TINJAUAN TEORI
A. Manajemen Keperawatan
1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan tahapan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf,
kepemimpinan, kemudian pengendalian aktivitas-aktivitas dalam upaya
keperawatan untuk meningkatkan mutu, kualitas kemudian kwantitas
pelayanan pada bidang kesehatan yang dilakukan secara komprehensif
sesuai dengan standard kesehatan yang ditetapkan (Damanik, 2020).
Manajemen merupakan suatu pencapaian tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya, baik tujuan yang bersifat khusus maupun
tujuan yang bersifat umum. Pencapaian tujuan organisasi dilakukan
dengan cara interaksi, koordinasi, pengintegrasian, dan pembagian
tugas secara profesional dan proporsional untuk mengelola sumber
daya yang ada, baik sumber daya manusia (tenaga kerja), material,
keuangan, maupun cara yang digunakan (Indra, et., al. 2021).
b. Organizing
Organizing atau pengorganisasian merupakan suatu kegiatan
pengaturan sumber daya manusia maupun sumber daya fisik untuk
untuk dapat melaksanakan rencana yang sudah ditetapkan dalam
organisasi. Dengan tahap organizing dapat membantu
mempermudah dalam melaksanakan pengawasan serta penentuan
personil yang diperlukan dalam menjalankan tugas yang sudah
dibagi.
c. Staffing
Staffing atau ketenagaan merupakan proses perekrutan, wawancara,
mengontrak, dan orientasi yang dilakukan kepada staf. Sistem
perekrutan staf tergantung pada kebutuhan sumber daya alam pada
suatu organisasi, kemudian jumlah tenaga perawat yang memadai
sesuai ketentuan yang berlaku, gaji yang yang ditawarkan sesuai
upah regional yang ditawarkan, reputasi organisasi, daya tarik
lokasi dan status kesejahteraan dilakukan oleh manajer perawatan.
d. Actuating
Actuating atau pengarahan identik dengan fungsi perencanaan
kegiatan keperawatan yaitu dalam melakukan penugasan kepada
perawat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala
ruangan melakukan fungsi pengarahan dengan memberikan
motivasi, membantu pemecahan masalah yang terjadi, melakukan
pendelegasian tugas yang baik, menggunakan komunikasi yang
efektif dan selalu melakukan kolaborasi.
e. Controlling
Controlling atau pengawasan merupakan proses pengamatan secara
terus menerus terhadap rencana kerja yang telah disusun dan
mengoreksi penyimpangan yang terjadi. Pengendalian dianggap
sebagai aktivitas untuk menemukan dan mengoreksi penyimpangan
penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas yang direncanakan
(Seniwati, et, al., 2022).
3. Lingkup Management Keperawatan
Menurut Seniwati, et., al. (2022), manajer keperawatan yang efektif
harus mampu memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana seperti
penggunaan proses keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan
keperawatannya, melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan yang ditetapkan, menerima akuntabilitas
kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan yang dilaksanakan
oleh perawat, serta mampu mengendalikan lingkungan praktek
keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi
oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses
manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana.
Maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari :
a. Manajemen Layanan atau Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan menajerial dan setiap
tingkatan dipimpin oleh seseorang yang mempunyai kompetensi
yang relevan. Tingkat manajerial tersebut yaitu :
1) Model Fungsional
Model praktik keperawatan mempertimbangkan pembagian
tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Penanggung
jawab dalam model ini adalah perawat, yang bertanggung jawab
atas tindakan spesifik yang dilakukan. Perawat dapat melakukan
lebih dari satu jenis prosedur untuk semua klien di unit.
Keuntungan :
- Menekankan pada efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
- Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
- Perawat senior melakukan tugas manajerial dan perawat
junior melakukan perawatan langsung kepada klien.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau
peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :
3) Model Kasus
Metode kasus merupakan metode dimana perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan sesuai kebutuhan
pengguna, dengan satu perawat per pengguna selama pelayanan.
Klien dirawat oleh perawat yang berbeda setiap shiftnya dan
tidak ada jaminan bahwa mereka akan dirawat oleh perawat
yang sama keesokan harinya. Orang yang bertanggung jawab
terhadap model ini adalah manajer perawat (Nursalam, 2022)
dalam (Zuliani, 2023).
