Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan
dan Manajemen Keperawatan
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR
Segala puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, atas segala karunia
dan Rahmat-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
1. Bapak Herwinda Sinaga, S.Kep, Ners, M.Kep,. selaku dosen Koordinator mata
kuliah Nursing Practice V Stase Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
2. Ibu Lidya Maryani, S.Kep, Ners, MM, M.Kep., selaku dosen mata kuliah
Nursing Practice V Stase Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
3. Ibu Sari Sarce S.Kep, Ners, M.Pd., selaku dosen Koordinator mata kuliah
Nursing Practice V Stase Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
D. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................5
E. Sistematika Penulisan..................................................................................6
BAB II....................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI..............................................................................................7
A. Manajemen Keperawatan...........................................................................7
B. Konsep Ruang Rawat Inap.......................................................................17
C. Konsep BOR...............................................................................................20
D. Analisis SWOT...........................................................................................20
E. Diagram Fishbone......................................................................................26
F. Planing of Action........................................................................................27
G. Prioritas Masalah......................................................................................28
K. Penyakit Tuberculosis...............................................................................30
L. Analisis Jurnal...........................................................................................32
BAB III.................................................................................................................35
KAJIAN SITUASI..............................................................................................35
PENUTUP.............................................................................................................79
A. Saran.................................................................................................................79
B. Kesimpulan......................................................................................................80
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas rumusan masalah pada laporan
keperawatan Manajemen ini adalah:
1. 6 Benar Pemberian Obat (Identifikasi Pasien)`
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan mengaplikasikan suatu konsep dalam
Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan dengan menggunakan
cara analisa SWOT dan menentukan suatu masalah dengan cara analisis
fishbone, dengan penyusunan suatu perumusan masalah, penyusunan
suatu prioritas masalah menyusun solusi dengan penyelesaian masalah
dan menentukan planning of action dari suatu masalah dengan
melaksanakan implementasi sesuai dengan hasil kajian yang ditemukan
serta evaluasi dan rencana tindak lanjut terhadap permasalahan yang
ditemukan.
b. Tujuan Khusus
Bab ini berisikan penjelasan dari hasil kajian situasi dengan fokus
temuan masalah serta hasil kajian penelitian.
5. BAB V Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini berisi simpulan dan saran dari seluruh kegiatan
yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Manajemen Keperawatan
1. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan tahapan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf,
kepemimpinan, kemudian pengendalian aktivitas-aktivitas dalam upaya
keperawatan untuk meningkatkan mutu, kualitas kemudian kwantitas
pelayanan pada bidang kesehatan yang dilakukan secara komprehensif
sesuai dengan standard kesehatan yang ditetapkan (Damanik, 2020).
a. Planning
Planning atau perencanaan merupakan suatu kegiatan dalam
menetapkan tujuan dengan menyusun berbagai rencana-rencana
dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Manajer harus
melakukan evaluasi terlebih dahulu rencana alternatif sebelum
pemutusan tindakan apa yang dilakukan kemudian menelaah
rencana yang sudah dipilih apakah sudah sesuai kemudian dapat
dipergunakan untuk mencapai tujuan organisasi.
b. Organizing
Organizing atau pengorganisasian merupakan suatu kegiatan
pengaturan sumber daya manusia maupun sumber daya fisik untuk
untuk dapat melaksanakan rencana yang sudah ditetapkan dalam
organisasi. Dengan tahap organizing dapat membantu
mempermudah dalam melaksanakan pengawasan serta penentuan
personil yang diperlukan dalam menjalankan tugas yang sudah
dibagi.
c. Staffing
Staffing atau ketenagaan merupakan proses perekrutan, wawancara,
mengontrak, dan orientasi yang dilakukan kepada staf. Sistem
perekrutan staf tergantung pada kebutuhan sumber daya alam pada
suatu organisasi, kemudian jumlah tenaga perawat yang memadai
sesuai ketentuan yang berlaku, gaji yang yang ditawarkan sesuai
upah regional yang ditawarkan, reputasi organisasi, daya tarik
lokasi dan status kesejahteraan dilakukan oleh manajer perawatan.
d. Actuating
Actuating atau pengarahan identik dengan fungsi perencanaan
kegiatan keperawatan yaitu dalam melakukan penugasan kepada
perawat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala
ruangan melakukan fungsi pengarahan dengan memberikan
motivasi, membantu pemecahan masalah yang terjadi, melakukan
pendelegasian tugas yang baik, menggunakan komunikasi yang
efektif dan selalu melakukan kolaborasi.
e. Controlling
Controlling atau pengawasan merupakan proses pengamatan secara
terus menerus terhadap rencana kerja yang telah disusun dan
mengoreksi penyimpangan yang terjadi. Pengendalian dianggap
sebagai aktivitas untuk menemukan dan mengoreksi penyimpangan
penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas yang direncanakan
(Seniwati, et, al., 2022).
1) Model Fungsional
Model praktik keperawatan mempertimbangkan pembagian
tugas menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Penanggung
jawab dalam model ini adalah perawat, yang bertanggung jawab
atas tindakan spesifik yang dilakukan. Perawat dapat melakukan
lebih dari satu jenis prosedur untuk semua klien di unit.
Keuntungan :
- Menekankan pada efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
- Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
- Perawat senior melakukan tugas manajerial dan perawat
junior melakukan perawatan langsung kepada klien.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau
peserta didik yang praktek untuk ketrampilan tertentu.
Kelemahan :
Keuntungan :
- Terwujudnya pelayanan perawatan yang komprehensif
- Membuat proses keperawatan dapat dicapai
- Rapat tim dapat mengurangi konflik dan perselisihan antar
karyawan.
- Metode ini efektif untuk pembelajaran
- Gabungkan keterampilan anggota tim yang berbeda dengan
aman dan efektif.
- memberikan kepuasan bagi anggota tim Kelemahan :
- Rapat tim memakan waktu, dan dalam situasi sibuk, rapat
tim dibatalkan atau terburu-buru, sehingga menimbulkan
kebingungan dalam komunikasi dan koordinasi antar
anggota tim dan mempengaruhi kelancaran alur kerja.
- Perawat yang tidak terampil atau tidak berpengalaman
cenderung mengandalkan atau lari dari anggota tim dan
pemimpin tim yang terampil.
- Tanggung jawab dalam tim tidak jelas
- Jika pengaturannya salah, efek kinerja akan melemah.
3) Model Kasus
Metode kasus merupakan metode dimana perawat
bertanggung jawab memberikan pelayanan sesuai kebutuhan
pengguna, dengan satu perawat per pengguna selama pelayanan.
Klien dirawat oleh perawat yang berbeda setiap shiftnya dan
tidak ada jaminan bahwa mereka akan dirawat oleh perawat
yang sama keesokan harinya. Orang yang bertanggung jawab
terhadap model ini adalah manajer perawat (Nursalam, 2022)
dalam (Zuliani, 2023).
Keuntungan :
- Pemahaman yang lebih mendalam terhadap caregiver
berdasarkan kasus per kasus (perawatan komprehensif).
- Penyederhanaan sistem evaluasi manajemen.
- Dorong perawat untuk berada dekat dengan klien setiap saat
selama shift mereka.
- Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat tercapai.
Kelemahan :
- Perawat yang bertugas belum teridentifikasi.
- Membutuhkan banyak energi, tetapi kemampuan dasarnya
sama.
- Beban kerja yang tinggi. Hal ini terutama terjadi ketika
jumlah pelanggan banyak dan tugas sehari-hari yang
sederhana tidak ada.
4) Model Primer
Pelayanan keperawatan primer adalah suatu metode
pelayanan di mana perawat khusus bertanggung jawab merawat
klien 24 jam sehari sejak mereka dirawat di rumah sakit sampai
mereka keluar dari rumah sakit. Model ini dapat mendorong
praktik mandiri bagi perawat dan memberikan kejelasan antara
perencana dan pelaksana perawatan. Terdapat ikatan yang
sangat kuat dan berkesinambungan antara klien dengan
pengasuhnya (Nursalam, 2022) dalam (Zuliani, 2023).
Keuntungan :
- Otonomi yang lebih besar bagi staf perawat karena
peningkatan motivasi, tanggung jawab dan akuntabilitas.
- Menjamin kesinambungan pelayanan dan
pelayanan komprehensif.
- Meningkatkan hubungan antara pengasuh dan pengguna.
- Terdapat tanggung jawab dan tanggung jawab yang jelas.
- Cara ini mendukung layanan professional.
- Menciptakan kolaborasi yang baik.
Kelemahan :
- Biaya untuk mempekerjakan perawat yang lebih
terspesialisasi lebih tinggi.
- Asisten perawat merasa tidak berdaya sehingga dapat
menimbulkan kesalahpahaman dalam komunikasi.
- Staf perawat mungkin tidak mampu menangani kasus ini
secara memadai dan oleh karena itu tidak dapat melakukan
penilaian yang tepat atau membuat rencana perawatan yang
tepat.
5) Model Modular
Model latihan ini merupakan gabungan antara model primer
dan model tim. Tanggung jawab keseluruhan atau
pengorganisasian pelayanan keperawatan yang diberikan oleh
pengasuh profesional (PP) dan orang awam (PA) untuk
serangkaian pengguna mulai dari masuk hingga rumah disebut
tanggung jawab keseluruhan atau tanggung jawab total. Metode
ini membutuhkan perawat yang berpengetahuan, kompeten, dan
mengendalikan. Idealnya, ada 2-3 perawat untuk 8-12 klien
(Maria Bakrie, 2017 dalam (Zuliani, 2023). Pada salah satu
model di atas, pelayanan dan perawatan keperawatan dapat
diatur sesuai dengan situasi dan situasi ruangan, jumlah tenaga
perawat dan keterampilan tenaga perawat yang ada. Jumlah
pengasuh yang tersedia harus seimbang sesuai dengan jumlah
pengguna. Selain itu, kategori pendidikan tenaga perawat yang
ada juga harus dipertimbangkan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan (Dedi, 2020 dalam (Zuliani,
2023).
Keuntungan :
- Tim mendukung pengembangan dan produktivitas
kelompok
- Penuh dengan asuhan keperawatan
- Meningkatkan kesinambungan pelayanan dan kolaborasi
- Meningkatkan kepuasan pelanggan
- Hemat biaya
Kelemahan :
- Hanya sedikit perawat terdaftar yang terbiasa menghadapi
kondisi pasien yang tidak terduga. Dibutuhkan pengalaman
dan keterampilan sebagai pemimpin tim.
- Perawat memerlukan perpaduan keterampilan yang tepat.
D. Analisis SWOT
Setiap rumah sakit harus mampu menyusun strategi pemasaran yang
tepat dan merencanakan agar tetap kompetitif saat ini dan di masa
depan.Strategi ini diperlukan untuk meningkatkan daya saing antar
perusahaan sejenis. Salah satu upaya untuk menemukan strategi pemasaran
yang tepat bagi suatu rumah sakit adalah analisis SWOT (Kotler, 2009, Zia
2018).
1. Kekuatan (strength)
Kekuatan yang dimaksud adalah keunggulan sumber daya,
keterampilan, dan kemampuan lainnya dibandingkan pesaing dan
kebutuhan pasar yang dilayaninya. Misalnya teknologi dan peralatan
yang Anda miliki.
2. Kelemahan (weakness)
Hal ini juga dapat berupa kelemahan berupa sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara signifikan menghambat
efektivitas kinerja suatu perusahaan. Misalnya keahlian karyawan atau
biaya transportasi yang murah.
3. Peluang (opportunity)
Peluang adalah kondisi utama yang menguntungkan dalam
lingkungan bisnis, seperti kebijakan yang dikeluarkan pemerintah atau
pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi.
4. Ancaman (threats)
Ancaman adalah situasi merugikan yang paling penting dalam
lingkungan perusahaan. Salah satu contohnya adalah pesatnya
persaingan dalam mendapatkan penyedia layanan kesehatan.
1. Matrix SWOT
Matrix SWOT adalah alat visual yang digunakan untuk
menggabungkan elemen-elemen dari analisis SWOT (Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats) menjadi satu gambaran yang jelas
dan terstruktur. Matrix SWOT biasanya digunakan dalam perencanaan
strategis dan manajemen untuk membantu organisasi atau individu
merancang strategi yang sesuai berdasarkan hasil analisis SWOT
mereka. Matrix SWOT terdiri dari empat kuadran, masing-masing
mewakili kombinasi dari elemen SWOT :
a. Kekuatan (Strengths) - Peluang (Opportunities) (SO):Kuadran ini
berfokus pada bagaimana organisasi atau individu dapat
memanfaatkan kekuatan mereka untuk mengambil peluang. Ini
adalah area di mana strategi pertumbuhan dan pengembangan dapat
dirancang.
Diagram Kartesius terdiri dari empat bagian yang dibatasi oleh dua
garis yang berpotongan tegak lurus di titik X dan Y. Poin X adalah rata-rata
tingkat pelaksanaan/kinerja latihan. Poin Y, sebaliknya, adalah rata-rata
skor yang diinginkan/pentingnya. Bidang koordinat biasanya disepakati
sebagai berikut :
E. Diagram Fishbone
Diagram ini digunakan untuk mengidentifikasi, mengkategorikan,
dan menampilkan berbagai penyebab suatu masalah. Diagram ini
menunjukkan hubungan antara suatu masalah dan seluruh faktor penyebab
yang mempengaruhinya. Tulang Ikan disebut juga diagram Ishikawa karena
pertama kali dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1953.
F. Planning of Action
Perencanaan Tindakan Perencanaan adalah proses penyusunan
rencana untuk mengatasi permasalahan kesehatan di suatu wilayah
tertentu. Perencanaan tindakan adalah ketika suatu organisasi melakukan
analisis situasi, menetapkan prioritas masalah, merumuskan masalah,
menyelidiki sebab-sebab masalah, termasuk menggunakan metode tulang
ikan, kemudian membuat usulan rencana aksi (RUK), yang hanya boleh
dijalankan setelahnya.
1. Serangkaian tujuan yang lebih spesifik untuk jangka waktu yang lebih
singkat.
2. Serangkaian aktivitas yang saling terkait yang dihasilkan dari pemilihan
opsi pemecahan masalah.
3. Rencana kegiatan dengan jangka waktu tertentu, kebutuhan sumber
daya tertentu, dan tanggung jawab untuk setiap tahapan.
Menurut Supriyanto dan Nyoman (2007), sebelum menyusun plan of
action (PoA), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terutama dengan
mempertimbangkan kemampuan sumber daya organisasi atau komponen
input seperti: Informasi, organisasi, mekanisme, teknologi atau metode dan
sumber daya manusia.
1. What (Apa) : Apa yang menjadi tujuan, apa yang akan dikerjakan, apa
yang direncanakan.
2. Why (Mengapa) : Mengapa tujuan itu yang akan dicapai, mengapa jenis
kegiatan itu yanag dikerjakan.
3. Where (Dimana) : Dimana implementasi dilaksanakan.
4. When (Kapan) : Kapan implementasi akan dilaksanakan.
5. Who (Siapa) : Siapa penanggung jawab dalam pelaksanaan, siapa yang
akan terlibat dalam implementasi.
6. How (Bagaimana) : Bagaimana melaksanakan,
bagaimana, implementasi.
Setiap kegiatan disusun secara detail dalam POA seperti berikut :
a. Apa yang dikerjakan (persiapan, pelaksanaan, money)
b. Tujuan dan sasaran
c. Jadwal kegiatan
d. Tempat pelaksanaan
e. Unit/siapa yang bertanggungjawab/melaksanakan
f. Jumlah dan sumber anggaran (Zaenab, 2013).
G. Prioritas Masalah
Masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat
penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang
direncanakan dengan kenyaraan, adanya pengaduan, dann kompetensi,
Stonner dalam Suhadi (2015).
1. Metode USG
USG adalah kependekan dari Urgency, Seriousness, dan growth.
Metode usg adalah metode penentuan prioritas masalah
Kesehatandengan memperhatikan urgensinya, keseriusannya, dan
peluang berkembangnya masalah tersebut.
K. Penyakit Tuberculosis
Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu 10 penyebab kematian
tertinggi di seluruh dunia dan penyebab utama kematian dari agen
infeksius. Secara global diperkirakan 10.6 juta (range 9,8-11,3 juta) orang
sakit TBC; 1,4 juta (range 1,3-1,5 juta) kematian akibat TBC termasuk
HIV-negatif dan 187.000 kematian (range 158.000–218.000) termasuk
HIV-positif.
Target global dan milestone untuk penurunan insiden TBC dan kematian
TBC telah ditetapkan sebagai bagian dari SDGs dan End TBC Strategi
TBC pada akhir tahun 2030; yaitu penurunan 90% kematian TBC dan
80% penurunan insiden TBC (kasus baru dan kambuh per 100.000
penduduk per tahun) antara 2015 dan 2030;
Estimasi insiden TBC Indonesia tahun 2021 sebesar 969.00 atau 354 per
100.000 penduduk; TB-HIV sebesar 22.000 kasus per tahun atau 8,1 per
100.000 penduduk. Kematian karena TBC diperkirakan sebesar 144.000
atau 52 per 100.000 penduduk dan kematian TBC-HIV sebesar 6.500 atau
2,4 per 100.000 penduduk. Berdasarkan insiden tuberkulosis tahun 2000-
2020 terjadi penurunan insiden TBC dan angka kematian TBC meskipun
tidak terlalu tajam tetapi pada tahun 2020-2021 terjadi peningkatan.
Insiden TBC pada tahun 2021 terjadi peningkatan 18% (tahun
2020; 819.000 tahun 2021; 969.000 dan rate per 100.000 penduduk tahun
2020; 301 tahun 2021; 354) dan angka kematian TBC mengalami
peningkatan 55% untuk aboslut (tahun 2020; 93.000 tahun 2021;
144.000), 52% untuk rate per 100.000 penduduk (tahun 2020; 34 tahun
2021; 52).
bahwa penelitian
eksperimen yang
sederhana, yang
menggunakan
kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol
, maka jumlah
anggota sampel
masing-masing antara
10 sd 20.
3. Hubungan Veri, Lilis Untuk Penelitian ini Sampel yang Tindak lanjut sebagai Hasil peneilitian
Pengetahuan Dwi mengetahui menggunakan diambil dalam tenaga kesehatan untuk menyebutkan bahwa
Dengan Susanti hubungan metode penelitian ini adalah memberikan informasi adanya hubungan yang
Kepatuhan pengetahuan penelitian 38 keluarga pasien tentang penyakit TB signifikan antara
Keluarga dengan eksperimen yang menunggu di paru dan informasi pengetahuan dan
kepatuhan dengan desain kepatuhan keluarga pasien
Pasien TB Paru Ruang Isolasi. Tehnik tentang masker untuk
keluarga TB penelitian ini TB Paru dalam
Dalam pengambilan sampel keluarga pasien TB
Paru dalam adalah cross penggunaan masker
Penggunaan penggunaan sectional pada penelitian ini Paru. dengan benar di ruang
Masker masker dengan adalah menggunakan isolasi TB Paru RSUD
Dengan Benar benar tehnik nonprobability Banten.
Di Ruang sampling dengan
Isolasi TB Paru metode purposive
RSUD Banten sampling.
4. Hubungan Hubertus Untuk Penelitian ini Jumlah sampel pada Diberikan intervensi Terdapat hubungan yang
antara tingkat Agung mengetahui menggunakan penelitian ini adalah berupa lembar bermakna antara tingkat
pengetahuan Pambudi, hubungan desain 70 responden . Teknik kuesioner dengan pengetahuan dengan
keluarga Winda antara tingkat deskriptif pengambilan sampel pernyataan favorable perilaku penggunaan
tentang Yusanti, pengetahuan analitik yang digunakan pada terdiri dari 2 jenis masker dalam keluarga
tuberkulosis Sofyan keluarga dengan penelitian ini adalah pernyataan, tingkat untuk pencegahan
paru dengan tentang TB
Budi rancangan purposive sampling pengetahuan keluarga penularan TB Paru.
penggunaan Paru dengan
Raharjo cross tentang TB Paru
masker medis. penggunaan
sectional. dengan 13 pernyataan
masker medis
di Wilayah dan pernyataan perilaku
Kerja penggunaan masker
Puskesmas untuk mencegah
Ngesrep, Gajah penularan TB Paru
Mungkur, dengan 13 pernyataan.
Semarang
Case Study
Ruang Gideon merupakan ruang perawatan penyakit dalam dan bedah khusus laki-laki,
memiliki tenaga perawat sebanyak 23 orang perawat dengan tingkat pendidikan S1
Keperawat Ners 15 orang dan DIII Keperawatan 8 orang. kepala ruang lulusan ners dengan
masa kerja 8 tahun. Ruang rawat inap memiliki 24 bed dengan BOR 72%, terdiri dari
ruangan kelas II, III, dan ruang Isolasi. Derajat ketergantungan pasien terdiri dari minimal
care 7 orang, partial care 15 dan total care 2 orang, Berdasarkan hasil observasi didapatkan
kegiatan pre-post conference tidak pernah dilakukan setiap shift dan adanya komplain dari
keluarga pasien tentang pemberian obat yang tidak tepat waktu.
1. Uraikan gaya dan kompetensi pemimpin yang tepat digunakan terkait kasus tersebut.?
Gaya dan kompetensi pemimpin yang tepat digunakan sesuai kasus yaitu dengan gaya
kepemimpinan demokratis.
Gaya kepemimpinan demokratis menggambarkan kepala ruang yang cenderung
melibatkan perawat dalam mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang,
mendorong partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran kerja, dan menggunakan
umpan balik sebagai peluang untuk melatih karyawan. Di samping itu, dalam mengambil
sebuah keputusan, kepala ruang selalu bermusyawarah dan berkonsultasi dengan perawat
sesuai posisi dan wewenang masing-masing. Kepemimpinan dengan gaya ini cenderung
menghargai setiap potensi yang dimiliki individu dan mau mendengarkan bawahan.
Seseorang kepala ruang yang demokratis dihormati, disegani tetapi bukan ditakuti.
Ciri-ciri kepala ruang yang demokratis adalah semua kebijakan terjadi pada kelompok
diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan kepala ruang, kegiatan-
kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat dan jika
dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis, kepala ruang menyarankan dua atau lebih alternatif
prosedur yang dapat dipilih, perawat bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih
dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok, kepala ruang lebih memperhatikan
perawat untuk mencapai tujuan organisasi, menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas,
kepala ruang objektif dalam pujian dan kecamannya dan mencoba menjadi seorang
anggota kelompok biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan,
timbulkan suasana saling percaya, saling menghormati serta saling menghargai antara
kepala ruang dan perawat hal ini yang membuat dalam kepemimpinan demokratis
tanggung jawab ditanggung bersama-sama. Beberapa indikator gaya kepemimpinan
demokratis adalah pengawasan dilakukan secara wajar oleh kepala ruang, menghargai ide
dari perawat, perhatian pada kenyamanan kerja perawat, menjalin hubungan baik antara
kepala ruang dan perawat, dapat beradaptasi dengan kondisi, teliti dengan keputusan yang
akan diambil, bersahabat dan ramah, memberikan pengarahan pada tugas-tugas yang
diberikan, komunikasi yang baik dengan perawat, pengambilan keputusan bersama, serta
mendorong perawat meningkatkan ketrampilan. Kelebihan dari gaya kepemimpinan ini
adalah produktivitas kerja di ruangan lebih tinggi apabila situasi kondusif.
Kekurangannya adalah membutuhkan waktu dan koordinasi yang lama serta keputusan
yang diambil kadang bukan yang terbaik tetapi yang disukai oleh bagian (Siagian, 2017).
3. Uraikan model praktek keperawatan professional yang tepat digunakan terkait kasus
tersebut.?
Model praktek keperawatan professional yang tepat digunakan yaitu model modular.
Model latihan ini merupakan gabungan antara model primer dan model tim. Tanggung
jawab keseluruhan atau pengorganisasian pelayanan keperawatan yang diberikan oleh
pengasuh profesional (PP) dan orang awam (PA) untuk serangkaian pengguna mulai dari
masuk hingga rumah disebut tanggung jawab keseluruhan atau tanggung jawab total.
Metode ini membutuhkan perawat yang berpengetahuan, kompeten, dan mengendalikan.
Idealnya, ada 2-3 perawat untuk 8-12 klien (Maria Bakrie, 2017 dalam (Zuliani, 2023).
Pada salah satu model di atas, pelayanan dan perawatan keperawatan dapat diatur sesuai
dengan situasi dan situasi ruangan, jumlah tenaga perawat dan keterampilan tenaga
perawat yang ada. Jumlah pengasuh yang tersedia harus seimbang sesuai dengan jumlah
pengguna. Selain itu, kategori pendidikan tenaga perawat yang ada juga harus
dipertimbangkan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan (Dedi, 2020
dalam (Zuliani, 2023).
Tim bekerja sama untuk memberikan pandangan holistik tentang kebutuhan setiap klien.
Perawatan diberikan sejak klien dirawat di rumah sakit sampai klien kembali ke rumah.
Keuntungan pendekatan modular adalah klien menerima layanan perawatan komprehensif
sesuai dengan kebutuhan perawatannya, sehingga meningkatkan kualitas layanan
perawatan. Hal ini hemat biaya karena lebih sedikit perawat bersertifikat (Ners) yang
dipekerjakan. Sekalipun perawatan dengan metode ini dilakukan oleh dua atau tiga staf
perawat, tanggung jawab terbesar tetap berada di tangan staf perawat profesional. Perawat
profesional mempunyai tugas untuk memberikan pengajaran dan pelatihan kepada
masyarakat. Jika perawat spesialis tidak dilibatkan sebagai pemimpin tim untuk
perawatan modular, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat spesialis
lain yang bertindak sebagai pemimpin tim.
Keuntungan :
- Tim mendukung pengembangan dan produktivitas kelompok
- Penuh dengan asuhan keperawatan
- Meningkatkan kesinambungan pelayanan dan kolaborasi
- Meningkatkan kepuasan pelanggan
- Hemat biaya
Kelemahan :
- Hanya sedikit perawat terdaftar yang terbiasa menghadapi kondisi pasien yang tidak
terduga. Dibutuhkan pengalaman dan keterampilan sebagai pemimpin tim.
- Perawat memerlukan perpaduan keterampilan yang tepat.
4. Uraikan gaya pengelolaan konflik yang tepat digunakan terkait kasus tersebut.?
Strategi yang dipakai untuk mengatasi permasalahan pada kasus di atas adalah
Kolaborasi (kerja sama). Strategi kerja sama merupakan ( Kolaborasi ) gaya penyelesaian
konflik yang sama – sama menyelesaikan masalah untuk mencapai satu tujuan bersama.
Dalam penerapan strategi ini memang perlu diterapkan komitmen semua belah pihak,
komitmen yang dibutuhkan digunakan agar semua belah pihak saling mendukung dan
saling memperhatikan satu sama yang lainnya. Pada kasus tersebut yang terjadi diruang
gideon RS Immanuel didapatkan adanya masalah yaitu, kegiatan pre-post conference
tidak pernah di lakukan maka ini akan menjadi suatu masalah karena tidak adanya
perencanaan tindakan asuhan keperawatann bagi pasien di ruangan tersebut, maka
masalah ini akan menjadi bahan untuk evaluasi antara manajer rumah sakit dan Kepala
Ruangan serta CI di ruangan tersebut serta waktu pemberian obat kepada pasien yang
tidak tepat waktu, maka dari itu harus di lakukan evaluasi antara manajer dan kepala
ruangan serta ci ruangan agar pre-post conference dapat di terapkan saat pergantian shift
setiap harinya serta SOP 6 benar obat lebih spesifiknya di point ke 5 yaitu benar waktu
supaya terciptanya kerja sama antar tim atau sesama perawat di ruangan tersebut.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan perawat
adalah Sarjana Keperawatan Ners yang berjumlah 15 orang (65%) dari keseluruhan
tenaga perawat di Ruang Gideon.
6. Uraikan data-data pada kasus diatas ke dalam analisa swot terkait kasus diatas.?
a. Analisis lingkungan internal
Strengths/ Kekuatan
1. Ruang perawatan penyakit dalam dan bedah khusus laki laki
2. Memiliki tenaga perawat sebanyak 23 orang Perawat dengan tingkat
pendidikan S.kep.,Ners 15 orang dan DIII Keperawatan 8 orang. Kepala
Ruangan lulusan Ners dengan masa kerja 8 Tahun.
3. Jadwal dinas terbagi menjadi 3 shif
4. Ruang rawat inap memiliki 24 bed dengan BOR 72%
5. Memiliki ruang kelas II,III dan ruang isolasi
6. Pasien minimal Care 7 orang, Partial care 15 orang, dan total care 2 orang
Weaknesses/ Kelemahan
1. Belum optimalnya perawat dalam melakukan kegiatan pre-post conference
2. Pemberian obat tidak sesuai dengan SOP
b. Analisis Lingkungan Eksternal
Opportunities/Peluang
1) Adanya UU No. 38 Tahun 2014 tentang perawat dalam melakukan pelayanan
keperawatan
2) Adanya UU perlindungan konsumen dan permenkes 169 tentang keselamatan
pasien
Threats/Ancaman
Perbandingan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dengan rumah sakit yang
memiliki standar pelayanan kesehatan dengan Rumah sakit Immanuel Bandung.
Matriks IFE
Jumlah 1 2 0,66
Total IFE 2 14 3,12
Keterangan:
Rating (nilai) antara 1 sampai 4 bagi masing-masing faktor yang memiliki nilai:
1 = sangat lemah
2 = tidak begitu lemah
3 = cukup kuat
4 = sangat kuat
Matriks EFE
Jumlah 1 4 2
Threats (T) :
Perbandingan pelayanan kesehatan oleh masyarakat 1 1 1
dengan rumah sakit yang memiliki standar pelayanan
kesehatan dengan Rumah sakit Immanuel Bandung
Jumlah 1 1 1
Total EFE 2 5 3
Keterangan:
Reting setiap critical success factors antara 1 sampai 4, dimana:
1= dibawah rata-rata
2 = rata-rata
3 = diatas rata-rata
4 = sangat bagus
Matriks Cartesius
Keterangan :
Dari hasil pembobotan yang dilakukan kelompok dengan menggunakan matriks IFE dan EFE
didapatkan hasil Strengths dan Weakness adalah 3,12 dan Opportunities dan Treath 3,
jadi dilihat dari diagram cartesius ruangan Gideon bahwa berada pada kuadran 1
aggressive strategy dimana kuadran ini menunjukan situasi yang sangat
menguntungkan. Ruangan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy).
7. Uraikan perumusan masalah terkait kasus tersebut.?
N Masalah Mg Sv Mn Ne Af Skor Ket
o
1 Belum 5 4 4 5 4 22 I
optimalnya
perawat dalam
melakukan
kegiatan pre-
post conference
2 Pemberian obat 4 3 4 4 4 19 II
tidak sesuai
dengan SOP
Keterangan:
Setiap masalah diberikan nilai dengan Rentang Nilai : rentang 1-5 dengan kriteria
sebagai berikut
Tidak penting :2
Cukup penting :3
Penting :4
Sangat penting :5
8. Uraikan solusi pemecahan masalah terkait kasus tersebut.?
Matriks alternatif pemecahan masalah
C (Capability) : ketersediaan sumber daya (dana,sarana, dan prasarana)
A (Acceeability : kemudahan masalah yang ada (mudah diatasi atau tidak)
R (Readiness) : kesiapan dari tenaga pelaksana
L(Leverage) : seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain
Rentang penilaian 1-5 yaitu:
5 : sangat mampu
4 : mampu
3 : cukup mampu
2 : kurang mampu
1 : tidak mampu
Hasil observasi
terdapat Belum
optimalnya
perawat dalam
melakukan
kegiatan pre-post
conference
Belum
optimalnya
perawat dalam
melakukan
kegiatan pre-
post conference
Pemberian obat
tidak sesuai dengan
SOP
Pemberian obat
tidak sesuai
dengan SOP
Febri, E.B.S & Stefanus, S., (2019). Manajemen Rumah Sakit. Cetakan
pertama.
Zifatama Jawara. Taman Sidoarjo.
Griffin, 2011 ; dalam Febri, E.B.S & Stefanus, S., (2019). Manajemen Rumah
Sakit.
Cetakan pertama. Zifatama Jawara. Taman Sidoarjo.
Nursalam, (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Professional. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika