Anda di halaman 1dari 37

2.

1 Pengertian Keperawatan Komunitas

Komunitas adalah sekelompok orang yang saling berbagi dan mendukung


antara satu sama lain. Komunitas dapat dimaknai sebagai sebuah kelompok dari
suatu masyarakat atau sebagai sekelompok orang yang hidup di suatu area yang
memiliki karakteristik budaya yang sama.
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan
Keperawatan Komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga
dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah kumuh,
daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi,
balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017).

2.2 Pengertian Komunitas sebagai Klien

Manusia Komunitas sebagai klien berarti B sekumpulan individu


/ klien yang berada pada lokasi atau B batas geografi tertentu yang memiliki
niliai-nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan. Komunitas merupakan sumber dan lingkungan
bagi keluarga, komunitas, Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk
kelompok resiko tinggi antara lain : daerah terpencil, daerah rawan, daerah
kumuh.
2.3 Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas

2.3.1 Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas di Dunia


Spradley ( 1985 ) membagi perkembangan keperawatan komunitas
( CHN ) menjadi 3 periode, yaitu :
a. Tahun 1860-1900. Direct Nursing, fokusnya adalah orang sakit yang
dalam hal ekonomi rendah ( miskin ). Alasan dibentuknya direct
nursing ini adalah karena lebih banyanya klien yang menderita
penyakit terminal dan banyaknya orang miskin yang sakit hanya
dirawat dirumah saja. Orientasi direct nursing adalah keperawatan
individual.
b. Tahun 1900-1970. Public Health Nursing, fokusnya adalah
masyarakat. Alasan dibentuknya public health nursing ini adalah
karena banyaknya keluarga miskin yang tidak mampu membayar
biaya pelayanan rumah sakit. Orientasi public health nursing adalah
keperawatan keluarga
c. Tahun 1970-Sekarang. Community Health Nursing, fokusnya
adalah seluruh komunitas. Alasan dibentuknya community health
nursing adalah karena bukan hanya keluarga miskin yang
membutuhkan pelayanan kesehatan dikomunitas, tetapi seluruh
komunitas baik kaya maupun miskin. Orientasi CHN adalah
keperawatan penduduk

2.2.2 Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas di Indonesia


Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia Abad Ke-16 –
Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan
kolera dengan melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
a. Tahun 1807. Pemerintahan Jendral Daendels, melakukan pelatihan
dukun bayi dalam praktek persalinandalam rangka upaya penurunan
angka kematian bayi,tetapi tidak berlangsung lama karena langkanya
tenaga pelatih.
b. Tahun 1850. Diadakan pelatihan dibidang kebidananpertama oleh RS.
Militer Batavia.
c. Tahun 1882. Dimulainya usaha kesehatan oleh Belanda, yaitu Millitair
Geness Kundege Dienst (MDG) & Burgelyke Geness Kudige Dienst
(BGD)dengan tujuan untuk melancarkan pengobatan kepada orang
Belanda pada waktu para pekerjaperkebunan terjangkit penyakit.
Selanjutnya melayani masyarakat umum(saat berdiri Rockefeller
Foundation).
d. Tahun 1888. Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung,
kemudian berkembang pada tahun-tahun berikutnya di Medan,
Semarang, surabaya, dan Yogyakarta. Laboratorium ini menunjang
pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi.
e. Tahun 1925. Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah
Belandamengembangkan daerah percontohan dengan melakukan
propaganda (pendidikan) penyuluhan kesehatan di Purwokerto,
Banyumas, karena tingginya angka kematian dan kesakitan.
f. Tahun 1927. STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi)
berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI
tahun 1947 berubah menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil
besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang
mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
g. Tahun 1930. Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan
persalinan Tahun 1935 –Dilakukan program pemberantasan pes,
karena terjadi epidemi, dengan penyemprotan DDT dan vaksinasi
massal
h. Tahun 1951. Diperkenalkannya konsep Bandung Planoleh Dr.Y.
Leimena dan dr.Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena),
yang intinya bahwa dalam pelayanan kesehatan masyarakat, aspek
kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan, konsep ini kemudian
diadopsi oleh WHO. Gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai
konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer
dengan membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas
Kesehatan Kabupaten di tiap kecamatan yang mulai dikembangkan
sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut Puskesmas
i. Tahun 1952. Pelatihan intensif dukun bayi.
j. Tahun 1956. Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai
proyek percontohan/model pelayanan bagi pengembangan kesehatan
masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah model keterpaduan antara
pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.
k. Tahun 1967. Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan
masyarakat terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan
seminar ini adalah disepakatinya sistem Puskesmas yang terdiri dari
Puskesmas tipe A, tipe B, dan C.
l. Tahun 1968. Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa
Puskesmas adalah sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang
kemudian dikembangkan oleh pemerintah (Depkes) menjadi Pusat
Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas disepakati
sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan
kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau,
dalam wilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di
kotamadya/kabupaten
m. Tahun 1969. Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A
(dikepalai dokter) dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-
1974 yang dikenal dengan masa Pelita I, dimulaiprogram kesehatan
Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah Kabupaten di tiap
Propinsi.Kemudian Pelita II mulai dikembangkan PKMD, sebagai
bentuk operasional dari Primary Heatlh Care(PHC). Pada saat ini juga
mulai timbul kesadaran untuk keterlibatanpartisipasi masyarakat dalam
bidang kesehatan.
n. Tahun 1979 -1982. Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B,
hanya ada satu tipe Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter
dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat baik, rata-rata dan
standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti
manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan, dan
Lokakarya Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan
pengembangan kerjasama tim.Pada tahun 1982 dikenal sebagai masa
Pelita III, dimana lahir SKN yang menekankan pada pendekatan ke
sistem, pendekatan ke masyarakat, kerjasama linta program ( KLP )
dan lintas sektoral ( KS ), peran masyarakat dan menekankan pada
pendekatan promotif dan preventif.
o. Tahun 1984. Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan
keluarga berencana di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan
Diare, Immunisasi).Dikenal sebagai masa Pelita IV dimana PHC/PKMD
diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan tingkat kematian bayi,
anak dan ibu serta menurunkan tingkat kelahirandan menyelenggarakan
posyandu di tiap desa.
p. Awal tahun 1990-an. Puskesmas menjelma menjadi kesatuan
organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga memberdayakan
peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok .dan salah satu bentuk peran serta
masyarakat adalah pelayanan posyandu untuk ibu / balita dan
lansia. Adanya masa Pelita V yang digalangkan dengan upaya
peningkatan mutu posyandu, melaksanakan panca krida posyandu
serta sapta krida posyandu.

2.4 Prinsip Keperawatan Komunitas

Menurut Quad Council of Public Health Nursing Organization, 2007,


dalam Stanhope & Lancaster (2016), ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam keperawatan komunitas. Prinsip ini disebut juga sebagai
Eight Principle of Public Health Nursing, antara lain:

a) Klien adalah populasi/masyarakat,


b) Memberi beri manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas,
c) Proses yang digunakan, termasuk bekerja dengan mitra yang sama,
d) Pencegahan primer menjadi prioritas dalam aktivitas.
e) Strategi khusus yang berfokus pada kondisi lingkungan, sosial, dan
ekonomi yang sehat dalam komunitas,
f) Memberi manfaat sebesar-besarnya pada aktivitas penelitian
masyarakat.
g) Penggunaan sumber daya masyarakat secara optimal,
h) Kolaborasi dengan profesi, organisasi, atau kesatuan lain, demi
keefektifan program peningkatan dan pemeliharaan kesehatan
komunitas.

Menurut Mubarak dan Chayantin, 2009, pertimbangan prinsip dalam


melaksanakan keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a) Kemanfaatan. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian.
b) Otonomi. Pelaksanaan keperawatan komunitas diberikan kebebasan untuk
melakukan atau memilih alternatif terbaik yang disediakan untuk
komunitas
c) Keadilan. Perawat melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan
kemampuan atau kapasitas komunitas.

2.5 Konsep Model Keperawatan Kesehatan Sekolah

2.5.1 Pengertian Keperawatan Kesehatan Sekolah


Konsep Keperawatan kesehatan sekolah ini adalah pratek keperawatan
profesional dalam usaha mencapai kesejahteraan (Well- being), prestasi
akademik, dan usia yang panjang dengan usaha memfasilitasi pelajar agar
mencapai perkembangan yang normal dengan cara promosi perilaku sehat dan
keselamatan, menangani masalah kesehatan yang bersifat potensial dan aktual,
melakukan pengelolaan pelayanan kesehatan, melakukan kolaborasi aktif
dengan lintas program dan sektoral untuk membangun kemampuan pelajar dan
keluarga agar mencapai kemampuan adaptasi sendiri, advokasi, dan belajar
(National Associatian of school Nurse, 1999).
2.5.2 Konsep Model
Beberapa konsep model dan teori yang mendasari asuhan keperawatan
komunitas dengan keamanan makanan pada tananan sekolah, sebagai berikut:
a. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Usaha Kesehatan sekolah (UKS) merupakan bentuk program


promosi kesehatan di sekolah yang dicanangkan oleh pemerintah sejak
lama melaui konsep Trias UKS dan dokter kecilnya (depkes,
1997/1998). Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya
untuk menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekolah.

Tujuan umum UKS ini adalah untuk meningkatkan mutu


pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat dan derajat kesehatan peserta didik
maupun warga belajar serta menciptakan lingkungan yang sehat,
sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang
harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia
seutuhnya (Depkes.RI 2007).

Program UKS ini mempunyai kekuatan hukum yang kuat


karena di dukung oleh empat menteri (Mendagri, Menteri Kesehatan,
Menteri Pendidikan dan Menteri Agama) dalam bentuk kebijakan
bersama Nomor: 1/U/SKB; Nomor 1067/Menkes/SKB/VII/2003;
Nomor 26 Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan
Pengembangan UKS.Program UKS ini didukung oleh 4 menteri karena
sekolah mempunyai peranan dan kedudukan strategis dalam upaya
promosi kesehatan untuk menciptakan generasi muda yang sehat di
masa mendatang.
Sebagian besar anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga
pendidikan dalam jangka waktu cukup lamasekitar 6 sampai 7 jam per
hari yakni 41% dari total waktu atif diluar tidur malam. Jumlah usia 7-
12 berjumlah 25.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak (99.4%)
aktif dalam proses belajar. ( Depdiknas, 2007).Institusi pendidikan
seperti sekolah mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan
generasi muda dibandingkan dengan institusi sosial lainya. Sekolahan
merupakan lingkungan belajar yang alami yang menampung sebagian
besar anak usia muda. Sehingga lingkungan sekolah sangat kondusif
untuk promosi kesehatan. Berkaitan dengan pendidikan kesehatan
disekolah, seorang guru mempunyai otoritas penuh dikelas sehingga
mempunyai peran dan pengaruh besar untuk melakukan pembelajaran
pada pelajarnya kearah pembentukan perilaku sehat.

Tiga program utama UKS yaitu

a) penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,

b) pemeliharaan dan pelayanan di sekolah, dan

c) upaya pendidikan yang berkesinambungan. Ketiga kegiatan


tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS.

b. Model Kesehatan Sekolah Komprehensif (Comprehensif School


Health Model) (CSH)

Comprehensive school health model (CSH) dikembangkan oleh


Allensworth dan Kolbe (Stanhope & lancaster, 2004), Allensworth,
Wyche, Lawson, Nicholson (1995) mendefinisikan bahwa
Comprehensive School Health Model adalah suatu perencanann program
yang terintegrasi secara berkesinambungan antara afiliasi sekolah,
aktifitas-aktivitas sekolah, dan pelayanan kesehatan sekolah dalam upaya
meningkatkan kesehatan fisik, mental, sosial, dan pendidikan pelajar.
Program ini melibatkan dukungan keluarga dan masyarakat
sekolah dengan delapan komponen yang saling berinteraksi. Komponen
komponen tersebut merupakan program yang berfokus pada
pembentukan perilaku pelajar dan staf sekolah (Gambar 3). Komponen
tersebut dijabarkan sebagai berikut:

a) Pendidikan Kesehatan (Health education)

Pendidikan kesehatan menggunakan strategi pembelajaran


yang fokus pada perubahan perilaku dalam upaya meningkatkan
status kesehatan.

Tujuan pendidikan kesehatan di lingkungan sekolah untuk


meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang ilmu kesehatan,
menanamkan nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat,
dapat menerapkan perilaku hidup sehat, menanamkan prinsip-
prinsip pencegahan penyakit sehingga dapat menghindari pengaruh
buruk dari luar, dan dapat meningkatkan derajat kesehatan yang
optimal dimasa mendatang.

Pendidikan kesehatan terhadap keamanan makanan ditujukan


untuk membantu pelajar dalam melaksanakan perilaku makan
seimbang, pencegahan penyakit bawaan makanan, dan pencegahan
makanan yang mengandung kimia berbahaya. Pendidikan kesehatan
menekankankepada pelajar untuk mengembangkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang dibutuhkan dalam mempertahankan
pola makan yang sehat dan aman.

Konsep pembelajaran keamanan makanan termasuk pola


makan sehat, ukuran porsi makan, tehnik mengatur berat badan yang
cocok/ideal, kosep dasar kemanan makan (kebersihan, pencegahan
kontaminan silang, pemasakan, dan penyimpanan), pencegahan
kimia berbahaya (pemilihan makanan jajanan berwarna mencolok
dan mengandung bahan pengawet (Brainerd, 2004).
Pendidikan kesehatan paling efektif apabila diintegrasikan
kedalam kurikulum sekolah. Metode yang baik digunakan adalah
pembelajaran dengan penugasan (mencari jawaban/pemecahan
masalah), kerja kelompok, analisis situasi, peer teaching,membuat
tujuan dan komitmen untuk berubah, menentukan peluang untuk
meningkatkan manfaat dari perubahan perilaku sehat. Selain pelajar,
pendidikan kesehatan juga melibatkan guru, orang tua/angota
keluarga, masyarakat, dan penjaja/pedagang makan di lingkungan
sekolah (stanhope & lancaster, 2004). Pelibatan orang tua/anggota
keluarga pelajar dan masyarakat pada pendidikan kesehatan nutrisi
ini sekaligus berperan sebagai pendukung dan reinforcing.

b) Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan sekolah di fokuskan pada tiga tingkat


pencegahan yaitu prevensi primer (promosi dan pendidikan
kesehatan, pencegahan masalah kesehatan pada anak); sekunder
(skrining terhadap berbagai penyakit, monitoring tumbuh kembang
anak, memberi pertolongan pertama pada penyakit atau
kecelakaan/cedera); tersier (perawatan lanjutan pada anak yang
membutuhkan pelayanan perawatan jangka panjang bersama-sama
dengan pihak pendidikan dan mansyarakat (Stanhope & Lancaster,
2004).

Pelayanan kesehatan yang diberikan di sekolah adalah


pelayanan bersifat pencegahan seperti imunisasi dan skrining,
pelayanan yang bersifat emergecy (darurat), pengelolaan penyakit
akut dan kronik, rujukan, konseling kesehatan, pendidikan tentang
gaya hidup sehat, dan administrasi pengobatan yang dibolehkan
(Depkes. RI, 2010).
Pelayanan kesehatan terhadap pencegahan dan pengobatan
keamanan makan meliputi screening gizi kurang, konseling masalah
gizi, pengelolaan dan pemantauan berat badan secara teratur,
pengobatan atau rujukan berkaitan dengan penyakit akut akibat
bawaan makanan dan keracunan seperti diare, sakit perut, demam,
dan keracunan makan seperti mual muntah sampai tidak sadarkan
diri.

Pelayanan kesehatan terhadap siswa dapat dilakukan di klinik


kesehatan sekolah (UKS) atau dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan
masyarakat (Puskesmas) dan bekerjasama dengan keluarga (Depkes
RI, 2010). Pelayanan kesehatan di Puskesmas bagi peserta didik
yang dirujuk dari sekolah diperlukan kesepakatan dalam rapat
perencanaan tentang pembiayaan peserta didik yang dirujuk.
Jaminan pemeliharaan kesehatan mandiri bagi pelajar dan guru
merupakan bentuk pembiayaan pelayanan kesehatan yang terencana
di sekolah bekerja ama dengan puskesmas terdekat (Depkes RI,
2010).

c) Pelayanan Gizi

Pelayanan gizi disekolah dalam bentuk pemberiaan pola makan


tambahan (PMT anak sekolah) untuk pelajar yang kurang gizi/ BB
kurang dari normal secara kontinu dalam waktu tertentu (Depkes, RI
2004). Di negara maju seperti Amerika program seperti ini dikenal
dengan program school breakfast dan school lunch yang didanai
oleh pemerintah dan swadaya masyarakat (Stanhope & Lancaster,
2004). Namun program tersebut menuai banyak perdebatan dan
kontroversi karena muncul berbagai masalah dan issu seperti
kandungan makanan tidak terkontrol, pelajar bosan karena menu
kurang bervariasi, dan banyak sponsor makanan tidak sehat masuk
ke dalam lingkungan sekolah. Berdasarkan masalah ini makan
pelayanan nutrisi/gizi lebih diarahkan kepada pendidikan kesehatan
dan konseling nutrisi/gizi terhadap siswa, keluarga, dan masyarakat.
d) Lingkungan Sekolah Sehat

Lingkungan sekolah menjadi model dan mempunyai


pengaruh penting dalam pembentukan perilaku sehat dan
peningkatan status kesehatan pelajar (Stanhope & Lancaster, 2004).
Para pelajar dapat belajar dari lingkungan dalam sekolah yang ditata
dengan baik. Sehingga perancangan lingkungan sekolah yang sehat
menjadi penting untuk dipertimbangkan atau diperhatikan. Dinas
pendidikan, dinas kesehatan, dan pengelola sekolah mempunyai
tanggung jawab atau kepentingan untuk membina kantin sekolah,
penjaja makanan yang berada di lingkungan sekolah terhadap
penyediaan berbagai jenis makanan dan aktivitas pengelolaan atau
penyediaan nutrisi agar sesuai standar kesehatan. Selain itu keadaan
ventilasi ruangan, penyediaan sarana air bersih, pembuangan
sampah, instalasi listrik aman juga menjadi perhatian.

gambar Comprehensive school health model (sumber: Stanhope & Lancaster, 2004).

e) Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan salah satu kurikulum


sekolah yang mempromosikan aktivitas fisik dan olahraga secara
teratur yang diikuti semua pelajar untuk mempertahankan berat
badan normal dan kebugaran. Pendidikan jasmani mendorong anak
untuk mengurangi aktivitas santai dan meningkatkan aktivitas fisik
dan olahraga secara teratur. Aktivitas fisik/olahraga teratur dapat
meningkatkan atau mempertahankan kesehatan otot dan tulang (Nies
& McEwen, 2007). Lama aktivitas fisik yang baik adalah 3-5 kali
per minggu selama satu jam atau 30 menit setiap hari (Depkes,
2002). Di Indonesia, pendidikan jasmani dan olah raga ini masuk
dalam kurikulum inti dengan nama mata ajar Penjaskes. Menurut
kurikulum pendidikan dasar Kemendikbud (2004) bahwa ruang
lingkup pembelajaran Penjaskes meliputi pendidikan jasmanai,
pendidikan olah raga, dan pendidikan kesehatan. Mata ajar ini
diberikan dari kelas 1 sampai kelas VI.

f) Promosi Kesehatan bagi Staff Sekolah

Program kesehatan bagi guru dan staf sekolah sangat penting


untuk dilakukan secara terus menerus karena mereka menjadi role
model dan pendidik kesehatan sehari-hari bagi anak didiknya di
lingkungan sekolah (Story, 1999). Pendidikan ditujukan kepada
semua guru, staff, penjaga dan petugas kantin/warung sekolah.

g) Program Psikologis dan Konseling Sekolah

Konseling berbasis sekolah penting dilakukan jika muncul


masalah kesehatan terhadap pelajar yang tidak dapat diselesaikan
dengan pelayanan rutin. Misalnya, ditemukan pelajar dengan
masalah gizi kurang atau buruk yang tidak ada perubahan setelah
dilakukan intervernsi rutin, maka dilakukan konseling gizi oleh guru
yang terlatih, perawat sekolah atau dirujuk ke ahli gizi.

h) Keterlibatan Keluarga dan Masyarakat

Keberhasilan program keamanan makanan dipengaruhi oleh


keterlibatan semua unsur yang merupakan mata rantai proses
makanan sampai kepada makanan tersebut di konsumsi (Budapest,
2002). Keterlibatan keluarga dan masyarakat efektif dalam
pembentukan perilaku makan yang aman. Keluarga berperan dalam
proses pengolahan makan, penyedian makan, penyimpanan makan.
Orangtua merupakan role model dan pendukung utama bagi anggota
keluarga dalam berperilaku sehat (Story, 1999). Masyarakat sekitar
juga sanagat berperan dalam mendukung dalam penyediaan
makanan yang aman. Karena bahan bahan makanan mentah maupun
makan disediakan oleh masyarakat dari berbagai sumber. Perilaku
jajan anak sekolah menjadi faktor penting untuk di kontrol. Jika
jajanan atau makanan yang di jual oleh masyarakat adalah makan
sehat, maka anak anak juga terhindar dari penyakit bawaan makanan.
Kantin sekolah menjadi faktor penting untuk diperhatikan.

Peran koordinator kesehatan sekolah menjadi kunci dalam


melakukan integrasi, koordinasi, dan mengelola program kesehatan
sekolah. Sehingga semua komponen yang ada dilingkungan sekolah
seperti komite sekolah (school health commitee), Koordinator konsil
kesehatan masyarakat sekolah (community School Health
Coordinating ouncil), dan koordinator aktivitas kecamatan dan kota
(District and State Coordinating Activities) dapat digerakkan dalam
upaya memberikan dukungan dalam menjalankan program
kesehatan sekolah (lihat gambar 4). Melibatkan masyarakat di
sekitar sekolah merupakan hal yang sangat penting dalam
menjalakan program kesehatan sekolah.

i) Lingkup Praktek Keperawatan Kesehatan Sekolah

Lingkup praktik Keperawatan Kesehatan Sekolah luas tidak


terbatas pada penanganan kesehatan sehari hari seperti pertolongan
pertama siswa sekolah, sakit perut, dan melakukan immunisasi,
namun perawat sekolah memberikan perawatan secara komprehensif
kepada siswa, seluruh staf sekolah, keluarga, dan masyarakat lain
disekitar sekolah (Stanhope & Lancaster, 2004). Masyarakat lain
yang dimaksud adalah perawat sekolah tidak hanya memperhatikan
siswa di dalam gedung sekolah, namun juga memberikan perhatian
atau perawatan kepada anak anak gelandangan (Juvenile detention
centre), kelompok PAUD dan penitipan anak anak (Preschool and
day-care centre), kunjungan wisata siswa, event olah raga pada
siswa, dan anak anak sekolah di rumah beserta keluarganya
(National Assocoation of School Nurses, 2001). Intervensi
keperawatan yang diberikan selain perawatan langsung juga dalam
bentuk pendidikan kesehatan, dan counseling.

1. Lingkup praktik keperawatan kesehatan sekolah menurut


American Nursing Association and the National Association of
School Nurses secara rinci adalah

2. Memberikan perawatan langsung kepada para siswa

3. Provide leadership for the provision of health services as a


health care expert

4. Melakukan screening kesehatan dan rujukan kesehatan

5. Melakukan promosi lingkungan sekolah sehat

6. Menunjuukan kepemimpinan dalam penentuan kebijakan


kesehatan dan pengembangan program

7. Melakukan Aliansi antara staff sekolah, keluarga, masyarakat,


dan petugas kesehatan

8. Memberikan dukungan kepada siswa dengan memberikan


pengkajian kesehatan, intervensi, dan follow up dalam setting
sekolah

9. Memfasilitasi respon posistive siswa menuju perkembagan yang


normal

10. Melakukan promosi praktik prilaku sehat dan keamanan

11. Melakukan intervensi langsung pada masalah aktual dan


potensial

12. Berkoordinasi dengan antar lintas program dan sektor dalam


upaya menuju keberlangsungan pelayanan kesehatan.

13. Secara aktif berkolaborasi dengan komponen lain dimasyarakat


untuk membangun kapasitas yang kuat antara siswa, keluarga
dan masyarakat sekolah dalam upaya adaptasi, self managemen,
self advokasi dan belajar

14. Bersama profesi perawat mengunakan proses keperawatan


untuk pengambilan keputusan dan aksi.

15. Menggunakan proses keperawatan dalam bekerja dan dalam


pengambilan keputusan sebagai bentuk professionalisme
perawat

2.6 Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut WHO ialah


sebuah upaya untuk memelihara dan juga meningkatkan kesehatan fisik tubuh
kita meningkatkan kesehatan mental pekerja dan juga meningkatkan kesehatan
sosial pada setiap para pekerja yang ada.

Dengan adanya K3, maka derajat semua pekerja harus ditingkatkan


setinggi mungkin dan ini berlaku untuk semua jenis dari suatu pekerjaan.
Perusahaan harus melakukan tindakan untuk pencegahan pada saat terjadi
gangguan kesehatan yang terjadi pada pekerja yang disebabkan oleh pekerjaan
yang ia lakukan ditempat kerja yang sedang ia kerjakan.

Pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau yang biasa


disebut dengan K3 itu bisa terbagi menjadi 3 versi, ada menurut filosofi, ada
yang menurut keilmuan dan ada juga yang menurut OHSAS.

1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Filosofi.

K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu


pemikiran untuk menjamin keutuhan atau kesehatan bagi jasmani
maupun rohani para tenaga kerja dan semua orang atau warga di
setiap Negara khususnya Indonesia.

2. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Ilmuan.

K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan semua


yang ada pada ilmu dan penerapannya untuk mencegah terjadinya
suatu kejadian seperti kecelakaan, penyakit yang terjadi akibat
kejadian di tempat kerja, kebakaran, pencemaran lingkungan dan
lain sebagainya yang menyangkut kejadian di tempat kerja.

3. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut OHSAS


18001:2007

K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan


sebuah kondisi dan faktor yang berdampak pada keselamatan dan
kesehatan para ketenagakerjaan maupun orang lain yang
menyangkut atau yang berada di sekitar lingkungan pekerjaan
tersebut.

Dari ketiga versi dari semua pengertian atau definisi


Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau yang biasa disebut dengan
K3 yang ada diatas ini, semuanya adalah pengertian yang secara
umum yang sering kali digunakan daripada pengertian lain.

Kata keselamatan itu berasal dari Bahasa Inggris ‘safety’


yang selalu dikaitkan atau dihubungkan dengan terbebasnya atau
selamat dari sebuah kecelakaan. Dari kata keselamatan itu sendiri
berarti bebas dari kecelakaan. Sedangkan kata kerja diambil dari
kata dari Bahasa Inggris yaitu ‘work’ yang maksudnya adalah
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang mendapatkan hasil.

Dari pemilihan suku kata diatas ini dapat disimpulkan bahwa


Keselamatan Kerja itu merupakan suatu ilmu yang mempelajari
metode yang bisa menjamin agar pekerja yang ada itu terbebas dari
kecelakaan pada saat mereka sedang melakukan sebuah proyek atau
pekerjaan. Ciri dari Keselamatan Kerja itu mempunyai potensi yang
dapat menimbulkan gangguan atau cacat pada saat proses terjadi dan
kerusakan alat.

Kesehatan Kerja itu juga bisa dijabarkan seperti keselamatan


kerja yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kesehatan diambil dari
kata Bahasa Inggris yang bermaksud atau bermakna tidak hanya
terbebasnya dari sebuah kecelakaan atau penyakit, tetapi sehat disini
mempunyai makna sehat yang dilihat secara fisik, mental dan juga
sehat pada sosial. Kesehatan Kerja adalah suatu bagian dari K3
bertujuan agar seseorang selalu selamat, sehat dan berdaya saing
kuat dan dengan demikian, pekerjaan bisa berjalan dengan lancar
dan tidak ada kejadian kecelakaan yang terjadi saat melakukan
pekerjaan ataupun pekerja yang sakit yang menjadikannya tidak
produktif. Kecelakaan kerja diminimalisasi kejadiannya oleh upaya
Keselamatan Kerja, sedangkan Kesehatan Kerja bisa dipelihara dan
ditingkatkan oleh Kesehatan Kerja. Berikut terdapat perbedaan
antara Keselamatan dan Kesehatan kerja secara umum, diantaranya :

a. Keselamatan itu fokus terhadap bahaya dan resiko yang


menimbulkan kerugian dan bersifat AKUT. Sedangkan
Kesehatan itu fokus terhadap bahaya dan resiko yang
menimbulkan kerugian tetapi bersifat KRONIS.

b. Keselamatan itu berdampak yang langsung terlihat. Sedangkan


Kesehatan itu berdampak yang tidak langsung terlihat atau
butuh waktu dan besaran bahaya yang terjadi.

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas Sekolah

1. Pengkajian

a. Identitas

- Nama Sekolah :

- Alamat :

b. Demografi

- Distribusi umur dan jenis

: kelamin
- Distribusi siswa berdasarkan : Islam, Kristen, Hindu, Budha

agama
- Distribusi siswa berdasarkan : Sunda, Jawa, Betawi, Batak, dll

suku
- Kendaraan kesekolah : Jalan kaki, motor, sepeda, mobil/

Angkutan umum

a. Data Kesehatan

- Pemeriksaan kesehatan : 1 kali/bulan, 1 kali/6 bulan, 1x/


tahun, lain-lain.

- Jenis pelayanan kesehatan : Puskesmas, Poliklinik, Rumah


terdekat Sakit, Puskesmas Pembantu

- Penyakit yang banyak diderita : batuk, pilek, demam, luka, diare,


lain-lain

- Ketergantungan obat : Putau, ganja, ekstasi, minuman


keras

- Golongan darah : A, B, AB, O

b. Data Biologis

- Kebersihan diri : sehari berapa kali

- Frekuensi Makan : 1x, 2x, 3x

- Konsumsi lauk-pauk : daging, tahu, tempe, telur


- Konsumsi sayur-sayuran : setiap hari, kadang, sering

- Konsumsi buah-buahan : setiap hari, kadang, sering

- Pantangan makanan : ikan, sayur, telur

- Makanan ringan di Sekolah : ciki, permen, roti, mi instan

- Pola tidur : 5-6jam/hari, <5jam/hari

- Jarak membaca buku : 30cm, 20cm, 10cm

c. Data Psikologis

- Jika mempunyai kesulitan dalam : menangis, didiskusikan


belajar bersama teman, bolos
sekolah

- Pelajaran yang sulit didiskusikan


: teman, orang tua, guru
dengan

d. Data spiritual
 Kegiatan Pengajian di Sekolah : 1x/bulan, 1x/minggu,
1x/tahun
e. Data Lingkungan sekolah

- Lantai : Tanah, papan, semen

- Ventilasi : Ada, tidak ada ventilasi

- Sinar matahari : Masuk kedalam ruangan, tidak

- Pekarangan : sayuran, tanaman obat, buah- buahan,


tanaman hias
- Jenis jamban : septik tank, wc cemplung

- Kondisi jamban : <10m, >10 m

- Sumber air : PDAM, sumur gali,


sungai, sumber pompa, mata air

- Pengelolaan air minum : dimasak, tidak dimasak

- Jenis penampungan air : bak, gentong, torn, ember

- Kondisi penampungan air : tertutup, terbuka

- Pengurasan : ya, tidak

- Kondisi air : berwarna, berasa, berbau dan berwarna

- Tempat pembuangan : tempat sampah umum, sembarang


sampah tempat, dibakar, sungai, diangkut
- Tempat sampah : tertutup kedap air, terbuka, tidak kedap air

f. Data Kantin Sekolah

- Keadaan kantin : terdapat lalat, tidak ada lalat

Jajanan yang dijual terdapat : zat pewarna, pengawet, penyedap


RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC

1. (00188) PERILAKU Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Modifikasi perilaku


KESEHATAN CENDERUNG selama ……x24 jam diharapkan pasien
Aktivitas-aktivitas:
BERISIKO mamapu meningkatkan:
- Dukung untuk mengganti kebiasaan yang
Definisi: Hambatan kemampuan 1. Penerimaan: Status Kesehatan
tidak diinginkan dengan kebiasaan yang
untuk mengubah gaya hidup/
Dengan Kriteria hasil: diinginkan
perilaku dalam cara yang
memperbaiki status kesehatan. - Menghilangkan konsep kesehatan - Dukung pasien untuk memeriksa
personal sebelumnya prilakunya sendiri
Batasan karakteristik:
ditingkatkan dari skala 1 ke skala 3 - Bantu pasien dalam mengidentifikasi
- Gagal melakukan tindakan
Mengenali realita situasi kesehatan meskipun hanya keberhasilan kecil
pencegahan masalah
ditingkatkan dari skala 1 ke skala 3
kesehatan - Identifikasi masalah pasien terkait dengan
- Melaporkan penurunan kebutuhan istilah prilaku
- Gagal mencapai pengendalian
untuk verbalisasi perasaan tentang
optimal - Pilah-pilah prilaku menjadi bagian-bagian
kesehatan ditingkatkan dari skala 1
kecil untuk dirubah menjadi unit prilaku
- Meminimalkan perubahan ke skala 3
yang ter ukur
status kesehatan
Menyesuaikan perubahan dalam
Faktor yang berhubungan: status kesehatan ditingkatkan dari - Kembangkan program perubahan prilaku
skala 1 ke skala 3 Mencari
- Kurang dukungan sosial - Fasilitasi keterlibatan dari perawatan
informasi tentang kesehatan
kesehatan lain, sediakan dalam proses
- Kurang pemahaman ditingkatkan dari skala 1 ke skala 3
modifikasi dengan cara yang tepat
- Sikap negatif terhadap Mengatasi situasi kesehatan yang
pelayanan kesehatan ada ditingkatkan dari skala 1 ke - Tumbuhkan keterampilan yang di pelajari
skala 3 yang secara sistematik menguatkan
komponen sederhana dari keterampilan atau
Menjelaskan nilai-nilai personal
tugas
ditingkatkan dari skala 1 ke skala 3
Melalukan tugas-tugas perawatan - Tentukan perubahan perilaku dengan
diri ditingkatkan dari skala 1 ke membandingkan prilaku dasar sebelumnya
skala 3 dibandingkan dengan prilaku setelah
intervensi

2. Pendidikan kesehatan
2. Perilaku Promosi Kesehatan
Aktivita-aktivitas:
Dengan Kriteria hasil:
- Targetkan sasaran pada kelompok beresiko
- Menggunakan prilaku yang
tinggi dan rentang usia yang akan mendapat
menghindari resiko ditingkatkan
manfaat besar dari pendidikan kesehatan
dari skala 1 ke skala 3
- Memonitor lingkungan terkait - Identifikasi faktor internal atau eksternal
yang dapat meningkatkan atau mengurangi
dengan resiko ditingkatkan
motivasi untuk berprilaku sehat
dari skala 1 ke skala 3
- Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya
- Memonitor prilaku personal terkait
dengan resiko ditingkatkan dari hidup prilaku saat ini pada individu,
skala 1 ke skala 3 keluarga, atau kelompok sasaran

- Keseimbangan aktivitas dan - Rumuskan tujuan dalam program pendidikan


istirahat ditingkatkan dari skala 1 kesehatan
ke skala 3
- Identifikasi sumber daya yang diperlukan
- Menjaga hubungan sosial untuk melaksanakan program
ditingkatkan dari skala 1 ke skala 3
- Hindari penggunaan tehnik dengan menakut-
- Melakukan perilaku kesehatan nakuti sebagai strategi untuk memotifasi
yang secara rutin ditingkatkan dari orang agar mengubah prilaku kesehatan atau
skala 1 ke skala 3 gaya hidup

- Mendukung kebijakan publik yang - Gunakan pemimpin kelompok, guru, dan


sehat ditingkatkan dari skala 1 ke kelompok pendukung dalam
skala 3 mengimplementasikan program bagi
kelompok yang kecil untuk mendengarkan
- Menggunakan dukungan sosial
untuk meningkatkan kesehatan professional kesehatan atau orang dewasa
ditingkatkan dari skala 1 ke skala 3
- Tekankan pentingnya pola makan yang
Mengikuti diet sehat ditingkatkan sehat, tidur, berolahraga bagi individu,
dari skala 1 ke skala 3 keluarga dan kelompok yang meneladani
nilai dan prilaku dari orang lain terutama
- Minum 8 gelas air setiap hari
ditingkatkan dari skala 1 ke skala 3 pada anak-anak

- Memperoleh pemeriksaan rutin - - Rencanakan tindak lanjut jangka panjang


ditingkatkan dari skala 1 ke skala 3 untuk memperkuat prilaku kesehatan atau
adaptasi terhadap gaya hidup
- Menggunakan strategi
pengendalian berat badan yang
efektif ditingkatkan dari skala 1 ke
skala 3

- Menggunakan latihan rutin yang


efektif ditingkatkan dari skala 1 ke
skala 3

- Menghindari penggunaan narkoba


ditingkatkan dari skala 1 ke skala 3

- Menghindari paparan sisa asap


rokok ditingkatkan dari skala 1 ke
skala 3

- Menghindari penyalahgunaan

alkohol ditingkatkan dari skl 1 ke 3


2. (00215) DEFISIENSI Setelah dilakukan tindakan 1. (8500) Pengembangan komunitas
KESEHATAN keperawatan selama …..x 24 jam,
Aktivitas –aktivitas :
KOMUNITAS diharapkan klien mampu :
 Identifikasi bersama komunitas mengenai
Definisi : 1. (2701) Status kesehatan komunitas,
masalah, kekuatan, dan prioritas kesehatan.
Adanya satu atau lebih masalah  (270112) status kesehatan
 Bantu anggota komunitas untuk meningkatkan
kesehatan atau faktor yang anak ditingkatkan pada
kesadaran dan memberikan perhatian mengenai
mengganggu kesejahteraan skala 2 ke 3
masalah–masalah kesehatan
atau meningkatkan risiko
 (270105) Angka kehadiran
masalah kesehatan yang  Sediakan lingkungan, ciptakan situasi dimana
sekolah ditingkatkan pada skala
dialami oleh suatu kelompok individu dan kelompok merasa aman untuk
2 ke 3
mengekpresikan pandangan mereka.
Batasan Karakteristik :
 (270107) Tingkat partisipasi dalam
2. (6520) Skrinning Kesehatan
 Masalah kesehatan yang program kesehatan sekolah
dialami oleh suatu kelompok ditingkatkan pada skala 2 ke 3 Aktivitas-aktivitas :
atau populasi
2. (2087) Keefektifan  Tentukan populasi target untuk
 Resiko status psikologis skrining kesehatan dilakukannya kesehatan
yang dialami oleh komunitas
 Sediakan akses yang mudah bagi layanan
kelompok atau populasi
 (280701) Identifikasi kondisi skrining (misalnya, waktu dan tepat).
Resiko status psikologis yang beresiko tinggi yang umum
dialami oleh kelompok atau dikomunitas ditingkatkan dari  Berikan kenyamanan selama prosedur
populasi skala 1 ke 3
skrining
 Tidak tersedia program (280706) identifikasi kebutuhan
untuk mencegah satu atau skrining untuk anak usia sekolah
lebih masalah kesehatan ditingkatkan dari skala 1 ke 3
bagi suatu kelompok atau
 (280719) Peyedia skrining
populasi
untuk anak usia sekolah
 Tidak tersedia program ditingkatkan dari skala 1 ke 3
untuk menghilangkan satu
 (280722) mekanisme tindak
atau lebih masalah
lanjut ditingkatkan dari skala 1
kesehatan bagi suatu
ke 3
kelompok atau populasi
 (280724) dukungan dari anggota
Faktor Risiko :
komunitas yang berpengaruh
 Ketidakcukupan akses ditingkatkan dari skala 1 ke 3
pada pemberi layanan
kesehatan

 Ketidakcukupan
sumberdaya (misalnya
finansial,
sosial,pengetahuan)

 Ketidaktepatan rencana
evaluasi program
3. (00099) Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. (6484) Manajemen lingkungan : komunitas
Pemeliharaan Kesehatan keperawatan selama 3 x 24 jam,
Aktivitas :
Definisi : ketidakmampuan diharapkan klien mampu :
mengidentifikasi , mengelola, - Insiasi skrining resiko kesehatan yang
1. (1855) pengetahuan : gaya hidup
atau mencari bantuan untuk berasal dari lingkungan
sehat
mempertahankan kesehatan.
- Berpartisipasi dalam tim multidisiplin
- Startegi untuk
Batasan Karakteristik : mengidentifikasikan ancaman terhadap keselamatan
mempertahankan diet yang
di komunitas
- Ketidakmampuan sehat ditingkatkan dari skala 1
bertanggung jawab untuk ke 3 - Monitor status risiko kesehatan yang sudah di ketahui
memenuhi praktik kesehatan
- Pentingnya porsi makanan - Berpartisipasi dalam program komunitas untuk
dasar
ditingkatkan dari skala 1 ke 3 mengatasi risiko yang sudha diketahui
- Kurang pengetahuan
- Strategi untuk menghindari rokok - Berkolaborasi dalam mengembangkan
tentang praktik kesehatan
ditingkatkan dari skala 1 ke 3 program aksi dikomunitas
dasar
- Strategi untuk menghindari asap - Dorong lingkungan untuk berpartisipasi aktif
Pola perilaku kurang
rokok dalam keselamatn komunitas
mencari bantuan
kesehatan - Pentingnya aktif secara fisik - Lakukan program edukasi untuk kelompok beresiko
ditingkatkan dari skala 1 ke 3
- Tidak menunjukkan minat - Bekerjasama dengan kelompok lingkungan
pada perbaikan perilaku - Strategi untuk membatasi untuk memastikan aturan pemerintah yang
sehat penggunaan perangkat elektronik sesuai
ditingkatkan dari skala 1 ke 3
- Tidak menunjukkan perilaku
adaptif terhadap perubahan - Strategi meningkatkan
lingkungan. keseimangan hidup
ditingkatkan dari skala 1 ke 3

- Tahu kapan mendapatkan


bantuan dari seorang
professional kesehatan
ditingkatkan dari skala 1 ke 3
EVALUASI

Evaluasi merupakan hasil respon dari klien terhadap implementasi yang dilakukan.
Evaluasi dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan dari impementasi yang dilakukan.
Evaluasi merupakan penilaian terhadap program yang telah dilaksanakan dan dibandigkan
dengan tujuan semula serta dijadikan dasar untuk memodifikasi rencana berikutnya. Umpan
balik dari komunitas merupakan dasar untuk melakukan evaluasi terhadap intervensi
keperawatan komunitas seperti keterlibatan orang-orang komunitas dalam semua tahap
proses keperawatan yang menjamin adanya kesesuaian dengan komunitas.
2.8 Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Kesehatan Kerja

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis
terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisa sehingga masalah kesehatan yang
dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut
permasalahan pada fisiologis, psikologis, social ekonomi, maupun spiritual dapat
ditentukan. Dalam tahap pengkajian ada lima kegiatan yaitu : pengumpulan data,
pengolahan data, analisa data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan
masyarakat dan prioritas masalah. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam
pengumpulan data meliputi :
a. Data Inti, meliputi : riwayat atau sejarah perkembangan komunitas, data
demografi, vital statistic, status kesehatan komunitas
b. Data lingkungan fisik, meliputi : pemukiman, sanitasi, fasilitas, batas-batas
wilayah, dan kondisi geografis
c. Pelayanan kesehatan dan social, meliputi : pelayanan kesehatan, fasilitas social
(pasar, toko, dan swalayan)
d. Ekonomi, meliputi : jenis pekerjaan, jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan,
jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan, jumlah pekerja dibawah umur, ibu
rumah tangga dan lanjut usia.
e. Keamanan dan transportasi
Sistem keamanan perusahaan cukup baik dengan adanya satpam di setiap sektor
ruangan dan juga adanya CCTV di tiap ruang produksi. Untuk penanggulangan
kebakaran terdapat alat pemadam kebakaran manual di setiap ruangan produksi
dan perusahaan ini juga memiliki 1 unit mobil pemadam kebakaran milik
perusahaan selain itu perusahaan juga bekerjasama dengan dinas pemadam
kebakaran kota untuk menanggulangi jika terjadi masalah kebakaran.
Penanggualangan polusi dengan dipasang alat blower untuk ventilasi agar tidak
terjadi polusi di dalam pabrik.
f. Politik dan keamanan, meliputi : system pengorganisasian, struktur organisasi,
kelompok organisasi dalam komunitas, peran serta kelompok organisasi dalam
kesehatan
g. Sistem komunikasi, meliputi : sarana untuk komunikasi, jenis alat komunikasi
yang digunakan dalam komunitas, cara penyebaran informasi. Terdapat
infrastrukur komunikasi yang memadai modern seperti internet, ponsel,koran,
majalah, dan televisi. Masyarakat juga bisa menggunakan alat- alat komunikasi
tersebut. Untuk papan informasi untuk menyampaikan kabar berita dari desa
maupun dari yang disediakan tempat di dekat rumah pak RW.
h. Pendidikan, meliputi : tingkat pendidikan komunitas, fasilitas pendidikan yang
tersedia, dan jenis bahasa yang digunakan. Rekreasi, meliputi : kebiasaan
rekreasi dan fasilitas tempat rekreasi. Biasanya Berdasarkan data yang didapat
dari perusahaan, Hari libur untuk pegawai dan pekerja diperusahaan ini adalah
tiap hari minggu, di setiap hari jum’at pagi biasanya diadakan senam aerobic
bersama oleh perusahaan yang dilakukan di lapangan olah raga yang ada di
belakang perusahaan. Di akhir tahun biasanya juga diadakan rekreasi bersama
yang di fasilitasi oleh perusahaan yang juga dilakukan secara giliran atau
gentian di tiap ruangan sektor/ bagian produksi dalam perusahaan ini.
Hal yang perlu di kaji pada komunitas atau kelompok, antara lain sebagai berikut :
a. Inti (Core) meliputi
Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri atas usia yang
berisiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilainilai, keyakinan,
serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
b. Mengkaji 8 susbsistem yang mempengaruhi komunitas, antara lain :
1. Perumahan, bagaimana penerangannya, sirkulasi, bagaimana
kepadatannya karena dapat menjadi stressor bagi penduduk.
2. Pendidikan komunitas, apakah ada sarana pendidikan yang dapat
digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
3. Keamanan dan keselamatan, bagaimana keselamatan dankeamanan
dilingkungan tempat tinggal, apakah masyarakat merasa nyaman
atau tidak, apakah sering mengalami stress akibat keamanan dan
keselamatan yang tidak terjamin.
4. Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup
menunjang, ssehingga memudahkan masyarakat mendapatkan
pelayan di berbagai bidang termasuk kesehatan.
5. Pelayanan kesehatan yang tersedia, untuk melakukan deteksi dini
dan merawat/ memantau gangguan yang terjadi.
6. System komunikasi, sarana komunikasi apa saja yang tersedia
dandapat di manfaatkan di masyarakat tersebut untuk meningkatkan
pengetahuan terkait dengan gangguan penyakit.
7. System ekonomi, tingkat social ekonomi masyakarat secara
keseluruhan, apakah pendapatan yang diterima sesuai dengan
kebijakan Upah Minimun Regional (UMR) atau sebaliknya dibawah
upah minimum.
8. Rekreasi, apakah tersedia sarana rekreasi, kapan saja dibuka, apakah
biayanya dapat di jangkau oleh masyakarat.
2. Diagnosis Keperawatan. Diagnosis di tegakkan berdasarkan tingkat reaksi
komunitas terhadap stressor yang ada.
3. Perencanaan Intervensi. Perencanaan intervensi yang dapat dilakukan berkaitan
dengan diagnosis keperawatan komunitas yang muncul.
4. Implementasi. Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
di rencanakan.
5. Evaluasi/ penilaian
a. Menilai respon verbal dan non verbal komunitas setelah di lakukan intervensi
b. Menilai kemajuan yang di capai oleh komunitas setelah dilakukan intervensi
keperawatan
c. Meencatat adanya kasus baru yang dirujuk ke RS
DAFTAR PUSTAKA

Iqbal Mubarak,W.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas.Jakarta:Salemba MedikaAnderson


Elizabeth.2006.Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik.Edisi 3.EGC.
Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS 2.1.1 Definisi


Keperawatan Komunitas. (n.d.). http://eprints.umm.ac.id/51995/4/BAB%20II.pdf
https://pdfcoffee.com/asuhan-keperawatan-komunitas-keselamatan-kerja-kel-1-pdf-free.html

https://upp.ac.id/blog/pengertian-dan-definisi-k3-keselamatan

https://zdocs.tips/doc/3-kesehatan-sekolahdocx-wp9mmkvy4d65

https://www.slideshare.net/ayanurdin/implementasi-danevaluasikepkomreguler

http://scholar.unand.ac.id/41305/5/kti%20full%20isny.pdf

https://eprints.umm.ac.id/52155/40/BAB%20II.pdf

https://id.scribd.com/document/446833883/Prinsip-Keperawatan-Komunitas
https://id.scribd.com/document/339641832/Peran-Perawat-Kesehatan-SekolahDalam-Upaya
https://eprints.umm.ac.id/52155/40/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai