Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Keperawatan
1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan tahapan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf,
kepemimpinan, kemudian pengendalian aktivitas-aktivitas dalam upaya
keperawatan untuk meningkatkan mutu, kualitas kemudian kwantitas
pelayanan pada bidang kesehatan yang dilakukan secara komprehensif
sesuai dengan standard kesehatan yang ditetapkan (Damanik, 2020).
Manajemen merupakan suatu pencapaian tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya, baik tujuan yang bersifat khusus maupun
tujuan yang bersifat umum. Pencapaian tujuan organisasi dilakukan
dengan cara interaksi, koordinasi, pengintegrasian, dan pembagian
tugas secara profesional dan proporsional untuk mengelola sumber
daya yang ada, baik sumber daya manusia (tenaga kerja), material,
keuangan, maupun cara yang digunakan (Indra, et., al. 2021).

2. Fungsi Manajemen Keperawatan


Terdapat 5 fungsi manajemen keperawatan menurut Damanik, (2020)
yaitu :
a. Planning
Planning atau perencanaan merupakan suatu kegiatan dalam
menetapkan tujuan dengan menyusun berbagai rencana-rencana
dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Manajer harus
melakukan evaluasi terlebih dahulu rencana alternatif sebelum
pemutusan tindakan apa yang dilakukan kemudian menelaah
rencana yang sudah dipilih apakah sudah sesuai kemudian dapat
dipergunakan untuk mencapai tujuan organisasi.

b. Organizing
Organizing atau pengorganisasian merupakan suatu kegiatan
pengaturan sumber daya manusia maupun sumber daya fisik untuk
untuk dapat melaksanakan rencana yang sudah ditetapkan dalam
organisasi. Dengan tahap organizing dapat membantu
mempermudah dalam melaksanakan pengawasan serta penentuan
personil yang diperlukan dalam menjalankan tugas yang sudah
dibagi.
c. Staffing
Staffing atau ketenagaan merupakan proses perekrutan, wawancara,
mengontrak, dan orientasi yang dilakukan kepada staf. Sistem
perekrutan staf tergantung pada kebutuhan sumber daya alam pada
suatu organisasi, kemudian jumlah tenaga perawat yang memadai
sesuai ketentuan yang berlaku, gaji yang yang ditawarkan sesuai
upah regional yang ditawarkan, reputasi organisasi, daya tarik
lokasi dan status kesejahteraan dilakukan oleh manajer perawatan.
d. Actuating
Actuating atau pengarahan identik dengan fungsi perencanaan
kegiatan keperawatan yaitu dalam melakukan penugasan kepada
perawat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala
ruangan melakukan fungsi pengarahan dengan memberikan
motivasi, membantu pemecahan masalah yang terjadi, melakukan
pendelegasian tugas yang baik, menggunakan komunikasi yang
efektif dan selalu melakukan kolaborasi.
e. Controlling
Controlling atau pengawasan merupakan proses pengamatan secara
terus menerus terhadap rencana kerja yang telah disusun dan
mengoreksi penyimpangan yang terjadi. Pengendalian dianggap
sebagai aktivitas untuk menemukan dan mengoreksi penyimpangan
penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas yang direncanakan
(Seniwati, et, al., 2022).
3. Lingkup Management Keperawatan
Menurut Seniwati, et., al. (2022), manajer keperawatan yang efektif
harus mampu memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana seperti
penggunaan proses keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan
keperawatannya, melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan yang ditetapkan, menerima akuntabilitas
kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan yang dilaksanakan
oleh perawat, serta mampu mengendalikan lingkungan praktek
keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi
oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses
manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana.
Maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari :
a. Manajemen Layanan atau Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan menajerial dan setiap
tingkatan dipimpin oleh seseorang yang mempunyai kompetensi
yang relevan. Tingkat manajerial tersebut yaitu :

Terdapat beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh seorang


pemimpin dalam tiap level manajerial tersebut seperti, kemampuan
menerapkan pengetahuan, keterampilan kepemimpinan,
kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin, dan kemampuan
melaksanakan fungsi manajemen.

b. Manajemen Asuhan Keperawatan


Manajemen Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen di
dalamnya seperti, perencanaan, pengorganisasan, implementasi,
pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan keperawatan
menekankan pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini
melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam
melaksanakan tugasnya harus menggunakan proses keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan pasien. Proses
Keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yg
menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan
perawat sesuai yang dibutuhkan pasien. Proses keperawatan terdiri
dari 5 tahapan yaitu ; pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi. (Seniwati, et.,
al, 2022).

4. Model Praktik Keperawatan


a. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
Merupakan suatu sistem (berupa struktur, proses, dan
nilainilai profesional) yang menjadi pedoman bagi perawat
profesional dalam mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan
tersebut. Unsur struktur untuk dapat melaksanakan MPKP (Sitorus,
2011), yaitu :
1) Menetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah
klien sesuai denganderajat ketergantungan klien.
2) Menetapkan jenis tenaga keperawatan di ruang rawat, yaitu
kepala ruang, perawat primer dan perawat asosiate, sehingga
peran dan fungsi masing masing tenaga sesuai dengan
kemampuannya dan tanggungjawab yang jelas dalam sistem
pemberian asuhan keperawatan
3) Menyusun standar rencana keperawatan.
Berikut adalah beberapa jenis dari Model Praktik Keperawatan
Profesional :

1) Model Fungsional
Model praktik keperawatan mempertimbangkan pembagian
tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Penanggung
jawab dalam model ini adalah perawat, yang bertanggung jawab
atas tindakan spesifik yang dilakukan. Perawat dapat melakukan
lebih dari satu jenis prosedur untuk semua klien di unit.
Keuntungan :
- Menekankan pada efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
- Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
- Perawat senior melakukan tugas manajerial dan perawat
junior melakukan perawatan langsung kepada klien.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau
peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :

- Tidak ada kepuasan bagi klien maupun perawat


- Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak
memungkinkan untuk melakukan keperawatan secara
holistic.
- Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai
ketrampilan saja
2) Model Tim
Model praktik keperawatan yang disampaikan oleh
sekelompok perawat kepada sekelompok klien (2-3 tim per
kelompok). Dipimpin oleh perawat terlatih yang berpengalaman
dan berpengetahuan luas di bidangnya. Orang yang bertanggung
jawab dalam model ini adalah pemimpin tim. Pembagian tugas
dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok atau
pemimpin tim yang dapat menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan, menurut Nursalam, 2022 dalam Zuliani, 2023.
Keuntungan :
- Terwujudnya pelayanan perawatan yang komprehensif
- Membuat proses keperawatan dapat dicapai
- Rapat tim dapat mengurangi konflik dan perselisihan antar
karyawan.
- Metode ini efektif untuk pembelajaran
- Gabungkan keterampilan anggota tim yang berbeda dengan
aman dan efektif.
- memberikan kepuasan bagi anggota tim Kelemahan :
- Rapat tim memakan waktu, dan dalam situasi sibuk, rapat
tim dibatalkan atau terburu-buru, sehingga menimbulkan
kebingungan dalam komunikasi dan koordinasi antar
anggota tim dan mempengaruhi kelancaran alur kerja.
- Perawat yang tidak terampil atau tidak berpengalaman
cenderung mengandalkan atau lari dari anggota tim dan
pemimpin tim yang terampil.
- Tanggung jawab dalam tim tidak jelas
- Jika pengaturannya salah, efek kinerja akan melemah.

3) Model Kasus
Metode kasus merupakan metode dimana perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan sesuai kebutuhan
pengguna, dengan satu perawat per pengguna selama pelayanan.
Klien dirawat oleh perawat yang berbeda setiap shiftnya dan
tidak ada jaminan bahwa mereka akan dirawat oleh perawat
yang sama keesokan harinya. Orang yang bertanggung jawab
terhadap model ini adalah manajer perawat (Nursalam, 2022)
dalam (Zuliani, 2023).
Keuntungan :
- Pemahaman yang lebih mendalam terhadap caregiver
berdasarkan kasus per kasus (perawatan komprehensif).
- Penyederhanaan sistem evaluasi manajemen.
- Dorong perawat untuk berada dekat dengan klien setiap saat
selama shift mereka.
- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat tercapai.
Kelemahan :
- Perawat yang bertugas belum teridentifikasi.
- Membutuhkan banyak energi, tetapi kemampuan dasarnya
sama.
- Beban kerja yang tinggi. Hal ini terutama terjadi ketika
jumlah pelanggan banyak dan tugas sehari-hari yang
sederhana tidak ada.

4) Model Primer
Pelayanan keperawatan primer adalah suatu metode
pelayanan di mana perawat khusus bertanggung jawab merawat
klien 24 jam sehari sejak mereka dirawat di rumah sakit sampai
mereka keluar dari rumah sakit. Model ini dapat mendorong
praktik mandiri bagi perawat dan memberikan kejelasan antara
perencana dan pelaksana perawatan. Terdapat ikatan yang
sangat kuat dan berkesinambungan antara klien dengan
pengasuhnya (Nursalam, 2022) dalam (Zuliani, 2023).
Pelayanan primer ini memberikan kesempatan bagi
caregiver untuk memberikan pelayanan yang komprehensif dan
berpusat pada klien. (Maria Bakrie, 2017 dalam (Zuliani, 2023).

Keuntungan :
- Otonomi yang lebih besar bagi staf perawat karena
peningkatan motivasi, tanggung jawab dan akuntabilitas.
- Menjamin kesinambungan pelayanan dan
pelayanan komprehensif.
- Meningkatkan hubungan antara pengasuh dan pengguna.
- Terdapat tanggung jawab dan tanggung jawab yang jelas.
- Cara ini mendukung layanan professional.
- Menciptakan kolaborasi yang baik.
Kelemahan :
- Biaya untuk mempekerjakan perawat yang lebih
terspesialisasi lebih tinggi.
- Asisten perawat merasa tidak berdaya sehingga dapat
menimbulkan kesalahpahaman dalam komunikasi.
- Staf perawat mungkin tidak mampu menangani kasus ini
secara memadai dan oleh karena itu tidak dapat melakukan
penilaian yang tepat atau membuat rencana perawatan yang
tepat.

5) Model Modular
Model latihan ini merupakan gabungan antara model primer
dan model tim. Tanggung jawab keseluruhan atau
pengorganisasian pelayanan keperawatan yang diberikan oleh
pengasuh profesional (PP) dan orang awam (PA) untuk
serangkaian pengguna mulai dari masuk hingga rumah disebut
tanggung jawab keseluruhan atau tanggung jawab total. Metode
ini membutuhkan perawat yang berpengetahuan, kompeten, dan
mengendalikan. Idealnya, ada 2-3 perawat untuk 8-12 klien
(Maria Bakrie, 2017 dalam (Zuliani, 2023). Pada salah satu
model di atas, pelayanan dan perawatan keperawatan dapat
diatur sesuai dengan situasi dan situasi ruangan, jumlah tenaga
perawat dan keterampilan tenaga perawat yang ada. Jumlah
pengasuh yang tersedia harus seimbang sesuai dengan jumlah
pengguna. Selain itu, kategori pendidikan tenaga perawat yang
ada juga harus dipertimbangkan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan (Dedi, 2020 dalam (Zuliani,
2023).
Tim bekerja sama untuk memberikan pandangan holistik
tentang kebutuhan setiap klien. Perawatan diberikan sejak klien
dirawat di rumah sakit sampai klien kembali ke rumah.
Keuntungan pendekatan modular adalah klien menerima
layanan perawatan komprehensif sesuai dengan kebutuhan
perawatannya, sehingga meningkatkan kualitas layanan
perawatan. Hal ini hemat biaya karena lebih sedikit perawat
bersertifikat (Ners) yang dipekerjakan. Sekalipun perawatan
dengan metode ini dilakukan oleh dua atau tiga staf perawat,
tanggung jawab terbesar tetap berada di tangan staf perawat
profesional. Perawat profesional mempunyai tugas untuk
memberikan pengajaran dan pelatihan kepada masyarakat. Jika
perawat spesialis tidak dilibatkan sebagai pemimpin tim untuk
perawatan modular, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan
oleh perawat spesialis lain yang bertindak sebagai pemimpin
tim.

Keuntungan :
- Tim mendukung pengembangan dan produktivitas
kelompok
- Penuh dengan asuhan keperawatan
- Meningkatkan kesinambungan pelayanan dan kolaborasi
- Meningkatkan kepuasan pelanggan
- Hemat biaya

Kelemahan :
- Hanya sedikit perawat terdaftar yang terbiasa menghadapi
kondisi pasien yang tidak terduga. Dibutuhkan pengalaman
dan keterampilan sebagai pemimpin tim.
- Perawat memerlukan perpaduan keterampilan yang tepat.

b. Peran dan Tanggung Jawab


Peran dan tanggung jawab model praktik keperawatan profesional
(Sitorus, 2011),yaitu:
1) Kepala Ruangan (KaRu)
- Sebelum melakukan sharing dan operan/ handover pagi,
karu melakukan ronde keperawatan kepada pasien yang
dirawat
- Memimpin sharing pagi dan operan/ handover pagi
- Memastikan pembagian tugas perawat oleh Kepala Tim
dalam pemberian asuhan keperawatan pada hari itu
- Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan
baik
- Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan
kebutuhan.
- Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang
terjadi di area tanggung jawabnya
- Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer
2) Ketua Tim (KaTim)
- Mengkoordinir pelaksanaan askep sekelompok pasien oleh
Tim keperawatan dibawah koordinasinya
- Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien yang
dikoordinirnya padasaat Pre Confrence
- Memastikan seluruh perawat pelaksana membuat rencana
asuhan yang tepatuntuk setiap pasiennya
- Memastikan setiap perawat asosiet melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai rencana yang telah dibuat perawat
pelaksana
- Melaksanakan validasi indakan keperawatan seluruh pasien
dibawahkoordinasinya pada saat Post Confrence 3)
Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)
- Menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam
dan hari libur
- Memimpin kegiatan operan/ handover shift sore-malam
- Memastikan perawat pelaksana melaksanakan follow up
pasien kelolaannya
- Memastikan seluruh perawat asosiet melaksanakan askep
sesuai rencana yangtelah dibuat perawat pelaksana
- Mengatasi permasalahan yang terjadi diruang perawatan
- Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan 4)
Perawat Pelaksana (PP) & Perawat Asosiet (PA)
- Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien
kelolaan, merencanakan asuhan keperawatan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow up)
perkembangan pasien
- Mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat asosiet
- Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana.

B. Konsep Ruang Rawat Inap


1. Pengertian Rawat Inap
Rawat inap merupakan suatu bentuk perawatan, dimana pasien
dirawat dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan, karena selama pasien dirawat, rumah sakit harus
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien sehingga penerima
layanan merasa dilayani dengan baik (Nuhdaniar, dkk 2019).
Rawat Inap merupakan pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana
penderita tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari
pelaksana kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan,
sedangkan pengertian rawat jalan yaitu pelayanan pengobatan di
fasilitas pelayanan kesehatan dengan tidak harus menginap di fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut baik di dalam gedung dan di luar gedung
yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan meliputi rumah
sakit, puskesmas, balai pengobatan milik pemerintah, swasta maupun
perorangan dan pelayanan kesehatan lain baik milik pemerintah
maupun swasta termasuk dokter praktek (Irdiana, 2019).
2. Pelayanan Ruang Rawat Inap
Pelayanan Rawat Inap Menurut (Amri, 2017) Pelayanan yang
diberikan didalam ruang keperawatan meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pelayanan administrasi, dimana bagian ini merupakan tolak ukur
pertama penelitian mutu pelayanan kesehtan rumah sakit oleh
pasien, sehingga dibutuhkan penampilan kinerja yang baik dan
berkualitas serta sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dan
tidak berbelit-belit.
b. Pelayanan tenaga dokter merupakan tolak ukur yang paling besar
dalam menentukan kualitas dari pelayanan yang diberikan oleh
rumah sakit kepada pasien sehingga diperlukan didekasi yang tinggi
24 dari petugas sesuai dengan standar pelayanan yang telah
ditentukan dan tidak menyalahi kode etik kedokteran.
c. Pelayanan tenaga perawat merupakan pelaksanaan kegiatan
pelayanan oleh tenaga perawat didasarkan pada prosedur asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan standar yang
ada,sehingga dapat dipelihara mutu pelayanan dan dapat
memuaskan pasien.

d. Ruangan perawatan harus terasa nyaman, indah, sarasi dan aman


kerena kita menyadari bahwa pasien yang dirawat adalah orang
yang terganggu kesehatannya, baik secara fisik maupun mental,
sehingga pasien merasa nyaman, aman, tenang dan semuanya akan
memberikan kepuasan bagi pasien.
e. Penyediaan sarana medik, sarana ini secara minimal harus tersedia
sesuai standar yang ada karena tersebut ada kaitannya dengan
pelayanan yang diberikan kepada pasien baik ileh tenaga medik
maupun noin medik. Apabila sarana ini secara minimal tidak
terprnuhi akan mengakibatkan pelayanan merasa tidak maksimal
yang selanjutnya akan menyebabkan pasien tidak puas terhadap
pelayanan yang diberikan.
f. Pelayanan gizi, menu makanan yang diberikan harus seuai dengan
penyakit yang diderita oleh pasien. Penyediaan makanan dan
munimum harus higenis, bebas kontaminasi kuman penyakit, dan
pendistribusiannya tepat waktu, bersih, hangat, mempunyai rasa 25
yang enak dan bentuk yang bervariasi sehingga membnagkitkan
selera makan pasien.

3. Tujuan Pelayanan Ruang Rawat Inap


a. Untuk memudahkan pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang
komprehensif
b. Untuk memudahkan menegakkan diagnosis pasien dan perencanaan
terapi yang tepat
c. Untuk memudahkan pengobatan dan terapi yang akan didapat
d. Untuk mempercepat tindakan kesehatan
e. Untuk memudahkan pasien mendapatkan berbagai jenis
pemeriksaan penunjang yang diperlukan
f. Untuk mempercepat penyembuhan penyakit pasien
g. Untuk memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari yang berhubungan
dengan penyakitnya, termasuk pemenuhan gizi dan lainnya
C. Konsep BOR
Indikator mutu pelayanan rumah sakit Bed Occupancy Rate (BOR)
merupakan rata-rata penggunaan tempat tidur. BOR sendiri digunakan
untuk mengetahui tingkat pemanfaatan dan efisiensi penggunaan tempat
tidur yang tersedia di rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan
kurangnya pemanfaatan dari fasilitas rumah sakit sedangkan angka BOR
yang tinggi menunjukkan tingkat pemanfaatan yang tinggi terhadap
fasilitas rumah sakit (Sudra, 2010, dalam Widiyanto & Wijayanti, 2020).
Rumus penghitungan BOR :

Keterangan :
a. Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu
hari kali jumlah hari dalam satu satuan waktu
b. Jumlah hari per satuan waktu. Jika diukur per satu bulan, maka
jumlahnya 28-31 hari, tergantung jumlah hari dalam satu bulan tersebut.

D. Analisis SWOT
Setiap rumah sakit harus mampu menyusun strategi pemasaran yang
tepat dan merencanakan agar tetap kompetitif saat ini dan di masa
depan.Strategi ini diperlukan untuk meningkatkan daya saing antar
perusahaan sejenis. Salah satu upaya untuk menemukan strategi pemasaran
yang tepat bagi suatu rumah sakit adalah analisis SWOT (Kotler, 2009, Zia
2018).
Analisis SWOT dapat digunakan untuk mengembangkan strategi
sukses dalam lingkungan global masa depan. (Aslan, 2014 dalam Zia,
2018) Analisis SWOT adalah teknik riset pasar yang digunakan untuk
menganalisis faktor lingkungan persaingan. Analisis SWOT secara
sistematis mengidentifikasi berbagai elemen untuk mengembangkan
strategi rumah sakit. (Rangkut 2013 dalam Zia 2018).
Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal
dan eksternal secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis SWOT
adalah identifikasi sistematis berbagai faktor yang membentuk strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara
unsur internal dan eksternal.
1. Kekuatan (strength)
Kekuatan yang dimaksud adalah keunggulan sumber daya,
keterampilan, dan kemampuan lainnya dibandingkan pesaing dan
kebutuhan pasar yang dilayaninya. Misalnya teknologi dan peralatan
yang Anda miliki.
2. Kelemahan (weakness)
Hal ini juga dapat berupa kelemahan berupa sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara signifikan menghambat
efektivitas kinerja suatu perusahaan. Misalnya keahlian karyawan atau
biaya transportasi yang murah.
3. Peluang (opportunity)
Peluang adalah kondisi utama yang menguntungkan dalam
lingkungan bisnis, seperti kebijakan yang dikeluarkan pemerintah atau
pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
4. Ancaman (threats)
Ancaman adalah situasi merugikan yang paling penting dalam
lingkungan perusahaan. Salah satu contohnya adalah pesatnya
persaingan dalam mendapatkan penyedia layanan kesehatan.
Analisis data penelitian ini adalah analisis deskriptif yang bertujuan
untuk memberikan gambaran (penjelasan) terhadap objek penelitian
berdasarkan data variabel yang diperoleh.

Diagram SWOT Konsep diagram dan matriks SWOT menurut


(Lesmana, 2019).

- Kuadran 1 : Ini adalah situasi yang sangat menguntungkan. Sistem ini


mempunyai peluang dan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang sebaiknya diterapkan dalam kondisi seperti ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (strategi berorientasi
pertumbuhan).
- Kuadran 2 : Sistem menghadapi berbagai ancaman, namun masih
memiliki kekuatan internal. Strategi yang akan diterapkan adalah
memanfaatkan peluang jangka panjang secara agresif melalui strategi
diversifikasi.