Keuntungan :
- Pemahaman yang lebih mendalam terhadap caregiver
berdasarkan kasus per kasus (perawatan komprehensif).
- Penyederhanaan sistem evaluasi manajemen.
- Dorong perawat untuk berada dekat dengan klien setiap saat
selama shift mereka.
- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat tercapai.
Kelemahan :
- Perawat yang bertugas belum teridentifikasi.
- Membutuhkan banyak energi, tetapi kemampuan dasarnya
sama.
- Beban kerja yang tinggi. Hal ini terutama terjadi ketika
jumlah pelanggan banyak dan tugas sehari-hari yang
sederhana tidak ada.
4) Model Primer
Pelayanan keperawatan primer adalah suatu metode
pelayanan di mana perawat khusus bertanggung jawab merawat
klien 24 jam sehari sejak mereka dirawat di rumah sakit sampai
mereka keluar dari rumah sakit. Model ini dapat mendorong
praktik mandiri bagi perawat dan memberikan kejelasan antara
perencana dan pelaksana perawatan. Terdapat ikatan yang
sangat kuat dan berkesinambungan antara klien dengan
pengasuhnya (Nursalam, 2022) dalam (Zuliani, 2023).
Pelayanan primer ini memberikan kesempatan bagi
caregiver untuk memberikan pelayanan yang komprehensif dan
berpusat pada klien. (Maria Bakrie, 2017 dalam (Zuliani, 2023).
Keuntungan :
- Otonomi yang lebih besar bagi staf perawat karena
peningkatan motivasi, tanggung jawab dan akuntabilitas.
- Menjamin kesinambungan pelayanan dan
pelayanan komprehensif.
- Meningkatkan hubungan antara pengasuh dan pengguna.
- Terdapat tanggung jawab dan tanggung jawab yang jelas.
- Cara ini mendukung layanan professional.
- Menciptakan kolaborasi yang baik.
Kelemahan :
- Biaya untuk mempekerjakan perawat yang lebih
terspesialisasi lebih tinggi.
- Asisten perawat merasa tidak berdaya sehingga dapat
menimbulkan kesalahpahaman dalam komunikasi.
- Staf perawat mungkin tidak mampu menangani kasus ini
secara memadai dan oleh karena itu tidak dapat melakukan
penilaian yang tepat atau membuat rencana perawatan yang
tepat.
5) Model Modular
Model latihan ini merupakan gabungan antara model primer
dan model tim. Tanggung jawab keseluruhan atau
pengorganisasian pelayanan keperawatan yang diberikan oleh
pengasuh profesional (PP) dan orang awam (PA) untuk
serangkaian pengguna mulai dari masuk hingga rumah disebut
tanggung jawab keseluruhan atau tanggung jawab total. Metode
ini membutuhkan perawat yang berpengetahuan, kompeten, dan
mengendalikan. Idealnya, ada 2-3 perawat untuk 8-12 klien
(Maria Bakrie, 2017 dalam (Zuliani, 2023). Pada salah satu
model di atas, pelayanan dan perawatan keperawatan dapat
diatur sesuai dengan situasi dan situasi ruangan, jumlah tenaga
perawat dan keterampilan tenaga perawat yang ada. Jumlah
pengasuh yang tersedia harus seimbang sesuai dengan jumlah
pengguna. Selain itu, kategori pendidikan tenaga perawat yang
ada juga harus dipertimbangkan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan (Dedi, 2020 dalam (Zuliani,
2023).
Tim bekerja sama untuk memberikan pandangan holistik
tentang kebutuhan setiap klien. Perawatan diberikan sejak klien
dirawat di rumah sakit sampai klien kembali ke rumah.
Keuntungan pendekatan modular adalah klien menerima
layanan perawatan komprehensif sesuai dengan kebutuhan
perawatannya, sehingga meningkatkan kualitas layanan
perawatan. Hal ini hemat biaya karena lebih sedikit perawat
bersertifikat (Ners) yang dipekerjakan. Sekalipun perawatan
dengan metode ini dilakukan oleh dua atau tiga staf perawat,
tanggung jawab terbesar tetap berada di tangan staf perawat
profesional. Perawat profesional mempunyai tugas untuk
memberikan pengajaran dan pelatihan kepada masyarakat. Jika
perawat spesialis tidak dilibatkan sebagai pemimpin tim untuk
perawatan modular, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan
oleh perawat spesialis lain yang bertindak sebagai pemimpin
tim.
Keuntungan :
- Tim mendukung pengembangan dan produktivitas
kelompok
- Penuh dengan asuhan keperawatan
- Meningkatkan kesinambungan pelayanan dan kolaborasi
- Meningkatkan kepuasan pelanggan
- Hemat biaya
Kelemahan :
- Hanya sedikit perawat terdaftar yang terbiasa menghadapi
kondisi pasien yang tidak terduga. Dibutuhkan pengalaman
dan keterampilan sebagai pemimpin tim.
- Perawat memerlukan perpaduan keterampilan yang tepat.
Keterangan :
a. Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu
hari kali jumlah hari dalam satu satuan waktu
b. Jumlah hari per satuan waktu. Jika diukur per satu bulan, maka
jumlahnya 28-31 hari, tergantung jumlah hari dalam satu bulan tersebut.
D. Analisis SWOT
Setiap rumah sakit harus mampu menyusun strategi pemasaran yang
tepat dan merencanakan agar tetap kompetitif saat ini dan di masa
depan.Strategi ini diperlukan untuk meningkatkan daya saing antar
perusahaan sejenis. Salah satu upaya untuk menemukan strategi pemasaran
yang tepat bagi suatu rumah sakit adalah analisis SWOT (Kotler, 2009, Zia
2018).
Analisis SWOT dapat digunakan untuk mengembangkan strategi
sukses dalam lingkungan global masa depan. (Aslan, 2014 dalam Zia,
2018) Analisis SWOT adalah teknik riset pasar yang digunakan untuk
menganalisis faktor lingkungan persaingan. Analisis SWOT secara
sistematis mengidentifikasi berbagai elemen untuk mengembangkan
strategi rumah sakit. (Rangkut 2013 dalam Zia 2018).
Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal
dan eksternal secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis SWOT
adalah identifikasi sistematis berbagai faktor yang membentuk strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara
unsur internal dan eksternal.
1. Kekuatan (strength)
Kekuatan yang dimaksud adalah keunggulan sumber daya,
keterampilan, dan kemampuan lainnya dibandingkan pesaing dan
kebutuhan pasar yang dilayaninya. Misalnya teknologi dan peralatan
yang Anda miliki.
2. Kelemahan (weakness)
Hal ini juga dapat berupa kelemahan berupa sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara signifikan menghambat
efektivitas kinerja suatu perusahaan. Misalnya keahlian karyawan atau
biaya transportasi yang murah.
3. Peluang (opportunity)
Peluang adalah kondisi utama yang menguntungkan dalam
lingkungan bisnis, seperti kebijakan yang dikeluarkan pemerintah atau
pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
4. Ancaman (threats)
Ancaman adalah situasi merugikan yang paling penting dalam
lingkungan perusahaan. Salah satu contohnya adalah pesatnya
persaingan dalam mendapatkan penyedia layanan kesehatan.
Analisis data penelitian ini adalah analisis deskriptif yang bertujuan
untuk memberikan gambaran (penjelasan) terhadap objek penelitian
berdasarkan data variabel yang diperoleh.
1. Matrix SWOT
Matrix SWOT adalah alat visual yang digunakan untuk
menggabungkan elemen-elemen dari analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats) menjadi satu gambaran yang jelas
dan terstruktur. Matrix SWOT biasanya digunakan dalam perencanaan
strategis dan manajemen untuk membantu organisasi atau individu
merancang strategi yang sesuai berdasarkan hasil analisis SWOT
mereka. Matrix SWOT terdiri dari empat kuadran, masing-masing
mewakili kombinasi dari elemen SWOT :
a. Kekuatan (Strengths) - Peluang (Opportunities) (SO):Kuadran ini
berfokus pada bagaimana organisasi atau individu dapat
memanfaatkan kekuatan mereka untuk mengambil peluang. Ini
adalah area di mana strategi pertumbuhan dan pengembangan dapat
dirancang.
