Anda di halaman 1dari 6

KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS

DISUSUN OLEH

AYU ROHANI NAINGGOLAN

ERNAWATI LUBIS

RATNA KARUNIA SARI

ROSLIN PERAWATI SINAGA

SRI NINGSIH SITORUS

VERONIKA SUSANNA RUMAPEA

VIKKI ANDOS MAGDALENA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHAP AKADEMIK JALUR TRANSFER

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN

T.A 2020-2021
Konsep Keperawatan Komunitas

A.Pengertian Keperawatan Komunitas

Komunitas sebagai suatu kelompok sosial yang di tentukan oleh batas-batas wilayah, nilai-
nilai keyakinan dan minat yang sama, serta ada rasa saling mengenal dan interaksi antara
anggota masyarakat yang satu dan yang lainnya ( WHO,1974). Komunitas sebagai sekum
pulan orang yang saling bertukar pengalaman penting dalam hidupnya (Spradley,1985).
Komunitas sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah nyata dan
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh rasa identitas suatu komuni
tas(Koentjaraningrat,1990). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di
suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama
dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi,2007).
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai persamaan nilai
(values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografi
yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk,2006).

Keperawatan komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga (nurse health family) juga
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengindentifikasi
masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum
mereka meminta bantuan kepada orang lain (WHO,1947). Kesatuan yang unik dari praktik
keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan pada pengembangan serta peningka
tan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif
sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat(Ruth B. Freeman,1981). Suatu upaya
pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang di
laksanakan oleh perawat dengan mengikut sertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat
untuk memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga, dan masyrakat lebih tinggi. (DEP
KES, 1986 ). Pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan
penekanan pada kelompok risiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan yang penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. (Pradley,1985)

B. TUJUAN DAN FUNGSI KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Tujuan Keperawatan Komunitas

Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut :

 Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga,


dan keluarga dan kelompok dalam konteks komunitas.
 Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community
) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
mempengaruhi keluarga, individu, dan kelompok .
C. Sejarah Perkembangan Keperawatan Komunitas

I. Di Dunia Spradley ( 1985 ) membagi perkembangan keperawatan komunitas ( CHN )


menjadi 3 periode, yaitu :

 Tahun 1860-1900 Direct Nursing, fokusnya adalah orang sakit yang dalam hal
ekonomi rendah (miskin). Alasan dibentuknya direct nursing ini adalah karena lebih
banyaknya klien yang menderita penyakit terminal dan banyaknya orang miskin yang
sakit hanya dirawat dirumah. Orientasi direct nursing adalah keperawatan individual.
 Tahun 1900-1970 Public Health Nursing, fokusnya adalah masyarakat. Alasan di
bentuknya public health nursing ini adalah karena banyaknya keluarga miskin yang
tidak mampu membayar biaya pelayanan rumah sakit. Orientasi public health nursing
adalah keperawatan keluarga.
 Tahun 1970-Sekarang Community Health Nursing, fokusnya adalah seluruh komuni
tas. Alasan dibentuknya community health nursing adalah karena bukan hanya
keluarga miskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan dikomunitas, tetapi seluruh
komunitas baik kaya maupun miskin. Orientasi CHN adalah keperawatan penduduk.

II. Di Indonesia perkembangan kesehatan masyarakat

Abad Ke-16 Pemerintahan Belanda mengadakan upaya pemberantasan cacar dan


kolera dengan melakukan upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Tahun1807 Pemerintahan Jendral Daendels, melakukan pelatihan dukun bayi dalam
praktek persalinan dalam rangka upaya penurunan angka kematian bayi, tetapi tidak
berlangsung lama karena langkanya tenaga pelatih.
Tahun 1850 Diadakan pelatihan dibidang kebidanan pertama oleh RS Militer
Batavia.
Tahun 1882 Dimulainya usaha kesehatan oleh Belanda, yaitu Millitair Geness Kunde
ge Dienst (MDG) & Burgelyke Geness Kudige Dienst(BGD) dengan tujuan untuk me
lancarkan pengobatan kepada orang Belanda pada waktu para pekerja perkebunan ter
jangkit penyakit. Selanjutnya melayani masyarakat umum(saat berdiri Rockefeller
Foundation).
Tahun 1888 Berdiri pusat laboratorium kedokteran di Bandung, kemudian berkem
bang pada tahun-tahun berikutnya di Medan, Semarang, surabaya dan Yogyakarta.
Laboratorium ini menunjang pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar,
gizi dan sanitasi.
Tahun 1925 Hydrich, seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda mengembang
kan daerah percontohan dengan melakukan propaganda (pendidikan) penyuluhan
kesehatan di Purwokerto, Banyumas, karena tingginya angka kematian dan kesakitan.
Tahun 1927 STOVIA (sekolah untuk pendidikan dokter pribumi) berubah menjadi
sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya UI tahun 1947 berubah menjadi
FKUI. Sekolah dokter tersebut punya andil besar dalam menghasilkan tenaga-tenaga
(dokter-dokter) yang mengembangkan kesehatan masyarakat Indonesia.
Tahun 1930 Pendaftaran dukun bayi sebagai penolong dan perawatan persalinan
Tahun 1935 Dilakukan program pemberantasan pes karena terjadi epidemi, dengan
penyemprotan DDT dan vaksinasi massal.
Tahun 1951 Diperkenalkannya konsep Bandung Planoleh Dr.Y. Leimena dan dr.
Patah (yang kemudian dikenal dengan Patah-Leimena), yang intinya bahwa dalam
pelayanan kesehatan masyarakat, aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan,
konsep ini kemudian diadopsi oleh WHO. Gagasan inilah yang kemudian dirumuskan
sebagai konsep pengembangan sistem pelayanan kesehatan tingkat primer dengan
membentuk unit-unit organisasi fungsional dari Dinas Kesehatan Kabupaten ditiap
kecamatan yang mulai dikembangkan sejak tahun 1969/1970 dan kemudian disebut
Puskesmas.
Tahun 1952 Pelatihan intensif dukun bayi
Tahun 1956 Dr.Y.Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” sebagai proyek
percontohan /model pelayanan bagi pengembangan kesehatan masyarakat dan pusat
pelatihan, se buah model keterpaduan antara pelayanan kesehatan pedesaan dan
pelayanan medis.
Tahun 1967 Seminar membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat
terpadu sesuai dengan masyarakat Indonesia. Kesimpulan seminar ini adalah disepa
katinya sistem Puskesmas yang terdiri dari Puskesmas tipe A, tipe B, dan C.
Tahun 1968 Rapat Kerja Kesehatan Nasional, dicetuskan bahwa Puskesmas adalah
sistem pelayanan kesehatan terpadu, yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah
(Depkes) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas
disepakati sebagai suatu unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kura
tif dan preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau, dalam wilayah
kerja kecamatan atau sebagian kecamatan di kotamadya/ kabupaten.
Tahun 1969 Sistem Puskesmas disepakati dua saja, yaitu tipe A (dikepalai dokter)
dan tipe B (dikelola paramedis). Pada tahun 1969-1974 yang dikenal dengan masa
Pelita I, dimulai program kesehatan Puskesmas disejumlah kecamatan dari sejumlah
Kabupaten ditiap Propinsi. Kemudian Pelita II mulai dikembangkan PKMD, sebagai
bentuk operasional dari Primary Heatlh Care(PHC). Pada saat ini juga mulai timbul
kesadaran untuk keterlibatan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan.
Tahun 1979 -1982 Tidak dibedakan antara Puskesmas A atau B, hanya ada satu tipe
Puskesmas saja, yang dikepalai seorang dokter dengan stratifikasi puskesmas ada 3
(sangat baik, rata-rata dan standard). Selanjutnya Puskesmas dilengkapi dengan
piranti manajerial yang lain, yaitu Micro Planning untuk perencanaan, dan Lokakarya
Mini (LokMin) untuk pengorganisasian kegiatan dan pengembangan kerjasama tim.
Pada tahun 1982 dikenal sebagai masa Pelita III, dimana lahir SKN yang menekankan
pada pendekatan ke sistem, pendekatan ke masyarakat, kerjasama lintas program
( KLP) dan lintas sektoral (KS), peran masyarakat dan menekankan pada pendekatan
promotif dan preventif.
Tahun 1984 Dikembangkan program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana
di Puskesmas (KIA, KB, Gizi, Penaggulangan Diare, Immunisasi). Dikenal sebagai
masa Pelita IV dimana PHC/PKMD diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan
tingkat kematian bayi, anak dan ibu serta menurunkan tingkat kelahiran dan menye
lenggarakan posyandu di tiap desa.
Awal tahun 1990-an Puskesmas menjelma menjadi kesatuan organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
memberdayakan peran serta masyarakat, selain memberikan pelayanan secara menye
luruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok dan salah satu bentuk peran serta masyarakat adalah pelayanan posyandu
untuk ibu/ balita dan lansia. Adanya masa Pelita V yang digalangkan dengan upaya
peningkatan mutu posyandu, melaksanakan panca krida posyandu serta sapta krida
posyandu.

D. Prinsip Keperawatan Komunitas

 Kemanfaatan dimana semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan


manfaat yang besar bagi komunitas.
 Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama dengan klien
dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama
lintas program dan lintas sektoral.
 Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan,
lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan
utama peningkatan kesehatan.
 Pelayanan keperawatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan dimana
tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komuni
tas itu sendiri, prinsip yang lainnnya.
 Otonomi dimana klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksa
nakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.

Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu :

1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat.


2. Sasaran terdiri dari, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk masyarakat.
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya promotif dan
preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah
menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang dituangkan dalam proses
keperawatan.
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah dimasyarakat dan bukan di
rumah sakit.
7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan bakan yang sakit maupun yang sehat.
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan perilaku hidup
sehat masyarakat.
9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkatkan fungsi kehidupan
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin.
10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja secara tim.
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan komunitas digunakan untuk
kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, melayani masyarakat yang
sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang tidak berobat ke puskesmas, pasien yang
baru kembali dari rumah sakit.
12. Kunjungan rumah sangat penting.
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama.
14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem pelayanan
kesehatan yang ada.
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan di institusi pelayanan kesehatan yaitu
puskesmas, institusi seperti sekolah, panti, dan lainnya dimana keluarga sebagai unit
pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai