatan, Supervisi Keperawatan, dan
Discharge planning.

B. Saran
Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan, adapun saran yang dapat diberikan
yakni :
1. Pimpinan / Direktur Rumah Sakit
a) Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai bagi ruang perawatan
demi peningkatan kualitas pelayanan keperawatan
b) Memberikan dukungan dan kesempatan serta kemudahan bagi profesi
keperawatan untuk mengembangkan profesi ilmu.
2. Kepala bidang Keperawatan

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 132


a) Melakukan supervisi secara teratur ke ruangan agar kemampuan
yang sudah terbentuk menjadi budaya kerja yang terus dipertahankan
dan ditingkatkan, memberi pujian terhadap hasil yang telah dicapai
untuk meningkatkan motivasi dan kualitas kerja perawat.
b) Memberikan pengayaan fungsi manajerial bagi kepala ruangan
terutama pada fungsi pengawasan.
3. Kepala Ruangan dan Ketua Tim
a) Kepala ruangan dan ketua tim hendaknya melakukan bimbingan
kepada perawat pelaksana untuk pembuatan rencana harian dan
dokumentasi asuhan keperawatan.
b) Melakukan audit keperawatan atau dicharge planing secara berkala
pada pasien yang akan pulang atau dalam proses perawatan.
c) Melakukan supervisi baik mengarahkan, membimbing dan mengawasi
perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan
4. Perawat Pelaksana
a) Membudayakan kegiatan yang telah dilaksanakan dan menjadikan
suatu rutinitas kegiatan.
b) Membudayakan membaca dan menulis asuhan keperawatan pasien
c) Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan untuk menunjang
profesionalisme perawat.
5. Mahasiswa praktek yang akan datang diharapkan dapat mengevaluasi
hasil pemberian program manajemen yang telah dilakukan sebelumnya,
khususnya di ruang percontohan MAKP (Metode TIM) dan menambah
kegiatan lain yang belum dapat dilaksanakan seperti: rencana mingguan,
bulanan, dan ronde keperawatan serta menyempurnakan format
pengkajian dan rencana intervensi yang sudah ada.

Laporan Manajemen Keperawatan NERS UMIPage 133

Anda mungkin juga menyukai