Diagram Kartesius terdiri dari empat bagian yang dibatasi oleh dua
garis yang berpotongan tegak lurus di titik X dan Y. Poin X adalah rata-rata
tingkat pelaksanaan/kinerja latihan. Poin Y, sebaliknya, adalah rata-rata
skor yang diinginkan/pentingnya. Bidang koordinat biasanya disepakati
sebagai berikut :
E. Diagram Fishbone
Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi, mengkategorikan,
dan menampilkan berbagai penyebab suatu masalah. Diagram ini
menunjukkan hubungan antara suatu masalah dan seluruh faktor penyebab
yang mempengaruhinya. Tulang Ikan disebut juga diagram Ishikawa karena
pertama kali dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1953.
Watson (2004) dalam Illie G. dan Ciocoui C.N (2010) dalam
Fauziah, N.A. 2020 menggunakan diagram tulang ikan sebagai alat untuk
menjelaskan secara sistematis berbagai dampak dan hasil, serta penyebab
yang menyebabkan atau berkontribusi terhadap berbagai dampak. Karena
fungsinya, diagram ini biasa disebut dengan diagram sebab-akibat.
F. Planning of Action
Perencanaan Tindakan Perencanaan adalah proses penyusunan
rencana untuk mengatasi permasalahan kesehatan di suatu wilayah
tertentu. Perencanaan tindakan adalah ketika suatu organisasi melakukan
analisis situasi, menetapkan prioritas masalah, merumuskan masalah,
menyelidiki sebab-sebab masalah, termasuk menggunakan metode tulang
ikan, kemudian membuat usulan rencana aksi (RUK), yang hanya boleh
dijalankan setelahnya.
Rencana Aksi (PoA) atau Rencana Usulan Kegiatan (RUK) adalah
suatu proses untuk mencapai tujuan kegiatan. Rencana kegiatan bisa
bermacam-macam bentuknya, antara lain:
1. Serangkaian tujuan yang lebih spesifik untuk jangka waktu yang lebih
singkat.
2. Serangkaian aktivitas yang saling terkait yang dihasilkan dari pemilihan
opsi pemecahan masalah.
3. Rencana kegiatan dengan jangka waktu tertentu, kebutuhan sumber
daya tertentu, dan tanggung jawab untuk setiap tahapan.
Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007), sebelum menyusun plan of
action (PoA), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terutama dengan
mempertimbangkan kemampuan sumber daya organisasi atau komponen
input seperti: Informasi, organisasi, mekanisme, teknologi atau metode dan
sumber daya manusia.
Dalam membuat POA atau perencaan harus bisa menjawab 6
pertanyaan (5W + 1H) diantaranya sebagai berikut.
1. What (Apa) : Apa yang menjadi tujuan, apa yang akan dikerjakan, apa
yang direncanakan.
2. Why (Mengapa) : Mengapa tujuan itu yang akan dicapai, mengapa jenis
kegiatan itu yanag dikerjakan.
3. Where (Dimana) : Dimana implementasi dilaksanakan.
4. When (Kapan) : Kapan implementasi akan dilaksanakan.
5. Who (Siapa) : Siapa penanggung jawab dalam pelaksanaan, siapa yang
akan terlibat dalam implementasi.
6. How (Bagaimana) : Bagaimana melaksanakan,
bagaimana, implementasi.
Setiap kegiatan disusun secara detail dalam POA seperti berikut :
a. Apa yang dikerjakan (persiapan, pelaksanaan, money)
b. Tujuan dan sasaran
c. Jadwal kegiatan
d. Tempat pelaksanaan
e. Unit/siapa yang bertanggungjawab/melaksanakan
f. Jumlah dan sumber anggaran (Zaenab, 2013).
G. Prioritas Masalah
Masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat
penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang
direncanakan dengan kenyaraan, adanya pengaduan, dann kompetensi,
Stonner dalam Suhadi (2015).
Menurut Hopkins dalam Suhadi (2015),
mengemukakan pertanyaan- pertanyaan untuk membantu mencari
permasalahan :
K. Penyakit Tuberculosis
Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu 10 penyebab kematian
tertinggi di seluruh dunia dan penyebab utama kematian dari agen
infeksius. Secara global diperkirakan 10.6 juta (range 9,8-11,3 juta) orang
sakit TBC; 1,4 juta (range 1,3-1,5 juta) kematian akibat TBC termasuk
HIV-negatif dan 187.000 kematian (range 158.000–218.000) termasuk
HIV-positif.
Target global dan milestone untuk penurunan insiden TBC dan kematian
TBC telah ditetapkan sebagai bagian dari SDGs dan End TBC Strategi
TBC pada akhir tahun 2030; yaitu penurunan 90% kematian TBC dan
80% penurunan insiden TBC (kasus baru dan kambuh per 100.000
penduduk per tahun) antara 2015 dan 2030;
Estimasi insiden TBC Indonesia tahun 2021 sebesar 969.00 atau 354 per
100.000 penduduk; TB-HIV sebesar 22.000 kasus per tahun atau 8,1 per
100.000 penduduk. Kematian karena TBC diperkirakan sebesar 144.000
atau 52 per 100.000 penduduk dan kematian TBC-HIV sebesar 6.500 atau
2,4 per 100.000 penduduk. Berdasarkan insiden tuberkulosis tahun 2000-
2020 terjadi penurunan insiden TBC dan angka kematian TBC meskipun
tidak terlalu tajam tetapi pada tahun 2020-2021 terjadi peningkatan.
Insiden TBC pada tahun 2021 terjadi peningkatan 18% (tahun
2020; 819.000 tahun 2021; 969.000 dan rate per 100.000 penduduk tahun
2020; 301 tahun 2021; 354) dan angka kematian TBC mengalami
peningkatan 55% untuk aboslut (tahun 2020; 93.000 tahun 2021;
144.000), 52% untuk rate per 100.000 penduduk (tahun 2020; 34 tahun
2021; 52).
bahwa penelitian
eksperimen yang
sederhana, yang
menggunakan kelompok
eksperimen dan
kelompok kontrol ,
maka jumlah anggota
sampel masing-masing
antara 10 sd 20.
3. Hubungan Veri, Lilis Untuk Penelitian ini Sampel yang diambil Tindak lanjut sebagai Hasil peneilitian
Pengetahuan Dwi mengetahui menggunakan dalam penelitian ini tenaga kesehatan untuk menyebutkan bahwa adanya
Dengan Susanti hubungan metode adalah 38 keluarga memberikan informasi hubungan yang signifikan
Kepatuhan pengetahuan penelitian pasien yang menunggu tentang penyakit TB paru antara pengetahuan dan
Keluarga dengan eksperimen di Ruang Isolasi. Tehnik dan informasi tentang kepatuhan keluarga pasien
kepatuhan dengan desain TB Paru dalam penggunaan
Pasien TB Paru pengambilan sampel masker untuk keluarga
keluarga TB penelitian ini masker dengan benar di ruang
Dalam pada penelitian ini pasien TB Paru.
Paru dalam adalah cross isolasi TB Paru RSUD
Penggunaan penggunaan sectional adalah menggunakan Banten.
Masker masker dengan tehnik nonprobability
Dengan Benar benar sampling dengan
Di Ruang metode purposive
Isolasi TB Paru sampling.
RSUD Banten
4. Hubungan Hubertus Untuk Penelitian ini Jumlah sampel pada Diberikan intervensi Terdapat hubungan yang
antara tingkat Agung mengetahui menggunakan penelitian ini adalah 70 berupa lembar kuesioner bermakna antara tingkat
pengetahuan Pambudi, hubungan antara desain responden . Teknik dengan pernyataan pengetahuan dengan perilaku
keluarga tentang Winda tingkat deskriptif pengambilan sampel favorable terdiri dari 2 penggunaan masker dalam
tuberkulosis Yusanti, pengetahuan analitik dengan yang digunakan pada jenis pernyataan, tingkat keluarga untuk pencegahan
paru dengan Sofyan keluarga rancangan penelitian ini adalah pengetahuan keluarga penularan TB Paru.
penggunaan Budi tentang TB cross sectional. purposive sampling tentang TB Paru dengan
masker medis. Paru dengan
Raharjo 13 pernyataan dan
penggunaan
pernyataan perilaku
masker medis di
Wilayah penggunaan masker untuk
Kerja mencegah penularan TB
Puskesmas Paru dengan 13
Ngesrep, Gajah pernyataan.
Mungkur,
Semarang