Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebersihan diri atau personal hygiene merupakan upaya untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan agar memperoleh kesejahteraan fisik

yang optimal. Kebersihan diri salah satu penularan dari penyakit saluran

pencernaan adalah melalui tangan yang sudah tercemar oleh berbagai

mikroorganisme yang dapat menyebabkan suatu penyakit. Penyakit yang

dapat menyerang pada saluran pencernaan akibat kurangnya kesadaran untuk

menjaga kebersihan diri adalah penyakit Thypoid Fever. Maka dari itu untuk

menjaga kebersihan diri harus memulai pola hidup yang bersih seperti mulai

membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum makan, mencuci tangan

sesudah buang air besar dengan melakukan upaya pencegahan tersebut dapat

melindungi seseorang dari berbagai infeksi penyakit. (Nuruzzaman &

Syahrul, 2016)

Menurut pendapat Bahar dalam bukunya menyatakan bahwa penyakit

Thypoid Fever merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat

penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, padatnya

penduduk, kesehatan pada lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk

serta standar kebersihan industrri pengolahan makanan yang masih rendah

(Bahar, 2017). Penularan penyakit ini hampir selalu melalui makanan dan

minuman yang terkontaminasi. Penyakit tropis merupakan salah satu masalah

kesehatan paling utama di negara yang beriklim tropis. Salah satu penyakit
menular tropis tersebut adalah Thypoid Fever. Penyakit tropis ini banyak

ditemukan di kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Penyakit ini berkaitan dengan sanitasi lingkungan yang kurang, personal

hygiene serta perilaku dari masyarakat itu sendiri. Typhoid Fever merupakan

penyakit infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella tipe A, B,

dan C yang dapat ditularkan melalui mulut, feses, makanan dan minuman

yang terkontaminasi (Mutiarasari, 2017). Salmonella thypi dapat ditularkan

melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5f yaitu: food (makanan), fingers

(jari tangan/kuku), fomitus (muntah), fly (lalat), dan melalui feses (Wulandari

& Erawati, 2016). Dengan adanya penularan tersebut dapat dipastikan

higyene makanan dan higyene personal sangat berperan dalam masuknya

bakteri ke dalam makanan.

Penyakit Thypoid Fever ini memiliki tanda dan gejala diawali dengan

keluhan demam yang ringan kemudian terjadi peningkatan suhu tubuh

terutama pada malam hari suhu meningkat lebih tinggi dari pada pagi hari

dengan masa inkubasi atau selang waktu antara pajanan patogen yang

menimbulkan gejala-gejala pertama kali dirasakan sekitar 10 sampai 14 hari

(Tanto, 2014).

Komplikasi – komplikasi yang kemungkinan akan muncul pada

penyakit Thyoid Fever ada 3 komplikasi diantaranya yaitu, pertama

perdarahan usus, ditandai saat demam tinggi suhu tiba – tiba menurun,

peningkatan nadi, dan penurunan tekanan darah, ke dua perforasi usus yang

terjadi di minggu ketiga ketika suhu tubuh menurun disertai nyeri hebat pada
bagian perut,dan yang terakhir pneumonia hipostaik atau pneumonia baring

terjadi karena terlalu lama berbaring dan suhu tiba – tiba meningkat disertai

rasa sesak di dada (Susilaningrum et al., 2013).

Penanganan yang dlakukan untuk kasus Thypoid Fever dengan 3 cara

diantaranya, terapi suportif, simptomatis, dan jika sudah ditegakan diagnosis

harus ada pemberian antibiotik. Karena pasien dengan penyakit thypoid fever

dibutuhkan istirahat yang cukup, maka dari itu pasien dengan thypoid fever

harus segera di bawa ke rumah sakit dan dilakukan perawatan kurang lebih 5

– 7 hari, dan yang paling penting peran perawat sebagai care giver harus

melakukan pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya komplikasi (Kunoli,

2012)

Menurut data dari WHO (Word Health Organization) pada tahun 2018

menatakan bahwa perkiraan global beban Thypoid Fever berkisar antara 11

dan 21 juta kasus dan sekitar 128.000 sampai 161.000 kematian setiap

tahun.2, 3 Sebagian besar kasus terjadi di Asia Selatan / Tenggara, dan Afrika

sub-Sahara (World Health Organisation, 2018).

Angka kejadian kasus Thypoid Fever di Indonesia pada anak

diperkirakan rata-rata 900.000 kasus pertahun dengan lebih dari 20.000 kasus

kematian. (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Prevalensi Thypoid Fever di

provinsi Jawa Barat merupakan kasus terbesar ke-2 setelah Pneumonia

dengan presentase 3,14 % per 1000 menurut data riset Kesehatan Dasar

Nasional pada tahun 2015.Menurut data Dinas Kesehatan Kota Cimahi pada

tahun 2015 menunjukan bahwa Kota Cimahi menempati urutan ke-3 kejadian
thypoid fever dengan presentase 6,29 % pada rentang usia anak 1 – 4 tahun

angka 717 orang , dan 4,27 % pada rentang usia 5 – 12 tahn 748 orang

(Kementerian Kesehatan RI, 2019).

Di Indonesia, peran pemerintah pusat dan daerah merupakan peluang

sekaligus kekuatan untuk meningkatkan dan memperkuat program

pengendalian penyakit Thypoid Fever dalam mencegah dan menurunkan

angka kesakitan dan kematian tifoid, yaitu diterbitkannya Permenkes tentang

Struktur Organisasi, pedoman manajemen pengendalian tifoid, rencana aksi

kegiatan pengendalian tifoid, tersedianya sarana dan prasarana KIE, adanya

kerjasama lintas program mencakup PHBS, air bersih, jamban dan sanitasi

darurat, serta kegiatan penyuluhan (KIE) tentang pencegahan tifoid. Dalam

upaya tata laksana, adanya Kepmenkes tentang Pedoman Pengendalian

Tifoid, dan tersedianya pedoman dan petunjuk teknis program pengendalian

dan tata laksana tifoid, obat program, dukungan Komite Ahli (Komli) dalam

tata laksana tifoid. Dalam hal surveilans epidemiologi, adanya Kepmenkes

tentang Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan, dan

sistem pelaporan, monitoring dan evaluasi kegiatan pengendalian tifoid.

Dalam upaya manejemen, adanya struktur organisasi di pusat dalam

pengendalian tifoid, dan penanggungjawab program di tingkat provinsi,

kabupaten/ kota, puskesmas, dan masyarakat/ kader dalam pengendalian

tifoid (Purba et al., 2016) .


Berdasarkan data dari infokes RS. Dustira Cimahi penyakit Thypoid

Fever di Ruang Salak cukup tinggi karena penyakit ini masuk ke 10 besar

penyakit, khususnya pada bulan Desember 2020 – Februari 2021.

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Penyakit Terbesar Selama 3 Bulan Terakhir Pada Anak di Ruang

Salak Rumah Sakit Dustira Cimahi Bulan Desember 2020 – Februari 2021.

Presentase
No Daftar Penyakit Jumlah
21 %
1. Diare Akut 21
18 %
2. Bronchopneumonia 18
14 %
3. Dengue Fever (DF) 14
8%
4. Bacterial Infections 8
8%
5. Thypoid Fever 8
8%
6. Talasemia Mayor 8
8%
7. Dengue Syok Syndrome (DSS) 8
8%
8. Kejang Demam 8
Dengue Haemoragic Fever 4%
9. 4
(DHF)
3%
10. Anemia Gravis 3
100 %
Jumlah 100

(Sumber : Infokes Rumah Sakit TK II 03.05.01 Dustira Cimahi)

Berdasarkan tabel diatas walaupun kasus Thypoid Fever berada pada

urutan ke - 5 dari 10 penyakit terbesar yang ada di Ruang Salak Rumah Sakit

Dustira Cimahi, namun penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang

sangat serius jika tidak segera ditangani karena akan terjadi komplikasi seperi

perdarahan usus, perforasi usus dan peitonitis.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, penulis tertarik untuk

mengangkat permasalahan dalam studi kasus dengan judul “Bagaimana

Pemberian Asuhan Keperawatan Pada An. Q Usia Sekolah (11 Tahun 4

Bulan) dengan Thypoid Fever di Ruang Salak Rumah Sakit Dustira

Cimahi?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini untuk

memperoleh pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada

An. Q dengan Thypoid Fever di Ruang Salak Rumah Sakit Dustira

Cimahi.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. Q usia sekolah (11

tahun 4 Bulan) dengan Typoid Fever di Ruang Salak Rumah Sakit

Dustira Cimahi.

b. Penulis mampu menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan

prioritas pada An. Q usia sekolah (11 tahun 4 Bulan) dengan Typoid

Fever di Ruang Salak Rumah Sakit Dustira Cimahi.

c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada An. Q usia

sekolah (11 tahun 4 Bulan) dengan Typoid Fever di Ruang Salak

Rumah Sakit Dustira Cimahi.


d. Penulis mampu melakukan tindakan implementasi keperawatan pada

An. Q usia sekolah (11 tahun 4 Bulan) dengan Typoid Fever di Ruang

Salak Rumah Sakit Dustira Cimahi.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi asuhan keperaatan pada An. Q usia

sekolah (11 tahun 4 Bulan) dengan Typoid Fever di Ruang Salak

Rumah Sakit Dustira Cimahi.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Karya tulis ilmiah ini diharapkan bisa menambah informasi dan

pengetahuan bagi mahasiswa Keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Thypoid Fever supaya mengetahui

perbandingan antara teori dan kasus langsung di lapangan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Dapat memperoleh pengalaman dan mampu mengaplikasikan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada kasus Thypoid Fever.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai referensi bagi institusi pendidikan

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan

pada pasien dengan Thypoid Fever.

c. Rumah Sakit
Dapat digunakan untuk mengembangkan mutu dan kualitas

pelayanan Rumah Sakit dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada

kasus Thypoid Fever.

d. Bagi Pasien dan Keluarga

Dapat menambah informasi untuk mendapatkan pengetahuan

dan pemahaman bagi pasien dan keluarga tentang Thypoid Fever.

E. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis untuk melengkapi

karya tulis ilmiah ini dari mulai pengkajian menggunakan metode

penggumpulan data yang melipui:

1. Observasi

Pengumpulan data yang dilakukan pada An. Q dengan pengamatan

secara langsung dan tidak langsung pada pasien untuk mendapatkan data

yang objektif.

2. Wawancara

Pengumpulan data yang didapat melalui tanya jawab dan dibagi

menjadi 2 jenis yaitu, secara auto anamnesa adalah wawancara yang

dilakukan langsung dengan pasien dan alloanamnesa adalah wawancara

yang dilakukan dengan Ibu pasien.

3. Pemeriksaan Fisik

Pengumpulan data yang didapatkan pada tahap pengkajian

dilakukan pemeriksaan fisik pada An. Q dengan metode head to toe yang
terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi bertujuan untuk

menentukan masalah – masalah keperawatan pada An. Q.

4. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data yang didapatkan dari rumah sakit dan melihat

catatan medik dari An. Q .

5. Studi Literatur

Pengumpulan data yang didapatkan dari sumber – sumber berbagai

literatur yang berkaitan dengan kasus pada karya tulis ilmiah.

F. Sistematika Penulisan

1. BAB I

Bab ini menjelaskan tentang pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode

dan teknik pengumpulan data dan sistematika penulisan.

2. BAB II

Bab ini tentang konsep dasar asuhan keperawatan yang terdiri dari

pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis, komplikasi, terapi, dan

tujuan menjelaskan proses keperawatan secara teoritis dari mulai

pengkajian, analisa data, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.


3. BAB III

Bab ini berisi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan yang terdiri

dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi yang

telah dilaksanakan dilapangan.

4. BAB IV

Bab ini berisi kesimpulan dari pelaksanaan asuhan keperawatan

dan rekomendasi dari masalah yang ditemukan kepada pihak yang terkait

dalam upaya meningkatkan pemberian asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai