Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rista Bela

NIM : 2019.C.11a.1026
Prodi : S1 Keperawatan Tkt 3 A
Mata Kuliah : Keperawatan Komunitas
Dosen Pengampu : Amiya Kristina, Ns., M.Kep

Resume
1. Sejarah perkembangan keperawatan komunitas di Indonesia
Perkembangan kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai pada abad ke-16, Yaitu
dimulai dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang sangat
ditakuti oleh masyarakat. Penyakit kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan pada
tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor. Selanjutnya Tahun 1948 cacar masuk ke Indonesia
mulai melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia, sehingga berawal dari
wabah kolera tersebut pemerintah Belanda melakukan upaya upaya kesehatan
masyarakat. Gubernur Jenderal Daendels pada tahun 1807 telah melakukan upaya
pelatihan dukun bayi dalam praktik. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan
tingkat kematian bayi yang tinggi. Namun, Upaya ini tidak bertahan lama akibat
kankernya tenaga pelatih kebidanan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai
dengan didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan. Pada
tahun 1851 berdiri Sekolah dokter jawa oleh dokter Bosch dan dokter Bleeker kepala
pelayanan kesehatan sipil dan militer Indonesia. Sekolah ini dikenal dengan nama stovia
atau sekolah pendidikan dokter pribumi. Pada tahun 1913, didirikan Sekolah dokter ke-2
di Surabaya dengan nama Nias. pada tahun 1947, stovia berubah menjadi fakultas
kedokteran Universitas Indonesia.
a. periode pertama (1882)
Dimulainya usaha kesehatan oleh Belanda yaitu Millitair Geness
Kundenge (MDG ) dan Burgelyke Geness Kudige Dienst (BGD). Dengan tujuan
untuk melancarkan pengobatan kepada orang Belanda pada waktu para pekerja
perkebunan terjangkit penyakit. Kemudian berkembang melayani para pekerja
perkebunan tersebut. Selanjutnya melayani masyarakat umum (saat berdiri
rockefeller Foundation).
b. Periode kedua(zaman penjajahan Jepang)
Dikenal adanya Dinas Kesehatan Masyarakat atau dienst Van De Volks
Genzonhey (DVG). Sebagai pengganti, BGD bertugas melaksanakan usaha
dibidang preventif dan kuratif. Kedua usaha ini tidak ada hubungannya dan
masing-masing berjalan sendiri.
c. Periode ketiga
Dimulai setelah Indonesia merdeka (Bandung plan) disusun suatu rencana
kesehatan masyarakat, bertujuan untuk menyatukan upaya kuratif dan preventif.
Pelaksanaannya diserahkan kepada Inspektur kesehatan Jawa Barat dipimpin oleh
Dr. H. A. patah. Selanjutnya menyusun pilot project usaha kesehatan masyarakat
yang kemudian berkembang menjadi konsep Puskesmas.
2. Perkembangan keperawatan kesehatan komunitas di Indonesia
a. Pasca perang kemerdekaan pelayanan preventif mulai dipikirkan guna melengkapi
upaya (pelayanan) kuratif, serta lahirnya konsep Bandung plan sebagai embrio
dari konsep Puskesmas.
b. Tahun 1960
Terbit undang-undang pokok Kesehatan Nomor 9 tahun 1960 tentang pokok-
pokok kesehatan "tiap-tiap warga negara berhak mencapai kesehatan yang
setinggi-tingginya dan wajib diikutsertakan dalam kegiatan yang diselenggarakan
oleh pemerintah".
c. Pelita I
Dimulai Pelayanan Kesehatan melalui Puskesmas.
d. Pelita II
Mulai dikembangkan PKMD, sebagai bentuk operasional dari primary health care
(PHC).
e. Pelita III
Lahir skn tahun 1982 menekankan pada:
● Pendekatan ke sistem
● pendekatan ke masyarakat
● Kerjasama lintas program (KLP) dan lintas sektoral (KS)
● Peran serta masyarakat
● Menekankan pada pendekatan promotif dan preventif
f. Pelita IV
PHC/ PKMD diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan tingkat kematian
bayi, anak dan ibu serta menurunkan tingkat kelahiran, dan menyelenggarakan
Posyandu di tiap desa.
g. Pelita V
Dijalankan dengan upaya peningkatan mutu Posyandu, melaksanakan Panca
Krida Posyandu serta saptakrida posyandu.
h. Menjelang tahun 2000 (tahun 1998)
Pergeseran visi pembangunan kesehatan di Indonesia, yang semua menganut
paradigma sakit menjadi paradigma sehat. Visi pembangunan kesehatan dewasa
ini adalah "Indonesia sehat 2010" dengan misi sebagai berikut
1. Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
2. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3. Memelihara dan meningkatkan yankes yang bermutu merata dan
terjangkau
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu keluarga, masyarakat
dan lingkungan.
3. Periode perkembangan keperawatan komunitas dan kesehatan masyarakat
1. Periode sebelum 1963
Perkembangan keperawatan komunitas di Indonesia dimulai pada abad ke 16
yaitu dimulai dengan adanya upaya pemberantasan penyakit cacar dan kolera yang
sangat di takuti oleh masyarakat pada saat itu.penyakit kolera masuk ke Indonesia
tahun 1927, dan pada tahun 1937 terjadi wabah kolera. Selanjutnya 1948, penyakit
cacar masuk dan mulai berkembang diindonesia, sehingga berawal dari wabah kolera
tersebut pemerintah belanda melaukan upaya-upaya kesehatan masyarakat dengan
melatih manteri cacar yakni pendidikan sekolah dasar di tambah pelatihan. Gubernur
jendral Deandles pada tahun 1807 telah melakukan upaya pelatihan dukun bayi
dalam praktek persalinan. Upaya ini dilakukan dalam rangka menurunkan angka
kematian bayi yang tinggi. Namun upaya ini tidak bertahan lama akibat langkanya
pelatih bidan. Baru kemudian di tahun 1930, program ini dimulai lagi dengan
didaftarkannya para dukun bayi sebagai penolong dan perawat persalinan.
Selain itu perkembangan kesehatan masyarakat diindonesia juga ditandai
dengan berdirinya pusat laboratorium dibandung tahun 1888, tahun 1938
laboratorium ini berubah menjadi lembaga EKYMAN. Selanjutnya laboratorium
laboratorium lain juga didirikan di kota kota seperti semarang, medan, Makassar,
Surabaya, dan Yogyakarta dalam rangka menunjang pemberantasan penyakit
malaria, lepra, cacar serta penyakit lainnyabahkan lembaga gizi dan sanitasi juga
didirikan. Pada tahun 1922, penyakit pes masuk ke Indonesia dan tahun 1933- 1935
penyakit ini menjadi epidemis dibeberapa tempat terutama di pulau jawa. Pada tahun
1935 dilakukan program penyakit pes dengan cara melakukan pneyemprotan ddt
terhadap rumah rumah penduduk dan vaksinasi missal. Tercatat sampai tahun 1941,
15 juta orang telah divaksinasi. Pada tahun 1925 Hydrich seorang petugas kesehatan
pemerintah belanda melakukan pengamatan terhadap masalah tingginya angka
kematian dan kesakitan dibayumas purwokerto. Dari hasil pengamatan dan
analisisnya, disimpulkan bahawa tingginya angka kematian dan kesakitan di kedua
daeah tersebut dikarenakan buruknya kondisi sanitasi lingkungan, masyarakat buang
air besar disembarang tempat, dan penggunaan air minum dari sungai yang telah
tercemar. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa rendahnya sanitasi lingkungan
dikarenakan perilaku penduduk yang kurang baik, sehingga Hydrich memulai upaya
kesehatan masyarakat dengan mengembangkan daerah percontohan, yaitu dengan
cara melakukan promosi dengan mengenai pendidikan kesehatan. Sampai sekarang
usaha Hydrich ini dianggap sebagai awal kesehatan masyarakat di Indonesia
(Mubarak, cayatin dan santoso, 2013 dalam Mary A. nies, McEWEN Melanie, 2017)
2. Periode 1963-1983
Pada bulan November 1967, dilakukan seminar yang membahas dan
merumuskan progam kesehatan masyarakat terpadu sesuai denga kondisi dan
kemampuan masyarakat Indonesia yaitu mengenai konsep puskesmas yag dipaparkan
oleh Dr. ahmad dipoldiligo yang mengacu pada konsep bandung dan proyek bekasi.
Dalam seminar ini telah di simpulakan dan di sepakati mengenai sistem puskesmas
yang terdiri dari tipe A, B, C akhirnya pada tahu 1968 dalam rapat kerja kesehatan
nasional dicetuskan bahwa puskesmas merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan
terpadu, yang kemudian dikembang oleh pemerintah dalam hal ini departemen
kesehatan RI, menjadi pusat pelayanan kesehatan masyarakat (Mubarak, cayatin dan
santoso, 2013 dalam Mary A. nies, McEWEN Melanie, 2017). Pada tahun 1980
ditetapkan perkesmas sebagai salah satu program pokok puskesma. Puskesmas
disepakati sebagai unit pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kuratif dan
preventif secara terpadu, menyeluruh dan mudah dijangkau dalam wilayah kerja
kecamatan. Sebagai ini terdepan pembagunan kesehatan, puskesmas diharapkan
selalu tegas, selalu siap melayani masyarakat. Untuk itu diperkenalkanlah program
untuk selalu menguatkan puskesmas. Di Negara berkembang seperti Indonesia
fasilitas kesehatan berlandaskan masyarakat dirasakan lebih efektif dan penting.
Pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu strategi intervensi pelayanan kesehatan
masyarakat di Indonesia. Departemen kesehatan telah membuat usaha intesif untuk
membangun puskesmas yang kemudian dimasukan kedalam master plan untuk
operasi penguatan pelayanan kesehatan nasional. Pada tahun 1969 sistem puskesmas
hanya disepakati 2 yaitu puskesmas tipe A yang dikelola oleh dokter dan puskesmas
tipe B yang di kelola oleh seorang perawat atau bidan. Sampai tahun 2002, jumlah
puskesmas di Indonesia mencapai 7.309. hal ini berarti 3,6 puskesmas per 100.000
penduduk atau satu puskesmas melayani sekitar 28.144 penduduk.
3. Periode 1983-2013
Pada tahun 1984, tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi dengan
berkembangnya program paket terpadu kesehatan dan keluarga berencana yang
mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, gizi penanggulangan
penyakit diare,dan imunisasi. Pada tahun 1992-1996 digunakan proses keperawatan
sebagai pemdekatan, asuhan keperawatan dilakukan terintegrasi dengan program lain
dan sebagai jabatan fungsional perawat di puskesmas (Mubarak, cayatin dan santoso,
2013 dalam Mary A. nies, McEWEN Melanie, 2017). Puskesmas dijadikan program
pokok puskesmas yang wajib dilaksanakan di puskesmas. Namun pada tahun 2006
dengan adanya restruktur puskesmas dengn penyederhanaan program dari 17
program pokok puskesmas menjadi 6 program pokok puskesmas dan dapat pula
dilaksanakan sebagai program pengembangan di puskesmas. Selanjutnya, kembali
dilakukan restruktur puskesmas pada tahun 2014 dengan dikeluarkan permenkes
no.75 tahun 2014 tentang puskesmas, sehingga perkesmas diposisikan sebagai upaya
yang harus dilaksanakan disetiap puskesmas untuk terlaksananya program esensial.
Pengembangan kesehatan di Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih
memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembanguan kesehatan
masyarakat dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan
partisipasi masyarakat yang diharapkan. Msekipun didalam UU no.23 tahun 1992
tentang kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan
masyarakat salah satunya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerintah maupun berbagai pihak yang
memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunnan kesehatan masyarakat
termasuk perawat spesialis komunitas, perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif
agar berbagai program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan
berkesinambungan (Mubarak, cayatin dan santoso, 2013 dalam Mary A. nies,
McEWEN Melanie, 2017).
4. Bentuk-Bentuk Pendekatan Dan Partisipasi Masyarakat
a. Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu secara
sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan dimana masyarakat dapat
sekaligus memperoleh pelayanan KB dan kesehatan. Posyandu dipandang sangat
bermanfaat bagi masyarakat namaun keberadaannya di masyarakat kurang
berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi
posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan posyandu
untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi
dan kesehatan ibu dan anak. Tujuan pokok penyelenggaraan posyandu adalah
untuk: 1 Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, 2 Meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, 3 Mempercepat penerimaan
NKKBS, 4 Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan
hidup sehat, 5 Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk
berdasarkan letak geografi,6 Meningkatkan dan pembinaan peran serta
masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha kesehatan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai