Anda di halaman 1dari 59

MAKALAH

PENGELOLAAN RUANG RAWAT INAP GIDEON RUMAH SAKIT IMMANUEL


BANDUNG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan
dan Manajemen Keperawatan

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8

1. Adriana Y. Ngaibawar : 1490123135


2. Bella A. Nikmah : 1490123156
3. Dwi L. Rismayanti : 1490123113
4. Marlin 0. Simaela : 1490123127
5. Netry Y. Laklaka : 1490123172
6. Randi Saiselar : 1490123088
7. Servia Z. Ananda : 1490123183
8. Silvy Oktaviana : 1490123173
9. Tonijio N. Dorosario Da : 1490123161
Luz

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXXI

INSTITU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, atas segala karunia
dan Rahmat-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

Makalah ini yang dapat terselesaikan dengan baik meskipun didalamnya


memiliki kekurangan. Tidak lupa juga kami menyampaikan rasa terima kasih
kami kepada :

1. Bapak Herwinda Sinaga, S.Kep, Ners, M.Kep,. selaku dosen Koordinator mata
kuliah Nursing Practice V Stase Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.

2. Ibu Lidya Maryani, S.Kep, Ners, MM, M.Kep., selaku dosen mata kuliah
Nursing Practice V Stase Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.

3. Ibu Sari Sarce S.Kep, Ners, M.Pd., selaku dosen Koordinator mata kuliah
Nursing Practice V Stase Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.

4. Anggota kelompok yang telah menyumbangkan waktu dan tenaganya.


Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca, khususnya
dalam profesi Keperawatan. Penulis juga menyadari bahwa laporan ini jauh dari
kata sempurna, karena itu, kami menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun akan bermanfaat bagi kami untuk perbaikan dikemudian hari.

Bandung, 19 April 2024

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I......................................................................................................................1

PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
D. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................5
E. Sistematika Penulisan..................................................................................6
BAB II....................................................................................................................7

TINJAUAN TEORI..............................................................................................7

A. Manajemen Keperawatan...........................................................................7
B. Konsep Ruang Rawat Inap.......................................................................17
C. Konsep BOR...............................................................................................20
D. Analisis SWOT...........................................................................................20
E. Diagram Fishbone......................................................................................26
F. Planing of Action........................................................................................27
G. Prioritas Masalah......................................................................................28
K. Penyakit Tuberculosis...............................................................................30
L. Analisis Jurnal...........................................................................................32
BAB III.................................................................................................................35

KAJIAN SITUASI..............................................................................................35

A. Profil Rumah Sakit Immanuel Bandung.................................................35


B. Kajian Situasi Ruang Gideon...................................................................36
C. 5M+1E........................................................................................................37
D. Hasil Analisis SWOT di Ruang Gideon...................................................55
E. Matrix SWOT............................................................................................59
F. Matriks IFE dan EFE ..............................................................................61
G. Diagram Kartesius....................................................................................68
H. Matrix IE....................................................................................................69
I. Rumusan Masalah dan Prioritas Masalah...............................................70
J. Metode Penyelesaian Masalah..................................................................72
K. Fishbone.....................................................................................................73
L. Planning Of Action....................................................................................75
BAB IV.................................................................................................................77

PENUTUP.............................................................................................................79

A. Saran.................................................................................................................79

B. Kesimpulan......................................................................................................80
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kata manajemen berasal dari kata bahasa Inggris


“management” dan tambahan kata kerja “to manage” yang berarti
“mengelola”. Di sisi lain, kata Perancis Kuno "manajemen" berarti
seni pelaksanaan dan pengorganisasian. Kemudian manajemen
dikembangkan oleh para ahli manajemen pada tahun dan konsepnya
jelas terbagi menjadi fungsi manajemen dan aktivitas manajemen.
(Febri, E.B.S & Stefanus, S., 2019)
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengendalian sumber daya untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. Artinya tujuan harus dicapai sesuai
rencana, dan tugas harus diatur dan diselesaikan dengan benar.
(Griffin, 2011; dalam Febri, E.B.S & Stefanus, S., 2019)
Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009, Rumah
Sakit menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara menyeluruh
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat, yaitu suatu fasilitas. Rumah Sakit adalah organisasi yang
kompleks karena menggabungkan perhotelan dan layanan medis.
Selain itu, rumah sakit sangatlah kompleks karena latar belakang
dan fasilitas pendidikan, kedokteran, dan keperawatannya yang
beragam. Orang-orang di rumah sakit memiliki kepribadian yang
berbeda-beda, antara lain emosi yang tidak stabil, ketegangan, dan
emosi yang kompleks. Artinya, pelayanan rumah sakit jauh lebih
kompleks dibandingkan hotel. (Febri, E.B.S & Stefanus, S., 2019)
Rumah Sakit merupakan sarana kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanaan kesehatan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara
serasi dan terpadu serta berkesinambungan (Sudarmaji dan Pratama,
2021).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara profesional. Dalam manajemen keperawatan,
ada beberapa tingkatan manajemen antara lain sebagai: top
manager, middle manager, dan nursing low manager. Kepala ruang
keperawatan merupakan bagian dari nursing low manager yang
mempunyai peranan penting dalam pelayanan di suatu bangsal atau
ruangan. Kepala ruang keperawatan yang merupakan bagian dari
manajemen keperawatan berpihak kepada fungsi manajemen
keperawatan yaitu POAC (Planning, Organizing, Actuating,
Controlling) dalam rangka untuk memajukan staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional
(Nursalam, 2013).
Rumah Sakit Immanuel adalah rumah sakit Pendidikan terkemuka
yang memberikan pelatihan, pelayanan, penelitian dan pengembangan
bagi dokter, perawat, bidan, dan tenaga Kesehatan lainnya. Saat ini RS
Immanuel memiliki sederet prestasi yang patut dibanggakan dan semua itu
terlihat dari profil RSI yang komprehensif, antara lain: Akreditasi Rumah
Sakit dengan Akreditasi Keseluruhan dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit
Indonesia (KARS). Hal ini menunjukkan komitmet manajemen RS
Immanuel untuk memenuhi rumah sakit yang terakreditasi Nasional.
Dalam bidang mutu pelayanan, RS Immanuel memiliki sertifikat ISO
9001-2015 dari SGS yang memastikan unit/departemen/wilayah
pelayanan Rumah Sakit memenuhi standar Nasional dan Internasional
Program utama patient safety yaitu suatu usaha untuk
menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang sering
terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit dan sangat
merugikan baik pasien maupun pihak rumah sakit (Alingh,
Wijngaarden, Huijsman, & Paauwe, 2019). menurut standar
National Safety and Quality Health Service (NSQHS), item
pemberian obat diletakkan sebagai standar ke 4 dalam keselamatan
pasien dalam petunjuk penggunaan obat secara aman (Hines,
Kynoch, & Khalil, 2019). Didalam keselamatan pasien ada 6
indikator sasaran yaitu : 1) identifikasi pasien dengan benar, 2)
meningkatkan komunikasi efektif, 3) meningkatkan keamanan obat-
obatan yang harus diwasadai, 4) memastikan lokasi pembedahan,
prosedur, dan pasien yang benar, 5) mengurangi resiko infeksi
akibat perawatan kesehatan; dan 6) mengurangi resiko cidera pasien
akibat jatuh (Permenkes RI No.11, 2017).

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas rumusan masalah pada laporan
keperawatan Manajemen ini adalah:
1. 6 Benar Pemberian Obat (Identifikasi Pasien)`
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mengaplikasikan suatu konsep dalam
Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan dengan menggunakan
cara analisa SWOT dan menentukan suatu masalah dengan cara analisis
fishbone, dengan penyusunan suatu perumusan masalah, penyusunan
suatu prioritas masalah menyusun solusi dengan penyelesaian masalah
dan menentukan planning of action dari suatu masalah dengan
melaksanakan implementasi sesuai dengan hasil kajian yang ditemukan
serta evaluasi dan rencana tindak lanjut terhadap permasalahan yang
ditemukan.
b. Tujuan Khusus

1. Mengindentifikasi kajian situasi di Ruang Gideon

2. Mengidentifikasi masalah yang ada di ruangan rawat inap Ruang


Gideon.
3. Menguraikan data-data di Ruang Gideon ke dalam analisa SWOT,
Matriks SWOT, IFE dan EFE.
4. Menyusun Diagram Kartesius

5. Perumuasan prioritas masalah

6. Menguraikan solusi pemecahan masalah

7. Menguraikan fishbone analisis berdasarkan masalah yang telah


ditemukan
8. Menyusun Planning of Action (POA) terkait masalah yang
ditemukan.
D. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, untuk memfokuskan pada pokok


permasalahan maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut.
1. BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini, membahas Latar Belakang, Rumusan Masalah,


Tujuan Dan Sistematika Penulisan.
2. BAB II Tinjauan Teori

Bab ini berisikan tentang konsep kepemimpinan, manajemen


keperawatan dan metode pemberian edukasi serta penggunaan
hasil penelitian sebagai intervensi kebaharuan untuk
penyelesaian masalah.
3. BAB III Uraian Kegiatan

Dalam bab ini membahas tentang uraian kegiatan kajian


situasi ruang rawat inap.
4. BAB IV Pembahasan Kegiatan

Bab ini berisikan penjelasan dari hasil kajian situasi dengan fokus
temuan masalah serta hasil kajian penelitian.
5. BAB V Kesimpulan dan Saran

Dalam bab ini berisi simpulan dan saran dari seluruh kegiatan
yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Keperawatan
1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan tahapan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf,
kepemimpinan, kemudian pengendalian aktivitas-aktivitas dalam upaya
keperawatan untuk meningkatkan mutu, kualitas kemudian kwantitas
pelayanan pada bidang kesehatan yang dilakukan secara komprehensif
sesuai dengan standard kesehatan yang ditetapkan (Damanik, 2020).

Manajemen merupakan suatu pencapaian tujuan organisasi yang


telah ditetapkan sebelumnya, baik tujuan yang bersifat khusus maupun
tujuan yang bersifat umum. Pencapaian tujuan organisasi dilakukan
dengan cara interaksi, koordinasi, pengintegrasian, dan pembagian
tugas secara profesional dan proporsional untuk mengelola sumber
daya yang ada, baik sumber daya manusia (tenaga kerja), material,
keuangan, maupun cara yang digunakan (Indra, et., al. 2021).

2. Fungsi Manajemen Keperawatan


Terdapat 5 fungsi manajemen keperawatan menurut Damanik, (2020)
yaitu :

a. Planning
Planning atau perencanaan merupakan suatu kegiatan dalam
menetapkan tujuan dengan menyusun berbagai rencana-rencana
dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Manajer harus
melakukan evaluasi terlebih dahulu rencana alternatif sebelum
pemutusan tindakan apa yang dilakukan kemudian menelaah
rencana yang sudah dipilih apakah sudah sesuai kemudian dapat
dipergunakan untuk mencapai tujuan organisasi.

b. Organizing
Organizing atau pengorganisasian merupakan suatu kegiatan
pengaturan sumber daya manusia maupun sumber daya fisik untuk
untuk dapat melaksanakan rencana yang sudah ditetapkan dalam
organisasi. Dengan tahap organizing dapat membantu
mempermudah dalam melaksanakan pengawasan serta penentuan
personil yang diperlukan dalam menjalankan tugas yang sudah
dibagi.

c. Staffing
Staffing atau ketenagaan merupakan proses perekrutan, wawancara,
mengontrak, dan orientasi yang dilakukan kepada staf. Sistem
perekrutan staf tergantung pada kebutuhan sumber daya alam pada
suatu organisasi, kemudian jumlah tenaga perawat yang memadai
sesuai ketentuan yang berlaku, gaji yang yang ditawarkan sesuai
upah regional yang ditawarkan, reputasi organisasi, daya tarik
lokasi dan status kesejahteraan dilakukan oleh manajer perawatan.

d. Actuating
Actuating atau pengarahan identik dengan fungsi perencanaan
kegiatan keperawatan yaitu dalam melakukan penugasan kepada
perawat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala
ruangan melakukan fungsi pengarahan dengan memberikan
motivasi, membantu pemecahan masalah yang terjadi, melakukan
pendelegasian tugas yang baik, menggunakan komunikasi yang
efektif dan selalu melakukan kolaborasi.

e. Controlling
Controlling atau pengawasan merupakan proses pengamatan secara
terus menerus terhadap rencana kerja yang telah disusun dan
mengoreksi penyimpangan yang terjadi. Pengendalian dianggap
sebagai aktivitas untuk menemukan dan mengoreksi penyimpangan
penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas yang direncanakan
(Seniwati, et, al., 2022).

3. Lingkup Management Keperawatan


Menurut Seniwati, et., al. (2022), manajer keperawatan yang efektif
harus mampu memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana seperti
penggunaan proses keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan
keperawatannya, melaksanakan intervensi keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan yang ditetapkan, menerima akuntabilitas
kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan yang dilaksanakan
oleh perawat, serta mampu mengendalikan lingkungan praktek
keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi
oleh para manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses
manajemen keperawatan dengan melibatkan para perawat pelaksana.
Maka lingkup manajemen keperawatan terdiri dari :

a. Manajemen Layanan atau Operasional


Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan menajerial dan setiap
tingkatan dipimpin oleh seseorang yang mempunyai kompetensi
yang relevan. Tingkat manajerial tersebut yaitu :

Terdapat beberapa faktor yang perlu dimiliki oleh seorang


pemimpin dalam tiap level manajerial tersebut seperti, kemampuan
menerapkan pengetahuan, keterampilan kepemimpinan,
kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin, dan kemampuan
melaksanakan fungsi manajemen.
b. Manajemen Asuhan Keperawatan
Manajemen Asuhan Keperawatan merupakan suatu proses
keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen di
dalamnya seperti, perencanaan, pengorganisasan, implementasi,
pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan keperawatan
menekankan pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini
melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam
melaksanakan tugasnya harus menggunakan proses keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan pasien. Proses
Keperawatan merupakan proses pemecahan masalah yg
menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan
perawat sesuai yang dibutuhkan pasien. Proses keperawatan terdiri
dari 5 tahapan yaitu ; pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi. (Seniwati, et.,
al, 2022).

4. Model Praktik Keperawatan


a. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
Merupakan suatu sistem (berupa struktur, proses, dan
nilainilai profesional) yang menjadi pedoman bagi perawat
profesional dalam mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan
tersebut. Unsur struktur untuk dapat melaksanakan MPKP (Sitorus,
2011), yaitu :

1) Menetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah


klien sesuai denganderajat ketergantungan klien.
2) Menetapkan jenis tenaga keperawatan di ruang rawat, yaitu
kepala ruang, perawat primer dan perawat asosiate, sehingga
peran dan fungsi masing masing tenaga sesuai dengan
kemampuannya dan tanggungjawab yang jelas dalam sistem
pemberian asuhan keperawatan
3) Menyusun standar rencana keperawatan.
Berikut adalah beberapa jenis dari Model Praktik Keperawatan
Profesional :

1) Model Fungsional
Model praktik keperawatan mempertimbangkan pembagian
tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Penanggung
jawab dalam model ini adalah perawat, yang bertanggung jawab
atas tindakan spesifik yang dilakukan. Perawat dapat melakukan
lebih dari satu jenis prosedur untuk semua klien di unit.
Keuntungan :
- Menekankan pada efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
- Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
- Perawat senior melakukan tugas manajerial dan perawat
junior melakukan perawatan langsung kepada klien.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau
peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :

- Tidak ada kepuasan bagi klien maupun perawat


- Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak
memungkinkan untuk melakukan keperawatan secara
holistic.
- Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai
ketrampilan saja
2) Model Tim
Model praktik keperawatan yang disampaikan oleh
sekelompok perawat kepada sekelompok klien (2-3 tim per
kelompok). Dipimpin oleh perawat terlatih yang berpengalaman
dan berpengetahuan luas di bidangnya. Orang yang bertanggung
jawab dalam model ini adalah pemimpin tim. Pembagian tugas
dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok atau
pemimpin tim yang dapat menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan, menurut Nursalam, 2022 dalam Zuliani, 2023.

Keuntungan :
- Terwujudnya pelayanan perawatan yang komprehensif
- Membuat proses keperawatan dapat dicapai
- Rapat tim dapat mengurangi konflik dan perselisihan antar
karyawan.
- Metode ini efektif untuk pembelajaran
- Gabungkan keterampilan anggota tim yang berbeda dengan
aman dan efektif.
- memberikan kepuasan bagi anggota tim Kelemahan :
- Rapat tim memakan waktu, dan dalam situasi sibuk, rapat
tim dibatalkan atau terburu-buru, sehingga menimbulkan
kebingungan dalam komunikasi dan koordinasi antar
anggota tim dan mempengaruhi kelancaran alur kerja.
- Perawat yang tidak terampil atau tidak berpengalaman
cenderung mengandalkan atau lari dari anggota tim dan
pemimpin tim yang terampil.
- Tanggung jawab dalam tim tidak jelas
- Jika pengaturannya salah, efek kinerja akan melemah.

3) Model Kasus
Metode kasus merupakan metode dimana perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan sesuai kebutuhan
pengguna, dengan satu perawat per pengguna selama pelayanan.
Klien dirawat oleh perawat yang berbeda setiap shiftnya dan
tidak ada jaminan bahwa mereka akan dirawat oleh perawat
yang sama keesokan harinya. Orang yang bertanggung jawab
terhadap model ini adalah manajer perawat (Nursalam, 2022)
dalam (Zuliani, 2023).
Keuntungan :
- Pemahaman yang lebih mendalam terhadap caregiver
berdasarkan kasus per kasus (perawatan komprehensif).
- Penyederhanaan sistem evaluasi manajemen.
- Dorong perawat untuk berada dekat dengan klien setiap saat
selama shift mereka.
- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat tercapai.
Kelemahan :
- Perawat yang bertugas belum teridentifikasi.
- Membutuhkan banyak energi, tetapi kemampuan dasarnya
sama.
- Beban kerja yang tinggi. Hal ini terutama terjadi ketika
jumlah pelanggan banyak dan tugas sehari-hari yang
sederhana tidak ada.

4) Model Primer
Pelayanan keperawatan primer adalah suatu metode
pelayanan di mana perawat khusus bertanggung jawab merawat
klien 24 jam sehari sejak mereka dirawat di rumah sakit sampai
mereka keluar dari rumah sakit. Model ini dapat mendorong
praktik mandiri bagi perawat dan memberikan kejelasan antara
perencana dan pelaksana perawatan. Terdapat ikatan yang
sangat kuat dan berkesinambungan antara klien dengan
pengasuhnya (Nursalam, 2022) dalam (Zuliani, 2023).

Pelayanan primer ini memberikan kesempatan bagi


caregiver untuk memberikan pelayanan yang komprehensif dan
berpusat pada klien. (Maria Bakrie, 2017 dalam (Zuliani, 2023).

Keuntungan :
- Otonomi yang lebih besar bagi staf perawat karena
peningkatan motivasi, tanggung jawab dan akuntabilitas.
- Menjamin kesinambungan pelayanan dan
pelayanan komprehensif.
- Meningkatkan hubungan antara pengasuh dan pengguna.
- Terdapat tanggung jawab dan tanggung jawab yang jelas.
- Cara ini mendukung layanan professional.
- Menciptakan kolaborasi yang baik.
Kelemahan :
- Biaya untuk mempekerjakan perawat yang lebih
terspesialisasi lebih tinggi.
- Asisten perawat merasa tidak berdaya sehingga dapat
menimbulkan kesalahpahaman dalam komunikasi.
- Staf perawat mungkin tidak mampu menangani kasus ini
secara memadai dan oleh karena itu tidak dapat melakukan
penilaian yang tepat atau membuat rencana perawatan yang
tepat.

5) Model Modular
Model latihan ini merupakan gabungan antara model primer
dan model tim. Tanggung jawab keseluruhan atau
pengorganisasian pelayanan keperawatan yang diberikan oleh
pengasuh profesional (PP) dan orang awam (PA) untuk
serangkaian pengguna mulai dari masuk hingga rumah disebut
tanggung jawab keseluruhan atau tanggung jawab total. Metode
ini membutuhkan perawat yang berpengetahuan, kompeten, dan
mengendalikan. Idealnya, ada 2-3 perawat untuk 8-12 klien
(Maria Bakrie, 2017 dalam (Zuliani, 2023). Pada salah satu
model di atas, pelayanan dan perawatan keperawatan dapat
diatur sesuai dengan situasi dan situasi ruangan, jumlah tenaga
perawat dan keterampilan tenaga perawat yang ada. Jumlah
pengasuh yang tersedia harus seimbang sesuai dengan jumlah
pengguna. Selain itu, kategori pendidikan tenaga perawat yang
ada juga harus dipertimbangkan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan (Dedi, 2020 dalam (Zuliani,
2023).

Tim bekerja sama untuk memberikan pandangan holistik


tentang kebutuhan setiap klien. Perawatan diberikan sejak klien
dirawat di rumah sakit sampai klien kembali ke rumah.
Keuntungan pendekatan modular adalah klien menerima
layanan perawatan komprehensif sesuai dengan kebutuhan
perawatannya, sehingga meningkatkan kualitas layanan
perawatan. Hal ini hemat biaya karena lebih sedikit perawat
bersertifikat (Ners) yang dipekerjakan. Sekalipun perawatan
dengan metode ini dilakukan oleh dua atau tiga staf perawat,
tanggung jawab terbesar tetap berada di tangan staf perawat
profesional. Perawat profesional mempunyai tugas untuk
memberikan pengajaran dan pelatihan kepada masyarakat. Jika
perawat spesialis tidak dilibatkan sebagai pemimpin tim untuk
perawatan modular, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan
oleh perawat spesialis lain yang bertindak sebagai pemimpin
tim.

Keuntungan :
- Tim mendukung pengembangan dan produktivitas
kelompok
- Penuh dengan asuhan keperawatan
- Meningkatkan kesinambungan pelayanan dan kolaborasi
- Meningkatkan kepuasan pelanggan
- Hemat biaya

Kelemahan :
- Hanya sedikit perawat terdaftar yang terbiasa menghadapi
kondisi pasien yang tidak terduga. Dibutuhkan pengalaman
dan keterampilan sebagai pemimpin tim.
- Perawat memerlukan perpaduan keterampilan yang tepat.

b. Peran dan Tanggung Jawab


Peran dan tanggung jawab model praktik keperawatan profesional
(Sitorus, 2011),yaitu:

1) Kepala Ruangan (KaRu)


- Sebelum melakukan sharing dan operan/ handover pagi,
karu melakukan ronde keperawatan kepada pasien yang
dirawat
- Memimpin sharing pagi dan operan/ handover pagi
- Memastikan pembagian tugas perawat oleh Kepala Tim
dalam pemberian asuhan keperawatan pada hari itu
- Memastikan seluruh pelayanan pasien terpenuhi dengan
baik
- Memastikan ketersediaan fasilitas dan sarana sesuai dengan
kebutuhan.
- Mengelola dan menjelaskan komplain dan konflik yang
terjadi di area tanggung jawabnya
- Melaporkan kejadian luar biasa kepada manajer
2) Ketua Tim (KaTim)
- Mengkoordinir pelaksanaan askep sekelompok pasien oleh
Tim keperawatan dibawah koordinasinya
- Mengidentifikasi kebutuhan perawatan seluruh pasien yang
dikoordinirnya padasaat Pre Confrence
- Memastikan seluruh perawat pelaksana membuat rencana
asuhan yang tepatuntuk setiap pasiennya
- Memastikan setiap perawat asosiet melaksanakan asuhan
keperawatan sesuai rencana yang telah dibuat perawat
pelaksana
- Melaksanakan validasi indakan keperawatan seluruh pasien
dibawahkoordinasinya pada saat Post Confrence 3)
Penanggung Jawab Shift (PJ Shift)
- Menggantikan fungsi pengatur pada saat shift sore/malam
dan hari libur
- Memimpin kegiatan operan/ handover shift sore-malam
- Memastikan perawat pelaksana melaksanakan follow up
pasien kelolaannya
- Memastikan seluruh perawat asosiet melaksanakan askep
sesuai rencana yangtelah dibuat perawat pelaksana
- Mengatasi permasalahan yang terjadi diruang perawatan
- Membuat laporan kejadian kepada pengatur ruangan 4)
Perawat Pelaksana (PP) & Perawat Asosiet (PA)
- Mengidentifikasi seluruh kebutuhan perawatan pasien
kelolaan, merencanakan asuhan keperawatan, melaksanakan
tindakan keperawatan dan melakukan evaluasi (follow up)
perkembangan pasien
- Mengevaluasi tindakan keperawatan yang dilaksanakan oleh
perawat asosiet
- Memastikan seluruh tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana.

B. Konsep Ruang Rawat Inap


1. Pengertian Rawat Inap
Rawat inap merupakan suatu bentuk perawatan, dimana pasien
dirawat dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan, karena selama pasien dirawat, rumah sakit harus
memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien sehingga penerima
layanan merasa dilayani dengan baik (Nuhdaniar, dkk 2019).

Rawat Inap merupakan pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana


penderita tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari
pelaksana kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan,
sedangkan pengertian rawat jalan yaitu pelayanan pengobatan di
fasilitas pelayanan kesehatan dengan tidak harus menginap di fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut baik di dalam gedung dan di luar gedung
yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan meliputi rumah
sakit, puskesmas, balai pengobatan milik pemerintah, swasta maupun
perorangan dan pelayanan kesehatan lain baik milik pemerintah
maupun swasta termasuk dokter praktek (Irdiana, 2019).

2. Pelayanan Ruang Rawat Inap


Pelayanan Rawat Inap Menurut (Amri, 2017) Pelayanan yang
diberikan didalam ruang keperawatan meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Pelayanan administrasi, dimana bagian ini merupakan tolak ukur


pertama penelitian mutu pelayanan kesehtan rumah sakit oleh
pasien, sehingga dibutuhkan penampilan kinerja yang baik dan
berkualitas serta sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dan
tidak berbelit-belit.
b. Pelayanan tenaga dokter merupakan tolak ukur yang paling besar
dalam menentukan kualitas dari pelayanan yang diberikan oleh
rumah sakit kepada pasien sehingga diperlukan didekasi yang tinggi
24 dari petugas sesuai dengan standar pelayanan yang telah
ditentukan dan tidak menyalahi kode etik kedokteran.
c. Pelayanan tenaga perawat merupakan pelaksanaan kegiatan
pelayanan oleh tenaga perawat didasarkan pada prosedur asuhan
keperawatan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan standar yang
ada,sehingga dapat dipelihara mutu pelayanan dan dapat
memuaskan pasien.

d. Ruangan perawatan harus terasa nyaman, indah, sarasi dan aman


kerena kita menyadari bahwa pasien yang dirawat adalah orang
yang terganggu kesehatannya, baik secara fisik maupun mental,
sehingga pasien merasa nyaman, aman, tenang dan semuanya akan
memberikan kepuasan bagi pasien.
e. Penyediaan sarana medik, sarana ini secara minimal harus tersedia
sesuai standar yang ada karena tersebut ada kaitannya dengan
pelayanan yang diberikan kepada pasien baik ileh tenaga medik
maupun noin medik. Apabila sarana ini secara minimal tidak
terprnuhi akan mengakibatkan pelayanan merasa tidak maksimal
yang selanjutnya akan menyebabkan pasien tidak puas terhadap
pelayanan yang diberikan.
f. Pelayanan gizi, menu makanan yang diberikan harus seuai dengan
penyakit yang diderita oleh pasien. Penyediaan makanan dan
munimum harus higenis, bebas kontaminasi kuman penyakit, dan
pendistribusiannya tepat waktu, bersih, hangat, mempunyai rasa 25
yang enak dan bentuk yang bervariasi sehingga membnagkitkan
selera makan pasien.

3. Tujuan Pelayanan Ruang Rawat Inap


a. Untuk memudahkan pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang
komprehensif
b. Untuk memudahkan menegakkan diagnosis pasien dan perencanaan
terapi yang tepat
c. Untuk memudahkan pengobatan dan terapi yang akan didapat
d. Untuk mempercepat tindakan kesehatan
e. Untuk memudahkan pasien mendapatkan berbagai jenis
pemeriksaan penunjang yang diperlukan
f. Untuk mempercepat penyembuhan penyakit pasien
g. Untuk memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari yang berhubungan
dengan penyakitnya, termasuk pemenuhan gizi dan lainnya
C. Konsep BOR
Indikator mutu pelayanan rumah sakit Bed Occupancy Rate (BOR)
merupakan rata-rata penggunaan tempat tidur. BOR sendiri digunakan
untuk mengetahui tingkat pemanfaatan dan efisiensi penggunaan tempat
tidur yang tersedia di rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan
kurangnya pemanfaatan dari fasilitas rumah sakit sedangkan angka BOR
yang tinggi menunjukkan tingkat pemanfaatan yang tinggi terhadap
fasilitas rumah sakit (Sudra, 2010, dalam Widiyanto & Wijayanti, 2020).

Rumus penghitungan BOR :


Keterangan :
a. Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu
hari kali jumlah hari dalam satu satuan waktu
b. Jumlah hari per satuan waktu. Jika diukur per satu bulan, maka
jumlahnya 28-31 hari, tergantung jumlah hari dalam satu bulan tersebut.

D. Analisis SWOT
Setiap rumah sakit harus mampu menyusun strategi pemasaran yang
tepat dan merencanakan agar tetap kompetitif saat ini dan di masa
depan.Strategi ini diperlukan untuk meningkatkan daya saing antar
perusahaan sejenis. Salah satu upaya untuk menemukan strategi pemasaran
yang tepat bagi suatu rumah sakit adalah analisis SWOT (Kotler, 2009, Zia
2018).

Analisis SWOT dapat digunakan untuk mengembangkan strategi


sukses dalam lingkungan global masa depan. (Aslan, 2014 dalam Zia,
2018) Analisis SWOT adalah teknik riset pasar yang digunakan untuk
menganalisis faktor lingkungan persaingan. Analisis SWOT secara
sistematis mengidentifikasi berbagai elemen untuk mengembangkan
strategi rumah sakit. (Rangkut 2013 dalam Zia 2018).

Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal


dan eksternal secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis SWOT
adalah identifikasi sistematis berbagai faktor yang membentuk strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada hubungan atau interaksi antara
unsur internal dan eksternal.

1. Kekuatan (strength)
Kekuatan yang dimaksud adalah keunggulan sumber daya,
keterampilan, dan kemampuan lainnya dibandingkan pesaing dan
kebutuhan pasar yang dilayaninya. Misalnya teknologi dan peralatan
yang Anda miliki.
2. Kelemahan (weakness)
Hal ini juga dapat berupa kelemahan berupa sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara signifikan menghambat
efektivitas kinerja suatu perusahaan. Misalnya keahlian karyawan atau
biaya transportasi yang murah.

3. Peluang (opportunity)
Peluang adalah kondisi utama yang menguntungkan dalam
lingkungan bisnis, seperti kebijakan yang dikeluarkan pemerintah atau
pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.

4. Ancaman (threats)
Ancaman adalah situasi merugikan yang paling penting dalam
lingkungan perusahaan. Salah satu contohnya adalah pesatnya
persaingan dalam mendapatkan penyedia layanan kesehatan.

Analisis data penelitian ini adalah analisis deskriptif yang bertujuan


untuk memberikan gambaran (penjelasan) terhadap objek penelitian
berdasarkan data variabel yang diperoleh.

Diagram SWOT Konsep diagram dan matriks SWOT menurut


(Lesmana, 2019).
- Kuadran 1 : Ini adalah situasi yang sangat menguntungkan. Sistem ini
mempunyai peluang dan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang
ada. Strategi yang sebaiknya diterapkan dalam kondisi seperti ini adalah
mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (strategi berorientasi
pertumbuhan).

- Kuadran 2 : Sistem menghadapi berbagai ancaman, namun masih


memiliki kekuatan internal. Strategi yang akan diterapkan adalah
memanfaatkan peluang jangka panjang secara agresif melalui strategi
diversifikasi.

- Kuadran 3 : Sistem ini menawarkan peluang yang sangat besar namun


memiliki keterbatasan/kelemahan internal. Fokus strategi sistem adalah
meminimalkan masalah dalam organisasi sehingga memiliki peluang
yang lebih baik.

- Kuadran 4 : Mewakili situasi yang sangat tidak menguntungkan,


dimana sistem dihadapkan pada berbagai ancaman dan kelemahan
internal.

1. Matrix SWOT
Matrix SWOT adalah alat visual yang digunakan untuk
menggabungkan elemen-elemen dari analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats) menjadi satu gambaran yang jelas
dan terstruktur. Matrix SWOT biasanya digunakan dalam perencanaan
strategis dan manajemen untuk membantu organisasi atau individu
merancang strategi yang sesuai berdasarkan hasil analisis SWOT
mereka. Matrix SWOT terdiri dari empat kuadran, masing-masing
mewakili kombinasi dari elemen SWOT :
a. Kekuatan (Strengths) - Peluang (Opportunities) (SO):Kuadran ini
berfokus pada bagaimana organisasi atau individu dapat
memanfaatkan kekuatan mereka untuk mengambil peluang. Ini
adalah area di mana strategi pertumbuhan dan pengembangan dapat
dirancang.

b. Kekuatan (Strengths)-Ancaman (Threats) (ST): Kuadran ini


berkaitan dengan bagaimana organisasi atau individu dapat
menggunakan kekuatan mereka untuk mengatasi ancaman yang
mungkin muncul. Ini mengarah pada strategi pertahanan dan
mitigasi risiko.

c. Kelemahan (Weaknesses)-Peluang (Opportunities) (WO) : Kuadran


ini menggambarkan bagaimana organisasi atau individu dapat
mengatasi kelemahan mereka untuk mengambil peluang yang ada.
Ini melibatkan perencanaan untuk mengatasi kelemahan internal
guna memanfaatkan peluang eksternal.

d. Kelemahan (Weaknesses)-Ancaman (Threats) (WT) : Kuadran ini


menyoroti bagaimana kelemahan internal dapat membuat organisasi
atau individu lebih rentan terhadap ancaman. Strategi dalam
kuadran ini berkaitan dengan perbaikan kelemahan dan mitigasi
risiko.
Matrix Kartesius, juga dikenal sebagai Diagram Kartesius atau
Grafik Kartesius adalah alat visual yang digunakan untuk menggambarkan
dan memvisualisasikan hubungan antara dua variabel kualitatif. Alat ini
menggambarkan variabel-variabel tersebut dalam bentuk matriks atau tabel
dua dimensi. Matrix Kartesius berguna untuk mengidentifikasi hubungan
atau asosiasi antara dua variabel kualitatif dan memahami distribusi data di
antara kombinasi variabel tersebut.

Diagram Kartesius terdiri dari empat bagian yang dibatasi oleh dua
garis yang berpotongan tegak lurus di titik X dan Y. Poin X adalah rata-rata
tingkat pelaksanaan/kinerja latihan. Poin Y, sebaliknya, adalah rata-rata
skor yang diinginkan/pentingnya. Bidang koordinat biasanya disepakati
sebagai berikut :

- Asumsikan sumbu koordinat saling tegak lurus


- Sumbu X adalah garis horizontal dengan koordinat positif di sebelah
kanan pusat dan sumbu Y adalah garis vertikal dengan koordinat positif
di atas pusat. Kedua sumbu menggunakan skala yang sama. Seperti
terlihat pada diagram, sumbu koordinat membagi bidang menjadi empat
wilayah, biasa disebut kuadran, yang ditunjukkan dengan angka
Romawi. Titik-titik pada sumbu koordinat tidak berada pada kuadran
manapun.

Matrix IFE (Internal Factor Evaluation) dan Matrix EFE (External


Factor Evaluation) adalah dua alat analisis strategis yang digunakan dalam
perencanaan strategis bisnis. Kedua matriks ini digunakan untuk
mengevaluasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
kinerja organisasi atau perusahaan.

1. Matrix IFE (Internal Factor Evaluation) : Matrix IFE adalah alat


analisis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor internal yang
mempengaruhi kinerja suatu organisasi atau perusahaan. Ini membantu
dalam mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal yang dapat
memengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya. Proses
pembuatan Matrix IFE melibatkan langkah-langkah berikut:

a. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Internal : Identifikasi


faktorfaktor internal yang memengaruhi organisasi. Kekuatan
adalah faktor-faktor positif yang meningkatkan kinerja, sedangkan
kelemahan adalah faktor-faktor negatif yang membatasi kinerja.
b. Penilaian Bobot dan Rating : Beri bobot kepada setiap faktor,
menilai faktor-faktor tersebut berdasarkan skala, biasanya dari 1
hingga 4, di mana 1 adalah sangat buruk dan 4 adalah sangat baik.
Nilai ini mencerminkan sejauh mana faktor-faktor tersebut
memengaruhi organisasi.
c. Hitung Skor : Hitung skor dengan mengalikan bobot dengan nilai
rating untuk setiap faktor internal.
d. Hitung Total Skor : Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor
IFE keseluruhan. Skor IFE dapat berkisar antara 1 hingga 4, dengan
skor tertinggi mencerminkan seberapa kuat organisasi dalam
menghadapi faktor internal.

2. Matrix EFE (External Factor Evaluation) : Matrix EFE adalah alat


analisis yang digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhi kinerja organisasi. Ini membantu dalam
mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal yang dapat
memengaruhi organisasi. Proses pembuatan Matrix EFE melibatkan
langkah-langkah berikut :
a. Identifikasi Peluang dan Ancaman Eksternal : Identifikasi
faktorfaktor eksternal yang dapat memengaruhi organisasi. Peluang
adalah faktor-faktor positif yang dapat dimanfaatkan, sedangkan
ancaman adalah faktor-faktor negatif yang mungkin mengganggu
kinerja.
b. Penilaian Bobot dan Rating : Beri bobot kepada setiap faktor
eksternal, dan beri nilai rating berdasarkan skala, seperti pada
Matrix IFE.
c. Hitung Skor : Hitung skor dengan mengalikan bobot dengan nilai
rating untuk setiap faktor eksternal.
d. Hitung Total Skor: Jumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor
EFE keseluruhan. Skor EFE dapat berkisar antara 1 hingga 4,
dengan skor tertinggi mencerminkan seberapa besar organisasi
dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman eksternal.

E. Diagram Fishbone
Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi, mengkategorikan,
dan menampilkan berbagai penyebab suatu masalah. Diagram ini
menunjukkan hubungan antara suatu masalah dan seluruh faktor penyebab
yang mempengaruhinya. Tulang Ikan disebut juga diagram Ishikawa karena
pertama kali dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1953.

Watson (2004) dalam Illie G. dan Ciocoui C.N (2010) dalam


Fauziah, N.A. 2020 menggunakan diagram tulang ikan sebagai alat untuk
menjelaskan secara sistematis berbagai dampak dan hasil, serta penyebab
yang menyebabkan atau berkontribusi terhadap berbagai dampak. Karena
fungsinya, diagram ini biasa disebut dengan diagram sebab-akibat.

Diagram ini digunakan untuk menyatakan pendapat atau


menyelidiki penyebab suatu masalah.Diagram tulang ikan digunakan untuk
mewakili faktor-faktor utama yang mempengaruhi kualitas dan
mempengaruhi masalah yang diselidiki. Selain itu, Anda dapat melihat
lebih detail faktor-faktor yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh faktor
utama tersebut, yaitu dapat dilihat pada panah herringbone .(Heizer dan
Render, 2011 dalam Fauziah, N. A. 2020).

F. Planning of Action
Perencanaan Tindakan Perencanaan adalah proses penyusunan
rencana untuk mengatasi permasalahan kesehatan di suatu wilayah
tertentu. Perencanaan tindakan adalah ketika suatu organisasi melakukan
analisis situasi, menetapkan prioritas masalah, merumuskan masalah,
menyelidiki sebab-sebab masalah, termasuk menggunakan metode tulang
ikan, kemudian membuat usulan rencana aksi (RUK), yang hanya boleh
dijalankan setelahnya.

Rencana Aksi (PoA) atau Rencana Usulan Kegiatan (RUK) adalah


suatu proses untuk mencapai tujuan kegiatan. Rencana kegiatan bisa
bermacam-macam bentuknya, antara lain:

1. Serangkaian tujuan yang lebih spesifik untuk jangka waktu yang lebih
singkat.
2. Serangkaian aktivitas yang saling terkait yang dihasilkan dari pemilihan
opsi pemecahan masalah.
3. Rencana kegiatan dengan jangka waktu tertentu, kebutuhan sumber
daya tertentu, dan tanggung jawab untuk setiap tahapan.
Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007), sebelum menyusun plan of
action (PoA), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terutama dengan
mempertimbangkan kemampuan sumber daya organisasi atau komponen
input seperti: Informasi, organisasi, mekanisme, teknologi atau metode dan
sumber daya manusia.

Dalam membuat POA atau perencaan harus bisa menjawab 6


pertanyaan (5W + 1H) diantaranya sebagai berikut.

1. What (Apa) : Apa yang menjadi tujuan, apa yang akan dikerjakan, apa
yang direncanakan.
2. Why (Mengapa) : Mengapa tujuan itu yang akan dicapai, mengapa jenis
kegiatan itu yanag dikerjakan.
3. Where (Dimana) : Dimana implementasi dilaksanakan.
4. When (Kapan) : Kapan implementasi akan dilaksanakan.
5. Who (Siapa) : Siapa penanggung jawab dalam pelaksanaan, siapa yang
akan terlibat dalam implementasi.
6. How (Bagaimana) : Bagaimana melaksanakan,
bagaimana, implementasi.
Setiap kegiatan disusun secara detail dalam POA seperti berikut :
a. Apa yang dikerjakan (persiapan, pelaksanaan, money)
b. Tujuan dan sasaran
c. Jadwal kegiatan
d. Tempat pelaksanaan
e. Unit/siapa yang bertanggungjawab/melaksanakan
f. Jumlah dan sumber anggaran (Zaenab, 2013).

G. Prioritas Masalah
Masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat
penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang
direncanakan dengan kenyaraan, adanya pengaduan, dann kompetensi,
Stonner dalam Suhadi (2015).

Menurut Hopkins dalam Suhadi (2015),


mengemukakan pertanyaan- pertanyaan untuk membantu mencari
permasalahan :

“Apa yang sekarang sedang terjadi?”


“Apakah yang berlangsung itu mengandung permasalahan?”
“Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya?”

Menurut Symond (2021), Prioritas masalah melibatkan


pendefinisian masalah untuk menentukan seberapa serius masalah trsebut
dan apakah masalah tersebut dapat diselesaikan atau tidak. Menurut
Symond (2021), beberapa metode menentukan prioritas masalah antara
lain:

1. Metode USG
USG adalah kependekan dari Urgency, Seriousness, dan growth.
Metode usg adalah metode penentuan prioritas masalah
Kesehatandengan memperhatikan urgensinya, keseriusannya, dan
peluang berkembangnya masalah tersebut.

2. Metode Reinke metode yang menentukan prtioritas masalah dengan


menggunakan rumus perhitungan tertentu, yang telah diberi kriteria.
Metode ini merupakan metode yang menggunakan skor. Skor yang
diberika 1-5.
Adapun kriteria yang digunakan adalah:
a. Magnituede (M), kriteria yang menentukan besarnya masalah
b. Importance (I), kriteria yang ditentukan oleh jenis kelompok yang
terkena masalah
c. Cost (C), kriteria yang ditentukan ada tidaknya biaya
penanggulangan masalah tersebut
d. Priority (P), pemecahan masalah
3. Metode Bryant
Metode bryan adalah metode yang penentuan prioritas masalah
dengan menggunakan kriteria tertentu yang telah diberi skor. Kriteria
yang digunakan adalah:

a. Community Concern, sejauh mana Masyarakat menganggap


masalah tersebut penting
b. Prevalensi, berapa banyak penduduk yang terkena masalah
c. Seriousness, sejauh mana dampak yang timbul dari masalah
d. Manageability, sejauh mana masyarakan memiliki kemampuan
mengatasi masalah tersebut.
4. Metode NGT
Kata NGT merupakan kependekan dari kata Nominal Group
Technique. Metode ini merupakan suatu metode penentuan prioritas
masalah yang dilaksanakan melalui forum pertemuan dengan
pelaksana program yang memiliki kemampuan dan pengetahuan
berhubungan dengan masalah.

K. Penyakit Tuberculosis
Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu 10 penyebab kematian
tertinggi di seluruh dunia dan penyebab utama kematian dari agen
infeksius. Secara global diperkirakan 10.6 juta (range 9,8-11,3 juta) orang
sakit TBC; 1,4 juta (range 1,3-1,5 juta) kematian akibat TBC termasuk
HIV-negatif dan 187.000 kematian (range 158.000–218.000) termasuk
HIV-positif.

Target global dan milestone untuk penurunan insiden TBC dan kematian
TBC telah ditetapkan sebagai bagian dari SDGs dan End TBC Strategi
TBC pada akhir tahun 2030; yaitu penurunan 90% kematian TBC dan
80% penurunan insiden TBC (kasus baru dan kambuh per 100.000
penduduk per tahun) antara 2015 dan 2030;

Estimasi insiden TBC Indonesia tahun 2021 sebesar 969.00 atau 354 per
100.000 penduduk; TB-HIV sebesar 22.000 kasus per tahun atau 8,1 per
100.000 penduduk. Kematian karena TBC diperkirakan sebesar 144.000
atau 52 per 100.000 penduduk dan kematian TBC-HIV sebesar 6.500 atau
2,4 per 100.000 penduduk. Berdasarkan insiden tuberkulosis tahun 2000-
2020 terjadi penurunan insiden TBC dan angka kematian TBC meskipun
tidak terlalu tajam tetapi pada tahun 2020-2021 terjadi peningkatan.
Insiden TBC pada tahun 2021 terjadi peningkatan 18% (tahun

2020; 819.000 tahun 2021; 969.000 dan rate per 100.000 penduduk tahun
2020; 301 tahun 2021; 354) dan angka kematian TBC mengalami
peningkatan 55% untuk aboslut (tahun 2020; 93.000 tahun 2021;
144.000), 52% untuk rate per 100.000 penduduk (tahun 2020; 34 tahun
2021; 52).

Tuberkulosis ditularkan melalui udara. Kebanyakan orang yang terkena


TB tidak pernah menunjukan gejala, karena bakteri dapat hidup dalam
bentuk tidak aktif pada tubuh dan dapat menjadi aktif ketika sistem
kekebalan tubuh menurun. Seorang pasien TB, khususnya TB paru pada
saat dia bicara,batuk,dan bersin dapat mengeluarkan percikan dahak yang
mengandung M.tb. Orang-orang disekeliling pasien TB tersebut dapat
terpapar dengan cara menghisap percikan dahak (droplet).

Infeksi dapat terjadi apabila seseorang yang rentan menghirup percikan


renik yang mengandung kuman TB melalui mulut atau hidung , saluran
pernafasan atas, bronchus hingga mencapai alveoli. Pengobatan penyakit
tuberkulosis biasanya membutuhkan waktu berbulan-bulan dengan aturan
minum obat yang ketat, guna mencegah resiko terjadinya resistensi
antibiotik. Jika tidak ditangani dengan segera, penyakit TBC dapat
berakibat fatal. Meski begitu TBC adalah penyakit yang dapat
disembuhkan dan bisa di cegah.

Salah satu langkah untuk mencegah TBC adalah dengan menerima


vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin). Di Indonesia, vaksin ini
termasuk dalam daftar imunisasi wajib dan diberikan sebelum bayi
berusia 2 bulan. Bagi yang belum pernah menerima vaksin BCG,
dianjurkan untuk melakukan vaksin bila terdapat salah satu anggota
keluarga yang menderita TBC. Beberapa upaya yang dilakukan untuk
mencegah penularan TB yaitu:

1. Menggunakan masker saat berada ditempat ramai dan berinteraksi


dengan penderita TBC, serta mencuci tangan.
2. Tutup mulut saat bersin, batuk, dan tertawa atau gunakan tisu untuk
3. menutup mulut , tisu yang sudah digunakan dimasukan kedalam plastik
dan di buang ke kotak sampah.
4. Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.
5. Pastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang baik, misalnya dengan
sering membuka pintu dan jendela agar udara segar serta sinar matahari
dapat masuk.

6. Jangan tidur sekamar dengan orang lain, sampai dokter menyatakan


TBC yang diderita tidak lagi menular.
7. Khusus bagi penderita TB menggunakan masker ketika berada disekitar
orang terutama selama tiga minggu pertama pengobatan, upaya ini
dapat membantu mengurangi resiko penularan.
L. Analisis Jurnal
Berdasarkan kajian analisis jurnal/literature review jurnal mengenai penggunaan masker dan edukasi leaflet terhadap pencegahan
penyakit TBC, berikut disajikan hasilnya :

No Judul Penulis Tujuan Metode Sampel Intervensi Temuan


Penelitian
1. Efektifitas Gilang Untuk Penelitian ini Pengambilan sampel Responden Hasil penelitian
Penggunaan Dwi mengetahui menggunakan menggunakan teknik mendapatkan intervensi menyimpulkan bahwa
Media Leaflet Pratiwi, efektifitas desain convenience sampling berupa pendidikan pendidikan kesehatan
Dalam Vita media leaflet kuantitatif sebanyak 60 responden kesehatan tentang melalui leaflet efektif
Peningkatan Lucya, dalam dengan 2 yang dibagi kedalam 2 pencegahan dalam meningkatkan
peningkatan kelompok tuberculosis dengan pengetahuan dan sikap
Pengetahuan Paramitha kelompok, control dan
pengetahuan (control dan menggunakan media masyarakat terhadap
Dan Sikap perlakuan, masing-
dan sikap leaflet pencegahan
Terhadap perlakuan) masing sebanyak 30
terhadap tuberculosis. Meskipun
Pencegahan responden. saat ini sudah banyak
pencegahan TB
Tuberkulosis media digital, leaflet
di
(2022) edukatif dan informatif
Puskesmas merupakan media
Garuda sederhana dan ekonomis
Bandung. yang masih menjadi
pilihan masyarakat dalam
strategi promosi
kesehatan.
2. Efektivitas Ence Untuk Jenis penelitian Jumlah sampel dari Diberikan intervensi Perbedaan yang bermakna
Media Ava Dan Ihlasuyan mengetahui ini merupakan ketiga puskesmas menggunakan media angka pengetahuan dan
Leaflet Dalam di, Rahmat media yang penelitian sebanyak 15 kader video dan leaflet sikap sebelum dan sesudah
Penyuluhan Sudiyat paling efektif dengan kesehatan sebagai mengenai TB Paru perlakuan melalui media
Tentang tentang rancangan kelompok intervensi AVA, sedangkan untuk
Tuberkulosis penyakit TB Quasi media Leaflet terdapat
yang diberikan
(Tb) Paru Pada paru Eksperimen perbedaan yang bermakna
penyuluhan melalui
Kader sedangkan untuk angka
menggunakan media video sebanyak pengetahuan
Kesehatan pendekatan 15 kader kesehatan perbedaannya tidak
(2022) control group untuk kelompok bermakna.
with pre and Kontrol yang
posttest diberikan media
design. penyuluhan melalui
media leaflet,
besarnya sampel ini
disesuaikan
32

bahwa penelitian
eksperimen yang
sederhana, yang
menggunakan
kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol
, maka jumlah
anggota sampel
masing-masing antara
10 sd 20.
3. Hubungan Veri, Lilis Untuk Penelitian ini Sampel yang Tindak lanjut sebagai Hasil peneilitian
Pengetahuan Dwi mengetahui menggunakan diambil dalam tenaga kesehatan untuk menyebutkan bahwa
Dengan Susanti hubungan metode penelitian ini adalah memberikan informasi adanya hubungan yang
Kepatuhan pengetahuan penelitian 38 keluarga pasien tentang penyakit TB signifikan antara
Keluarga dengan eksperimen yang menunggu di paru dan informasi pengetahuan dan
kepatuhan dengan desain kepatuhan keluarga pasien
Pasien TB Paru Ruang Isolasi. Tehnik tentang masker untuk
keluarga TB penelitian ini TB Paru dalam
Dalam pengambilan sampel keluarga pasien TB
Paru dalam adalah cross penggunaan masker
Penggunaan penggunaan sectional pada penelitian ini Paru. dengan benar di ruang
Masker masker dengan adalah menggunakan isolasi TB Paru RSUD
Dengan Benar benar tehnik nonprobability Banten.
Di Ruang sampling dengan
Isolasi TB Paru metode purposive
RSUD Banten sampling.
4. Hubungan Hubertus Untuk Penelitian ini Jumlah sampel pada Diberikan intervensi Terdapat hubungan yang
antara tingkat Agung mengetahui menggunakan penelitian ini adalah berupa lembar bermakna antara tingkat
pengetahuan Pambudi, hubungan desain 70 responden . Teknik kuesioner dengan pengetahuan dengan
keluarga Winda antara tingkat deskriptif pengambilan sampel pernyataan favorable perilaku penggunaan
tentang Yusanti, pengetahuan analitik yang digunakan pada terdiri dari 2 jenis masker dalam keluarga
tuberkulosis Sofyan keluarga dengan penelitian ini adalah pernyataan, tingkat untuk pencegahan
paru dengan tentang TB
Budi rancangan purposive sampling pengetahuan keluarga penularan TB Paru.
penggunaan Paru dengan
Raharjo cross tentang TB Paru
masker medis. penggunaan
sectional. dengan 13 pernyataan
masker medis
di Wilayah dan pernyataan perilaku
Kerja penggunaan masker
Puskesmas untuk mencegah
Ngesrep, Gajah penularan TB Paru
Mungkur, dengan 13 pernyataan.
Semarang
Case Study
Ruang Gideon merupakan ruang perawatan penyakit dalam dan bedah khusus laki-laki,
memiliki tenaga perawat sebanyak 23 orang perawat dengan tingkat pendidikan S1
Keperawat Ners 15 orang dan DIII Keperawatan 8 orang. kepala ruang lulusan ners dengan
masa kerja 8 tahun. Ruang rawat inap memiliki 24 bed dengan BOR 72%, terdiri dari
ruangan kelas II, III, dan ruang Isolasi. Derajat ketergantungan pasien terdiri dari minimal
care 7 orang, partial care 15 dan total care 2 orang, Berdasarkan hasil observasi didapatkan
kegiatan pre-post conference tidak pernah dilakukan setiap shift dan adanya komplain dari
keluarga pasien tentang pemberian obat yang tidak tepat waktu.

Pertanyaan penuntun dalam diskusi kelompok:


1. Uraikan gaya dan kompetensi pemimpin yang tepat digunakan terkait kasus tersebut.?
2. Uraikan fungsi-fungsi manajemen terkait kasus tersebut.?
3. Uraikan model praktek keperawatan professional yang tepat digunakan terkait kasus
tersebut.?
4. Uraikan gaya pengelolaan konflik yang tepat digunakan terkait kasus tersebut.?
5. Uraikan perhitungan kebutuhan SDM keperawatan.?
6. Uraikan data-data pada kasus diatas ke dalam analisa swot terkait kasus diatas.?
7. Uraikan perumusan masalah terkait kasus tersebut.?
8. Uraikan solusi pemecahan masalah terkait kasus tersebut.?
9. Uraikan fishbone analysis terkait temuan masalah.?
10. Uraikan planning of action terkait kasus tersebut.?
BAB III
PEMBAHASAN

1. Uraikan gaya dan kompetensi pemimpin yang tepat digunakan terkait kasus tersebut.?
Gaya dan kompetensi pemimpin yang tepat digunakan sesuai kasus yaitu dengan gaya
kepemimpinan demokratis.
Gaya kepemimpinan demokratis menggambarkan kepala ruang yang cenderung
melibatkan perawat dalam mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang,
mendorong partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran kerja, dan menggunakan
umpan balik sebagai peluang untuk melatih karyawan. Di samping itu, dalam mengambil
sebuah keputusan, kepala ruang selalu bermusyawarah dan berkonsultasi dengan perawat
sesuai posisi dan wewenang masing-masing. Kepemimpinan dengan gaya ini cenderung
menghargai setiap potensi yang dimiliki individu dan mau mendengarkan bawahan.
Seseorang kepala ruang yang demokratis dihormati, disegani tetapi bukan ditakuti.
Ciri-ciri kepala ruang yang demokratis adalah semua kebijakan terjadi pada kelompok
diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan kepala ruang, kegiatan-
kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat dan jika
dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis, kepala ruang menyarankan dua atau lebih alternatif
prosedur yang dapat dipilih, perawat bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih
dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok, kepala ruang lebih memperhatikan
perawat untuk mencapai tujuan organisasi, menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas,
kepala ruang objektif dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang
anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan,
timbulkan suasana saling percaya, saling menghormati serta saling menghargai antara
kepala ruang dan perawat hal ini yang membuat dalam kepemimpinan demokratis
tanggung jawab ditanggung bersama-sama. Beberapa indikator gaya kepemimpinan
demokratis adalah pengawasan dilakukan secara wajar oleh kepala ruang, menghargai ide
dari perawat, perhatian pada kenyamanan kerja perawat, menjalin hubungan baik antara
kepala ruang dan perawat, dapat beradaptasi dengan kondisi, teliti dengan keputusan yang
akan diambil, bersahabat dan ramah, memberikan pengarahan pada tugas-tugas yang
diberikan, komunikasi yang baik dengan perawat, pengambilan keputusan bersama, serta
mendorong perawat meningkatkan ketrampilan. Kelebihan dari gaya kepemimpinan ini
adalah produktivitas kerja di ruangan lebih tinggi apabila situasi kondusif.
Kekurangannya adalah membutuhkan waktu dan koordinasi yang lama serta keputusan
yang diambil kadang bukan yang terbaik tetapi yang disukai oleh bagian (Siagian, 2017).

2. Uraikan fungsi-fungsi manajemen terkait kasus tersebut.?


fungsi menejemen manejer keperawatan melaksanakan fungsi manajemen untuk untuk
mencapai tujuan organisasi. pada analisis,fungsi manajemen.terdapat lima fungsi
manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengerahan dan pengawasan,
hierarki dalam perencanaan meliputi misi, filosopi, tujuan, sasaran, kebijakan, prosedur,
dan aturan, (Marquis & Broome, dalam Dewi dkk, 2021)
a. perencanaan (planning)
perencanaan adalah pemilihan dan penetapan kegiatan, selanjutnya apa yang harus
dilakukan kapan, bagaimana dan oleh siapa. perencanaan merupakan suatau proses
yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah ditetapkan dan harus di
implementasikan. dalam proses perencanaan terdapat empat tahap :
1). menetapkan tujuan
2). mereumuskan keadaan saat ini
3). mengidentifikasikan segala tujuan dan hambatan
4). mengembangkan rencana kegiatan dalam mencapai tujuan
b. pengorganisasian (organising)
pengorganisasian merupakan suatu proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai
dengan tujuan organisasi sumberdaya-sumberdaya yang dimilikinya dan lingkungan
yang melingkupinya. dalam proses penyusunan pengorganisasian terdapat dua aspek
utama yaitu: departementalisasi dan pembagian kerja
1) departemenlisasi adalah pengelempokan kegiatan-kegiatan kerja organisasi agar
kegiatan-kegiatan sejenis saling berhubungan dapat dikerjakan bersama
2) pembagian kerja adalah perincian tugas pekerjaan agar setiap individu pada
organisasi bertanggung jawab dalam melaksanakan sekumpulan kegiatan
kedua aspek ini merupakan dasar proses pengorganisasian suatu organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif.
proses pengortganisasian terdiri dari tiga tahap yaitu:
1) perincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam setiap individu untuk
mencapai tujuan organisasi
2) pembagian beban pekerjaan menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logika dapat
dilaksanakan oleh setiap individu
3) pengadaan dan pengembangan mekanisme kerja sehingga ada koordinasi
pekerjaan pada para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan
harmonis
c. Kepersonaliaan (Staffing)
Fungsi staffing, kepala ruangan membuat jadwal dinas harian dan bulanan. Jadwal
ruangan disusun berdasarkan klasifikasi pasien dengan komposisi disesuaikan dengan
jam perawatan per pasien (HPPD), total paid hour, skill mix dan jumlah tenaga
keperawatan yang dimiliki (Hariyati,2014 dalam Christina, dkk, 2019). Fungsi
staffing dari kepala ruangan untuk mengatasi masalah sumber daya manusia. Staffing
merupakan fase penting karena memastikan tersedianya staf yang profesional dan
kompeten. Perawat manajer pada level bidang keperawatan berperan dalam merekrut,
memilih, memberikan orientasi dan meningkatkan perkembangan individu untuk
dapat mencapai tujuan organisasi (Marquis & Huston, 2013 dalam Christina, dkk,
2019).
d. pengarahan (actuating)
pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para
bawahan agar bersedia mengerti dan mengembangkan tenaganya secara efektif serta
efesiaen dalam pencapaian tujuan organisasi
cara-cara pengarahan yang dilakukan berupa :
1) orientasi
orientasi merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu
supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik
2) perintah
perintah merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang yang berada
dibawahnya untuk melakukan atau m engulangi suatu kegiatan pada keadaan
tertentu
3) delegasi wewenang
dalam pendelegasian wewenang pimpinan melimpakan sebagain dari wewenang
yang dimilikinya kepada bawahannya
e. Pengawasan (controlling)
pengawasan merupakan suatu proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi
dan menejemen tercapai.
Ada tiga tipe pengawasan yaitu:
1) pengawasan pendahuluan
dirancaang untuk mengantisipasi adanya penyimpangan dari standar atau tujuan
dan memungkinkan koreksi dibyuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu
diselesaikan
2) pengawasan yang dilakukan bersama dengan pelaksanaan kegiatan
merupakan proses dimana suatu prosedur harus disetujui atau syarat tertentu harus
dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan
3) pengawasan umpan balik
mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
Berdasarkan kasus di atas maka fungsi kepemimpinan yang dapat digunakan adalah
fungsi pengarahan (actuanting) dan pengawasan (controlling), dimana ketua dari tim
perawat tersebut harus bisa melakukan pengarahan dan pengawasan kepada tenaga
perawat yang bekerja di ruangan tersebut agar tidak terjadi hal-hal yang melanggar SOP
yang berlaku. agar kedepan tidak terulang kembali kejadian yang sama, yang terjadi
dalam bidang pelayanan kesehatan di ruangan.

3. Uraikan model praktek keperawatan professional yang tepat digunakan terkait kasus
tersebut.?
Model praktek keperawatan professional yang tepat digunakan yaitu model modular.
Model latihan ini merupakan gabungan antara model primer dan model tim. Tanggung
jawab keseluruhan atau pengorganisasian pelayanan keperawatan yang diberikan oleh
pengasuh profesional (PP) dan orang awam (PA) untuk serangkaian pengguna mulai dari
masuk hingga rumah disebut tanggung jawab keseluruhan atau tanggung jawab total.
Metode ini membutuhkan perawat yang berpengetahuan, kompeten, dan mengendalikan.
Idealnya, ada 2-3 perawat untuk 8-12 klien (Maria Bakrie, 2017 dalam (Zuliani, 2023).
Pada salah satu model di atas, pelayanan dan perawatan keperawatan dapat diatur sesuai
dengan situasi dan situasi ruangan, jumlah tenaga perawat dan keterampilan tenaga
perawat yang ada. Jumlah pengasuh yang tersedia harus seimbang sesuai dengan jumlah
pengguna. Selain itu, kategori pendidikan tenaga perawat yang ada juga harus
dipertimbangkan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan (Dedi, 2020
dalam (Zuliani, 2023).
Tim bekerja sama untuk memberikan pandangan holistik tentang kebutuhan setiap klien.
Perawatan diberikan sejak klien dirawat di rumah sakit sampai klien kembali ke rumah.
Keuntungan pendekatan modular adalah klien menerima layanan perawatan komprehensif
sesuai dengan kebutuhan perawatannya, sehingga meningkatkan kualitas layanan
perawatan. Hal ini hemat biaya karena lebih sedikit perawat bersertifikat (Ners) yang
dipekerjakan. Sekalipun perawatan dengan metode ini dilakukan oleh dua atau tiga staf
perawat, tanggung jawab terbesar tetap berada di tangan staf perawat profesional. Perawat
profesional mempunyai tugas untuk memberikan pengajaran dan pelatihan kepada
masyarakat. Jika perawat spesialis tidak dilibatkan sebagai pemimpin tim untuk
perawatan modular, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat spesialis
lain yang bertindak sebagai pemimpin tim.
Keuntungan :
- Tim mendukung pengembangan dan produktivitas kelompok
- Penuh dengan asuhan keperawatan
- Meningkatkan kesinambungan pelayanan dan kolaborasi
- Meningkatkan kepuasan pelanggan
- Hemat biaya
Kelemahan :
- Hanya sedikit perawat terdaftar yang terbiasa menghadapi kondisi pasien yang tidak
terduga. Dibutuhkan pengalaman dan keterampilan sebagai pemimpin tim.
- Perawat memerlukan perpaduan keterampilan yang tepat.

4. Uraikan gaya pengelolaan konflik yang tepat digunakan terkait kasus tersebut.?
Strategi yang dipakai untuk mengatasi permasalahan pada kasus di atas adalah
Kolaborasi (kerja sama). Strategi kerja sama merupakan ( Kolaborasi ) gaya penyelesaian
konflik yang sama – sama menyelesaikan masalah untuk mencapai satu tujuan bersama.
Dalam penerapan strategi ini memang perlu diterapkan komitmen semua belah pihak,
komitmen yang dibutuhkan digunakan agar semua belah pihak saling mendukung dan
saling memperhatikan satu sama yang lainnya. Pada kasus tersebut yang terjadi diruang
gideon RS Immanuel didapatkan adanya masalah yaitu, kegiatan pre-post conference
tidak pernah di lakukan maka ini akan menjadi suatu masalah karena tidak adanya
perencanaan tindakan asuhan keperawatann bagi pasien di ruangan tersebut, maka
masalah ini akan menjadi bahan untuk evaluasi antara manajer rumah sakit dan Kepala
Ruangan serta CI di ruangan tersebut serta waktu pemberian obat kepada pasien yang
tidak tepat waktu, maka dari itu harus di lakukan evaluasi antara manajer dan kepala
ruangan serta ci ruangan agar pre-post conference dapat di terapkan saat pergantian shift
setiap harinya serta SOP 6 benar obat lebih spesifiknya di point ke 5 yaitu benar waktu
supaya terciptanya kerja sama antar tim atau sesama perawat di ruangan tersebut.

5. Uraikan perhitungan kebutuhan SDM keperawatan.?


 Kualifikasi pendidikan perawat di Ruang Gideon

No Jenis Pendidikan Jumlah Presentase (%)


1 Sarjana Keperawatan Ners 15 65%
2 DIII Keperawatan 8 35 %
Total 23 100 %

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan perawat
adalah Sarjana Keperawatan Ners yang berjumlah 15 orang (65%) dari keseluruhan
tenaga perawat di Ruang Gideon.

 Metode penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan


Nilai Standar Jumlah Perawat Per Shift Berdasarkan Klasifikasi Pasien
(sumber: Sihombing, dkk. 2021. Manajemen Keperawatan)

Minimal Partial Total Jumlah


Pagi 0,17 x 7 = 0,23 0,27 x 15 = 4,05 0,36 x 2 = 0,72 5 ( 5 orang)
Sore 0,14 x 7 = 0,98 0,15 x 15 = 2,25 0,30 x 2 = 0,6 3,83 ( 4 orang)
Malam 0,07 x 7 = 0,49 0,10 x 15 = 1,5 0,20 x 2 = 0,4 2,39 (2 orang)
Jumlah secara keseluruhan perawat perhari 11 orang
Dari hasil diatas terlihat bahwa jumlah perawat yang dibutuhkan untuk shif pagi yaitu
5 orang perawat pelaksana, shif sore yaitu 4 perawat dan shif malam yaitu 2 perawat
sehingga total perawat yang dibutuhkan dalam 1 x 24 jam yaitu 11 orang perawat.
Jumlah tenaga lepas shift/ hari = (86 x 11) : 297 = 1,7 dibulatkan 2 orang. Jadi, jumlah
perawat yang dibutuhkan untuk bertugas perhari di ruangan Gideon adalah:

11 orang + 1 kepala ruangan + 2 orang lepas shift = 14 orang

6. Uraikan data-data pada kasus diatas ke dalam analisa swot terkait kasus diatas.?
a. Analisis lingkungan internal
 Strengths/ Kekuatan
1. Ruang perawatan penyakit dalam dan bedah khusus laki laki
2. Memiliki tenaga perawat sebanyak 23 orang Perawat dengan tingkat
pendidikan S.kep.,Ners 15 orang dan DIII Keperawatan 8 orang. Kepala
Ruangan lulusan Ners dengan masa kerja 8 Tahun.
3. Jadwal dinas terbagi menjadi 3 shif
4. Ruang rawat inap memiliki 24 bed dengan BOR 72%
5. Memiliki ruang kelas II,III dan ruang isolasi
6. Pasien minimal Care 7 orang, Partial care 15 orang, dan total care 2 orang
 Weaknesses/ Kelemahan
1. Belum optimalnya perawat dalam melakukan kegiatan pre-post conference
2. Pemberian obat tidak sesuai dengan SOP
b. Analisis Lingkungan Eksternal

 Opportunities/Peluang
1) Adanya UU No. 38 Tahun 2014 tentang perawat dalam melakukan pelayanan
keperawatan
2) Adanya UU perlindungan konsumen dan permenkes 169 tentang keselamatan
pasien
 Threats/Ancaman
Perbandingan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dengan rumah sakit yang
memiliki standar pelayanan kesehatan dengan Rumah sakit Immanuel Bandung.

C. Analisis dan Pengorganisasian Data

Internal Strengths (S) : Weakness (W) :

1) Ruang perawatan 1) Belum optimalnya


penyakit dalam dan perawat dalam
bedah khusus laki laki melakukan kegiatan
2) Memiliki tenaga perawat pre-post conference
sebanyak 23 orang 2) Pemberian obat tidak
Perawat dengan tingkat sesuai dengan SOP
pendidikan S.kep.,Ners
15 orang dan DIII
Keperawatan 8 orang.
Kepala Ruangan lulusan
Ners dengan masa kerja
8 Tahun.
3) Jadwal dinas terbagi
menjadi 3 shif
4) Ruang rawat inap
memiliki 24 bed dengan
BOR 72%
5) Memiliki ruang kelas
II,III dan ruang isolasi
6) Pasien minimal Care 7
orang, Partial care 15
orang, dan total care 2
orang
Eksternal
Opportunities SO Strategi : WO Strategi :
(O) :
1) Tenaga pelaksana lebih
1) Adanya UU berfokus dalam 1) Kepala ruangan
No. 38 Tahun memberikan pelayanan mengkoordinasikan
2014 tentang kesehatan kepada pasien kepada perawat terkait
perawat dalam penyakit dalam dan bedah pre dan post conference
melakukan khusus laki - laki. yang harus dilakukan.
pelayanan 2) Adanya peningkatan mutu 2) Melakukan evaluasi
keperawatan pelayanan perawatan yang hasil dalam
2) Adanya UU sesuai dengan SOP yang pelaksanaan SOP
perlindungan telah dibuat. pemberian obat
konsumen dan 3) Meminimalisir terjadinya
permenkes kelalaian dalam
169 tentang melakukan tindakan
keselamatan keperawatan
pasien
Threats (T) : ST Strategi : WT Strategi :

Perbandingan Mengoptimalkan pelayanan 1) Menerapkan kebijakan


pelayanan keperawatan dengan berfokus terkait pelaksanaan pre
kesehatan oleh pada SOP dan post conference
masyarakat dalam keperawatan
dengan rumah 2) Mengingatkan kembali
sakit yang realisasi pelaksanaan
memiliki standar SOP pemberian obat
pelayanan
kesehatan dengan
Rumah sakit
Immanuel
Bandung

Matriks IFE

Faktor Internal Bobot Rating Nilai


Strengths (S) :
1) Ruang perawatan penyakit dalam dan bedah khusus 0,25 3 0,75
pria
2) Memiliki tenaga perawat sebanyak 23 orang. 0,25 3 0,75
Perawat dengan tingkat pendidikan S.kep., Ners 15
orang dan 8 orang DIII Keperawatan, Kepala
Ruangan lulusan Ners dengan masa kerja 8 tahun.
3) Jadwal dinas terbagi menjadi 3 shift. 0,16 2 0,32
4) Ruang rawat inap memiliki 24 bed dengan BOR 0,16 2 0,32
72% 0,16 2 0,32
5) Memiliki ruang kelas II, III dan ruang isolasi
Pasien minimal care 7 orang, parcial care 15 orang,
dan total care 2 orang
Jumlah 1 12 2,46
Weakness (W) :
1) Belum optimalnya perawat dalam melakukan 0,33 1 0,33
kegiatan pre-post conference

2) Pemberian obat tidak sesuai dengan SOP 0,33 1 0,33

Jumlah 1 2 0,66
Total IFE 2 14 3,12
Keterangan:
Rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai:
1 = sangat lemah
2 = tidak begitu lemah
3 = cukup kuat
4 = sangat kuat

Matriks EFE

Faktor Internal Bobot Rating Nilai


Opportunities (O) :
1) Adanya UU No. 38 Tahun 2014 tentang perawat 0,5 2 1
dalam melakukan pelayanan keperawatan
2) Adanya UU perlindungan konsumen dan
permenkes 169 tentang keselamatan pasien 0,5 2 1

Jumlah 1 4 2
Threats (T) :
Perbandingan pelayanan kesehatan oleh masyarakat 1 1 1
dengan rumah sakit yang memiliki standar pelayanan
kesehatan dengan Rumah sakit Immanuel Bandung
Jumlah 1 1 1
Total EFE 2 5 3
Keterangan:
Reting setiap critical success factors antara 1 sampai 4, dimana:
1= dibawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
4 = sangat bagus

Matriks Cartesius

Keterangan :
Dari hasil pembobotan yang dilakukan kelompok dengan menggunakan matriks IFE dan EFE
didapatkan hasil Strengths dan Weakness adalah 3,12 dan Opportunities dan Treath 3,
jadi dilihat dari diagram cartesius ruangan Gideon bahwa berada pada kuadran 1
aggressive strategy dimana kuadran ini menunjukan situasi yang sangat
menguntungkan. Ruangan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).
7. Uraikan perumusan masalah terkait kasus tersebut.?
N Masalah Mg Sv Mn Ne Af Skor Ket
o
1 Belum 5 4 4 5 4 22 I
optimalnya
perawat dalam
melakukan
kegiatan pre-
post conference
2 Pemberian obat 4 3 4 4 4 19 II
tidak sesuai
dengan SOP

Keterangan:

Magnitude (Mg) : Kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi

Severy (Sv) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh masalah

Managebility (Mn) : Berfokus pada perawatan sehingga dapat di atur

Nursing Consent (Ne) : Melibatkan pertimbangan ddan perhatian perawat

Affability (Af) : Ketersediaan sumber daya

Setiap masalah diberikan nilai dengan Rentang Nilai : rentang 1-5 dengan kriteria
sebagai berikut

Sangat tidak penting :1

Tidak penting :2

Cukup penting :3

Penting :4

Sangat penting :5
8. Uraikan solusi pemecahan masalah terkait kasus tersebut.?
Matriks alternatif pemecahan masalah
C (Capability) : ketersediaan sumber daya (dana,sarana, dan prasarana)
A (Acceeability : kemudahan masalah yang ada (mudah diatasi atau tidak)
R (Readiness) : kesiapan dari tenaga pelaksana
L(Leverage) : seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
Rentang penilaian 1-5 yaitu:
5 : sangat mampu
4 : mampu
3 : cukup mampu
2 : kurang mampu
1 : tidak mampu

No Masalah C A R L Score Ket


.
1 Belum optimalnya perawat dalam 5 4 4 4 17 I
melakukan kegiatan pre-post conference
2 Pemberian obat tidak sesuai dengan SOP 5 4 4 3 16 II
9. Uraikan fishbone analysis terkait temuan masalah.?
Belum optimalnya perawat dalam melakukan kegiatan pre-post conference

MAN MATHERIAL MEDTHODE

Hasil observasi
terdapat Belum
optimalnya
perawat dalam
melakukan
kegiatan pre-post
conference
Belum
optimalnya
perawat dalam
melakukan
kegiatan pre-
post conference

MECHINE MONEY EVIRONMENT

 Pemberian obat tidak sesuai dengan SOP

MAN MATHERIAL MEDTHODE

Pemberian obat
tidak sesuai dengan
SOP

Pemberian obat
tidak sesuai
dengan SOP

MECHINE MONEY EVIRONMENT


10. Uraikan planning of action terkait kasus tersebut.?
No Masalah Tujuan Strategi Kegiatan Sasara Waktu Anggaran Penanggun Indikator
n g jawab keberhasilan
1 Belum Perawat 1. Melakukan 1. Melakukan Perawat Jumat, - Kepala Perawat
optimalnya dapat koordinasi desiminasi 19 ruangan terbiasa
perawat menerapkan dengan kepada April melakukan
dalam dan kepala perawat 2024 kegiatan pre-
melakukan melakukan ruangan tentang post
kegiatan kegiatan untuk pentingnya conference
pre-post pre-post mengarahkan melakukan setiap ganti
conference conference perawat kegiatan pre- shift
setiap ganti dalam post
shift melakukan conference
kegiatan pre- setiap ganti
post shift
conference
setiap ganti
shift.

2 Pemberian Perawat 1. Melakukan 1. Melakukan Perawat Jumat, - Kepala Perawat


obat tidak dapat koordinasi desiminasi 19 terbiasa
sesuai melakukan dengan kepala kepada April ruangan melakukan
dengan pemberian ruangan dalam perawat 2024 pemberian
SOP obat sesuai mengarahkan tentang obat sesuai
dengan perawat dalam pentingnya SOP
SOP melakukan pemberian
pemberian obat sesuai
obat sesuai dengan SOP
dengan SOP 2. Membacakan
2. Mendiskusikan SOP
dengan kepala pemberian
ruanagan obat setiap
untuk selalu pergantian
membacakan 1 shift
atau 2 SOP
pada saat
pergantian
shift
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian situasi menurut case study di Ruang Gideon Rumah Sakit
Immanuel Bandung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kajian situasi ruang gideon didapatkan ruang gideon merupakan ruang rawat inap
penyakit dalam untuk laki laki dewasa dengan 2 type kelas dan satu ruang isolasi
perawatan berisikan 24 bed. Fasilitas di ruang gideon sudah memenuhi standar
ruang rawat inap.
2. Hasil identifikasi masalah yang di dapat di ruang Gideon :
a. Belum optimalnya perawat dalam melakukan kegiatan pre-post conference
b. Pemberian obat yang tidak sesuai SOP
3. Hasil dari identifikasi SWOT didapatkan ada 6 point strength, 2 point weakness, 2
point opportunity dan 1 point treath. Sedangkan hasil matriks IFE sebesar 3.12
menunjukkan bahwa Ruang Gideon memiliki kekuatan lebih besar daripada
kelemahan dan untuk hasil EFE sebesar 3 menunjukkan Ruang Gideon memiliki
peluang lebih besar diatas rata rata.
4. Hasil dari diagram kartesius didapatkan hasil matriks IE yaitu Ruang Gideon
berada pada kuadran I , yaitu aggressive strategy dimana kuadran ini
menunjukkan situasi yang sangat menguntungkan. Ruangan tersebut memiliki
peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi
yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).
5. Perumusan Prioritas Masalah berdasarkan hasil perhitungan rumusan masalah
dengan menggunakan metode PAHO didapatkan prioritas masalah yaitu, Belum
optimalnya perawat dalam melakukan kegiatan pre-post conference dengan skor
22, dan masalah pemberian obat tidak sesuai dengan SOP dengan skor 19.
Sedangkan perhitungan rumusan masalah dengan menggunakan metode CARL
didapatkan prioritas masalah yaitu, Belum optimalnya perawat dalam melakukan
kegiatan pre-post conference dengan skor 17, dan masalah pemberian obat tidak
sesuai dengan SOP dengan skor 16. Jadi dapat disimpulkan bahwa prioritas
masalah yang didapatkan adalah Belum optimalnya perawat dalam melakukan
kegiatan pre-post conference.
6. Metode penyelesaian masalah pada perawat yang belum optimal dalam
melakukan kegiatan pre-post conference yaitu melakukan koordinasi dengan
kepala ruangan untuk mengarahkan perawat dalam melakukan kegiatan pre-post
conference setiap pergantian shift. Sedangkan pada pemberian obat yang tidak
sesuai dengan SOP yaitu melakukan koordinasi dengan kepala ruangan dalam
mengarahkan perawat untuk melakukan pemberian obat sesuai dengan SOP dan
berdiskusi dengan kepala ruangan untuk selalu membacakan 1 atau 2 SOP pada
saat pergantian shift.
7. Fishbone didapatkan kesimpulan bahwa di ruang gideon terdapat 2 masalah yaitu
Belum optimalnya perawat dalam melakukan kegiatan pre-post conference dan
pemberian obat tidak sesuai dengan SOP
8. Didapatkan kesimpulan bahwa 3 strategi dari kedua masalah dan terdapat 3
kegiatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan
indikator keberhasilan perawat dapat menerapkan dan melakukan kegiatan pre-
post conference setiap pergantian shift serta perawat dapat melakukan pemberian
obat sesuai dengan SOP
B. Saran
a. Bagi Rumah Sakit
Dengan adanya laporan ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi perawat dalam
melakukan identifikasi dalam meningkatkan pelayanan dan tata kelolaan ruang
rawat inap Gideon, sehingga masalah-masalah yang terkait tidak menjadi
hambatan dalam proses pemberian asuhan keperawatan yang professional.
b. Bagi Akademis
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan sebagai referensi pembelajaran bagi
mahasiswa sehingga dapat menambah wawasan, informasi dan ilmu pengetahuan
tentang manajemen keperawatan bagi mahasiswa Institut Kesehatan Immanuel
Bandung.
DAFTAR PUSTAKA

Permenkes. (2017). Peraturan menteri kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017


tentang keselamatan pasien. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien Dengan,
5–6.

Pratama, Y. A. (2021). Keterampilan Berpikir Dalam Konteks Pembelajaran


Abab ke-21. PT. Refika Aditama.

Febri, E.B.S & Stefanus, S., (2019). Manajemen Rumah Sakit. Cetakan
pertama.
Zifatama Jawara. Taman Sidoarjo.
Griffin, 2011 ; dalam Febri, E.B.S & Stefanus, S., (2019). Manajemen Rumah
Sakit.
Cetakan pertama. Zifatama Jawara. Taman Sidoarjo.
Nursalam, (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Professional. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai