Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN ANAK


TENTANG
(Sindrom Nefrotik Pada Anak)

Disusun Oleh :

Pipi Suci Ramadanni (20334085)


Tingkat 2C

CI AKADEMIK CI KLINIK

(Hasmita, S.KM.M.Biomed) (Ns.Timet Hendri S.Kep )

DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN SINDROM NEFROTIK PADA ANAK

1. Konsep Dasar Kasus Sindroma Nefrotik


1. Pengertian

Sindroma Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan


glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein
plasma yang dapat menyebabkan terjadinya proteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (Betz & Sowden, 2009).

Sindroma Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,


hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Ngastiyah, 2014).

2. Peredaran Darah Ginjal Fisiologis

Ginjal mendapatkan darah dari arteri renalis yang merupakan cabang dari
aorta abdominalis. Arteri renalis memiliki cabang yang besar yaitu arteri
renalis anterior dan juga memiliki cabang yang kecil yaitu arteri renalis
posterior. Cabang anterior memberikan darah untuk ginjal anterior dan
ventral sedangkan cabang posterior memberikan darah untuk ginjal
posterior dan dorsal.

Diantara kedua cabang ini terdapat suatu garis yaitu Brudels Line yang
terdapat disepanjang margo lateral dari ginjal. Pada garis ini tidak terdapat
pembuluh darah, sehingga kedua cabang ini akan menyebar hingga
kebagian anterior dan posterior dari kolisis sampai ke medula ginjal yang
terletak diantara piramid dan disebut dengan arteri interlobularis yang
berjalan tegak kedalam korteks dan berakhir sebagai vasa aferen
glomerulus untuk 1-2 glomerulus, ploksus kaliper sepanjang sepanjang
tubulus dan melingkar didalam korteks serta sebagai pembuluh darah yang
menembus kapsul Bowman.
Dari glomerulus keluar pembuluh darah aferen dan terdapat suatu
anyaman yang mengelilingi tubuli kontorti. Disamping itu ada cabang
yang lurus menuju pelvis renalis untuk memberikan darah pada ansa henle
dan duktus koligen yang dinamakan dengan arteri rektal. (Syaifuddin,
2012).

3. Etiologi

Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab


Sindroma Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit
autoimun. Umumnya, etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi:
1. Sindroma Nefrotik Bawaan
Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal, klien
ini biasanya tidak merespon terhadap pengobatan yang diberikan.
Adapun gejala yang biasanya terjadi yaitu edema pada masa neonatus.
Umumnya, perkembangan pada klien terbilang buruk dan klien akan
meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
1. Sindroma Nefrotik Sekunder
Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan
kromosom, namun disebabkan oleh beberapa masalah seperti:
1. Malaria kuartana atau parasit lainnya
2. Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan anafilaktoid
3. Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis
4. Penyakit sel sabit, dll
2. Sindrom Nefrotik Ideopatik
Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga
disebut Sindroma Nefrotik Primer. Berdasarkan histopatologis yang
tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan
mikroskop elektron, Churg, dkk membagi Sindrom Nefrotik Ideopatik
kedalam 4 golongan yaitu :

1. Kelainan minimal yaitu dengan mikroskop biasa glomerulus terlihat


normal, namun dengan mikroskop elektron terlihat foot prosessus sel epitel
berpadu.
2. Nefropati Membranosa yaitu terjadi penebalan dinding kapiler glomerulus
3. Glomerulonefritis Proliferatif
3. Glomerulonefritis fokal segmental
Pada Glomerulonefritis fokal segmental yang paling mencolok yaitu
sklerosis glomerulus yang disertai atrofi tubulus.

4. Patofisiologi

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat


pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria.
Kelanjutan dari proteinuria akan dapat mengakibatkan
hipoalbuminemia. Dengan menurunnya jumlah albumin, terjadilah
penurunan tekanan osmotik plasma sehingga cairan intravaskuler akan
berpindah ke interstisial. Perpindahan cairan tersebut mengakibatkan
volume cairan intravaskuler berkurang dan terjadilah kondisi
hipovolemik pada pasien, kondisi hipovolemik ini jika tidak segera
diatasi akan berdampak pada hipotensi.

Rendahnya volume cairan pada intravaskuler ini akan mempengaruhi


aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi
antidiuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang
mengakibatkan retensi terhadap natrium dan air yang berdampak pada
edema. Penurunan daya tahan tubuh juga mungkin terjadi akibat
hipoalbuminemia, jika tidak segera diatasi pasien dengan Sindroma
Nefrotik akan rentan terhadap infeksi seperti peritonitis dan selulitis.

Anak dengan sindroma nefrotik dapat mengalami peningkatan


kolesterol dan trigliserida serum akibat peningkatan dari produksi
lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik
plasma. Selain itu, peningkatan produksi lipoprotein didalam hepar
akibat kompensasi hilangnya protein dapat mengakibatkan terjadinya
hiperlipidemia, dan akan ditemukan lemak didalam urine atau
lipiduria.
Menurunnya kadar natrium dalam darah anak dengan sindroma
nefrotik atau keadaan dehidrasi akibat retensi cairan akan merangsang
sekresi hormon renin yang berperan penting dalam mengatur tekanan
darah. Selanjutnya renin mengubah angiotensin yang disekresi hati
menjadi angiotensin I. Sel kapiler paru selanjutnya mengubah
angiotensin I menjadi angiotensin II yang mengonsentrasi otot polos
sekeliling arteriola. Hal inilah yang menyebabkan anak mengalami
tekanan darah tinggi. Dalam kondisi lain, ketidakseimbangan natrium
akibat konsumsi natrium yang terlalu sedikit akan mengakibatkan anak
mengalami hipotensi (Suriadi & Yuliani, 2010).
5. WOC

Penyakit Sekunder Reaksi Autoimun Idiopatik Penyakit Sistemik

Kerusakan Glomerulus

Proteinuria
Sintesis
Hiperlipidemia protein & Hipoalbuminemia
Hipertensi Lipid
Edema
MK: Nyeri Sakit Kepala Kolesterol
Akut
SINDROMA NEFROTIK

Breathing Brain Blood Bladder

Asites
Reabsorbsi
Cardiac
Na & Air Penurunan
Output Volume Cairan Hipoalbumi
Distensi Filtrasi
Menurun Vaskuler Menurun nemia
Abdomen Volume Glomerulus
Perfusi Darah Intravaskuler
Protein Stimulasi Renin- Tekanan Osmotik
Menekan Ke Otak Angiotensis
Beban Kerja Terfiltrasi Plasma Menurun
Diafragma Menurun
Jantung
Meningkat Sekresi ADH
MK: Risiko Tekanan
Penurunan Ketidakefektifan Penurunan Ig Hidrostatik
Ekspansi Perfusi Jaringan Kontraaktivitas G & Ig A Meningkat
Ventrikel Reabsorbsi Na &
Paru Otak Air Meningkat
Menurun Imunitas
Menurun Perpindahan
Volume Sekresi Cairan dari
Dyspnea, Decompensasi
Urine menurun Intravaskuler
Takipnea, Cordis MK :
Ke Intrastisial
Tarikan Risiko
Dinding Infeksi MK : Gangguan
Aritmia, Bradicardi,
Dada Eliminasi Urine
Perubahan EKG,
Edema,
MK :
Ketidakefektifan MK: Penurunan
Pola Napas Curah Jantung
Bowel Bone

Menekan saraf Vagus dan Lambung Tirah Baring


Edema sal. pencernaan

Absorbsi tdk adekuat Tekan


lama pd
Persepsi bag.
kenyang edema
dan tidak Feses Encer
nyaman di Sirkulasi
epigastrium perifer
tdk
Anoreksi MK : Diare
adekuat
MK :
MK:
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kerusakan Integritas Kulit

Perpindahan cairan dari intravaskuler ke interstitial

Cairan Intravaskuler

Hipovolemik

MK: Risiko
Syok
Hipovolemik

Bagan 2.1
WOC Sindroma Nefrotik
Sumber: Price & Wilson,
2006
1. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis

Syaifuddin, (2012) mengatakan bahwa perubahan fisiologis pada anak


dengan sindrom nefrotik adalah :
1. Sistem Peredaran Darah (Sirkulasi)

Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerulus


mengakibatkan protein lolos dan keluar bersama urine yang
menyebabkan protein dalam plasma berkurang, tekanan osmotik
koloid menurun dan tekanan hidrostatik meningkat, akibatnya
cairan intravaskuler berpindah kedalam interstisial. Respon tubuh
anak adalah edema, edema akan semakin parah dan hal ini terlihat
dari postur tubuh anak yang hingga mengalami edema anasarka.
Jumlah cairan intravaskuler yang menurun dapat mengakibatkan
syok hipovolemik.

2. Sistem Pencernaan

Penumpukan cairan keruang interstisial dapat mengakibatkan


peningkatan tekanan abdomen yang mendesak lambung. Respon
tubuh anak adalah anoreksia dan mual muntah.

3. Sistem Pernapasan

Penumpukan cairan keruang interstisial dapat mendesak rongga


dada, sehingga ekspansi paru menurun. Respon tubuh anak adalah
napas cepat.

4. Sistem Perkemihan

1. Stimulus yang diberikan oleh hormon renin – angiotensin mengakibatkan


peningkatan sekresi hormon ADH. Sehingga, reabsorbsi Na+ dan Air juga
mengalami peningkatan. Respon tubuh anak adalah penurunan haluaran
urine atau Oliguri bahkan anak bisa mengalami anurine, selain itu anak
juga akan mengalami edema yang akan memburuk menjadi edema
anasarka.
2. Penurunan fungsi filtrasi glomerulus mengakibatkan protein terfiltrasi dan
ikut keluar bersama urine, jika dilakukan pemeriksaan hematologi akan
ditemukan hasil hipoalbuminemia. Respon tubuh anak adalah daya tahan
tubuh yang rendah.
6. Manifestasi Klinis

Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan


proses penyakit, gejala yang paling sering berkaitan dengan sindroma
nefrotik adalah:

1. Penurunan haluaran urine dengan warna gelap dan berbusa.


2. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genitalia
dan ekstremitas).
3. Distensi abdomen karena edema yang mengakibatkan sulit bernapas, nyeri
abdomen, anoreksia dan diare.
4. Pucat.
5. Keletihan dan intoleransi aktivitas.
6. Nilai uji laboratorium abnormal seperti proteinuria > 2gr/m2/hari, albumin
serum < 2gr/dl, kolesterol serum mencapai 450-1000mg/dl.

(Betz & Sowden, 2009)

7. Penatalaksanaan
Menurut Betz & Sowden, (2009) penatalaksanaan medis untuk
sindrom nefrotik meliputi :
1. Pemberian kortikosteroid seperti prednison atau prednisolon untuk
menginduksi remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu
terapi. Jika pasien mengalami kekambuhan, maka perlu diberikan
kortikosteroid dengan dosis tinggi untuk beberapa hari.
2. Penggantian protein, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian albumin
melalui makanan atau melalui intravena.
3. Pengurangan edema.
1. Terapi diuretik, hendaknya terapi ini diberikan lebih cermat guna
mencegah terjadinya penurunan volume intravaskuler, pembentukan
trombus maupun ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Membatasi pemberian natrium.
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit.
5. Pengobatan nyeri untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan edema maupun tindakan medis yang dilakukan kepada pasien.
6. Pemberian antibiotik seperti penisilin oral atau jenis lain, mengingat
pasien dengan sindroma nefrotik rentan terkena infeksi akibat daya tahan
tubuhnya yang rendah.
7. Terapi Imunosupresif untuk anak yang gagal berespon dengan terapi
steroid.

Menurut Ngastiyah, (2014) Penatalaksanaan medis pada anak


dengan Sindroma nefrotik Meliputi :

1. Diit tinggi protein sebanyak 2-3 gr/Kg BB dengan garam minimal bila
edema masih berat. Bila edema sudah berkurang, maka dapat diberikan
sedikit garam ( Buku Kuliah IKA Jilid II).
2. Mencegah infeksi juga perlu dilakukan, karena anak kemungkinan akan
menderita tuberkulosis. Bila terjadi infeksi beri terapi antibiotik.
3. Kondisi alkalosis akibat hipokalemia dapat dibantu dengan pemberian
terapi KCl.
4. Kondisi hipertensi pada klien dapat diatasi dengan pemberian obat-obatan
antihipertensif seperti resephin atau pemblok beta dengan efek samping
penurunan laju filtrasi glomerulus dan harus digunakan dengan sangat
hati-hati.
5. Berikan diuretik untuk mengatasi edema
6. Berikan terapi kortikosteroid. International Kooperative Study Of Kidney
Disease in Children (ISKDC) mengajukan cara pengobatan sebagai
berikut:
1. Selama 28 hari prednison diberikan peroral dengan dosis 60 mg/hari/luas
permukaan badan dengan maksimum 80 mg/hari/luas permukaan badan.
2. Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral 28 hari dengan dosis 40
mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam seminggu diberikan dosis 60 mg/hari/lpb.
8. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus Sindroma Nefrotik
• Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus Sindroma Nefrotik meliputi:
• Identitas, seperti :nama, tempat tanggal lahir/umur, berat
badan lahir, panjang badan lahir, serta apakah bayi lahir
cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak ke, jumlah
saudara dan identitas orang tua.
• Keluhan Utama
• Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan sembab pada beberapa
bagian tubuh anak seperti pada wajah, mata, tungkai serta
bagian genitalia. Orang tua anak biasanya juga mengeluhkan
anaknya mudah demam dan daya tahan tubuh anaknya terbilang
rendah.

• Riwayat Kesehatan Dahulu


Perlu ditanyakan pada orangtua berat badan anak dahulu untuk
menilai adanya peningkatan berat badan. Perlu dikaji riwayat
keluarga dengan sindroma nefrotik seperti adakah saudara-
saudaranya yang memiliki riwayat penyakit ginjal dan riwayat
tumbuh kembang anak yang terganggu, apakah anak pernah
mengalami diare atau sesak napas sebelumnya, serta adanya
penurunan volume haluaran urine.

• Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


Perlu dikaji adanya penyakit pada ibu saat masa kehamilan
adakah menderita penyakit lupus eritematosus sistemik atau
kencing manis, konsumsi obat-obatan maupun jamu tradisional
yang diminum serta kebiasaan merokok dan minum alkohol
selama hamil.

• Riwayat Pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan
pertumbuhan karena keletihan akibat lambung yang mengalami
tekanan oleh cairan intrastisial dan memberikan persepsi
kenyang pada anak.

• Riwayat Psikososial dan Perkembangan


Penurunan nilai cardiac output dapat mengakibatkan penurunan
perfusi darah ke otak. Hal ini dapat berdampak pada
ketidakseimbangan perfusi jaringan cerebral pada anak.
Sehingga anak perlu mendapatkan stimulasi tumbuh kembang
dengan baik.

• Pemeriksaan Fisik
• TTV
• Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah
sistole normal 80 sampai 100 mmHg dan nilai diastole
normal 60 mmHg. Anak dengan hipovolemik akan
mengalami hipotensi, maka akan ditemukan tekanan darah
kurang dari nilai normal atau dapat ditemukan anak
dengan hipertensi apabila kolesterol anak meningkat.
• Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun
105x/ menit, frekuensi nadi anak usia 6-10 tahun
95x/menit, frekuensi nadi anak usia 10-14 tahun 85x/menit
dan frekuensi nadi anak usia 14-18 tahun 82x/menit.
• Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21-
30x/menit, anak 6 sampai 10 tahun 20-26x/menit dan anak
usia 10-14 tahun 18-22x/menit.
• Postur
BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur
dalam tahun) + 8. Perlu ditanyakan kepada orangtua, BB anak
sebelum sakit untuk menentukan adanya peningkatan BB pada
anak dengan sindroma nefrotik. Edema pada anak juga dapat
ditandai dengan peningkatan Berat Badan >30%.
• Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya
Jugularis Vein Distention (JVD) terletak 2 cm diatas angulus
sternalis pada posisi 450, pada anak dengan hipovolemik akan
ditemukan JVD datar pada posisi supinasi, namun pada anak
dengan hipervolemik akan ditemukan JVD melebar sampai ke
angulus mandibularis pada posisi anak 450.
• Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami
edema pada periorbital yang akan muncul pada pagi hari
setelah bangun tidur atau konjunctiva terlihat kering pada anak
dengan hipovolemik.
• Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan,
namun anak dengan Sindroma Nefrotik biasanya akan
memiliki pola napas yang tidak teratur sehingga akan
ditemukan pernapasan cuping hidung.
• Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat
penurunan saturasi oksigen. Selain itu dapat ditemukan pula
bibir kering serta pecah-pecah pada anak dengan hipovolemik .
• Kardiovaskuler
• Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola
napas yang tidak teratur
• Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut
jantung
• Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah
• Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki serta
penurunan bunyi napas pada lobus bagian bawah
Bila dilakukan EKG, maka akan ditemukan aritmia,
pendataran gelombang T, penurunan segmen ST, pelebaran
QRS, serta peningkatan interval PR.
• Paru-Paru
1. Inspeksi, biasanya tidak ditemukan kelainan
2. Palpasi, biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak simetris bila
anak mengalami dispnea
3. Perkusi, biasanya ditemukan sonor
4. Auskultasi, biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan. Namun,
frekuensi napas lebih dari normal akibat tekanan abdomen kerongga dada.
9. Abdomen
1. Inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat bila anak
asites
2. Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur lingkar
perut anak akan terjadi abnormalitas ukuran
3. Perkusi, biasanya tidak ada kelainan
4. Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting dullness
10. Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare
akan tampak pucat serta keringat berlebihan, ditemukan kulit
anak tegang akibat edema dan berdampak pada risiko
kerusakan integritas kulit.
11. Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila
edema anasarka atau hanya edema lokal pada ektremitas saja.
Selain itu dapat ditemukan CRT > 2 detik akibat dehidrasi.
12. Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada
skrotum dan pada anak perempuan akan mengalami edema
pada labia mayora.
4. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Urine
1. Urinalisis
1. Proteinuria, dapat ditemukan sejumlah protein dalam
urine lebih dari 2 gr/m2/hari.
2. Ditemukan bentuk hialin dan granular.
3. Terkadang pasien mengalami hematuri.
2. Uji Dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dan
darah.
3. Berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya
proteinuria ( normalnya 50-1.400 mOsm).
4. Osmolaritas urine akan meningkat.
2. Uji Darah

1. Kadar albumin serum akan menurun, dengan hasil kurang


dari 2 gr/dl (normalnya 3,5-5,5 gr/dl).
2. Kadar kolesterol serum akan meningkat, dapat mencapai
450-1000 mg/dl (normalnya <200 mg/dl).
3. Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau
mengalami hemokonsentrasi ( normalnya Ht pada laki-laki
44-52% dan pada Perempuan 39-47% ).
4. Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000-
1.000.000/ µl (normalnya 150.000-400.000/µl).
5. Kadar elektrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan
penyakit perorangan (normalnya K+ 3,5-5,0 mEq/L, Na+
135-145 mEq/L, Kalsium 4-5,5 mEq/L, Klorida 98-106
mEq/L )
3. Uji Diagnostik

Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya untuk mengindikasikan


status glomerular, jenis sindrom nefrotik, respon terhadap
penatalaksanaan medis dan melihat proses perjalanan penyakit.
(Betz & Sowden, 2009)

9. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan Diagnosis Keperawatan 2012-2014, diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul:

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan osmotik


koloid
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot
pernapasan.
3. Nyeri Kronis berhubungan dengan agen biologis.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekuder,imunosupresan.
5. Diare berhubungan dengan edema mukosa usus.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis.
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologik.
10. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan SDKI SIK


I
1 Kelebihan volume cairan 1. Keseimbangan 1. Manajemen cairan
Batasan Karakteristik : Cairan 1. Timbang berat
1. Gangguan elektrolit Kriteria Hasil: badan setiap
2. Anasarka 1. Keseimbanga hari dan
3. Perubahan tekanan darah n intake dan monitor status
4. Perubahan pola napas output dalam pasien
5. Penuruna hematokrit 24 jam 2. Jaga dan catat
6. Penurunan hemoglobin 2. Berat badan intake/output
7. Edema Stabil 3. Monitor status
8. Asupan melebihi 3. Turgor kulit
hidrasi
haluaran 4. Asites
4. Monitor tanda-
9. Oliguri 5. Edema
10. Distensi vena jugularis Perifer tanda vital
11. Efusi pleura 2. Eliminasi urine pasien
12. Penambahan berat badan Kriteria hasil : 5. Monitor
dalam waktu singkat 1. Pola kelebihan
Faktor Berhubungan eliminasi cairan atau
dengan : 2. Bau urine retensi
1. Gangguan 3. Jumlah urine (misalnya
mekanisme 4. Warna urine edema, distensi
regulasi vena jugularis
2. Kelebihan asupan dan edema)
cairan 6. Kaji luas dan
3. Kelebihan asupan lokasi edema
natrium 7. Monitor status
gizi
8. Berikan cairan
dengan tepat
9. Berikan diuretik
yang diresepkan

2. Monitor Cairan
1. Tentukan riwayat,
jumlah dan tipe
intake/output
2. Monitor serum dan
elektrolit urine
3. Monitor TD, HR
dan RR
4. Catat intake/output
akurat
3.
Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan status
pernapasan dengan
tepat
2. Monitor irama dan
laju pernapasan
3. Monitor warna kulit,
suhu dan
kelembaban
4. Monitor sianosis
sentral dan perifer
2. Ketidakefektifan pola 1. Status 1. Monitor pernapasan
napas pernapasan 1. Monitor kecepatan,
Batasan Karakteristik : irama, kedalaman
1. Bradipnea Kriteria hasil : dan kesulitan dalam
2. Penurunan 1. Frekuensi bernapas
tekanan ekspirasi pernapasan 2. Catat pergerakan
3. Pernapasan 2. Irama dada, catat
cuping hidung pernapasan ketidaksimetrisan,
4. Fase ekspirasi 3. Kedalaman penggunaan otot-
memanjang inspirasi otot bantu
5. Pernapasan bibir 4. Suara pernapasan dan
Faktor Berhubungan auskultasi retraksi dada
dengan : pernapasan 3. Monitor suara napas
1. Obesitas 5. Penggunaan tambahan seperti
2. Nyeri otot bantu ngorok
3. Posisi tubuh napas 4. Monitor pola napas
6. Retraksi (misalnya:bradipnea
dinding dada ,takipnea,
7. Sianosis hiperventilasi,
8. Pernapasan kusmaul)
cuping 5. Palpasi kesimetrisan
hidung ekspansi paru
6. Monitor
peningkatan
kelelahan,
kecemasan dan
kekurangan udara
pada pasien

Manajemen Jalan
Napas
1. Atur posisi pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
2. Catat adanya suara
napas tambahan

Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu dan
status pernapasan
dengan tepat
2. Monitor irama dan
laju pernapasan
3. Monitor warna kulit,
suhu dan
kelembaban
4. Monitor sianosis
sentral dan perifer
3 Nyeri Akut 1. Kontrol nyeri Manajemen nyeri
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : Lakukan pengkajian
1. Perubahan 1. Mengenali nyeri komprehensif
tekanan darah kapan terjadi yang meliputi lokasi,
2. Perubahan nyeri karakteristik, durasi,
frekuensi 2. Menggunaka frekuensi,kualitas,int
pernapasan n tindakan ensitas dan faktor
3. Mengekspresikan pengurangan pencetus
dengan perilaku nyeri non Kendalikan faktor
4. Melaporkan nyeri analgetik lingkungan yang
secara verbal 3. Melaporkan dapat mempengaruhi
Faktor yang nyeri yang terjadinya nyeri
berhubungan : terkontrol seperti suhu
2. Tingkat nyeri Ajarkan prinsip
1. Agen cedera biologis
Kriteria Hasil : managemen nyeri
1. Nyeri yang (teknik relaksasi)
dilaporkan Dukung istirahat yang
2. Ekspresi adekuat untuk
nyeri wajah mengurangi nyeri
Monitor kepuasan klien
terhadap
managemen nyeri
yang diberikan
kepada klien

Pemberian analgetik
1. Cek perintah
pengobatan meliputi
nama, dosis dan
frekuensi
2. Cek adanya riwayat
alergi obat
3. Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian terapi
4. Berikan terapi sesuai
dengan waktu
paruhnya terutama
saat nyeri hebat
5. Evaluasi keefektifan
terapi analgetik

Aplikasi panas /
dingin
1. Jelaskan
penggunaan aplikasi
panas atau dingin,
alasan dan pengaruh
terhadap nyeri
2. Pertimbangkan
kondisi kulit dan
kontraindikasi
3. Bungkus perangkat
panas/dingin dengan
media seperti kain
4. Tentukan durasi
pengaplikasian
berdasarkan respon
verbal, perilaku, dan
biologis individu
4 Risiko infeksi 1. Kontrol Kontrol Infeksi
Batasan Karakteristik : risiko1:. proses 1. Batasi jumlah
1. Kerusakan integritas infeksi Kriteria pengunjung
kulit Hasil : 2. Anjurkan pasien
2. Statis cairan tubuh 1. Mengidentifi mengenai teknik
3. Penurunan kasi faktor cuci tangan yang
hemoglobin risiko infeksi benar
4. Vaksinasi tidak 2. Mengidntifik 3. Anjurkan
adekuat asi tanda dan pengunjung untuk
gejala infeksi mencuci tangan saat
3. Menggunaka memasuki dan
n alat meninggalkan
pelindung ruangan pasien
diri
4. Mencuci Monitor nutrisi
tangan 2. 1. Timbang berat badan
2. Status nutrisi pasien
Kriteria hasil : 2. Lakukan pengukuran
1. Asupan gizi antropometri pada
2. Asupan komposisi tubuh
makanan 3. Monitor
3. Ratio berat
badan/tinggi kecenderungan naik
badan dan turunnya berat
4. hidrasi badan anak
4. Identifikasi
perubahan berat
badan terakhir

3. Pengecekan kulit
1. Amati warna,
kehangatan,
bengkak, pulsasi,
tekstur, edema dan
ulserasi pada
ekstremitas
2. Monitor warna dan
suhu kulit
3. Monitor warna kulit
untuk memeriksa
adanya ruam atau
lecet
4. Monitor kulit untuk
adanya kekeringan
atau kelembaban
5. Monitor infeksi,
terutama dari daerah
edema
5 Diare 1. Eliminasi 1. Manajemen
Batasan Karakteristik : Usus Diare
1. Bising usus hiperaktif Kriteria Hasil: 1. Tentukan riwayat
2. Nyeri abdomen 1. Pola diare
sedikitnya tiga eliminasi 2. Intruksikan pasien
kali defekasi 2. Warna feses atau anggota
perhari 3. Suara bising keluarga untuk
3. Kram usus mencatat warna,
Faktor yang volume, frekuensi
berhubungan : dan konsistensi tinja
3. Anjurkan pasien
1. Proses infeksi dan
menghindari
parasit
makanan pedas dan
2. malabsorbsi
yang menimbulkan
gas dalam perut
4. Monitor tanda dan
gejala diare
5. Monitor kulit
perinium terhadap
adaya iritasi dan
ulserasi
6. Ukur diare atau
1. Implementasi Keperawatan
Peneliti melakukan semua imlementasi berdasarkan tindakan yang
telah direncanakan pada intervensi, pada kedua partisipan tidak dapat
dilakukan tindakan pemantauan nilai elektrolit serum karena
pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan pada awal saat pasien
masuk. Pada masalah kelebihan volume cairan yang dialami kedua
participant telah dilakukan tindakan keperawatan meliputi a)
menimbang berat badan anak setiap hari, b) memonitor tanda-tanda
vital meliputi TD, nadi, pernapasan dan suhu, c) memantau retensi
cairan dengan menilai adannya piting edema, d) menilai luas dan
lokasi edema, e) memantau intake/output perhari, f) memberikan terapi
diuretik sesuai medikasi.

2. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dari tanggal 24–30 Mei 2017 dengan metode
penilaian Subjektiv, Objektiv, Assasment, Planning (SOAP) untuk
mengetahui keefektifan dari tindakan yang telah dilakukan. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan pada partisipan I selama 5 hari untuk
masalah keperawatan kelebihan volume cairan berhubungan dengan
gangguan mekanisme regulasi ditemukan data subjektif ibu
mengatakan sembab pada bagian mata anak sudah berkurang dan anak
sudah tidak rewel, Sedangkan data objektif diperoleh TD 130/90
mmHg, nadi 113x/i, pernapasan 22x/i, suhu 36,9oC, namun berat badan
anak masih 12 kg. Masih terdapat edema pada ekstremitas dan skrotum
serta asites. balance cairan +150 cc. Kriteria yang harus dicapai adalah
Tekanan Darah dalam batas normal, Keseimbangan intake dan output
dalam 24 jam, Berat badan stabil, edem berkurang, tidak ditemukan
asites, nilai elektrolit dalam batas normal.
LAPORAN KASUS
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN ANAK
TENTANG
(Sindrom Nefrotik Pada Anak)

Disusun Oleh :

Pipi Suci Ramadanni (20334085)


Tingkat 2C

CI AKADEMIK CI KLINIK

(Hasmita, S.KM.M.Biomed) (Ns.Timet Hendri S.Kep )

DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021/2022
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

1. Pengkajian
Hari Tanggal Jam
Waktu Pengkajian Rabu 24 Mei 2017 15.00 wib

Rumah Sakit / : RSUD Padang Pariaman


Klinik/Puskesmas
Ruangan : Kebidanan dan Anak
Tanggal Masuk RS : 22 Mei 2022
No. Rekam Medik : 979363
Sumber informasi : Orangtua klien
1. IDENTITAS KLIEN DAN KELUARGA
1. IDENTITAS ANAK
Nama / Panggilan An. A
Tanggal lahir / Umur 24 Maret 2019/ 38 bulan
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan Belum sekolah
Anak ke / jumlah 1/1
saudara
Diagnosa Medis Sindroma Nefrotik
2. IDENTITAS ORANGTUA IBU AYAH
Nama Ny.J Tn.R
Umur 20 th 32 th
Agama Islam Islam
Suku bangsa Minang Minang
Pendidikan SMP SD
Pekerjaan IRT Sopir
Alamat Parik Malintang Parik Malintang

IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA YANG TINGGAL SERUMAH


3. Usia
Nama Pendi
No (bl/th JK Hub.dg KK Status kesehatan Ket
(Inisial) dikan
)
1 Tn.B 50th LK Kakek klien SD Tidak ada masalah -
2 Ny.J 49th PR Nenek klien SD Tidak ada masalah -
3 Ny.M 23th PR Tante klien SMA Tidak ada masalah -
1. RIWAYAT KESEHATAN

KELUHAN UTAMA Ny.J mengatakan An.A masuk ruang HCU anak RSUD Padang
Pariaman pada 22 Mei 2022 pukul 22.05 wib rujukan
RSUD.Pariaman karena sembab pada seluruh bagian tubuh anak,
urine anak keluar sedikit dan disertai darah

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat dilakukan pengkajian pada 24 Mei 2017 pukul 16.00 wib Ny.J mengatakan
anaknya mengalami sembab pada hampir seluruh bagian tubuh (mata, pipi, perut,
kaki, tangan, kelamin). Ny.J mengatakan berat badan anak saat ini 12 kg sementara
sebelum sakit hanya 9,5 kg.

2. Riwayat kesehatan dahulu

Ny.J mengatakan anaknya sudah pernah dirawat 3x karena penyakit yang sama dan
anak mudah demam. Sembab pada An.A akan selalu timbul saat anak mengkonsumsi
makanan siap saji.

1. Prenatal
Riwayat gestasi G1P1A0H1
HPHT 30 Mei 2013
Pemeriksaan kehamilan Bidan
Frekuensi Teratur
Masalah waktu hamil Ada, mual muntah
Sikap ibu terhadap kehamilan Positif
Emosi ibu pada saat hamil Stabil
Obat-obatan yang digunakan Ada, vit.C dan tablet zinc
Perokok Tidak
Alkohol Tidak
2. Intranatal
Tanggal persalinan 24 maret 2019
BBL / PBL 2900 gr / 49 cm
Tempat persalinan Rumah Sakit
Penolong persalinan Dokter
Jenis persalinan Sectio Caesaria (SC)
Penyulit persalinan ada, panggul sempit
Post natal (24 jam)
APGAR skor Menit ke-1 = 8 Menit ke-5 = 10
3.
Pemberian Vit K Ada
Koord. reflek hisap dan reflek Baik
menelan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Tidak
BBLR : Perawatan kangguru Tidak
Kelainan kongenital tidak ada
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anggota keluarga pernah Ada, penyakit ISPA dan diare
sakit
Riwayat penyakit keturunan Tidak ada
Genogram
Ket :
• : Laki-laki O : Perempuan
©/• : Klien
• /O : Meninggal
c
: Menikah ╫ : Cerai
: Saudara
: Tinggal serumah
III. RIWAYAT IMUNISASI
BCG • Simpulan :
DPT •1 •2 •3
Polio •1 •2 •3 •4 • lengkap sesuai usia
Hepatitis B •0 •1 •2 •3 • tidak lengkap
Campak •
IV.Lingkungan
Ny.J mengatakan dilingkungan rumah terdapat kandang ayam, didalam rumah
klien memelihara seekor kucing dan terdapat wc selain itu, ayah dan suami Ny.J
merokok memiliki kebiasaan merokok. Diluar rumah klien terdapat septictank dan
tempat pembakaran sampah. Sumber air minum yang dikonsumsi klien adalah air
galon.

V. PENGKAJIAN KHUSUS
A. ANAK
Pemeriksaan Fisik
1. a. Kesadaran CM
GCS : E4M6V5 Jumlah : 15
b. Tanda Vital Suhu : 36,8 oC RR : 24 x/m HR :112 x/m TD : 150/100 mmHg
c. Posture BB : 12 kg PB/TB : 85 cm

d. Kepala Bentuk : normocepal


Kebersihan : bersih
Benjolan : tidak ada

e. Mata simetris
Sklera : tidak ikterik Konjungtiva : tidak anemis
Reflek cahaya : positif Palbebra : edema
Pupil : isokor

f. Hidung Letak : simetris


Pernapasan cuping hidung : tidak ada
Kebersihan : bersih

g. Mulut Warna bibir, lidah, palatum : merah muda


Kebersihan rongga mulut : bersih
h. Telinga Bentuk : simetris
Kebersihan : bersih
Posisi puncak pina : Sejajar kantus mata
i. Leher Pembesaran kelenjer getah bening : tidak ada
j. Dada
- Toraks Inspeksi : tidak ada retraksi dinding dada

Auskultasi : vesikuler, tidak ada bunyi napas tambahan

Palpasi : pergerakan fremitus kiri dan kanan simetris

Perkusi : sonor

- Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Auskultasi : irama jantung teratur

Palpasi : Ictus cordis teraba pada RIC V kiri

k. Abdomen Inspeksi : Mengkilat dan tegang pada kulit

Auskultasi : shifting dullness (+)

Palpasi : distensi abdomen

Perkusi : timpani

Lingkar : 61 cm
perut
l. Kulit Turgor : Kembali cepat
Kelembaban: Lembab
Warna: Merah muda

m. Ekstremitas Lingkar lengan atas : 13 cm


Atas Capillary refill : < 3 dtk
terpasang tryway pada vena radialis dextra dan edema pada jari,
punggung tangan hingga batas lengan
n. Ekstremitas edema pada punggung kaki hingga bagian paha dengan CRT <3 detik
Bawah
o. Genitalia dan Laki-laki
anus Bentuk : normal
Data lain : terdapat edema pada skrotum

3) Kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi dan makanan dari rumah sakit berupa nasi, lauk, sayur, buah (MB
cairan Nefrotik 1100 kkal, protein 20 gr/day, garam 1 gr/day) dan habis 1
porsi. Sedangkan cairan yang dikonsumsi anak selama 1 hari ±1200
cc. Anak mengatakan porsi makan yang diberikan kurang.
2. Istirahat dan Siang Malam
tidur Pola tidur : teratur Pola tidur : teratur
Jumlah jam tidur :3 jam/hari Jumlah jam tidur :8 jam/hari
Masalah :tidak ada Masalah :tidak ada
3. Eliminasi BAK : Frek 5x/hari, Jumlah ±900 cc, Warna kuning kecokelatan
Masalah :pernah mengalami hematurie
BAB : Frek 1x/hari
Konsistensi lembek
Masalah :tidak ada
4. Personal Frek. Mandi : 1 x/hr Cuci rambut : 7 x/mg Sikat gigi :2x/hr
higiene Masalah :tidak ada
5. Aktivitas Dengan teman sebaya
bermain
6. Rekreasi Pola rekreasi keluarga : tidak teratur
VI. DATA PENUNJANG
Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium pada 22 Mei 2017 diperoleh total
protein 3,2 gr/dL (6,6-8,7 gr/dL), albumin 1,1 gr/dL(3,8-5,0 gr/dL), nilai
natrium 128 Mmol/L (136-145 Mmol/L) dan kalsium 7,6 mg/dL (8,1-10,4
mg/dL). Sedangkan hasil urinalisa pada 22 Mei 2017 diperoleh protein +2
dalam urine.

Terapi medis Pada 24 Mei 2017, An.A mendapatkan terapi medis antara lain Prednison
1-1-2 tab, Captopril 3x12,5 mg, Nifedipin 3x2 mg, Lasix 2x10 mg,
Simfastatin 1x10 mg, Cefixime 2x25 mg

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: Kelebihan asupan Kelebihan volume
1. Ny.J mengatakan anaknya cairan cairan
mengalami sembab pada
hampir seluruh bagian
tubuh,
2. Ny.J mengatakan anak juga
sedikit rewel
DO:
1. anak minum ±1200 cc dan
BAK ±900 cc.
2. Piting edema positif pada
palpebra, pipi, punggung
tangan hingga batas lengan,
punggung kaki hingga paha,
skrotum, abdomen,
3. anak terlihat gelisah,
4. BB anak 12 kg, sebelum sakit
9,5 kg.
5. nilai natrium 128 Mmol/L
dan kalsium 7,6 mg/dL.

2 DS: Ketidakadekuatan Risiko infeksi


1. Ny.J mengatakan ananya pertahanan
sudah 3x dirawat karena sekunder
penyakit yang sama,
2. Ny.J mengatakan, selama
dirumah anak sering
mengalami demam
DO:
1. terpasang tryway di vena
radialis dextra
2. total protein 3,2 gr/dL,
albumin 1,1 gr/dL, leukosit
11.7600/mm3.

3 DS: Kurangnya Defisiensi


1. Ny.J mengatakan sangat informasi pengetahuan
khawatir dengan kondisi
anaknya saat ini,
2. Ny.J mengatakan belum
mendapatkan informasi yang
jelas mengenai penyakit
anaknya dan panik jika
melihat anaknya tiba-tiba
sembab saat berada dirumah
DO:
Orangtua terlihat bingung saat
ditanya tentang penyakit
anaknya

2. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
2. Risiko infeksi dengan faktor risiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa SDKI SLK


I
1 Kelebihan volume 3. Keseimbangan cairan4. Manajemen cairan
cairan berhubungan Kriteria Hasil: 10. Timbang berat
dengan kelebihan 6. Keseimbangan badan setiap
asupan cairan intake dan output hari dan
dalam 24 jam monitor
7. Berat badan stabil status pasien
8. Turgor kulit 11. Jaga dan catat
9. Asites intake/output
10. Edema perifer 12. Monitor
4. Eliminasi urine status hidrasi
Kriteria hasil : 13. Monitor
5. Pola eliminasi tanda-tanda
6. Bau urine vital pasien
7. Jumlah urine 14. Monitor
8. Warna urine kelebihan
cairan atau
retensi
(misalnya
edema,
distensi vena
jugularis dan
edema)
15. Kaji luas dan
lokasi edema
16. Monitor
status gizi
17. Berikan cairan
dengan tepat
18. Berikan
diuretik yang
diresepkan

5. Monitor Cairan
5. Tentukan riwayat,
jumlah dan tipe
intake/output
6. Monitor serum
dan elektrolit
urine
7. Monitor TD, HR
dan RR
8. Catat
intake/output
akurat

6. Monitor tanda-tanda
vital
5. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu
dan status
pernapasan
dengan tepat
6. Monitor irama dan
laju pernapasan
7. Monitor warna
kulit, suhu dan
kelembaban
8. Monitor sianosis
sentral dan perifer
2 Risiko infeksi 3. Kontrol risiko: Kontrol Infeksi
dengan faktor risiko prose4s. infeksi 4. Batasi jumlah
ketidakadekuatan Kriteria Hasil : pengunjung
pertahanan 5. Mengidentifikasi 5. Anjurkan pasien
sekunder faktor risiko mengenai teknik
infeksi cuci tangan yang
6. Mengidntifikasi benar
tanda dan gejala 6. Anjurkan
infeksi pengunjung untuk
7. Menggunakan alat mencuci tangan
pelindung diri saat memasuki dan
8. Mencuci tangan meninggalkan
4. Status nutrisi ruangan pasien
Kriteria hasil :
5. Asupan gizi
6. Asupan makanan 5. Monitor nutrisi
7. Ratio berat 5. Timbang berat
badan/tinggi badan badan pasien
8. Hidrasi 6. Lakukan
pengukuran
antropometri pada
komposisi tubuh
7. Monitor
kecenderungan
naik dan turunnya
berat badan anak
8. Identifikasi
perubahan berat
badan terakhir

6. Pengecekan kulit
6. Amati warna,
kehangatan,
bengkak, pulsasi,
tekstur, edema
dan ulserasi pada
ekstremitas
7. Monitor warna dan
suhu kulit
8. Monitor warna
kulit untuk
memeriksa adanya
ruam atau lecet
9. Monitor kulit
untuk adanya
kekeringan atau
kelembaban
10. Monitor
infeksi, terutama
dari daerah edema
3 Defisiensi 5. Pengetahuan: Diet yang 1. Pengajaran:
pengetahuan disarankan peresepan diit
berhubungan Kriteria Hasil : 1. Kaji pola
dengan kurangnya 1. Mengetahui makan pasien
informasi makanan yang saat ini dan
diperbolehkan dan sebelumnya,
dilarang selama termasuk
diet makanan yang
2. Mengetahui disukai dan
manfaat diet yang pola makan
dianjurkan saat ini
3. Mengetahui porsi 2. Kaji adanya
makanan yang keterbatasa
disarankan finansial yang
dapat
mempengaru
hi
3. Ajarkan
pasien dan
keluarga
nama
makanan yang
sesuai dengan
diit yang
disarankan
4. Jelaskan pada
pasien
mengenai
tujuan
kepatuhan
terhadap diit
2. Manajemen
hipervolemi
1. Monitor
intake/output
2. Monitor
edema perifer
3. Batasi asupan
natrium
sesuai indikasi
3. Manajemen berat
badan
1. Hitung berat
badan ideal
pasien
2. Diskusikan
dengan
keluarga
kondisi medis
yang
mempengaru
hi berat badan

4. Implementasi Keperawatan

Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi


Kelebihan volume 1. menimbang berat badan pasien :
cairan berhubungan 12 kg
dengan kelebihan 2. memonitor tanda-tanda vital : TD
asupan cairan 150/100 mmHg, nadi 112x/i,
pernapasan 24x/i, suhu 36,8oC
3. menilai luas dan lokasi edema :
edema positif pada palpebra,
punggung tangan hingga batas
lengan, punggung kaki hingga
bagian paha
4. mencatat intake dan output: intake
±1200 output ±900
5. memberikan diuretik : anak
diberikan terapi Lasix 2x10 mg.
Risiko infeksi dengan 1. memberikan terapi antibiotik:
faktor risiko Cefixime 2x25 mg
ketidakadekuatan 2. mengajarkan pasien dan keluarga
24 Mei 2022
pertahanan cara mencuci tangan dengan benar
sekunder 3. melakukan pengecekan kulit
4. memberikan diit sesuai kebutuhan
pasien: MB Nefrotik 1100 kkal
5. melakukan pengukuran suhu:
36,80C
6. memantau adanya peningkatan
atau penurunan berat badan: BB 12
kg
7. memantau adanya tanda gejala
infeksi
Defisiensi 1. menggali pengetahuan orangtua
pengetahuan tentang penyakit yang diderita
berhubungan anak saat ini
dengan kurangnya 2. memberikan pendidikan kesehatan
informasi dengan berdiskusi terbuka bersama
orangtua anak
25 Mei 2022 Kelebihan volume 1. menimbang berat badan
cairan berhubungan pasien : 12 kg
dengan kelebihan 2. memonitor tanda-tanda vital :
asupan cairan TD 140/90 mmHg, nadi, 112x/i,
pernapasan 22 x/i dan suhu
36,7oC
3. menilai luas dan lokasi edema :
edema positif pada palpebra,
punggung tangan hingga batas
lengan, punggung kaki hingga
bagian paha
4. mencatat intake dan output:
intake cairan ±1400cc output
cairan ±1200cc
5. memberikan diuretik : anak
diberikan terapi Lasix 2x10 mg.
Risiko infeksi dengan 1. memberikan terapi antibiotik:
faktor risiko Cefixime 2x25 mg
ketidakadekuatan 2. mengajarkan pasien dan keluarga
pertahanan cara mencuci tangan dengan benar
sekunder 3. melakukan pengecekan kulit
4. memberikan diit sesuai kebutuhan
pasien: MB Nefrotik 1100 kkal
5. melakukan pengukuran suhu:
36,7oC
6. memantau adanya peningkatan
atau penurunan berat badan: BB 12
kg
7. memantau adanya tanda gejala
infeksi
Defisiensi 1. menggali pengetahuan orangtua
pengetahuan tentang penyakit yang diderita
berhubungan anak saat ini
dengan kurangnya 2. memberikan pendidikan kesehatan
informasi dengan berdiskusi terbuka bersama
orangtua anak
26 Mei 2022 Kelebihan volume 1. menimbang berat badan
cairan berhubungan pasien : 12 kg
dengan kelebihan 2. memonitor tanda-tanda vital :
asupan cairan TD 150/100 mmHg, nadi
114x/i, pernapasan 23x/i dan
suhu 36,7oC
3. menilai luas dan lokasi edema :
edema positif pada palpebra,
punggung tangan hingga batas
lengan, punggung kaki hingga
bagian paha
4. mencatat intake dan output: ,
intake cairan ±1100 cc output
cairan ±1000cc.
5. memberikan diuretik : anak
diberikan terapi Lasix 2x10 mg.
Risiko infeksi dengan 1. memberikan terapi antibiotik:
faktor risiko Cefixime 2x25 mg
ketidakadekuatan 2. mengajarkan pasien dan keluarga
pertahanan cara mencuci tangan dengan benar
sekunder 3. melakukan pengecekan kulit
4. memberikan diit sesuai kebutuhan
pasien: MB Nefrotik 1100 kkal
5. melakukan pengukuran suhu:
o
36,7 C
6. memantau adanya peningkatan
atau penurunan berat badan: BB 12
kg
7. memantau adanya tanda gejala
infeksi
Defisiensi 1. menggali pengetahuan orangtua
pengetahuan tentang penyakit yang diderita
berhubungan anak saat ini
dengan kurangnya 2. memberikan pendidikan kesehatan
informasi dengan berdiskusi terbuka bersama
orangtua anak
27 Mei 2022 Kelebihan volume 1. menimbang berat badan
cairan berhubungan pasien : 12 kg
dengan kelebihan 2. memonitor tanda-tanda vital :
asupan cairan TD 130/90 mmHg, nadi 110x/i,
pernapasan 23x/i dan suhu
37,2oC
3. menilai luas dan lokasi edema :
edema positif pada palpebra,
punggung tangan hingga batas
lengan, punggung kaki hingga
bagian paha
4. mencatat intake dan output:
intake cairan ±1200 cc output
cairan ±900cc.
5. memberikan diuretik : anak
diberikan terapi Lasix 2x10 mg.
Risiko infeksi dengan 1. memberikan terapi antibiotik:
faktor risiko Cefixime 2x25 mg
ketidakadekuatan 2. mengajarkan pasien dan keluarga
pertahanan cara mencuci tangan dengan benar
sekunder 3. melakukan pengecekan kulit
4. memberikan diit sesuai kebutuhan
pasien: MB Nefrotik 1100 kkal
5. melakukan pengukuran suhu:
37,2oC
6. memantau adanya peningkatan
atau penurunan berat badan: BB 12
kg
7. memantau adanya tanda gejala
Infeksi
Defisiensi 1. menggali pengetahuan orangtua
pengetahuan tentang penyakit yang diderita
berhubungan anak saat ini
dengan kurangnya 2. memberikan pendidikan kesehatan
informasi dengan berdiskusi terbuka bersama
orangtua anak
Kelebihan volume 1. menimbang berat badan
cairan berhubungan pasien : 12 kg
dengan kelebihan 2. memonitor tanda-tanda vital :
asupan cairan TD 140/90 mmHg, nadi 113x/i,
pernapasan 22x/i dan suhu
36,9oC
3. menilai luas dan lokasi edema :
edema positif pada punggung
tangan hingga batas lengan,
punggung kaki hingga bagian
paha
4. mencatat intake dan output:
intake cairan ±1000 cc output
cairan ±900cc.
5. memberikan diuretik : anak
diberikan terapi Lasix 2x10 mg.
Risiko infeksi dengan 1. memberikan terapi antibiotik:
faktor risiko Cefixime 2x25 mg
28 Mei 2022
ketidakadekuatan 2. mengajarkan pasien dan keluarga
pertahanan cara mencuci tangan dengan benar
sekunder 3. melakukan pengecekan kulit
4. memberikan diit sesuai kebutuhan
pasien: MB Nefrotik 1100 kkal
5. melakukan pengukuran suhu:
36,9oC
6. memantau adanya peningkatan
atau penurunan berat badan: BB 12
kg
7. memantau adanya tanda gejala
infeksi
Defisiensi 1. menggali pengetahuan orangtua
pengetahuan tentang penyakit yang diderita
berhubungan anak saat ini
dengan kurangnya 2. memberikan pendidikan kesehatan
informasi dengan berdiskusi terbuka bersama
orangtua anak
5. Evaluasi Keperawatan

Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


Kelebihan volume S: orangtua mengatakan badan anaknya
cairan masih sembab dan anak masih rewel
berhubungan O:
dengan kelebihan
1. TD 150/100 mmHg, nadi 112x/i,
asupan cairan
pernapasan 24x/i, suhu 36,8oC,
2. BB 12 kg,
3. intake ±1200cc dan output ±900 cc
4. terapi lasix 2x10mg
5. anak terlihat rewel
6. piting edema positif pada palpebra,
ekstremitas, skrotum dan asites
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Risiko infeksi S: orangtua mengatakan anaknya tidak
dengan faktor mengalami demam saat ini
24 Mei 2022 risiko O:
ketidakadekuatan
7. terapi Cefixime 2x25mg diberikan
pertahanan
8. terpasang tryway pada vena radialis
sekunder
dextra
9. suhu 36,8oC
A: masalah tidak terjadi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
antibiotik dan memantau suhu
Defisiensi S: orangtua mengatakan sudah mengetahui
pengetahuan tanda-gejala pada anak dengan sindroma
berhubungan nefrotik
dengan O:
kurangnya orangtua mampu menjelaskan kembali
informasi tanda-gejala sindroma nefrotik
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
25 Mei 2022 Kelebihan volume S: orangtua mengatakan badan anaknya
cairan masih sembab dan anak masih rewel
berhubungan O:
dengan kelebihan
10. TD 140/90 mmHg, nadi, 112x/i,
asupan cairan
pernapasan 22 x/i dan suhu 36,7oC
11. BB 12 kg,
12. intake ±1400cc dan output ±1200 cc
13. terapi lasix 2x10mg
14. anak terlihat rewel
15. piting edema positif pada palpebra,
ekstremitas, skrotum dan asites
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Risiko infeksi S: orangtua mengatakan anaknya tidak
dengan faktor mengalami demam saat ini
risiko O:
ketidakadekuatan
16. terapi Cefixime 2x25mg diberikan
pertahanan
17. terpasang tryway pada vena radialis
sekunder
dextra
18. suhu 36,7oC
A: masalah tidak terjadi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
antibiotik dan memantau suhu
Defisiensi S: orangtua mengatakan sudah mengetahui
pengetahuan diet pada anak dengan sindroma nefrotik
berhubungan O:
dengan orangtua mampu menjelaskan kembali jenis
kurangnya makanan untuk anaknya
informasi A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
26 Mei 2022 Kelebihan volume S: orangtua mengatakan badan anaknya
cairan masih sembab dan anak masih rewel
berhubungan O:
dengan kelebihan
19. TD 150/100 mmHg, nadi 114x/i,
asupan cairan
pernapasan 23x/i dan suhu 36,7oC
20. BB 12 kg,
21. intake ±1100cc dan output ±1000 cc
22. terapi lasix 2x10mg
23. anak terlihat rewel
24. piting edema positif pada palpebra,
ekstremitas, skrotum dan asites
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Risiko infeksi S: orangtua mengatakan anaknya tidak
dengan faktor mengalami demam saat ini
risiko O:
ketidakadekuatan
25. terapi Cefixime 2x25mg diberikan
pertahanan
26. terpasang tryway pada vena radialis
sekunder
dextra
27. suhu 36,7oC
A: masalah tidak terjadi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
antibiotik dan memantau suhu
Defisiensi S: orangtua mengatakan sudah mengetahui
pengetahuan penyebab sembab pada anak
berhubungan O:
dengan orangtua mampu menjelaskan kembali
kurangnya makanan yang boleh dan tidak boleh
informasi dikonsumsi anak
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Kelebihan volume S: orangtua mengatakan badan anaknya
cairan masih sembab dan anak masih rewel
berhubungan O:
dengan kelebihan
28. TD 130/90 mmHg, nadi 110x/i,
asupan cairan
pernapasan 23x/i dan suhu 37,2oC
29. BB 12 kg,
30. intake ±1200cc dan output ±900 cc
31. terapi lasix 2x10mg
32. anak terlihat rewel
33. piting edema positif pada palpebra,
ekstremitas, skrotum dan asites
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Risiko infeksi S: orangtua mengatakan anaknya tidak
dengan faktor mengalami demam saat ini
27 Mei 2022 risiko O:
ketidakadekuatan
34. terapi Cefixime 2x25mg diberikan
pertahanan
35. terpasang tryway pada vena radialis
sekunder
dextra
36. suhu 37,2oC
A: masalah tidak terjadi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
antibiotik dan memantau suhu
Defisiensi S: orangtua mengatakan sudah mengetahui
pengetahuan penyebab tekanan darah anak tinggi
berhubungan O:
dengan orangtua mampu menjelaskan kembali
kurangnya makanan yang mempengaruhi terjadinya
informasi peningkatan tekanan darah
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
28 Mei 2022 Kelebihan volume S: orangtua mengatakan badan anaknya
cairan masih sembab dan anak masih rewel
berhubungan
dengan kelebihan O:
asupan cairan 37. TD 140/90 mmHg, nadi 113x/i,
pernapasan 22x/i dan suhu 36,9oC
38. BB 12 kg
39. intake ±1000cc dan output ±900 cc
40. terapi lasix 2x10mg
41. anak terlihat rewel
42. piting edema positif pada
ekstremitas, skrotum dan asites
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan dengan pemberian
pendidikan kesehatan kepada keluarga
tentang tanda-gejala anak perlu segera
dibawa ke pelayanan kesehatan
Risiko infeksi S: orangtua mengatakan anaknya tidak
dengan faktor mengalami demam saat ini
risiko O:
ketidakadekuatan
43. terapi Cefixime 2x25mg diberikan
pertahanan
44. terpasang tryway pada vena radialis
sekunder
dextra
45. suhu 37,2oC
A: masalah tidak terjadi
P: intervensi dilanjutkan pemberian
antibiotik dan memantau suhu
Defisiensi S: orangtua mengatakan sudah mengetahui
pengetahuan penyebab tekanan darah anak tinggi
berhubungan O:
dengan orangtua mampu menjelaskan kembali
kurangnya makanan yang mempengaruhi terjadinya
informasi peningkatan tekanan darah
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN ANAK
TENTANG
(MIOMA UTERI)

Disusun Oleh :

Pipi Suci Ramadanni (20334085)


Tingkat 2C

CI AKADEMIK CI KLINIK

(Hasmita, S.KM.M.Biomed) (Ns.Timet Hendri S.Kep )

DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021/2022

Anda mungkin juga menyukai