- Kuadran 3 : Sistem ini menawarkan peluang yang sangat besar namun


memiliki keterbatasan/kelemahan internal. Fokus strategi sistem adalah
meminimalkan masalah dalam organisasi sehingga memiliki peluang
yang lebih baik.

- Kuadran 4 : Mewakili situasi yang sangat tidak menguntungkan,


dimana sistem dihadapkan pada berbagai ancaman dan kelemahan
internal.

1. Matrix SWOT
Matrix SWOT adalah alat visual yang digunakan untuk
menggabungkan elemen-elemen dari analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats) menjadi satu gambaran yang jelas
dan terstruktur. Matrix SWOT biasanya digunakan dalam perencanaan
strategis dan manajemen untuk membantu organisasi atau individu
merancang strategi yang sesuai berdasarkan hasil analisis SWOT
mereka. Matrix SWOT terdiri dari empat kuadran, masing-masing
mewakili kombinasi dari elemen SWOT :
a. Kekuatan (Strengths) - Peluang (Opportunities) (SO):Kuadran ini
berfokus pada bagaimana organisasi atau individu dapat
memanfaatkan kekuatan mereka untuk mengambil peluang. Ini
adalah area di mana strategi pertumbuhan dan pengembangan dapat
dirancang.

b. Kekuatan (Strengths)-Ancaman (Threats) (ST): Kuadran ini


berkaitan dengan bagaimana organisasi atau individu dapat
menggunakan kekuatan mereka untuk mengatasi ancaman yang
mungkin muncul. Ini mengarah pada strategi pertahanan dan
mitigasi risiko.

c. Kelemahan (Weaknesses)-Peluang (Opportunities) (WO) : Kuadran


ini menggambarkan bagaimana organisasi atau individu dapat
mengatasi kelemahan mereka untuk mengambil peluang yang ada.
Ini melibatkan perencanaan untuk mengatasi kelemahan internal
guna memanfaatkan peluang eksternal.

d. Kelemahan (Weaknesses)-Ancaman (Threats) (WT) : Kuadran ini


menyoroti bagaimana kelemahan internal dapat membuat organisasi
atau individu lebih rentan terhadap ancaman. Strategi dalam
kuadran ini berkaitan dengan perbaikan kelemahan dan mitigasi
risiko.

Matrix Kartesius, juga dikenal sebagai Diagram Kartesius atau


Grafik Kartesius adalah alat visual yang digunakan untuk menggambarkan
dan memvisualisasikan hubungan antara dua variabel kualitatif. Alat ini
menggambarkan variabel-variabel tersebut dalam bentuk matriks atau tabel
dua dimensi. Matrix Kartesius berguna untuk mengidentifikasi hubungan
atau asosiasi antara dua variabel kualitatif dan memahami distribusi data di
antara kombinasi variabel tersebut.

Diagram Kartesius terdiri dari empat bagian yang dibatasi oleh dua
garis yang berpotongan tegak lurus di titik X dan Y. Poin X adalah rata-rata
tingkat pelaksanaan/kinerja latihan. Poin Y, sebaliknya, adalah rata-rata
skor yang diinginkan/pentingnya. Bidang koordinat biasanya disepakati
sebagai berikut :

- Asumsikan sumbu koordinat saling tegak lurus


- Sumbu X adalah garis horizontal dengan koordinat positif di sebelah
kanan pusat dan sumbu Y adalah garis vertikal dengan koordinat positif
di atas pusat. Kedua sumbu menggunakan skala yang sama. Seperti
terlihat pada diagram, sumbu koordinat membagi bidang menjadi empat
wilayah, biasa disebut kuadran, yang ditunjukkan dengan angka
Romawi. Titik-titik pada sumbu koordinat tidak berada pada kuadran
manapun.

Matrix IFE (Internal Factor Evaluation) dan Matrix EFE (External


Factor Evaluation) adalah dua alat analisis strategis yang digunakan dalam
perencanaan strategis bisnis. Kedua matriks ini digunakan untuk
mengevaluasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
kinerja organisasi atau perusahaan.

1. Matrix IFE (Internal Factor Evaluation) : Matrix IFE adalah alat


analisis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor internal yang
mempengaruhi kinerja suatu organisasi atau perusahaan. Ini membantu
dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal yang dapat
memengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya. Proses
pembuatan Matrix IFE melibatkan langkah-langkah berikut:

a. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal : Identifikasi


faktorfaktor internal yang memengaruhi organisasi. Kekuatan
adalah faktor-faktor positif yang meningkatkan kinerja, sedangkan
kelemahan adalah faktor-faktor negatif yang membatasi kinerja.
b. Penilaian Bobot dan Rating : Beri bobot kepada setiap faktor,
menilai faktor-faktor tersebut berdasarkan skala, biasanya dari 1
hingga 4, di mana 1 adalah sangat buruk dan 4 adalah sangat baik.
Nilai ini mencerminkan sejauh mana faktor-faktor tersebut
memengaruhi organisasi.
c. Hitung Skor : Hitung skor dengan mengalikan bobot dengan nilai
rating untuk setiap faktor internal.
d. Hitung Total Skor : Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor
IFE keseluruhan. Skor IFE dapat berkisar antara 1 hingga 4, dengan
skor tertinggi mencerminkan seberapa kuat organisasi dalam
menghadapi faktor internal.

2. Matrix EFE (External Factor Evaluation) : Matrix EFE adalah alat


analisis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhi kinerja organisasi. Ini membantu dalam
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal yang dapat
memengaruhi organisasi. Proses pembuatan Matrix EFE melibatkan
langkah-langkah berikut :

a. Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal : Identifikasi


faktorfaktor eksternal yang dapat memengaruhi organisasi. Peluang
adalah faktor-faktor positif yang dapat dimanfaatkan, sedangkan
ancaman adalah faktor-faktor negatif yang mungkin mengganggu
kinerja.
b. Penilaian Bobot dan Rating : Beri bobot kepada setiap faktor
eksternal, dan beri nilai rating berdasarkan skala, seperti pada
Matrix IFE.
c. Hitung Skor : Hitung skor dengan mengalikan bobot dengan nilai
rating untuk setiap faktor eksternal.
d. Hitung Total Skor: Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor
EFE keseluruhan. Skor EFE dapat berkisar antara 1 hingga 4,
dengan skor tertinggi mencerminkan seberapa besar organisasi
dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman eksternal.

E. Diagram Fishbone
Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi, mengkategorikan,
dan menampilkan berbagai penyebab suatu masalah. Diagram ini
menunjukkan hubungan antara suatu masalah dan seluruh faktor penyebab
yang mempengaruhinya. Tulang Ikan disebut juga diagram Ishikawa karena
pertama kali dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1953.
Watson (2004) dalam Illie G. dan Ciocoui C.N (2010) dalam
Fauziah, N.A. 2020 menggunakan diagram tulang ikan sebagai alat untuk
menjelaskan secara sistematis berbagai dampak dan hasil, serta penyebab
yang menyebabkan atau berkontribusi terhadap berbagai dampak. Karena
fungsinya, diagram ini biasa disebut dengan diagram sebab-akibat.

Diagram ini digunakan untuk menyatakan pendapat atau


menyelidiki penyebab suatu masalah.Diagram tulang ikan digunakan untuk
mewakili faktor-faktor utama yang mempengaruhi kualitas dan
mempengaruhi masalah yang diselidiki. Selain itu, Anda dapat melihat
lebih detail faktor-faktor yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh faktor
utama tersebut, yaitu dapat dilihat pada panah herringbone .(Heizer dan
Render, 2011 dalam Fauziah, N. A. 2020).

F. Planning of Action
Perencanaan Tindakan Perencanaan adalah proses penyusunan
rencana untuk mengatasi permasalahan kesehatan di suatu wilayah
tertentu. Perencanaan tindakan adalah ketika suatu organisasi melakukan
analisis situasi, menetapkan prioritas masalah, merumuskan masalah,
menyelidiki sebab-sebab masalah, termasuk menggunakan metode tulang
ikan, kemudian membuat usulan rencana aksi (RUK), yang hanya boleh
dijalankan setelahnya.
Rencana Aksi (PoA) atau Rencana Usulan Kegiatan (RUK) adalah
suatu proses untuk mencapai tujuan kegiatan. Rencana kegiatan bisa
bermacam-macam bentuknya, antara lain:
1. Serangkaian tujuan yang lebih spesifik untuk jangka waktu yang lebih
singkat.
2. Serangkaian aktivitas yang saling terkait yang dihasilkan dari pemilihan
opsi pemecahan masalah.
3. Rencana kegiatan dengan jangka waktu tertentu, kebutuhan sumber
daya tertentu, dan tanggung jawab untuk setiap tahapan.
Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007), sebelum menyusun plan of
action (PoA), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terutama dengan
mempertimbangkan kemampuan sumber daya organisasi atau komponen
input seperti: Informasi, organisasi, mekanisme, teknologi atau metode dan
sumber daya manusia.
Dalam membuat POA atau perencaan harus bisa menjawab 6
pertanyaan (5W + 1H) diantaranya sebagai berikut.
1. What (Apa) : Apa yang menjadi tujuan, apa yang akan dikerjakan, apa
yang direncanakan.
2. Why (Mengapa) : Mengapa tujuan itu yang akan dicapai, mengapa jenis
kegiatan itu yanag dikerjakan.
3. Where (Dimana) : Dimana implementasi dilaksanakan.
4. When (Kapan) : Kapan implementasi akan dilaksanakan.
5. Who (Siapa) : Siapa penanggung jawab dalam pelaksanaan, siapa yang
akan terlibat dalam implementasi.
6. How (Bagaimana) : Bagaimana melaksanakan,
bagaimana, implementasi.
Setiap kegiatan disusun secara detail dalam POA seperti berikut :
a. Apa yang dikerjakan (persiapan, pelaksanaan, money)
b. Tujuan dan sasaran
c. Jadwal kegiatan
d. Tempat pelaksanaan
e. Unit/siapa yang bertanggungjawab/melaksanakan
f. Jumlah dan sumber anggaran (Zaenab, 2013).
G. Prioritas Masalah
Masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat
penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang
direncanakan dengan kenyaraan, adanya pengaduan, dann kompetensi,
Stonner dalam Suhadi (2015).
Menurut Hopkins dalam Suhadi (2015),
mengemukakan pertanyaan- pertanyaan untuk membantu mencari
permasalahan :

“Apa yang sekarang sedang terjadi?”


“Apakah yang berlangsung itu mengandung permasalahan?”
“Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya?”

Menurut Symond (2021), Prioritas masalah melibatkan


pendefinisian masalah untuk menentukan seberapa serius masalah trsebut
dan apakah masalah tersebut dapat diselesaikan atau tidak. Menurut
Symond (2021), beberapa metode menentukan prioritas masalah antara
lain:
1. Metode USG
USG adalah kependekan dari Urgency, Seriousness, dan growth.
Metode usg adalah metode penentuan prioritas masalah
Kesehatandengan memperhatikan urgensinya, keseriusannya, dan
peluang berkembangnya masalah tersebut.
2. Metode Reinke metode yang menentukan prtioritas masalah dengan
menggunakan rumus perhitungan tertentu, yang telah diberi kriteria.
Metode ini merupakan metode yang menggunakan skor. Skor yang
diberika 1-5.
Adapun kriteria yang digunakan adalah:
a. Magnituede (M), kriteria yang menentukan besarnya masalah
b. Importance (I), kriteria yang ditentukan oleh jenis kelompok yang
terkena masalah
c. Cost (C), kriteria yang ditentukan ada tidaknya biaya
penanggulangan masalah tersebut
d. Priority (P), pemecahan masalah
3. Metode Bryant
Metode bryan adalah metode yang penentuan prioritas masalah
dengan menggunakan kriteria tertentu yang telah diberi skor. Kriteria
yang digunakan adalah:
a. Community Concern, sejauh mana Masyarakat menganggap
masalah tersebut penting
b. Prevalensi, berapa banyak penduduk yang terkena masalah
c. Seriousness, sejauh mana dampak yang timbul dari masalah
d. Manageability, sejauh mana masyarakan memiliki kemampuan
mengatasi masalah tersebut.
4. Metode NGT
Kata NGT merupakan kependekan dari kata Nominal Group
Technique. Metode ini merupakan suatu metode penentuan prioritas
masalah yang dilaksanakan melalui forum pertemuan dengan
pelaksana program yang memiliki kemampuan dan pengetahuan
berhubungan dengan masalah.

K. Penyakit Tuberculosis
Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu 10 penyebab kematian
tertinggi di seluruh dunia dan penyebab utama kematian dari agen
infeksius. Secara global diperkirakan 10.6 juta (range 9,8-11,3 juta) orang
sakit TBC; 1,4 juta (range 1,3-1,5 juta) kematian akibat TBC termasuk
HIV-negatif dan 187.000 kematian (range 158.000–218.000) termasuk
HIV-positif.
Target global dan milestone untuk penurunan insiden TBC dan kematian
TBC telah ditetapkan sebagai bagian dari SDGs dan End TBC Strategi
TBC pada akhir tahun 2030; yaitu penurunan 90% kematian TBC dan
80% penurunan insiden TBC (kasus baru dan kambuh per 100.000
penduduk per tahun) antara 2015 dan 2030;
Estimasi insiden TBC Indonesia tahun 2021 sebesar 969.00 atau 354 per
100.000 penduduk; TB-HIV sebesar 22.000 kasus per tahun atau 8,1 per
100.000 penduduk. Kematian karena TBC diperkirakan sebesar 144.000
atau 52 per 100.000 penduduk dan kematian TBC-HIV sebesar 6.500 atau
2,4 per 100.000 penduduk. Berdasarkan insiden tuberkulosis tahun 2000-
2020 terjadi penurunan insiden TBC dan angka kematian TBC meskipun
tidak terlalu tajam tetapi pada tahun 2020-2021 terjadi peningkatan.
Insiden TBC pada tahun 2021 terjadi peningkatan 18% (tahun
2020; 819.000 tahun 2021; 969.000 dan rate per 100.000 penduduk tahun
2020; 301 tahun 2021; 354) dan angka kematian TBC mengalami
peningkatan 55% untuk aboslut (tahun 2020; 93.000 tahun 2021;
144.000), 52% untuk rate per 100.000 penduduk (tahun 2020; 34 tahun
2021; 52).

Tuberkulosis ditularkan melalui udara. Kebanyakan orang yang terkena


TB tidak pernah menunjukan gejala, karena bakteri dapat hidup dalam
bentuk tidak aktif pada tubuh dan dapat menjadi aktif ketika sistem
kekebalan tubuh menurun. Seorang pasien TB, khususnya TB paru pada
saat dia bicara,batuk,dan bersin dapat mengeluarkan percikan dahak yang
mengandung M.tb. Orang-orang disekeliling pasien TB tersebut dapat
terpapar dengan cara menghisap percikan dahak (droplet).
Infeksi dapat terjadi apabila seseorang yang rentan menghirup percikan
renik yang mengandung kuman TB melalui mulut atau hidung , saluran
pernafasan atas, bronchus hingga mencapai alveoli. Pengobatan penyakit
tuberkulosis biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan dengan aturan
minum obat yang ketat, guna mencegah resiko terjadinya resistensi
antibiotik. Jika tidak ditangani dengan segera, penyakit TBC dapat
berakibat fatal. Meski begitu TBC adalah penyakit yang dapat
disembuhkan dan bisa di cegah.
Salah satu langkah untuk mencegah TBC adalah dengan menerima
vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini
termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi
berusia 2 bulan. Bagi yang belum pernah menerima vaksin BCG,
dianjurkan untuk melakukan vaksin bila terdapat salah satu anggota
keluarga yang menderita TBC. Beberapa upaya yang dilakukan untuk
mencegah penularan TB yaitu:
1. Menggunakan masker saat berada ditempat ramai dan berinteraksi
dengan penderita TBC, serta mencuci tangan.
2. Tutup mulut saat bersin, batuk, dan tertawa atau gunakan tisu untuk
3. menutup mulut , tisu yang sudah digunakan dimasukan kedalam plastik
dan di buang ke kotak sampah.
4. Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
5. Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan
sering membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari
dapat masuk.

6. Jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan


TBC yang diderita tidak lagi menular.
7. Khusus bagi penderita TB menggunakan masker ketika berada disekitar
orang terutama selama tiga minggu pertama pengobatan, upaya ini
dapat membantu mengurangi resiko penularan.
L. Analisis Jurnal
Berdasarkan kajian analisis jurnal/literature review jurnal mengenai penggunaan masker dan edukasi leaflet terhadap pencegahan
penyakit TBC, berikut disajikan hasilnya :

No Judul Penulis Tujuan Metode Sampel Intervensi Temuan


Penelitian
1. Efektifitas Gilang Untuk mengetahui Penelitian ini Pengambilan sampel Responden mendapatkan Hasil penelitian
Penggunaan Dwi efektifitas menggunakan menggunakan teknik intervensi berupa menyimpulkan bahwa
Media Leaflet Pratiwi, media leaflet desain convenience pendidikan kesehatan pendidikan kesehatan
Dalam Vita dalam kuantitatif samplingsebanyak 60 tentang pencegahan melalui leaflet efektif dalam
Peningkatan Lucya, peningkatan dengan 2 responden yang dibagi tuberculosis dengan meningkatkan pengetahuan
pengetahuan kelompok menggunakan media dan sikap masyarakat
Pengetahuan Paramitha kedalam 2 kelompok,
dan sikap (control dan leaflet terhadap pencegahan
Dan Sikap control dan perlakuan,
terhadap tuberculosis. Meskipun saat
Terhadap perlakuan) masing-masing
pencegahan TB di ini sudah banyak media
Pencegahan sebanyak 30 responden.
digital, leaflet edukatif dan
Tuberkulosis
Puskesmas informatif merupakan media
(2022) Garuda sederhana dan ekonomis
Bandung. yang masih menjadi pilihan
masyarakat dalam strategi
promosi kesehatan.
2. Efektivitas Ence Untuk Jenis penelitian Jumlah sampel dari Diberikan intervensi Perbedaan yang bermakna
Media Ava Dan Ihlasuyan mengetahui ini merupakan ketiga puskesmas menggunakan media angka pengetahuan dan
Leaflet Dalam di, media yang penelitian sebanyak 15 kader video dan leaflet sikap sebelum dan sesudah
Penyuluhan Rahmat paling efektif dengan kesehatan sebagai mengenai TB Paru perlakuan melalui media
Tentang Sudiyat tentang rancangan kelompok intervensi AVA, sedangkan untuk
Tuberkulosis penyakit TB Quasi media Leaflet terdapat
yang diberikan
(Tb) Paru Pada paru Eksperimen perbedaan yang bermakna
penyuluhan melalui
sedangkan untuk angka
Kader menggunakan media video sebanyak pengetahuan
Kesehatan pendekatan 15 kader kesehatan perbedaannya tidak
(2022) control group untuk kelompok bermakna.
with pre and Kontrol yang diberikan
posttest design. media penyuluhan
melalui media leaflet,
besarnya sampel ini
disesuaikan
32

bahwa penelitian
eksperimen yang
sederhana, yang
menggunakan kelompok
eksperimen dan
kelompok kontrol ,
maka jumlah anggota
sampel masing-masing
antara 10 sd 20.
3. Hubungan Veri, Lilis Untuk Penelitian ini Sampel yang diambil Tindak lanjut sebagai Hasil peneilitian
Pengetahuan Dwi mengetahui menggunakan dalam penelitian ini tenaga kesehatan untuk menyebutkan bahwa adanya
Dengan Susanti hubungan metode adalah 38 keluarga memberikan informasi hubungan yang signifikan
Kepatuhan pengetahuan penelitian pasien yang menunggu tentang penyakit TB paru antara pengetahuan dan
Keluarga dengan eksperimen di Ruang Isolasi. Tehnik dan informasi tentang kepatuhan keluarga pasien
kepatuhan dengan desain TB Paru dalam penggunaan
Pasien TB Paru pengambilan sampel masker untuk keluarga
keluarga TB penelitian ini masker dengan benar di ruang
Dalam pada penelitian ini pasien TB Paru.
Paru dalam adalah cross isolasi TB Paru RSUD
Penggunaan penggunaan sectional adalah menggunakan Banten.
Masker masker dengan tehnik nonprobability
Dengan Benar benar sampling dengan
Di Ruang metode purposive
Isolasi TB Paru sampling.
RSUD Banten
4. Hubungan Hubertus Untuk Penelitian ini Jumlah sampel pada Diberikan intervensi Terdapat hubungan yang
antara tingkat Agung mengetahui menggunakan penelitian ini adalah 70 berupa lembar kuesioner bermakna antara tingkat
pengetahuan Pambudi, hubungan antara desain responden . Teknik dengan pernyataan pengetahuan dengan perilaku
keluarga tentang Winda tingkat deskriptif pengambilan sampel favorable terdiri dari 2 penggunaan masker dalam
tuberkulosis Yusanti, pengetahuan analitik dengan yang digunakan pada jenis pernyataan, tingkat keluarga untuk pencegahan
paru dengan Sofyan keluarga rancangan penelitian ini adalah pengetahuan keluarga penularan TB Paru.
penggunaan Budi tentang TB cross sectional. purposive sampling tentang TB Paru dengan
masker medis. Paru dengan
Raharjo 13 pernyataan dan
penggunaan
pernyataan perilaku
masker medis di
Wilayah penggunaan masker untuk
Kerja mencegah penularan TB
Puskesmas Paru dengan 13
Ngesrep, Gajah pernyataan.
Mungkur,
Semarang

Anda mungkin juga menyukai