KEPERAWATAN MANAJEMAN
DISUSUN OLEH
DEWI ASTUTI
A. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan
suatu kegiatan di organisasi yang mencakup kegiatan koordinasi dan supervise terhadap staf,
sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam 2014).
Manajemen keperawatan adalah cara untuk mengelola sekelompok perawat dengan
menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk dapat memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan kepada klien secara professional (Gillies, dalam Nursalam 2014).
Prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan oleh perawat klinis, perawat kepala, pengawas,
direktur dan tingkat eksekutif di bidang keperawatan. Tapi pada dasarnya, prinsip
manajemen yang diterapkan adalah sama. Lima elemen besar dari teori manajemen seperti
perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan dan pengendalian. Seluruh aktivitas
manajemen serta sumber daya yang ada bergerak secara simultan untuk mencapai output
yang diinginkan. Adapun output yang diinginkan dalam proses manajemen keperawatan
adalah resolusi masalah keperawatan sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan
yang efektif kepada klien, keluarga, dan masyarakat. Aktifitas ini dilakukan secara mandiri
dan saling ketergantungan.
B. Fungsi-Fungsi Manajemen
Dalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading),
pengendalian (controling) aktifitas-aktifitas keperawatan (Swanburg, 2000). Pada dasarnya
manajemen keperawatan adalah proses dimana seorang perawat menjalankan profesi
keperawatannya. Segala bentuk dari organisasi perawatan kesehatan memerlukan manajemen
keperawatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berikut ini adalah pembahasan fungsi-
fungsi manajemen secara lebih mendalam, yaitu :
1. Fungsi Perencanaan
Menurut Fayol didalam Swansburg (2000) mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan
manajemen adalah membuat suatu rencana untuk memberikan pandangan kedepan.
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang penting karena mengurangi risiko
pembuatan keputusan yang kurang tepat atau membantu mengantisipasi jika suatu proses
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Perencanaan juga dapat menolong pekerja-pekerja
mencapai kepuasan dalam bekerja.selain itu perencanaan juga membantu penggunaan
waktu yang efektif.
2. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan mencapai
objektif, menentukan cara untuk pengorganisasian aktivitas yang tepat dengan unit
lainnya baik secara vertikal maupun horisontal yang bertanggungjawab untuk mencapai
objektif organisasi (Swansburg, 2000).
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang dijalankan, misalnya
seorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya, jadi antara satu dengan
yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan
perannya.
Kepala Ruangan
Pasien
a. Metode Tim
Metoda ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam
memberikan askep terhadap pasien. Perawat dibagi menjadi 2-3 grup yang terdiri
dari tenaga profesional teknikal pembantu dalam satu grup kecil yang saling
membantu dengan jumlah tenaga 5 orang dalam satu tim.
a) Konsep metoda tim:
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai
teknik kepemimpinan
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana dan
pelaksanaan pemberian pelayanan keperawatan terjamin
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4) Peran kepala ruangan penting dalam model ini model tim akan berhasil baik
bila di dukung oleh KARU.
b) Tanggung jawab ketua tim
1) Membuat perencanaan
2) Membuat koordinasi, penugasan, supervisi,dan evaluasi
3) Mengenal atau mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
c) Tanggung jawab anggota tim
1) Memberikan askep kepada pasien sesuai tanggung jawab secara langsung
2) Kerja sama antar anggota tim dan antar tim
3) Memberikan laporan
4) Mengembangkan kepemimpinan anggota
5) Menyelenggarakan konferensi selama 15-20 menit setiap hari untuk
pengembangan dan revisi rencana askep
d) Kelebihan metode tim
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di atasi dan
memberikan kepuasan kepada anggota tim
e) Kekurangan metode tim
Komunikasi antar tim bisa membutuhkan waktu dimana sulit melaksanakan di
waktu sibuk.
Bagan 2.2
Skema Model TIM
Kepala Ruang
Pasien Pasien
Bagan 2.3
Skema Model TIM
Primary Nurse
Pasien
Tugas Gilir Sore Tugas Gilir Malam Tugas Gilir Sesuai Kebutuhan
Catatan :
Waktu perawatan menurut Gillies(1989) :
a) Waktu perawatan langsung
Self care = ½ x4 jam = 2 jam
Partial care = ¾ x4 jam = 3 jam
Total care = 1 – 1½ x4 jam = 4-6 jam
Intensivecare = 2 x 4 jam = 8 jam
Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
b) Waktu perawatan tak langsung = 38 menit/klien/hari
c) Waktu penyuluhan = 15 menit/klien/hari
Ratio perawat ahli : trampil = 55 % :45 %
Proporsi dinas pagi : 47 %
sore : 36 %
malam :17 %
2) Rumus Douglas
∑ perawat = ∑ pasien x derajat ketergantungan
Tabel2.1
Derajat KetergantunganKlien
Cara perhitungan:
a) Hitung jumlah perawat yang tersedia
Σ jam perawat =A
Jam kerja efektif per shift
b) Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hari besar dan tugas- tugas
non keperawatan
Σ hr minggu/th +cuti+ hr besar x hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif
c) Tugasnon keperawatan
Jumlah tenaga keperawatan + B x 25% = C
d) Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A=B=C
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satua spek dari fungsi kepegawaian. Kepegawaian adalah
perhimpunan dan persiapan pekerjan yang dibutuhkan untuk melakukan misi dari
sebuah organisasi. Penjadwalan adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur
mendatang untuk pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu personil yang
libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau divisi yang mengatur
kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan keputusan. Apabila
kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak ada, maka manajer perawat harus
bersatu sebagai sebuah kelompok untuk menyusun:
1) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan jadwal waktu
untuk personil di masing-masing unit.
2) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk/libur.
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja menyangkut
jadwal masuk/libur
4) Waktu masuk/libur total yang diperlukan oleh masing-masing pekerja per hari,
minggu atau bulan.
5) Hari dimulainya minggu kerja
6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas.
7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masng pekerja.
8) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.
9) Keperluan pergiliran dari satu unit kelain unit dan frekuensi pergiliran tersebut.
10) Keperluan penjadwalan dua hari libur permingu atau rata-rata dua hari libur per
minggu
11) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori personil.
12) Definisi dari “libur akhir pekan” untuk personil tugas malam.
13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak berurutan
14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan
15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas
16) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing pekerja.
17) Jumlah hari libur yang diharuskan pertahun saat pegawai harus dijadwalkan
libur kerja.
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai mengenai jadwal
tugas liburan masuk /libur.
19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari libur tertentu.
20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing- masing
pekerja.
21) Lamanya waktu pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai mengenai
jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikutip dalam memohon waktu libur khusus.
23) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal, tahun baru.
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk liburan
atau hari libur pada saat tertentu.
25) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil sehubungan dengan
permintaan waktu liburan dan hari libur.
26) Prosedur pemrosesan permintaan “darurat” untuk penyesuaian jadwal waktu
e. Pengembangan Staf
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan prestasi kerja,
mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada
beberapa metode pendidikan dan latihan yang digunakan untuk meningkatkan
prestasi kerja (Moenir, 1994), yaitu:
1) Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan sebagai kepala
atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi jabatan sebagai kepala.
Masalah-masalah baik yang menyangkut segi manajemen maupun
penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan yang dipermasalahkan.
2) Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak perbedaannya ada
pada materinya. Pada materi loka karya bersifat teknis, administrative dan sedikit
bersifat manajerial.
3) Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya aturan-aturan
atau hal-hal baru dalam organisasi yang harus dimengerti dan dilaksanakan oleh
peserta. Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi
peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah atau
kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria kelulusan.
4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga mereka
dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepada
mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan pada bawahan secara
langsung dalam membimbing pegawai kantor. Dalam prakteknya metode
pendidikan dan latihan ini disesuaikan dengan pertimbangan tujuan, fasilitas
yang tersedia, biaya, waktu dan kegiatan instansilainnya.
4. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah pemeriksaan untuk melihat apakah segala sesuatunya terjadi sesuai
rencana yang telah disepakati, instruksi yang telah dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang
telah ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar
dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Fayol dalam Swansburg, 2000). Pengontrolan
dilakukan sesuai fakta yang ada. Bila isu muncul sebaiknya satu sama lain bertemu dan
menenangkan mereka melalui kontak langsung. Untuk merangsang kerja sama, perlu
peran serta sejak semula. Proses pengontrolan dapat digambarkan dengan salah satunya
membuat standar bagi semua dasar-dasar manajemen dalam istilah-istilah yang diterima
serta hasil yang dapat diukur yang ukuran ini harus dapat mengukur pencapaian dan
tujuan yang ditentukan.
b. Pengorganisasian
Melaksanakan fungsi pengorganisasian, meliputi:
Merumuskan sistem pengorganisasian
Menjelaskan rincian tugas ketua tim
Menjelaskan rentang kendali diruang rawat
Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fasilitas
Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek
Mendelegasikan tugas kepada ketua tim
Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
c. Pengarahan
Melaksanakan fungsi pengarahan antara lain :
Memberikan pengarahan kepada ketua tim
Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
anggota tim
4. Pilar IV
Buat format TAK, melaksanakan kegiatan TAK seminggu minimal sekali sesuai dengan
kasus, dan menyusun jadwal perawat yang bertanggung jawab dalam kegiatan TAK serta
membuat leaflet sesuai dengan diagnosa pasien untuk keluarga di ruang perawatan.
D. Planing Of Action
1. Pelaksanaan Operaran Pre Confrence dan Post Confrence
a. Definisi Pre dan Post Conference
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi
dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan
jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri
sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.
Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :
1) Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau
penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre
conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana
harian), dan tambahan rencana dari katim dan PJ tim (Modul MPKP, 2006)
Waktu : setelah operan
Tempat : Meja masing – masing tim
Penanggung jawab : Ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
i. Ketua tim atau Pj tim membuka acara
ii. Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing – masing perawat
pelaksana
iii. Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan
asuhan yang diberikan saat itu.
iv. Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement.
v. Ketua tim atau Pj tim menutup acara
2) Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference
adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006)
Waktu :Sebelum operan ke dinas berikutnya.
Tempat : Meja masing – masing tim.
Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
a) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.
b) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan.
c) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus
dioperkan kepada perawat shift berikutnya.
d) Ketua tim atau Pj menutup acara.
Discharge planning merupakan kolaborasi antara keperawatan, pasien dan keluarga pasca
rawat inap, yang bertujuan untuk menyiapkan kemandirian pasien dan keluarga secara fisik,
psikologis, social, pengetahuan, keterampilan perawatan dan sistim rujukan berkelanjutan. Hal
tersebut dilaksanakan untuk mengurangi ke kambuhan, serta menukar informasi antara pasien
sebagai penerima layanan dengan perawat selama rawat inap sampai keluar dari rumah sakit
(Nursalam, 2016).
Menurut The Royal Marsden Hospital (2014) tujuan discharge planning adalah
mempersiapkan pasien atau keluarga secara fisik dan psikologis untuk ditransfer ke lingkungan
yang disetujui, memberikan informasi baik tertulis maupun lisan kebutuhan pasien dan
pelayanan kesehatan, mempersiapkan fasilitas yang digunakan,dan proses perpindahan yang
nyaman, serta mempromosikan tahap kemandirian aktivitas perawatan kepada pasien, orang
orang yang ada di sekitar pasien.
Menurut Nursalam 2016, manfaat Discharge Planning adalah memberikan tindak lanjut
secara sistematis guna memberikan perawatan lanjutan pada pasien, mengevaluasi pengaruh dari
rencana yang telah disusun dan mengidentifikasi adanya 1 kekambuhan atau perawatan baru
yang dibutuhkan serta membantu pasien supaya mandiri dan siap untuk melakukan perawatan di
rumah.
3. Prinsip Discharge Planning
Prinsip yang diterapkan dalam Discharge Planning menurut Nursalam, 2016 yaitu pasien
merupakan sasaran dalam Discharge Planning sehingga perlu pengkajian nilai keinginan dan
kebutuhan pasien berdasarkan pengetahuan dari tenaga atau sumber daya maupun fasilitas yang
tersedia di masyarakat. Kemudian kebutuhan tersebut akan dikaitkan dengan masalah yang
mungkin timbul pada saat pasien keluar dari rumah sakit. Melalui pengkajian tersebut
diharapkan dapat menurunkan resiko masalah yang timbul pasca rawat inap. Perencanaan pulang
dilakukan secara kolaboratif pada setiap tatanan pelayanan kesehatan dan dibutuhkan kerja sama
yang baik antar petugas.
Menurut Potter & Perry (2005) faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam
pemberian pendidikan kesehatan yang berasal dari pasien sebagai berikut:
a. Motivasi
Motivasi merupakan keinginan pasien untuk belajar. Apabila motivasi pasien tinggi,
maka pasien akan antusias untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya dan
perawatan tindak lanjut untuk meningkatkan kesehatannya.
b. Sikap positif Sikap positif pasien terhadap penyakit dan perawatan akan
mempermudah pasien untuk menerima informasi ketika dilakukan pendidikan
kesehatan.
c. Emosi
Emosi stabil akan mempermudah pasien menerima informasi yang disampaikan,
sedangkan perasaan cemas atau perasaan negatif lainnya dapat mengurangi
kemampuan pasien untuk menerima informasi.
d. Usia
Tahap perkembangan yang berhubungan dengan usia berperan dalam penerimaan
informasi yang akan disampaikan. Semakin dewasa usia, maka kemampuan
menerima informasi semakin baik karena didukung oleh pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya.
e. Kemampuan belajar
Kemampuan belajar seringkali berhubungan dengan tingkat pendidikan yang dimiliki.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kemampuan dalam menerima
informasi dapat lebih mudah.
f. Kepatuhan Kepatuhan pasien
adalah perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional
kesehatan dari pendidikan kesehatan yang telah disampaikan. Kepatuhan dari
pendidikan kesehatan tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dari discharge planning.
g. Dukungan
Dukungan dari keluarga dan orang sekitar sangat mempengaruhi proses percepatan
kesembuhan seorang pasien. Keluarga akan melanjutkan perawatan pasien dirumah
setelah pasien dipulangkan. Memberikan informasi kesehatan kepada keluarga dapat
membantu mempercepat proses kesembuhan pasien dan dukungan yang baik akan
mempengaruhi keberhasilan suatu pendidikan kesehatan dan juga mempengaruhi
keberhasilan discharge planning
Potter & Perry (2005) mengemukakan bahwa keberhasilan tindakan discharge planning
dapat dilihat dari kemampuan pasien dalam tindakan keperawatan lanjutan secara aman dan
realistis setelah keluar rumah sakit dan dapat dilihat dari kesiapan untuk menghadapi
pemulangan Ada beberapa indikator untuk menilai keberhasilan dalam Discharge Planning
antara lain: bahwa pasien dan keluarga dapat memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi,
obat-obatan dan pengobatan ketika pulang, antisipasi perawatan tingkat lanjut, dan respons jika
terjadi kegawatan, Pendidikan khusus pada keluarga dan pasien untuk memastikan perawatan
yang tepat setelah pasien pulang, terlaksananya koordinasi dengan sistem pendukung di
masyarakat, untuk membantu pasien dan keluarga membuat koping terhadap perubahan dalam
status kesehatan, serta melakukan relokasi dan koordinasi sistem pendukung atau memindahkan
pasien ke tempat pelayanan kesehatan lain.
Pasien rawat inap memerlukan Discharge planning untuk perawatan lanjutan saat berada
dirumah (Discharge planning Association, 2016), tetapi beberapa pasien beresiko tidak dapat
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan lanjutan, contohnya pasien penderita penyakit
terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice, 1992 dalam Perry & Potter,2006).
Pasien dan anggota keluarga harus mendapatkan informasi tentang rencana pemulangan
sebelum keluar dari rumah sakit sehingga diharapkan dapat melakukan perawatan lanjutan
dengan optimal (Medical Mutual of Ohio, 2008).
Menurut Standar nasional Akreditasi Rumah Sakit (2018) rumah sakit menetapkan
kreteria pasien yang menerima Discharge planning antara lain: umur , tidak adanya mobilitas,
perlu bantuan medik dan keperawatan terus menerus, serta bantuan melakukan kegiatan sehari
hari.
Membantu revisi : ATI RATNA SARI