Anda di halaman 1dari 11

Menurut Spradly (1985), Logan dan Dawkin (1987) Keperawatan kesehatan komunitas

adalah pelayanan perawatan professional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan
kepada kelompok risiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan pendekatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melubatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pelayanan keperawtan.

2.1.2. Program Pembinaan Kesehatan Komunitas


Proses pelayanan kesehatan dan kualitas pelayanan berkaitan dengan ketersediaan sarana
kesehatan yang terdiri dari (Puskesmas, Balai Pengobatan), pelayanan rujukan (Rumah Sakit),
Ketersediaan tenaga kesehatan, peralatan dan obat-obatan. Secara operasiaonal pelaksanaan
pelyanan kesehatan komunitas dalam organisasi pemerintah daerah menjadi beban tugas dan
wewenang dari Dinas Kesehatan. Karena itu, Dinas Kesehatan memiliki tujuan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat dan menjadikannya lebih efisien, efektif serta
dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kondisi tersebut sudah sesua dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 951/Menkes/SK/VI/2000 yaitu: “Tujuan
pembangunan kesehatan adalah untuk neningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang yang optimal”.
Program kesehatan masyarakat, meliputi:
 Pembinaan gizi masyarakat
 Pembinaan kesehatan keluarga
 Pembinaan upaya kesehatan kerja dan olah raga
 Dukungan mananjemen
 Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
 Penyehatan lingkungan

1. Konsep dan Fungsi Puskesmas


Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerja (Effendi, 2009).
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya lingkungan sehat. Keberadaan puskesmas juga berfungsi sebagai pusat
penggerak pembangunan yang berwawasan kesehatan.
Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau sebagian
dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi dan keadaan
infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja
puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu
ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas
pembantu dan puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu
juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan. Puskesmas di
ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan
puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi puskesmas kelurahan dan
juga mempunyai fungsi koordinasi (Effendi, 2009).
Menurut Trihono (2005) ada 3 (tiga) fungsi puskesmas yaitu: pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan yang berarti puskesmas selalu berupaya
menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung
pembangunan kesehatan. selain itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak
kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus
untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan.

2. Gizi dalam Masyarakat


Adanya pencapaian MDGs untuk menanggulangi kemiskinan dan kelaparan
menjadikan suatu tantangan yang harus dihadapi di Indonesia, hal ini sesuai dengan
penelitian yang menyebutkan bahwa tantangan utama pencapaian MDGs bidang kesehatan
adalah bagaimana pemerintah dapat menerjemahkan komitmen dan kebijakan intervensi
efektif yang sudah tersedia menjadi program rutin pelayanan kesehatan yang dapat
langsung menyentuh masyarakat, terutama mereka yang paling membutuhkan, yaitu
masyarakat miskin (Utomo, 2011).
Pihak pemerintah masih perlu meningkatkan upaya kesehatan yang
berkesinambungan karena keadaan sosial ekonomi terutama pada penduduk miskin yang
mendasari terjadinya kurang gizi yang masih menjadi ancaman. Sehingga Dinas Kesehatan
perlu melaksanakan Program Perbaikan Gizi Masyarakat khususnya Pemantauan
Pertumbuhan Balita yang keberhasilannya dapat diukur dari beberapa kegiatan, meliputi
cakupan K/S yaitu indikator untuk menggambarkan persentase balita yang mempunyai
Kartu Menuju Sehat (KMS) atau buku KIA.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 141:
a. Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perorangan dan masyarakat.
b. Pelayanan gizi adalah suatu upaya memperbaiki atau meningkatkan makanan,
dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, simpulan,
anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka
mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.
c. Upaya perbaikan gizi dilakukan pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam
kandungan sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan:
 Bayi dan balita;
 Remaja perempuan; dan
 Ibu hamil dan ibu menyusui.
d. Peningkatan mutu gizi dilakukan melalui:
 Perbaikan pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi seimbang;
 Perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik dan kesehatan;
 Peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi
 Peningkatan sistem kewaspadaan pangan dan gizi;
 Penanganan kekurangan energi protein (KEP), anemia zat besi,
gangguan akibat kekurangan zat yodium dan kekurangan vitamin
e. Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung
jawab terhadap pendidikan dan informasi yang benar tentang gizi kepada
masyarakat.
f. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota bertanggung
jawab atas pemenuhan kecukupan gizi keluarga miskin dan dalam situasi
darurat.
g. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dan
masyarakat melakukan upaya untuk mencapai status gizi yang baik, termasuk
dalam pemenuhan kecukupan gizi keluarga miskin dan penanggulangan gizi
buruk dengan mendirikan pusat atau unit pemulihan gizi.
h. Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis upaya perbaikan gizi.
3. Pengembangan Kota Sehat
Kota sehat merupakan kondisi kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk
dihuni oleh masyarakat. Hal ini dapat terselenggara melalui penerapan tatanan dengan
kegiatan yang terintegrasi yang disepakati oleh pemerintah daerah dan masyarakat. Di
antara kegiatan yang dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dan forum yang
diselenggarakan oleh pemerintah kota sebagai wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan
aspirasi mereka serta ikut berpartisipasi. Forum ini berperan dalam menentukan arah,
perencanaan, dan prioritas guna mewujudkan wilayah yang aman, nyaman, bersih, dan
sehat oleh seluruh masyarakat.
Tatanan kota sehat dikelompokkan berdasarkan kawasan dan permasalahan
khusus, yang terdiri dari:
 Kawasan pemukiman, sarana dan prasarana umum,
 Kawasan sarana lalu lintas tertib dan pelayanan transportasi
 Kawasan pertambangan sehat
 Kawasan hutan sehat
 Kawasan industry dan perkotaan
 Kawasan pariwisata sehat
 Ketahanan pangan dan gizi
 Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri
 Kehidupan sosial yang sehat

Pemerintah melalui Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri


Kesehatan No. 34 Tahun 2005 dan No.1138/Menkes/PB/VIII/2005 tanggal 3 Agustus
2005 menetapkan pedoman penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. yang berupaya
untuk menciptakan dan meningkatkan kualitas lingkungan baik fisik, sosial, budaya,
mengembangkan ekonomi masyarakat dengan mengembangkan potensi-potensi
masyarakat dengan cara memberdayakan fungsi-fungsi kehidupan dalam membangun
potensi maksimal suatu kota/desa.

2.2. Gizi Dalam Masyarakat


2.2.1. Pengertian
Gizi kesehatan masyarakat adalah kesehatan gizi yang mengacu pada cabang populasi
terfokus kesehatan masyarakat yang memantau diet, status gizi dan kesehatan, dan program
pangan dan gizi, dan memberikan peran kepemimpinan dalam menerapkan publik kesehatan
prinsip-prinsip untuk kegiatan yang mengarah pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
melalui pengembangan kebijakan dan perubahan lingkungan.

Program pembinaan kesehatan komunitas adalah untuk membimbing masyarakat untuk


lebih mandiri dalam bidang kesehatan.

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian


masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat
merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat
dibidang kesehatan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah
kesehatan yang ada di lingkungannya (Mardikanto, 2014).

2.2.2. Program Pembinaan Gizi Masyarakat


1. Edukasi Gizi
a. Tujuan: mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat mengacu padaPedoman
Gizi Seimbang (PGS) dan sesuai dengan risiko/masalah gizi.
b. Sasaran: kelompok dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
c. Lokasi: Posyandu, Pusling, Institusi Pendidikan, Kegiatan Keagamaan, KelasIbu, Kelas
Balita, Upaya Kesehatan Kerja (UKK), dll.
d. Fungsi tenaga gizi puskesmas dalam edukasi gizi disesuaikan dengan siatuasidan
kondisi serta berkoordinasi dengan tim penyuluhan di puskesmas misalnya tenaga
promosi kesehatan.Pelaksanaan edukasi gizi dilakukan dengan:
1) Merencanakan kegiatan edukasi diwilayah kerja Puskesmas

2) Membuat jadwal kegiatan

3) Merencanakan dan membuat materi edukasi yang akan disampaikan oleh


masyarakat termasuk pre test dan post test

4) Menyajikan materi edukasi kepada masyarakat

5) Memberikan pembinaan kepada kader agar mampu melakukan pendididkan gizi


di Posyandu dan msyarakat luas
6) Memberikan pendidikan gizi secara langsung di UKBM, Institusi
pendidikan,peretemuan keagaaman dan pertemuan-pertemuan lainnya.

7) Melakukan diskusi/tanya jawab dengan peserta

8) Melakukan evaluasi hasil pre test dan post test

9) Menyusun laporan hasil kegiatan pelaksanaan dan pendidikan


gizi diwilayahkerja puskesmas.

2. Konseling Asi Ekslusif


a. Tujuan: meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku keluarga sehingga bayibaru lahir
segera diberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan meneruskan ASIEksklusif
sampai bayi berusia 6 bulan. Sejak usia 6 bulan disamping meneruskan ASI mulai
diperkenalkan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), selanjutnya tetapmeneruskan
ASI dan MP-ASI sesuai kelompok usia sampai usia 24 bulan.
b. Sasaran: ibu hamil dan keluarga/ibu yang mempunyai anak usia 0-24 bulan.
3.Konseling Gizi melalui Pos pembinaan Terpadu Penyakit tidak menular
a. Tujuan: mencegah dan mengendalikan factor risiko PTM berbasis masyarakat sesuai
dengan sumber daya dan kebiasaan masyrakat agar masyarakat dapat mawas diri
(awareness) terhadap factor risiko PTM.
b. Sasaran: masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia > 15 tahun.
c. Konseling gizi dilakukan dengan tahapan :
1) Menyiapkanmateri konseling gizi yang akan disampaikan kepada masyarakat
seputar Penyakit Tidak Menular (seperti diet untuk penyakit yang tergolong PTM)
2) Menyediakan media yang akan digunakan saat konseling gizi
3) Menyediakan form atau catatan asuhan gizi pasien
4) Mengisi form atau catatan asuhan gizi pasien
5) Melakukan konseling gizi sesuai dengan materi atau topik permasalahan pasien
dengan menggunakan alat bantu media penyuluhan
6) Membuka sesi diskusi/tanya jawab untuk pasien
7) Pasien diminta untuk mengulangi inti materi yang disampaikan oleh Ahli gizi
sebagai bahan untuk mengevaluasi pengetahuan dan pemahaman pasien seputar
diet yang akan dijalankan
8) Membuat evaluasi hasil kegiatan
9) Membuat laporan hasil kegiatan
d. Target dari kegiatan konseling gizi : dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat
dalam mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM dengan menerapkan Diet
terkait penyakit PTM yang diderita sehingga dapat merubah sikap dan perilaku (pola
makan) agar sesuai dengan diet yang harus dijalani sehingga dapat mempertahankan
atau meningkatkan kondisi kesehatan menjadi lebih baik dan mencegah adanya
komplikasi penyakit lainnya.
4. Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (PGBM)
Pemulihan gizi berbasis masyarakat merupakan upaya yang dilakukan masyarakat untuk
mengatasi masalah gizi yang dihadapi dengan dibantuoleh tenaga gizi puskesmas dan tenaga
kesehatan lainnya.Pendirian PGBM tergantung kepada besaran masalah gizi di daerah.Dalam
pelaksanaan PGBM dapat merujuk kepada besaran masalah gizi di daerah.Dalam pelaksanaan
PGBM dapat merujuk buku pedoman pelayanan gizi buruk Kementerian Kesehatan 2011.
a. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan status gizi balita
b. Sasaran kegiatan ini adalah balita BGM dan balita gizi buruk tanpa komplikasi
c. Target dalam kegiatan Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat adalah Semua Balita
Gizi Buruk mendapatkan penanganan dan perawatan melalui program Pemulihan
Gizi Berbasis Masyarakat sehingga dapat meningkatkan kondisi kesehatan dan status
gizi balita.

2.3. Program Pengembangan Kota Sehat


2.3.1. Pengertian
Kota sehat adalah suatu kondisi dari suatu wilayah yang bersih, nyaman, aman dan sehat
untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi ekonomi masyarakat yang saling
mendukung melalui koordinasi forum kecamatan dan difasilitasi oleh sector terkait dan sinkron
dengan perencanaan masing – masing desa.

2.3.2. Program dalam Pengembangan Kota Sehat :


1. Program greenschool atau sekolah hijau merupakan pengembangan dari program kota sehat
dengan melibatkan dinas pendidikanyang berupa pengmbangan kurikulum dan pembuatan
kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan sekolah. Selain itu Dinkes kota salati
juga bekerjasama dengan Dinas Pengelola Lingkungan Hidup (DPLH) melakukan pembagian
tanaman keras dan program pelestarian tanaman langka, deprogram ini juga ditambahkan
larangan merokok.
1. Program pengendalian merokok ditempat kerja yang telah dilakukan sosialisasi program
dengan lintas sector, perusahaan swasta, kelurahan dan kecamatan, di pindok pesantren dan
surat edaran SKPD tentang pengendalian merokok.
2. Program keluarga mandiri kelola sampah merupakan program unggulan yang sudah
disosialisasikan sampai tingkat RT/RW, program ini juga membuat tempat percontohan
pengelolaan sampah rumah tangga, dan bekerjasama dengan kantor lingkungan
hidupmeberikan stimulant berupa tempat sampah dan grobag sampah.
3. Program konservasi air dan penghijauan. Melalui program ini melakukan kegiatan penanaman
pohon di, seminar air dan urbanisasi, sepeda sehat kampanye Go Green, uji kemurnian air
minum dalam kemasan yang dikonsumsi masyarakat serta penandatanganan perjanjian
kesepahaman kerjasama dalam pemeliharaan lingkungan hidup, penanaman pohon.
4. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan melakukan sosialisasi di masyarakat
sampai ketingkat RT/RW, kegiatan PSN bersama, dan penandatanganan perjanjian
kesepahaman  kerjasama  untuk mewujudkan kota salatiga bebas jentik.

BAB III

PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Program Pembinaan Kesehatan Komunitas adalah segala upaya fasilitas yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan kemampuan masyarakat dalam menemukan,
merencanakan serta memecahkan masalah menggunakan sumber daya atau potensi yang
mereka miliki dengan pendekatan pada kelompok risiko tinggi, serta pencapaian derajat
kesehatan secara optimal melalui pencegahan dan pemberian pelayanan kesehatan.
Tujuan pembangunan kesehatan sendiri adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan serta
kemampuan pola hidup sehat bagi setiap individu dengan optimal.

1.2. Saran

Diharapkan dengan adanya penjelasan makalah ini dapatmembantu pembaca


untuk memahami pengertian serta tujuan dari adanya program pembinaan kesehatan
komunitas yang diberikan kepada warga oleh pemerintah ataupun tenaga kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat. 2018. Pendekatan Program Kesehatan Masyarakat


Tahun 2018

Setyowati, Maryani., Astuti, Retno. Pemetaan Status Gizi Balita Dalam Mendukung Keberhasilan
Pencapaian Millenium Development Goals (Mdgs). Jurnal Kesehatan Masyarakat Prodi DIII
RMIK Fakultas Kesehatan. Udinus Semarang. KEMAS 10 (2) (2015) 110-121

Hapsari, Dwi. Sari H, Putri., Afifah, Tin, dan Sudani, Oster. Kajiangambaran Kebijakan
Penyelenggaraankota Sehat Pada Lima Kota Di Indonesia. Diakses di:
https://media.neliti.com/media/publications/154517-ID-gambaran-kebijakan- penyelenggaraan-
kota.pdf

Revando, Pieter. Konsep Keperawatan Kesehatan Komunitas. Diakses di:


https://www.academia.edu/36015003/KONSEP_KEPERAWATAN_
KESEHATAN_KOMUNITAS

Repository Universitas Sumatera Utara. Bab 2 Tinjauan Pustaka Definisi Puskesmas. Diakses di:
repository.usu.ac.id › bitstream › handl

Manajemen Pelayanan Kesehatan. Upaya Perbaikan Gizi. Diakses di: manajemen-


pelayanankesehatan.net › bab-v-upaya-perbaikan-gizi

Anda mungkin juga menyukai