Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keperawatan Komunitas


1. WHO (1947)
Keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga (nurse health
family) juga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat
mengidentifikasi masalah kesehatannya sendiri, serta memecahkan masalah kesehatan
tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta
bantuan pada orang lain.
2. Ruth B. Freeman (1981)
Kesatuan yang unik dari pratik keperawatan dan kesehatan masyarakat yang
ditujukan kepada pengembangan serta peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri
sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok
khusus atau masyarakat
3. DEPKES RI (1986)
Suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikut sertakan tim kesehatan
lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat lebih tinggi
4. Pradley (1985)
Pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan
yang optimal melalui pencegahan yang penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
5. American Public Health Association (2004)
Keperawatan kesehatan komunitas menurut American Public Health Association
(2004) yaitu sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori keperawatan
profesional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada keseluruhan
komunitas.

1
Beberapa pengertian keperawatan komunitas diatas dapat disimpulkan bahwa
keperawatan komunitas merupakan suatu penerapan asuhan keperawatan yang
memadukan ilmu keperawatan dan kesehatan masyarakat dalam melibatkan dukungan
dan peran aktif masyarakat dalam melaksanakan pelayanan preventif dan kuratif
secara komprehensif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif untuk
mencapai derajat kesehatanmasyarakat yang optimal.

2.2 Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas


Pada masa penjajahan Belanda perawat terbentuk pada dinas kesehatan tentara dan
rakyat. Saat ini perawatan tidak berkembang. Pada masa penjajahan Inggris keperawatan
mulai dibenahi khususnya untuk kesehatan tawanan. Masa setelah kemerdekaan, tahun 1952
didirikan sekolah perawat, tahun 1962 dibuka D3 keperawatan, tahun 1985 ada S1
keperawatan, tahun 1992 telah dibuka S2 keperawatan, tahun 2008 dibuka S3 keperawatan.

Di lihat dari sejarah perkembangan pendidikan maka cukup jelas perbedaan antara masa
lalu dan masa sekarang dimana setiap saat ada perkembangan ilmu pengetahuan.
Berdasarkan sejarah evolusi riset keperawatan bahwa masa lalu beorientasi kelanjutan pada
pendidikan (1940 - 1950), tahun 1960-1970 mulai muncul konsep tentang keperawatan
seperti konsep kerangka kerja, teori dan kontekstual sekitar komunikasi.

Pada masa sekarang ada kecenderungan penelitian klinis (tahun 1980 an), tahun 1993
mulai berkembang pada informatika keperawatan, promosi dan teknologi. Tahun 1995 1999
muncul model keperawatan berbasis komunitas. Dari sejarah tentang evolusi riset
keperawatan bahwa keperawatan komunitas baru muncul pada masa sekarang.

Pada masa lalu paradigma yang digunakan adalah paradigma sakit, yaitu tindakan yang
berperan adalah upaya kuratif. Dulu bermunculan banyaknya "dokter kecil" dan "mantri
keliling" yang melaksanakan kuratif, berdasarkan tenaga medis yang bisa menjangkau
masyarakat. Saat sekarang tenaga perawat sangatlah banyak, hampir separuh tenaga perawat
adalah perawat komunitas. Paradigma sakit telah bergeser pada paradigma sehat dimana
promotif dan pencegahan lebih dari upaya kuratif. Tujuannya tidak lain untuk menumbuhkan
kemandirian kepada masyarakat. Sekiranya pada masa sekarang masih ada perawat
komunitas yang masih menekankan pada upaya kuratif.

Upaya perawatan komunitas baik dulu maupun sekarang haruslah sesuai dengan standar
keilmuan pada masa masing-masing dan dapat memuaskan penerima upaya perawatan jika
2
ingin dikatakan bemutu dan berkualitas. Dapat diketahui bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan,perbedaan pendidikan, waktu dan pergeseran paradigma dari sakit menjadi sehat
mempengaruhi perbedan keperawatan komunitas saat dulu dan sekarang.

2.2.1. Zaman / Era Keperawatan Komunitas

1. Empirical Health Era (Sebelum tahun 1850)

Pendekatan lebih kearah penjelasan gejala yang dikeluhkan pasien yang berorientasi
pada gejala penyakit yang ditimbulkan.

2. Basic Science Era (Tahun 1850-1900)

Orientasi ilmu kesehatan yang meliputi:

a. Pendidikan kesehatan

b. Pelayanan kesehatan

c. Penelitian kesehatan.

Mulai berkembang kearah penyebab kejadian penyakit yang dibuktikan secura


laboratories.

3. Clinical Science Era (1900-1950)

Dalam perkembangan selanjutnya dari

a. Pendidikan kesehatan

b. Pelayanan kesehatan

c. Penelitian kesehatan

Agar tahu bagaimana cara:

• Mendiagnosis individu

• Mengobati individu

• Memulihkan individu

Berorientasi kepada yang menderita sakit (patient oriented)

3
4.Public Health ScienceEra (1950- sekarang)

Mulai dikembangkan kesehatan masyarakat dalam pelayanan kesehatan yang tidak


hanya melayani orang sakit saja tetapi juga kepada bagaimana:

a. Mencegah penyakit (kuratif)

b. Meningkatkan status kesehatan dari orang yang masih sehat

5. Political Health Science Era (sekarang - masa yang akan datang)

Merupakan perkembangan terakhir dari ilmu kesehatan masyarakat. Menggunakan


konsep pendekatan terhadap semua penduduk (individu, keluarga, komunitas
masyarakat). Masalah luas yang merupakan suatu masalah.

a. Lingkungan

b. Pelayanan kesehatan

c. Perilaku.

d. Keturunan

Juga melibatkan sektor lain (lintas sektoral)

2.2.2. Perkembangan keperawatan kesehatan komunitas di Indonesia:

1. Pasca perang kemerdekaan


Pelayanan preventif mulai dilakukan gunamelengkapiupaya (pelayanan) kuratif serta
lahirnya konsep Bandung Plan sebagai embrio lahirmya Puskesmas.
2. Tahun 1960
Terbitnya UU Pokok Kesehatan No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan
"Tiap-tiap warga Negara berhak mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan
wajib diikutsertakan dalam kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah"
3. Pelita I
Dimulai pelayanan kesehatan melalui puskesmas
4. Pelita II
Mulai timbulnya kesadaran untuk keterlibatan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan

4
5. Pelita III
Menekankan kepada pendekatan kesistem, pendekatan masyarakat, kerjasama lintas
program dan lintas sektoral, peran serta masyarakat, menekankan pada pendekatan
promotif dan preventif
6. Pelita IV
Prioritas menurunkan tingkat kematian bayi, anak dan ibu serta menekan tingkat
kelahiran, dan menyelenggarakan posyandu di setiap desa.
7. Pelita V
Upaya peningkatan mutu posyandu (Panca Krida Posyandu serta Sapta Krida Posyandu)
8. Menjelang tahun 2000
Pergeseran visi di Indonesia yang pada awalnya paradigmasakit menjadi paradigma
sehat.

Sejarah perkembangan keperawatan kesehatan komunitas tidak dapat dipisahkan dari


perkembangan ilmu kesehatan dan perkembangan keperawatan secara umum.
Sejarahperkembangan keperawatan kesehatan komunitas di Indonesia memang tidak banyak
catatan tentang itu, dan juga tidak dapat di pisahkan dari perkembangan kesehatan secara
umum.

2.3 Prinsip Keperawatan Komunitas


Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar
bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan
manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat
dan kerugian (Mubarak, 2009).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan
lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan
utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).

5
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau tindakan sesuai
dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2009).
5. Otonomi Klien
Otonomi klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada
(Mubarak, 2009).

2.4. Teori dan Model Konseptual dalam Keperawatan Komunitas


2.4.1. Teori dan Model Konseptual Hildegard Peplau
Pemaparan ini menunjukkan bahwa teori Hildegard E. Peplau(1952) berfokus pada
individu, perawat dan proses interaktif yang menghasilkan hubungan antara perawat dan
klien. Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan, dan
keperawatan adalah proses interpersonal dan terapeutik. Artinya suatu hasil proses kerja sama
manusia dengan manusia lainnya supaya menjadi sehat atau tetap sehat (hubungan antar
manusia). Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan untuk
membantu klien mencapai kematangan perkembangan kepribadian. Oleh sebab itu, perawat
berupaya mengembangkan hubungan perawat dan klien melalui peran yang diembannya
(nara sumber, konselor, dan wali).

Adapun kerangka kerja praktik dari teori Peplau memaparkan bahwa keperawatan
adalah proses yang penting, terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan berpartisipasi dalam
menyusun struktur system asuhan kesehatan untuk menfasilitasi kondisi yang alami dari
kecenderungan manusia untuk mengembangkan hubungan interpersonal.

Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau menjelaskan
tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar
hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah
kecemasan yang terjadi akibat sakit (sumber kesulitan), dan proses interpersonal.

1. Klien
Sistem dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis,
interpersonal dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhannya dan
mengintegrasikan belajar pengalaman. Klien adalah subjek yang langsung
dipengaruhi oleh adanya proses interpersonal.

6
2. Perawat
Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan
pasien yang bersifat partisipatif, sedangkan pasien mengendalikan isi yang menjadi
tujuan. Hal ini berarti dalam hubungannya dengan pasien, perawat berperan sebagai
mitra kerja, pendidik, narasumber, pengasuh pengganti, pemimpin dan konselor
sesuai dengan fase proses interpersonal.
Pendidikan atau pematangan tujuan yang dimaksud untuk meningkatkan
gerakan yang progresif dan kepribadian seseorang dalam berkreasi, membangun,
menghasilkan pribadi dan cara hidup bermasyarakat.

Perawat mempunyai 6 peran sebagai berikut :

a. Orang asing (Stanger),


Menerima klien dengan cara yang sama ketika bertemu orang lain dalam situasi
kehidupan lain yang menyebabkan adanya suasana penerimaan yang membangun
kepercayaan. Mitra kerja, berbagi rasa hormat dan minat yang positif pada pasien.
Perawat menghadapi klien seperti tamu yang dikenalkan pada situasi baru.
Sebagai mitra kerja, Hubungan P-K merupakan hubungan yang memerlukan kerja
sama yang harmonis atas dasar kemitraan sehingga perlu dibina rasa saling
percaya, saling mengasihi dan menghargai.
b. Nara sumber (resources person)
Memberikan jawaban yang spesifik terhadap pertanyaan tentang masalah yang
lebih luas dan selanjutnya mengarah pada area permasalahan yang memerlukan
bantuan. perawat mampu memberikan informasi yang akurat, jelas dan rasional
kepada klien dalam suasana bersahabat dan akrab.
c. Pendidik (teacher)
Merupakan kombinasi dari semua peran yang lain. Perawat harus berupaya
memberikan pendidikan, pelatihan, dan bimbingan pada klien/keluarga terutama
dalam megatasi masalah kesehatan.
d. Kepemimpinan (leadership)
Mengembangkan hubungan yang demokratis sehingga merangsang individu
untuk berperan. Perawat harus mampu memimpin klien/keluarga untuk
memecahkan masalah kesehatan melalui proses kerja sama dan partisipasi aktif
klien.

7
e. Pengasuh pengganti (surrogate)
Membantu individu belajar tentang keunikan tiap manusia sehingga dapat
mengatasi konflik interpersonal. Perawat merupakan individu yang dipercaya
klien untuk berperan sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna
membantu memenuhi kebutuhannya.
f. Konselor (consellor)
Meningkatkan pengalaman individu menuju keadaan sehat yaitu kehidupan yang
kreatif, konstruktif dan produktif. Perawat harus dapat memberikan bimbingan
terhadap masalah klien sehingga pemecahan masalah akan mudah dilakukan.
3. Sumber kesulitan
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman
interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi
dengan orang lain mengancam keamanan psikologi dan biologi individu. Dalam
model peplau ansietas merupakan konsep yang berperan penting karena berkaitan
langsung dengan kondisi sakit. Dalam keadaan sakit biasanya tingkat ansietas
meningkat. Oleh karena itu perawat pada saat ini harus mengkaji tingkat ansietas
klien. Berkurangnya ansietas menunjukkan bahwa kondisi klien semakin membaik.

4. Proses Interpersonal
Dalam ilmu komunikasi, proses interpersonal didefinisikan sebagai proses
interaksi secara simultan dengan orang lain dan saling pengaruh-mempengaruhi satu
dengan lainnya, biasanya dengan tujuan untuk membina suatu hubungan. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan
klien ini menggambarkan metode transpormasi energi atau ansietas klien oleh perawat
yang terdiri dari 4 fase yaitu :

a. Fase orientasi
Lebih difokuskan untuk membantu pasien menyadari ketersediaan bantuan dan
rasa percaya terhadap kemampuan perawat untuk berperan serta secara efektif
dalam pemberian askep pada klien. Tahap ini ditandai dimana perawat
melakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi
pengumpulan data.
b. Fase identifikasi
Terjadi ketika perawat memfasilitasi ekspresi perilaku pasien dan memberikan
asuhan keperawatan yang tanpa penolakan diri perawat memungkinkan
pengalaman menderita sakit sebagai suatu kesempatan untuk mengorientasi
8
kembali perasaan dan menguatkan bagian yang positif dan kepribadian pasien.
Respon pasien pada fase identifikasi dapat berupa :
 Pasrtisipan mandiri dalam hubungannya dengan perawat.
 Individu mandiri terpisah dari perawat.
 Individu yang tak berdaya dan sangat tergantung pada perawat.
c. Fase eksplorasi
Memungkinkan suatu situasi dimana pasien dapat merasakan nilai hubungan
sesuai pandangan/persepsinya terhadap situasi. Fase ini merupakan inti hubungan
dalam proses interpersonal. Dalam fase ini perawat membantu klien dalam
memberikan gambaran kondisi klien dan seluruh aspek yang terlibat didalamnya.
d. Fase resolusi
Secara bertahap pasien melepaskan diri dari perawat. Resolusi ini memungkinkan
penguatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan menyalurkan
energi ke arah realisasi potensi.

Keempat fase tersebut merupakan rangkaian proses pengembangan dimana perawat


membimbing pasien dari rasa ketergantungan yang tinggi menjadi interaksi yang
saling tergantung dalam lingkungan sosial. Artinya seorang perawat berusaha
mendorong kemandirian pasien.

 Implementasi Teori Peplau


Pada awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai bentuk
keprihatinannya terhadap praktik keperawatan “Custodial Care”, sehingga sebagai
perawat jiwa, melalui tulisannya ia kemudian mempublikasikan teorinya mengenai
hubungan interpersonal dalam keperawatan. Dimana dalam memberikan asuhan
keperawatan ditekankan pada perawatan yang bersifat terapeutik.

Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien mencari
bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis pelayanan
yang tersedia. Dengan berkembangnya hubungan antara perawat dan klien bersama-
sama mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian masalahnya. Dari
hubungan ini klien mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan pelayanan yang
tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan perawat membantu klien dalam hal
menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan masalah kesehatannya.
9
Teori peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan kolaborasi perawat
klien membentuk suatu “kekuatan mendewasakan” melalui hubugan interpersonal yang
efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan klien. Ketika kebutuhan dasar telah
diatasi, kebutuhan yang baru mungkin muncul. Hubungan interpesonal perawat klien
digambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih seperti berikut ini orientasi,
identifikasi, penjelasan dan resolusi.

Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik


keperawatan jiwa. Penelitian keperawatan tentang kecemasan, empati, instrument
perilaku, dan instrument untuk mengevaluasi respon verbal dihasilkan dari model
konseptual Peplau.

 Teori Interpersonal dan Proses Keperawatan


1. Keduanya berfokus pada hubungan terapeutic.
2. Keduanya menggunakan teknik pemecahan masalah kolaborasi perawat dan pasien,
dengan tujuan akhir pemenuhan kebutuhan pasien.
3. Keduanya observasi komunikasi dan recoding sebagai peralatan dasar yang
disediakan oleh perawat.

 Implementasi Teori Hildegard E. Peplau Dalam Keperawatan Komunitas


1. Menurut Peplau, tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan
membantu klien mencapai kematangan perkembangan kepribadian, hal ini
membantu individu (klien) untuk mampu berinteraksi dalam komunitas atau
lingkungan sosialnya.
2. Peplau mengemukakan 7 peran perawat, ini dapat digunakan oleh perawat dalam
beriteraksi dengan masyarakat ( komunitas).
3. Perawat sebagai orang asing (stranger) akan menerima klien dengan cara yang sama
dan tidak membeda-bedakan klien terutama dalam komunitas.
4. Perawat sebagai mitra kerja akan membantu dalam membangunn kerja sama antara
perawat dan masyarakat dalam komunitas.
5. Perawat sebagai nara sumber akan membantu masyarakat dalam pemberian
informasi, terutama yang berhubungan dengan kesehatan.
6. Perawat sebagai nara sumber akan memberikan pendidikan, pelatihan dan bimbingan
kepada masyarakat (komunitas).

10
7. Perawat sebagai konselor akan membantu masyarakat dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat dan memberikan jalan keluar dari
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat terumata berkaitan dengan kesehatan.
8. Proses interpersonal yang dikemukakan Peplau akan sangat membantu perawat
dalam menjalin hubungan dengan masyarakat.

2.4.2. Teori dan Model Konseptual Lydia E. Hall


Lydia E. Hall memperkenalkan 3 teori lingkaran keperawatan dimana masing-masing
lingkaran menunjukkan proses keperawatannya. Yang pertama menunjukkan tentang
kepedulian (care), kedua inti (core), dan yang ketiga keperawatan (cure).

1. Lingkaran Kepedulian (care)


Pada lingkaran kepedulian ini perawat yang professional akan menyediakan
kebutuhan pasien baik secara jasmani maupun rohani. Ketika kepedulian (care)
berfungsi perawat menerapkan pengetahuan yang alami dan ilmu pengetahuan biologi
yang menjadi dasar ilmu keperawatan yang kuat. Perawat harus menciptakan suasana
yang nyaman pada diri pasien, sehingga pasien itu menganggap perawat sebagai
penghibur dan pemberi kenyamanan.

2. Lingkaran inti (core)


Perawat yang profesional dalam hubungannya dengan pasien bias membantu
pasien untuk menyatakan perasaan/penyakit yang dideritanya. Intinya perawatharus
mempedulikan pasien untuk kesembuhannya.Perawat yang professional dengan
menggunakan tehnik berhadapan/berhubungan langsung dengan pasien guna untuk
melihat status kesehatan sekarang dan yang akan datang.

3. Lingkaran keperawatan (cure)


Kepedulian perawat terhadap pasien yang didasarkan pada ilmu pengetahuan
cara pengobatan suatu penyakit. Perawat yang professional adalah perawat yang bisa
membantu si pasien agar cepat sembuh sehingga dapat meringankan beban keluarga.

 Teori Hall dan 4 konsep utama


Proses keperawatan yang dikenalkan meliputi hubungan antara manusia, kesehatan,
bersosialisasi dengan lingkungan dan keperawatan. Uraiannya dapat dijelaskan seperti
dibawah ini.

11
1. Manusia atau seseorang yang berusia 16 tahun atau lebih yang mengalami suatu
penyakit membutuhkan bantuan/proses keperawatan yang lebih. Individu ini
membutuhkan motifasi dari semua keluarganya agar cepat sembuh.
2. Kesehatan yang optimal dapat dilihat dari perilaku manusia itu sendiri
3. Konsep lingkungan masyarakat yang dihadapkan dengan hubungan individu
akan menciptakan kesehatan yang merata dan menyeluruh.
4. Proses keperawatan berhubungan dengan (kepedulian, inti, dan keperawatan).
Tujuan utama adalah untuk mencapai suatu hubungan antara individu dengan
individu lain/antara perawat dengan pasien.

 Teori Lydia E. Hall Dan Proses Keperawatan


Hall memberikan motivasi pada pasien demi proses penyembuhan. Aspek ini meliputi
5 proses keperawatan yaitu: penilaian, diagnosis, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
1. Tahap penilaian meliputi tentang status kesehatan individu atau pasien. Menurut
teori Hall proses pengumpulan data ditujukan demi kepentingan kesehatan
pasien dibandingkan demi kepentingan perawat. Pengumpulan data ini harus
mengarah pada peningkatan kesehatan individu.
2. Tahap yang kedua adalah diagnosa keperawatan, dimana perawat mengamati
penyakit pasien sehingga dapat mengetahui penyakit yang dideritanya. Sehingga
proses penyembuhannya akan lebih muda.
3. Perencanaan melibatkan prioritas utama pada pasien. Peran perawat adalah
membantu pasien menjadi sadar dan mengerti akan pentingnya kesehatan bagi
kehidupannya. Inti dari perencanaan ini untuk membantu pasien menjadi lebih
mengerti dengan kebutuhan, perasaan dan motivasi. Perawat bekerja sama
dengan pasien untuk mencapai kesembuhan dengan pengobatan medis.
4. Implementasi melibatkan institusi rencana kerja yang nyata. Tahap ini adalah
merupakan tahap memberikan pelayanan yang nyata antara perawat dengan
pasien yang meliputi memandikan pasien, membalut luka, makan, memberikan
kebutuhan kenyamanan dan lain-lain. Perawat juga membantu pasien dan
keluarga untuk memahami dan menerapkan rencana yang medis.
5. Evaluasi adalah suatu proses untuk melihat kemajuan kondisi kesehatan pada
pasien. Tahap proses evaluasi diarahkan kepada berhasil atau tidaknya pasien
dalam mencapai suatu kesehatan.

12
Hall berpendapat proses keperawatan merupakan istilah yang digunakan dalam
menentukan permasalahan klien, keluarga dan perawat agar dapat dipecahkan, di
mana antara perawatan dan pengobatan terjadi interaksi dalam menentukan masalah
klien.

 Implementasi Teori Lydia E. Hall Dalam Keperawatan Komunitas


1. Sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Hall, yaitu 3 teori lingkaran menunjukkan
pentingnya peran perawat dalam keperawatan komunitas, terutama dalam membantu
proses penyembuhan masyarakat.
2. Lingkaran kepedulian (care), menunjukkan kepedulian perawat kepada masyarakat,
terutama terhadap masalah-masalah kesehatan yang berkembang dalam masyarakat,
dan memberikan informasi dan bimbingan kepada masyarakat dalam mencari solusi
dari permasalahan yang di hadapi masyarakat.
3. Lingkaran inti (core), perawat sebagai inti dari lingkaran masyarakat (komunitas),
perawat sebagai tempat yang menampung seluruh aspirasi masyarakat dan keluhan-
keluhan masyarakat terumata tentang masalah kesehatan.
4. Lingkaran keperawatan (cure), pentingnya peran perawat dalam proses kesembuhan
klien dan membantu perawatan klien yang dilakukan diluar lingkungan rumah sakit,
yaitu perawatan dalam masyarakat (perewatan rumah).

2.4.3. Teori dan Model Konseptual Ernestine Weidenbach

 Konsep dan Definisi


Wiedenbach mendefinisikan kunci umum yang digunakan dalam praktik keperawatan. 

The patient (Pasien)


 Semua individu yang menerima beberapa jenis pertolongan mungkin
perawatan, instruksi atau nasehat dari anggota profesi kesehatan atau dari
pekerja di bidang kesehatan.
 Pasien adalan semua orang yang sudah masuk sistem perawatan kesehatan
dan sedang menerima beberapa jenis pertolongan seperti perawatan,
pendidikan, atau nasehat.
 Pasien tidak akan menjadi sakit sejak seseoran menerima pendidikan yang
berhungan dengan kesehatan yang akan mengqualify sebagai seorang
pasien.

13
A need-for-help ( Kebutuhan akan Pertolongan)
 A need-for-help didefinisikan sebagai sebuah ukuran keinginan bagi
pasien yang mempunyai potensi untuk mengembalikan atau menambah
kemampuan untuk mempertahankan diri dari berbagai macam situasi
kehidupan yang mengakibatkan efek kesehatan dan kesejahteraan.
 Sangat penting bagi profesi keperawatan bahwa kebutuhan akan
pertolongan bisa berdasarkan persepsi individu dari situasinya sendiri.

Nurse (Perawat)
 Perawat adalah fungsi kemanusiaan
 Perawat tidak hanya bertindak, tetapi memikirkan dan merasakannya juga

Knowledge (Pengetahuan)
 Knowledge meliputi semua yang berhubungan dan dipahami oleh
pemikiran manusia.
 Knowledge dapat berupa:
o Fakta
o spekulasi
o praktik

Judgment (Penilaian)
 Clinical Judgment(penilaian klinik) mewakili persamaan perawat untuk
membuat keputusan.
 Keputusan dibuat berdasarkan perbedaan fakta dari asumsi dan hubungan
sebab akibatnya.
 Judgment adalah hasil dari fungsi kedisiplinan pemikiran dan emosi, dan
meningkatkan dengan menambah ilmu pengetahuan dan menambah
kejelasan dari tujuan.

Nursing Skills (Keterampilan Perawat)


 Nursing Skills membawa kepada pencapaian spersifik pasien-tujuan pusat
lebih baik dari melengkapi keterampilan skill itu sendiri menjadi tujuan
akhir.

14
 Skill dibuat dari variasi tindakan dan karakteristik dari harmoni
pergerakan, presisi, dan efektivitas penggunaan diri perawat.

Person (Orang)
 Masing-masing orang (perawat atau pasien), dilengkapi dengan potensi
yang unik untuk mengengembangkan sumber dasar diri.
 Orang biasanya tunduk kepada kebebasan dan pemenuhan tanggung
jawab
 aktualisasi diri dan penerimaan diri adalah inti dari integritas personal
dan penghargaan diri.
 Apapun yang dilakukan oleh individu pada setiap kesempatan yang
diberikan mewakili penilaian terbaik yang tersedia untuk orang
tersebut pada saat itu.

KEY ELEMENTS (Elemen Kunci)


Wiedenbach mengemukakan 4 elemen keperawatan klinik 
1. The Philosophy (filosofi)
 Filosofi perawat adalah tingkah laku dan kepercayaan mereka tentang
hidup dan bagaimana efeknya bagi mereka
 Wiedenbach percaya bahwa ada 3 komponen inti yang berhubungan
dengan filosofi perawat:
Referensi kehidupan
Penghargaan pada martabat, nilai, otonomi dan induviality yang
dimiliki masing-masing orang
Resolusi untuk bertindak secara personal dan dengan
profesional membangun kepercayaan.
2. The Purpose (Tujuan)
 Tujuan perawat adalah yang diinginkan perawat untuk menyelesaikan
apa yang ia lakukan. 
 Itu adalah semua kegiatan langsung untuk semua kebaikan pasien.
3. The Practice (Praktik)
 Practice adalah tindakan observasi perawat yang menimbulkan
kepercayaan dan perasaan tentang kebutuhan pasien akan
pertolongan. 
15
4. The Art (Seni)
 Seni keperawatan meliputi of nursing includes
Mengerti kebutuhan dan kepentingan pasien
Pengembangan tujuan dan tindakan penghargan untuk
menambah kemampuan pasien
Aktivitas langsung yang berhubung dengan rencana kesehatan
untuk meningkatkan kondisi pasien.
 Keperawatan juga fokus pada pencegahan komplikasi yang
berhubungan pada kekambuhan atau pengembangan dari
kepentingan yang baru.

 Imlementasi Teori Ernestine Weidenbach Dalam Keperawatan Komunitas


1. Menurut Weidenbach yang menerima perawatan adalah masyarakat (komunitas)
2. Perawat membantu masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya.
3. Perawat membantu masyarakat untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan.
4. Perawat memberikan pendidikan pada masyarakat agar tidak menjadi sakit.
5. Philosofi sangat dibutuhkan oleh perawat dalam menjalin hubungan yang baik
dengan masyarakat.
6. Perawat harus mempunyai tujuan (purpose) dalam menjalankan tugasnya yaitu
membantu masyarakat dalam menghadapi permasalahan kesehatan yang dihadapi.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keperawatan komunitas yang membantu untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar
keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi
berbagai masalah keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari ( Ferry Efendi
dan Makhfudli, 2009).

Keperawatan komunitas lebih menekankan pada upaya peningkatan kesehatan dan


pencegahan penyakit gangguan kesehatan tidak melupakan upaya pengobatan-pengobatan,
perawatan, serta pemulihan bagi yang menderita penyakit atau pengobatan pemulihan
terhadap penyakit (Wahit Iqbal dkk, 2011). Dari penjelasan diatas maka kelompok membahas
membahas konsep dasar keperawatan kounitas.

Beberapa pengertian keperawatan komunitas diatas dapat dapat disimpulkan bahwa


keperawatan komunitas merupakan suatu penerapan asuhan keperawatan yang memadukan
ilmu keperawatan dan kesehatan masyarakat dalam melibatkan dukungan dan peran aktif
masyarakat dalam melaksanakan pelayanan preventif dan kuratif secara komprehensif tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.

Tujuan umum asuhan keperawatan komunitas adalah meningkatkan kemampuan


masyarakat dalam memelihara kesehatannya sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang
optimal, yang berarti masyarakat tidak hanya terbebas dari penyakit namun mampu produktif
sampai usia senja.

3.2 Saran

Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan pelayanan terhadap


pengaruh lingkunngan (bio-psiko-sosial-cultural-spritual) terhadap kesehatan komunitas dan
memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan pencegahan.

Semoga dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi pembaca
tentang konsep dasar keperawatan komunitas.

17
Daftar Pustaka
Kartiningrum, dkk. 2017. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas. Mojokerto: STIKes
Majapahit

Harnilawati. 2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Diponegoro: Pustaka As Salam

https://id.scribd.com/document/130804278/Tugas-Individu-Sejarah-dan-tantangan-
keperawatan-komunitas

https://www.academia.edu/31113993/
BAB_II_LANDASAN_TEORI_2_1_Keperawatan_Komunitas_2_1_1_Pengertian_Keperaw
atan_Komunitas

https://fdokumen.com/download/teori-dan-model-konseptual-keperawatan-komunitas

18

Anda mungkin juga menyukai