Anda di halaman 1dari 10

PERAWATAN PALIATIF BERBASIS KOLABORASI TIM:

CRITICAL REVIEW
Raisa Farida Kafil1, Henny Susana Mediani2
1
Mahasiswa Pascasarjana Keperawatan Medikal Bedah Universitas Padjadjaran,
raisa.farida.kafil@gmail.com
2
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran
1,2
Gedung Rumah Sakit Pendidikan UNPAD, Jalan Eyckman No.38 Bandung

ABSTRAK

Pasien paliatif seringkali menghadapi berbagai macam permasalahan dengan gejala yang spesifik dari tiap
penyakitnya. Kolaborasi tim diasosiasikan dengan peningkatan outcome perawatan terutama dalam
perawatan pasien dengan kondisi medis yang kompleks. Tujuan dari critical review ini adalah untuk menarik
sebuah kesimpulan berdasarkan temuan evidence-based yang membahas tentang efektivitas intervensi
berbasis kolaborasi tim pada tatanan perawatan paliatif. Metode yang digunakan dalam artikel ini adalah
critical review dari beberapa penelitian Randomized Controlled Trial (RCT). Database bibliografi
terkomputerisasi dicari mulai dari tahun 2005-2015 dengan kombinasi kata kunci Team-based collaborative,
Interdisciplinary team, Multidisciplinary team, Palliative, dan Palliative care. Artikel direview oleh dua
orang untuk mengkaji kualitas penelitian. Enam artikel yang melibatkan 1.327 responden ini membahas
tentang pendekatan multidisiplin dan interdisiplin dalam pengelolaan penyakit kronis di setting paliatif.
Walaupun kedua pendekatan tersebut mampu meningkatkan outcome pasien berupa penurunan gejala
penyakit, depresi, LOS, dan biaya kesehatan, namun adanya fragmentasi rencana perawatan pasien pada
pendekatan tim multidisiplin menyebabkan kurang efektifnya intervesi yang diberikan dan mungkin saja
merugikan pasien atau keluarga. Review ini menyimpulkan bahwa tim interdisiplin lebih direkomendasikan
jika dibandingkan dengan tim multidisiplin karena mampu menciptakan lingkungan perawatan patient-
centered-care, membangun lingkungan kerja yang kondusif, dengan waktu dan total biaya perawatan yang
optimal. Selain itu, pendekatan interdisiplin mampu memenuhi prinsip perawatan yang efektif, yaitu adanya
komunikasi efektif, kolaborasi, dan koordinasi.

Kata kunci: interdisiplin, kolaborasi, multidisiplin,


paliatif
integrasi perawatan di berbagai
PENDAHULUAN
pelayanan kesehatan (WHO, 2011).
Perawatan paliatif merupakan sebuah
Pergeseran pola penyakit dari
pendekatan yang bertujuan untuk
penyakit menular menuju penyakit tidak
meningkatkan kualitas hidup pasien dan
menular dalam beberapa dekade terakhir
keluarga dalam menghadapi masalah
secara signifikan meningkatkan angka
yang berkaitan dengan penyakit yang
mortalitas dan morbiditas penyakit.
mengancam jiwa, melalui upaya
Kematian yang terjadi lebih diakibatkan
pencegahan dan pengelolaan gejala
karena penyakit kronis maupun multiple
secara holistik, mencakup masalah fisik,
organ failure (WHO, 2004). Sekitar 4600
psikososial dan spiritual. (World Health
pasien mengalami nyeri, 3400 pasien
Organization [WHO], 2015). Dahulu,
mengalami gejala pernafasan, dan 1900
perawatan paliatif cenderung terpusat
pasien mengalami gejala muntah atau
pada pasien kanker di setting Rumah
mual pada akhir kehidupannya. Dalam
Sakit, namun saat ini terjadi perluasan
beberapa kasus, kondisi tersebut akan

mengarah pada progresifitas penyakit (Higginson, Edmonds, Viterbori,


yang membutuhkan perawatan paliatif Costantini, & Cox, 2004). Apabila kondisi
tersebut tidak dapat ditangani, maka hal didapatkan tersebut bukan hanya bagi
ini dikaitkan dengan peningkatan beban pasien atau caregiver, namun juga bagi
yang signifikan lainnya seperti praktisi maupun institusi pelayanan
peningkatan stressor fisik dan psikis, kesehatan (Leclerc et al., 2014).
depresi, serta penurunan kualitas hidup. Meskipun beberapa studi melaporkan
Terbatasnya EBP di area ini bahwa pendekatan ini dapat
memberikan tantangan tersendiri bagi meningkatkan outcome pasien, terdapat
para peneliti untuk merancang model kelemahan metodologis yang signifikan
perawatan paliatif yang optimal (Krouse, sehingga hasil penelitian sulit untuk
2008). Beberapa model perawatan pasien digeneralisasi (Brumley et al., 2007).
paliatif ditawarkan untuk meningkatkan Berdasarkan pertimbangan tersebut maka
interaksi antar disiplin profesi kesehatan, penulis tertarik untuk melakukan sebuah
salah satunya perawatan berbasis tim. review yang membahas tentang
Model ini diasosiasikan dengan efektivitas intervensi berbasis kolaborasi
peningkatan outcome perawatan terutama tim pada tatanan perawatan paliatif.
dalam perawatan pasien dengan kondisi
medis yang kompleks (Wen & Schulman, METODE PENELITIAN
2014). Beberapa kriteria penelitian yang
Boon, Verhoef, O'Hara, dan Findlay dilakukan dalam review ini:
(2004) menawarkan 7 model perawatan Tipe penelitian:
pasien yang berkelanjutan, yaitu bersifat Artikel ini merupakan sebuah critical
paralel, konsultatif, kolaboratif, review dari beberapa penelitian RCT.
terkoordinasi, multidisipliner, Critical review merupakan sebuah telaah
interdisipliner, dan terintegrasi. formal menggunakan beberapa metode
Kolaborasi berbagai perspektif dalam berfikir kritis seperti logika, ringkasan
perawatan kesehatan memberikan akurat, analisis, argumen, atau evaluasi
manfaat yang beragam, baik dari segi informasi dari sebuah artikel (Aysem,
pengetahuan maupun pengalaman 2009). Dalam penulisannya, penulis
(Mitchell et al., 2012). Manfaat yang menggunakan panduan dari Cochrane
Handbook for Systematic reviews of
Interventions 4.2.6 yang dipublikasikan
oleh The Cochrane Library.
Tipe partisipan pelayanan kesehatan.
Penulis melibatkan partisipan dewasa Tipe intervensi
(usia ≥ 18 tahun) yang membutuhkan Penulis mengikutsertakan penelitian
perawatan paliatif di berbagai setting yang membahas tentang kolaborasi
beberapa disiplin profesi kesehatan. Strategi Pencarian:
Pendekatan multidisipin dan interdisipin ScienceDirect, Emerald, ProQuest,
dimasukkan dalam review ini karena dan SpringerLink merupakan database
beberapa hasil temuan penelitian yang digunakan dalam critical review ini.
sebelumnya memaparkan adanya korelasi Kata kunci yang digunakan adalah Team-
positif terhadap outcome pasien. based collaborative, Interdisciplinary
Tipe outcome team, Multidisciplinary team, Palliative,
Outcome primer dan Palliative care. Kata kunci tersebut
- Symptom control (termasuk saling dikombinasikan agar tercapai hasil
keparahan gejala yang dirasakan pencarian yang spesifik. Pencarian
pasien) dilakukan pada bulan Agustus 2015 yang
- Kepuasan terhadap perawatan mempertimbangkan batasan publikasi
- Length of stay (LOS) artikel pada tahun 2005 hingga 2015.
Outcome sekunder Artikel yang didapat kemudian
- Biaya perawatan diidentifikasi terkait penggunaan RCT
- Kepatuhan pengobatan sebagai rancangan penelitiannya Peneliti
- Tingkat kekambuhan juga mencari sumber diluar database
Apabila dalam satu artikel memuat yang mampu mendukung hasil temuan
hanya salah satu outcome yang artikel tersebut.
digunakan, penulis tetap mengambil Pengumpulan dan analisis data
artikel tersebut untuk dimasukkan dalam Dua orang reviewer (RFK dan HSM)
kriteria inklusi. melakukan penilaian terhadap screening
atrikel sesuai dengan kriteria inklusi yang
telah ditetapkan. Perbedaan opini akan
diselesaikan dengan diskusi antar kedua
belah pihak reviewer. Dalam tahap ini,
penulis mendokumentasikan seluruh
artikel yang masuk dalam kriteria inklusi
maupun eksklusi.
HASIL
Deskripsi artikel yang dimasukkan dalam review

Gambar 1. PRISMA Flow Diagram of Trial Selection Process for the Systematic Review.
Total hasil penelusuran artikel dengan
desain, sampel dan keterkaitan dengan
kata kunci yang telah ditentukan adalah
implikasi keperawatan maka terpilih 6
3.988 artikel, dengan rincian
artikel, 3 artikel yang membahas tentang
ScienceDirect sejumlah 1.988 artikel,
kolaborasi multidisiplin dalam perawatan
ProQuest sejumlah 568 artikel,
paliatif (Preen et al., 2005: Lemstra &
SpringerLink sejumlah 1.304 artikel,
Olszynski, 2005: Chock et al., 2013), dan
Emerald sejumlah 116 artikel, dan
3 artikel yang membahas tentang
sumber lain sebanyak 12 artikel.
kolaborasi interdisiplin dalam perawatan
Didapatkan 196 artikel melalui pemilihan
paliatif (Brumley et al., 2007: Gade et
judul dan menjadi 92 artikel melalui
al., 2008: Amris et al., 2014).
screening kesesuaian dengan tujuan
review. Sebanyak 86 artikel
Kolaborasi multidisiplin dalam
dieksklusikan karena tidak memenuhi perawatan paliatif
kriteria yang ditentukan; partisipan bukan Chock et al., (2013) melakukan
merupakan pasien dengan indikasi penelitian yang bertujuan untuk
perawatan paliatif, intervensi yang mengukur efektifitas intervensi
diberikan tidak mencakup adanya multidisiplin terhadap peningkatan 5
kolaborasi disiplin kesehatan, serta desain domain mayor dalam kualitas hidup
yang digunakan bukan merupakan RCT. (fungsi kognitif, fisik, emosi, spiritual,
Setelah skrining lebih lanjut sesuai dan sosial) pada pasien kanker tahap

lanjut dengan persentasi harapan hidup terhadap intervensi yang diberikan.


0%-50%. Lima puluh empat responden Kelompok intervensi menerima terapi
dirandomisasi secara terkomputerisasi fisik, sesi diskusi, dukungan dan refleksi
spiritual, serta sesi relaksasi yang secara signifikan meningkatkan kualitas
diberikan oleh tim multidisiplin selama 2- hidup mental (p=0.003), namun tidak
4 minggu yang terdiri atas 90 menit signifikan pada kualitas hidup fisik
intervensi. Hasil penelitian menunjukkan (p=0.45).
bahwa terdapat peningkatan kualitas Lemstra & Olszynski (2005)
hidup secara keseluruhan pada responden melakukan penelitian yang bertujuan
lansia (LASA 74.4 vs. 62.9, p=0.040), untuk mengetahui efektivitas rehabilitasi
peningkatan kesejahteraan sosial (FACT- multidisiplin pada pasien fibromyalgia
G 91.1 vs. 83.3, p=0.045), dan penurunan yang melibatkan 79 responden,
gejala emosi/amarah (POMS anger– dirandomisasi secara terkomputerisasi
hostility 95.0 vs. 86.4, p=0.028). menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
Penelitian serupa juga dilakukan oleh intervensi (n=43) dan kelompok kontrol
Preen et al., (2005), dimana tujuan dari (n=36). Kelompok intervensi terdiri atas
penelitian ini adalah untuk mengetahui terapi rheumatologi dan fisik, sesi latihan
efektivitas dari discharge care plan oleh tersupervisi, edukasi, dan terapi massage.
tim multidisiplin pada pasien dengan Hasil penelitian menunjukkan adanya
gejala kardiorespiratori kronis. Penelitian perbedaan yang signifikan terhadap
ini melibatkan 189 responden yang perceived self-health status (p=0.000),
dirandomisasi menjadi kelompok penurunan intensitas nyeri (p=0.019),
intervensi (n=91) dan kelompok kontrol penurunan skor Pain Disability Index
(n=98). Kelompok intevensi menerima (PDI) (p=0.012), skor Beck Depression
discharge care plan sesuai dengan the Index (BDI) (p=0.047) dan durasi
Australian Enhanced Primary Care perawatan (p=0.002) dibandingkan
Package yang selanjutnya dipulangkan ke dengan kelompok kontrol.
komunitas untuk dikaji lebih lanjut oleh
tim pekerja sosial. Hasil penelitian Kolaborasi interdisiplin dalam
menunjukkan bahwa discharge care plan perawatan paliatif
yang dilakukan secara multidisiplin, Gade et al., (2008) dalam
penelitiannya, menilai efektivitas
Interdisciplinary Palliative Care Service
(IPCS) terhadap kepuasan pasien,
outcome klinis, dan biaya selama 6 bulan
perawatan. Penelitian ini melibatkan 517
responden (kelompok intervensi; n=158,

kelompok kontrol; n=138). Tim sosial, dan rohaniwan) bertemu dengan


interdisiplin (dokter, perawat, pekerja pasien atau keluarga untuk membuat
perencanaan pengelolaan gejala, dijalaninya. Hasil penelitian
pembuatan diagnosis, prognosis, dan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
tujuan perawatan. Hasil penelitian yang signifikan pada skor AMPS (group
menunjukkan skor yang lebih tinggi pada mean difference: 0.20 [95% confidence
Care Experience Scale (IPCS: 6.9 vs UC: interval (CI): 0.09 to 0.31] dan ADL
6,6, p=0,04) bagi dokter dan perawat, (0,20 [95% CI: 0,12-0,27] p<.0001),
skor Other Care Providers sedangkan tidak ada perbedaan pada skor
Communication Scale (IPCS: 8.3 vs UC: SF-36 MCS (1,14 [95% CI: 1,52-3,81],
7.5, p=0.0004), frekuensi re-admisi di p=0,40) yang diamati.
ICU (12 versus 21, p=0.04), dan biaya Selanjutnya, Brumley et al., (2007)
perawatan yang lebih rendah; $4,855 per melakukan penelitian yang bertujuan
pasien (p=0.001). Kelompok IPCS untuk menentukan efektivitas In-Home
menunjukkan rata-rata LOS yang lebih Palliative Care oleh tim interdisipin
lama (24 hari vs 12 hari, p=0,04). terhadap beberapa outcome, yaitu
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh kepuasan pasien, biaya perawatan, dan
Amris et al., (2005), bertujuan untuk proporsi pasien yang meninggal di
menilai efek rehabilitasi interdisiplin rumah. Penelitian ini melibatkan pasien
terhadap outcome fungsional dan terminal (n=297) dengan prognosis masa
psikologis pada pasien dengan nyeri hidup ≤ 1 tahun, yang dirandomisasi
kronis menyebar. Responden yang kedalam kelompok intervensi (n=145)
terlibat dalam penelitian ini adalah 191 dan kelompok kontrol (n=152). Intervensi
pasien yang dirandomisasi kedalam yaitu berupa In-Home Palliative Care
kelompok intervensi (n=96) dan yang dikombinasikan dengan perawatan
kelompok kontrol (n=95). Kelompok standard oleh tim interdidipliner. Hasil
intervensi menerima perawatan interaktif penelitian menunjukkan bahwa terjadi
menggunakan pendekatan partisipatif, peningkatan yang signifikan pada tingkat
yang terdiri atas kombinasi edukasi dan kepuasan terhadap perawatan pada hari
diskusi kelompok, serta pedoman ke-30 dan 90 (p<.05), penurunan
terstruktur terhadap pengobatan yang kunjungan instalasi gawat darurat (p=.01)
dan frekuensi hospitalisasi (p<.001),
sehingga biaya perawatan secara
signifikan lebih rendah pada kelompok
intervensi (p=.03).

PEMBAHASAN yang mengancam jiwa tanpa kemungkinan


Pasien paliatif didefinisikan sebagai perbaikan prognosis melalui perawatan
individu dengan progresifitas penyakit medis optimal (Mechelen, 2012). Istilah
tim multidisiplin dan interdisiplin telah juga mampu meningkatkan kualitas hidup
digunakan dalam perawatan kesehatan dan kepuasan pasien maupun tenaga
sejak dahulu (Fergusson, 2014). Tim kesehatan. Perbedaannya terletak pada
multidisiplin terdiri atas praktisi dari tingkat interaksi, komunikasi, dan
berbagai disiplin ilmu, masing-masing integrasi rencana perawatan pasien yang
mengembangkan rencana perawatan, disusun oleh tim. Pada pendekatan
namun bersifat independen (Lecrerc et multidisiplin, rencana perawatan yang
al., 2014) sedangkan praktik disusun cenderung terfragmentasi karena
interdisipliner didefinisikan sebagai suatu masing-masing anggota tim merumuskan
kemitraan antara tim profesional tujuan yang terpisah untuk pasien.
kesehatan dan pasien dalam bentuk Perawatan yang terfragmentasi dapat
perawatan partisipatif, kolaboratif dan merugikan pasien karena dikaitkan
terkoordinasi dalam proses pengambilan dengan penundaan intervesi akibat
keputusan bersama terhadap masalah buruknya koordinasi tim, duplikasi
kesehatan pasien (Orchard, Curran, & intervensi, meningkatkan biaya
Kabene, 2005). perawatan yang tidak perlu, dan
Jika ditelaah lebih dalam, keenam ketidakjelasan pengobatan (Tang, 2009).
artikel yang membahas pendekatan tim Menurut Scarborough (2013),
multidisiplin dan interdisiplin diatas kurangnya interaksi dan komunikasi antar
memiliki kesamaan, yaitu seluruh anggota tim multidisiplin sering
intervensi yang dilakukan memberikan menciptakan hambatan karena tiap
efek yang positif seperti penurunan gejala anggota tim bertanggung jawab hanya
penyakit, komorbiditas, dan biaya pada intervensi yang berkaitan dengan
pengobatan. Adanya kolaborasi profesinyanya, atau diistilahkan dengan
interprofesi dari beberapa disiplin ilmu “do his or her own thing”. Tang (2009)
seperti dokter, perawat, fisioterapis, ahli menambahkan, kurangnya partisipasi
gizi, bahkan pekerja sosial di masyarakat pasien dalam pendekatan multidisiplin
tidak sesuai dengan prinsip kunci
perawatan yang berfokus pada pasien.
Berbeda dengan pendekatan
multidisiplin, saat ini pendekatan
interdisiplin lebih banyak dipilih dalam
pengelolaan pasien dengan kondisi medis
yang kompleks. Jessup (2007)

memaparkan beberapa keuntungan dari dengan tim multidisiplin, yaitu


tim interdisiplin jika dibandingkan terbangunnya patient-centered care dan
terciptanya lingkungan kerja yang perawatan yang optimal. Hal tersebut
kondusif dengan waktu dan biaya sejalan dengan Orchard, Curran, dan
Kabene (2005) yang memaparkan model
konseptual praktik kolaborasi tim
interdisiplin digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 2. Konsep praktik kolaborasi interdisipliner yang berpusat pada pasien

Lingkaran paling dalam pada konsep prosedur dan sumber daya yang tepat,
tersebut menunjukkan tujuan dari praktik keterampilan, kondisi tim yang
kolaborasi interdisiplin, sedangkan mendukung, karakteristik individu yang
lingkaran paling luar menunjukkan mendukung kerja tim, kejelasan visi,
potensi hambatan pencapaian tujuan penetapan kualitas dan hasil perawatan,
tersebut. Potensi hambatan dapat serta kemampuan menghormati dan
dijembatani dengan faktor enabler, yaitu memahami peran antar anggota tim
role classification, trust relationship, dan (Nancarrow et al., 2013).
power sharing melalui sensitisasi, Pada pendekatan interdisiplin,
eksplorasi, intervensi, dan evaluasi komunikasi dilakukan secara kolaboratif
(Orchard, Curran, & Kabene, 2005). dan penerapan praktiknya bersifat
Setidaknya ada 10 prinsip yang harus interdependen (Scarborough, 2013).
dimiliki oleh kolaborasi tim untuk Anggota tim tidak hanya berkontribusi
menciptakan perawatan yang efektif, spesifik sebatas keahlian profesi mereka
yaitu kepemimpinan dan manajerial yang sendiri, namun juga saling berkolaborasi
baik, strategi komunikasi terstruktur, untuk mengidentifikasi data dan
insentif, pelatihan dan pengembangan, mengembangkan rencana perawatan

pasien. Walaupun pengkajian dapat bersama. Masalah pasien


dilakukan secara terpisah, namun anggota dikomunikasikan bersama dan
tim bekerja untuk mencapai tujuan diselesaikan secara sistematis antar
anggota tim (Jessup, 2007). DAFTAR PUSTAKA
Lebih lanjut, pengelolaan pasien
Amris, K., Wæhrens, E. E., Christensen,
secara partisipatif dapat tercapai pada R., Bliddal, H., Danneskiold-
pendekatan ini mengingat pasien dan Samsøe, B. (2014).
Interdisciplinary rehabilitation of
keluarga dilibatkan dalam semua aspek patients with chronic widespread
perawatannya. Pasien dan keluarga pain: Primary endpoint of the
randomized, nonblinded, parallel-
memegang peran dalam penentuan group IMPROvE trial. PAIN. 155,
keputusan pengobatan yang dijalaninya. 1356–1364. doi:
10.1016/j.pain.2014.04.012
Kondisi ini kemudian dapat menjadi Aysem. (2009). Writing a critical review.
motivasi tersendiri bagi tim interdisiplin Retrieved from:
http://www.awc.metu.edu.tr/hand
untuk mengeksplorasi solusi dan outs/Writing_a_Critical_Review.p
menentukan intervensi terbaik bagi df
Boon, H., Verhoef, M., O'Hara, D.,
pasien (Jessup, 2007). Findlay, B. (2004). From parallel
practice to integrative health care:
a conceptual framework. BMC
PENUTUP Health Services Research. 4, 15,
Review ini menyimpulkan bahwa tim 1-5. doi:10.1186/1472-6963-4-15
Brumley, R., Enguidanos, S., Jamison, P.,
interdisiplin lebih direkomendasikan jika Seitz, R., Morgenstern, N., Saito,
dibandingkan dengan tim multidisiplin S., et al. (2007). Increased
Satisfaction with Care and Lower
karena mampu menciptakan lingkungan Costs: Results of a Randomized
perawatan patient-centered-care, Trial of In-Home Palliative Care.
Journal of the American
membangun lingkungan kerja yang Geriatrics Society. 55, 7, 993-
kondusif, dengan waktu dan total biaya 1000.
Chock, M. M., Lapid, M. I., Atherton, P.
perawatan yang optimal. Selain itu, J., Kung, S., Sloan, J. A.,
pendekatan interdisiplin mampu Richardson, J. W., et al. (2013).
Impact of a structured
memenuhi prinsip perawatan yang multidisciplinary intervention on
efektif, yaitu adanya komunikasi efektif, quality of life of older adults with
advanced cancer. International
kolaborasi, dan koordinasi. Psychogeriatrics. 25, 12, 2077–
2086.
doi:10.1017/S1041610213001452
Ferguson, M. (2014). Multidisciplinary
vs interdisciplinary

teamwork: Becoming a more


effective practitioner. Retrieved
from:
http://www.socialworkhelper.com
/2014/01/14/multidisciplinary-vs-
interdisciplinary-teamwork-
becoming-effective-practitioner/
Gade, G., Venohr, I., Conner, D., Richardson, R. H., et al. (2008).
Mcgrady, K., Beane, J., Impact of an Inpatient Palliative
Care Team: A Randomized Institute of Medicine,
Controlled Trial. Journal of Washington, DC.
Palliative Medicine. 11, 2, 180- Nancarrow, S. A., Booth, A., Ariss, S.,
190. doi: 10.1089/jpm.2007.0055 Smith, T., Enderby, P., Roots, P.
Higgins, J. P. T., Green, S. editors. (2013). Ten principles of good
(2006). Cochrane Handbook for interdisciplinary team work.
Critical reviews of Interventions Human Resources for Health. 11,
4.2.6. The Cochrane Library. 19, 1-11.
Chichester, UK: John Wiley & Orchard, C. A., Curran, V., Kabene, S.
Sons, Ltd. (2005). Creating a Culture for
Higginson, I. J., Edmonds, P., Viterbori, Interdisciplinary Collaborative
P., Costantini, M., Cox, S. (2004). Professional Practice. Medical
Terminal and Palliative Care. Education Online. 10, 11, 1-13.
Oxford Textbook of Primary Preen, D. B., Bailey, B. E. S., Wright, A.,
Medical Care. 1, 259-264. Kendall, P., Phillips, M., Hung, J.,
Jessup, R. L. (2007). Interdisciplinary et al. (2005). Effects of a
versus multidisciplinary care multidisciplinary, post-discharge
teams: do we understand the continuance of care intervention
difference?. Australian Health on quality of life, discharge
Review. 31, 3, 330-331. satisfaction, and hospital length of
Krouse, R. S. (2008). Palliative Care for stay: A randomized controlled
Cancer Patients: An trial. International Journal for
Interdisciplinary Approach. Quality in Health Care. 17, 1, 43-
Cancer Chemotherapy Review. 3, 51. doi: 10.1093/intqhc/mzi002
4, 152-160. Scarborough, P. (2013). Defining
Leclerc, B-S., Blanchard, L., Cantinotti, Unidisciplinary,
M., Couturier, Y., Gervais, D., Multidisciplinary,
Lessard, S., et al. (2014). The Interdisciplinary and
effectiveness of interdisciplinary Transdisciplinary Team Models.
teams in end-of-Life Palliative Wound Source. 1-6.
care: A critical review of Tang, M. (2009). Multidisciplinary teams
comparative studies. Journal of in cancer care: Pros and cons.
Palliative care. 30, 1, 44-54. Cancer Forum. 33, 3, 1-4.
Lemstra, M., Olszynski, W. P. (2005). Wen, J., Schulman, K. A. (2014). Can
The Effectiveness of Team-Based Care Improve
Multidisciplinary Rehabilitation Patient Satisfaction? A Critical
in the Treatment of Fibromyalgia review of Randomized Controlled
A Randomized Controlled Trial. Trials. PLoS ONE. 9, 7, 1-10.
Clinical Journal of Pain. 21, 2, doi:10.1371/journal.pone.010060
166-174. 3
Mitchell, P., Wynia, M., Golden, R., WHO. (2004). The Solid
McNellis, B., Okun, R., Webb, C. Facts. Palliative Care. Retrieved
E., et al. (2012). Core Principles from: http://www.euro.who.int/
& Values of Effective Team- data/a
Based Health Care. Discussion ssets/pdf_file/0003/98418/E82931
Paper. .pdf
WHO. (2011). Palliative Care for Older
People: Better Practices.
Copenhagen: WHO Regional
Office for Europe.

Anda mungkin juga menyukai