Disusun Oleh :
TEGUH SAIFULLAH
NIM: 1508188
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan proses koordinasi & integrasi sumber-sumber melalui
perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pengarahan, pengawasan, atau pengendalian
untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang spesifik (Huber, 2000). Keberhasilan
sebuah proses manajemen tergantung dari jenis dan kualitas tanggapan yang berkembang
dari para perawat, dimana upaya-upaya manajemen diterapkan, karena manajemen
keperawatan suatu proses bekerja yang berkesinambungan penting bagi perawat untuk
mengetahui teknik manajemen yang akan mendukung dalam pelaksanaan perawatan
terhadap klien seefektif dan seefisien mungkin, serta bertanggung jawab sebagai
pemimpin maupun manajer dari diri sendiri, klien, maupun profesi itu sendiri.
Dengan semakin berkembangnya profesi keperawatan, maka perawat harus
meningkatkan pengetahuan mereka dan menerapkan teori serta berbagai penelitian yang
telah dilakukan dalam bidang manajemen kedalam praktek pemberian pelayanan
keperawatan yang bermutu dan menyeluruh.
Perubahan peran dan fungsi manajemen keperawatan masa kini yang berorientasi
pada sentralisasi kewenangan dan tanggung jawab menjadi desentralisasi. Dengan
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab berfokus pada kegiatan koordinasi,
memungkinkan manajemen keperawatan dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan
secara nyata baik di rumah sakit maupun dalam komunitas, sehingga perawatan perlu
memahami konsep dan aplikasinya.
Program pendidikan profesi Ners khususnya pada stase manajemen keperawatan
merupakan suatu kegiatan belajar yang memberikan kesepakatan kepada mahasiswa
untuk dapat mengaplikasikan konsep yang telah didapat dari materi kuliah manajemen
keperawatan dalam kenyataan di lapangan untuk mengelola pelayanan keperawatan
maupun asuhan keperawatan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka diharapkan mahasiswa dapat lebih
mempelajari dari pengalaman yang didapatkan di ruangan sehingga dapat diaplikasikan
sesuai dengan pengetahuan yang didapat agar dapat menjadi perawat manajerial yang
terampil dalam pengelolaan sebuah pelayanan keperawatan di rumah sakit sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien melalui tahapan pengkajian sampai
dengan evaluasi dengan baik, untuk ruangan sebagai bahan masukan perencanaan
manajemen asuhan keperawatan dimasa yang akan datang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pengalaman belajar klinik manajemen keperawatan,
praktikan mampu melakukan pengelolaan unit pelayanan keperawatan tertentu sesuai
dengan konsep dan langkah manajemen keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pengalaman belajar klinik manajemen keperawatan,
praktikan mampu :
a. Melakukan kajian situasi unit pelayanan keperawatan tertentu sebagai dasar
menyusun rencana strategis dan operasional unit.
b. Menyusun strategis dan rencana operasional unit pelayanan keperawatan
terntentu berdasarkan hasil kajian bersama dengan penanggung jawab unit.
c. Mengimplementasikan model pengorganisasian pelayanan keperawatan tertentu
sesuai dengan kondisi unit setempat bersama dengan penanggung jawab unit.
d. Melakukan pengelolaan staf dibawah supervisi penanggung jawab unit.
e. Memberikan pengarahan organisasional pada kelompok kerja yang dipimpin
dengan supervisi dari penanggung jawab unit.
f. Melakukan fungsi kontrol dengan evaluasi program
g. Melakukan peran dan fungsi managerial pada penerapan management asuhan
keperawatan : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi
h. Melakukan sistem penugasan : fungsional, tim, total care, dan perawat primer
i. Melakukan peran tentang negosiasi, dinamika kelompok, delegasi, operan,
supervisi, dan pengarahan, ronde keperawatan, problem solving, dan mengatasi
konflik di suatu unit
j. Melakukan sistem pengklasifikasian klien
k. Melakukan pendokumentasian managerial keperawatan
C. Manfaat
1. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dengan menerapkan teori manajemen
secara langsung.
2. Rumah sakit/ Ruangan
Sebagai bahan masukan untuk perencanaan manajemen asuhan keperawatan dimasa
yang akan datang.
3. Waktu
Pembelajaran praktik klinik manajemen keperawatan ini dilaksanakan pada tanggal
16 Nopember 2015 – 26 Nopember 2015.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Planning
Planning atau perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan
yang strategis dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan
disini dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada
semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan semua anggaran belanja,
memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola
struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektivitas staf serta menegakkan
kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi institusi yang telah
ditetapkan (Nursalam, 2002).
B. Organizing
1. Struktur organisasi
Masing- masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang
menentukan alur kerja dan hubungan timbal balikantar pribadi. Struktur formal
direncanakan dan dipublikasikan, untuk informal tidak direncanakan dan sementara.
Seorang manager keperawatan harus mengerti dan memakai keduanya. Struktur
formal organisasi merupakan susunan usaha resmi jabatan ke dalam pola hubungan
kerja yang akan mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan
dan kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari timbal balik pribadi yang tidak resmi
diantara pekerja yang mempengaruhi efektivitas kerja mereka.kualitas timbal balik
seorang manajer dengan lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan
kepemimpinannya.
Mengingat struktur formal dan informal organisasi saling melengkapi,
manager perawat bisa memakai struktur organisasi informal untuk mengganti
kerugian karena kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.
2. Job Description
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia jalankan,
misalnya seorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala
ruang, jadi atara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang berbeda sesuai dengan perannya.
3. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus memudahkan pembagian perawat
yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan perawat dan sesuai dengan
kebutuhan klien. Apabila metode penugasan tidak diterapkan maka pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien menjadi tidak optimal. Jenis model asuhan
keperawatan menurut Grant and Messey, 1997 dan Marquis and Houston, 1998
antara lain :
a. Model fungsional
Model fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat
hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi (merawat luka pada semua pasien di
bangsal)
b. Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda –beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi dalam group kecil yang saling membantu.
c. Model Primer
Model penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama
24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar RS.
d. Manajemen Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari
berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat
dan hal ini umumnya dilakukan untuk perawat privat atau keperawatan khusus
seperti isolasi dan intensive care.
e. Model Tim Primer
Pada model ini digunakan kombinasi dalam kedua sistem. Menurut Ratna S.
Sudarsono (2000), penerapan model ini diterapkan pada beberapa alasan :
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai perawat
primer harus mempunyai latar belakang S1 Keperawatan atau setara
2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
3) Melalui kombinasi model tersebut diharapkan komunikasi asuhan
keperawatan terdapat pada primer.
Hal – hal yang perlu dipertimbangkan penentuan pemilihan metode
pembelian asuhan keperawatan (Marquis and Houston, 1998), yaitu :
1. Sesuai Visi dan Misi institusi
2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan.
3. Efisien dan efektif dalam biaya
4. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan kinerja perawat
6. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan
lainnya.
C. Staffing
Untuk memperkirakan kebutuhan tenaga keperawatan disuatu ruang rawat
inap dapat ditinjau dari :
1. Waktu keperawatan langsung, dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan.
2. Waktu keperawatan tidak langsung, waktu yang dibutuhkan perawat dalam
perawatan tidak langsung adalah 60 menit, meliputi: membaca status,
menulis, membuat rencana, kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
3. Waktu penyuluhan atau pendidikan kesehatan, waktu yang dibutuhkan adalah
15-30 mnt, meliputi: aktivitas sehari-hari, obat-obatan, kelanjutan perawatan
dll.
Rumus untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga keperawatan menurut Gillis
untuk RS di Indonesia adalah:
𝐴𝑥𝐵𝑥365
𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡 =
(365 − 𝐶)𝑥 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎/ℎ𝑎𝑟𝑖
Keterangan:
A : jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu yang dibutuhkan pasien.
B : sensus harian= BORx jumlah tempat tidur.
BOR : jumlah pasien x 100%
Jumlah TT
C : jumlah hari libur= 76 hari (52 hari minggu, 12 hari cuti dan 12 hari libur
nasional)
Proporsi dinas pagi: siang: malam adalah 47%: 36%: 17%.
Formulasi PPNI:
Tenaga Perawat : Ax52(minggu) x7 hari(TT x BOR)
41 ( minggu) x 40 jam / minggu
Keterangan:
A : jam perawatan/ 24 jam= rata-rata waktu keperawatan yang dibutuhkan klien.
1. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian.
Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang dibutuhkan
untuk melaksanakan misi dari sebuah organisasi. Penjadwalan adalah
penentuan pola jam kerja masuk dan libur mendatang untuk pekerja dalam
sebuah unit seksi atau divisi, kebijaksanaan penjadwalan (Gillies, 1994)
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu
personel yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen atau
divisi luas kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu pembuatan keputusan.
Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan berikut tidak ada maka
manager perawat harus bersatu sebagai sebuah kelompok untuk menyusun:
a. Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan jadwal
untuk personel di masing-masing unit.
b. Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk atau libur
c. Banyaknya pemberitahuan dimuka yang diberikan pada pekerja
menyangkut jadwal masuk atau libur
d. Waktu masuk atau libur total yang diperlukan oleh masing-masing
pekerja perhari perminggu dan perbulan.
e. Hari dimulainya minggu kerja
f. Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas
g. Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masing
pekerja
h. Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian
i. Keperluan pergiliran dari satu unit ke unit lain dan frekuensi dari
pergiliran tersebut.
j. Penjadwalan 2 hari libur perminggu atau rata-rata 2hari libur perminggu
k. Frekuensi libur akhir pekan untuk personel tugas malam
l. Definisi dari libur akhir pekan untuk personel tugas malam
m. Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tidak berurutan
n. Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan
o. Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas
p. Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing
pekerja
q. Jumlah hari libur yang diharuskan pertahun saat pegawai harus
dijadwalkan libur kerja
r. Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai mengenai
jadwal tugas liburan masuk atau libur
s. Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari tertentu
t. Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing
pekerja
u. Lamanya waktu pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal liburan.
v. Prosedur yang diikuti memohon waktu libur khusus
w. Pembatasan waktu penjadwalan liburan selama hari libur thanksgiving,
natal, tahun baru,
x. Jumlah personel masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk
liburan atau hari libur pada saat tertentu
y. Prosedur penyelesaian perselisihan antar personel sehubungan dengan
permintaan waktu libur dan hari libur
z. Prosedur pemprosesan permintaan darurat utuk penyesuaian jadwal
waktu.
Biasanya supervisor permintaan darurat untuk penyesuaian jadwal
waktu dan libur personel perawat karena jadwal kerja harus disiapkan
beberapa minggu sebelumnya dan diperbaiki untuk penyesuaian perubahan
dalam sensus pasien, keadaan pasien yang sakit, permintaan libur dari
lebaran, banyak waktu yang berkaitan dengan kegiatan super visi diluangkan
dalam penyesuaian jadwal.
2. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan
prestasi kerja mengurangi absensi dan perputaran serta memperbaiki
kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan yang akan digunakan untuk
meningkatkan prestasi kerja (Munir, 1994: 162):
a. Metode seminar atau konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan sebagai
kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi jabatan
sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut sesi manajemen
maupun penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan yang
dipermasalahkan.
b. Metode lokakarya (workshop)
Penyelenggarannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah materinya. Pada ateri lokakarya
bersifat teknis , administrative dan sedikit bersifat manajerial.
c. Metode sekolah atau khusus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya
aturan-aturan atau hal-hal baru dalam organisasi yang harus di mengerti
dan harus dilaksanakan oelh peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi
peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah
atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria
kelulusan.
d. Metode belajar sambil kerja (learning by doing)
Pada metode ini latihan keterampilan menjadi tujuan utama sehingga
mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan
kepada bawahan secara langsung dalam membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan pelatihan ini sesuai dengan
pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan kegiatan
instalansi lainnya.
D. Actuating
1. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi
pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor yang menyebabkan,
menyalurkan, dan mempertahankan, tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu
(Stoner, Freman 1995) Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu (Ngalim, 2000).
Dari pengertian diatas dapat diambil point penting yaitu kebutuhan, dorongan
dan tujuan. Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yang kurang
baik fisiologis maupun psikologis,dorongan merupakan arahan untuk memenuhi
kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi (Luthan).
2. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien menurut
jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Didalam kebanyakan sistem
klasifikasi pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan mereka pada
pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan
yang diperlukan untuk memberikan perawatan tujuan setiap sistem klasifikasi pasien
adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing angkanya mengukur
volume usaha yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan dijalankan,
manager perawat harus menentukan jumlah kaegori pembagian pasien, karakteristik
pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis perawatan yang akan dibutuhkan
oleh jenis pasien didalam masing-masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan emosional serta memberikan
pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing kategori. Karena tujuan sistem
klasifikasi pasien adalah menghasilkan informasi mengenai perkiraan beban kerja
keperawatan, masing-masing sistem memperbolehkan usaha kualifikasi waktu.
E. Kontroling
1. Definisi
Kontroling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara berk
esinambungan, sistematis, dan terpadu dalam menetapkan penyebab masalah mutu
pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, dsb) selalu harus dibandingkan
dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjangan
atau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara dini,
dicegah, dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian
bertujuan agar efisien pengguanan sumber daya dapat lebih berkembang dan
efektifitas tugas-tugas staff untuk mencapai tujuan program dapat lebih terjamin.
2. Peran leader shift dalam controling
a. Mendorong staff untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu pelayanan
kesehatan
b. Mengkomunikasikan secara jelas standar yang diharapkan terhadap staff
c. Mendorong atau memotifasi standar tertinggi untuk kualitas maksimal dengan
menyediakan standar keamanan minimum.
d. Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif dan reaktif
e. Menggunakan pengawasan sebagai metode menentukan tujuan yang tidak
tercapai
f. Secara aktif mengesahkan pengawasan mutu yang ditemukan yang mempunyai
kesatuan profesi dan konsumen.
g. Menghargai standar klinis dengan menggunakan sumber yang menyakinkan
pasien menerima perawatan sesuai harapan.
h. Menjadi role medel bagi staff terhadap tanggung jawab dan tanggung gugat.
i. Berpartisipasi dalam penelitian keperawatan.
MOTO:
Kepala Ruangan
Ka Tim I Ka Tim II
2. Ka kKamar Perawat
3 Ruang Karu
17
No Nama Barang Merek Jumlah Kondisi
Pro
1 Meja Kerja Desien 1 B
2 Kursi Chitose 2 B
3 Lemari besi lion 1 KB
4 Alkes GB set 3 B
5 Manual Resucisator Hadson 1 B
6 Manometer 1 B
7 Tensimeter raksa Reister 1 B
8 Orofaring 4 B
9 Bengkok 6 B
10 sped kaca 1 B
11 Kom besar dg tutup 1 B
12 Kom kapas alkohol 1 B
13 Bak instrumen 1 B
14 Termometer 3 B
15 Gunting 6 B
16 Korentang 2 B
17 Pinset 6 B
18 Patela 1 B
19 Sudip Lidah 2 B
20 Dispenser 1 B
21 Aqua galon 2 B
22 Lemari kayu kecil 1 B
23 AC Lg 1 B
24 Remot 1 B
25 Rak buku kecil 3 B
26 Rak buku besar 2 B
27 Jam dinding 1 B
28 Tong sampah 2 B
29 Wastafel 1 B
4. Gudang
5 Ruang Medisen
19
6. Dapur
7. Kmr 1 &2
8. Kamar 3 a&b
20
9.Kamar 4
10. Kamar 5
11. Kamar 6
21
12. Kamar 7
4 Brangkar Gris 3
Karixa 1
5 Kursi roda Mak 1
22
E. Ketenagaan di Ruangan
1. Ketenagaan Keperawatan
Ketenagaan keperawatan di ruang flamboyan ada 18 orang yang terdiri dari 1 kepala
ruang, 2 katim 1 dan 2, 12 perawat pelaksana dan 2 potter
2. Ketenagaan Medis
Ketenagaan medis yang ada di ruang flamboyan ada dokter jaga ruang (sesuai jadwal
jaga),
3. Ketenagaan Lainnya
1 orang Assembling rekam medik
2 orang bagian cleaning service pada pagi dan siang hari 1 ruang 1 cleaning service
sedangkan pada malam 1 cleaning service untuk 3 ruang.
F. Data Layanan
TT
Kapasitas tempat tidur dalam ruang flamboyan ada 28 tempat tidur
Bed Occupancy Rate ( BOR ).
BOR pada bulan Januari - Oktober 2015 yaitu :
Januari : 67.86 %
Februari : 68,37 %
Maret : 60,71 %
April : 63,81 %
Mei : 59,68 %
Juni : 59,52%
Juli : 36,52%
Agustus : 49,77%
September: 42,86%
Oktober : 47,93%
Lenght of Stay ( LOS )
LOS pada bulan januari – Oktober 2015 yaitu :
23
Januari : 4,50 %
Februari : 4,32 %
Maret : 4,32 %
April : 4,36 %
Mei : 3,95%
Juni : 4,95%
Juli : 3,82%
Agustus : 3,48%
September: 3,33%
Oktober : 3,89%
Bed Turn Over ( BTO )
BTO pada bulan januari – Oktober 2015 yaitu :
Januari : 4,68 %
Februari : 4,43%
Maret : 4,36%
April : 4,39%
Mei : 4,68%
Juni : 3,89%
Juli : 2,96%
Agustus : 4,43%
September: 3,86%
Oktober : 3,82%
Data indikator mutu lainnya seperti: kepuasan pasien, infeksi nosokomial, status
akreditasi dan sertifikasi
Kepuasan pasien : dilihat dari hasil kuesioner tentang pelayanan
kepuasan pasien puas dengan pelayanan keperawatan.
Infeksi nosokomial : di dapat dari wawancara dengan IPCN (Ibu.Nihan
narasti) infeksi nosokomial %
Status akreditasi dan sertifikasi : Masih mempersiapkan Akreditasi Versi 2012
24
II. Fungsi Manajemen Kepala Ruangan
A. Data Biografi
1. Nama : Teguh saifullah S. Kep
2. Umur : 41 tahun
3. Pendidikan terakhir keperawatan : S1
4. Lama bekerja sebagai perawat : 20 tahun
5. Jabatan saat ini : Kepala Ruang
6. Tempat tugas : RSUD Kraton Kab Pekaongan
7. Lama tugas di ruangan ini : 3 tahun
8. Pelatihan yang pernah diikuti :
1. Manajemen kepala ruang
2. BTCLS
3. Service Exellen
B. Perencanaan
1. Bagaimanakah pemahaman mengenai visi, misi RS dan visi, misi bidang
keperawatan?
Jawab : Visi misi ruangan harus selaras dengan rumah sakit agar berjalan lancar
2. Apakah tujuan unit perawatan telah disesuaikan dengan kedua visi, misi tersebut?
Bagaimana dengan rencana strategis bidang keperawatan?
Jawab : Strategi kerja tim, bekerja sama, motivasi teman sejawat untuk mematuhi
SPO, SAK, disiplin
3. Bagaimanakah koordinasi dengan bidang keperawatan dalam perencanaan alat dan
fasilitas ruangan, perencanaan kebutuhan tenaga, penyusunan SAK, SOAP dan format
askep?
Jawab : Koordinasi dengan bidang keperawatan dalam perencanaan alat dan
fasilitas ruangan, perencanaan kebutuhan tenaga, penyusunan SAK, SOAP
dan format askep sudah sesuai dengan perencanaan
4. Apakah sudah membuat dan memiliki rencana harian, bulanan, dan tahunan?jadwal
sift?Rencana pertemuan dengan staf, rencana bimbingan dan supervisi?Apakah
terdapat kendala?
Jawab : Dalam ruang flamboyan sudah membuat dan memiliki rencana harian,
bulanan, tahunan, jadwal sift, rencana pertemuan dengan staf, rencana
bimbingan dan supervisi tidak ada kendala
25
5. Bagaimanakah perencanaan pengembangan staf, pelatihan, pendidikan lanjut?
Jawab : Sudah difasilitasi secara merata dan menyesuaikan dana yang di
anggarkan dari rumah sakit
6. Bagaimanakah dengan perencanaan jenjang karier perawat?Harapaanya?
Jawab : sesuai ilmu yang saya dapatkan perawat harus mempunyai ilmu dan
pengalaman untuk pengembangan karir sehingga dapat diaplikasikan pada
pelayanan di RS. Harapannya perawat mampu memberikan pelayanan yang
terbaik kepada pasien sesuai dengan ilmu dan pengalaman yang ada.
C. Pengorganisasian
1. Apakah uraian tugas, wewenang, dan tanggungjawab sudah jelas? Apakah ada
kendala?
Jawab : Uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab sudah jelas. Untuk
wewenang tetap dipantau sesuai pengorganisasian, namun dalam
pelaksanaan tetap ada kendala yaitu dalam komunikasi.
PA: untuk tugas sudah jelas, namun tetap saja ada kendala, bisa dibilang karena
kurangnya komunikasi.
2. Bagaimanakah pelaksanaan asuhan keperawatan dengan metode tim? Apakah ada
kendala? Bagaimana solusinya?
Jawab : Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan metode tim tidak ada
kendala.
3. Bagaimanakah pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan?
Jawab : Dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan belum sesuai
dengan NIC dan NOC.
4. Bagaimanakah penghitungan kebutuhan tenaga perawat di ruangan? Apakah ada
kendala?
Jawab : Kami disini telah membuat usulan ke bidang keperawatan untuk
ketenagaan hanya itu sangat erat kaitannya dengan biaya RS yang di
keluarkan sehingga kita tidak banyak menuntut dan hanya bisa
mengusulkan saja.
5. Bagaimana penghitungan beban kerja perawat? Harapannya?
Jawab : Penghitungan beban kerja perawat belum jelas, harapannya ada
komunikasi antara pihak management dengan perawat
26
6. Bagaimanakan kinerja staf?
Jawab : Kinerja staf sudah baik, karena setiap staf tingkat pendidikan berbeda-
beda otomatis setiap kemampuanya berbeda-beda. Jadi kita harus pintar-
pintar mencari penempatan tiap kemampuan sesuai keahlian masing-
masing untuk mencapai satu tujuan
7. Bagaimanakah program orientasi staf?
Jawab : Biasanya program staf baru dilakukan RS selama 3 bulan dengan :
Orientasi ruangan dan RS
Pengenalan visi dan misi RS
Pengenalan Dokumentasi
Pengenalan struktur organisasi
Pengenalan antar staf lain dan pegawai yang ada di ruang maupun RS
Tapi begitu di tempatkan di ruang ini saya orientasikan lagi selama 1 bulan
sambil saya memantau bagaimana kemampuan dia setelah 1 bulan berjalan
kita akan tau kemampuan dia apa perlu bimbingan lagi atau tidak. Lalu di
evaluasi.
D. Pengarahan
1. Bagaimana pengarahan terhadap ketua tim dan staf?
Jawab : pengarahan saya lakukan. Saya memantau dan mengevalusi,
bila terjadi permasalahan kita pecahkan bersama-sama.
2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan supervisi kepada staf? Kendala?
Jawab : saya lakukan observasi kalau ada beberapa hal yang tidak
sesuai prosedur atau kemampuan yang dirasa kurang kemudian saya
berikan masukan-masukan dan perawat yang bermasalah di beri
kesempatan untuk mengeluarkan pendapat dan mencari solusinya,
kendalanya setiap orang berbeda-beda ada yang cepat tanggap dan ada
yang tidak. Jadi saya hanya bisa bersikap fleksibel saja
3. Bagaimana usaha untuk meningkatkan motivasi kerja staf?
Jawab : Untuk meningkatkan motivasi kerja saya lakukan dengan
cara memberikan pujian atas kerja staf yang memuaskan
4. Bagaimana komunikasi dengan katim dan staf?
27
Jawab : komunikasi berjalan dengan baik, apabila ada hal-hal yang perlu dilakukan
penambahan-penambahan itu hanya sebagai masukan katim dan perawat
pelaksananya
5. Bagaimana mengatasi konflik antar staf?
Jawab : untuk mengatasi konflik antar staf dengan cara pemecahan masalah
bersama-sama atau musyarwarah.
E. Pengendalian
1. Bagaimanakah pengendalian mutu di ruangan? Ada indikatornya? Bagaimana
sosialisasinya kepada staf? Bagaimana pengawasannya?
Jawab : pengendalian mutu diruangan menjadi titik poinnya di sini otomatis itu
adalah penekanan terhadap Manajemen resiko, angka infeksi misalnya untuk
pemasangan infus selama 3 hari harus diganti.
Perawat
1. Teguh Saifullah S.Kep Ka Ru
Agus Karyanto S.Kep Ka Tim
Sri Winarti S.Kep
Ka Tim
Iskak Budiyanto AMK
Hikman El Arsyad
29
3) Jenis kelamin
Jenis kelamin tenaga perawat yaitu:perempuan 6 orang, laki-laki 9, Porter 2 orang
Laki- Laki dan clining servis 2 orang Laki-laki.
4) Status kepegawaian
Untuk status kepegawaian di ruang flamboyan dari pegawai negeri sipil sebanyak 8
orang dan tenaga BLUD/Non PNS sebanyak 10 orang , dan clining servis 2
orang.(pihak III).
b. Material
Berdasarkan hasil observasi dan list alat-alat yang ada di ruang flamboyan pada
tanggal 2 Nopember 2015 didapatkan data sebagai berikut:
1) Sarana dan fasilitas ruang flamboyan
a) Fasilitas untuk pasien
1 tempat tidur
1 lemari
Kamar mandi dalam
Paket Mandi
b) Fasilitas untuk petugas kesehatan
Ruang perawat
Ruang administrasi
1 kamar mandi
Gudang
c. Money
1) Sumber
Berdasar Pengamatan dan pengelolaan ruang flamboyan
2) Pengaturan dan alokasi dana
semua kebutuhan pasien dan kebutuhan ruangan sudah di kelola dari pihak rumah
sakit sehingga dalam pengadaan sarana dan prasarana sesuai yang di aggarkan
tahunan rumah sakit dan jika ada kebutuhan di luar kebutuhan yang telah di
tentukan pihak rumah sakit, maka dari pihak ruangan akan mengajukan proposal
untuk kebutuhan tersebut seperti perbaikan alat-alat ruangan, pengadaan alat yang
kurang dll.
30
d. Metode
1) Untuk metode yang digunakan
Metode penugasan yang diterapkan diruang flamboyan adalah penugasan tim yang
terdiri dari 2 tim katim satu dan katim dua metode ini belum berjalan secara
optimal.
2) Pre atau post comfren
Pelaksanaan pre atau post comfren sudah dilakukan secara optimal karena
pelaksanaan comfren di ruangan flamboyan di pimpin oleh kepala ruang dan
masing-masing ketua tim sudah menjeskan kondisi pasien dan tindakan untuk
pasien kepada perawat pelaksana. Evaluasi kondisi pasien (dilakukan Hand over
keliling ) Bukti serah terima Hand over (+)
3) Pengaturan jadwal dinas
Pengaturan jadwal dinas perawat di tentukan oleh kepala ruang sesuai dengan sift
yaitu sift pagi, siang, malam dan libur yang di sesuaikan berdasarkan metode tim
4) Daftar kehadiran
Daftar kehadiran perawat dan pegawai di RSUD Kraton Kab.Pekalongan
sudah menggunakan Pinjer Print,. Dengan pembagian shif, sebagai berikut: pagi
terhitung mulai pukul 07.00-14.00 wib, siang terhitung pukul 14.00-21.00 wib, dan
malam terhitung mulai pukul 21.00-07.00 WIB. Toleransi 10 mnt, Bila lebih (11
mnt) diangap terlambat. Hand Over diharapkan 1jam sebelum jam dinas dengan
harapan semua hal terkait pelayanan diserah terimakan semua.(tidak ada yang
tertinggal). Namun dalam pelaksanaannya belum dapat dilakukan. Oleh karena
beberapa hal, dan perlu pengkajiaan lebih lanjut.
e. Machine
Berdasarkan hasil observasi ruang flamboyan tanggal 2 Nopember 2015
didapatkan hasil bahwa ruang flamboyan adalah ruang perawatan kelas I/II/III.Bedah,
namun bila bangsal penyakit dalam penuh, maka bisa dititipkan atau sebaliknya.
Kapasitas tempat tidur di ruang flamboyan sebanyak 28TT
1) Batas – Batas Ruang flamboyan
- Timur : .Ruang Melati.............................
- Barat : .Tembok timur Kesusteran.................................
- Utara : .Tembok selatan kesusteran.................................
31
- Selatan : .Ruang Nusa Indah................................
Jalur Evakuasi
pan
EXIT try
Ruang
Ruang
perawat
confren
Pintu
Masuk
32
b. Pendokumentasian Keperawatan
1) Pengkajian
Pada pendokumentasian aspek pengkajian awal keperawatan, pengkajian nyeri,
assesmen resiko jatuh dan Edukasi Pasien dari 19 rekam medis didapatkan hasil
sebesar 100% terisi lengkap,
2) Perencanaan
Pada pendokumentasian aspek perencanaan dari 19 sampel rekam medis didapatkan
hasil sebesar 85% rekam medis yang sudah terisi lengkap, sedangkan sebesar 15%
yang masih belum lengkap pengisiannya, dimana sebagian besar perencanaan yang
dibuat tidak ada melibatkan keluarga, dalam perencanaan yang dibuat tanpa ada
pendokumentasian tujuan intervensi, kriteria hasil, kriteria waktu tidak ditulis pada
kolom khusus tujuan.
3) Tindakan
Pada pendokumentasian aspek tindakan keperawatan dari 19 rekam medis
didapatkan hasil sebesar 85% rekam medis yang dalam pengisiannya sudah lengkap,
sedangkan sebesar 15% yang masih belum lengkap pengisiannya.
4) Evaluasi
Berdasarkan hasil observasi pendokumentasian aspek evaluasi dari 19 rekam medis
didapatkan hasil sebesar 100% mencantumkan SOAP yang sesuai.
1. BOR
67,86 68,37 60,71 63,81 59,68 59,52 36,52 49,77 42,86 47,93
(%)
2. LOS
4,50 4,32 4,32 4,36 3,95 4,59 3,82 3,48 3,33 3,89
(Hr)
3. TOI 2,13 2,00 2,80 2,47 2,67 3,12 6,64 3,52 4,44 4,22
4. BTO(
4,68 4,43 4,36 4,39 4,68 3,89 2,96 4,43 3,86 3,82
X)
33
Hasil observasi ruangan:
a. Metode Asuhan Keperawatan masa peralihan dari metode Fungsional, ke metode Tim.
b. Kurang efektifnya Hand over, karena staf tidak disiplin hadir tepat waktu
c. Kedisiplinan staf diperlukan agar hand over berjalan dengan lancar.
d. Waktu serah terima harus lebih banyak agar terjadi diskusi untuk meningkatkan kualitas
hand over.
Menurut Douglas
Dinas Pagi :
= 5,07
Dinas Sore :
= 3,69
Dinas Malam :
= 2,32
34
= 11,08
47 % : 36 % :17 %
= 11,08 + 2,216 + 1 +2
= 16,296
= 16 orang
35
B. Analisa masalah manajemen ruang perawatan dengan analisa fishbone
ANALISA FISH BONE
METODE
MAN
Kurang optimalnya
sistem pengendalian
resiko infeksi (cuci
Fasilitas dan Sarana tangan) di ruang
kebersihan kamar mandi, kamar
Flamboyan
tidur pasien kurang, tangga untuk
membantu pasien turun dari
tempat tidur tidak ada. Anggaran kurang
MATERIAL
MONEY/MESIN
36
ANALISA FISH BONE
METODE
MAN
37
C. Merumuskan masalah manajemen ruang keperawatan
Dari hasil analisa fish bone yang digunakan sebagai alat analisia antara lain untuk
mengkategorisasikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dan menganalisa apa
yang sesunggunya terjadi dalam suatu proses sehingga dengan diketahui faktor-faktor
yang menjadi penyebab maka akan lebih mudah mengidentifikasi masalah yang muncul.
Daftar masalah di ruang rawat inap di ruang flamboyan tahun 2015
NO DATA FOKUS MASALAH
1 Hasil wawancara dan observasi: Belum optimalnya Pre dan post
Perawat mengatakan saat melakukan conference di ruang Flamboyan
Pre dan post conference meliputi
nama pasien, keadaan umum dan
terapi apa yang di berikan
Observasi: yang dilaporkan meliputi
identitas pasien,keadaan umum, terapi
yang sudah dan yang akan dilakukan,
program atau pemeriksaan penunjang
yang akan dilakukan.
Substansi atau isi materi Pre dan post
conference belum terfokus pada
asuhan keperawatan yang dialami
pasien
Dalam melakukan Pre dan post
conference sudah jelas antara petugas
yang melaporkan dan menerima
laporan, ada bukti penerimaan dari
perawat yang di operkan(tanda
tangan)
2. Hasil observasi : Kurang optimalnya sistem
Kurang motivasi untuk meningkatkan pengendalian resiko infeksi (cuci
kesadaran tentang pentingnya tangan) di ruang Flamboyan
mengurangi resiko infeksi nosocomial
(cuci tangan)
Perawat tidak patuh melakukan cuci
tangan saat five moment (sebelum ke
pasien setelah ke pasien sebelum
tindakan asektif setelah dari
lingkungan pasien dan setelah terkena
cairan tubuh pasien)
Perawat tidak mengajari keluarga
pasien (baru) untuk mencuci tangan
38
Sarana dan prasarana cukup memadai
untuk mencuci tangan (handsrub ada
disetiap pintu masuk kamar pasien.
Ada petunjuk cuci tangan dan five
moment cuci tangan).
Dari hasil prioritas masalah diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi prioritas
masalah adalah :
1. Belum optimalnya Pre dan Post conference di ruang Flamboyan
39
2. Kurang optimalnya sistem pengendalian resiko infeksi (cuci tangan) di ruang
Flamboyan
40
E. Menyusun alternatif pemecahan masalah manajemen ruang keperawatan (POA)
1 Belum optimalnya Mengidentifikasi a. Perawat dapat Diskusi, Ka-Ru, 16 Ruang Mahasiswa Preceptor
Pre dan post dan merencanakan mengetahui Demonstrasi Ka-Tim, Nopember Flamboyan STIKES
conference di ruang pre dan post perkembangan klien PP s/d –28 KARYA
flamboyan conference yang secara lengkap Nopember HUSADA
lebih optimal b. Meningkatkan 2015
kemampuan
komunikasi antar
perawat
c. Terlaksananya
asuhan keperawatan
terhadap klien yang
berkesinambungan
dan tepat sasaran
41
2 Kurang optimalnya Membuat SPO Alat dan bahan yang diskusi, Ka-Ru, 16 Ruang Mahasiswa
sistem pengendalian mencuci tangan, ada sesuai dengan demonstrasi Ka-Tim, Nopember flamboyan STIKES
resiko infeksi (cuci dan mengupayakan standar rumah sakit dan Perawat s/d –28 KARYA
tangan) di ruang cuci tangan saat kebutuhan ruangan Nopember HUSADA
Flamboyan five moment 2015
42