Anda di halaman 1dari 11

HIPERTENSI

A. KONSEP DASAR MEDIS


a. Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic di
atas 90 mmHg.
Pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik
160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg.
Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mortalitas pematur yang
meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan sistolik dan diastolik.
b. Etiologi
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan
gagal ginjal.disebut sebagai pembunuh diam-diam, karena orang
dengan hipertensi sering tidak menapakkan gejala .
Hipertensi disebabkan oleh gangguan emosi, obesitas, komsumsi
alcohol yang berlebihan, dan rangsangan kopi yang berlebihan kopi,
tembakau dan obat-obatan yang merangsang dapat berperan di sini,
tetapi penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan. Penyakit
ini lebih banyak menyerang wanita daripada pria, tetapi priakhususnya
pria Amerika keturunan Afrika, lebih tidak mampu mentoleransi
penyakit ini. diAmerika serikat, insidensi hipertensi meningkatsesuai
proses penuaan dan insidens pada orang Amerika keturunan Afrika
jauh melebihi orang kulit putih.
Tingginya tekanan darah yang lama tentu saja akan merusak
pembuluh darah di seluruh tubuh, yang paling jelas pada mata,
jantung, ginjal dan otak.maka konsekuensi yang biasa pada
hipertensiyang lama tidak terkontroladalah gangguan penglihatan,
oklusi koroner, gagal ginjal dan stroke. Selain itu jantung membesar
karena di paksa meningkatkan beban kerja saat memompa
melawantingginya tekanan darah. Hipertrofi ini dapat diperiksa dengan
elektro kardiogram atau sinar-X pada dada.
Peningkatan tahanan perifer yang di kontrol pada tingkat arteriola
adalah dasar penyebab tingginya tekanan darah. Penyebab tingginya
tekanan darah tersebut belum banyak diketahui. Tetapi obat-obat di
tujukan untukmenurunkan tekanan perifer untuk menurunkan tekanan
darah dan mengurangi stress pada system vaskuler.
c. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla diotak. Pada pusat
vasomotor ini bermulajaras saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor di
hantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui
sisyem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini. Neuron
preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglionke pmbuluh darah, dimana dengan di lepaskannya
norepinefrin mengakibatkan konstruksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitive terhadap norefinefrin. Meskipun tidak di
ketahui dengan jelas mengapa hal tersebut biasa terjadi.
Pada saat bersamaan di mana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya. Yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angitensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonsriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensin natrium dan air oleh
tubulus ginjal, menyebabkan volume intravaskuler. Semua factor
tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
d. Manifestasi Klinis
Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala, bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi
pada otak dan jantung, gejala yang sering ditemukan yaitu:
- Nyeri kepala hebat saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan
muntah akibat peningkatan tekanan intrakranium.
- Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
- Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan
saraf pusat.
- Telinga berdengung
- Berat ditengkuk (kaku kuduk)
- Sukar tidur
e. Penatalaksanaan Medik
Tujuan tiap penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan daerah di bawah 140/90 mmHg. Efektivitas
sebagai program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya
perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Algoritma penangan yang di keluarkan oleh joint national on
Detection, Evaluation and treatment of high Blood pressure
memungkinkan dokter memilih kelompok obat yang mempunyai
efektivitas tertinggi, efek samping paling kecil, dan penerimaan serta
kepatuhan pasien. Dua kelompok obat tersedia dalam terapi pilihan
pertama; diuretika dan penyekat beta. Apabila pasien dengan hipertensi
ringan sudah terkontrol selama setahun, terapi dapat diturunkan. Agar
pasien mematuhi regimen terapi yang diresepkan, maka harus dicegah
dengan pemberian jadual terapi obat-obatan yang rumit.
f. Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh sangat penting.
Retina harus diperiksa dan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
mengkaji kemungkinan adanya kerusakan organ, seperti ginjal atau
jantung, yang dapat disebabkan oleh tingginya tekanan darah.
Hipertrifi ventrikel kiri dapat dikaji dengan elektrokardiografi, protein
dalam urin dapat dideteksi dengan urinalisa. Dapat terjadi
ketidakmampuan untuk mengkonsentrasi urin dan penungkatan
nitrogen urea darah. Pemeriksaan khusus seperti renogram, pielogram
intravena, arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah, dan
penentuan kadar urin juga dilakukan untuk mengidentifikasi pasien
dengan penyakit renovaskuler. Adanya factor resiko lainnya juga harus
dikaji dan di evaluasi.
g. Komplikasi
Sebagai akibat yang berkepanjangan adalah
 Insufisiensi koroner dan pengambatan
 Kegagalan jantung
 Kegagalan ginjal
 Gangguan pernafasan
h. Penatalaksanaan
- Non-farmakologis
Pembatasan natrium, penurunan BB/latihan, pembatasan alcohol,
penghentian merokok, menghilangkan stress
- Farmakologik
Sesuai dengan rekomendasi WHO/ISH dengan mengingat kondisi pasien,
sasarkan pertimbangan dan prisif sebagai berikut:
a. Mulai dosis rendah yang tersedia, naikkan bila respon belum belum
optimal, contoh agen beta bloker ACE.
b. Kombinasi dua obat, dosis rendah lebih baik dari pada satu obat dosis
tinggi. Contoh: diuretic dengan beta bloker.
c. Bila tidak ada respon satu obat, respon minim atau ada efek samping
ganti DHA yang lain
d. Pili yang kerja 24 jam, sehingga hanya sehari sekali yang akan
meningkatkan kepatuhan.
e. Pasien dengan DM dan insufistensi ginjal terapi mula lebih dini yaitu
pada tekanan darah normal tinggi.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Riwayat Keperawatan
 Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup
monoton.
Tanda : Frekuensi jantung meningkat,perubahan irama
jantung, Takipnea.
 Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung koroner/katup
Tanda : Kenaikan TD ( pengukuran serial dari kenaikan
tekanan darah diperlukan untuk menegakkan diagnosis.
 Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi,
euphoria, atau marah kronik.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan
kontinu perhatian,tangisan yang meledak
 Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu
 Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang di sukai, yang dapat mencakup
makanan yang tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol.
Tanda : Berat badan normalatau obesitas, adanya edema.
 Neurosensori
Gejala : Keluhan penin/pusing,Berdenyut, sakit kepala
suboksipital
Tanda : Status mental: perubahan keterjagaan, orientasi,
pola/isi bicara, efek pikir
Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman
tangan
 Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit
kepala oksipital berat, nyeri abdomen
 Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
Takipnea,ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal.
Batuk dengan/ tanpa pembenukan sputum
Riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi/penggunaan otot aksesori
pernapasan.
Bunyi napas tambahan
Sianosis
 Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan
Episode parestesia unilateral transien
Hipotensi postural
 Pembelajran/Penyuluhan
Gejala : Faktor-faktor resiko keluarga: hipertensi, penyakit
katup jantung, diabetes mellitus,penyakit ginjal.
Pertimbangan : DRG mernunjukkan rerata lamanya
dirawat: 4,2 hari
Rencana pemulangan : Bantuan dengan pemantauan diri
TD Perubahan dalam terapi obat
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
iskemia miokardia
2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan vaskular serebral
3. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pola hidup monotom
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan
iskemia miokardia
 Pantau TD
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah
vaskular.
 Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis, dam
femoralis mungkin terpalpasi, denyut pada tungkai mungkin
menurun.
 Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat
karena adanya hipertrofi atrium,perkembangan S3
menunjukkanhipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi
 Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian
kapiler
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa
pengisian kapiler lambat mungkin berkaitan dengan
vasokonstriksi atau mencerminkan penurunan curah jantung.
 Catat edema umum/tertentu
Rasional : Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan
atau vascular
2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan vaskular serebral
 Mempertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi/peningkatan relaksasi
 Berikan tindakan farmakologi untuk menghilangkan sakit
kepala
Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler
serebral dan memperlambat/memblok respons simpatis efektif
dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya
 Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Rasional : Pusing dan penglihatan kabur sering berhubungan
dengan sakit kepala
 Berikan cairan , makanan lunak, perawatan mulut yang teratur,
bila terjadi perdarahan hidungdan kompres hidung telah di
lakukanuntuk menghentikan perdaraha
Rasional : Meningkatkan kenyamanan umum, kompres
hidung dapat mengganggu menelan atau membutuhkan napas
dengan mulut, menumbulkan stagnasi sekresi oral dan
mengeringkan membrane mukosa.
Kolaborasi
 Berikan sesuai indikasi Analgesik
Rasiuonal : menurunkan/mengontrol nyeri dan menurunkan
rangsang system saraf simpatis
3. Perubahan nurisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pola hidup monotom
 Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara
hipertensi dan kegemukan
Rasional : Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan
darah tinggi karena disporsi antara kapasitas aorta dan
peningkatan curah jantung berkaitan dengan peningkatan masa
tubuh
 Bicarakan pentingya menurunkan masukan kalori dan batasi
masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi
Rasional : Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya
aterosklerosis dan kegemukan yang merupakan predisposisi
untuk hipertensi dan komplikasinya
 Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
Rasional : Motivasi untuk penurunan berat badan adalah
internal. Individu harus berkeinginan untuk menurunkan berat
badan, bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.
 Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistic dengan
pasien
Rasional : Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak
500 kalori per hari secara teori dapat menurunkan berat badan
0,5 kg/minggu.
 Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan
harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan
perasaan sekitar saat makanan dimakan
Rasional : Memberikan data dasar tentang keadekuatan
nutrisi yang dimakan, dan kondisi emosi saat makan.
4. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Aktivitas klien tidak terganggu dengan kriteria hasil
 Peningkatan dalam toleransi aktivitas
 Tanda vital dalam batas normal
Intervensi dan Rasional
 Kaji respon klien terhadap aktivitas
Rasional : menetukan pilihan intervensi selanjutnya
 Observasi tanda-tanda vital
Rasional : mengetahui parameter membantu dan mengkaji
respon fisiologi terhadap aktivitas
 Observasi adanya nyeri dada, pusing keletihan dan pingsan.
Rasional : bila terjadi indikator, keletihan kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktivitas
 Ajarkan cara penghematan energi
Rasional : membantu keseimbangan antara suplai dan
kebutuhan O2
 Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas.
Rasioanal : kemajuan aktivitas terhadap mencegah
meningkatnya kerja jantung tiba-tiba.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperwatan Medikal Bedah. Vol.2. EGC : Jakarta.

Sylvia A. Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses –proses Penyakit.


Vol.2. Ed.6. EGC : Jakarta.

Marilynn E Doenges. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. EGC :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai