Anda di halaman 1dari 8

RESUME KEPERAWATAN KOMUNITAS

Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas Yang Di
Ampu Oleh Dosen : Susan Susyanti, S.Kp.,M.Kes

Disusun Oleh :
Reja Sudirman
KHGC21144

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER


STIKes KARSA HUSADA GARUT
2022-2023
A. Sejarah perkembangan keperawatan komunitas
1. Di Dunia
Spradley ( 1985 ) membagi perkembangan keperawatan komunitas ( CHN ) menjadi 3
periode, yaitu :
a.Tahun 1860-1900
Direct Nursing, fokusnya adalah orang sakit yang dalam hal ekonomi
rendah ( miskin ). Alasan dibentuknya direct nursing ini adalah karena lebih
banyanya klien yang menderita penyakit terminal dan banyaknya orang miskin
yang sakit hanya dirawat dirumah saja. Orientasi direct nursing adalah keperawatan
individual.
bTahun 1900-1970
Public Health Nursing, fokusnya adalah masyarakat. Alasan dibentuknya
public health nursing ini adalah karena banyaknya keluarga miskin yang tidak
mampu membayar biaya pelayanan rumah sakit. Orientasi public health nursing adalah
keperawatan keluarga.
c. Tahun 1970-Sekarang
Community Health Nursing, fokusnya adalah seluruh komunitas. Alasan
dibentuknya community health nursing adalah karena bukan hanya keluarga miskin
yang membutuhkan pelayanan kesehatan dikomunitas, tetapi seluruh komunitas baik
kaya maupun miskin. Orientasi CHN adalah keperawatan penduduk.
2. Di Indonesia
Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Indonesia Abad Ke-16 –
Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan kolera dengan
melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
a. Tahun1807
Pemerintahan Jendral Daendels, melakukan pelatihan dukun bayi dalam praktek
persalinandalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi, tetapi tidak
berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih.
b. Tahun 1850
Diadakan pelatihan dibidang kebidananpertama oleh RS. Militer Batavia
c. Tahun 1882
Dimulainya usaha kesehatan oleh Belanda, yaitu Millitair Geness Kundege Dienst
(MDG) & Burgelyke Geness Kudige Dienst (BGD) dengan tujuan untuk
melancarkan pengobatan kepada orang Belanda pada waktu para pekerjaperkebunan
terjangkit penyakit. Selanjutnya melayani masyarakat umum(saat berdiri Rockefeller
Foundation).
d. Tahun 1888
Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung kemudian berkembang pada
tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang, surabaya, dan Yogyakarta.
Laboratorium ini menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar,
gizi dan sanitasi.
e. Tahun 1925
Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belandamengembangkan
daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan
kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan
kesakitan.
f. Tahun 1927 STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah
menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah
menjadi FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan
tenaga-tenaga (dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat
Indonesia.
g. Tahun 1930
Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan Tahun 1935 –
Dilakukan program pemberantasan pes, karena terjadi epidemi, dengan
penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.
h. Tahun 1951
Diperkenalkannya konsep Bandung Planoleh Dr.Y. Leimena dan dr.Patah (yang
kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam pelayanan
kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan, konsep ini
kemudian diadopsi oleh WHO. Gagasan inilah yang kemudian dirumuskan sebagai
konsep pengembangan system pelayanan kesehatan tingkat primer dengan
membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten di
tiap kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian
disebut Puskesmas.
i. Tahun 1952
Pelatihan intensif dukun bayi
j. Tahun 1956
Dr.Y.Sulianti mendirikan "Proyek Bekasi" sebagai proyek percontohan/model
pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat pelatihan, sebuah
model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.
k. Tahun 1967
Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu
sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah disepakatinya
sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan C.
l. Tahun 1968
Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah sistem
pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah
(Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Puskesmas disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan
pelayanan kuratif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau,
dalamwilayah kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya/kabupaten
m. Tahun 1969
Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter) dan tipe
B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa Pelita
I, dimulai programkesehatan Puskesmas di sejumlah kecamatan dari sejumlah
Kabupaten di tiap Propinsi.Kemudian Pelita II mulai dikembangkan PKMD,
sebagai bentuk operasional dari Primary Heatlh Care(PHC). Pada saat ini juga
mulai timbul kesadaran untuk keterlibatan partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan.
n. Tahun 1979 -1982
Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe Puskesmas
saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3 (sangat
baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan piranti
manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya
Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama
tim.Pada tahun 1982 dikenal sebagai masa Pelita III, dimana lahir SKN yang
menekankan pada pendekatan ke sistem, pendekatan ke masyarakat, kerjasama linta
program ( KLP ) dan lintas sektoral ( KS ), peran masyarakat dan menekankan
pada pendekatan promotif dan preventif.
o. Tahun 1984
Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana di
Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi).Dikenal sebagai masa
Pelita IV dimana PHC/PKMD diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan
tingkat kematian bayi, anak dan ibu serta menurunkan tingkat kelahirandan
menyelenggarakan posyandu di tiap desa.
p. Awal tahun 1990-an
Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kegiatan pokok .dan salah satu bentuk peran serta masyarakat adalah pelayanan
posyandu untuk ibu / balita dan lansia. Adanya masa Pelita V yang digalangkan
dengan upaya peningkatan mutu posyandu, melaksanakan panca krida posyandu
serta sapta krida posyandu.

B. Teori Dan Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas


Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep, ataudefinisi
yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejala-gejala ataufenomena-
fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep-konseptersebut dengan
maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan ataumengendalikan suatu
fenomena. !eori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagaisuatu pedoman dalam
penelitian.
1. Model Sistem Imogene M.King (1971)
Teori keperawatan model king memahami model konsep dari teori
keperawatan dengan menggunakan psistem terbuka dalam hubungan interaksi yang
konstan dengan limgkungan, sehingga King mengemukakan kkonsep kerjanya
yang meliputi adanya system personal, system interpersonal dan system sosial yang
saling berhubungan satu dengan yang lain.Menurut King system personal
merupakan system terbuka dimana di dalamnya terdapat persepsi, adanya pola
tumbuh kemban, gambaran tubuh, ruang dan waktu dari ndividu dan lingkungan,
kemudian hubungan interpersonal merupakan suatu hubungan antara perawat
dan pasien serta huhbungan sosial yang mengandung arti bahwa suatu interaksi
perawat dan pasien dalam menegakkan system sosial sesuai dengan situasi yang
ada. Melalui dasar system tersebut maka king memandang manusia merupakan
individu yang relative yakni bereaksi terhadap situasi, orang dan objek.Manusia
sebagai makhluk yang beriorentasi terhadap waktu tidak lepas dari masa lalu dan
sekarang yang dapat mempengaruhi masa yanf akan daatang dan sebagai mahluk
sosial manusia akan hidup bersama dengan orang lain yangakan berinteraksi
satu dengan yang lain.Tujuan yang ingin dicapai dari teori king (1971, 1981,
1987) berfokus pada interaksi tiga system : Sistem personal, system
interpersonal antara perawat dan klien merupakan sarana dalam pemberian
asuhan keperawatan,dimana proses interpersonal dinamis yang ditampilkan oleh
perawat dank lien di pengaruhi oleh perilaku satu dengan yang lain, demikian
juga oleh system asuhan kesehatan yang berlaku. Tujuan perawat adalah
memanmfaatkan komunikasi untuk membantu kklien dalam menciptakan
dan mempertahankan adaptasi positif terhadap lingkunganb.Model Adaptasi C.Roy
(1976)Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunikasi tujuannya
adalah untuk mempertahankan perilaku adaptif dan merubah perilaku maladaptive
pada komunitas. Adapun upaya pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah
untuk meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku
adaptif.Menurut Roy elemen dari proses keperawatan meliputi pengkajian tingkat
pertama dan kedua, diagnosa keperawatan, penentuantujuan, intervensi dan
evaluasi.Fokus dari model ini adalah adaptasi dan tujuan pengkajian adalah
mengidentifikasi tingkah laku yang actual dan potensial apakah memperlihatkan
maladaptive dan mengidentifikasi stimulus atau penyebab perilaku maladaptif.
Empat model adaptasi dapat digunakan sebagai dasar kerangka kerja untuk
pedoman pengkajian. Mode ini juga meliputi psikologis, konsep diri, fungsi peran
dan model interdependensi.
C. FUNGSI DAN ETIKA PERAWAT DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS
Fungsi perawat dalam melaksanakan tugasnya antara lain fungsi independent,
fungsi dependent dan fungsi interindependent.
a) Fungsi independent
Yaitu fungsi dimana perawat melaksanakan perannya secara sendiri, tidak
tergantung pada orang lain atau tim kesehatan lainnya. Perawaat harus dapat memberikan
bantuan terhadap adanya penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia baik bio, psiko, sosio/cultural maupun spiritual, mulai dari tingkat individu utuh,
mencakup seluruh siklus kehidupan, sampai pada tingkat masyarakat, dan juga
mencerminkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ
fungsional sampai molecular. Kegiaatan ini dilakukan dengan diprakarsai oleh perawat,
dan perawat serta bertanggung gugat atas rencana dan keputusannya.
b) Fungsi dependent
Kegiaatan ini dilakukan dan dilaksanakan oleh seorang perawat atas instruksi dari tim
kesehatan lainnya ( dokter, ahli gizi, radiologi dan lainnya ).
c) Fungsi interdependent
Fungsi ini berupa kerja tim yang sifatnya saling ketergantungan baik dalam
perawatan maupun kesehatan.
Etika keperawatan kesehatan komunitas : etika adalah pengambilan keputusan
berdasarkan moral, pengetahuan tentang hak klien dan bertanggung jawab profesi. Hak
klien atas kesehatannnya adalah merupakan hak yang bersifat alami dimana tiap
masyarakat berhak memperoleh derajat kesehaatan yang seoptimal mungkin. Hak atas
pelayanan kesehatan merupakan hak untuk mendapatkan pelayanan atas barang dan jasa
kesehatan yang berupa :
a) Hak untuk mendapatkan pelayanan yang terhormat
b) Memperoleh informasi pengobatan yang lengkap
c) Informasi untuk suatu persetujuan
d) Penolakan pengobatan
e) Minta dilayani
f) Penolakan partisipasi riset
g) Kesinambungan pelayanan
h) Informasi tentang peraturan

D. STANDAR PRAKTIK DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS


Standar praktik keperawatan merupakan acuan untuk praktik keperawatan yang
harus dicapai oleh seorang perawat, dan dikembangkan untuk membantu perawat
melakukan validasi mutu dan mengembangkan keperawatan.
Standar praktik keperawatan komunitas merupakan salah satu karakteristik profesi
perawat komunitas yang diperlukan untuk jaminan mutu praktik keperawatan komunitas
sehingga mutu asuhan keperawatan yang diberikan kepada masyarakat dapat
dipertahankan pada tingkat optimal. American Nursing Association (ANA) membagi
standar praktik keperawatan dalam 16 standar, baik bagi perawat generalisasi maupun
spesialis diantaranya :

1.      Pengkajian.
2.     Prioritas; dan diagnose komunitas.
3.      Identifikasi hasil.
4.      Perencanaan.
5.      Implementasi, terdiri dari : koordinasi, pendidikan dan promosi kesehatan,
konsultasi, aktivitas pengaturan).
6.      Evaluasi.
7.      Kualitas praktik.
8.      Pendidikan.
9.      Evaluasi praktik professional.
10.  Hubungan sejawat dan profesi lain.
11.  Kolaborasi.
12.  Etik.
13.  Penelitian.
14.  Menggunakan sumber - sumber.15.  Kepemimpinan
16.  Advokasi. 

Daftar Pustaka
Dermawan, D. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta: Gosyen Publishin
Maryani, D. 2014. Ilmu Keperawatan Komunitas. Bandung: CV Yrama Widya

Anda mungkin juga menyukai